Anda di halaman 1dari 31

GEOLOGI DASAR

TEKNIK GEOLOGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2019

KELOMPOK 12

 Muhammad Yunus (D0611181014)


 Miftahul Gamara (D061181018)
 Nurul Ikhsan (D061181001)
 Ratu Aisyah Syarifuddin (D06118037)
 Muhammad Ishar Yasri (D061181017)
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa , sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Penyusunan
makalah yang berjudul “Geologi Dasar” ini dilakukan untuk memenuhi tugas
yang diberikan oleh Dosen Pengajar Mata Kuliah Wawasan Ipteks.

Selain itu juga makalah ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan


mahasiswa melalui usaha membuat rangkuman Geologi Dasar . Untuk itu kami
ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu demi
terselesaikannya makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini kami menyadari masih terdapat banyak


kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun dari
berbagai pihak sangat kami harapkan untuk memperbaiki makalah ini.

Gowa, 19 September 2019


Hormat kami,

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 PENGERTIAN UMUM


Secara Etimologis Geologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Geo yang
artinya Bumi dan Logos yang artinya Ilmu, Jadi Geologi adalah ilmu yang
mempelajari bumi. Dengan kata lain Geologi adalah, suatu bidang Ilmu
Pengetahuan Kebumian yang mempelajari segala sesuatu mengenai planet
Bumi beserta isinya yang pernah ada serta, Merupakan kelompok ilmu yang
membahas tentang sifat-sifat dan bahan-bahan yang membentuk bumi,
struktur, proses-proses yang bekerja baik didalam maupun diatas permukaan
bumi, kedudukannya di Alam Semesta serta sejarah perkembangannya sejak
bumi ini lahir di alam semesta hingga sekarang. Geologi dapat digolongkan
sebagai suatu ilmu pengetahuan yang komplek, mempunyai pembahasan
materi yang beraneka ragam, namun juga merupakan suatu bidang ilmu
pengetahuan yang menarik untuk dipelajari. Ilmu ini mempelajari dari benda-
benda sekecil atom hingga ukuran benua, samudra, cekungan dan rangkaian
pegunungan dimuka bumi ini.
Geologi pada masa kini (Geologi Modern) dibagi menjadi 2 bagian yang
saling berhubungan erat dan bahkan dianggap sebagai ilmu yang terpisah.
Ilmu-ilmu tersebut ialah:
1. Dinamic Geology (Physical Geology), yaitu ilmu geologi yang
mempelajari
sebab-sebab atau proses-proses yang berhubungan dengan perubahan
bumi atau dinamika bumi.
2. Historycal Geology, yaitu ilmu geologi yang mempelajari perubahan-
perubahan pada lapisan-lapisan bumi khususnya kerak bumi dari masa
kemasa, dan hubungan antara perkembangan dunia organik dengan
lapisan kulit (kerak) bumi.
Tetapi disini ditekankan bahwa ilmu geologi yang kita pelajari memiliki
objek dari permukaan bumi ke bawah, sedangkan bumi kita ini seutuhnya
memiliki lapisan-lapisan, antara lain :
1. Lithosfer = lapisan batuan yang menyusun bumi.
2. Hidrosfer = lapisan air.
3. Biosfer = lapisan tempat hidup organisme.
4. Atmosfer = lapisan udara.

1.2 RUANG LINGKUP GEOLOGI


Geologi meliputi studi tentang mineral, batuan, fosil, tidak hanya
sebagai objek , tetapi menyangkut penjelasan tentang sejarah
pembentukannya. Geologi juga mempelajari dan menjelaskan gambaran
fisik serta proses yang berlangsung dipermukaan dan dibawah permukaan
bumi, pada saat sekarang dan juga pada masa lampau.
Geologi fisik didalam hal ini merupakan dasar untuk mempelajari
kesemuannya ini, dengan dimulai mempelajari unsur utama, yaitu batuan
sebagai penyusun kerak bumi, mengenal proses pembentukannya, serta
menjelaskan kehadiran serta sifat-sifat fisiknya di bumi.

1.3 HUBUNGAN GEOLOGI DENGAN ILMU LAINNYA


Aplikasi ilmu geologi dapat merupakan hal yang sangat penting
bagi beberapa bidang ilmu lainnya, karena untuk beberapa ilmu yang
berhubungan dengan bumi membutuhkan kelengkapan data dari ilmu
geologi.Pemanfaatan ini terus berkembang dan sangat dibutuhkan dengan
kemajuan ilmu dan teknologi serta kebutuhanmanusia yang semakin

bertambah. Bidang‑bidang yang sangat membutuhkan aplikasi dan Ilmu

geologi adalah pada bidang:


1. Pertambangan (mining geology) untuk mengetahui proses pembentukan
endapan mineral yang bersifat ekonarris yang sangat dibutuhkan oleh
manusia
2. Perminyakan (Petroleoum geology) untuk mengetahui jebakan‑jebakan

minyak dan gas bumi.


