1 Form
LAPORAN SEMENTARA
SIFAT FISIK MINERAL
Sample Colour Streak Cleavage Fracture Hardness Luster Tenacity Diaphaneity Name
Samarinda,.................................2021
Asisten,
Praktikan,
NIM. NIM.
MODUL 2
BATUAN BEKU
Sebelah kiri mewakili mineral-mineral mafik, yang pertama kali terbentuk dalam temperatur
sangat tinggi adalah Olivin. Setelah pembentukkannya Olivin akan bereaksi dengan larutan
sisa membentuk Piroksen. Temperatur menurun terus dan pembentukkan mineral berjalan
sesuai dangan temperaturnya. Mineral yang terakhir tarbentuk adalah Biotit, ia dibentuk
dalam temperatur yang rendah.
Mineral disebelah kanan diwakili oleh mineral kelompok Plagioklas, karena mineral ini
paling banyak terdapat dan tersebar luas. Reaksi berubahnya komposisi Plagioklas ini
merupakan deret : “Solid Solution” yang merupakan reaksi menerus, artinya kristalisasi
Plagioklas Ca-Plagioklas Na, jika reaksi setimbang akan berjalan menerus. Dalam hal ini
Anortite adalah jenis Plagioklas yang kaya Ca, sering disebut Juga "Calcic Plagioklas",
sedangkan Albit adalah Plagioklas kaya Na ( "Sodic Plagioklas / Alkali Plagioklas" ).
Mineral sebelah kanan dan sebelah kiri bertemu pada mineral Potasium Felspar ke mineral
Muskovit dan yang terakhir mineral Kuarsa, maka mineral Kwarsa merupakan mineral yang
paling stabil diantara seluruh mineral Felsik atau mineral Mafik, dan sebaliknya mineral
yang terbentuk pertama kali adalah mineral yang sangat tidak stabil dan mudah sekali
terubah menjadi mineral lain.
Istilah lain yang sering digunakan dalam membuat komposisi batuan beku adalah:
1. Gelas atau kaca adalah mineral primer yang tidak membentuk kristal. Gejala ini sebagai
hasil pembekuan Magma yang sangat cepat dan hanya terjadi pada batuan beku luar atau
batuan gunung api, sehingga sering disebut kaca gunung api.
2. Mineral felsik adalah mineral primer atau mineral utama pembentuk batuan beku,
berwarna cerah atau terang, tersusun oleh unsur-unsur Al, Ca, K, dan Na. Mineral felsik
dibagi menjadi tiga yaitu feldspar, feldspatoid (foid) dan kuarsa. Di dalam batuan.
Selanjutnya, feldspar dibagi lagi menjadi alkali feldspar dan plagioklas.
3. Mineral mafik adalah mineral primer berwarna gelap tersusun oleh unsur-unsur Mg dan
Fe. Normafit terdiri dari olivin, piroksin, amfibol ( umumnya jenis hornblende), biotit
dan muscovite.
Pada dasarnya sebagian besar batuan beku hanya terdiri dari unsur unsur utama yaitu;
Oksigen, silikon, aluminium, besi, kalsium, sodium, potasium dan magnesium. Unsur unsur
utama yaitu ; oksigen, silikon, aluminium, besi, kalsium, sodium,potasium dan
magnesium.unsur unsur ini membentuk mineral silikat utama yaitu feldspar, olivin, piroksen,
ampibol, kuarsa, dan mika. Mineral mineral ini menyusun lebih utama 95% volume batuan
beku, dan menjadi dasar untuk klasifikasi dan menjelaskan tentang magma asal.
KRISTALIN TINGKAT
GRANULARITAS KESERAGAMAN BENTUK
BUTIR KRISTAL
Komposisi Mineral
Intermediate Mafic
Felsic (berwarna
(berwarna- (berwarna Ultramafic
terang)
'medium') gelap)
Vesicular Pumice/Scoria
Glassy Obsidian
Samarin
da,
2021
Asisten,
NIM.
