Anda di halaman 1dari 55

BUKU PANDUAN PETROGRAFI

2012

Oleh:
Dosen & Staff Assisten
Laboratorium Petrografi

PRODI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
YOGYAKARTA
2012

Buku Panduan Praktikum Petrografi 2012

LABORATORIUM BAHAN GALIAN


SIE. PETROGRAFI
PRODI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
YOGYAKARTA
2012

Staff Asisten Petrografi


Naziq Khori
Gilang Cahya Ramadhan
Adi Sulaksono
Hari Wiki Utama
Rendra Dwi Jaya Kusuma
Arief Prabowo
Muhammad Daniar
Elin Trinovita

LABORATORIUM BAHAN GALIAN


SIE. PETROGRAFI
PRODI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
Jalan SWK 104 Condongcatur, Yogyakarta 55283 Fax. (0274) 486403

TATATERTIB
LABORATORIUMPETROGRAFI
UMUM
1. Praktikan harus lulus mata kuliah Petrologi dan Mineralogi Optik dengan nilai minimum
D dan mengambil mata kuliah Petrografi.
2. Praktikan berpakaian yang sopan dan rapi dan tidak diperkenankan menggunakan kaos
oblong dan sandal.
3. Menjaga kesopanan, ketertiban, dan keamanan dalam pelaksanaan kegiatan praktikum.
4. Praktikan tidak diperkenankan mengikuti praktikum diluar jadwal yang telah ditentukan
kecuali seijin assisten.
5. Praktikan dinyatakan gugur jika tidak mengikuti praktikum sebanyak dua kali (2x)
berturut-turut dan tiga kali (3x) tidak berturut-turut.tanpa surat ijin.
6. Mempersiapkan diri dengan belajar materi acara praktikum akan membantu keberhasilan
praktikum.
7. Semua praktikan hendaknya menjaga kebersihan dan ketertiban dengan cara tidak merokok
dan membuang sampah didalam ruang laboratorium.
8. Dilarang makan dan minum saat praktikum sedang berlangsung.
9. Wajib membawa modul pada saat praktikum.
SAAT PRAKTIKUM
1. Praktikan seyogyanya telah datang 5 menit sebelumnya, hanya pada keadaan terpaksa,
terlambat datang selama 5 menit masih diperbolehkan mengikuti praktikum.
2. Praktikan memasuki laboratorium setelah peserta praktikum plug sebelumnya telah keluar
semua dan meletakkan tas ditempat yang telah tersedia.
3. Praktikan wajib membawa bon alat setiap melakukan praktikum yang di periksa dan di acc
oleh assisten agar dapat menggunakan peraga-peraga praktikum. Apabila tidak membawa
bon alat tersebut, praktikan tidak diperkenan kan untuk mengikuti kegiatan praktikum dan
dinyatakan inhal.
4. Agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan dan mikroskop terpelihara, diharuskan
memperlakukannya dengan hati-hati, bersihkan lensa-lensa objektif dan okuler dengan kain
planel sebelum dipergunakan agar dapat dipergunakan secara optimal.
5. Hubungkan mikroskop dengan sumber listrik dengan hati-hati, pastikan tidak ada kabel
yang dapat mengakibatkan arus pendek (korsleting).
6. Praktikan tidak diperbolehkan meninggalkan laboratorium tanpa ijin dari asisten pada saat
itu.
7. Selesai setiap acara praktikum meja harus dalam keadaan bersih dari kotoran.
Buku Panduan Praktikum Petrografi 2012

Gambar 1.Gambar prosentase mineral pada sayatan tipis diambil dari Philpotts, 1989

Buku Panduan Praktikum Petrografi 2012

I.1. PENDAHULUAN
Petrografi

adalah

ilmu

memerikan

da n

mengelompokkan

batuan.

Pengamatan secara seksama pada sayatan tipis batuan dilakukan di bawah


mikroskop polarisasi, dengan tentunya didukung oleh data - data pengamatan
singkapan batuan di lapangan. Pada pemerian petrografi, pertama-tama akan
diamati mineral penyusun batuan, selanjutnya textur batuan. Textur batuan
sangat membantu dalam pengelompokan batuan selain memberikan gambaran
proses yang terjadi selama pembentukan batuan.
Tujuan akhir petrografi adalah memerikan dan mengelompokkan batuan,
dengan sendirinya ini akan sangat terbatas. Namun karena . ini merupakan bagian
yan g

lebih

besar,

petrologi

(ilmu

tentang

pembentukan

batuan)

maka

kepentingannya akan sangat berarti. Oleh karena itu mahasiswa peserta


praktikum dan kuliah petrografi hen daknya telah mendapatk an kuliah dan
praktikum

petrologi.

Pemakaian

mikroskop

dan

pengenalan

mineral

membutuhkan keahlian oleh karena itu merekapun diharuskan telah mengikuti


kuliah dan praktikum Mineralogi optik. Kompetensi dari praktikum ppetrografi
ini sendiri adalah memahami pemerian batuan-batuan yang terdapat di alam
dengan menggunakan berbagai alat bantu dan mengkaitkannya dengan proses
kejadian serta kegunaannya.
Modul praktikum ini dimaksudkan untuk dipergunakan sebagai pembantu
dalam memerikan batuan. Sedikitpun tidak dimaksudkan untuk dijadikan satusatunya pegangan dalam mengikuti kuliah dan praktikum petrografi. Pada tiap
akhir pembahasan batuan beku, metamorf dan sedimen tertera sejumlah literatur,
yang kepada mahasiswa dianjurkan untuk membacanya.

Dig r am 1 . Di agram Ali r Pra kt ikum P e trogra fi

I.2.

ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN SELAMA PRAKTIKUM PETROGRAFI

Buku Panduan Praktikum Petrografi 2012

a. Mikroskop polarisasi dengan asesorinya


b. Penggaris transparan
c. Diagram interferensi warna
d. Diagram Michel-Levy
e. Sayatan tipis batuan
f. Kain Planel
Alat-alat tersebut seyogyanya dirawat dengan baik untuk agar dapat memberi manfaat yang
sebanyak-banyaknya kepada mahasiswa Jurusan Teknik Geologi dari waktu ke waktu. Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh praktikan yakni :
1.

Bersihkan lensa okuler dan obyektif dari kotoran debu dan lemak dengan kain planel
sebelum dipakai.

2.

Simpan mikroskop pada ruang yang tidak lembah atau almari berlampu agar tidak
berjamur, atau dengan diberikan silika gel disekitar mikroskop.

3.

Perlakukan sayatan tipis dengan baik agar terhindar di pecah atau rusak mengingat
beberapa sayatan yang ada laboratorium susah mendapatkannya.

4.

Gantikan obyektif dengan obyektif perbesaran yang lain dengan hati-hati.

Buku Panduan Praktikum Petrografi 2012

BAB II
BATUAN BEKU
Petrografi batuan beku menggambarkan keadaan mineral (yang bisa diamati)
dan teksturnya, yang masing-masing sebagai fungsi komposisi kimia dan sejarah
pembekuannya.

Pengamatan

pada

sayatan

tipis

batuan

dilakukan

dibawah

mikroskop.Praktikum petrografi batuan beku merupakan kelanjutan dari praktikum


petrologi batuan beku.
Yang diamati dalam pemeriaan petrograti bervariasi, tergantung kepentingannya.
Tetapi pada umumnya untuk batuan beku (sebagai contoh meliputi) :
1. Warna, struktur dan gambaran umum
2. Ukuran mineral
3. Kandungan kuarsa, bila tidak ada dicari mineral-mineral tidak jenuh silica
4. Kandungan

feldspar,

perbandingan

plagioklas

alkali

feldspar

dan

jenis

plagioklasnya

5. Kandungan mafik mineral (olivine, piroksen, amphibol, mika)


6. Kandungan mineral opak dan indeks warna
7. Mineral assesori (mineral tambahan)
8. Tekstur
9. Alterasi (mineral ubahan)
10. Nama
11. Petrogenesa

Igneous
Igneous Rocks

Igneous and
Metamorphic Minerals

Igneous Minerals

Andesite

Gem Mineral

Fools Gold

Basalt

Beryl

Iron Pyrite

Gabbro

Iron Oxide

Gem Minerals

Obsidian

Magnetite

Topaz

Diorite

Peridotite

Tourmaline

Pumice
Buku Panduan Praktikum Petrografi 2012

Rhyolite
Scoria (volcanic ash)
Syenite
Tabel 2. Mineral Pembentuk Batuan Beku

II.1. PENGENALAN TEKSTUR DAN STRUKTUR BATUAN BEKU


1. Struktur

: Amigdaloidal, Vesikuler, Skoria

2. Tekstur

- Tekstur umum
a. Derajat kristalisasi
-

Holokristalin berupa granular, mikrolit dan kristalit

Hipokristalin tediri dari kristal dan massa gelas

Holohialin tersusun atas massa gelas saja

Hipokristalin

Hipokrsitalin

Holohyalin

Gambar 2. Derajat kristalisasi Hipokristalin dan Holohyalin

Buku Panduan Praktikum Petrografi 2012

Holokristalin

Holokristalin

Gambar 3. Derajat kristalisasi Holokristalin

b. Kemas
-

Equigranular

Panidiomorfik

granular

Hipidiomorfik

granular

Allotriomorfik granular
-

Inequigranular : Portiritik, Vitroverik Porfiroafanitik, dan Felsoferik.