3. Hidrologi (Hydrogeology) mempelajari mengenai kejadian dim
pemanfaatan air tanah.
4. Geologi teknik (Engineering geology) mempelajari hubungan antarailmu
geologi dengan problem-problem keteknikan
5. Geologi lingkungan (Environment geology),geologi sangat diperlukan
untuk mengevaluasi interaksi antara manusia dengan lingkungannya.
Dan masih banyak aplikasi ilmu geologi lainnya.Sehingga dapat disimpulkan
bahwa didalam Geologi juga berkaitan erat dengan bidang ilmu lainnya.
Dari apa yang telah diuraikan diatas, dapat diketahui beberapa kepentingan
dalam mempelajari ilmu geologi. Dibawah ini beberapa kepentingan tersebut:
1. Ilmu geologi dapat membantu untukmengetahui dan memahami awal
terjadi dan struktur dari bumi sebagai planet khususnya daratandan lautan
yang menyusun kerak bumi.
2. Ilmu geologi dapat membantu menjelaskan karakterisstik dan babbling
alam yang sangat bervariasi dan bagaimana bentang dan yang sangat
berbeda ini dapat terbentuk dan dimanfaatkan oleh manusia.
3. Pengetahuan geologi sangat membantu untuk mengetahui dimana mineral
dan batuan berharga dapat dijumpai.
4. Keberadaan material bangunan sangat tergantung pada kondisi geologi
suatu daerah. Pengetahuan geologi sangatmembantu para ahli bangunan
untukmendapatkan material bahan bangunan.
5. Ilmu geologi sangat penting dalam hubungannya dengan sumber daya air,
karena keberadaan air sangat tergantung juga pada jenis atau macam
batuannya.
6. Pengetahuan geologi sangat membantu untuk memprediksikan atau
meramalkan kemungkinan-kemungkinan terjadinya bencana alarn seperti
longsoran, aktivitas gunungapi dan sebagainya.
BAB II
TERJADINYA BUMI
2.1 MACAM-MACAM TEORI TERJADINYA BUMI
Selama berabad-abad, para ilmuan menyelidiki bagaimana proses
terjadinya bumi hingga berbentuk seperti sekarang ini. Pada akhirnya
diperoleh berbagai teori atau hipotesis yang menjelaskan tentang hal
tersebut :
1. Hipotesis Kabut atau Teori Kondensasi (Pengentalan)

Teori ini dikemukakan oleh ahli fisiologi Jerman, Immanuel Kant pada
tahun 1755.Kemudian hipotesis ini dikembangkan oleh ahli matematika
Prancis, Pierre de Laplace pada tahun 1796.Menurut hipotesis ini,
matahari dan planet-planet berasal dari sebuah kabut pijar yang berpilin
di dalam jagat raya. Oleh karena perputaran itu, sebagian dari massa
kabut tersebut terlepas membentuk gelang-gelang disekeliling bagian
inti kabut. Pada akhirnya, gelang itu membentuk gumpalan-gumpalan
yang kemudian membeku (mengeras) menjadi planet-planet, termasuk
bumi.

Gambar 2.1.1

Hipotesis Kabut

Sumber:zainalrendra.blogspot.com

2. Teori Planetsimal
Pada awal abad ke-20, dua orang Amerika, T.C. Chamberlain
seorang ahli geologi dan F.R. Moulton seorang ahli astronomi
mengemukakan Teori Planetsimal.Menurut teori ini, di dalam kabut
terdapat material padat yang berhamburan, disebut planetsimal.
Masing-masing benda padat ini memiliki gaya tarik. Akibatnya, terjadi
saling tarik menarik diantara sesamanya.Akhirnya, lambat laun
terbentuklah gumpalan besar yang disebut planet.

Gambar 2..1.2
Teori Planetsimal
Sumber: www.nature.com
3. Teori Pasang Surut Gas(Tidal)

Gambar 2.1.3
Teori Pasang Surut Gas
http://binsustwilight.blogspot.com/2010/09/blog-post.html

Teori ini dikemukakan oleh James Jeans dan Harold Jeffreys pada tahun 1918,
yakni bahwa sebuah bintang besar mendekati matahari dalam jarak pendek,
sehingga menyebabkan terjadinya pasang surut pada tubuh matahari, saat
matahari itu masih berada dalam keadaan gas. Terjadinya pasang surut air laut
yang kita kenal di Bumi, ukuranya sangat kecil. Penyebabnya adalah kecilnya
massa bulan dan jauhnya jarak bulan ke Bumi (60 kali radius orbit Bumi). Tetapi,
jika sebuah bintang yang bermassa hampir sama besar dengan matahari mendekat,
maka akan terbentuk semacam gunung-gunung gelombang raksasa pada tubuh
matahari, yang disebabkan oleh gaya tarik bintang tadi. Gunung-gunung tersebut
akan mencapai tinggi yang luar biasa dan membentuk semacam lidah pijar yang
besar sekali, menjulur dari massa matahari dan merentang ke arah bintang besar
itu.
Dalam lidah yang panas ini terjadi perapatan gas-gas dan akhirnya kolom-kolom
ini akan pecah, lalu berpisah menjadi benda-benda tersendiri, yaitu planet-planet.
Bintang besar yang menyebabkan penarikan pada bagian-bagian tubuh matahari
tadi, melanjutkan perjalanan di jagat raya, sehingga lambat laun akan hilang
pengaruhnya terhadap-planet yang berbentuk tadi. Planet-planet itu akan berputar
mengelilingi matahari dan mengalami proses pendinginan. Proses pendinginan ini
berjalan dengan lambat pada planet-planet besar, seperti Yupiter dan Saturnus,
sedangkan pada planet-planet kecil seperti Bumi kita, pendinginan berjalan relatif
lebih cepat.

