2012
Oleh:
Dosen & Staff Assisten
Laboratorium Petrografi
TATATERTIB
LABORATORIUMPETROGRAFI
UMUM
1. Praktikan harus lulus mata kuliah Petrologi dan Mineralogi Optik dengan nilai minimum
D dan mengambil mata kuliah Petrografi.
2. Praktikan berpakaian yang sopan dan rapi dan tidak diperkenankan menggunakan kaos
oblong dan sandal.
3. Menjaga kesopanan, ketertiban, dan keamanan dalam pelaksanaan kegiatan praktikum.
4. Praktikan tidak diperkenankan mengikuti praktikum diluar jadwal yang telah ditentukan
kecuali seijin assisten.
5. Praktikan dinyatakan gugur jika tidak mengikuti praktikum sebanyak dua kali (2x)
berturut-turut dan tiga kali (3x) tidak berturut-turut.tanpa surat ijin.
6. Mempersiapkan diri dengan belajar materi acara praktikum akan membantu keberhasilan
praktikum.
7. Semua praktikan hendaknya menjaga kebersihan dan ketertiban dengan cara tidak merokok
dan membuang sampah didalam ruang laboratorium.
8. Dilarang makan dan minum saat praktikum sedang berlangsung.
9. Wajib membawa modul pada saat praktikum.
SAAT PRAKTIKUM
1. Praktikan seyogyanya telah datang 5 menit sebelumnya, hanya pada keadaan terpaksa,
terlambat datang selama 5 menit masih diperbolehkan mengikuti praktikum.
2. Praktikan memasuki laboratorium setelah peserta praktikum plug sebelumnya telah keluar
semua dan meletakkan tas ditempat yang telah tersedia.
3. Praktikan wajib membawa bon alat setiap melakukan praktikum yang di periksa dan di acc
oleh assisten agar dapat menggunakan peraga-peraga praktikum. Apabila tidak membawa
bon alat tersebut, praktikan tidak diperkenan kan untuk mengikuti kegiatan praktikum dan
dinyatakan inhal.
4. Agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan dan mikroskop terpelihara, diharuskan
memperlakukannya dengan hati-hati, bersihkan lensa-lensa objektif dan okuler dengan kain
planel sebelum dipergunakan agar dapat dipergunakan secara optimal.
5. Hubungkan mikroskop dengan sumber listrik dengan hati-hati, pastikan tidak ada kabel
yang dapat mengakibatkan arus pendek (korsleting).
6. Praktikan tidak diperbolehkan meninggalkan laboratorium tanpa ijin dari asisten pada saat
itu.
7. Selesai setiap acara praktikum meja harus dalam keadaan bersih dari kotoran.
Buku Panduan Praktikum Petrografi 2012
Gambar 1.Gambar prosentase mineral pada sayatan tipis diambil dari Philpotts, 1989
I.1. PENDAHULUAN
Petrografi
adalah
ilmu
memerikan
da n
mengelompokkan
batuan.
lebih
besar,
petrologi
(ilmu
tentang
pembentukan
batuan)
maka
petrologi.
Pemakaian
mikroskop
dan
pengenalan
mineral
I.2.
Bersihkan lensa okuler dan obyektif dari kotoran debu dan lemak dengan kain planel
sebelum dipakai.
2.
Simpan mikroskop pada ruang yang tidak lembah atau almari berlampu agar tidak
berjamur, atau dengan diberikan silika gel disekitar mikroskop.
3.
Perlakukan sayatan tipis dengan baik agar terhindar di pecah atau rusak mengingat
beberapa sayatan yang ada laboratorium susah mendapatkannya.
4.
BAB II
BATUAN BEKU
Petrografi batuan beku menggambarkan keadaan mineral (yang bisa diamati)
dan teksturnya, yang masing-masing sebagai fungsi komposisi kimia dan sejarah
pembekuannya.
Pengamatan
pada
sayatan
tipis
batuan
dilakukan
dibawah
feldspar,
perbandingan
plagioklas
alkali
feldspar
dan
jenis
plagioklasnya
Igneous
Igneous Rocks
Igneous and
Metamorphic Minerals
Igneous Minerals
Andesite
Gem Mineral
Fools Gold
Basalt
Beryl
Iron Pyrite
Gabbro
Iron Oxide
Gem Minerals
Obsidian
Magnetite
Topaz
Diorite
Peridotite
Tourmaline
Pumice
Buku Panduan Praktikum Petrografi 2012
Rhyolite
Scoria (volcanic ash)
Syenite
Tabel 2. Mineral Pembentuk Batuan Beku
2. Tekstur
- Tekstur umum
a. Derajat kristalisasi
-
Hipokristalin
Hipokrsitalin
Holohyalin
Holokristalin
Holokristalin
b. Kemas
-
Equigranular
Panidiomorfik
granular
Hipidiomorfik
granular
Allotriomorfik granular
-
- Tekstur khusus
a. Tekstur intergrowth
Grafik, tumbuh bersama antara alkali feldspar dengan kuarsa, disini kuarsa
berbentuk runcing runcing.
Granoferik, tekstur yang dibentuk oleh kalium feldspar dan kuarsa dimana
kuarsa menginklusi didalam kalium feldspar.
Subofitik ofitik, plagioklas tumbuh secara acak dan merata bersamaan dengan
piroksen, dimana ukuran plagioklas lebih besar dibandingkan dengan mineral
piroksen dan olivin yang ditutupinya.
10
b
Gambar 12.
a. Olivin porfiritik Basalt Fenokris olivin tertanam pada masa dasar matrik plagioklas di antara butiran fenokris tersebut
b. Fenokris olivin tertanam pada masa dasar yang lebih halus dengan struktur-struktur lubang gas
Pertit, tekstur yang dibentuk oleh plagioklas dan kalium feldspar, alkali
feldspar tumbuh lebih besar.