- Tekstur khusus
a. Tekstur intergrowth
Grafik, tumbuh bersama antara alkali feldspar dengan kuarsa, disini kuarsa
berbentuk runcing runcing.
Granoferik, tekstur yang dibentuk oleh kalium feldspar dan kuarsa dimana
kuarsa menginklusi didalam kalium feldspar.

Gambar 4. Tekstur Granoferik

Buku Panduan Praktikum Petrografi 2012

Mermekitik, kuarsa yang berbentuk menjari diinklusi oleh plagioklas asam


(oligoklas).

Gambar 5. Tekstur Mermekitik

Intergranular, tekstur dimana ruang antar butir plagioklas ditempati oleh


olivin, piroksen, atau bijih besi.

Gambar 6. Tekstur Intergranular

Diabasik, plagioklas tumbuh bersama dengan piroksen, disini piroksen tidak


terlihat jelas, plagioklas radier terhadap piroksen.
Ofitik, plagioklas tumbuh secara acak dan merata ditutupi oleh piroksen atau
olivine yang utuh, disini piroksen lebih besar dari plagioklas.

Gambar 7. Tekstur Ofitik

Buku Panduan Praktikum Petrografi 2012

Subofitik ofitik, plagioklas tumbuh secara acak dan merata bersamaan dengan
piroksen, dimana ukuran plagioklas lebih besar dibandingkan dengan mineral
piroksen dan olivin yang ditutupinya.

Gambar 8. Tekstur Subfitik

Intersertal, hampir sama dengan intergranular tetapi disini ruang antar


plagioklas disini diisi oleh masa gelas, kriptokristalin atau mineral sekunder
dan mineral tambahan.

Gambar 9. Tekstur Intersertal

Poikilitik, merupakan suatu tekstur dalam hornblende peridotit. Dalam suatu


mineral hornblende yang utuh menutupi mineral olivin dan diopsid.

Gambar 10. Tekstur Poikilitik

Buku Panduan Praktikum Petrografi 2012

10

Porfiritik, mengandung mineral-mineral yang memiliki ukuran yang berbeda,


Fenokris augit, olivin dan leusit tertanam dalam massa dasar kristalin atau
juga gelas.

Gambar 11. Tekstur Porfiritik

b
Gambar 12.
a. Olivin porfiritik Basalt Fenokris olivin tertanam pada masa dasar matrik plagioklas di antara butiran fenokris tersebut
b. Fenokris olivin tertanam pada masa dasar yang lebih halus dengan struktur-struktur lubang gas

Corona, Olivin dilingkupi oleh piroksen ortho

Gambar 13. Tekstur Corona

Pertit, tekstur yang dibentuk oleh plagioklas dan kalium feldspar, alkali
feldspar tumbuh lebih besar.

Buku Panduan Praktikum Petrografi 2012

11

Gambar 14. Tekstur Pertit

Antipertit, sama dengan pertit tetapi disini plagioklas asam tumbuh lebih
besar.
b. Tekstur aliran
-

Pilotaksitik,

fenokris

dan

masa

dasar

plagioklas

menunjukkan

pola

kesejajaran.
-

Trakitik, fenokris atau mikrolit plagioklas menunjukkan pola kesejajaran.

Gambar 15. Tekstur Trakitik

Hialopilitik, sama dengan trakitik hanya saja dibentuk oleh mikroliy plagioklas
dengan masa gelas.

3. Mineralogi
a. Mineral primer:
Mafik : kelompok olivine, piroksen, amphibol, mika
Felsik : kelompok feldspar, feldspartoid,dll
b. Mineral sekunder : Limonit, kalsit, kaolin, antofilit, serisit, dll c.
Mineral tambahan : Beryl, fluorit, turmalin, ilmenit, zircon, dll
4. Alterasi

Buku Panduan Praktikum Petrografi 2012

12

II.2.

KONSEP KERABAT BATUAN


Berdasarkan

mineralogi

dan

tekstur

batuan,

maka

Williams

(1954)

mengelompokkan kerabat batuan beku meliputi :


Kerabat batuan ultramafik dan lamprofir
Kerabat batuan gabro kalk alkali
Kerabat batuan gabro alkali
Kerabat batuan diorite monzonit syenit
Kerabat batuan granodiorit adamelit granit
Tabel 3. Diagram Ciri-Ciri Kerabat Batuan.

Kerabat Batuan Ultramafik Dan Lamprofir (Kelompok batuan Ultramafik)


disebut juga sebagai batuan atau kelompok peridotit.
Indek warna > 70
Tidak mengandung feldspar
Kandungan silika < 45
Mineral utama adalah mineral mafik
Umumnya berbutir kasar
Mineral bijih : kromit, magnetit
Dijumpai pada dasar intrusi (sill,lapolith)

Buku Panduan Praktikum Petrografi 2012

13

Atau sebagai hasil diferensiasi atau pemisahan langsung dari substratum (mantle
atas),
Merupakan batuan yang tersusun oleh mineral - mineral yang membeku
pada . kesempatan pertama.
Contoh batuannya adalah : Ankaramit, Limburgites, Melilite, Nefelinite, Dunite,
Peridotite, Wherlite, Harzburgite, Lherzolite, Piroksenit, dll.
Kerabat Batuan Gabbro Kalk Alkali (Kelompok Gabbro Ralk Alkali)
Indeks warna ( CI) > 40
Plagioklas basa An50-An80
Si02 45 % - 52 %
Kuarsa, K. Feldspar bisa hadir / tidak hadir dengan kehadiran < 10 %
Mineralogi : Piroksen, Olivin.
Contoh batuannya : Basalt, Diabas, Gabbro, Norit, dll.
Kerabat Batuan Gabbro Alkali
CI 40 70
Kandungan Si02 45 -52 %
Feldspar / feldspatoid ( > 10 %), untuk membedakan dengan kerabat batuan Gabbro kalk
alkali.
Mineralogi : olivin, piroksen (pigeonitaugit, hiperstene-augit).
Tekstur : porfiritik, intergranular, ofitik, intersertal, poikilitik, trakhitik.
Contoh batuannya : Trachybasalt, Malignite, Theralite, dll.
Catatan khusus :
Merupakan basalt atau diabas dengan kandungan plagioklas asam (albit) umumnya berupa
pillow lava dengan struktur amigdaloidal (diamana lubang-lubang gas terisi oleh mineral
kalsit dan epidot).
Basanit dan tephrite
Tekstur : - Porfiritik, intergranular.
Mineralogi : Plagioklas > An50, K. Feldspar/ feldsphatoid > 10 %. Beda keduanya
basanit, olivin > 10%
Tephrite > tanpa olivin.
Bila mengandung analcite ditambahkan didepan nama batuan, menjadi analcite basanit
atau analcite tephrite.
Buku Panduan Praktikum Petrografi 2012

14

Nephelinite / leucitite
Tekstur : Porfiritik, intergranular.
Mineralogi : Plagioklas > An50 sekitar 10 % , piroksen, nepheline dan leusit berupa
fenokris.
Kerabat Batuan Diorit Monzonite Syenite (Relompk Diorit-Monzonite-Syenite)
CI < 40
Kandungan silika 52 % - 66 %
Tidak mengandung kuarsa atau < l0%
Feldspar : Plagioklas An50
Alkali feldspar (KF)
Tekstur : porfiritik
Tekstur khusus : Pilotaksitik, vitroferik, trakhitik.
Mineralogi : Plagioklas, KF, Hornblende, Biotit, olivin, piroksen.
Mineral penyerta : apatit, zircon.
Jenis batuan :
TEKSTUR KF<1/3TF

1/3 TF<KF<2/3TF

KF>2/3 TF

Feldspatoid
Phonolite

HALUS

Andesit

Trachyandesit

Trachyt

KASAR

Diorit

Monzonite

Syenite

Feldspatoid
syenite

Tabel 4. Jenis Batuan Beku intermediet berdasarkan komposisi plagiaklas dan feldspar

Kerabat Batuan Granodiorit-Adamelit-Granit (Relompok Granodiorit-Adamelit-Granit)


Pembagiannya didasarkan atas perbandingan KF dengan TF. Dibedakan dengan kerabat
batuan Diorit-Monzonit-Syenit dari jumlh kuarsanya.
Kuarsa > 10%
KF > 1/8 TF
Indeks warna 10
Mineralogi : Kuarsa
Plagioklas asam (albit)
Biotit >>
Hornblende <<