4. Teori Pengapungan Benua (Continental Drift Theory)


Teori pengapungan benua dikemukakan oleh Alfred Wegener pada 1912.
Ia menyatakan bahwa pada awalnya di bumi hanya ada satu benua maha besar
disebut Pangea. Menurutnya benua tersebut kemudian terpecah-pecah dan terus
mengalami perubahan melalui pergerakan dasar laut. Gerakan rotasi bumi yang
sentripugal, mengakibatkan pecahan benua tersebut bergerak ke arah barat menuju
ekuator. Teori ini didukung oleh bukti-bukti berupa kesamaan garis pantai Afrika
bagian barat dengan Amerika Selatan bagian timur, serta adanya kesamaan batuan
dan fosil di kedua daerah tersebut.

5. Teori Bigbang

Teori ini adalah teori yang paling terkenal. Berdasarkan teori Big Bang,
proses terbentuknya bumi dimulai sejak puluhan milyar tahun yang lalu. Pertama
terdapat kumpulan kabut raksasa yang berputar pada porosnya.Putaran tersebut
memungkinkan bagian-bagian yang kecil dan ringan terlempar keluar dan bagian
yang berat dan besar berkumpul dipusat membentuk cakram raksasa.Suatu saat,
gumpalan kabut raksasa itu meledak dengan hebat di luar angkasa yang kemudian
membentuk galaksi dan nebula-nebula, salah satunya Galaksi Bima Sakti.Bagian-
bagian yang kecil, yang terlempar dari putaran kabut mengkondensasi membentuk
planet-planet seperti bumi dan planet lainnya di tata surya.Hingga sekarang, teori
inilah yang diyakini sebagai teori yang paling masuk akal dan belum ada yang
mampu mematahkannya.

Gambar 2.1.5

Teori BigBang

Sumber: ssscott.tripod.com

Dalam perkembangannya, planet bumi terus mengalami proses


perkembangan sampai sekarang ini. Ada 3 tahap proses pembentukkan
bumi:

a. Awalnya bumi masih merupakan planet homogen yang


belum mengalami perlapisan atau perbedaan unsur.
b. Pembentukan perlapisan bumi pertama kali diawali dengan
terjadinya diferensiasi. (materi yang masa jenisnya lebih
berat tenggelam dan yang ringan mengapung)
c. Bumi terdiri dari 5 lapisan yaitu inti dalam, inti luar, mantel
dalam, mantel luar, dan kerak bumi. Perubahan bumi
disebabkan oleh perubahan iklim dan cuaca.

6. Teori Buffon

Berasal dari ahli ilmu alam Perancis bernama George Louis


Leelere Comte de Buffon. Beliau mengemukakan bahwa dahulu kala
tumbukan antara matahari dengan sebuah komet yang menyebabkan
sebagian massa matahari terpental keluar. Massa yang terpental ini
menjadi planet.

Gambar 2.1.7
Teori Buffon
Sumber: asbida48.blogspot.com

2.2 TEORI TEKTONIK LEMPENG


Gambar 2.1.4
Teori Lempeng Tektonik
Sumber: https://www.google.com/search?q=teori+tektonik+lempeng

Pergerakan benua dan dasar laut menurut para ahli disebabkan adanya
lempeng dalam kerak bumi. Lempeng-lempeng ini terapung-apung di atas
mantel bumi. Arus konveksi yang kuat di dalam astenosfer menggerakkan
lempeng-lempeng ini di permukaan bumi. Teori inilah yang dinamakan
teori lempeng tektonik
Secara garis besar lempeng di dunia dibagi menjadi dua, yaotu lempeng
samudera ynag merupakan dasar laut, dan lempeng benua yang merupakan
daratan. Lempeng samudera memiliki berat jenis yang lebih berat
dibandingkan lempeng benua. Lempeng samudera sering kita disebut
dengan lapisan sima dan lempeng benua disebut lapisan sial.
Lempengan yang menyusun bumi terdiri atas lempeng tektonik yang besar
dan kecil. Lempeng tektonik yang besar, antara lain:
1. Lempeng Fasifik, meliputi wilayah lautan Fasifik
2. Lempeng Amerika Utara, meliputi wilayah Amerika Utara
3. Lempeng Amerika Selatan, meliputi wilayah Amerika Selatan
4. Lempeng Afrika, meliputi wilayah Afrika, lautan Atlantik bagian
timur, dan lautan Hindia bagian barat
5. Lempeng Eurasia, meliputi Eropa, Asia termasuk Indonesia
6. Lempeng Hindia Australia, meliputi wilayah Lautan Hindia,
subkontinen India, dan Australia bagian barat.
7. Lempeng Antartika, meliputi benua dan lautan Antartika