11
Antipertit, sama dengan pertit tetapi disini plagioklas asam tumbuh lebih
besar.
b. Tekstur aliran
-
Pilotaksitik,
fenokris
dan
masa
dasar
plagioklas
menunjukkan
pola
kesejajaran.
-
Hialopilitik, sama dengan trakitik hanya saja dibentuk oleh mikroliy plagioklas
dengan masa gelas.
3. Mineralogi
a. Mineral primer:
Mafik : kelompok olivine, piroksen, amphibol, mika
Felsik : kelompok feldspar, feldspartoid,dll
b. Mineral sekunder : Limonit, kalsit, kaolin, antofilit, serisit, dll c.
Mineral tambahan : Beryl, fluorit, turmalin, ilmenit, zircon, dll
4. Alterasi
12
II.2.
mineralogi
dan
tekstur
batuan,
maka
Williams
(1954)
13
Atau sebagai hasil diferensiasi atau pemisahan langsung dari substratum (mantle
atas),
Merupakan batuan yang tersusun oleh mineral - mineral yang membeku
pada . kesempatan pertama.
Contoh batuannya adalah : Ankaramit, Limburgites, Melilite, Nefelinite, Dunite,
Peridotite, Wherlite, Harzburgite, Lherzolite, Piroksenit, dll.
Kerabat Batuan Gabbro Kalk Alkali (Kelompok Gabbro Ralk Alkali)
Indeks warna ( CI) > 40
Plagioklas basa An50-An80
Si02 45 % - 52 %
Kuarsa, K. Feldspar bisa hadir / tidak hadir dengan kehadiran < 10 %
Mineralogi : Piroksen, Olivin.
Contoh batuannya : Basalt, Diabas, Gabbro, Norit, dll.
Kerabat Batuan Gabbro Alkali
CI 40 70
Kandungan Si02 45 -52 %
Feldspar / feldspatoid ( > 10 %), untuk membedakan dengan kerabat batuan Gabbro kalk
alkali.
Mineralogi : olivin, piroksen (pigeonitaugit, hiperstene-augit).
Tekstur : porfiritik, intergranular, ofitik, intersertal, poikilitik, trakhitik.
Contoh batuannya : Trachybasalt, Malignite, Theralite, dll.
Catatan khusus :
Merupakan basalt atau diabas dengan kandungan plagioklas asam (albit) umumnya berupa
pillow lava dengan struktur amigdaloidal (diamana lubang-lubang gas terisi oleh mineral
kalsit dan epidot).
Basanit dan tephrite
Tekstur : - Porfiritik, intergranular.
Mineralogi : Plagioklas > An50, K. Feldspar/ feldsphatoid > 10 %. Beda keduanya
basanit, olivin > 10%
Tephrite > tanpa olivin.
Bila mengandung analcite ditambahkan didepan nama batuan, menjadi analcite basanit
atau analcite tephrite.
Buku Panduan Praktikum Petrografi 2012
14
Nephelinite / leucitite
Tekstur : Porfiritik, intergranular.
Mineralogi : Plagioklas > An50 sekitar 10 % , piroksen, nepheline dan leusit berupa
fenokris.
Kerabat Batuan Diorit Monzonite Syenite (Relompk Diorit-Monzonite-Syenite)
CI < 40
Kandungan silika 52 % - 66 %
Tidak mengandung kuarsa atau < l0%
Feldspar : Plagioklas An50
Alkali feldspar (KF)
Tekstur : porfiritik
Tekstur khusus : Pilotaksitik, vitroferik, trakhitik.
Mineralogi : Plagioklas, KF, Hornblende, Biotit, olivin, piroksen.
Mineral penyerta : apatit, zircon.
Jenis batuan :
TEKSTUR KF<1/3TF
1/3 TF<KF<2/3TF
KF>2/3 TF
Feldspatoid
Phonolite
HALUS
Andesit
Trachyandesit
Trachyt
KASAR
Diorit
Monzonite
Syenite
Feldspatoid
syenite
Tabel 4. Jenis Batuan Beku intermediet berdasarkan komposisi plagiaklas dan feldspar
15
Jenis batuan :
TEKSTUR
KF> 2/3TF
Halus
Dasit
Riodasit
Riolit
Kasar
Granodiorit
Adamelit
Granit
Tabel 5. Jenis Batuan Beku asam berdasarkan komposisi plagiaklas dan feldspar
16
e. Dibandingkar pada anggota basa dan asamnya kehadirn magnetit dan ilmenit pada
anggota intermediat lebih melimpah
Seri alkali
a. Hadir basanit, teprit dan fonolit
b. Pada anggota basa, plagioklas merupakan fenokris utama, berupa bitownit dan labradorit.
Pada anggota asamnya berupa oligoklas. Umumnya hadir pula feldspar alkali (ortoklas
dan sanidin) sebagai fenokris utamanya.
c. Pada anggota basa olivin hadir berupa forsterit dan berupa fayalit pada trakit
d. Pada anggota basa piroksen klino kaya Ca hadir, sedangkan pada trakit hadir berupa
hedenbergit.
e. Amfibol dan biotit hadir pada anggota basanit dan fonolit, sedangkan pada trakit keduanya
hadir sebagai masa dasar.
f. Nefelin mengkristal pada anggota basanit hingga fonolit, ada kemungkinan bergabung
dengan sodalit.
g. Ilmenit hadir pada anggota basanit hingga fonolit dan alkali basalt hingga trakit. Sebagai
mineral sebagai mineral asesori dapat hadir sebagai fenokris a taupun masa dasar
17
Diagram 2. Bowens Reaction Series dan Pembagian Batuan Beku bedasarkan tekstur
18
Diagram 3.