Buku Panduan Praktikum Petrografi 2012

15

Jenis batuan :
TEKSTUR

1/8TF <KF< 1/3TFI

1/3TF <KF< 2/3TF

KF> 2/3TF

Halus

Dasit

Riodasit

Riolit

Kasar

Granodiorit

Adamelit

Granit

Tabel 5. Jenis Batuan Beku asam berdasarkan komposisi plagiaklas dan feldspar

CIRI-CIRI SERI BATUAN BERU


Berdasarkan kandungan senyawa kimianya batuan beku dapat dibagi menjadi seri
toleit, kalk alkali, kalk alkali kaya Kalium dan alkali atau sosonit. Dalam sayatn tipis
batuan dalam seri-seri ini dapat diamati dengan baik, apalagi bila didukung oleh data
lapangan. Dengan memperhatikan kemelimpahan batuan tersebut di lapangan, textur dan
komposisi mineral batuan beku dapat dibagi menjadi seri toleit, kalk alkali dan alkali.
Seri Kalk alkali
a. Andesit hadir secara melimpah
b. Bertextur porfiritik kuat, fenokrisnya melimpah
c. Fenokris plagioklas sangat umum
d. Fenokris hipersten, augit, hornblende, dengan sekali kali biotit, olivin dan sanidin
adalah umum
e. Plagioklas dan kuarsa biasanya ditemukan sebagai fenokris pada anggota batuan
beku asam
f. Olivin membentuk "reaction rim" dengan hipersten
g. Zonasi konposisi normal, terbalik, maupun oskilatori umum didapati pada seri ini
h. Hipersten muncul pada semua anggota selain riolit
i. Masa dasar anggota basa berupa kristalin, anggota asam berupa gelas
j. Kehadiran magnetit pada anggota basa melimpah berikutnya semakin sedikit
pada anggota intermediat dan asam
Seri toleit
a. Basalt dan basaltik andesit hadir secara melimpah
b. Bertextur porfiritik lemah hingga afirik
c. Olivin dan piroksen adalah mineral mafik yang utama
d. Hornblende dan biotit hadit sangat sedikit dan bahkan sering tidak ada

Buku Panduan Praktikum Petrografi 2012

16

e. Dibandingkar pada anggota basa dan asamnya kehadirn magnetit dan ilmenit pada
anggota intermediat lebih melimpah
Seri alkali
a. Hadir basanit, teprit dan fonolit
b. Pada anggota basa, plagioklas merupakan fenokris utama, berupa bitownit dan labradorit.
Pada anggota asamnya berupa oligoklas. Umumnya hadir pula feldspar alkali (ortoklas
dan sanidin) sebagai fenokris utamanya.
c. Pada anggota basa olivin hadir berupa forsterit dan berupa fayalit pada trakit
d. Pada anggota basa piroksen klino kaya Ca hadir, sedangkan pada trakit hadir berupa
hedenbergit.
e. Amfibol dan biotit hadir pada anggota basanit dan fonolit, sedangkan pada trakit keduanya
hadir sebagai masa dasar.
f. Nefelin mengkristal pada anggota basanit hingga fonolit, ada kemungkinan bergabung
dengan sodalit.
g. Ilmenit hadir pada anggota basanit hingga fonolit dan alkali basalt hingga trakit. Sebagai
mineral sebagai mineral asesori dapat hadir sebagai fenokris a taupun masa dasar

Buku Panduan Praktikum Petrografi 2012

17

KLAFIKASI BATUAN BEKU


Klafikasi didasarkan pada tekstur dan komposisi mineral yang mana tekstur
kasar cenderung pada batuan beku plutonik dan tekstur halus untuk batuan beku
vulkanik. Sedangkan komposisi ditinjau dari kehadiran mineral primer ( deret Bowen )
pada batuan.

Diagram 2. Bowens Reaction Series dan Pembagian Batuan Beku bedasarkan tekstur

Buku Panduan Praktikum Petrografi 2012

18

Diagram 3.
Klasifikasi Batuan Ultramafik
(Anthony R. Philpotts, 1989)

Buku Panduan Praktikum Petrografi 2012

19

DAFTAR PUSTAKA
Yang bisa dijadikan referensi untuk belajar lebih lanjut
Ehler E.G., Blatt H., 1982, Petrology . Igneous, Sedimentary and Metamorphic", W.H.
Freeman and Company, San Fransisco, pp 110
Mac Kenzie W.S., Donaldson C.H. and Guilford C., 1982, Atlas of Igneous Rocks and
Their Textures, Longman group Ltd.,USA, 147 pp.
Philpotts A.R., 1989, Petrography of Igneous and Metamorphic Rocks, Prentice - Hall
Inc. New Jersey, 179 pp
Williams H., Turner F.J. and Gilbert C.M., 1954, Petrography, An Introduction to Study of
Rocks in Thin Section, University of California, Barkeley, W.H. Freeman and
Company, San Fransisco, 406 pp.
Wahlstrom E.E., 1948, Igneous minerals and Rocks, second printing, John Wiley and
Sons Inc., London, USA, 367 pp.
Wilson M.,1989. Igneous Petrogenesis, First edition, Unwin Hynman Ltd., London, 165
pp

Buku Panduan Praktikum Petrografi 2012

20

LABORATORIUM PETROGRAFI
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN YOGYAKARTA
Gedung Teknik Geologi Lt.II Jl. SWK 104 Lingkar Utara, Condong Catur 55283

Nama

: xxx

No.Mhs

: xxx.xxx.xxx

Kode sayatan

: x xx

Pemerian Petrografis:
Sayatan tipis batuan beku Asam Plutonik; warna coklat; indeks warna <40 % ; kristalinitas:
Holokristalin; granularitas: Fanerik kasar Fanerik sedang; bentuk kristal euhedral anhedral; ukuran kristal 1 - 3 mm; relasi: Equigranular panidiomorfik dengan tekstur khusus
mirmeketik; disusun oleh: plagioklas, biotit, kuarsa, mikroklin dan opak.
Komposisi Mineral:
1. Plagioklas

(15 %) : Berwarna putih, relief rendah, bentuk kristal subhedral,


indek bias nm > nkb menunjukkan kembaran albit , pada fenokris
berukuran 1 2 mm dengan An- 20 jenis oligoklas, dan pada
mikrolit berukuran 0.1 0.5 mm dengan An- 5 jenis albit, hadir
merata dalam sayatan..

2. Mikroklin

(40 %) : Berwarna

putih,

relief

rendah, menunjukkan

adanya belahan - , bentuk kristal subhedral hadir menyebar dalam


sayatan.
3. Biotit

(20 %) : Berwarna

coklat

relief

rendah, menunjukkan

adanya belahan 1 arah, bentuk kristal euhedral, hadir menyebar


dalam sayatan.
4. Kuarsa

(20 %) : Berwarna putih, relief rendah, bentuk kristal subhedral,


hadir menyebar dalam sayatan.

5. Opak

(5 %) :

Berwarna

Hitam

relief

Tinggi,

menunjukkan adanya belahan - , bentuk kristal Euhedral , hadir


setempat-setempat dalam sayatan.
Nama Batuan

: Granit (Menurut Klasifikasi Williams, 1954)

Buku Panduan Praktikum Petrografi 2012

21

BAB III
BATUAN PIROKLASTIK
I II.1.

P e nda h uluan
Batuan piroklastik adalah batuan volkanik yang tekstur klastik, dengan kata

lain, merupakan endapan fragmental terbentuk secara langsung dari volkanik. Batuan
piroklastik secara luas dihasilkan dari letusan erupsi - erupsi volkanik. Tetapi fragmentasi
materialnya bisa juga disebabkan oleh pertumbuhan yang menerus dari sebagian yang
dipadatkan oleh kubah - kubah volkanik, dan pada umumnya terjadi dimana lava - lava
didinginkan oleh air.
Material piroklastik pada mulanya digolongkan menurut ukuran butir. Fragmen-fragmen
berukuran
"Pebble" dengan diameter antara 2 mm - 64 mm dinamakan Lapilli.
Partikelpartikel yang lebih kecil dinamakan ash,
Sedang yang lebih besar disebut b o m b
Jika selama, pembentukannya berasal dari sebagian atau seluruhnya cair dan membeku di
udara Disebut blok, jika hasil pembekuan bentuknya menyudut. Batuan-batuan volkanik
yang terdiri dari ash dan lapilli dinamakan tuff, jika mereka sebagian besar terdiri dari
ash dan lapilli tuff jika lapillinya dominan. Batuan-batuan yang kaya bomb - bomb
dinamakan aglomerat dan bila batuan kaya dengan blok disebut brelrsi v o l k a n i k
I II.2.

Kla sifi kasi

bat uan

pirok la st i k

Diagram 4. Penamaan batuan piroklastik menurut Williams, 1954

Buku Panduan Praktikum Petrografi 2012

22

LABORATORIUM PETROGRAFI
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN YOGYAKARTA
Gedung Teknik Geologi Lt.II Jl. SWK 104 Lingkar Utara, Condong Catur 55283

Nama

: xxx

No.Mhs

: xxx.xxx.xxx

Kode sayatan

: x xx

Pemerian Petrografis:
Sayatan tipis batuan Piroklastik; warna putih; bertekstur ( Welded / Nonwelded); ukuran butir
0.2 - 1 mm; bentuk butiran : menyudut membundar tanggung; disusun oleh: Lithic, Mineral,
Gelas dan Opak.
Komposisi Mineral:
1. Lithic

(20 %) : Berwarna putih, ukuran butir 0.5 - 1 mm, bentuk butiran


membundar tanggung, hadir merata dalam sayatan, sebagai Fragmen.

