Anda di halaman 1dari 35

PROPOSAL SKRIPSI

PEMANFATAAN BATUBARA KUALITAS RENDAH


SEBAGAI BAHAN BAKAR PADAT ALTERNATIF
DENGAN METODE COAL BRIQUETING

Oleh :

Donal
1909056054

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA
2021
PROPOSAL SKRIPSI

PEMANFATAAN BATUBARA KUALITAS RENDAH


SEBAGAI BAHAN BAKAR PADAT ALTERNATIF
DENGAN METODE COAL BRIQUETING

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan


pada Program Studi Strata 1 Teknik Pertambangan,
Fakultas Teknik, Universitas Mulawarman

Oleh :

Donal
1909056054

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA
2021

i
Kata Pengantar

Segala puji sykur Penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan rahmat-Nya sehingga dapat menyelesaikan Proposal skripsi berjudul “Pemanfataan
Batubara Kualitas Rendah Sebagai Bahan Bakar Padat Alternatif dengan Metode Coal
Briqueting” Proposal Skripsi ini disusun merupakan salah satu syarat kelulusan untuk
memenuhi kurikulum yang ada pada Program Studi S1 Teknik Pertambangan Fakultas
Teknik, Universitas Mulawarman, Samarinda.

Dalam menyelesaikan proposal ini banyak menemukan kesulitan namun berkat dan
dorongan dari berbagai pihak sehingga proposal ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan
ini penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak yang telah membantu, bimbingan,
memberi motivasi dan arahan serta nasehat kepada penulis. Untuk itu mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Ir. H. Harjuni Hasan, M.Si Selaku dosen pembimbing 1 yang telah
memberikan bimbingan dan nasehat degan penuh kesabaran dalam penyusunan
proposal ini.

2. Bapak Dr. Agus Winarno, S.T., M.T Selaku dosen pembimbing 2 yang telah
memberikan bimbingan dan nasehat dengan penuh kesabaran dalam penyususnan
proposal ini.

3. Bapak dan ibu dosen Fakultas Teknik yang telah memberikan arahan serta motivsi
dalam menyususn proposal ini

4. Orang Tua dan Keluarga yang tidak henti-hentinya memerikan dorongan, motivasi dan
doa, serta memberikan dukungan moral maupun materi demi kesuksesan penulis dalam
menyelesaikan Proposal ini.

ii
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan baik dari kualitas maupun kuantitasnya. Oleh
sebab itu, memerlukan banyak perbaikan dan penyempurnaan baik dalam bentuk saran
maupun kritik yang sifatnya membangun demi penyempurnaan proposal skripsi ini.
Semoga ini dapat menjadi sumber inspirasi pembaca dalam penyusunan skripsi yang akan
dibuat.

Samarinda, 1 Maret 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................................................. i


Kata Pengantar ................................................................................................................. ii
Daftar isi ............................................................................................................................ iv
Daftar Tabel ...................................................................................................................... vi
Daftar Gambar .................................................................................................................. vii

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 8


1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 8
1.2 Perumusan Masalah .................................................................................... 9
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 9
1.4 Batasan Masalah.......................................................................................... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 11


1.2 Pengertian Batubara .................................................................................... 11
2.2.1 Proses Terbentuknya Batubara .................................................................... 12
2.3 Klasifikasi Batubara ................................................................................... 14
2.3.1 Klasifikasi Batubara Menurut ASTM ........................................................ 16
2.4 Sampling ...................................................................................................... 18
2.4.1 Pengambilan Sample Batubara Produksi .................................................... 18
2.4.2 Sample Preparation .................................................................................... 18
2.5 Parameter Analisis Batubara ....................................................................... 21
2.6 Parameter Kualitas Batubara ....................................................................... 23
2.7 Briket Batubara ........................................................................................... 24
2.7.1 Jenis dan Bentuk Briket Batubara ............................................................... 24
2.8 Pengikat Organik (Organic Binder) ............................................................ 25
iv
2.8.1 Tepung Tapioka (Kanji) .............................................................................. 26
2.10 Pembuatan Briket Batubara Nonkarbonisasi .............................................. 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................................. 30