Klasifikasi Batuan Ultramafik
(Anthony R. Philpotts, 1989)
19
DAFTAR PUSTAKA
Yang bisa dijadikan referensi untuk belajar lebih lanjut
Ehler E.G., Blatt H., 1982, Petrology . Igneous, Sedimentary and Metamorphic", W.H.
Freeman and Company, San Fransisco, pp 110
Mac Kenzie W.S., Donaldson C.H. and Guilford C., 1982, Atlas of Igneous Rocks and
Their Textures, Longman group Ltd.,USA, 147 pp.
Philpotts A.R., 1989, Petrography of Igneous and Metamorphic Rocks, Prentice - Hall
Inc. New Jersey, 179 pp
Williams H., Turner F.J. and Gilbert C.M., 1954, Petrography, An Introduction to Study of
Rocks in Thin Section, University of California, Barkeley, W.H. Freeman and
Company, San Fransisco, 406 pp.
Wahlstrom E.E., 1948, Igneous minerals and Rocks, second printing, John Wiley and
Sons Inc., London, USA, 367 pp.
Wilson M.,1989. Igneous Petrogenesis, First edition, Unwin Hynman Ltd., London, 165
pp
20
LABORATORIUM PETROGRAFI
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN YOGYAKARTA
Gedung Teknik Geologi Lt.II Jl. SWK 104 Lingkar Utara, Condong Catur 55283
Nama
: xxx
No.Mhs
: xxx.xxx.xxx
Kode sayatan
: x xx
Pemerian Petrografis:
Sayatan tipis batuan beku Asam Plutonik; warna coklat; indeks warna <40 % ; kristalinitas:
Holokristalin; granularitas: Fanerik kasar Fanerik sedang; bentuk kristal euhedral anhedral; ukuran kristal 1 - 3 mm; relasi: Equigranular panidiomorfik dengan tekstur khusus
mirmeketik; disusun oleh: plagioklas, biotit, kuarsa, mikroklin dan opak.
Komposisi Mineral:
1. Plagioklas
2. Mikroklin
(40 %) : Berwarna
putih,
relief
rendah, menunjukkan
(20 %) : Berwarna
coklat
relief
rendah, menunjukkan
5. Opak
(5 %) :
Berwarna
Hitam
relief
Tinggi,
21
BAB III
BATUAN PIROKLASTIK
I II.1.
P e nda h uluan
Batuan piroklastik adalah batuan volkanik yang tekstur klastik, dengan kata
lain, merupakan endapan fragmental terbentuk secara langsung dari volkanik. Batuan
piroklastik secara luas dihasilkan dari letusan erupsi - erupsi volkanik. Tetapi fragmentasi
materialnya bisa juga disebabkan oleh pertumbuhan yang menerus dari sebagian yang
dipadatkan oleh kubah - kubah volkanik, dan pada umumnya terjadi dimana lava - lava
didinginkan oleh air.
Material piroklastik pada mulanya digolongkan menurut ukuran butir. Fragmen-fragmen
berukuran
"Pebble" dengan diameter antara 2 mm - 64 mm dinamakan Lapilli.
Partikelpartikel yang lebih kecil dinamakan ash,
Sedang yang lebih besar disebut b o m b
Jika selama, pembentukannya berasal dari sebagian atau seluruhnya cair dan membeku di
udara Disebut blok, jika hasil pembekuan bentuknya menyudut. Batuan-batuan volkanik
yang terdiri dari ash dan lapilli dinamakan tuff, jika mereka sebagian besar terdiri dari
ash dan lapilli tuff jika lapillinya dominan. Batuan-batuan yang kaya bomb - bomb
dinamakan aglomerat dan bila batuan kaya dengan blok disebut brelrsi v o l k a n i k
I II.2.
bat uan
pirok la st i k
22
LABORATORIUM PETROGRAFI
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN YOGYAKARTA
Gedung Teknik Geologi Lt.II Jl. SWK 104 Lingkar Utara, Condong Catur 55283
Nama
: xxx
No.Mhs
: xxx.xxx.xxx
Kode sayatan
: x xx
Pemerian Petrografis:
Sayatan tipis batuan Piroklastik; warna putih; bertekstur ( Welded / Nonwelded); ukuran butir
0.2 - 1 mm; bentuk butiran : menyudut membundar tanggung; disusun oleh: Lithic, Mineral,
Gelas dan Opak.
Komposisi Mineral:
1. Lithic
2. Piroksen
butiran
(10 %): Berwarna putih, ukuran butir 0.2 - 1 mm, bentuk butiran
subhedral, hadir Merata dalam sayatan sebagai Fragmen .
4. Gelas
5. Opak
(5 %) : Berwarna
23
BAB IV
BATUAN SEDIMEN
I V.1
Pe nd a huluan
Pengertian umum mengenai batuan endapan/sedimen adalah batuan yang
terbentuk akibat litifikasi bahan rombakan batuan asal atau hasil reaksi kimia maupun
hasil kegiatan organisme. Dalam pendiskripsian petrografi, batuan sedimen dapat
digunakan untuk mengetahui tingkat porositas, dan juga mengetahui provenancenya. Apa
yang selama ini kita lihat dalam deskripsi petrologi, jauh berbeda kenampakannya didalam
pendiskripsian secara mikroskopis, karena dari sini kita dapat mengetahui batuan sedimen
tersebut lebih detail. Batuan sedimen dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu Batuan
Sedimen Klastik dan Batuan sedimen Non Klastik
A. Batuan Sedimen Klastik
Batuan sedimen klastik terbentuk sebagai akibat pengendapan kembali rombakan batuan
asal, baik batuan beku, batuan metamorf ataupun batuan sedimen yang lebih tua. Adapun
fragmentasi batuan asal dimulai dari pelapukan, baik mekanik maupun kimiawi, lalu tererosi,
tertransportasi dan terendapkan pada cekungan pengendapan lalu mengalami proses
Diagenesa yaitu proses perubahan-perubahan pada temperatur rendah yang meliputi
Kompaksi, Sementasi, Rekristalisasi, Autigenesis, dan Replacement. Contoh : Klastik
yang bersifat Silikaan (quartz arenit, lithic arenit). Klastik yang bersifat Karbonatan
(Kalkareous arkosik arenit, kalkareous quartz arenit).