Selain lempeng tektonik yang besar, bumi juga tersusun atas lempeng-
lempeng taktonik yang berukuran kecil, antara lain:
1. Lempeng Nazca
2. Lempeng Cocos
3. Lempeng Filipina
4. Lempeng Karibia
5. Lempeng Arab
6. Lempeng Juan de fuca
7. Lempeng Rivera
8. Lempeng Gorda
9. Lempeng Scotia

Pergerakan lempeng tektonik ini menyebabkan bentukan-bentukan alam,


sehingga membentuk batas yang memiliki tiga sifat yaitu: divergen atau menjauh,
konvergen atau saling bertumbukan, dan lateral displacement atau sesar mendatar.

a. Batas Divergen
Batas divergen terjadi ketika lempeng-lempeng bergerak saling menjauh
(proses saling menjauhnya dasar samudera). Magma mengalir keluara dari
astenosfer dan terbentuklah lapisan batuan (litosfer) baru. Pada kasus ini, tekanan
yang berasal dari dalam bumi sangat besar sedangkan kerak bumi sangat tipis
sehingga menyebabkan terjadinya batas divergen. Daerah yang banyak memiliki
batas divergen adalah Afrika bagian timur dan Laut Merah.
b. Batas Konvergen
Batas konvergen terjadi ketika sebuah lempeng terbentuk dan saling
menjauh satu sama lain di suatu area, maka ditempat lain akan terjadi
komvergensi dan tumbukan antar lempeng. Besarnya kekuatan tumpukan
tergantung lapisan batuan lempeng. Masa lempeng benua lebih ringan di
bandingkan masa lempeng samudra. Lempeng dengan masa lebih ringan akan
mendorong lempeng dengan masa lebih berat kebawah. Proses inilah yang disebut
dengan subdaksi dan daerah yang terbentuk subdaksi disebut dengan zona
subdaksi.
Zona subdaksi dan batas konvergen ini dapat terjadi jika ada pertemuan
dan tumpukan antara lempeng samudra denagn lempeng benua, lempeng samudra
dengan lempeng samudra dan lempeng benua dengan lempeng benua.
c. Lateral displacement atau sesar mendatar/transform/saling bergesekan.
Lateral displacement terjadi ketika dua lempeng bergerak pada garis yang
sama, tidak saling menjauh dan bertumpukan, misal satu bergerak ke utara dan
satu ke selatan tanpa ada rekahan atau dikenal dengan pergeseran. Kejadian ini
tidak menyebabkan penghilangan atau pemunculan kerak bumi, tetapi sepanjang
daerah itu akan terbentuk sesar. Gerakan lempeng tektonik menyebabkan gempa
bumi dan terbentuknya gunung.
Ada tiga tipe batas-batas lempeng yang masing-masing dibedakan dari jenis
pergerakanya, yaitu:
1. Divergen yaitu lempeng-lempeng bergerak saling menjauh yang menyebabkan
naiknya material dari mantel bumi dan membentuk lantai samudera yang luas.
2. Konvergen yaitu lempeng-lempeng bergerak saling mendekati yang
menyebabkan salah satuv dari lempeng tersebut masuk kedalam mantel bumi
dan berada dibawah lempeng lainnya
3. Patahan transfrom yaitu lempeng-lempeng bergerak saling bergesekan tampa
menyebabkan penghancuran pada litosfer

BAB III
Mineralogi dan Batuan
3.1 PENGERTIAN UMUM
1. Mineral
Mineral didefinisikan sebagai bahan padat anorganik yang terdapat secara
alamiah, terdiri dari unsur-unsur kimiawi dalam perbandingan tertentu, dimana
atom-atom di dalamnya tersusun mengikuti suatu pola yang sistematis.
Beberapa jenis mineral memiliki sifat dan bentuk tertentu dalam keadaan
padatnya, sebagai perwujudan dari susunan yang teratur didalamnya. Kristal
secara umum dapat didefinisikan sebagai bahan padat yang homogen yang
memiliki pola internal susunan tiga dimensi yang teratur. Studi khusus yang
mempelajari sifat-sifat, bentuk susunan dan cara-cara terjadinya bahan padat
tersebut dinamakan kristalografi.
Pengetahuan tentang mineral merupakan syarat mutlak untuk dapat
mempelajari bagian yang padat dari bumi ini, yang terdiri dari batuan. Bagian luar
yang padat dari bumi ini disebut litosfir, yang berarti selaput yang terdiri dari
batuan, dengan mengambil lithos dari bahasa latin yang berarti batu , dan sphere
yang berarti selaput.
Ilmu yang mempelajari mineral disebut Mineralogi , yang merupakan
ilmu bumi yang berfokus pada sifat kimia, struktur kristal, dan fisika (termasuk
optik) dari mineral. Studi ini juga mencakup proses pembentukan dan perubahan
mineral.
2. Batuan
Jenis batuan dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu
Batuan Beku, Batuan Sedimen, dan Batuan Malihan atau Metamorfis. Penelitian
yang dilakukan oleh para ahli menyimpulkan bahwa batuan beku merupakan
nenek moyang dari batuan lainnya melalui gambaran tentang permukaan luar
bumi yang terdiri dari batuan beku yang seiring dengan berjalannya waktu
terbentuklah kelompok-kelompok batuan lainnya. Proses perubahan kelompok
batuan menjadi kelompok batuan lain dinamakan daur batuan.
James Hutton menjelaskan bahwa dalam daur batuan tersebut terjadi oleh
pendinginan dan pembekuan magma yang berupaka lelehan silikat yang dapat
terjadi di bawah atau di atas permukaan bumi melalui erupsi gunung berapi. Saat
batuan beku tersingkap di permukaan, maka akan bereaksi dengan atmosfir dan
hidrosfir sehingga terjadi proses pelapukan.
Batuan akan mengalami proses penghancuran dan kemudian akan
terpindahkan atau tergerak oleh berbagai macam proses alam seperti aliran alir,
hembusan angin, gelombang pantai, maupun gletser. Media pengangkut tersebut
dikenal sebagai alat pengikis, yang dapat membawa fragmen atau bahan yang
larut ke tempat-tempat tertentu berupa sedimen dan berupaya untuk meratakan
permukaan bumi. Kemudian terjadi perubahan dari batuan lepas menjadi batuan
yang keras melalui pembebanan dan perekatan oleh senyawa mineral dalam
larutan menjadi batuan sedimen. Batuan-batuan tersebut akan menyesuaikan
dengan lingkungan yang baru sehingga terbentuklah batuan malihan atau
metamorfis.

