Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM SEDIMENTOLOGI

ANALISIS INTI BATUAN

GIAN GUSTIANA
F1D220013

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2022
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sedimentologi istilah yang diusulkan pada tahun 1932 oleh H. A. Wadel,
memiliki arti sebagai suatu ilmu yang mempelajari sedimen. Istilah sedimen
ditujukan pada lapisan kerak bumi yang telah mengalami proses transportasi. Kata
sedimen berasal dari bahasa latin “Sedimentum” yang artinya pengendapan.
Sebagaimana yang telah digunakan oleh banyak orang, sedimentologi adalah ilmu
yang mempelajari hanya sedimen (endapan) modern. Jika didefinisikan dalam arti
lebih sempit, sedimentologi meliputi proses sedimentasi, suatu ilmu yang
mempelajari proses sedimentary.
Pengertian core adalah sampel atau contoh batuan yang diambil dari bawah
permukaan dengan suatu metode tertentu. Core umumnya diambil pada
kedalaman tertentu yang prospektif oleh perusahaan minyak atau tambang untuk
keperluan lebih lanjut. Data core merupakan data yang paling baik untuk
mengetahui kondisi bawah permukaan, tapi karena panjangnya yang terbatas
maka dituntut untuk mengambil data -data yang ada secara maksimal. Data yang
diambil meliputi jenis batuan, tekstur, struktur sedimen dan sifat fisik batuan itu
sendiri. Selain itu kita dapat mengetahui harga porositas, permeabilitas dan
saturasi fluida yang terkandung dalam batuan tersebut. Tekstur dan struktur
sedimen dapat menggambarkan sejarah transportasi pengendapan, energi
pembentuk batuan tersebut, genesa, arah arus, mekanisme transpor tasi dan
kecepatan sedimen tersebut diendapkan. Sehingga dari faktor -faktor tersebut
dapat ditentukan fasies sedimen dan lingkungan pengendapannya.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya praktikum adalah:
1. Mampu mendeskripsikan batuan pada core.
2. Mengetahui definisi analisis data core.
3. Memahami dan menentukan fasies sedimen serta lingkungan pengendapan
dari hasil analisis core.
1.3Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan dari praktikum kali ini adalah:
1. Alat tulis lengkap
2. Penggaris lengkap
3. Komperator batuan sedimen
4. Kamera
5. Clipboard
6. LKS
7. Sampel core
8. Modul
1.4 Prosedur kerja
Adapun prosedur kerja dari praktikum kali ini adalah:
1. Dibuat pemerian core meliputi: warna, tekstur (ukuran butir, pemilahan,
bentuk butir, kemas, matrik dan semen), komposisi, struktur sedimen dan
tebal lapisan pada tiap-tiap litologi.
2. Digambarkan hasil pemerian pada kolom MS penampang stratigrafi terukur.
Ditulis semua kenampakan yang dijumpai pada core tersebut.
3. Ditentukan fasies sedimen dari lingkungan pengendapannya berdasarkan
referensi yang ada.
BAB II

DASAR TEORI
Batuan adalah zat terkonsolidasi yang terjadi secara alami, mungkin saja
terbuat dari mineral, potongan batuan lainnya, dan bahan fosil, seperti kerang atau
tanaman. Batuan adalah hasil dari berbagai proses geologi yang terjadi di dan di
bawah permukaan bumi atau, dalam hal meteorit, di bagian lain Semesta. Batuan
bisa dipelajari dan dibedakan antara dengan pengelompokan bersama tipe-tipe
yang berbagi serupa penampilan, mirip komposisi, dan proses yang sama
pembentukan. Ada banyak fitur batuan yang dapat digunakan dalam identifikasi,
yaitu ukuran dan bentuk butir, warna, dan penentuan mineral penyusun semuanya
penting. Proses-proses yang menghasilkan batu juga menimbulkan tekstur dan
struktur karakteristik, (Pettjohn, 1975).