MODUL 3
BATUAN
3.1 Tujuan Praktikum SEDIMEN
Tujuan praktikum batuan sedimen ini adalah:
1. Mahasiswa dapat mengetahui proses terbentuknya batuan sedimen.
2. Mahasiswa mampu menentukan batuan sedimen sampel.
3. Mahasiswa mampu mendeskripsi batuan sedimen.
Deposisi / Pengendapan
Pecahan-pecahan batuan yang terbawa akibat erosi tidak dapat terbawa selamanya. Seperti
halnya sungai akan bertemu laut, angin akan berkurang tiupannya, dan juga glasier akan
meleleh. Akibat semua ini, maka pecahan batuan yang terbawa akan terendapkan. Proses ini
yang sering disebut proses pengendapan. Selama proses pengendapan, pecahan batuan akan
diendapkan secara berlapis dimana pecahan yang berat akan diendapkan terlebih dahulu baru
kemudian diikuti pecahan yang lebih ringan dan seterusnya. Proses pengendapan ini akan
membentuk perlapisan pada batuan yang sering kita lihat di batuan sedimen saat ini.
Lithifikasi
Litifikasi adalah proses perubahan material sediment menjadi batuan sediment yang kompak.
Misalnya, pasir mengalami litifikasi menjadi batupasir. Seluruh proses yang menyebabkan
perubahan pada sedimen selama terpendam dan terlitifikasi disebut sebagai diagenesis.
Diagenesis terjadi pada temperatur dan tekanan yang lebih tinggi daripada kondisi selama
proses pelapukan, namun lebih rendah daripada proses metamorfisme.
Kompaksi
Pada saat perlapisan di batuan sedimen terbentuk, tekanan yang ada di perlapisan yang paling
bawah akan bertambah akibat pertambahan beban di atasnya. Akibat pertambahan tekanan
ini, air yang ada dalam lapisan-lapisan batuan akan tertekan sehingga keluar dari lapisan
batuan yang ada. Proses ini sering disebut kompaksi.
Sementasi
Pada saat yang bersamaan pula, partikel-partikel yang ada dalam lapisan mulai bersatu.
Adanya semen seperti lempung, silika, atau kalsit diantara partikel-partikel yang ada
membuat partikel tersebut menyatu membentuk batuan yang lebih keras. Proses ini sering
disebut sementasi. Setelah proses kompaksi dan sementasi terjadi pada pecahan batuan yang
ada, perlapisan sedimen yang ada sebelumnya berganti menjadi batuan sedimen yang
berlapis-lapis. Batuan sedimen seperti batu pasir, batu lempung, dan batu gamping dapat
dibedakan dari batuan lainnya melalui adanya perlapisan, butiran-butiran sedimen yang
menjadi satu akibat adanya semen, dan juga adanya fosil yang ikut terendapkan saat pecahan
batuan dan fosil mengalami proses erosi, kompaksi dan akhirnya tersementasikan bersama-
sama.
B. KLASIFIKASI BATUAN SEDIMEN
Karbonat
Sedimen Klastik / Detritus
Silika
Karbonat
Sedimen Non Klastik Silika
Evaporit
Batubara
Batuan sedimen dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu Batuan Sedimen Klastik dan
Batuan Sedimen Non Klastik
A. Batuan Sedimen Klastik
Batuan sedimen klastik terbentuk sebagai akibat pengendapan kembali rombakan batuan
asal, baik batuan beku, batuan metamorf ataupun batuan sedimen yang lebih tua. Adapun
fragmentasi batuan asal dimulai dari pelapukan, baik mekanik maupun kimiawi, lalu
tererosi, tertransportasi dan terendapkan pada cekungan pengendapan lalu mengalami proses
Diagenesa yaitu proses perubahan-perubahan pada temperatur rendah yang meliputi
Kompaksi, Sementasi, Rekristalisasi, Autigenesis, dan Metasomatisme. Sebagian besar
Batuan dari kelompok ini memiliki lebih dari satu mineral penyusun
Penggolongan Batuan Sedimen Klastik
1. Golongan Karbonat
Batuan sedimen klastik karbonat adalah batuan sedimen klastik yang merupakan hasil
rombakan dari batugamping klasik maupun non klastik yang sudah ada sebelumnya
seperti pada batuan sedimen klastik lainnya meskipun komposisi mineral penyusunnya
keseluruhannya berupa mineral karbonat maka penamaannya juga didasarkan pada
ukuran butiran material penyusunnya.