3.2 TERJADINYA MINERAL DAN BATUAN


1. Mineral
Mineral didefinisikan sebagai bahan padat anorganik yang terdapat secara
alamiah, terdiri dari unsur-unsur kimiawi dalam perbandingan tertentu, dimana
atom-atom didalamnya tersusun mengikuti suatu pola yang sistematis. Beberapa
jenis mineral memiliki sifat dan bentuk tertentu dalam keadaan padatnya, sebagai
perwujudan dari susunan yang teratur didalamnya.

Adapun proses pembentukan mineral antara lain sebagai berikut:


a. Proses Magmatik

Proses ini merupakan proses pembentukan mineral dengan cara


pemisahan magma, yang diakibatkan oleh pendinginan dan penurunan
temperature dan membentuk satu atau lebih jenis batuan beku. Contoh: Platina,
Timah, Intan, Tembaga.

b. Proses Pengendapan dan Pelapukan

Proses ini terjadi akibat perubahan sifat fisik dan kimia pada batuan
penyusun kerak bumi yang di akibatkan oleh proses atmosfer dan hidrosfer.
Contoh: Kaolin.

c. Proses Hidrotermal

Merupakan proses pengendapan larutan sisa magma yang keluar melalui


rekahan pada temperatur yang cukup rendah. Contoh: Kuarsa, Klorit, Kalkosit.

d. Proses Pegmatit

Proses ini merupakan kelanjutan dari proses magmatik dimana larutan


sisa magma akan mengalami pendinginan atau penurunan temperatur. Contoh:
Grapit, Kuarsa, Pirit.

e. Proses Karbonatit

Merupakan proses pembentukan batuan sedimen terutama yang disusun


oleh mineral-mineral karbonat. Contoh: Dolomit.

f. Skarn
Merupakan proses pembentukan mineral pada batuan samping dengan
terjadinya kontak antara batuan sumber dan batuan karbonat.

g. Sublimasi

Merupakan proses pembentukan mineral dan batuan yang terjadi akibat


proses pemadatan dari uap/gas yang berasal dari magma. Contoh: Sulfur.
2. Batuan
Awal mula batuan
1. Semua batuan pada mulanya dari magma
2. Magma adalah benda cair, panas, pijar yang bersuhu diatas 1000˚C
3. Lava adalah magma yang sudah muncul ke permukaan
4. Lahar adalah lava yang bercampur dengan gas, meterial piroklastik, air,
tanah tumbuhan

Gambar 3.1 Siklus Batuan


Magma keluar di permukaan bumi antara lain melalui puncak gunung
berapi.Gunung berapi ada di daratan ada pula yang di lautan. Magma yang sudah
mencapai permukaan bumi akan membeku. Magma yang membeku kemudian
menjadi batuan beku. Batuan beku muka bumi selama beribu-ribu tahun lamanya
dapat hancur terurai selama terkena panas, hujan, serta aktivitas tumbuhan dan
hewan.Selanjutnya hancuran batuan tersebut tersangkut oleh air, angin atau hewan
ke tempat lain untuk diendapkan. Hancuran batuan yang diendapkan disebut
batuan endapan atau batuan sedimen. Baik batuan sedimen atau beku dapat
berubah bentuk dalam waktu yang sangat lama karena adanya perubahan
temperatur dan tekanan. Batuan yang berubah bentuk disebut batuan malihan atau
batuan metamorf.

Jenis – jenis Batuan


1. Batuan Beku

Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api") yaitu batuan yang
terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras. Pembekuan magma
menjadi batuan beku dapat terjadi pada saat sebelum magma keluar dari dapurnya,
ditengah perjalanan, dan ketika sudah berada diatas permukaan bumi. Dengan
atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif
(plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Lebih
dari 700 tipe batuan beku telah berhasil dideskripsikan, sebagian besar terbentuk
di bawah permukaan kerak bumi.