3.1 Studi Pendahuluan ....................................................................................... 30
3.2 Tempat dan Waktu Pelaksanaan ................................................................. 30
3.3 Gambaran Umum Penelitian ....................................................................... 30
3.4 Pelaksanaan Penelitian ................................................................................ 30
3.4.1 Data Primer ................................................................................................. 30
3.4.2 Data Sekunder ............................................................................................. 31
3.5 Analisis dan Interpetasi Data ...................................................................... 31
3.6 Diagram Alir Penelitian .............................................................................. 32
3.1.3 Jadwal Kegiatan .......................................................................................... 33

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 34

v
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel Pengujian ............................................................................................. 31


Tabel 3.2 Jadwal Kegiatan Penelitian ........................................................................... 33

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tahap Penggambutan dan Tahap Pembatubaraan....................................... 13


Gambar 2.2 Standar Kualitas Batubara Menurut ASTM ................................................ 17
Gambar 2.3 Briket Batubara Bentuk Sarang Tawon (Bentuk Yontan)........................... 25
Gambar 2.4 Briket Batubara Bentuk Telur (Egg) ........................................................... 25
Gambar 2.5 Diagram Alir Briket Batubara Nonkarbonisasi ........................................... 28
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian .............................................................................. 32

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sumber daya adalah semua bahan galian yang terdapat dibumi dan digunakan untuk
kehidupan manusia, sumber daya ini merupakan modal nasional yang perlu dikembangkan
dan dimanfaatkan secara optimal untuk menunjang pembangunan. Berdasarkan UUD
Tahun 1945 Pasal 33 ayat 3 tertulis bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung
didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran
rakyat, termasuk mineral dan batubara didalamnya. Untuk mendukung keberhasilan usaha
tersebut, perlu diketahui lokasi keberadaan dengan pasti dan bagaimana kondisi serta
potensi sumber daya tersebut pada suatu wilayah, sehingga dapat dibuat perencanaan yang
tepat didalam pengembangan wilayah tersebut.

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil sumber daya mineral dan batubara yang
potensial secara ekonomi, hampir diseluruh wilayah Indonesia memiliki potensi mineral
dan batubara yang belum dikembangkan dan dimaksimalkan untuk kepentingan
pengembangan wilayahnya. Salah satu bahan galian yang berpotensi adalah batubara,
batubara di Indonesia lebih banyak dimanfaatkan sebagai sumber pembangkit listrik, yang
sering disebut batubara termal.

Data Pusat Sumber Daya Mineral dan Panas Bumi dari Neraca Sumberdaya dan Cadangan
Batubara di Indonesia bulan juli 2020 terdapat cadangan batubara terbesar kedua yaitu
kalori rendah sebesar 15,11 Milyar Ton yang terdapat di Indonesia. Dari produksi batubara
Indonesia tahun 2020 sebesar 459 juta ton dari 109 juta diantaranya dipakai dalam
kebutuhan dalam negeri atau Domestic Market Obligation (DMO) dan Pemerintah
mentargetkan kenaikan produksi dan DMO batubara pada tahun 2021 ini. Kebutuhan
sumber energi batubara untuk industri mengalami perkembangan yang sangat pesat

8
diberbagai kawasan dunia termasuk di Indonesia. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan
energi batubara yang sangat tinggi tersebut, ketersediaan cadangan batubara di Indonesia
yang berkalori tinggi semakin menyusut.

Perlu ada suatu teknologi pemanfataan batubara yang efisien yang dapat memanfaatkan
secara optimal batubara dengan kualitas kalori yang rendah atau low rank coal, untuk
mendapatkan nilai tambah dari batubara tersebut. Nonkarbonisasi merupakan salah satu
metode yang dapat meningkatkan kualitas batubara dengan cara diproses dengan mesin jaw
crusher, hammer mill, mixer, mesin briket dan mesin pengering. Batubara berpringkat
rendah akan cocok untuk berbagai industry kecil ataupun besar, oleh karena itu briket
batubara merupakan bentuk yang paling cocok sebagai sumber energi alternatif.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah yang akan diangkat dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana nilai analisis proximate raw coal ?
2. Bagaimana proses berlangsungnya pembriketan batubara nonkarbonisasi ?
3. Bagaimana nilai analisis proximate dan uji kuat tekan briket batubara nonkarbonisasi ?
4. Berapa nilai kualitas standar briket batubara ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berikut dengan latar belakang masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Menentukan nilai analisis proximate raw coal.
2. Mengetahui pembriketan batubara berkalori rendah dengan metode nonkarbonisasi.
3. Menentukan nilai analisis proximate dan uji kuat tekan briket batubara nonkarbonisasi
dengan perekat organik tepung sagu, tepung tapioka.
4. Meneliti dan mengetahui nilai uji kualitas briket batubara