B. Batuan Sedimen Non Klastik
Terbentuk dari Reaksi kimia atau kegiatan organisme. Reaksi kimia yaitu Kristalisasi atau
reaksi Organik penggaraman unsur unsur laut, pertumbuhan kristal dari agregat kristal yang
terpresipitasi dan replacement.
Contoh : Non Klastik bersifat Silikaan ( Chert ).
Non Klastik bersifat Karbonatan ( Boundstone, Framestone ).
I V.2
Te kst ur
(u ku ran
b utir
da n
sor tasi )
Berdasarkan ukuran besar butirnya, batuan sedimen dinamai jadi breksi dan
konglomerat, batupasir, batulanau, batulempung. Skala ukuran butir yang disusun oleh
Wentworth dijadikan dasar untuk pengelompokan tersebut.
Breksi dan konglomerat adalah batuan sedimen didominasi butiran berukuran butir lebih dari
2 mm. Bagi butiran yang bentuk membundar baik sampai membundar tanggung dikenal
Buku Panduan Praktikum Petrografi 2012
24
Tekstur Klastik
Textur klastik adalah textur yang terbentuk dari akumulasi mineral dan fragmen batuan.
Komponen batuan sedimen klastik terdiri dari butiran (grain), masa dasar (matrik) dan
semen. Antara butiran, matrik tidak mempunyai batasan ukuran, tetapi lebih cenderung
berdasarkan kekontrasan ukuran butir. Contohnya dentritus berukuran pasir sedang (0,5 - 0,25
mm) pada batupasir dapat hadir sebagai butiran namun pada breksi bertindak sebagai matrik.
Tekstur Non-Klastik
25
Textur ini terbentuk dari hasil interlocking kristal yang saling mengikat atau bahkan non
kristalin oleh proses kimia dan biologi.
Bentuk dan Kebundaran Butiran
Bentuk butiran atau sphericity adalah derajat kecenderungan berbentuk lonjong, sedangkan
kebundaran adalah keruncingan pinggiran atau sudut butiran. Berdasarkan bentuknya, butiran
dapat saja berbentuk speroidal atau ekuidemensional, "dishshaped" atau bentuk lempengan,
bentuk batangan atau prismatik dan berbentuk bilahan; berdasar derajat kebundarannya
butiran dibagi menjadi menyudut, menyudut tanggung, membundar tanggung dan
membundar. Kedua sifat tersebut meski sering membingungkan adalah dibedakan secara
geometri dan tidak harus berkaitan. Butiran berbentuk sama dapat saja mempunyai derajat
kebundaran yang berbeda atau sebaliknya butiran dengan kebundaran yang sama dapat saja
terdiri dari bentuk-bentuk yang berbeda.
Bentuk butiran sangat dipengaruhi oleh bentuk asal material yang terangkut. Contohnya
hornblende sekalipun telah mengalami benturan selama pengangkutan sehingga bundar,
masih berkecenderungan berbentuk prismatik memanjang sebagaimana ketika belum
terangkut. Dengan demikian bentuk butir dan kebundaran mempunyai perbedaan makna. Pada
butiran yang halus, derajat kebundaran tidak diperhitungkan, karena butiran yang halus akan
menjadi suspensi dalam media dan terhindar dari benturan selama transportasi.
Gambar 16. Dua dimensi bentuk butir dan kebundaran (diambil dari Gilbert, 1954)
26
Komposisi Mineral
Mineral penyusun batuan sedimen dapat berupa :
1. Mineral tak stabil
a. Mineral Alogenik
Susunan ini dimulai dari mineral yang paling tidak sta bil berturut-turut menjadi
kurang stabil. Olivin, piroksen, Plagioklas Ca (An 50 - 100), hornblende, andesinoligoklas, sfene, epidot, andalusit, staurolit, kianit, magnetit, ilmenit, garnetdan spinel.
b. Mineral Autiqenik
Mineral-mineral berikut ini adalah mineral autigenik yang stabil pada kondisi
diagenesa tetapi cenderung tidak stabil oleh pelapukan dan penghancuran selama
proses pengendapan. Untuk itu dikelompokkan dalam mineral tidak stabil, seperti .
gipsum, karbonat, apatit, glaukonit, pirit, zeolit(terutama yang kaya Ca), klorit, albil,
ortoklas dan mikroklin
2. Mineral Stabil
Ini adalah mineral mineral yang stabil selama siklus sedimentasi, baik mineral alogenik
maupun autigenik : mineral lempung, kuarsa, rijang, muscovit, tourmalin, zirkon, rutil,
brokit, anatase.
IV.3. BATUPASIR
Batupasir adalah batuan sedimen klastik yang sebagian besar butirannya berukuran
pasir (0,125, - 2 mm). Ada batupasir murni dan ada batupasir yang tidak murni. Pengertian ini
erat kaitannya dengan jumlah matrik berukuran lempung dan lanau halus pada batupasir
tersebut.