Batuan beku yang membeku sebelum magma keluar dan terjadi pada saat lapisan
dalam disebut batuan plutonik, jika membeku ditengah perjalanan disebut batuan
korok atau porforik. Adapun jika magma telah keluar dan membeku di permukaan
bumi, disebut batuan beku luar atau efusi/vulkanik.

Berdasarkan teksturnya batuan beku dibedakan menjadi 2, yaitu :


1. Batuan beku plutonik
2. Batuan beku vulkanik
Perbedaan antara keduanya bisa dilihat dari besar mineral penyusun
batuannya.Batuan beku plutonik umumnya terbentuk dari pembekuan magma
yang relatif lebih lambat sehingga mineral-mineral penyusunnya relatif besar.
Sedangkan batuan beku vulkanik umumnya terbentuk dari pembekuan magma
yang sangat cepat (misalnya akibat letusan gunung api) sehingga mineral
penyusunnya lebih kecil.

Gambar 3.2 Contoh Batuan Beku

2. Batuan Endapan atau Batuan Sedimen


Batuan Sedimen ini merupakan batuan yang terbentuk oleh proses geomorfologi
dan dipengaruhi oleh lamanya waktu. Batuan sedimen secara umum dibedakan
menjadi 2 jenis :

Klasifikasi sediment klastik dibedakan berdasarkan atas ukuran butirnya, yaitu


sebagai berikut :
 Ludit (psepit) termasuk berbutir kasar mulai dari gravel (krikil) halus
hingga bongkah (boulder) dengan ukuran diameternya 2-256mm
 Arenit (samit) termasuk berbutir sedang, dengan ukuran diameternya 0,06-
2mm, mulai dari pasir halus hingga pasir kasar.
 Lutit (pelit) termasuk berbutir halus, ukuran diameternya 0,04-0,06mm,
mulai dari lempung higga debu kasar.
 Contoh sediment klastik adalah breksi, konglomerat, batu pasir, lempung,
serpih dan kaolin.

a. Sedimen klastik yang terbentuk oleh proses mekanik


Batuan sediment klastik terbentuk melalui proses pengendapan dari material-
material yang mengalami proses transportasi. Besar butir dari batuan sediment
klastik bervariasi dari mulai ukuran lempung sampai ukuran bongkah.Biasanya
batuan tersebut menjadi batuan penyimpan hidrokarbon (reservoir rocks) atau bisa
juga menjadi batuan induk sebagai penghasil hidrokarbon (source rocks). Contoh
sediment klastik adalah breksi, konglomerat, batu pasir, lempung, serpih dan
kaolin

b. Sedimen non-klastik yang terbentuk karena proses kimiawi


Batuan sedimen kimia terbentuk melalui proses presipitasi dari larutan. Biasanya
batuan tersebut menjadi batuan pelindung (seal rocks) hidrokarbon dari
migrasi.Contohnya anhidrit dan batu.Batuan sedimen ini biasanya mengandung
mineral seperti kalsit, dolomit, kuarsa sekunder, gypsum dan chert.

Batuan sedimen terbentuk melalui tiga cara utama : pelapukan batuan lain
(clastic); pengendapan (deposition) karena aktivitas biogenik; dan pengendapan
(precipitation) dari larutan.

Batuan endapan meliputi 75% dari permukaan bumi. Batuan sedimen memiliki
ciri yang mudah dikenal, yaitu sebagai berikut :
 Batuan endapan biasanya berlapis-lapis
 Mengandung sisa-sisa jasad atau bekasnya, seperti terdapatnya cangkang
binatang koral dan serat-serat kayu.
 Adanya keseragaman yang nyata dari bagian-bagian berbentuk bulat yang
menyusunnya.

Gambar 3.3 Batuan Sedimen Non-Klastik

Penamaan batuan sedimen berdasarkan butir


1. Penamaan batuan sedimen biasanya berdasarkan besar butir penyusun
batuan tersebut Penamaan tersebut adalah :
2. Breksi adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih besar dari 2 mm
dengan bentuk butitan yang bersudut.
3. Konglomerat adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih besar dari
2 mm dengan bentuk butiran yang membudar.
4. Batu pasir adalah batuan sedimen dengan ukuran butir antara 2 mm
sampai 1/16 mm
5. Batu lanau adalah batuan sedimen dengan ukuran butir antara 1/16 mm
sampai 1/256 mm
6. Batu lempung adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih kecil dari
1/256
3. Batuan metamorfosis atau Batuan metamorf (methamorphic rock)

Gambar 3.4 Batuan Metamorf


yaitu batuan yang berasal dari batuan induk yang mengalami perubahan tekstur
dan komposisi mineral sebagai akibat perubahan kondisi fisik disebabkan oleh
tekanan dan temperatur.batuan sebelumnya akan berubah tekstur dan strukturnya
sehingga membentuk batuan baru dengan tekstur dan struktur yang baru pula.
Contoh batuan tersebut adalah batu sabak atau slate yang merupakan perubahan
batu lempung. Apabila semua batuan-batuan yang sebelumnya terpanaskan dan
meleleh maka akan membentuk magma yang kemudian mengalami proses
pendinginan kembali dan menjadi batuan-batuan baru lagi. Beberapa contoh
batuan metamorf adalah Gneis, batu sabak, batu garnet, dan pualam.