o Kalsilutit
Pakan buatan gampai klastik yang ukuran butirnya kurang dari 1 per 16 mm atau
identik dengan batulanau maupun batulempung.
o Kalkarenit
Merupakan batuan Gamping klasik yang ukuran butiran material penyusunnya lebih
dari 1 per 16 mm atau bisa dikatakan identik dengan batupasir.
o Kalsirudit
Kalsirudit merupakan batugamping klastik yang ukuran butir material penyusunnya
lebih dari 2 mm atau identik dengan kolongmerat ataupun breksi.
2. Golongan Silika
- Breksi
Memiliki ukuran butir lebih dari 2 mm,dengan fragment yang menyudut, umumnya
terdiri dari fragmen merupakan yang tertanam dalam masa dasar yang lebih halus dan
tersemenkan.
- Kolongmerat
Berukuran butir lebih dari 2 mm dengan fragmen yang membulat dan pada umumnya
terdiri dari serangkaian batuan hasil rombakan yang tertanam dalam masa dasar yang
lebih halus dan tersemenkan.
- Batupasir
Merupakan batuan endapan yang terutama terdiri dari mineral atau butiran batuan
berukuran pasir (1/16 mm -2 mm). Sebagian besar batu pasir terbentuk oleh kuasa atau
felspar Karang mineral-mineral tersebut paling banyak terdapat di kulit bumi dimana
batu pasir tersebut dapat dikelompokkan menjadi batu pasir halus sedang maupun kasar.
- Batulanau
Berukuran butir antara 1/256 – 1/16 mm ,perbedaan dengan batupasir atau batu lempung
hanya perbedaan besar butirnya.
- Batulempung
Berukuran butir sangat luas,lebih kecil dari 1/256 mm. Umumnya terdiri dari mineral
mineral lempung. Perbedaan kompisisinya dapat dicirikan dari warnanya.
Batugamping non klasitik (Sedimen kimiawi) Terdiri atas Batugamping Terumbu dan Batu
gamping Kristalin di mana bahan penyusun batu gamping terumbu terdiri dari coral dan
ganggang yang saling mengikat satu sama lainnya hasil penguapan larutan yang banyak
mengandung kalsium yang membentuk kristal kalsit yang bisa berubah menjadi Dolomit.
2. Golongan Evaporit
Umumnya Batuan ini terdiri dari mineral dan merupakan nama dari batuan tersebut misalnya:
- Anhidrit
- Gypsum
- Halit
3. Golongan silika
Terdiri dari batuan yang diendapkan pada lingkungan laut dalam yang bersifat kimiawi dan
kadang-kadang juga berasosiasi dengan organisme seperti halnya radiolaria dan Diatomea.
Contoh batuan ini adalah:
- Rijang
- Radiolarit
- Tanah Diatomea
4. Golongan Batubara
Batubara adalah batuan sedimen organik dengan unsur unsur utama terdiri atas karbon
hidrogen dan oksigen terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan melas pembatubaraan atau kualifikasi
dan memiliki sifat mudah terbakar
Gambar 3.1 Bagan Klasifikasi Batuan Sedimen
Samari
nda,
2021
Asisten,
NIM. N
MODUL 4
BATUAN METAMORF
4.1 Tujuan Praktikum
C. TIPE-TIPE METAMORFISME
Metamorfisme dapat dikelompokkan berdasarkan T dan P yang paling berperan dalam proses,
sebagai berikut:
a. Metamorfisme thermal (kontak);
Agen yang paling berperan dalam metamorfisme kontak adalah panasnya (T) dan
biasanya terjadi karena aktivitas intrusi magma. Panas dari dapur magma “membakar”
batuan samping dan menghasilkan suatu zona pembakaran disekeliling dapur magma yang
disebut zona kontak aureole. Energi dari dapur magma juga bisa menghasilkan tekanan
tekanan diferensial pada batuan samping meskipun pengaruhnya tidak sebesar pengaruh
panas.
