TEKNIK GEOLOGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2019
KELOMPOK 12
Dengan mengucap rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa , sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Penyusunan
makalah yang berjudul “Geologi Dasar” ini dilakukan untuk memenuhi tugas
yang diberikan oleh Dosen Pengajar Mata Kuliah Wawasan Ipteks.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Teori ini dikemukakan oleh ahli fisiologi Jerman, Immanuel Kant pada
tahun 1755.Kemudian hipotesis ini dikembangkan oleh ahli matematika
Prancis, Pierre de Laplace pada tahun 1796.Menurut hipotesis ini,
matahari dan planet-planet berasal dari sebuah kabut pijar yang berpilin
di dalam jagat raya. Oleh karena perputaran itu, sebagian dari massa
kabut tersebut terlepas membentuk gelang-gelang disekeliling bagian
inti kabut. Pada akhirnya, gelang itu membentuk gumpalan-gumpalan
yang kemudian membeku (mengeras) menjadi planet-planet, termasuk
bumi.
Gambar 2.1.1
Hipotesis Kabut
Sumber:zainalrendra.blogspot.com
2. Teori Planetsimal
Pada awal abad ke-20, dua orang Amerika, T.C. Chamberlain
seorang ahli geologi dan F.R. Moulton seorang ahli astronomi
mengemukakan Teori Planetsimal.Menurut teori ini, di dalam kabut
terdapat material padat yang berhamburan, disebut planetsimal.
Masing-masing benda padat ini memiliki gaya tarik. Akibatnya, terjadi
saling tarik menarik diantara sesamanya.Akhirnya, lambat laun
terbentuklah gumpalan besar yang disebut planet.
Gambar 2..1.2
Teori Planetsimal
Sumber: www.nature.com
3. Teori Pasang Surut Gas(Tidal)
Gambar 2.1.3
Teori Pasang Surut Gas
http://binsustwilight.blogspot.com/2010/09/blog-post.html
Teori ini dikemukakan oleh James Jeans dan Harold Jeffreys pada tahun 1918,
yakni bahwa sebuah bintang besar mendekati matahari dalam jarak pendek,
sehingga menyebabkan terjadinya pasang surut pada tubuh matahari, saat
matahari itu masih berada dalam keadaan gas. Terjadinya pasang surut air laut
yang kita kenal di Bumi, ukuranya sangat kecil. Penyebabnya adalah kecilnya
massa bulan dan jauhnya jarak bulan ke Bumi (60 kali radius orbit Bumi). Tetapi,
jika sebuah bintang yang bermassa hampir sama besar dengan matahari mendekat,
maka akan terbentuk semacam gunung-gunung gelombang raksasa pada tubuh
matahari, yang disebabkan oleh gaya tarik bintang tadi. Gunung-gunung tersebut
akan mencapai tinggi yang luar biasa dan membentuk semacam lidah pijar yang
besar sekali, menjulur dari massa matahari dan merentang ke arah bintang besar
itu.
Dalam lidah yang panas ini terjadi perapatan gas-gas dan akhirnya kolom-kolom
ini akan pecah, lalu berpisah menjadi benda-benda tersendiri, yaitu planet-planet.
Bintang besar yang menyebabkan penarikan pada bagian-bagian tubuh matahari
tadi, melanjutkan perjalanan di jagat raya, sehingga lambat laun akan hilang
pengaruhnya terhadap-planet yang berbentuk tadi. Planet-planet itu akan berputar
mengelilingi matahari dan mengalami proses pendinginan. Proses pendinginan ini
berjalan dengan lambat pada planet-planet besar, seperti Yupiter dan Saturnus,
sedangkan pada planet-planet kecil seperti Bumi kita, pendinginan berjalan relatif
lebih cepat.
5. Teori Bigbang
Teori ini adalah teori yang paling terkenal. Berdasarkan teori Big Bang,
proses terbentuknya bumi dimulai sejak puluhan milyar tahun yang lalu. Pertama
terdapat kumpulan kabut raksasa yang berputar pada porosnya.Putaran tersebut
memungkinkan bagian-bagian yang kecil dan ringan terlempar keluar dan bagian
yang berat dan besar berkumpul dipusat membentuk cakram raksasa.Suatu saat,
gumpalan kabut raksasa itu meledak dengan hebat di luar angkasa yang kemudian
membentuk galaksi dan nebula-nebula, salah satunya Galaksi Bima Sakti.Bagian-
bagian yang kecil, yang terlempar dari putaran kabut mengkondensasi membentuk
planet-planet seperti bumi dan planet lainnya di tata surya.Hingga sekarang, teori
inilah yang diyakini sebagai teori yang paling masuk akal dan belum ada yang
mampu mematahkannya.