Berdasarkan derajat pemilahan batupasir dibagi menjadi 2 yakni :
a. Batupasir Arenit (murni) dengan matrik lempung dan lanau halus lebih sedikit dari 10 %
atau bahkan tidak ada.
b. Batupasir Wacky (tidak murni) mempunyai matrik lempung dan lanau halus lebih dari 10
%. Batu ini juga sering disebut batupasur lempungan (argilaceous sandstone)
Berdasarkan
dikelompokkan lagi menjadi seperti diagram di halaman berikutnya. Diagram pertama dipakai
untuk kelompok batupasir arenit dan satunya digunakan untuk jenis wacke. Diagram tersebut
terdiri dari tiga sudut yang masing-masing ditempati oleh prosentase kuarsa, feldspar dan
material tak stabil bersama-sama dengan fragmen batuan. Prosentase 0% kehadiran kuarsa
Buku Panduan Praktikum Petrografi 2012
27
dapat diplot pada garis bawah, semakin ke atas semakin besar prosentasenya. Prosentase 0%
kehadiran feldspar di sisi miring sebelah kanan, semakin ke kanan semakin besar harga
prosentasenya. Prosentase 0% kehadiran material tak stabil bersam-sama fragmen batuan
terdapat pada sisi kiri, semakin ke kanan semakin besar. Perlu dicatat bahwa prosentase
kehadiran material penyusun yang dihitung terbatas pada butirannya saja.
Contohnya jika fragmen pada batupasir terdiri dari butiran ortoklas 20 %, plagioklas asam
15%, Biotit 5 %, dasit 10 %, kuarsa 38 ~, magnetit- 2 %,material lempung 3 % dan semen
silika 7 % maka didapatkan termasuk jenis. batupasir arkosic arenit.
Pada batupasir arenit memungkinkan terbentuk semen, karena rongga antar butirnya dapat
saja diisi semen. Atau padanya dapat saja terjadi secondary outgrowth. Pada batupasir wacke
rongga antar butir telah diisi oleh material lempung sehingga semen tidak didapati atau sedikit
pada batuan ini. Memang pada proses diagenesa material berukuran lempung tersebut sering
mengalami rekristalisasi menjadi material halus, sebagai manahalnya semen.
IV.4.
BATUAN KARBONAT
Mineral utama dalam batugamping dan dolomit (dolostone) adalah aragonit (CaC03
ortorombik), kalsit (CaC03 rombohedral) dan dolomit [ CaMg(CO3)2 rombohedral]. Aragonit
adalah Kalsium karbonat murni, sedangkan kalsit biasanya tercampuri dengan unsur Fe dan
Mg sekalipun sedikit. Magnesit (MgC03) dan siderit (FeC03) ada dalam batuan karbonat,
keduanya jika hadir hanya dalam jumlah sedikit.
Aragonit, kalsit dan dolomit biasanya sangat sukar dibedakan dalam sayatan tipis batuan
karena 'sifat optiknya banyak mempunyai kemiripan dan kembaran (pada batuan metamorf
menjadi pembeda yang mudah ditemukan) tidak akan tampak dalam rombakan karbonat. Tes
kimia dan Scanning Electron Microscope (SEM) dibutuhkan untuk membedakannya.
Buku Panduan Praktikum Petrografi 2012
28
Mineral autigenik dapat juga hadir, contohnya kalsedon, kuarsa, glaukonit, pirit, gipsum,
anhidrit dan feldspar alkali.
Sekarang ini klasifikasi diskriptif batugamping didasarkan utamanya pada textur
saat terendapkan sebagaimana diperlihatkan oleh jumlah proporsi lumpur karbonat
(karbonat mikrokristalin) dan rombakan (allokem). Komponen yang terdapat
dalam batugamping adalah sebagai berikut:
1. Butiran/alokem adalah material karbonat yang berukuran lebih besar dari lanau
kasar, terdiri dari :
a. fosil,
b. ooid,
c. pellets dan
d. intraklas.
29
Gambar 19. Klasifikasi batugamping oleh F. L. Folk, 1959 dalam Gilbert, 1982.
30
Tabel 6. Skala ukuran butir modifikasi Udden-Wenworth dan batuan sedimennya (Ehler dan Blatt,1986)
Diagram 6. Klasifikasi batuan sedimen berdasarkan komposisi mineral kuarsa, feldspar dan lithic (pecahan batuan)
31
32
33
DAFTAR PUSTAKA
Pettijohn F.J., 1957, Sedimentary Rocks, Indian edition, Harper & Row Publishers, Inc.,
New York, reprinted by Mohan Primlani, oxford & IBH publishing Co. New
Delhi, 718 pp.
Williams H., Turner F.J. and Gilbert C.M., 1954, Petrography, An Introduction to Study of
Rocks, in Thin Section, University of California, Barkeley, W.H. Freeman and
Company, San Fransisco, 406 pp.
34
LABORATORIUM PETROGRAFI
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN YOGYAKARTA
Gedung Teknik Geologi Lt.II Jl. SWK 104 Lingkar Utara, Condong Catur 55283
Nama
: xxx
No.Mhs
:xxx.xxx.xxx
Kode sayatan
: x xx
Pemerian Petrografis:
Sayatan tipis batuan sedimen Silisiklastik; warna abu-abu; butiran didukung oleh (mud / grain
supported); bertekstur : ukuran butir 0.5 - 1 mm; bentuk butiran : membundar tanggung membundar; terpilah baik; kemas terbuka; porositas baik disusun oleh: F : kuarsa, lithic, k.
feldspar; M : - ; S : silika
Komposisi Mineral:
1. kuarsa
butir
0.5
mm
mm,
bentuk
0.5
mm,
bentuk
( 2 %) : Berwarna
coklat, ukuran
butir
- mm, hadir
( 5 %) : Berwarna
putih, hadir
menyebar
dalam
sayatan
sebagai semen .