Batuan metamorf kontak yang paling familiar adalah marmer dan kuarsit.Marmer adalah
hasil metamorfisme batugamping, batuan sedimen yang hampir keseluruhan tersusun oleh
mineral kalsit (calcium carbonate), sedangkan kuarsit adalah hasil metamorfisme
batupasir kuarsa. Rekristalisasi kalsit pada marmer dan kuarsa pada karsit menghasilkan
kristal kalsit baru yang lebih besar dan lebih kompak dari batuan asalnya.
Unsur-unsur mineral dari batuan asal juga bisa mengalami rekombinasi selama
metamorfisme dan membentuk mineral baru, seperti pada pembentukan homfels yang
mengandung cordierite (mineral silikat yang hanya ditemukan pada batuan metamorf
kontak).
b. Metamorfisme Dinamis;
Agen yang paling berperan adalah tekanan (P). Metamorfisme dinamik terutama terjadi
pada zona patahan dengan shear stress yang tinggi, sedangkan perubahan temperatur
relatif kecil. Tekanan yang berpengaruh disini ada 2 macam, yaitu :
Hidrostatis : tekanan ke segala arah
Stress : tekanan ke satu arah
c. Metamorfisme Regional;
Metamorfisme regional dikontrol oleh temperatur dan tekanan yang tinggi dan terbentuk
pada area geografis yang luas. . Biasanya pada geosinklin yang dasarnya mengalami
penurunan terus-menerus (daerah tumbukan lempeng-lempeng disebut subduction zone).
2. Non Foliasi
Dicirikan dengan tidak terdapatnya suatu penjajaran mineral-mineral yang ada dalam
batuan metamorf, yaitu:
a. Hornfelsik/Hornfels,
Struktur khas pada batuan hornfels (metamorf thermal) dimana butir-butirnya
equidimensional dan tidak menunjukkan adanya orientasi/pengarahan.
b. Kataklastik,
Struktur yang terdiri dari pecahan-pecahan atau fragmen-fragmen batuan maupun
mineral. Kelompok mineral atau batuan tersebut tidak menunjukkan arah.
c. Milonitik,
Sama dengan struktur kataklastik, hanya butirannya lebih halus dan dapat dibelah-belah
seperti schistose. Struktur milonitik ini dapat dipakai untuk ciri adanya sesar di suatu
daerah. Hubungannya dengan kataklastik, disini pergerakan sesarnya lebih kuat,
sehingga fragmennya akan lebih halus karena adanya penggerusan oleh sesar dan
biasaya menunjukkan orientasi.
F. KOMPOSISI MINERAL
Berdasarkan bentuk kristal / mineralnya, dibagi menjadi :
A. Mineral Stress
Adalah mineral yang stabil dalam kondisi tertekan, dimana mineral ini
berbentuk pipihatau tabular, prismatik. Mineral ini tumbuh memanjang dengan
kristal tegak lurus gaya.
Contohnya : Mika, Zeolit, Tremolit, Aktinolit, Glaukofan, Horblende,
Serpentin, Silimanit, Kyanit, Antofilit.
B. Mineral Antistress
Adalah mineral yang terbentuk bukan dalam kondisi tekanan, umumnya
berbentuk equidimensional.
Contohnya : Kuarsa, Garnet, Kalsit, Staurolit, Feldpar, Kordierit, Epidot.
Berdasarkan jenis metamorfismenya mineral ini khas muncul pada jenis metamorfisme tertentu
seperti :
A. Pada metamorfisme regional
Kyanit, Staurolit, Garnet, Silimanit, Talk, Glaukofan.
B. Pada metamorfisme termal
Garnet, Andalusit, Korondum.