9
1.4 Batasan Masalah

Dalam melaksanakan penelitian ini,penulis hanya membatasi pada proses atau tahap
pembriketan batubara dan produk yang dihasilkan,yang meliputi beberapa hal antara lain:
1. Penelitian hanya berpusat pada proses pembriketan batubara.
2. Penelitian hanya membahas pemanfaatan batubara peringkat rendah.
3. Penelitian hanya membahas uji kualitas pada uji proximate dan uji kuat tekan.

10
BA B II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Batubara

Batubara dikenal sebagai emas hitam. Masyarakat mengenalnya sebagai batu hitam yang
bisa terbakar. Hal ini tidak salah karena tampilan di lapngan menunjukan perbedaan yang
kontras antara batubara dan batuan disekitarnya. Batubara didefenisikan oleh beberapa ahli
dan memiliki beberapa pengertian di berbagai buku atau refrensi. Di komunitas
industri,defenisi ini lebih spesifik lagi,yaitu batuan yang pada tingkat kualitas tertentu
memiliki nilai ekonomi. Menurut Undang-Undang No.4 Tahun 2009 tentang mineral dan
batubara, batubara merupakan endapan sinyawa organik karbon yang terbentuk secara
alamiah dari sisa-sisa tumbuhan dan bisa terbakar. Selain terbentuk dari sinyawa-sinyawa
organik, juga disertai sinyawa anorganik terutama unsur mineral yang berasal dari
lempung, pair kuarsa, batu kapur dan sebagainya (Arif, 2014).

Batuabara merupakan bahan bakar padat organik yang berasal dari batuan sedimen yang
terbentuk dari sisa bermacam-macam tumbuhan purba dan menjadi padat disebabkan
karena tertimbun lapisan diatasnya. Pembatuaraan (coalifikasi) terjadi karena adanya
tekanan dan temperature yang tinggi dan berlangsung dalam selang waktu yang sangat
lama. Perbedaan sifat batubara disebabkan adanya perbedaan sumber materialnya (jenis
tumbuhan purbanya), lingkungan sewaktu pengendapannya, keadaan dan kondisi serta
derajat perubahan dalam macam, jumlah serta distribusi pengotornya (impuritiesnya).

Batubara merupakan bahan bakar padat yang penting dalam berbagai macam industri, baik
digunakan sebagai sumber energi (disebut steaming coal) untuk pembangkit tenaga listrik,
maupun untuk industri ekstraksi logam (pengunaan kokas metalurgi sebagai reduktor dalam
industri baja). Mineral yang terdapat didalam batubara tidak akan terbakar melainkan akan

11
teroksidasi menjadi abu. Analisis komposisi abu sampai ke unsur pembentukannya
biasanya dilakukan untuk mengetahui karekteristik abu pada saat pembakaran. Komposisi
abu ini tidak diperlukan dalam operasi pencucian batubara. Komposisi abu batubara harus
suda dilakukan dengan seksama pada saat perhitungan cadangan batubara, yaitu pada tahap
eksplorasi. Analisis untuk mengetahui jenis mineral yang terdapat didalam batubara sebagai
sumber pembentuk abu juga harus sudah dilakukan pada tahap eksplorasi. Perlu ditekankan
bahwa pada saat batubara dibakar akan terjadi oksidasi mineral yang ada di dalam batubara
menjadi oksida dan akhirnya membentuk abu (Sudarsono, 2003).

Batubara adalah suatu batuan sedimen organik berasal dari pengurayan sisa berbagai
tumbuhan yang merupakan campuran yang heterogen antara senyawa organik dan zat
anorganik yang menyatu dibawah beban strata yang menghimpitnya ( Muchjidin, 2006).