Gambar 2.1.5
Teori BigBang
Sumber: ssscott.tripod.com
6. Teori Buffon
Gambar 2.1.7
Teori Buffon
Sumber: asbida48.blogspot.com
Pergerakan benua dan dasar laut menurut para ahli disebabkan adanya
lempeng dalam kerak bumi. Lempeng-lempeng ini terapung-apung di atas
mantel bumi. Arus konveksi yang kuat di dalam astenosfer menggerakkan
lempeng-lempeng ini di permukaan bumi. Teori inilah yang dinamakan
teori lempeng tektonik
Secara garis besar lempeng di dunia dibagi menjadi dua, yaotu lempeng
samudera ynag merupakan dasar laut, dan lempeng benua yang merupakan
daratan. Lempeng samudera memiliki berat jenis yang lebih berat
dibandingkan lempeng benua. Lempeng samudera sering kita disebut
dengan lapisan sima dan lempeng benua disebut lapisan sial.
Lempengan yang menyusun bumi terdiri atas lempeng tektonik yang besar
dan kecil. Lempeng tektonik yang besar, antara lain:
1. Lempeng Fasifik, meliputi wilayah lautan Fasifik
2. Lempeng Amerika Utara, meliputi wilayah Amerika Utara
3. Lempeng Amerika Selatan, meliputi wilayah Amerika Selatan
4. Lempeng Afrika, meliputi wilayah Afrika, lautan Atlantik bagian
timur, dan lautan Hindia bagian barat
5. Lempeng Eurasia, meliputi Eropa, Asia termasuk Indonesia
6. Lempeng Hindia Australia, meliputi wilayah Lautan Hindia,
subkontinen India, dan Australia bagian barat.
7. Lempeng Antartika, meliputi benua dan lautan Antartika
Selain lempeng tektonik yang besar, bumi juga tersusun atas lempeng-
lempeng taktonik yang berukuran kecil, antara lain:
1. Lempeng Nazca
2. Lempeng Cocos
3. Lempeng Filipina
4. Lempeng Karibia
5. Lempeng Arab
6. Lempeng Juan de fuca
7. Lempeng Rivera
8. Lempeng Gorda
9. Lempeng Scotia
a. Batas Divergen
Batas divergen terjadi ketika lempeng-lempeng bergerak saling menjauh
(proses saling menjauhnya dasar samudera). Magma mengalir keluara dari
astenosfer dan terbentuklah lapisan batuan (litosfer) baru. Pada kasus ini, tekanan
yang berasal dari dalam bumi sangat besar sedangkan kerak bumi sangat tipis
sehingga menyebabkan terjadinya batas divergen. Daerah yang banyak memiliki
batas divergen adalah Afrika bagian timur dan Laut Merah.
b. Batas Konvergen
Batas konvergen terjadi ketika sebuah lempeng terbentuk dan saling
menjauh satu sama lain di suatu area, maka ditempat lain akan terjadi
komvergensi dan tumbukan antar lempeng. Besarnya kekuatan tumpukan
tergantung lapisan batuan lempeng. Masa lempeng benua lebih ringan di
bandingkan masa lempeng samudra. Lempeng dengan masa lebih ringan akan
mendorong lempeng dengan masa lebih berat kebawah. Proses inilah yang disebut
dengan subdaksi dan daerah yang terbentuk subdaksi disebut dengan zona
subdaksi.
Zona subdaksi dan batas konvergen ini dapat terjadi jika ada pertemuan
dan tumpukan antara lempeng samudra denagn lempeng benua, lempeng samudra
dengan lempeng samudra dan lempeng benua dengan lempeng benua.
c. Lateral displacement atau sesar mendatar/transform/saling bergesekan.
Lateral displacement terjadi ketika dua lempeng bergerak pada garis yang
sama, tidak saling menjauh dan bertumpukan, misal satu bergerak ke utara dan
satu ke selatan tanpa ada rekahan atau dikenal dengan pergeseran. Kejadian ini
tidak menyebabkan penghilangan atau pemunculan kerak bumi, tetapi sepanjang
daerah itu akan terbentuk sesar. Gerakan lempeng tektonik menyebabkan gempa
bumi dan terbentuknya gunung.