Nama Batuan
35
LABORATORIUM PETROGRAFI
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN YOGYAKARTA
Gedung Teknik Geologi Lt.II Jl. SWK 104 Lingkar Utara, Condong Catur 55283
22%
18%
4%
8%
1%
6%
1%
16% VISIBLE POROSITY
6% Vugular
10% Mouldic
Interparticle
Intraparticle
Fractures
Open
P
Closed
P
Vein
Stylolite
Saw
R
Hair/Fine
TEXTURE
11%
1%
1%
4%
3%
1%
1%
Clc
LF
stl
Cly
stl
BM
Bry
M
1 mm
A
Bry
1 mm
Cr
1 mm
m
BM
LF
BM
BM
Moderate sorted
Point contact
Mainly abraded
: X40pol
m
:
:
:
PF
Cr
Gr
ms + ps
1 mm
1 mm
Remarks:
Pada sayatan batuan ini terdapat fosil seperti larger foram Lepidocyclina fair in thin section, kemudian adanya smaller
benthic foram, planktic foram, mollusk, bryozoans, red algae. Terdapatnya blocky calcite serta granular calcite. Sebagian
tempat telah terjadi proses micritization dan calcitization akibat proses compaction dan cementation. Depositional
environment Reef crest.
Picture 1. Contains larger foram, stilolyte saw, mollusk and micrite with calcite around.
Picture 2. Contains bryozoans, mollusk, clay, blocky mozaic calcite with calcite minerals.
Picture 3. Contains larger foram, stilolyte saw, mollusk and micrite with calcite around.
Picture 4. Contains bryozoans, planktic foram, red algae, mollusk, corals, acicular and blocky mozaic calcite as sparite,
microspar + pseudospar and micrite as matrix calcite with calcite mineral around.
Picture 5. Conatins blocky mozaic calcite, mollusk, corals, micrite, calcite mineral around.
Inf :
F = Foram besar
Clc = Calcite
ms = microspar
M = moluska
O = Opaq
m = micrit
S = Stromatolit
I = Porositas Intra Interpartikel
Vg = Porositas Vuggy D = Dlolomit
Md = Porositas Moldic
Qz = Quartz
SBF = foram bentos
stl = stilolyte
P = Foram Plankton
ps = pseudespar
Gc = Glauconite
Cr = Coral
BAB V
BATUAN METAMORF
V.1.
P e nd a h ul ua n
Definisi metamorfisme adalah proses perubahan struktur dan mineralogi batuan yang
berlangsung pada fasa padatan, sebagai tanggapan atas kondisi kimia dan fisika yang berbeda
dari kondisi batuan tersebut sebelumnya. Perubahan yang berlangsung di dalam proses
pelapukan dan diagenesa umumnya tidak termasuk didalamnya. Wilayah proses metamorfosa
berada antara suasana akhir proses diagenesa dan permulaan proses peleburan batuan menjadi
tubuh magma ( lihat gambar 3.1.).
Diagram 10.
Skema diagram suhu - tekanan pada proses metamorfosa.
Metamorfisme dibatasi oleh proses diagene sa dan proses peleburan magma, pada suhu yang lebih tinggi. (dalam Winkler,1957)
36
37
1. Metamorfisme beban dan metamarfisme derajat sangat rendah pada jalur orogenesa dapat
menghasilkan batuan yang sama secara mineralogi.
2. Peningkatan suhu metamorfisme yang menerus (dimulai dari sebagai metamorfisme
beban) sampai suhu tinggi yang ini dikenal dengan metamorfisme dinamotermal dapat
terlihat pada satu jalur orogenesa.
3. Istilah "beban" dan "dinamotermal" masing-masing mengisyaratkan gerak epirogenesa
dan orogenesa. Tipe pergerakan bagaimanapun tidak memiliki arti pada reaksi min eral.
Reaksi mineral diatur sendiri untuk komposisi batuan tertentu oleh tekanarr dan suhu,
komposisi kimia dan bahkan oleh sejumlah fasa gas.
Berikut ini adalah pembagian derajat metamorfisme dengan memperhatikan perkembangan
suhunya :
- Metamorfisme derajat sangat rendah
- Metamorfisme derajat rendah
- Metamorfisme derajat menengah
- Metamorfisme derajat tinggi
38
Ukuran Butir
Tekstur
Halus
Nonfoliasi
hornfels
Foliasi
slate, phyllite
mylonite
Sedang
Kasar
granofels
granofels
marer
marmer
kuarsit
kuarsit
amphibolite
amphibolite
schist
gneiss
39
Gambar 24.
Struktur non foliasi pada marmer (calcic schist) dalam nikol silang
Gambar 25.
Struktur foliasi sekistosa
40
Gneisik / genisosa adalah tekstur mineral - mineral granular secara dominan bergabung
dengan mineral - mineral tabular atau prismatik yang terorientasi paralel.
Mematmorfosa pada batuan berbutir halus seperti lempung sering memperlihatkan slaty
cleavage yakni mineral filosilikat berukuran antara 0,1 - 1 mm secara umum
memperlihatkan orientasi sejajar.
Textur kataklastik / Porfiroklastik adalah textur pada milonit dan pilonit sebagai hasil
metamorfosa kataklastik. Textur ini ditandai adanya porfiroklas sisa - sisa batuan yang
tertanam dalam massa yang terorientasi paralel.
Textur helisitik
Pada beberapa batuan metamorf didapati satu atau lebih kristal besar (porfiroblast)
bersama-sama dengan mineral lain yang berukuran halus. Garnt, kianit, staurolit, andalusit, kordierit, albit, biasanya berkembrang sebagai porfiroblast oleh karena itu mineral mineral tersebut berada diatas didalam seri kristaloblastik. Penjelasan ini tidak berlaku
jika porfiroblast suatu mineral (contoh mika) terdapat dalam matrik sesama kristal yang
lebih halus. Porfiroblast sering kali, tetapi tidak selalu, cenderung mempunyai kerangka
idioblastik. Kordierit dan albit adalah yang dikecualikan. Keduanya cenderung memiliki
Buku Panduan Praktikum Petrografi 2012
41
inklusi membentuk tekstur ayakan atau poikiloblastik. Dalam hal ini porfiroblastik dan
poikiloblastik dikenal sebagai textur belisitik.