Pembentukan batuan sedimen diawali dengan tersingkapnya batuan beku atau
batuan metamorf ke atas muka bumi yang kemudian mengalami proses pelapukan
(weathering). Semua material hasil pelapukan tersebut mengalami proses erosi,
kemudian terangkut melalui beberapa media seperti air, angin dan es kemudian
akan terbawa ke daerah yang rendah atau cekungan-cekungan. Dalam cekungan
pengendapan tersebut, material sedimen kemudian mengalami proses pembebanan
yang menyebabkan terjadinya kompaksi dan sedimentasi yang dilanjutkan dengan
proses diagenesis dan litifikasi membentuk batuan sedimen (Moechtar dkk, 2007).
Batuan sedimen yang terbentuk dari pengendapan kembali detritus atau
pecahan batuan asal. Batuan asal dapat berupa batuan beku, metamorf dan
sedimen itu sendiri. Batuan sedimen diendapkan dengan proses mekanis, terbagi
dalam dua golongan besar dan pembagian ini berdasarkan ukuran besar butirnya.
Cara terbentuknya batuan tersebut berdasarkan proses pengendapan baik yang
terbentuk dilingkungan darat maupun dilingkungan laut. Batuan yang ukurannya
besar seperti breksi dapat terjadi pengendapan langsung dari ledakan gunungapi
dan di endapkan disekitar gunung tersebut dan dapat juga diendapkan
dilingkungan sungai dan batuan batupasir bisa terjadi dilingkungan laut, sungai
dan danau. Semua batuan diatas tersebut termasuk ke dalam golongan detritus
kasar. Sementara itu, golongan detritus halus terdiri dari batuan lanau, serpih dan
batua lempung dan napal. Batuan yang termasuk golongan ini pada umumnya di
endapkan di lingkungan laut dari laut dangkal sampai laut dalam. Para ahli
membagi batuan sedimen berdasar cara terbentuknya (genesanya) menjadi dua
yaitu batuan sediment klastik dan non-klastik. Batuan sediment klastik adalah
sediment yang telah mengalami transportasi dari suatu tempat ketempat yang baru
yang biasanya tempat tersebut merupakan cekungan sedimen selanjutnya yang
akan diendapkan serta mengalami litifikasi atau mengeras menjadi batu ditempat
itu juga tanpa mengalami proses transportasi, dan terbentuk akibat adanya reaksi
kimia dan aktivitas organisme lainnya (Rohmana dkk, 20019).
Analisis batuan inti merupakan acuan untuk mengidentifikasi litologi melalui
deskripsi. Deskripsi dilakukan terhadap batuan hasil pengeboran yang disusun
dalam kotak sampel berdasarkan kedalamannya. Langkah awal dalam analisis
deskripsi adalah mengenali objek analisis secara kualitatif mulai dari tampak luar
sampai unsur pembentuknya. Pengenalan analisis objek sangat penting karena
menentukan jenis dan urutan analisi lanjut yang perlu dilakukan agar analisisnya
bermanfaat. Hal-hal yang dideskripsikan dari core, yaitu Jenis batuan, sesuai jenis
batuan murni atau berdasarkan komponen terbanyak atau dominan. Warna,
kenampakan warna batuan. Kekerasan, ukuran kekerasan batuan. Ukuran butir,
berdasarkan standar baku internasional (Skala Wentworth). Derajat kebundaran,
kenampakan butiran dibandingkan dengan bentuk bola. Mineral, pengamatan
berdasarkan mineral ikutan sebagai semen (Zaenudin dkk, 2019).
Batuan sedimen dimulai dari lapisan yang tipis sekali sampai yang tebal
sekali. Ketebalan batuan sedimen antara 0 sampai 13 kilometer, hanya 2,2
kilometer ketebalan yang tersingkap dibagian benua. Sedimen merupakan bahan
atau partikel yang terdapat di permukaan bumi (di daratan ataupun lautan), yang
telah mengalami proses pengangkutan (transportasi) dari satu tempat (kawasan) ke
tempat lainnya. Air dan angin merupakan agen pengangkut yang utama. Sedimen
ini apabila mengeras (membatu) akan menjadi batuan sedimen. Ilmu yang
mempelajari batuan sedimen disebut dengan sedimentologi. Dengan
menggunakan prinsip tersebut dalam mempelajari proses-proses geologi yang
terjadi sekarang, kita bisa memperkirakan beberapa hal seperti kecepatan
sedimentasi, kecepatan kompaksi dari sediment, dan juga bisa memperkirakan
bagaimana bentuk geologi yang terjadi dengan proses tertentu (Folk, 1965).