Ada tiga tipe batas-batas lempeng yang masing-masing dibedakan dari jenis
pergerakanya, yaitu:
1. Divergen yaitu lempeng-lempeng bergerak saling menjauh yang menyebabkan
naiknya material dari mantel bumi dan membentuk lantai samudera yang luas.
2. Konvergen yaitu lempeng-lempeng bergerak saling mendekati yang
menyebabkan salah satuv dari lempeng tersebut masuk kedalam mantel bumi
dan berada dibawah lempeng lainnya
3. Patahan transfrom yaitu lempeng-lempeng bergerak saling bergesekan tampa
menyebabkan penghancuran pada litosfer
BAB III
Mineralogi dan Batuan
3.1 PENGERTIAN UMUM
1. Mineral
Mineral didefinisikan sebagai bahan padat anorganik yang terdapat secara
alamiah, terdiri dari unsur-unsur kimiawi dalam perbandingan tertentu, dimana
atom-atom di dalamnya tersusun mengikuti suatu pola yang sistematis.
Beberapa jenis mineral memiliki sifat dan bentuk tertentu dalam keadaan
padatnya, sebagai perwujudan dari susunan yang teratur didalamnya. Kristal
secara umum dapat didefinisikan sebagai bahan padat yang homogen yang
memiliki pola internal susunan tiga dimensi yang teratur. Studi khusus yang
mempelajari sifat-sifat, bentuk susunan dan cara-cara terjadinya bahan padat
tersebut dinamakan kristalografi.
Pengetahuan tentang mineral merupakan syarat mutlak untuk dapat
mempelajari bagian yang padat dari bumi ini, yang terdiri dari batuan. Bagian luar
yang padat dari bumi ini disebut litosfir, yang berarti selaput yang terdiri dari
batuan, dengan mengambil lithos dari bahasa latin yang berarti batu , dan sphere
yang berarti selaput.
Ilmu yang mempelajari mineral disebut Mineralogi , yang merupakan
ilmu bumi yang berfokus pada sifat kimia, struktur kristal, dan fisika (termasuk
optik) dari mineral. Studi ini juga mencakup proses pembentukan dan perubahan
mineral.
2. Batuan
Jenis batuan dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu
Batuan Beku, Batuan Sedimen, dan Batuan Malihan atau Metamorfis. Penelitian
yang dilakukan oleh para ahli menyimpulkan bahwa batuan beku merupakan
nenek moyang dari batuan lainnya melalui gambaran tentang permukaan luar
bumi yang terdiri dari batuan beku yang seiring dengan berjalannya waktu
terbentuklah kelompok-kelompok batuan lainnya. Proses perubahan kelompok
batuan menjadi kelompok batuan lain dinamakan daur batuan.
James Hutton menjelaskan bahwa dalam daur batuan tersebut terjadi oleh
pendinginan dan pembekuan magma yang berupaka lelehan silikat yang dapat
terjadi di bawah atau di atas permukaan bumi melalui erupsi gunung berapi. Saat
batuan beku tersingkap di permukaan, maka akan bereaksi dengan atmosfir dan
hidrosfir sehingga terjadi proses pelapukan.
Batuan akan mengalami proses penghancuran dan kemudian akan
terpindahkan atau tergerak oleh berbagai macam proses alam seperti aliran alir,
hembusan angin, gelombang pantai, maupun gletser. Media pengangkut tersebut
dikenal sebagai alat pengikis, yang dapat membawa fragmen atau bahan yang
larut ke tempat-tempat tertentu berupa sedimen dan berupaya untuk meratakan
permukaan bumi. Kemudian terjadi perubahan dari batuan lepas menjadi batuan
yang keras melalui pembebanan dan perekatan oleh senyawa mineral dalam
larutan menjadi batuan sedimen. Batuan-batuan tersebut akan menyesuaikan
dengan lingkungan yang baru sehingga terbentuklah batuan malihan atau
metamorfis.
Proses ini terjadi akibat perubahan sifat fisik dan kimia pada batuan
penyusun kerak bumi yang di akibatkan oleh proses atmosfer dan hidrosfer.
Contoh: Kaolin.
c. Proses Hidrotermal
d. Proses Pegmatit
e. Proses Karbonatit
f. Skarn
Merupakan proses pembentukan mineral pada batuan samping dengan
terjadinya kontak antara batuan sumber dan batuan karbonat.
g. Sublimasi
Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api") yaitu batuan yang
terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras. Pembekuan magma
menjadi batuan beku dapat terjadi pada saat sebelum magma keluar dari dapurnya,
ditengah perjalanan, dan ketika sudah berada diatas permukaan bumi. Dengan
atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif
(plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Lebih
dari 700 tipe batuan beku telah berhasil dideskripsikan, sebagian besar terbentuk
di bawah permukaan kerak bumi.