2. Piroksen

(5 %) : Berwarna coklat, ukuran butir 0.3 - 1 mm, bentuk

butiran

euhedral, hadir Menyebar dalam sayatan sebagai Fragmen .


3. Kuarsa

(10 %): Berwarna putih, ukuran butir 0.2 - 1 mm, bentuk butiran
subhedral, hadir Merata dalam sayatan sebagai Fragmen .

4. Gelas

(60 %) : Berwarna putih, ukuran butir - mm, bentuk butiran amorf,


hadir merata dalam sayatan sebagai matriks .

5. Opak

(5 %) : Berwarna

hitam, ukuran butir 0.2 - 1 mm, bentuk butiran

subhedral, hadir setempat-setempat dalam sayatan sebagai fragmen .


Nama Batuan

: Vitric Tuff ( Menurut Klasifikasi William, 1954)

Buku Panduan Praktikum Petrografi 2012

23

BAB IV
BATUAN SEDIMEN
I V.1

Pe nd a huluan
Pengertian umum mengenai batuan endapan/sedimen adalah batuan yang

terbentuk akibat litifikasi bahan rombakan batuan asal atau hasil reaksi kimia maupun
hasil kegiatan organisme. Dalam pendiskripsian petrografi, batuan sedimen dapat
digunakan untuk mengetahui tingkat porositas, dan juga mengetahui provenancenya. Apa
yang selama ini kita lihat dalam deskripsi petrologi, jauh berbeda kenampakannya didalam
pendiskripsian secara mikroskopis, karena dari sini kita dapat mengetahui batuan sedimen
tersebut lebih detail. Batuan sedimen dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu Batuan
Sedimen Klastik dan Batuan sedimen Non Klastik
A. Batuan Sedimen Klastik
Batuan sedimen klastik terbentuk sebagai akibat pengendapan kembali rombakan batuan
asal, baik batuan beku, batuan metamorf ataupun batuan sedimen yang lebih tua. Adapun
fragmentasi batuan asal dimulai dari pelapukan, baik mekanik maupun kimiawi, lalu tererosi,
tertransportasi dan terendapkan pada cekungan pengendapan lalu mengalami proses
Diagenesa yaitu proses perubahan-perubahan pada temperatur rendah yang meliputi
Kompaksi, Sementasi, Rekristalisasi, Autigenesis, dan Replacement. Contoh : Klastik
yang bersifat Silikaan (quartz arenit, lithic arenit). Klastik yang bersifat Karbonatan
(Kalkareous arkosik arenit, kalkareous quartz arenit).
B. Batuan Sedimen Non Klastik
Terbentuk dari Reaksi kimia atau kegiatan organisme. Reaksi kimia yaitu Kristalisasi atau
reaksi Organik penggaraman unsur unsur laut, pertumbuhan kristal dari agregat kristal yang
terpresipitasi dan replacement.
Contoh : Non Klastik bersifat Silikaan ( Chert ).
Non Klastik bersifat Karbonatan ( Boundstone, Framestone ).
I V.2

Te kst ur

(u ku ran

b utir

da n

sor tasi )

Berdasarkan ukuran besar butirnya, batuan sedimen dinamai jadi breksi dan
konglomerat, batupasir, batulanau, batulempung. Skala ukuran butir yang disusun oleh
Wentworth dijadikan dasar untuk pengelompokan tersebut.
Breksi dan konglomerat adalah batuan sedimen didominasi butiran berukuran butir lebih dari
2 mm. Bagi butiran yang bentuk membundar baik sampai membundar tanggung dikenal
Buku Panduan Praktikum Petrografi 2012

24

konglomerat sedangkan yang butirannya berbentuk menyudut sampai menyudut tanggung


disebut breksi. Batupasir ukuran butir antara 0,06 mm - 2 mm. Batulanau butir 0,004 mm 0,06 mm sedangkan batuan dengan butiran yang lebih kecil dari ukuran lanau disebut
batulempung yang disusun oleh ukuran butir kasar dan halus dikenal sebagai sortasi jelek
sedangkan yang _ukuran seragam disebut bersortasi baik.

Diagram 5. Tekstur batuan sedimen

Tekstur Klastik
Textur klastik adalah textur yang terbentuk dari akumulasi mineral dan fragmen batuan.
Komponen batuan sedimen klastik terdiri dari butiran (grain), masa dasar (matrik) dan
semen. Antara butiran, matrik tidak mempunyai batasan ukuran, tetapi lebih cenderung
berdasarkan kekontrasan ukuran butir. Contohnya dentritus berukuran pasir sedang (0,5 - 0,25
mm) pada batupasir dapat hadir sebagai butiran namun pada breksi bertindak sebagai matrik.
Tekstur Non-Klastik

Buku Panduan Praktikum Petrografi 2012

25

Textur ini terbentuk dari hasil interlocking kristal yang saling mengikat atau bahkan non
kristalin oleh proses kimia dan biologi.
Bentuk dan Kebundaran Butiran
Bentuk butiran atau sphericity adalah derajat kecenderungan berbentuk lonjong, sedangkan
kebundaran adalah keruncingan pinggiran atau sudut butiran. Berdasarkan bentuknya, butiran
dapat saja berbentuk speroidal atau ekuidemensional, "dishshaped" atau bentuk lempengan,
bentuk batangan atau prismatik dan berbentuk bilahan; berdasar derajat kebundarannya
butiran dibagi menjadi menyudut, menyudut tanggung, membundar tanggung dan
membundar. Kedua sifat tersebut meski sering membingungkan adalah dibedakan secara
geometri dan tidak harus berkaitan. Butiran berbentuk sama dapat saja mempunyai derajat
kebundaran yang berbeda atau sebaliknya butiran dengan kebundaran yang sama dapat saja
terdiri dari bentuk-bentuk yang berbeda.
Bentuk butiran sangat dipengaruhi oleh bentuk asal material yang terangkut. Contohnya
hornblende sekalipun telah mengalami benturan selama pengangkutan sehingga bundar,
masih berkecenderungan berbentuk prismatik memanjang sebagaimana ketika belum
terangkut. Dengan demikian bentuk butir dan kebundaran mempunyai perbedaan makna. Pada
butiran yang halus, derajat kebundaran tidak diperhitungkan, karena butiran yang halus akan
menjadi suspensi dalam media dan terhindar dari benturan selama transportasi.

Gambar 16. Dua dimensi bentuk butir dan kebundaran (diambil dari Gilbert, 1954)

Buku Panduan Praktikum Petrografi 2012

26

Komposisi Mineral
Mineral penyusun batuan sedimen dapat berupa :
1. Mineral tak stabil
a. Mineral Alogenik
Susunan ini dimulai dari mineral yang paling tidak sta bil berturut-turut menjadi
kurang stabil. Olivin, piroksen, Plagioklas Ca (An 50 - 100), hornblende, andesinoligoklas, sfene, epidot, andalusit, staurolit, kianit, magnetit, ilmenit, garnetdan spinel.
b. Mineral Autiqenik
Mineral-mineral berikut ini adalah mineral autigenik yang stabil pada kondisi
diagenesa tetapi cenderung tidak stabil oleh pelapukan dan penghancuran selama
proses pengendapan. Untuk itu dikelompokkan dalam mineral tidak stabil, seperti .
gipsum, karbonat, apatit, glaukonit, pirit, zeolit(terutama yang kaya Ca), klorit, albil,
ortoklas dan mikroklin

2. Mineral Stabil
Ini adalah mineral mineral yang stabil selama siklus sedimentasi, baik mineral alogenik
maupun autigenik : mineral lempung, kuarsa, rijang, muscovit, tourmalin, zirkon, rutil,
brokit, anatase.
IV.3. BATUPASIR
Batupasir adalah batuan sedimen klastik yang sebagian besar butirannya berukuran
pasir (0,125, - 2 mm). Ada batupasir murni dan ada batupasir yang tidak murni. Pengertian ini
erat kaitannya dengan jumlah matrik berukuran lempung dan lanau halus pada batupasir
tersebut.
Berdasarkan derajat pemilahan batupasir dibagi menjadi 2 yakni :
a. Batupasir Arenit (murni) dengan matrik lempung dan lanau halus lebih sedikit dari 10 %
atau bahkan tidak ada.
b. Batupasir Wacky (tidak murni) mempunyai matrik lempung dan lanau halus lebih dari 10
%. Batu ini juga sering disebut batupasur lempungan (argilaceous sandstone)
Berdasarkan

material butiran penyusunnya

batupasir arenit maupun wacke dapat

dikelompokkan lagi menjadi seperti diagram di halaman berikutnya. Diagram pertama dipakai
untuk kelompok batupasir arenit dan satunya digunakan untuk jenis wacke. Diagram tersebut
terdiri dari tiga sudut yang masing-masing ditempati oleh prosentase kuarsa, feldspar dan
material tak stabil bersama-sama dengan fragmen batuan. Prosentase 0% kehadiran kuarsa
Buku Panduan Praktikum Petrografi 2012

27

dapat diplot pada garis bawah, semakin ke atas semakin besar prosentasenya. Prosentase 0%
kehadiran feldspar di sisi miring sebelah kanan, semakin ke kanan semakin besar harga
prosentasenya. Prosentase 0% kehadiran material tak stabil bersam-sama fragmen batuan
terdapat pada sisi kiri, semakin ke kanan semakin besar. Perlu dicatat bahwa prosentase
kehadiran material penyusun yang dihitung terbatas pada butirannya saja.
Contohnya jika fragmen pada batupasir terdiri dari butiran ortoklas 20 %, plagioklas asam
15%, Biotit 5 %, dasit 10 %, kuarsa 38 ~, magnetit- 2 %,material lempung 3 % dan semen
silika 7 % maka didapatkan termasuk jenis. batupasir arkosic arenit.
Pada batupasir arenit memungkinkan terbentuk semen, karena rongga antar butirnya dapat
saja diisi semen. Atau padanya dapat saja terjadi secondary outgrowth. Pada batupasir wacke
rongga antar butir telah diisi oleh material lempung sehingga semen tidak didapati atau sedikit
pada batuan ini. Memang pada proses diagenesa material berukuran lempung tersebut sering
mengalami rekristalisasi menjadi material halus, sebagai manahalnya semen.