3.2 Pembahasan
Pada praktikum sedimentologi yang ketiga, praktikan mempelajari materi
tentang analisis inti batuan atau core. Analisa core adalah tahapan analisa batuan
setelah contoh inti batuan bawah permukaan di peroleh. Tujuan dari analisa core
yaitu mengetahui informasi langsung tentang sifat-sifat fisik batuan yang
ditembus selama pemboran berlangsung. Analisis core sangat penting di dalam
mempelajari lingkungan pengendapan. Suatu lingkungan tertentu akan
mempunyai mekanisme pengendapan yang tertentu pula. Karenanya urut-urutan
secara vertikal (dalam kondisi normal) akan mempunyai karakteristik tersendiri.
Dari analisis core ini kita juga dapat mengetahui korelasi stratigrafinya, yang
merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengetahui hubungan
antar batuan dan persebarannya baik secara vertikal maupun horizontal.
Pada praktikum ini, praktikan ditugaskan untuk membuat maket core dengan
ketinggian, litologi dan jumlah lapisan yang berbeda-beda tiap kelompok. Dengan
skala 1:40 kelompok 1 memiliki kedalaman data corenya ialah 1,425 M,
sedangkan kelompok 2 kedalaman data corenya yaitu 1,375 M, selanjutnya
kelompok 3 memiliki kedalaman 1,187 M dan yang terakhir kelompok 4 yaitu
mempunyai kedalaman data corenya ialah 1,40 M. Kelompok 2 sendiri memiliki
22 lapisan dengan empat litologi yang berbeda, diantaranya ialah batulempung,
batulanau, batupasir, batubara dan ada juga yang paling atas atau dipermukaan
yaitu soil. Dengan kedalaman 1,375 M, pada lapisan pertama terdapat soil dengan
ketebalan 10,5 M. Lapisan kedua memiliki tebal 3 M dengan litologinya yaitu
batupasir, kemudian dibawahnya lagi terdapat lapisan ketiga yaitu batulanau
dengan tebal 2 M. Selanjutnya, ada batulempung yang menyusun lapisan keempat
dengan tebal 1,5 M dan dibawahnya ada batulanau dengan tebal 1 M.
Batulempung dan batulanau tersusun Kembali dalam lapisan keenam dan ketujuh
dengan masing-masing memiliki ketebalan 1 M dan 2,5 M. Kemudian pada
lapisan kedelapan ada batulempung kembali dengan ketebalan 1,5 M. Pada
lapisan kesembilan disusun oleh batupasir dengan tebal 1,5 M, yang dibawahnya
terdapat batulanau dan batulempung dengan tebal masing-masing 1 M.
Selanjutnya ada batulanau dengan tebal 1 M dan batulempung dengan tebal 1,5
M. Dibawahnya lagi terdapat litologi batulanau kembali dengan tebal 2,5 M. Pada
lapisan kelimabelas sendiri disusun oleh batupasir dengan tebal 1 M, yang
dibawahnya terdapat batubara dengan tebal 1 M. Pada lapisan ketujuhbelas sendiri
terdapat batulempung dengan tebal 2,5 M. Yang kemudian diikuti oleh batulanau
yang tebalnya 0,5 M dibawahnya. Pada lapisan selanjutnya, dengan tebalnya 1 M
dan 3 M disusun oleh batulempung dan batulanau. Pada lapisan dibawahnya lagi
terdapat batulempung dengan tebal 3 M, dan lapisan yang terakhir dengan tebal 14
M terdapat batulanau.
Pada 22 lapisan dari maket core kelompok 2 dengan kedalamannya 1,375 M.
