Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Kegiatan eksplorasi sumberdaya minyak dan gas mengalami perkembangan dari waktu ke
waktu. Dahulu, eksplorasi migas dilakukan hanya dengan pemetaan permukaan karena
belum ada teknologi yang bisa memudahkannya. Seiring berjalannya waktu, mulai tumbuh
teknologi-teknologi untuk eksplorasi migas dengan cara membuat interpretasi bawah
permukaan. Interpretasi tersebut bisa dibuat dari data log yang didapatkan pada suatu
sumur bor. Antar sumur bor yang diukur dikorelasikan sehingga bisa diperoleh geometri
perlapisan reservor minyak dan gas.
Data log dapat dianalisis baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Analisis log meliputi
log gamma ray dan SP untuk mengetahui jenis permukaan, log resistiviatas untuk
mengetahui jenis fluida pengisi formasi, serta log densitas untuk mengetahui jenis litologi
yang berkembang di daerah cekungan.

b. Workflow

•Jika menggunakan software, data diinput Ms. Excel


Input Data •Jika dihutung manual, menggunakan kalkulator

•Sebelum dianalisis, data log dicek meliputi enviromental correction, log


Data Quality normalization, badhole and coal filtering.
Control

•Mencari nilai GR pada tiap kedalaman serta GR max dan Gr min


•Mencari nilai Vshale menggunakan rumus yang tertera di gambar 1 untuk
Vshale mengetahui litologinya.

•Perhitungan ini menggunakan log densitas atau log sonic. Nilai porositas pada
reservoar clean berbeda dengan shaly. Rumus dapat dilihat di gambar 1. Rumus
Perhitungan
Phi e yang digunakan berbeda-beda, tergantung jenis litologinya.

•Menentukan Rw: pengukuran langsung, perhitungan dari analisis data, teknik rasio
Perhitungan •Nilai Rw bisa dicari melalui Pickett plot
Sw
Rumus yang digunakan
BAB III
INTERPRETASI
Litologi pada reservoir dapat dilihat dari nilai Vsh pada masing-masing feet. Nilai Vsh
sendiri didapat dari refleksi nilai Gamma Ray pada tiap feet, dimana nantinya nilai tersebut akan
dimasukkan ke sebuah rumus. Untuk nilai Clean Sandstone, nilai Vsh adalah <20%. Untuk Sandy
Shale, nilai Vsh adalah 20-50%, dan untuk Shale nilainya adalah >50%. Pada sumur ini, terdapat
3 jenis litologi yang berkembang. Tiap litologi dapat digunakan menjadi reservoir dari water-
bearing zone dan gas-bearing zone, namun hanya litologi Clean Sandstone yang menjadi reservoir
dari oil-bearing zone. Untuk rincian dari litologi adalah sebagai berikut.
5106-5107 ft: Shale
5108-5112 ft: Shaly Sand
5113-5118 ft: Shale
5128-5131 ft: Shaly Sand
5158-5160 ft: Shale
5161-5185 ft: Clean Sand
5186-5192 ft: Shale

Dari hasil litologi tersebut, yang cocok untuk menjadi reservoir ada 3 lapisan yakni:
5108-5115 ft: Shaly Sand (Reservoir 1)
5128-5131 ft: Shaly Sand (Reservoir 2)
5161-5185 ft: Clean Sand (Reservoir 3)

Berdasarkan hasil hitungan property petrofisik, didapatkan hasil yang sangat beragam dari
tiga jenis reservoir batupasir yang ada. Nilai petrofisik sendiri dilihat dari nilai Vsh, Øe, Sw, dan
K. Nilai Vsh mencerminkan jenis litologi yang ada, nilai Øe mencerminkan porositas efektif pada
lapisan tersebut. Porositas efektif sendiri adalah perbandingan antara volume pori-pori yang salnig
berhubungan terhadap volume batuan total (bulk volume) yang dinyatakan dalam persen. Nilai Sw
mencerminkan saturasi air pada lapisan tersebut, dan nilai K mencerminkan permeabilitas litologi
pada lapisan tersebut. Tentunya, property ini memiliki keterkaitan antar satu property dengan
property lainnya. Untuk contohnya sendiri, jika nilai Vsh nya tinggi, maka nilai K nya akan tinggi
pula. Hal ini dikarenakan litologi Shale memiliki nilai permeabilitas yang lebih tinggi,
dibandingkan dengan litologi Clean Sandstone maupun Shaly Sand. Untuk nilai dari Øe
bergantung pada jenis litologi dan nilai porositasnya, sedangkan nilai Sw bergantung pada jenis
fluida yang terkandung pada lapisan tersebut.

Pada reservoir 1 (5108-5112 ft), nilai Vsh yang berkembang memiliki range >20-50%,
menandakan bahwa litologi yang berkembang adalah Shaly Sand. Nilai Øe yang berkembang
adalah sedang, dengan range 11-19%. Nilai Sw pun juga mengikuti seiring dengan nilai porositas
efektif yang tinggi dan kandungan fluida pada lapisan tersebut, yakni 22-29%. Nilai K juga
mengikuti jenis litologi yang ada, dimana pada reservoir ini, nilai K tergolong rendah yakni
memiliki range 2-16%. Berdasarkan data tersebut, potensi Log resistivity pada kedalaman 5108 –
5112 ft menunjukkan bahwa nilai LLD lebih besar daripada nilai MSFL. Artinya, fluida pada
reservoir 1 merupakan hidrokarbon. Dari log density diketahui bahwa nilai gap antara NPHI dan
RHOB besar, sehingga dapat diinterpretasikan bahwa jenis hidrokarbonnya adalah gas. Untuk
ketebalan dari Gross Reservoirnya sendiri adalah 5 ft, sedangkan Net Reservoir dan Net Pay nya
adalah 3 ft (5110-5112 ft).