2.1.1 Proses Terbentuknya Batubara

Batubara terbentuk dengan cara yang sangat kompleks dan memerlukan waktu yang sangat
lama (puluhan sampai ratusan juta tahun) di bawah pengaruh fisika,kimia maupun keadaan
geologi. Untuk memahami bagaimana batubara terbentuk dari tumbuh-tumbuhan perlu
diketahui dimana batubara terbentuk dan faktor-faktor yang akan mempengaruhinya,serta
bentuk lapisannya (Sukandarrumidi, 2004).

12
Gambar 2.1 Tahap penggambutan dan tahap pembatubaraan serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya ( Kentucky Geological Survey, 2012).

Pembentukan batubara dikenal dengan 2 macam teori, yaitu:


1. Teori Insitu
Mengatakan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan batubara terbentuk ditempat dimana
tumbuh-tumbuhan asal itu berada. Setelah tumbuhan tersebut itu mati, belum melalui
proses trasportasi segera tertutup oleh lapisan sedimen dan mengalami proses
pembatubaraan (coalification). Dengan cara ini mempunyai penyebaran luas dan merata,
kualitasnya lebih baik, karena kadar abunya relative lebih kecil.
2. Teori Drift
Mengatakan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan batubara terjadi ditempat yang
berbeda dengan tempat di mana tumbuhan semula hidup dan berkembang. Tumbuha
yang telah diangkut oleh media air yang mati dan berakumulasi disuatu tempat, tertutup
oleh batuan sedimen dan mengalami proses (coalification). Proses ini penyebarannya
tidak luas tetapi dijumpai di beberapa tempat, kualitas kurang baik karena banyak
mengandung material pengotor yang terangkut dari tempat asli ke tempat sedimen.

13
Pembatubaraan terjadi karena adanya tekanan dan temperature yang tinggi dan berlangsung
dalam selang waktu yang sangat lama. Batubara adalah batuan sedimen organoklastik yang
berasal dari tumbuhan yang pada kondisi tertentu tidak mengalami proses pembusukan dan
penghancuran sempurna. Pada umumnya proses pembentukan batubara terjadi pada zaman
karbon yaitu sekitar 270-350 juta tahun yang lalu. Pada zaman tersebut terbentuk batubara
di belahan bumi utara seperti Eropa, Asia dan Amerika. Di Indonesia barubara yang
ditemukan dan ditambang umumnya berumur jauh lebih muda, yaitu terbentuk zaman
Tersier. Batubara tertua yang ditambang di Indonesia berumur Eosen (40-60 juta tahun
yang lalu) namum sumber daya batubara diindonesia umumnya berumur antara Miosen dan
Pliosen (2-15 juta tahun yang lalu). Pengertian mengenai proses pembentukan batubara dan
proses pegendapan batuan yang terjadi setelahnya merupakan faktor penting yang dapat
membantu pemahaman mengenai teknik preparasi dan pencucian batubara yang kadang-
kadang sulit dilakukan (Sudarsono, 2003).

Pembentukan Batubara (pembatubaraan). Proses pembentukan gambut akan berhenti


misalnya karena penurunan cepat dasar cekungan. Jika lapisan gambut yang terlah
terbentuk kemudian ditutupi oleh lapisan sedimen, maka tidak ada lagi bakteri anaerob,
atau oksigen yang dapat mengoksidasi, maka lapisan gambut akan mengalami tekanan dari
lapisan sedimen. Tekanan terhadap lapisan gambut akan meningkat dan bertambahnya
tebalnya lapisan. Tekanan yang bertambah besar akan mengakibatkan peningkatan suhu. Di
samping itu suhu juga akan meningkat dengan bertambahnya kedalaman. Selain karena
adanya lapisan sedimen, kenaikan suhu dan tekanan dapat juga disebabkan oleh aktivitas
magma, proses pembentukan gunung, serta aktivitas-aktivitas tektonik lainya (Sudarsono,
2003).