Batuan metamorf menyusun sebagian besar dari kerak Bumi.Mereka terbentuk


jauh dibawah permukaan bumi oleh tegasan yang besar dari batuan diatasnya serta
tekanan dan suhu tinggi.Mereka juga terbentuk oleh intrusi batu lebur, disebut
magma, ke dalam batuan padat dan terbentuk terutama pada kontak antara magma
dan batuan yang bersuhu tinggi.

Ciri-ciri batuan ini :


 Adanya perlapisan,
 Silang siur atau struktur gelembur gelombang klastik.

3.3 Identifikasi Mineral dan Batuan


1. Mineral
Identifikasi mineral merupakan suatu kegiatan membuat deskripsi tentang suatu
mineral tertentu. Setelah identifikasi dilakukan, maka kita dapat dengan jelas
memberi nama mineral tersebut.
Mineral adalah bahan anorganik yang terbentuk secara alamiah, memiliki
komposisi kimia yang tetap dan struktur kristal yan beraturan.
Di alam ini terdapat lebih dari 2000 jenis mineral yang telah diketahui. Tetapi,
hanya beberapa mineral saja yang dijumpai sebagai mineral pembentuk batuan.
Mineral-mineral tersebut dapat diidentifikasi berdasarkan sifat fisisnya secara
khusus, antara lain :
1. Kilat (luster)
2. Warna (colour)
3. Kekerasan (hardness)
4. Cerat (streak)
5. Belahan (cleavage)
6. Pecahan (fracture)
7. Bentuk (form)
8. Berat jenis (specific gravity)
9. Sifat dalam
10. Kemagnetan
11. Kelistrikan
12. Daya lebur

Pada praktikum ini hanya diwajibkan untuk mengidentifikasi mineral hanya yang
nampak oleh mata dan dibantu kaca pembesar saja. Sedangkan untuk sifat-sifat
dari nomor 8 – 12 diperlukan kajian lebih lanjut secara khusus.
1. Kilat
Kilat sering juga disebut kilapan merupakan kenampakan suatu mineral
yang ditunjukkan dari pantulan cahaya yang dikenakan padanya. Kilat secara garis
besar biasanya dibagi menjadi 2 jenis :
a. Kilat Logam (metallic luster) : bila mineral tersebut memiliki kilat seperti
logam.
b. Kilat Non-Logam (non-metallic luster), dibagi atas :
 Kilat intan (adamantin luster) ; cemerlang seperti intan.
 Kilat kaca (vitreous luster); contohnya kuarsa dan kalsit.
 Kliat sutera (silky luster); umumnya terdapat pada mineral yang
memiliki serat, seperti asbes dan gips.
 Kilat damar/resin (resinous luster); kilat seperti getah damar/resin,
misalnya mineral sphalerit
 Kilat mutiara (pearly luster); kilat seperti lemak atau sabun,
misalnya serpentin, opal dan nepelin.
 Kilat tanah, kilat seperti tanah lempung, misal kaolin, bauxit, dan
limonit.

2. Warna
Warna mineral merupakan kenampakan langsung yang dapat dilihat, akan
tetapi tidak dapat diandalkan dalam identifikasi mineral karena suatu mineral
dapat memiliki lebih dari satu warna. Misalnya, kwarsa dapat berwarna putih
susu, ungu, coklat kehitaman atau tidak berwarna (bening).
Beberapa contoh warna mineral :
- kwarsa : berwarna putih jernih, putih susu dan tidak memiliki belahan.
- mika : apabila berwarna putih diberi nama muskovit, bila berwarna
hitam diberi nama biotit, keduanya dicirikan adanya belahan
seperti lembaran-lembaran.
- feldspar : apabila berwarna merah daging diberi nama ortoklas
(bidang belah tegak lurus/ 90°), bila berwarna putih abu-
abu diberi nama plagioklas (belahan kristal kembar).
- karbonat : biasanya mineral ini diberi nama kalsit dan dolomit, ciri utama
mineral karbonat ini adalah bereaksi dengan HCl.
- olivin : hijau (butiran/granular), atau biasanya berwarna kuning
kehijauan seperti gula pasir.
- piroksen : hijau kehitaman berbentuk prismatik pendek.
- amfibol : hitam mengkilat berbentuk prismatik panjang
- oksida besi : kuning- coklat kemerahan
- lempung : bila berwarna putih berkilap tanah disebut kaolin yang
merupakan hasil pelapukan feldspar, dan bila berwarna kelabu
disebut illit yang merupakan hasil pelapukan muskovit.
- azurit : bila berwarna biru
- jasper : bila berwarna merah
3. Kekerasan
Kekerasan merupakan ketahanan mineral terhadap suatu goresan.
Kekerasan nisbi suatu mineral dapat ditetapkan dengan membandingkan suatu
mineral dengan mineral tertentu. Skala kekerasan yang biasa digunakan ialah
skala yang dibuat oleh Friedrich Mohs dari Jerman atau yang lebih dikenal dengan
skala Mohs. Skala Mohs dimulai dari skala 1 sampai 10, dengan skala 1 mulai
dari mineral terlunak dan skala 10 adalah mineral terkeras. Skala yang lebih kecil
akan memiliki bekas goresan apabila dikenakan pada yang skala lebih besar.
Skala Mohs
Sebagai perbandingan dari skala tersebut di atas, maka dapat diberikan skala
kekerasan untuk - Kuku jari : 2,5
- Uang logam tembaga :3
- Pisau/paku baja : 5,5
- Pecahan kaca jendela : 5,5 – 6