Pada reservoir 2 (5128-5131 ft), nilai Vsh yang berkembang memiliki range 20-80%,
dimana litologinya adalah Shaly Sand dan Shale untuk reservoir tersebut. Nilai Øe yang
berkembang adalah sedang pula, dengan range 8-15% dan membentuk suatu pola dimana pada
lapisan teratas nilainya rendah lalu seiring bertambahnya kedalaman, nilai porositas bertambah
dan pada akhir zona reservoir tersebut, nilai porositas kembali berkurang. Nilai Sw pun mengikuti
pola tersebut dimana pada awalnya kecil, lalu nilainya bertambah dan kembali mengecil, dan
mempunyai range 100-220%. Nilai K mempunyai pola yang sama, dengan range nya yang hampir
sama pula dengan reservoir 1, yaki 3-15%. Berdasarkan data tersebut, potensi Log resistivity pada
kedalaman 5126-5132 ft menunjukkan bahwa nilai LLD lebih kecil daripada nilai MSFL. Artinya,
fluida pada reservoir 2 merupakan air. Hal ini menjelaskan nilai saturasi air yang terlampau tinggi,
karena reservoir ini merupakanw water-bearing zone, dimana porositas dari batuan terisi oleh
fluida baik itu porositas biasa maupun porositas efektif, sehingga nilai Sw yang mencerminkan
kejenuhan air pada reservoir ini akan terlampau tinggi. Untuk ketebalan dari Gross Reservoirnya
sendiri adalah 4 ft dan Net Reservoirnya adalah 2 ft (5128-5129 ft), sedangkan untuk Net Pay nya
tidak ada.

Pada reservoir 3 (5161-5185 ft), nilai Vsh yang berkembang memiliki range <20%, dimana
litologinya adalah Clean Sandstone. Nilai Øe pun range nya meningkat, yakni 17-30%. Nilai Sw
memiliki range yang bermacam-macam yakni 8-2700%. Dan untuk nilai K, mempunyai nilai yang
tinggi yakni 35-941. Berdasarkan data tersebut, potensi Log resistivity pada kedalaman 5161-5185
ft menunjukkan bahwa nilai LLD lebih besar dan lebih kecil daripada nilai MSFL. Artinya, fluida
pada reservoir 3 merupakan hidrokarbon dan air. Dari log density diketahui bahwa nilai gap antara
NPHI dan RHOB besar dan kecil, sehingga dapat diinterpretasikan bahwa jenis hidrokarbonnya
adalah gas dan minyak. Dari nilai property petrofisik tersebut, dapat diinterpretasikan bahwa
masing-masing dari jenis fluida maupun hidrokarbon akan memiliki nilai petrofisik yang berbeda.
Dari reservoir gas sendiri, memiliki nilai porositas efektif dengan range 17-20%, dimana nilai
tersebut cukup untuk menjadikan lapisan tersebut menjadi reservoir gas hidrokarbon, didukung
dengan nilai Sw dengan range rata-rata 13-35%, dimana kandungan fluida tidak terlalu dominan
pada lapisan ini namun fluida tetap bisa masuk pada pori batuan, dan dilihat dari permeabilitas
batuan (nilai K) yang relative tinggi dengan range 28-87 mD menjadikan lapisan ini mampu untuk
menyalurkan gas-gas hidrokarbon ke permukaan. Dari reservoir minyak, porositas efektif batuan
bernilai lebih tinggi dari reservoir gas (rata-rata 30%), hal ini terjadi karena porositas yang
dibutuhkan untuk menyalurkan minyak harus lebih tinggi dari gas, karena volume minyak yang
relative lebih besar dari gas dan sifat-sifat fisik minyak yang membutuhkan ruang transportasi
lebih besar dari gas. Dari nilai saturasi air sendiri, tentunya saturasi air pada reservoir ini lebih
sedikit dari reservoir gas, karena pori batuan terisi oleh minyak yang sifatnya tidak bisa bersatu
dengan air, dan untuk tingkat permeabilitasnya, tentunya jauh lebih tinggi bahkan ratusan kali lipat
dikarenakan sifat reservoir yang baik adalah yang memiliki porositas dan permeabilitas yang
tinggi, terutama untuk reservoir minyak agar minyak tersebut dapat tertransport ke permukaan.
Sedangkan dari reservoir air sendiri, sifat petrofisik nya kurang lebih sama dengan reservoir 2,
namun karena litologi yang berperan adalah Clean Sandstone, maka nilai property seperti porositas
efektif, saturasi air, dan permeabilitas akan lebih tinggi dari reservoir 2 yang litologinya adalah
Shaly Sand. Untuk ketebalan dari Gross Reservoirnya sendiri adalah 24 ft (5161-5185 ft), Net
Reservoirnya adalah 24 ft (5161-5185 ft), sedangkan untuk Net Pay nya adalah 19 ft (5161-5180
ft).

BAB IV
KESIMPULAN

Analisis log SED-WELL 2 menunjukkan bahwa terdapat 3 lapis batuan yang berpotensi
menjadi reservoir, yaitu batuan pada kedalaman 5108-5112 ft dengan litologi Shaly Sand berisi
gas, 5128-5131 ft dengan litology Shaly Sand berisi air, dan 5161-5185 ft dengan litologi Clean
Sand berisi hidrokarbon gas di bagian atas, hidrokarbon minyak di bagian tengah, dan air di
bagian bawah.

BAB V
DAFTAR PUSTAKA

Tim Asisten Geologi Minyak dan Gas Bumi. 2016. Panduan Praktikum Geologi Minyak dan
Gas Bumi. Yogyakarta: tidak dipublikasikan

Anda mungkin juga menyukai