2.3 Klasifikasi Batubara

Batubara merupakan salah satu jenis bahan bakar pembangkit energi. Berdasarkan cara
pengunaanya sebagai penghasil energi, batubara dibedakan menjadi 2 yaitu:

14
1. Penghasil energi primer, yaitu langsung dipergunakan untuk industry, misalnya sebagai
bahan burner (pembakar) dalam industri semen, pembangkit listrik tenaga uap (PLTU),
bahan bakar pembuat kapur tohor, bahan bakar pembuat genteng, bahan bakar lokomotif,
pereduksi proses metalurgi, kokas konvesional, bahan bakar tidak berasap (smoke fuel)

2. Penghasil energi sekunder, yaitu tidak langsung dipergunakan untuk industri, misalnya
sebagai bahan bakar padat (briket), bahan bakar cair (konversi menjadi bahan bakar cair),
bahan bakar gas (konversi menjadi bahan bakar gas).

Batubara dapat pula dipergunakan tidak sebagai bahan bakar, tetapi dipergunakan sebagai
reduktor pada proses peleburan timah, industri ferro nikel, industri besi baja. Sebagai bahan
pemurnian pada industri kimia (dalam bentuk karbon aktif), sebagai bahan pembuatan
kalsium karbida (dalam bentuk kokas dan semi kokas) (Sukandarrumidi, 2008).

Berdasarkan Keppres No.13 Tahun 2000 yang diperbaharui dengan PP No. 45 Tahun 2004
tentang tarif atas jenis penerimaan negara bukan pajak yang berlaku pada dapertement
pertambangan dan energi bidang pertambangan umum menyebutkan bahwa klasifikasi
batubara di Indonesia dibagi menjadi empat macam yaitu:
1. Batubara kalori rendah (lignite), adalah jenis batubara yang paling rendah peringkatnya,
bersifat lunak keras, mudah diremas, mengandung kadar air tinggi 10-70%,
memperlihatkan sturktur kayu, nilai kalorinya 5100 kal/gr (adb).

2. Batubara kalori sedang (sub-bituminous), adalah jenis batu yang peringkatnya lebih
tinggi, bersifat lebih keras, tidak bisa diremas, kadar air relatif lebih rendah, umumnya
struktur kayu masih tampak,nilai kalorinya 5100-6100 kal/gr (adb)

3. Batubara kalori tinggi (bituminous), adalah jenis batubara yang peringkatnya lebih
tinggi, bersifat lebih keras, tidak mudah diremas, kadar air relatif lebih rendah umumnya
struktur kayu tidak tampak,nilai kalorinya 6100-7100 kal/gr (adb).

15
4. Batubara kalori sangat tinggi (antracite), adalah jenis batubara dengan peringkat paling
tinggi, umumnya dipengaruhi intrusi ataupun struktur lainya,kadar air sangat rendah,nilai
kalorinya >7100 kal/gr (adb)

Menurut Sukandarrumidi (2009), komposisi kimia batubara hampir sama dengan komposisi
kimia jaringan tumbuhan, keduanya mengandung unsur utama yang terdiri dari unsur C, H,
O, N, S, P. Hal ini mudah dimengerti, karena batubara terbentuk dari jaringan tumbuhan
yang telah mengalami proses pembatubaraan (coalification). Batubara terbentuk dari proses
alam selama jangka waktu ratusan hingga ribuan juta tahun. Karena batubara terbentuk dari
proses alam maka banyak parameter yang berpengaruh pada pembentukan batubara. Makin
tinggi intensitas parameter yang berpengaruh makin tinggi mutu batubara yang akan
terbentuk.

2.3.1 Klasifikasi Batubara Menurut ASTM

American Society For Testing Material (ASTM) membuat klasifikasi batubara yang umum
dipergunakan dalam industri. Sebagai berikut (lihat Gambar 2.1).

16
Gambar 2.2 Standar Kualitas Batubara menurut ASTM

Keberadaan ASTM batubara, diharapkan terdapat kesepakatan antara para penghasil


batubara dengan industri/pemakai batubara. Terlihat pada masing-masing pengelompokan,
tiap jenis batubara mempunyai perbedaan baik sifat fisik (struktur) maupun pada sifat
kimiawinya (reaktivitas). Hal ini menjadi salah satu penyebab mengapa suatu jenis
batubara dipandang sesuai untuk pemanfaatan lainya. Sebagai contoh batubara jenis
bituminous dan subbituminous dapat dibakar langsung pada tungku atau katel uap untuk
keperluan industri dan pembangkit tenaga listrik, sedang batubara jenis lignite digunakan
untuk bahan bakar pembangkit tenaga listrik dimulut tambang atau diproses menjadi bahan
bakar cair (minyak sintetis), gas sintetis atau briket batubara. Gambut kurang sesuai untuk
bahan bakar, tetapi cocok media semai semai tanaman.