Amfibolit
Sama dengan sekis, tetapi foliasi tidak berkembang dengan baik, merupakan hasil
metamorfisme regional batuan basalt atau gabro, berwarna kelabu, hijau atau hitam dan
mengandung mineral epidot, (piroksen), biotit dan garnet.
b. Tak berfoliasi
Kuarsit
Batuan ini terdiri dari kuarsa yang terbentuk dari batuan asal batupasir kuarsa, umumnya
terjadi pada metamorfisme regional
Marmer/Pualam (Marble)
Terdiri dari kristal-kristal kalsit yang merupakan proses metamorfisme pada batugamping.
Batuan ini padat, kompak dan masive dapat terjadi karena metamorfosa kontak atau regional.
Grafit
Batuan yang terkena proses metamorfosa (Regional/thermal), berasal dari batuan sedimen
yang kaya akan mineral-mineral organik. Batuan ini biasanya lebih dikenal dengan nama
batubara.
Serpentinit
Batuan metamorf yang terbentuk akibat larutan aktif (dalam tahap akhir proses hidrotermal)
dengan batuan beku ultrabasa.
Gambar 4.2 Key identification metamorphic rocks
4.4 Alat yang Digunakan
Alat yang digunakan adalah:
1. Loup
2. Kamera
FOLIATED P
AM
M
NON FOLIATED
Q
Samarinda,
2021
Asisten,
NIM.
MODUL 6
PENGENALAN PETA TOPOGRAFI
Peta merupakan suatu penyajian grafis dari seluruh atau sebagian muka bumi pada suatu
skala peta dengan menggunakan sistem proyeksi peta tertentu (Soendjojo 2016).
Pendapat lain menyebutkan bahwa peta adalah gambaran permukaan bumi pada bidang
datar dalam ukuran yang lebih kecil dengan skala tertentu dan digambarkan dalam
bentuk simbol-simbol dan selektif. Untuk menggambarkan peta, diperlukan data (yang
berkaitan dengan unsur-unsur di muka bumi) yang diperoleh dari survei langsung di
lapangan maupun tidak langsung. Data tersebut dikumpulkan, dikelompokkan, diproses
dan ditampilkan dalam bentuk simbolsimbol. Supaya peta dapat lebih informatif dan
mudah dibaca oleh orang lain, elemen-elemen yang membentuk peta harus disusun
sedemikian rupa menurut aturan kartografi.
Peta merupakan suatu penyajian grafis dari seluruh atau sebagian muka bumi pada suatu
skala peta dengan menggunakan sistem proyeksi peta tertentu (Soendjojo 2016).
Pendapat lain menyebutkan bahwa peta adalah gambaran permukaan bumi pada bidang
datar dalam ukuran yang lebih kecil dengan skala tertentu dan digambarkan dalam
bentuk simbol-simbol dan selektif. Untuk menggambarkan peta, diperlukan data (yang
berkaitan dengan unsur-unsur di muka bumi) yang diperoleh dari survei langsung di
lapangan maupun tidak langsung. Data tersebut dikumpulkan, dikelompokkan, diproses
dan ditampilkan dalam bentuk simbolsimbol. Supaya peta dapat lebih informatif dan
mudah dibaca oleh orang lain, elemen-elemen yang membentuk peta harus disusun
sedemikian rupa menurut aturan kartografi.
Di dalam menyusun sebuah peta maka harus memperhatikan bahwasanya peta memiliki
tiga prinsip utama yang harus terpenuhi yakni peta harus mampu menunjukkan 7
posisi/lokasi suatu tempat yang ada di permukaan bumi. Prinsip ini menekankan
bahwasanya pembuat peta harus memperhatikan manfaat peta yang paling utama adalah
mampu menunjukkan posisi yang ditunjukkan dengan koordinat X dan koordinat Y
sebagaimana kondisi koordinat yang ada di permukaan bumi. Konsep peta yang kedua
adalah peta harus mampu memperlihatkan pola distribusi spasial baik berupa fenomena
alam (sungai, danau, gunung, dsb) ataupun fenomena buatan manusia (bendungan,
jembatan, jalan, pemukiman, dsb). Syarat peta selanjutnya adalah peta harus mampu
merekam, menyimpan data dan informasi yang ada di permukaan bumi (Soendjojo
2016).