Textur sisa /Palimpsest Penggunaan informasi mengenai sebelum metamorfosa pada
batuan textur sisa. Sisa - sisa textur blastoporfiritik mengisyaratkan bahwa batuan beku
bertextur porfiritik. Blastofitik sering berasal dari gabro. Batuan ini Batupasir, sering pula
dikenal sebagai blastopsefit dan blastopsamit. batuan asal dan sejarah metamorf
ditunjukkan oleh porfiritik atau yang dikenal batuan asal adalah dijumpai pada batuan
metamorf
yang
termetamorfosakan.
Demikian
Berasal
juga
dengan
konglomerat,
blastodiabasik.
breksi
jika
dari
diabas
yang
termetamorfosakan
masih
menunjukkan batuan asalnya. Textur ini dikenal sebagai blastopsefit dan blastopsamit.
42
43
P e n a m a a n
b a t u a n
m e t a m o r f
c. textur
Istilah metabasit, metapelit adalah batuan metamorf yang berasal dari batuan beku dan
batuan sedimen. Metasedimen, metabatupasir, meta batulempung, metagranit semua
mengisaratkan asal batuan semula
Buku Panduan Praktikum Petrografi 2012
44
Sekis, genis, filit, hornfels adalah penamaan didasarkan pada textur batuan metamrf tersebut.
Penamaan didasarkan pada mineralogi biasanya digabungkan dengan textur batuan sehingga
didapatkan informasi yang lengkap seperti : sekis biotit-muskovit-kuarsa atau genis
hornblende-kuarsa-muskovit. Pada tata cara semacam ini ada 2 kecenderungan penamaan
berdasar pada komposisi mineral. Di satu pihak disebutkan textur dengan diikuti mineral yang
hadir secara melimpah, tanpa memperhitungkan
kehadirannya ataukah tidak, Di pihak lain disebutkan mineral yang penting kehadirannya
pada l~elompok mineral tersebut, seperti : Genis almandin-kuarsa-muskovit. Almandin
mengisyaratkan terbentuk pada tekanan tinggi sedangkan muskovit memberi gamba-ran
derajat menengah tahap awal.
Slate adalah batuan metamorf derajat sangat rendah, disusun oleh mineral pilosilikat sangat
halus tersusun membentuk orentasi kesejajaran yang memperlihatkan lembaran. Filit sama
dengan slate tetapi disusun oleh mineral pilisilikat yang lebih kasar (dalam ukuran 0,1 - 1
mm). Sekis ditandai oleh penjajaran mineral pipih berukuran > 1 mm sehingga mudah
dikenali dengan mata telanjang. Pada sekis tampak bahwa kehadiran mineral pipih lebih
melimpah dibandingkan mineral granular.
Genes berbutir sangat kasar dapat mencapai beberapa milimeter dan memperlihatkan foliasi.
Batuan ini didominasi oleh mineral granular dengan sedikit mineral pipih yang menjajar. Ahli
Eropa menggunakan genes sebagai batuan yang kasar, sedikit kandungan mikanya, derajat
tinggi. Istilah ortoqenes dipakai untuk genes yang berasal dari batuan beku dan paraqenes
untuk genes yang berasal dari batuan sedimen. Pada kenyataannya batas antara batuan-batuan
tersebut sangat berangsur. Perlu diingat bahwa jika ragu-ragu, batuan metamorf secara umum
dapat dianggap sebagai sekis
Pilonit adalah batuan metamorf kataklastik kaya mineral pilosilikat yang secara khas
memperlihatkan seperti slate.
Sedangkan batuan metamorf bertextur granoblastik di sekitar intrusi dikenal dengan hornfels.
Berikut ini adalah nama-nama batuan metamorf berdasarkan pada penamaan yang khas
padanya :
sekis hijau adalah batuan metamorf berf9liasi, berwarna hijau, umumnya disusun oleh klorit,
epidot dan aktinolit.
Sekis biru, berwarna gelap, textur foliasi, warnanya disebabkan oleh melimpah kehadiran
amfibol Na terutama glaukofan dan krosit.
Amfibolit utamanya disusun oleh dua mineral hijau gelap terdiri hornblende dan plagioklas
dengan ditambah berbagai mineral asesori
Buku Panduan Praktikum Petrografi 2012
45
serpentinit adalah batuan berwarna hijau, hitam atau kemerah-merahan, disusun secara
mencolok oleh serpentin. Batuan ini merupakan batuan metamorf berasal dari batuan beku
ultra basa.
Eklogit adalah batuan metamorf berkomposisi utama garnet dan omfasit (piroksen klino hijau
rumput) tanpa plagioklas dengan sedikit mineral asesori kuarsa, kianit, amfibol, zoisit dan
rutil.
Granulit, batuan metamorf dicirikan oleh textur granoblastik, berukuran butir seragam
bahkan membentuk kristal yang sempurna (poligonal) dan mineral penyusunnya terbentuk
pada temperatur tinggi, seperti feldspar, piroksen, amfibol.
Migmatit adalah batuan metamorf sekis atau genes berselang seling dengan urat-urat batuan
beku berkomposisi feldspar kuarsa.
46
DAFTAR PUSTAKA
Alan Spry, 1969, Metamorphic Textures, Pergamon Press Ltd, Great Britain,
350`pp.
Mason R., 1978, Petrology of The Metamorphic Rocks, George Allen & Unwin
Ltd., London, 254 pp.
Williams,H., Turner, F.J. and Gilbert, C.M., 1954, Petrography an Introduction
to The Study of Rocks in Thin Section, University of California,
Berkeley, W.H. Freeman and Company, San Fransisco, 406 pp.
Winkler H.G.F., 1967, Petrogenesis of Metamorphic Rocks, second edition,
Springer-Verlag, New York Inc., New York, 237 pp.
Yardley B.W.D., 1989, An Introduction to Metamorphic Petrology, first
edition, John Wiley and Sons Inc., 248 pp.