Gambar 17. Batupasir Kuarsa dengan semen kalsium karbonat

IV.4.

Gambar 18. Batupasir kuarsa dengan mineral glaukonit (hijau


yang terdiri atas matrik berupa lempung dan
semen kalsium karbonat

BATUAN KARBONAT

Mineral utama dalam batugamping dan dolomit (dolostone) adalah aragonit (CaC03
ortorombik), kalsit (CaC03 rombohedral) dan dolomit [ CaMg(CO3)2 rombohedral]. Aragonit
adalah Kalsium karbonat murni, sedangkan kalsit biasanya tercampuri dengan unsur Fe dan
Mg sekalipun sedikit. Magnesit (MgC03) dan siderit (FeC03) ada dalam batuan karbonat,
keduanya jika hadir hanya dalam jumlah sedikit.
Aragonit, kalsit dan dolomit biasanya sangat sukar dibedakan dalam sayatan tipis batuan
karena 'sifat optiknya banyak mempunyai kemiripan dan kembaran (pada batuan metamorf
menjadi pembeda yang mudah ditemukan) tidak akan tampak dalam rombakan karbonat. Tes
kimia dan Scanning Electron Microscope (SEM) dibutuhkan untuk membedakannya.
Buku Panduan Praktikum Petrografi 2012

28

Mineral autigenik dapat juga hadir, contohnya kalsedon, kuarsa, glaukonit, pirit, gipsum,
anhidrit dan feldspar alkali.
Sekarang ini klasifikasi diskriptif batugamping didasarkan utamanya pada textur
saat terendapkan sebagaimana diperlihatkan oleh jumlah proporsi lumpur karbonat
(karbonat mikrokristalin) dan rombakan (allokem). Komponen yang terdapat
dalam batugamping adalah sebagai berikut:
1. Butiran/alokem adalah material karbonat yang berukuran lebih besar dari lanau
kasar, terdiri dari :
a. fosil,

b. ooid,

c. pellets dan

d. intraklas.

2. Kalsit mikrokristalin (mikrit)


adalah butiran kalsit mikrogranular pada batu gamping, berukuran < 20
milimikron. Mikrit dianggap mewakili asal lumpur karbonat. Awalnya lumpur
karbonat diendapkan berupa kristal kalsit dan aragonit halus yang kemudian
akan mengalami rekristalisasi nenjadi mikrit (lebih kasar dibandingkan lumpur) pada saat
terlitifikasi.
3. Semen sparry (sparit), agak lebih jelas, adalah kalsit granular yang mengkristal dalam
ruang antar butir pada batugamping.
Secara umum textur batugamping dapat dibedakan menjadi :
l. Textur didukung oleh butiran
2. Textur disukung oleh lumpur
Textur pertama terdapat dalam batugamping yang didominasi oleh alochem yang proporsinya
jauh melebihi lumpur karbonat sehingga lumpur hanya mengisi ruang-ruang antar butiran.
Sebaliknya textur ke-dua lebih didominasi oleh lumpur sehingga tampak butiran dilingkupi
oleh lumpur. (R.L. Folk, 1959, dalam Gilbert, 1982) membagi batugamping berdasarkan
kejadian mikrit dan jenis alokem.
Batuan berkomposisi keseluruhan terdiri kalsit mikrokristalin disebut mikrit, yang
mengandung alochem dalam matrik mikrit adalah "allochemical micrite" dan dibagi
brdasarkan jenis alokemnya. Batugamping mengandung alokem saja dan diikat oleh semen
sparry disebut sparite, dan jenis-jenis tergantung dari alokem yang terkandung olehnya

Buku Panduan Praktikum Petrografi 2012

29

Gambar 19. Klasifikasi batugamping oleh F. L. Folk, 1959 dalam Gilbert, 1982.

Gambar 20. Batugamping dengan komposisi mineral dolomit


(kalsium magnesia karbonat), merupakan hasil
lumpur atau mineral kalsium karbonat.

Gambar 21. Batugamping oolotik, dengan ukuran pasir kasar


pellets kalsium karbonat membundar, ubahan dari
padabeberapa keadaan pellets dapat di isi oleh
mineral kuarsa.

Gambar 22. Batugamping dengan Allochem Fosil

Buku Panduan Praktikum Petrografi 2012

30

IV.5. KLASIFIKASI PENAMAAN BATUAN SEDIMEN


Klasifikasi berdasarkan ukuran butir yang didasarkan pada pembagian besar butir
yang disampaikan oleh Wentworth (1922), seperti dibawah ini :

Tabel 6. Skala ukuran butir modifikasi Udden-Wenworth dan batuan sedimennya (Ehler dan Blatt,1986)

Klasifikasi berdasarkan komposisi didasarkan pada kehadiran mineral kuarsa,


feldspar, dan lithic ( pecahan batuan ), seperti dibawah ini.

Diagram 6. Klasifikasi batuan sedimen berdasarkan komposisi mineral kuarsa, feldspar dan lithic (pecahan batuan)

Buku Panduan Praktikum Petrografi 2012

31

Diagram 7. Diagram pembagian batupasir wacke menurut Gilbert, 1954

Diagram 8. Diagram pembagian batu;pasir arenit menurut Gilbert, 1954

Buku Panduan Praktikum Petrografi 2012

32

Diagram 9. Klasifikasi batuan sedimen berdasarkan kimia dan organik batuan

Gambar 23. Komponen dari batuan sedimen

Buku Panduan Praktikum Petrografi 2012

33

DAFTAR PUSTAKA
Pettijohn F.J., 1957, Sedimentary Rocks, Indian edition, Harper & Row Publishers, Inc.,
New York, reprinted by Mohan Primlani, oxford & IBH publishing Co. New
Delhi, 718 pp.
Williams H., Turner F.J. and Gilbert C.M., 1954, Petrography, An Introduction to Study of
Rocks, in Thin Section, University of California, Barkeley, W.H. Freeman and
Company, San Fransisco, 406 pp.

Buku Panduan Praktikum Petrografi 2012

34

LABORATORIUM PETROGRAFI
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN YOGYAKARTA
Gedung Teknik Geologi Lt.II Jl. SWK 104 Lingkar Utara, Condong Catur 55283

Nama

: xxx

No.Mhs

:xxx.xxx.xxx

Kode sayatan

: x xx

Pemerian Petrografis:
Sayatan tipis batuan sedimen Silisiklastik; warna abu-abu; butiran didukung oleh (mud / grain
supported); bertekstur : ukuran butir 0.5 - 1 mm; bentuk butiran : membundar tanggung membundar; terpilah baik; kemas terbuka; porositas baik disusun oleh: F : kuarsa, lithic, k.
feldspar; M : - ; S : silika
Komposisi Mineral:
1. kuarsa

(10 %) : Berwarna putih, ukuran

butir

0.5

mm

,bentuk butiran membundar, hadir merata dalam sayatan sebagai


Fragmen.
2. Lithic

(81 %): Berwarna coklat,

ukuran butir 0.5

mm,

bentuk

butiran membundar mm, hadir setempat dalam sayatan sebagai


Fragmen .
3. K. Feldspar

(2 %) : Berwarna putih, ukuran butir 0,2 -

0.5

mm,

bentuk

butiran membundar - .membundar mm, hadir setempat dalam sayatan


sebagai fragmen .
4. Mud

( 2 %) : Berwarna

coklat, ukuran

butir

- mm, hadir

setempat dalam sayatan sebagai matriks .


5. Semen

( 5 %) : Berwarna

putih, hadir

menyebar

dalam

sayatan

sebagai semen .