Terdapat empat litologi batuan secara keseluruhannya yaitu batupasir, batulanau,
batulempung dan batubara. Batupasir sendiri merupakan jenis batuan sedimen
klastik yang kemasnya terbuka dengan porositas yang baik. Memiliki ukuran butir
dari 0,125 – 2 mm, derajat kebundarannya membundar dan terbentuk akibat dari
proses terlapukan, tertransportasi, terendapkann dan terlitifikasi ataupun
terkompakan. Kemudian, batulanau ialah batuan sedimen klastik dengan ukuran
butir 0,004-0,06 mm. Pemilahanya baik, kemas tertutup, membundar dan
porositasnya buruk. Terbentuk akibat dari proses terlapukan, tertransportasi,
terendapkann dan terlitifikasi ataupun terkompakan. Batulempung ialah batuan
sedimen klastik dengan ukuran butir <0,004 mm. Pemilahanya baik, kemas
tertutup, membundar sempurna dan porositasnya buruk. Terbentuk akibat dari
proses terlapukan, tertransportasi, terendapkann dan terlitifikasi ataupun
terkompakan. Yang terakhir batubara, batuan sedimen non klastik yang biasanya
berwarna fresh hitam, strukturnya massif, teksturnya amorf dengan komposisi mineral
monomineralik karbon. Batubara terbentuk dari hasil endapan organisme tumbuhan.
Setelah praktikan membuat keempat maket core tersebut, nantinya praktikan akan
dapat melihat korelasi stratigrafi dari data core keempat maket tersebut. Kegunaan dari
kita mengetahui korelasi stratigrafinya ialah agar kita mengetahui hubungan antar
batuan dan persebarannya baik secara vertikal maupun horizontal. Dari korelasi
data core juga kita bisa mengetahui fasies atau bagaimana cara batuan-batuan yang ada
pada formasi suatu daerah tersebut terendapkan pada lingkungan pengendapannya.
Dengan mempelajari korelasi stratigrafi kita dapat mengetahui sejarah sedimentasi dari
suatu cekungan atau sejarah perkembangan cekungan dengan cara mempelajari dan
menganalisis satuan-satuan batuan yang terdapat di dalam suatu cekungan.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. Setelah melakukan praktikum ini praktikan mengetahui jenis batuan pada
sampel core berupa batuan sedimen yaitu batulempung, batulanau, batupasir
dan batubara dengan cara mendeskripsikan sampel core tersebut.
2. Analisis data core merupakan kegiatan menganalisis batuan yang diambil dari
bawah permukaan bumi dengan metode tertentu.
3. Setelah melakukan pendeskripsian praktikan mengetahui fasies dan
lingkungan pengendapannya berupa batuan sedimen berupa batulempung
yang terdapat sisiapan batubara. Dari litologi batuan tersebut praktikan
memperkirakan asal dari sampel core tersebut diambil dari formasi Muara
Enim yang berumur Tersier Miosen hingga Pliosen dengan lingkungan
pengendapan fluvial berupa rawa-rawa dengan suatu cekungan.
DAFTAR PUSTAKA
Cahya Rohmana, R. , Achmad, A. , Suyoto. 2019. “Analisis Sedimentologi dan
Stratigrafi untuk Rekonstruksi Model Lingkungan Pengendapan:
Mengungkap Proses Pembentukan Formasi Tapak, Sub-Cekungan
Banyumas”. Jurnal Geosains dan Teknologi. Volume 2 No. 3.
Folk, R.L. 1965. Petrology of Sedimentary Rocks, Hemphill.
Moechtar H. , Mulyana H. , Pratomo I. , 2007. “Sedimentologi Dan Stratigrafi
Holosen Dataran Pantai Medan - Belawan Sekitarnya, Sumatera Utara”.
Jurnal Geologi Kelautan. Volume 5 No. 2.
Pettjohn. 1975. Batuan Sedimen. Yogyakarta: Universitas Padjadjaran.
Zaenudin A., T Ade Mandala, Karyanto. 2019. “Analisis Fasies dan Lingkungan
Pengendapan Berdasarkan Data Core dan Data Log Geofisika di Daerah
Tambang Air Laya Utara, Tanjung Enim, Sumatera Selatan”. Jurnal
Seminar Nasional Inovasi, Teknologi dan Aplikasi (SeNITiA). Vol. 1 No. 1,
Hal: 106-111.

Anda mungkin juga menyukai