Batuan beku yang membeku sebelum magma keluar dan terjadi pada saat lapisan
dalam disebut batuan plutonik, jika membeku ditengah perjalanan disebut batuan
korok atau porforik. Adapun jika magma telah keluar dan membeku di permukaan
bumi, disebut batuan beku luar atau efusi/vulkanik.
Batuan sedimen terbentuk melalui tiga cara utama : pelapukan batuan lain
(clastic); pengendapan (deposition) karena aktivitas biogenik; dan pengendapan
(precipitation) dari larutan.
Batuan endapan meliputi 75% dari permukaan bumi. Batuan sedimen memiliki
ciri yang mudah dikenal, yaitu sebagai berikut :
Batuan endapan biasanya berlapis-lapis
Mengandung sisa-sisa jasad atau bekasnya, seperti terdapatnya cangkang
binatang koral dan serat-serat kayu.
Adanya keseragaman yang nyata dari bagian-bagian berbentuk bulat yang
menyusunnya.
Pada praktikum ini hanya diwajibkan untuk mengidentifikasi mineral hanya yang
nampak oleh mata dan dibantu kaca pembesar saja. Sedangkan untuk sifat-sifat
dari nomor 8 – 12 diperlukan kajian lebih lanjut secara khusus.
1. Kilat
Kilat sering juga disebut kilapan merupakan kenampakan suatu mineral
yang ditunjukkan dari pantulan cahaya yang dikenakan padanya. Kilat secara garis
besar biasanya dibagi menjadi 2 jenis :
a. Kilat Logam (metallic luster) : bila mineral tersebut memiliki kilat seperti
logam.
b. Kilat Non-Logam (non-metallic luster), dibagi atas :
Kilat intan (adamantin luster) ; cemerlang seperti intan.
Kilat kaca (vitreous luster); contohnya kuarsa dan kalsit.
Kliat sutera (silky luster); umumnya terdapat pada mineral yang
memiliki serat, seperti asbes dan gips.
Kilat damar/resin (resinous luster); kilat seperti getah damar/resin,
misalnya mineral sphalerit
Kilat mutiara (pearly luster); kilat seperti lemak atau sabun,
misalnya serpentin, opal dan nepelin.
Kilat tanah, kilat seperti tanah lempung, misal kaolin, bauxit, dan
limonit.
2. Warna
Warna mineral merupakan kenampakan langsung yang dapat dilihat, akan
tetapi tidak dapat diandalkan dalam identifikasi mineral karena suatu mineral
dapat memiliki lebih dari satu warna. Misalnya, kwarsa dapat berwarna putih
susu, ungu, coklat kehitaman atau tidak berwarna (bening).
Beberapa contoh warna mineral :
- kwarsa : berwarna putih jernih, putih susu dan tidak memiliki belahan.
- mika : apabila berwarna putih diberi nama muskovit, bila berwarna
hitam diberi nama biotit, keduanya dicirikan adanya belahan
seperti lembaran-lembaran.
- feldspar : apabila berwarna merah daging diberi nama ortoklas
(bidang belah tegak lurus/ 90°), bila berwarna putih abu-
abu diberi nama plagioklas (belahan kristal kembar).
- karbonat : biasanya mineral ini diberi nama kalsit dan dolomit, ciri utama
mineral karbonat ini adalah bereaksi dengan HCl.
- olivin : hijau (butiran/granular), atau biasanya berwarna kuning
kehijauan seperti gula pasir.
- piroksen : hijau kehitaman berbentuk prismatik pendek.
- amfibol : hitam mengkilat berbentuk prismatik panjang
- oksida besi : kuning- coklat kemerahan
- lempung : bila berwarna putih berkilap tanah disebut kaolin yang
merupakan hasil pelapukan feldspar, dan bila berwarna kelabu
disebut illit yang merupakan hasil pelapukan muskovit.
- azurit : bila berwarna biru
- jasper : bila berwarna merah
3. Kekerasan
Kekerasan merupakan ketahanan mineral terhadap suatu goresan.