Suatu peta terdiri atas beberapa elemen yang merupakan satu kesatuan, yaitu: bagian
muka peta dan bagian keterangan tepi peta. Bagian muka peta adalah suatu permukaan
kertas, film dan lain-lain dimana area yang akan dipetakan digambarkan di atasnya.
Muka peta meliputi:
a. Garis tepi peta yang terdiri dari: garis tepi dan garis batas luar/bingkai peta, daerah
diantara is tepi dengan bingkai peta disebut batas informasi.
b. Unsur geografi alamiah dan buatan manusia yang ditampilkan dalam bentuk gambar
berupa simbol titik, garis dan area.
c. Rangka jala, yang terdiri atas: garis grid dan gratikul (garis bujur dan garis lintang)
Bagian keterangan tepi adalah bagian yang memuat suatu keterangan/ infor-masi yang
berkaitan dengan isi peta. Informasi peta tersebut antara lain:
a. Judul peta
b. Skala peta
c. Arah Utara
d. Diagram lokasi/peta indeks
e. Keterangan/Legenda
f. Keterangan sejarah, antara lain meliputi: sumber data, tahun pembuatan, pembuat peta,
sistem proyeksi dan lain sebagainya.
Format peta atau tata letak peta merupakan suatu bentuk pengaturan data keruangan
(spasial) dari berbagai macam elemen peta dari aspek ukuran dan letaknya dalam suatu
lembar peta. Format peta yang baik merupakan suatu hasil dari keputusan yang telah
dipengaruhi oleh berbagai faktor, dipandang dari sudut si pembuat peta serta dari si
pengguna peta.
Faktor yang dapat mempengaruhi tata letak peta, yaitu:
1) Elemen peta, meliputi:
a. Bentuk dan ukuran dari area yang dipetakan. Jika skala peta sudah ditentukan maka
ukuran dari area yang dipetakan dapat ditentukan dengan baik, dan bentuk dari area
peta dapat ditentukan oleh garis batas terluar dari yang dipetakan.
b. Penggunaan kerangka/ garis tepi atau tidak. Jika area yang dipetakan akan diberi
garis batas (kerangka) maka kerangka tersebut dapat berbentuk bujur sangkar,
persegi panjang ataupun bentuk yang tidak beraturan, mengikuti batas terluar dari
area yang dipetakan.
c. Keterangan tepi, semua informasi penting dari area yang dipetakan dapat diletakkan
di samping atau di bawah area yang dipetakan.
d. Simbol, huruf dan warna yang digunakan, tergantung dari macam petanya, pada
dasarnya simbol yang dipilih dengan benar, huruf disesuaikan dengan ukuran peta
dan warna untuk memperkuat informasi peta.
4) Estetika, meliputi:
a) Seni dalam penyajian peta, keseimbangan, keserasian dan kerapian yang baik akan
membuat pengguna peta lebih senang dibandingkan apabila tata letak petanya
berantakan dan menyulitkan pengguna dalam memahami isi dan informasi yang
disajikan dalam peta.
b) Tampilan peta dapat menunjukan kapan peta tersebut dibuat.
Tata letak suatu peta dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) tipe, yaitu:
1) Peta yang menggunakan garis batas tepi peta (Frame map). Garis batas tepi ini
mengelilingi muka peta mempunyai fungsi 10 memisahkan antara muka peta dengan
informasi tepi secara jelas. Contohnya: peta Topografi, Peta Dasar Pendaftaran
Tanah, Peta rupa bumi, dsb. Peta tipe ini sangat cocok untuk pemetaan yang
berangkai/seri. Peta dengan menggunakan batas tepi ini sering dipakai oleh berbagai
instansi/lembaga/kementerian. Tipe ini dipilih karena dengan adanya garis tepi maka
muka peta dan informasi peta terpisah secara jelas sehingga pengguna lebih mudah
memahami antara muka peta dengan keterangan tepi yang diberikan. Tampilan peta
dengan menggunakan tipe ini juga akan terlihat lebih rapi dan memudahkan
pengguna untuk mencari informasi keterangan yang dibutuhkan.