17
2.4 Sampling

Tujuan utama dari pengambilan sample ialah untuk mengambil sebagian kecil material
yang akan mewakili sifat-sifat keseluruhan material tersebut. Syarat utama adalah sample
itu harus mewakili (representatif) bahan yang disampling.

Sebagian contoh, bila kita akan menentukan kadar besi dalam air kolam, kita tidak harus
mengambil seluruh air kolam tersebut untuk ditentukan kadar besinya, tetapi cukup diambil
sebanyak dua liter air dari tempat yang kira-kira mewakili keseluruhhan kolam. Apabila
dari dua liter sample air diperoleh kadar besi 0,1 mg/liter, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa kadar besi dalam air kolam tersebut adalah 0,1 mg/I (Muchjidin, 2013).

2.4.1 Pengambilan sampel batubara produksi

Tahap pengambilan sampel batubara produksi terbagi menjadi dua, yakni:


1. Skema pengambilan sample (sampling scheme) yang merunjuk pada berapa banyak pada
satu lot dapat dibagi menjadi sampling unit sampling unit dan beberapa banyak
increment harus diambil untuk setiap sampling unitnya sehingga dicapai persisi yang
diinginkan.
2. Sistem pengambilan sample (sampling system) merupakan implementasi dari
pengambilan sampel, apakah akan dilakukan secara manual atau mekanis.

2.4.2 Sample Preparation

Ada dua istilah yang hampir sama bunyinya tetapi artinya berlainan coal preparation dan
sample preparaton. Coal preparation adalah istilah yang digunakan untuk pencucian
batubara dipusat pencucian, sedangkan sample preparation bertujuan untuk menyediakan
sesuatu sample yang jumlahnya sedikit namun mewakili sample asal. Sample ini dapat
dikirim ke laboratorium untuk dianalisis yang umumnya disebut sebagai analytical sample
atau sample analitik (Muchjidin, 2006).
18
1. Tahapan Preparasi Sample
Proses preparasi sample terdiri atas beberapa tahapan kerja :

a. Pengeringan udara

Pengeringan udara atau air drying kadang-kadang diperlukan dalam tahapan kerja
preparasi sample. Faktor yang menentukan diperlukan atau tidaknya pengeringan
uadara adalah apakakah batubara akan melalui peralatan pembagi sample atau
melalui penggerus. Jika sample akan langsung dibagi melalui peralatan pembagi,
maka sample tersebut tidak perlu di keringkan terlebih dahulu. Untuk mrngeringkan
sample batubara dapat dipakai lantai pengering udara (air drying floor) atau oven
pengering (air drying oven).

Lantai pengering udara adalah suatu lantai yang rata dan halus serta bersih yang
terletak di dalam ruangan bebas kontaminasi debu atau mineral lainnya. Ruangan
tersebut memiliki sirkulasi udara yang baik tampa panas yang berlebihan atau aliran
udara yang berlebihan. Oven pengering udara adalah suatu alat yang digunakan
untuk mengalirkan udara yang sedikit panas di atas sample. Oven harus dapat
menjaga suhunya antara 10-15ºC di atas suhu kamar. Suhu maksimal oven adalah
40ºC. Untuk batubara yang mudah sekali teroksidasi,suhu oven tidak boleh melebihi
10ºC di atas suhu kamar