Kekerasan nisbi suatu mineral dapat ditetapkan dengan membandingkan suatu
mineral dengan mineral tertentu. Skala kekerasan yang biasa digunakan ialah
skala yang dibuat oleh Friedrich Mohs dari Jerman atau yang lebih dikenal dengan
skala Mohs. Skala Mohs dimulai dari skala 1 sampai 10, dengan skala 1 mulai
dari mineral terlunak dan skala 10 adalah mineral terkeras. Skala yang lebih kecil
akan memiliki bekas goresan apabila dikenakan pada yang skala lebih besar.
Skala Mohs
Sebagai perbandingan dari skala tersebut di atas, maka dapat diberikan skala
kekerasan untuk - Kuku jari : 2,5
- Uang logam tembaga :3
- Pisau/paku baja : 5,5
- Pecahan kaca jendela : 5,5 – 6
5. Belahan
Belahan merupakan kecenderungan mineral tertentu untuk membelah diri
pada satu atau lebih pada arah tertentu. Belahan merupakan salah satu sifat fisik
mineral yang disebabkan oleh tekanan dari luar atau pemukulan dengan palu.
Yang dimaksud belah adalah bila mineral kita pukul tidak akan hancur, tetapi
terbelah melalui bidang belahan yang licin.
Sehingga dapat digunakan juga istilah ada bidang belah atau tanpa bidang belah.
Contohnya : kalsit memiliki tiga arah belahan, tetapi kwarsa tidak memiliki
belahan.
6. Pecahan
Bila dalam belahan mineral akan pecah dalam arah yang teratur,
sedangkan pada pecahan mineral akan pecah secara tidak teratur. Perbedaannya
bidang belah pada belah akan nampak memantulkan sinar seperti pada cermin
datar, sedangkan pada pecahan akan memantulkan sinar ke segala arah dengan
tidak teratur. Beberapa jenis pecahan mineral adalah sebagai berikut :
· Concoidal : bila memperlihatkan gelombang yang
melengkung, seperti pada pecahan botol.
· Fibrous : bila menunjukkan gejala pecahan seperti serat,
contohnya asbes.
· Even : bila pecahan tersebut menunjukkan bidang
pecahan yang halus, contohnya mineral lempung.
· Uneven : bila pecahan tersebut menunjukkan bidang
pecahan yang kasar, contohnya mineral magnetit
atau miberal besi.
· Hackly : bila pecahan tersebut menunjukkan bidang
pecahan yang kasar tidak teratur dan runcing,
contohnya mineral perak atau emas.
7. Bentuk
Mineral ada yang memiliki bentuk struktur kristal, ada pula yang tidak
memiliki bentuk atau struktur kristal. Mineral yang memiliki bentuk kristal
disebut mineral kristalin, sedangkan yang tidak memiliki bentuk kristal disebut
amorf.
Cara Identifikasi
a. Tekstur.
Tekstur dapat dikenali dilapangan dengan melihat mineral-mineral yang
menyusun batuan. Untuk maksud praktikum ini. Mahsiswa diharuskan
membedakan tiga macam tekstur, yaitu halus (afanitis), kasar (faneris), dan
klastik. Batuan bertekstur afanitis apabila kristal-kristal mineral penyusun batuan
tidak dapat dikenali dengan mata telanjang. Batuan bertekstur faneris apabila
kristal-kristal mineral penyusun batuan dapat dikenali dengan mata telanjang.
Batuan bertekstur klastik apabila batuan tersusun oleh fragmen batuan atau
mineral yang tidak saling bersinggungan (interlocking).
b. Struktur
Banyak sekali macam struktur batuan, namun langkah awal yang harus
dikenali untuk identifikasi batuan adalah ada tidaknya struktur direksional.
c. Komposisi Mineral
Menentukan komposisi mineral adalah pekerjaan tersulit, karena
kemampuan untuk mengenali jenis mineral penyusun batuan diperlukan
pengetahuan dan pengalaman. Untuk keperluan identifikasi lapangan sifat fisik
mineral sangat membantu pengenalan mineral.
Identifikasi fisik yaitu
1) Warna
2) Kekerasan
3) Belahan
4) Pecahan
5) Kilat
6) Cerat
DAFTAR PUSTAKA
https://www.slideshare.net/mobile/YogiShidiq/makalah-mineral-dan-batuan-yogi.
Diakses pada 19 September 2019 pukul 04.01
https://geologiunpad2010.wordpress.com/2011/10/24/jenis-jenis-struktur-
geologi/. Diakses pada 19 September 2019 pukul 02.34