Gambar 3.5 Skala Mohs


4. Cerat
Cerat merupakan warna mineral dalam bentuk hancuran (serbuk). Hal ini
dapat diperoleh apabila mineral digoreskan pada bagian yang kasar suatu keping
porselen atau dapat dilakukan dengan membubuk mineral kemudian dilihat warna
bubuk tersebut. Cerat dapat berupa warna asli mineral, dapat pula berbeda.

5. Belahan
Belahan merupakan kecenderungan mineral tertentu untuk membelah diri
pada satu atau lebih pada arah tertentu. Belahan merupakan salah satu sifat fisik
mineral yang disebabkan oleh tekanan dari luar atau pemukulan dengan palu.
Yang dimaksud belah adalah bila mineral kita pukul tidak akan hancur, tetapi
terbelah melalui bidang belahan yang licin.
Sehingga dapat digunakan juga istilah ada bidang belah atau tanpa bidang belah.
Contohnya : kalsit memiliki tiga arah belahan, tetapi kwarsa tidak memiliki
belahan.

6. Pecahan
Bila dalam belahan mineral akan pecah dalam arah yang teratur,
sedangkan pada pecahan mineral akan pecah secara tidak teratur. Perbedaannya
bidang belah pada belah akan nampak memantulkan sinar seperti pada cermin
datar, sedangkan pada pecahan akan memantulkan sinar ke segala arah dengan
tidak teratur. Beberapa jenis pecahan mineral adalah sebagai berikut :
· Concoidal : bila memperlihatkan gelombang yang
melengkung, seperti pada pecahan botol.
· Fibrous : bila menunjukkan gejala pecahan seperti serat,
contohnya asbes.
· Even : bila pecahan tersebut menunjukkan bidang
pecahan yang halus, contohnya mineral lempung.
· Uneven : bila pecahan tersebut menunjukkan bidang
pecahan yang kasar, contohnya mineral magnetit
atau miberal besi.
· Hackly : bila pecahan tersebut menunjukkan bidang
pecahan yang kasar tidak teratur dan runcing,
contohnya mineral perak atau emas.

7. Bentuk
Mineral ada yang memiliki bentuk struktur kristal, ada pula yang tidak
memiliki bentuk atau struktur kristal. Mineral yang memiliki bentuk kristal
disebut mineral kristalin, sedangkan yang tidak memiliki bentuk kristal disebut
amorf.
Cara Identifikasi
a. Tekstur.
Tekstur dapat dikenali dilapangan dengan melihat mineral-mineral yang
menyusun batuan. Untuk maksud praktikum ini. Mahsiswa diharuskan
membedakan tiga macam tekstur, yaitu halus (afanitis), kasar (faneris), dan
klastik. Batuan bertekstur afanitis apabila kristal-kristal mineral penyusun batuan
tidak dapat dikenali dengan mata telanjang. Batuan bertekstur faneris apabila
kristal-kristal mineral penyusun batuan dapat dikenali dengan mata telanjang.
Batuan bertekstur klastik apabila batuan tersusun oleh fragmen batuan atau
mineral yang tidak saling bersinggungan (interlocking).

b. Struktur
Banyak sekali macam struktur batuan, namun langkah awal yang harus
dikenali untuk identifikasi batuan adalah ada tidaknya struktur direksional.

c. Komposisi Mineral
Menentukan komposisi mineral adalah pekerjaan tersulit, karena
kemampuan untuk mengenali jenis mineral penyusun batuan diperlukan
pengetahuan dan pengalaman. Untuk keperluan identifikasi lapangan sifat fisik
mineral sangat membantu pengenalan mineral.
Identifikasi fisik yaitu
1) Warna
2) Kekerasan
3) Belahan
4) Pecahan
5) Kilat
6) Cerat
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Geomorfologi. Diakses pada 19 September 2019


pukul 03.21

http://www.academia.edu/7025022/MINERAL_DAN_BATUAN. Diakses pada


19 September 2019 pukul 03.45

https://www.slideshare.net/mobile/YogiShidiq/makalah-mineral-dan-batuan-yogi.
Diakses pada 19 September 2019 pukul 04.01

https://geologiunpad2010.wordpress.com/2011/10/24/jenis-jenis-struktur-
geologi/. Diakses pada 19 September 2019 pukul 02.34

Anda mungkin juga menyukai