Nama Batuan

: Lithic Arenit ( Menurut Klasifikasi Gilbert, 1954)

Buku Panduan Praktikum Petrografi 2012

35

LABORATORIUM PETROGRAFI
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN YOGYAKARTA
Gedung Teknik Geologi Lt.II Jl. SWK 104 Lingkar Utara, Condong Catur 55283

Carbonate Petrography Description


WELL ........
PETROGRAPHY OF CONVENTIONAL CORE SAMPLE
Depth: ........ mt
PLATE ......
Lithology
: Dolomitic limestone
Classification : Foraminifera bafflestone/bindstone with packstone matrix
Sample Conditions: good
GRAINS
51% CEMENTS/ REPLACEMENTS
Bioclasts
43% Carbonate
Corals
P
Calcite
Stromatolites
Blocky 12%
Larger foraminifers
F(L)
Drusy
2%
Smaller benthic forams
Granular 3%
Coiled
P
Fibrous 1%
Uniserial
Dolomite
Biserial
Planktic foraminifers
P
Mollusks
R
Ostracods
P
Bryozoans
P
Echinoderms
Burrows
Red algae
P
Green algae
P
Intraclasts
Clay
Dolomite, Calcite
Clastical grains (quartz,
plagioclase, opaq)
MATRIX
Microspar - pseudospar
Micrite

Buku Panduan Praktikum Petrografi 2012

22%
18%

4%

8%
1%
6%
1%
16% VISIBLE POROSITY
6% Vugular
10% Mouldic
Interparticle
Intraparticle
Fractures
Open
P
Closed
P
Vein
Stylolite
Saw
R
Hair/Fine
TEXTURE

11%
1%
1%
4%
3%
1%

1%

Grain Size [mm]


Sorting
Minimum
Mode
Maximum Grain contacts
< 0,5
0,5 1
>3,8
Abrasion:
Porosity [mm]
Minimum
Mode
Maximum
< 0,1
0,3 0,4
0,8
Photomicrographs
Figures

Clc

LF

stl

Cly

stl

BM
Bry

M
1 mm
A
Bry

1 mm

Cr

1 mm

m
BM

LF

BM

BM

Moderate sorted
Point contact
Mainly abraded

: X40pol
m

:
:
:

PF

Cr

Gr
ms + ps
1 mm

1 mm

Remarks:
Pada sayatan batuan ini terdapat fosil seperti larger foram Lepidocyclina fair in thin section, kemudian adanya smaller
benthic foram, planktic foram, mollusk, bryozoans, red algae. Terdapatnya blocky calcite serta granular calcite. Sebagian
tempat telah terjadi proses micritization dan calcitization akibat proses compaction dan cementation. Depositional
environment Reef crest.
Picture 1. Contains larger foram, stilolyte saw, mollusk and micrite with calcite around.
Picture 2. Contains bryozoans, mollusk, clay, blocky mozaic calcite with calcite minerals.
Picture 3. Contains larger foram, stilolyte saw, mollusk and micrite with calcite around.
Picture 4. Contains bryozoans, planktic foram, red algae, mollusk, corals, acicular and blocky mozaic calcite as sparite,
microspar + pseudospar and micrite as matrix calcite with calcite mineral around.
Picture 5. Conatins blocky mozaic calcite, mollusk, corals, micrite, calcite mineral around.

Inf :
F = Foram besar
Clc = Calcite
ms = microspar
M = moluska
O = Opaq
m = micrit
S = Stromatolit
I = Porositas Intra Interpartikel
Vg = Porositas Vuggy D = Dlolomit

Buku Panduan Praktikum Petrografi 2012

Md = Porositas Moldic
Qz = Quartz
SBF = foram bentos
stl = stilolyte

P = Foram Plankton
ps = pseudespar
Gc = Glauconite
Cr = Coral

Cy = Clay ( carbonat or non )


A = algae
bm = biomicrit
f = Fracture

BAB V
BATUAN METAMORF
V.1.

P e nd a h ul ua n
Definisi metamorfisme adalah proses perubahan struktur dan mineralogi batuan yang

berlangsung pada fasa padatan, sebagai tanggapan atas kondisi kimia dan fisika yang berbeda
dari kondisi batuan tersebut sebelumnya. Perubahan yang berlangsung di dalam proses
pelapukan dan diagenesa umumnya tidak termasuk didalamnya. Wilayah proses metamorfosa
berada antara suasana akhir proses diagenesa dan permulaan proses peleburan batuan menjadi
tubuh magma ( lihat gambar 3.1.).

Diagram 10.
Skema diagram suhu - tekanan pada proses metamorfosa.
Metamorfisme dibatasi oleh proses diagene sa dan proses peleburan magma, pada suhu yang lebih tinggi. (dalam Winkler,1957)

Berdasarkan penyebarannya , Dibagi menjadi 2 yaitu :


1. Tipe dengan penyebaran terbatas, dibagi 2 yaitu :
Metamorfisme kontak (sering disebut metamorfisme thermal )
Terjadi pada batuan yang terpanasi oleh intrusi magma yang besar. Pancaran panas
tersebut akan semakin menurun bila semakin jauh dari tubuh intrusinya. Hal ini
berakibat adanya perbedaan pengaruh suhu pada batuan sampingnya antara bagian
yang dekat dengan tubuh intrusi dan yang lebih jauh. Tentunya demikian juga
dengan hasil perubahan mineraloginya. Zona aureole yang melingkari tubuh intrusi
merupakan gambaran ada perubahan tersebut.

Buku Panduan Praktikum Petrografi 2012

36

Metamorfisme kataklastik yang cirinya berbeda dari jenis sebelumnya.


Terbatas pada sekitar sesar. Penghancuran mekanik dan tekanan shear menyebabkan
perubahan fabrik batuan. Batuan hasil kataklastik seperti breksi sesar, milonit, filonit
dinamai berkaitan dengan ukuran butirnya
2. Tipe mempunyai penyebaran yang luas. Tipe ini terbagi dalam 2 jenis :
Metamorfisme regional dinamotermal
Sering dikaitkan dengan jalur orogenesa. Kenyataan menunjukkan bahwa pada jalur
tersebut dijumpai penyebaran batuan metamorf yang luas yang disebabkan oleh
beberapa kali proses orogenesa. Artinya bahwa beberapa diantaranya telah terbentuk
oleh satu kali atau lebih metamorfisme se.belumnya.
Berbeda dengan metamorfisme kontak, metamorfisme regional dinamotermal
berlangsung berkaitan dengan gerak-gerak penekanan ( "penetrative movement"). Hal
ini dibuktikan dengan struktur sekistositas. Jika metamorfisme termal terjadi pada
tekanan rendah antara 100 sampai 1000 bar atau mencapai 3000 bar ( terjadi pada
kedalaman 11 - 12 -km ), maka metamorfisme regional dinamotermal terjadi dalam
pengaruh tekanan antara, paling tidak 2000 sampai 10.000 bar. Hal ini akan
memperlihatkan perbeqAan fabrik batuan pada kedua metamorfisme tersebut. Suhu
yang berpengaruh pada keduanya umumnya sama dimulai diatas 150 C sampai
maksimum sekitar 800 C.
Metamorfisme regional beban.
Tidak berkaitan dengan orogenesa atau intrusi magma. Suatu sedimen pada cekungan
yang dalam akan terbebani oleh material di atasnya. Suhunya, bahkan sampai pada
kedalaman yang besar, lebih rendah dibandingkan pada metamorfisme dinamotermal,
berkisar antara 400 - 45oC. Gerak - gerak penetrasi yang menghasilkan sekistositas
hanya aktif secara setempat, jika tidak biasanya tidak hadir. Oleh karena itu fabrik
batuan asal tetap tampak sedangkan yang berubah adalah komposisi mineraloginya.
Perubahan metamorfismenya tidak teramati secara megaskopis tetapi hanya terlihat
pada pengamatan sayatan tipisnya di bawah mikroskop. Metamorfisme beban
memperlihatkan batuan-batuannya mengandung Seolit CaA1 laumontit dan lawsonit
disatu pihak dan mengandung glaukopan dan jadeit dipihak lain. Keduanya terbentuk
pada kondisi suhu yang dianggap sama, perbedaan itu lebih cenderung diakibatkan
oleh adanya tekanan yang tinggi sampai sangat tinggi.

Buku Panduan Praktikum Petrografi 2012

37

Para peneliti sekarang ini cenderung memisahkan metamorfisme regional tersebut


berdasarkan dominasi faktor pengaruh tekanan atau suhu yang berlangsung. Metamorfisme
regional yang dipengaruhi gradien geotermal yang rendah dengan tekanan yang tinggi
sering disebut tipe Barrow, sedangkan yang dipengaruhi gradien geotermal yang tinggi
dikenal dengan tipe Abukuma.
Derajat Metamorfisme
Meskipun perbedaan antara metamorfisme beban bersuhu sangat rendah dan metamorfisme
dinamotermal bersuhu rendah sampai tinqgi dapat dibuat dan telah dipergunakan secara luas,
namun hendaknya istilah-istilah tersebut dipertimbangkan penggunaannya oleh karena alasanalasan berikut ini :

1. Metamorfisme beban dan metamarfisme derajat sangat rendah pada jalur orogenesa dapat
menghasilkan batuan yang sama secara mineralogi.
2. Peningkatan suhu metamorfisme yang menerus (dimulai dari sebagai metamorfisme
beban) sampai suhu tinggi yang ini dikenal dengan metamorfisme dinamotermal dapat
terlihat pada satu jalur orogenesa.
3. Istilah "beban" dan "dinamotermal" masing-masing mengisyaratkan gerak epirogenesa
dan orogenesa. Tipe pergerakan bagaimanapun tidak memiliki arti pada reaksi min eral.
Reaksi mineral diatur sendiri untuk komposisi batuan tertentu oleh tekanarr dan suhu,
komposisi kimia dan bahkan oleh sejumlah fasa gas.
Berikut ini adalah pembagian derajat metamorfisme dengan memperhatikan perkembangan
suhunya :
- Metamorfisme derajat sangat rendah
- Metamorfisme derajat rendah
- Metamorfisme derajat menengah
- Metamorfisme derajat tinggi