47
LABORATORIUM PETROGRAFI
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN YOGYAKARTA
Gedung Teknik Geologi Lt.II Jl. SWK 104 Lingkar Utara, Condong Catur 55283
Nama
: xxx
No.Mhs
:xxx.xxx.xxx
Kode sayatan
: x xx
Pemerian Petrografis:
Sayatan tipis batuan Metamorf Foliasi; warna coklat; Struktur ( foliasi / nonfoliasi); tekstur
Skistosa; disusun oleh: quarsa, muskovit, opak, dan biotit.
Komposisi Mineral:
1. Biotit
2. Kuarsa
3. Muskovit
4. opak
Nama Batuan
48
B AB
V I
A L TE R A SI
VI. 1. Pendahuluan
Meskipun dalam melakukan penyayat-tipisan batuan diusahakan memilih conto sesegar
mungkin, namun ada saja hasil sayatan yang telah mengalami ubahan. Alterasi tidak saja
dihasilkan oleh pelapukan batuan melainkan juga disebabkan adanya perkolasi / perputaran
larutan cair yang berasal dari permukaan, dari dalam berupa larutan panas dan dari aktivitas
magma akhir.
Alterasi yang terjadi oleh larutan permukaan akan menghasilkan mineral yang stabil pada
kondisi suhu dan tekanan rendah. Alterasi tersebut akan menghasilkan senyawa silikat
teralterasi, oksida dan hidrasi logam, silika berbutir halus, karbonat dan kadang sulfat.
Feldspar alkali terubah menjadi mika, mineral lempung, silika. Plagioklas basa terubah
menjadi sausurit, mineral lempung, karbonat, dan silika. Feldspatoid biasanya terubah
menjadi karbonat, mineral lempung atau kadang zeolit. Mineral silikat ferogmanesia terubah
menjadi karbonat, mineral lempung, atau mineral lain yang komposisinya memenuhi. Seperti
contohnya biotit terubah menjadi klorit.
VI.2. Beberapa jenis alterasi yang umum terjadi pada batuan beku :
1. Albitisasi adalah contoh penting alterasi dihasilkan dari mengubah mineral awal, terutama
kalium feldspar, oleh cairan kaya soda. Contohnya albitisasi terjadi pada pertit dan spilit.
2. Kloritisasi ditandai dengan kehadiran klorit menggantikan mineral silikat feromagnesia
alumina. Alterasi jenis yang paling umum terjadi pada batuan beku intermediet dan basa.
3. Argilisasi hadir pada batuan dimana larutan terlibat dalam menggantikan feldspar menjadi
mineral lempung. Jenis alterasi ini jangan dibingunkan dengan kaolinisasi yang
merupakan hasil alterasi oleh air permukaan atau air formasi.
4. Propilitisasi adalah bentuk alterasi hidrotermal yang melibatkan kehadiran karbonat,
silika sekunder, klorit dan sulfit. Batuan andesit yang telah mengalami propilitisasi
disebut propilit.
5. Sausuritisasi adalah hasil dari perkembangan sausurit batuan berbutir halus mengandung
albit atau oligoklas, zoisit atau epidot, kalsit, serisit, zeolit. Ini umumnya hasil dari alterasi
plagioklas pada batuan gabro dan basalt. Hal ini biasanya disertai dengan kloritisasi.
6. Uralitisasi adalah pergantian piroksen menjadi hornblende biasanya adalah hasil kegiatan
magma akhir.
49
7. Serisitinisasi biasanya mengenai feldspar pada batuan yang dipengaruhi larutan kegiatan
akhir magma.
8. Serpentinisasi umumnya adalah proses kegiatan akhir magma untuk menggantikan
mineral silikat feromagnesia tanpa kandungan aluminium menjadi mineral serpentin.
9. Zeolitisasi melibatkan kehadiran zeolit dalam rongga-rongga atau perubahan mineral
plagioklas basa dan feldspatoid menjadi zeolit.
10. Silisifikasi ditandai dengan perubahan mineral asal menjadi mineral silika oleh larutan
sisa magma.
11. Epidotisasi kemungkinan merupakan produk alterasi hidrotermal yang menghasilkan
epidot atau zoisit. Atau proses ini merupakan penggantian mineral silikat feromagnesia
alumina menjadi epidot. Pada beberapa batuan hal ini berkaitan dengan kloritisasi.
12. Alunitisasi adalah penggantian alkali feldpar menjadi alunit oleh aktifitas cairan
mengandung sulfat.
Mineral alterasi
Karbonat
Sulfat
Sulfida
Oksida
Pospat
: Apatit
Halit
: Fluorit
Replacement
Epidot
Adularia
Monmorilonit
Albit
Kalsit
Kaolin
Plagioklas Ca
Wairakit
Ilit
Kuarsa
Anhidrit
Klorit
50
Kuarsa
Gelas Vulaknik
Monmorilonit
Kalsit
Kalsit
Kuarsa
Klorit
Pirit
Anhidrit
Ilit
51
LABORATORIUM PETROGRAFI
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN YOGYAKARTA
Gedung Teknik Geologi Lt.II Jl. SWK 104 Lingkar Utara, Condong Catur 55283
Nama
No.Mhs
Kode sayatan
Pemerian Petrografis:
Sayatan tipis batuan Alterasi; warna .................; bentuk mineral.......... - ............; ukuran
mineral .......... - ......... mm; tipe ubahan .. disusun oleh: ......................,
........................,...................... dan...........................
Komposisi Mineral Ubahan :
1. ...........................
(.... %) : Berwarna
............,
relief
...............,
bentuk
(.... %) : Berwarna
............,
relief
...............,
bentuk
(.... %) : Berwarna
............,
relief
...............,
bentuk
............,
relief
...............,
bentuk
(.... %) : Berwarna
............,
relief
...............,
bentuk
52