Anda di halaman 1dari 5

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.1.1 Pengenalan Sumbu Kristal


Untuk membuat sistem kristal Isometrik, pertama menentukan nilai setiap
sumbu dengan perbandingan sumbu a = b = c dengan perbandingan (1 : 3 : 3) dengan
perbesaran 3 kali. Kemudian menggambar garis sumbu c sesuai dengan perbesaran
yang telah ditentukan. Setelah itu, menggambar garis sumbu b+ sebesar 90° (tegak
lurus) terhadap sumbu c+, lalu tarik sumbu a sebesar 30° terhadap sumbu b-.
Untuk membuat sistem kristal Tetragonal, pertama tentukan nilai setiap
sumbu a = b≠ c dengan perbandingan (1 : 3 : 3) dengan perbesaran 3 kali.. Kemudian
tarik sumbu c sesuai dengan perbesaran yang telah ditentukan. Setelah itu tarik
sumbu b+ sebesar 90° (tegak lurus) terhadap sumbu c+, lalu tarik sumbu a+ sebesar
30° terhadap sumbu b-.
Untuk membuat sistem kristal Hexagonal, pertama tentukan nilai setiap
sumbu a = b= d ≠ c dengan perbandingan (2 : 3 : 6 : 1) dengan perbesaran 3 kali.
Kemudian tarik sumbu c sesuai perbesaran yang telah ditentukan. Setelah itu tarik
sumbu b+ sebesar 90° terhadap sumbu c+, lalu tarik sumbu a+ sebesar 20° terhadap
sumbu b- dan tarik sumbu d- sebesar 40° terhadap sumbu b+.
Untuk membuat sistem kristal Trigonal, pertama tentukan nilai setiap sumbu
a = b = c ≠ d dengan perbandingan (2 : 3 : 6 : 1) dengan perbesaran 3 kali. Kemudian
tarik sumbu c sesuai perbesaran yang telah ditentukan. Setelah itu tarik sumbu b+
sebesar 90° terhadap sumbu c+, lalu tarik sumbu a+ sebesar 20° terhadap sumbu b-
dan tarik sumbu d- sebesar 40° terhadap sumbu b+.
Untuk membuat sistem kristal Monoklin, pertama tentukan nilai setiap sumbu
a ≠ b ≠ c dengan perbandingan (2 : 1 : 3) dengan perbesaran 3 kali. Kemudian tarik
sumbu c sesuai perbesaran yang telah ditentukan. Setelah itu tarik sumbu b+ sebesar
90° terhadap sumbu c+, lalu tarik sumbu a+ sebesar 45° terhadap sumbu b-.
Untuk membuat sistem kristal Triklinl, pertama tentukan nilai setiap sumbu a
≠ b ≠ c dengan perbandingan (1 : 3 : 6) dengan perbesaran 3 kali. Kemudian tarik
sumbu c sesuai perbesaran yang telah ditentukan. Setelah itu tarik sumbu b+ sebesar
80° terhadap sumbu c+, lalu tarik sumbu a sebesar 45° terhadap sumbu b-.
Penutup_235
3.1.2 Sistem Kristal Isometrik, Heksagonal Dan Monoklin
Pada Sistem Kristal Isometrik kondisi sebenarnya, sistem kristal Isometrik
memiliki axial ratio (perbandingan sumbu a1 = a2 = a3, yang artinya panjang sumbu
a1 sama dengan sumbu a2 dan sama dengan sumbu a3. Dan juga memiliki sudut
kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalnya
( α , β dan γ ) tegak lurus satu sama lain (90˚).
Sistem kristal heksagonal mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak
lurus terhadap ketiga sumbu lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-masing membentuk
sudut 120˚ terhadap satu sama lain. Sambu a, b, dan d memiliki panjang sama.
Sedangkan panjang c
Sistem Kristal Monoklin hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga
sumbu yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus
terhadap sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu
tersebut mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang paling
panjang dan sumbu b paling pendek. System Monoklin memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c dan memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ≠ γ. Hal
ini berarti, pada ancer ini, sudut α dan β saling tegak lurus (90˚), sedangkan γ tidak
tegak lurus (miring).
3.1.3 Sistem Kristal Orthorombik Dan Trigonal
Sistem Kristal Trigonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b = d
≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d,
tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ;
γ = 120˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut α dan β saling tegak lurus dan
membentuk sudut 120˚ terhadap sumbu γ. Sistem kristal Ortorombik terdiri atas 4
bentuk, yaitu : Ortorombik sederhana, body center (berpusat badan) (yang
ditunjukkan atom dengan warna merah), berpusat muka (yang ditunjukkan atom
dengan warna biru), dan berpusat muka pada dua sisi ortorombik (yang ditunjukkan
atom dengan warna hijau). Panjang rusuk dari sistem kristal Ortorombik ini berbeda-
beda (a ≠ b≠ c), dan memiliki sudut yang sama (α = β = γ) yaitu sebesar 90°.
Kelas kelas pada sistem trigonal yaitu Trigonal piramid, Trigonal
Trapezohedral Ditrigonal Piramid, Ditrigonal Skalenohedral, Rombohedral. Mineral
sistem orthorhombic yaitu krisoberil ( Be Al2 O4), brokit ( Tio2 ), stibnit (Sb2 S3),