Buku Panduan Praktikum Petrografi 2012

38

V.2 STRURTUR DAN TEXTUR BATUAN METAMORF

Diagram 11. Skema pembagian tekstur batuan metamorf

Ukuran Butir

Tekstur

Halus

Nonfoliasi

hornfels

Foliasi

slate, phyllite

Foliasi memtamorf kataklastik

mylonite

Sedang

Kasar

granofels

granofels

marer

marmer

kuarsit

kuarsit

amphibolite

amphibolite

schist

gneiss

mylonite schist augen gneiss

Tabel 7. Klasifikasi batuan metamorf berdasarkan tekstur

Buku Panduan Praktikum Petrografi 2012

39

1. Struktur non foliasi


Struktur ini berkembang baik pada metamorfosa dengan tekanan sangat rendah sampai
rendah tetapi dipengaruhi oleh suhu yang tinggi. Contohnya pada batuan - batuan
metamorf sebagai hasil metamorfosa termal. Selain itu textur ini juga didapatkan pada
batuan metamorf fasies granulit / eklogit produk metamorfosa regional dinamotermal.

Gambar 24.
Struktur non foliasi pada marmer (calcic schist) dalam nikol silang

Istilah tekstur granoblastik dipakai dalam struktur ini, menggambarkan komponen


butiran mineral ekuigranular terorientasi tidak teratur.
2. Struktur Foliasi
Sekistosa dipakai pada struktur paralel berasal dari proses metamorfosa, yang
mengisyaratkan kenampakan fisilitas planar, dengan ukuran mineral penyusun lebih
besar dari 1 (satu) mm. Sekistosa hampir selalu hadir dalam batuan yang telah
terdeformasi selama metamorfosa. Lepidoblastik dan Nematoblastik dipakai pada
tekstur ini untuk menjelaskan didominasi mineral tabular atau prismatik penyusunnya.

Gambar 25.
Struktur foliasi sekistosa

Buku Panduan Praktikum Petrografi 2012

40

Gneisik / genisosa adalah tekstur mineral - mineral granular secara dominan bergabung
dengan mineral - mineral tabular atau prismatik yang terorientasi paralel.

Gambar 26. Tekstur batuan metamorf foliasi gneisik


-

Mematmorfosa pada batuan berbutir halus seperti lempung sering memperlihatkan slaty
cleavage yakni mineral filosilikat berukuran antara 0,1 - 1 mm secara umum
memperlihatkan orientasi sejajar.

Gambar 27. Tekstur foliasi slaty cleavage

Textur kataklastik / Porfiroklastik adalah textur pada milonit dan pilonit sebagai hasil
metamorfosa kataklastik. Textur ini ditandai adanya porfiroklas sisa - sisa batuan yang
tertanam dalam massa yang terorientasi paralel.
Textur helisitik
Pada beberapa batuan metamorf didapati satu atau lebih kristal besar (porfiroblast)
bersama-sama dengan mineral lain yang berukuran halus. Garnt, kianit, staurolit, andalusit, kordierit, albit, biasanya berkembrang sebagai porfiroblast oleh karena itu mineral mineral tersebut berada diatas didalam seri kristaloblastik. Penjelasan ini tidak berlaku
jika porfiroblast suatu mineral (contoh mika) terdapat dalam matrik sesama kristal yang
lebih halus. Porfiroblast sering kali, tetapi tidak selalu, cenderung mempunyai kerangka
idioblastik. Kordierit dan albit adalah yang dikecualikan. Keduanya cenderung memiliki
Buku Panduan Praktikum Petrografi 2012

41

inklusi membentuk tekstur ayakan atau poikiloblastik. Dalam hal ini porfiroblastik dan
poikiloblastik dikenal sebagai textur belisitik.
Textur sisa /Palimpsest Penggunaan informasi mengenai sebelum metamorfosa pada
batuan textur sisa. Sisa - sisa textur blastoporfiritik mengisyaratkan bahwa batuan beku
bertextur porfiritik. Blastofitik sering berasal dari gabro. Batuan ini Batupasir, sering pula
dikenal sebagai blastopsefit dan blastopsamit. batuan asal dan sejarah metamorf
ditunjukkan oleh porfiritik atau yang dikenal batuan asal adalah dijumpai pada batuan
metamorf

yang

termetamorfosakan.

Demikian
Berasal

juga

dengan

konglomerat,

blastodiabasik.

breksi

jika

dari

diabas

yang

termetamorfosakan

masih

menunjukkan batuan asalnya. Textur ini dikenal sebagai blastopsefit dan blastopsamit.

Buku Panduan Praktikum Petrografi 2012

42

Gambar 28. Tekstur Batuan Metamorf

Gambar 29. Tekstur Batuan Metamorf

Gambar 30. Ketiganya adalah tekstur milonitik

Buku Panduan Praktikum Petrografi 2012

43

Gambar 31. Tekstur slaty cleavage

Gambar 32. Tekstur hornfelsik

P e n a m a a n

b a t u a n

m e t a m o r f

Penamaan batuan metamorf dimksudkan untuk dapat digunakan mengenali dan


memberikan informasi yang berarti mengenai batuan tersebut. Ada 4 kriteria utama
dalam menamai batuan metamorf.
a. asal batuan semula

c. textur

b. meneralogi batuan metamorf

d. penamaan secara khusus

Istilah metabasit, metapelit adalah batuan metamorf yang berasal dari batuan beku dan
batuan sedimen. Metasedimen, metabatupasir, meta batulempung, metagranit semua
mengisaratkan asal batuan semula
Buku Panduan Praktikum Petrografi 2012

44

Sekis, genis, filit, hornfels adalah penamaan didasarkan pada textur batuan metamrf tersebut.
Penamaan didasarkan pada mineralogi biasanya digabungkan dengan textur batuan sehingga
didapatkan informasi yang lengkap seperti : sekis biotit-muskovit-kuarsa atau genis
hornblende-kuarsa-muskovit. Pada tata cara semacam ini ada 2 kecenderungan penamaan
berdasar pada komposisi mineral. Di satu pihak disebutkan textur dengan diikuti mineral yang
hadir secara melimpah, tanpa memperhitungkan

apakah mineral tersebut penting

kehadirannya ataukah tidak, Di pihak lain disebutkan mineral yang penting kehadirannya
pada l~elompok mineral tersebut, seperti : Genis almandin-kuarsa-muskovit. Almandin
mengisyaratkan terbentuk pada tekanan tinggi sedangkan muskovit memberi gamba-ran
derajat menengah tahap awal.
Slate adalah batuan metamorf derajat sangat rendah, disusun oleh mineral pilosilikat sangat
halus tersusun membentuk orentasi kesejajaran yang memperlihatkan lembaran. Filit sama
dengan slate tetapi disusun oleh mineral pilisilikat yang lebih kasar (dalam ukuran 0,1 - 1
mm). Sekis ditandai oleh penjajaran mineral pipih berukuran > 1 mm sehingga mudah
dikenali dengan mata telanjang. Pada sekis tampak bahwa kehadiran mineral pipih lebih
melimpah dibandingkan mineral granular.
Genes berbutir sangat kasar dapat mencapai beberapa milimeter dan memperlihatkan foliasi.
Batuan ini didominasi oleh mineral granular dengan sedikit mineral pipih yang menjajar. Ahli
Eropa menggunakan genes sebagai batuan yang kasar, sedikit kandungan mikanya, derajat
tinggi. Istilah ortoqenes dipakai untuk genes yang berasal dari batuan beku dan paraqenes
untuk genes yang berasal dari batuan sedimen. Pada kenyataannya batas antara batuan-batuan
tersebut sangat berangsur. Perlu diingat bahwa jika ragu-ragu, batuan metamorf secara umum
dapat dianggap sebagai sekis
Pilonit adalah batuan metamorf kataklastik kaya mineral pilosilikat yang secara khas
memperlihatkan seperti slate.
Sedangkan batuan metamorf bertextur granoblastik di sekitar intrusi dikenal dengan hornfels.
Berikut ini adalah nama-nama batuan metamorf berdasarkan pada penamaan yang khas
padanya :
sekis hijau adalah batuan metamorf berf9liasi, berwarna hijau, umumnya disusun oleh klorit,
epidot dan aktinolit.
Sekis biru, berwarna gelap, textur foliasi, warnanya disebabkan oleh melimpah kehadiran
amfibol Na terutama glaukofan dan krosit.
Amfibolit utamanya disusun oleh dua mineral hijau gelap terdiri hornblende dan plagioklas
dengan ditambah berbagai mineral asesori
Buku Panduan Praktikum Petrografi 2012

45

serpentinit adalah batuan berwarna hijau, hitam atau kemerah-merahan, disusun secara
mencolok oleh serpentin. Batuan ini merupakan batuan metamorf berasal dari batuan beku
ultra basa.
Eklogit adalah batuan metamorf berkomposisi utama garnet dan omfasit (piroksen klino hijau
rumput) tanpa plagioklas dengan sedikit mineral asesori kuarsa, kianit, amfibol, zoisit dan
rutil.
Granulit, batuan metamorf dicirikan oleh textur granoblastik, berukuran butir seragam
bahkan membentuk kristal yang sempurna (poligonal) dan mineral penyusunnya terbentuk
pada temperatur tinggi, seperti feldspar, piroksen, amfibol.
Migmatit adalah batuan metamorf sekis atau genes berselang seling dengan urat-urat batuan
beku berkomposisi feldspar kuarsa.