b. Memperkecil Ukuran Butir


Pengecilan ukuran butir dilakukan dengan cara pemecahan dan penggerusan
bogkahan batubara sampai ukuran tertentu yang menjamin tidak akan merubah
kualitas batubara tertentu. Beberapa jenis alat penggerus antara lain adalah
crusher,ada dua jenis crusher (1) yang memecahkan sample secara pukulan atau
benturan,contohnya hammer mill; dan (2) yang memecahkan sample dengan
menekan, contohnya roll crusher dan jaw crusher.
• Roll Crusher, keuntungan dari double roll crusher antara lain tidak menimbulkan
panas dan angin, tidak menghasilkan fines yang berlebihan dan mudah menangani
batubara basah.
19
• Hammer Mill. Memiliki keuntungan reduction ratio tinggi, dapat memperkecil
batubara lempengan (150 mm) dan mempunyai hasil penggerusan tinggi, harganya
murah serta tidak terlalu makan banyak ruang. Kerugian ialah mempunyai
anginyang deras sehinga dapat berpengaruh terhadap sample moisture,
menghasilkan fines yang banyak dan tidak dapat dipakai untuk batubara basah.
• Jaw Crusher. Alat ini cocok untuk meremukan batubara keras dan kering. Untuk
memperoleh hasil yang halus susah sekali. Kerugian utama dari alat ini ialah
kapasitasnya rendah (kecuali lempengan besar) dan tidak dapat mengerjakan
batubara basah.
c. Pencampuran
Pengadukan contoh dilakukan dengan cara mengaduk contoh dengan peralatan
tertentu untuk mendapatkan contoh yang homogen. Persyaratan peralatan
pencampuran adalah tidak diperbolehkan (1) memecahkan batubara, (2)
menghasilkan debu, (3) membiarkan moisture menguap. Ada beberapa jenis alat
pencampur yang memadai yaitu paddle mixer, drum mixer dan double cone mixer
(untuk batubara berukuran 1.0-0.2 mm).
d. Pembagian
Pembagian sample dapat dilakukan baik secara manual maupun mekanis. Jika
pembagian akan dilakukan secara manual, tetapi tidak mengunakan riffle, dapat
dilakukan dengan cara yang disebut sebagai cara coning and quartering. Prinsipnya
ialah batubara dibentuk seperti gunung (timbunan mirip kerucut pendek), ditekan
sampai rata dan kemudian dibagi menjadi empat bagian yang sama . Dua bagian
yang berlawanan disatukan untuk kemudian dibagi menjadi empat lagi, begitu
seterusnya sampai diperoleh berat yang diinginkan.

Alat pembagi sample (riffle) digunaka untuk membagi sample menjadi dua bagian sama
banyak, kemudian membagi yang setengahnya lagi dan demikian seterusnya hingga
diperoleh berat yang diinginkan (sama dengan kerja coning and quartering). Peralatan
pembagi sample yang bekerja secara mekanis antara lain: rotary sample divider. Alat ini
terdiri atas sejumlah container, misalnya 12 atau 8, yang dibentuk seperti sekmen-sekmen
20
pada pelat berputar sekitar 60 rpm. Ukuran minimal lubang pintu harus tiga kali ukura
terbesar partikel batubara. Jadi sejumlah increment akan terpisah pada setiap putaranya,
terbagi merata kesetiap container. Jika ada 8 sekmen, satu kontainer akan mengandung
fraksi seperdelapan dari jumlah batubara yang masuk ke RSD, sehingga kita dapat
mengambil fraksi 1/8, 1/4 atau 1/2. (2) Slotted Belt. Suatu belt conveyor yang tidak
berakhir, mempunyai slot dengan ruang pitch nya diperalati oleh alat terbentu bibir yang
bertindak sebagai pagar pemotong.

2.5 Parameter Analisis Batubara

Kegiatan analisis batubara dilakukan melalui proses pengambilan contoh dan pengujian.
Kegiatan pengambilan contoh merupakan tahap pertama yang harus dikerjakan sebelum
pengujian bisa di lakukan. Pengambilan contoh adalah pengambilan bagian kecil dari
sekumpulan matrial batubara yang diangap bisa mewakili sifat-sifat keseluruhan material
itu. Kondisi yang mewakili menjadi kunci utama kegiatan pengambilan contoh, baik pada
batubara yang tampak homogen maupun heterogen. Pengambilan contoh dilakukan sejak
eksplorasi hingga saat penjualan batubara. Pengambilan contoh pada eksplorasi di lakukan
pada contoh inti bora tau melalui singkapan yang ada, seperti mengunakan chanel
sampling, trecking, dan test pit. Pengambilan contoh batubara pada saat eksplorasi
bertujuan sebagai sample dalam penyelidikan lokasi, perancangan tambang, hingga
pengolahanya. Setelah pengambilan contoh dilakukan dengan baik dan benar, sample akan
diuji sesuai dengan tujuan analisis yang telah ditetapkan diawal perencanaan pengambilan
contoh. Dalam pengujian contoh dikenal istilah basis. Basis digunakan sebagai persepsi
umum yang luas sehinga antara penjual dan pembeli batubara saling memahami nilai hasil
uji. Basis dalam analisis untuk batubara terdiri dari lima macam dengan pengunaan yang
bisa dikonversi. Basis data dalam analisis uji parameter batubara terdiri dari DMMF, DAF,
D, AD, dan AR (Arif, 2014).