Penutup_236
kalkosit (Cu2 S), belerang (S). mineral pada sistem trigonal yaitu - korundum
( Al2O3), pirargirit ( AgSbS3 ), nitrat( NaNO3 ), turmalin (MgFe ), cinnabar (HgS ).
3.1.4 Sistem Kristal Tetragonal Dan Triklin
Batuan Sistem Kristal Tetragonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu)
a1 = a2 ≠ c , yang artinya panjang sumbu a1 sama dengan sumbu a2 tapi tidak sama
dengan sumbu c, dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini
berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalografinya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu
sama lain (90˚). Sistem kristal Tetragonal memiliki perbandingan sumbu a1 : a2 : c =
1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a1 ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu a2 ditarik
garis dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan,
hanya perbandingan), Sudut antara a1 dengan a2 = 90o, sudut antara a2 dengan a3 =
90o, sudut antara a3 dengan a1 = 90o, sedangan sudut antara a1 dengan –a2 = 30o.
Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a1 memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu –a2.
Sistem Kristal Triklin mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang
lainnya tidak saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak
sama pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Triklin memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada
yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut
kristalografi α = β ≠ γ ≠ 90˚. Hal ini berarti, pada system ini, sudut α, β dan γ tidak
saling tegak lurus satu dengan yang lainnya.
3.1.5 Native Element, Sulfida, Oksida Dan Halida
Mineral adalah benda padat yang homogeny terbentuk dari material anorganik
secara alamiah di alam, memiliki komposisi kimia dan memiliki sifat Kristal. Sifat
mineral meliputi bentuk Kristal dimana bentuk kristal terbagi menjadi 7 yaitu
isometric, tertragonal, hexagonal, trigonal, orthorombik, monoklin dan triklin yang
memiliki warna, cerat yang merupakan warna dari suatu mineral dalam keadaan
serbuk/bubuk, belahan yang merupakan kenampakan suatu mineral untuk membelah
melalui bidang belah yang rata, kilap yang merupakan kesan yang ditimbulkan
mineral akibat adanya pantulan dari cahaya, kekerasan yang merupakan daya tahan
mineral dari goresan, pecahan yang merupakan pola pecahan dari suatu mineral
akibat tekanan, tenacity (Kelihatan) merupakan kenampakan suatu mineral apabila
pecah dan komposisi kimia.

Penutup_237
Terdapat 5 proses pembentukan mineral yaitu proses magmatis, pegmatisme,
pneumatolisis, hydrothermal dan Replacement. Dimana proses magmatis terbagi
menjadi dua yaitu early magmatis dan late magmatis.
3.1.6 Karbonat, Fosfat Dan Sulfat
Mineral adalah benda padat yang homogeny terbentuk dari material anorganik
secara alamiah dialam, memiliki komposisi kimia dan memiliki sifat kristal. Sifat
mineral meliputi bentuk Kristal dimana bentuk kristal terbagi menjadi 7 yaitu
isometric, tertragonal, hexagonal, trigonal, orthorombik, monoklin dan triklin yang
memiliki warna, cerat yang merupakan warna dari suatu mineral dalam keadaan
serbuk/bubuk, belahan yang merupakan kenampakan suatu mineral untuk membelah
melalui bidang belah yang rata, kilap yang merupakan kesan yang ditimbulkan
mineral akibat adanya pantulan dari cahaya, kekerasan yang merupakan daya tahan
mineral dari goresan, pecahan yang merupakan pola pecahan dari suatu mineral
akibat tekanan, tenacity (kelihatan) merupakan kenampakan suatu mineral apabila
pecah dan komposisi kimia.
Terdapat 5 proses pembentukan mineral yaitu proses magmatis, pegmatisme,
pneumatolisis, hydrothermal dan Replacement. Dimana proses magmatis terbagi
menjadu dua yaitu early magmatis dan late magmatis.
3.1.7 Silikat dan Mineraloid
Mineral adalah benda padat yang homogeny terbentuk dari material anorganik
secara alamiah dialam, memiliki komposisi kimia dan memiliki sifat Kristal. Sifat
mineral meliputi bentuk Kristal dimana bentuk kristal terbagi menjadi 7 yaitu
isometric, tertragonal, hexagonal, trigonal, orthorombik, monoklin dan triklin yang
memiliki warna, cerat yang merupakan warna dari suatu mineral dalam keadaan
serbuk/bubuk, belahan yang merupakan kenampakan suatu mineral untuk membelah
melalui bidang belah yang rata, kilap yang merupakan kesan yang ditimbulkan
mineral akibat adanya pantulan dari cahaya, kekerasan yang merupakan daya tahan
mineral dari goresan ,pecahan yang merupakan pola pecahan dari suatu mineral
akibat tekanan, tenacity (Keliatan) merupakan kenampakan suatu mineral apabila
pecah, dan komposisi kimia .

Penutup_238
3.2 Saran

3.2.1 Saran Untuk Laboratorium


Untuk dapat memperbayak referensi-refrensi agar praktikan dapat banyak
mangambil literatur dari refesensi tersebut.
3.2.2 Saran Untuk asisten
Untuk asisten di pertahankan cara pembawaan materinya dan selalu
memberikan motivasi kepada praktikan agar semangat kuliah dan untuk asisten
jangan lupa untuk bahagia.
3.2.3 Saran Untuk praktikan selanjutnya
Tetap semangat dan harus mempersiapakan mental dan fisik karna kalian
akan di bentuk menjadi batuan metamoft, dan perjuangkan yang memang pantas di
perjuangkkan.

Penutup_239

Anda mungkin juga menyukai