Buku Panduan Praktikum Petrografi 2012

46

DAFTAR PUSTAKA
Alan Spry, 1969, Metamorphic Textures, Pergamon Press Ltd, Great Britain,
350`pp.
Mason R., 1978, Petrology of The Metamorphic Rocks, George Allen & Unwin
Ltd., London, 254 pp.
Williams,H., Turner, F.J. and Gilbert, C.M., 1954, Petrography an Introduction
to The Study of Rocks in Thin Section, University of California,
Berkeley, W.H. Freeman and Company, San Fransisco, 406 pp.
Winkler H.G.F., 1967, Petrogenesis of Metamorphic Rocks, second edition,
Springer-Verlag, New York Inc., New York, 237 pp.
Yardley B.W.D., 1989, An Introduction to Metamorphic Petrology, first
edition, John Wiley and Sons Inc., 248 pp.

Buku Panduan Praktikum Petrografi 2012

47

LABORATORIUM PETROGRAFI
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN YOGYAKARTA
Gedung Teknik Geologi Lt.II Jl. SWK 104 Lingkar Utara, Condong Catur 55283

Nama

: xxx

No.Mhs

:xxx.xxx.xxx

Kode sayatan

: x xx

Pemerian Petrografis:
Sayatan tipis batuan Metamorf Foliasi; warna coklat; Struktur ( foliasi / nonfoliasi); tekstur
Skistosa; disusun oleh: quarsa, muskovit, opak, dan biotit.
Komposisi Mineral:
1. Biotit

(40%) : Berwarna coklat, bentuk butiran melembar, hadir .merata


dalam sayatan sebagai mineral stress .

2. Kuarsa

(10%) : Berwarna putih, bentuk butiran membundar tidak rata, hadir


menyebar dalam sayatan sebagai mineral anti stress .

3. Muskovit

(35%) : Berwarna putih, bentuk butiran melembar, hadir merata


dalam sayatan sebagai mineral stress .

4. opak

(15%) : Berwarna hitam,

bentuk butiran membundar , hadir

setempat-setempat dalam sayatan sebagai mineral tambahan .

Nama Batuan

: Sekis Biotit ( Menurut Klasifikasi, Winkler1954)

Buku Panduan Praktikum Petrografi 2012

48

B AB

V I

A L TE R A SI
VI. 1. Pendahuluan
Meskipun dalam melakukan penyayat-tipisan batuan diusahakan memilih conto sesegar
mungkin, namun ada saja hasil sayatan yang telah mengalami ubahan. Alterasi tidak saja
dihasilkan oleh pelapukan batuan melainkan juga disebabkan adanya perkolasi / perputaran
larutan cair yang berasal dari permukaan, dari dalam berupa larutan panas dan dari aktivitas
magma akhir.
Alterasi yang terjadi oleh larutan permukaan akan menghasilkan mineral yang stabil pada
kondisi suhu dan tekanan rendah. Alterasi tersebut akan menghasilkan senyawa silikat
teralterasi, oksida dan hidrasi logam, silika berbutir halus, karbonat dan kadang sulfat.
Feldspar alkali terubah menjadi mika, mineral lempung, silika. Plagioklas basa terubah
menjadi sausurit, mineral lempung, karbonat, dan silika. Feldspatoid biasanya terubah
menjadi karbonat, mineral lempung atau kadang zeolit. Mineral silikat ferogmanesia terubah
menjadi karbonat, mineral lempung, atau mineral lain yang komposisinya memenuhi. Seperti
contohnya biotit terubah menjadi klorit.
VI.2. Beberapa jenis alterasi yang umum terjadi pada batuan beku :
1. Albitisasi adalah contoh penting alterasi dihasilkan dari mengubah mineral awal, terutama
kalium feldspar, oleh cairan kaya soda. Contohnya albitisasi terjadi pada pertit dan spilit.
2. Kloritisasi ditandai dengan kehadiran klorit menggantikan mineral silikat feromagnesia
alumina. Alterasi jenis yang paling umum terjadi pada batuan beku intermediet dan basa.
3. Argilisasi hadir pada batuan dimana larutan terlibat dalam menggantikan feldspar menjadi
mineral lempung. Jenis alterasi ini jangan dibingunkan dengan kaolinisasi yang
merupakan hasil alterasi oleh air permukaan atau air formasi.
4. Propilitisasi adalah bentuk alterasi hidrotermal yang melibatkan kehadiran karbonat,
silika sekunder, klorit dan sulfit. Batuan andesit yang telah mengalami propilitisasi
disebut propilit.
5. Sausuritisasi adalah hasil dari perkembangan sausurit batuan berbutir halus mengandung
albit atau oligoklas, zoisit atau epidot, kalsit, serisit, zeolit. Ini umumnya hasil dari alterasi
plagioklas pada batuan gabro dan basalt. Hal ini biasanya disertai dengan kloritisasi.
6. Uralitisasi adalah pergantian piroksen menjadi hornblende biasanya adalah hasil kegiatan
magma akhir.

Buku Panduan Praktikum Petrografi 2012

49

7. Serisitinisasi biasanya mengenai feldspar pada batuan yang dipengaruhi larutan kegiatan
akhir magma.
8. Serpentinisasi umumnya adalah proses kegiatan akhir magma untuk menggantikan
mineral silikat feromagnesia tanpa kandungan aluminium menjadi mineral serpentin.
9. Zeolitisasi melibatkan kehadiran zeolit dalam rongga-rongga atau perubahan mineral
plagioklas basa dan feldspatoid menjadi zeolit.
10. Silisifikasi ditandai dengan perubahan mineral asal menjadi mineral silika oleh larutan
sisa magma.
11. Epidotisasi kemungkinan merupakan produk alterasi hidrotermal yang menghasilkan
epidot atau zoisit. Atau proses ini merupakan penggantian mineral silikat feromagnesia
alumina menjadi epidot. Pada beberapa batuan hal ini berkaitan dengan kloritisasi.
12. Alunitisasi adalah penggantian alkali feldpar menjadi alunit oleh aktifitas cairan
mengandung sulfat.
Mineral alterasi
Karbonat

: Kalsit, Aragonit, Siderit.

Sulfat

: Anhidrit, Alunit, Natroalunit, Barit

Sulfida

: Pirit, Pirotrit, Markasit, Sfalerit, Galena, Kalkopirit

Oksida

: Hematit, Magnetik, Leukosen, Diaspor

Pospat

: Apatit

Halit

: Fluorit

Replacement
Epidot
Adularia

Monmorilonit

Albit

Kalsit
Kaolin

Plagioklas Ca

Wairakit

Ilit
Kuarsa

Anhidrit
Klorit

Diagram 12. Ubahan Mineral Plagioklas

Buku Panduan Praktikum Petrografi 2012

50

Zeolit ( mordenit, laumontit )


Kristobalit

Kuarsa
Gelas Vulaknik

Monmorilonit

Kalsit

Diagram 13. Ubahan gelas vulkanik

Kalsit
Kuarsa

Klorit

Piroksen / amfibol / Olivin / Biotit

Pirit

Anhidrit

Ilit

Diagram 14. Ubahan mineral Piroksen, Amfibol, Olivin, dan Biotit

Buku Panduan Praktikum Petrografi 2012

51

LABORATORIUM PETROGRAFI
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN YOGYAKARTA
Gedung Teknik Geologi Lt.II Jl. SWK 104 Lingkar Utara, Condong Catur 55283

Nama

No.Mhs

Kode sayatan

Pemerian Petrografis:
Sayatan tipis batuan Alterasi; warna .................; bentuk mineral.......... - ............; ukuran
mineral .......... - ......... mm; tipe ubahan .. disusun oleh: ......................,
........................,...................... dan...........................
Komposisi Mineral Ubahan :
1. ...........................

(.... %) : Berwarna

............,

relief

...............,

bentuk

mineral ., terubah dari mineral........................


2. ..........................

(.... %) : Berwarna

............,

relief

...............,

bentuk

mineral ., terubah dari mineral........................


3. ..........................

(.... %) : Berwarna

............,

relief

...............,

bentuk

mineral ., terubah dari mineral........................


4. ............................ (...%) : Berwarna

............,

relief

...............,

bentuk

mineral ., terubah dari mineral........................


5. ..........................

(.... %) : Berwarna

............,

relief

...............,

bentuk

mineral ., terubah dari mineral........................


Nama Batuan

: ........................................... ( Menurut Klasifikasi

Buku Panduan Praktikum Petrografi 2012

52

Anda mungkin juga menyukai