2) Peta wilayah (Island map), pada tipe ini garis batas dari area yang dipetakan
berfungsi sebagai kerangka (batas garis), sehingga petanya mempunyai bentuk yang
tidak beraturan. Tipe peta ini memberikan kebebasan pada pembuat peta untuk
menyusun tata letak peta yang sesuai. Contohnya: peta Administrasi Wilayah, Atlas.
3) Bleeding map, peta jenis ini tidak mempunyai kerangka, sehingga letak informasi
tepi sampai pada batas potongan dari area peta. Contohnya: peta Pariwisata.
1. Persiapkan alat dan bahan. Penggambaran dilakukan diatas kertas kalkir atau
kertas gambar lainnya, dengan ukuran A3
2) Muka peta dengan ukuran 20 cm x 20 cm, garis tepi peta dengan ketebalan 0.3
4) Jarak antara muka peta dengan kotak keterangan adalah 1 cm, jarak antara
muka peta/kotak keterangan terhadap garis batas luar adalah 2 cm, dan jarak
antara garis batas luar dengan tepi lembar kertas adalah 3 cm.
1) Di tepi kiri dan kanan dibuat tanda grid setiap selang 5 cm berupa garis lurus dari kiri
ke kanan dengan tebal 0.2 mm dan panjang 2 mm, dan di sampingnya sebelah luar ditulis
angka koordinatnya.
2) Di tepi atas dan bawah dibuat tanda grid setiap selang 5 cm berupa garis lurus dari
atas ke bawah dengan tebal 0.2 mm dan panjang 2 mm, dan di sebelah luarnya dituliskan
angka absisnya.
3) Di dalam muka peta setiap selang 5 cm dimulai dari tepi kiri ke kanan dibuatkan tanda
grid berupa garis lurus dari kiri ke kanan (─) dengan tebal 0.2 mm dan panjang 4 mm,
dan setiap selang 5 cm dimulai dari tepi atas ke bawah dibuatkan tanda grid berupa garis
lurus dari atas ke bawah (│) dengan tebal 0.2 mm dan panjang 4 mm, sehingga akan
terbentuk tanda silang (┼) pada setiap selang 5 cm.
4. Pada kotak keterangan/informasi tepi peta secara berurutan dari atas ke bawah
disajikan keterangannya dengan ketentuan yang diberikan.
3) Skala peta: skala numeris dengan tebal 0.3 huruf Besar Kecil (BK) dan skala
grafis berupa tiga garis horisontal paralel panjang 6 cm, jarak masing-masing
garis 2 mm. Garis dibagi atas 4 kolom, kolom 1 dan 2 masing-masing dengan
lebar 1 cm dan kolom 3 dan 4 dengan lebar 2 cm, kemudian tiap kolom separo
bagian dibuat hitam secara bergantian dimulai dari bagian bawah pada kolom
pertama.
4) Kotak lokasi
LAPORAN PRAKTIKUM
16 pt
GEOLOGI DASAR
BATUAN BEKU 14 pt
Nama :
NIM :
12 pt
Prodi :
Kelompok :
Asisten :
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Alat dan
Bahan
3.2. Prosedur Percobaan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi
4.2. Pembahasan
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Acara : Sifat Fisik Mineral
Nama :
NIM :
Kelompok :
Tanggal :
No. Urut :
1. Warna : …………………………………………………………………………
2. Cerat : …………………………………………………………………………
3. Kilap : …………………………………………………………………………
4. Belahan : ………………………………………………………………………….
5. Pecahan : ………………………………………………………………………….
6. Kekerasan : ………………………………………………………………………….
7. Tenacity : ………………………………………………………………………….
8. Diaphaneity : ………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………….
Samarinda,.............................2021
Praktikan,
Asisten,
NIM. NIM.