1. DMMF (Dired Mineral Matter Free basis)


DMMF dapat diartikan sebagai pure coal basis yang berarti batubara diasumsikan
21
Dalam keadaan murni dan tidak mengandung air, abu, serta zat mineral lain.

2. DAF (Dry Ash Free basis)


Dry ash free basis merupakan kondisi asumsi uji dengan batubara sama sekali tidak
mengandung air dan debu. Adanya tampilan dry ash free basis menujukan bahwa
hasil analisis dan uji terhadap sample yang telah dipanaskan (air habis) serta tampa
abu.

3. D (Dry basis)
Tampilan dry basis menunjukan bahwa hasil uji dan analisis mengunakan sample
uji yang telah dikeringkan diudara terbuka.

4. AD (Air Dry basis)


Secara teknis, uji dan analisis dilakukan mengunakan contoh yang telah dikeringkan
pada udara terbuka, yaitu sampel disimpan pada suhu ruangan sehingga terjadi
kestimbangan dengan lingkungan ruangan laboratorium sebelum akhirnya diuji dan
dianalisis. Nilai analisis pada basis ini dapat mengalami beberapa fluktasi sesuai
kelembapan ruangan laboratorium yang dipengaruhi musim dan faktor cuaca lain.
Akan tetapi, secara jangka panjang seperti satu tahun, misalnya kestabilan nilai
tertentu dapat dicapai. Disamping itu, basis uji ini sangat praktis karena perlakuan
pra pengujian terhadap sample hanya berupa pengeringan alami sesuai temperatur
ruangan sehingga standar ADB ini banyak dipakai seluruh dunia.

5. AR (Ash Received Basis)


Analisis pada basis ini mengikutsertakan air yang menempel di batubara yang
diakibatkan oleh hujan, proses pencucian batubara (coal washing), atau
penyemprotan (spraying) ketika di stockpile dan saat loading. Yang dimaksut
dengan ash received bukanlah penerimaan batubara di stock pile pembeli, tetapi
disesuaikan dengan kontrak pembelian. Pada kontrak FOB (free on board),
penilaian kualitas pada basis ARB adalah saat berpindahnya hak kepemilikan
22
batubara di kapal atau tongkang. Pada kondisi ini, kadang ARB juga disebut ash
loaded basis.

Hasil perhitungan dalam setiap basis dapat saling dikonversi menjadi basis tertentu yang
diinginkan. Dalam transaksi jual beli batubara, persyaratan kualitas yang umumnya
tercantum di kontrak pembelian adalah hasil analisis proxsimate, yaitu TM, IM, Ash
content, VM, FC, kalori, dan sulfur. Oleh karena itu, DMMF tidak memiliki konversi antar
basis karena tidak umum digunakan dalam nilai komersial.

2.6 Parameter Kualitas Batubara

Kualitas batubara adalah sifat fisika dan kimia dari batubara yang berpengaruh potensi
kegunaanya. Kualitas batubara ditentukan oleh maseral dan mineral penyusunya,serta
derajat coalification (rank). Umumnya untuk menentukan kualitas batubara dilakukan
analisis kimia pada batubara yang diantaranya berupa analisis proxymate dan analisis
ultimate. Analisis proxymate dilakukan untuk menentukan jumlah air (moisture), zat
terbang ( volatile matter), karbon padat (fixed carbon), dan kadar abu (ash content),
sedangkan analisis ultimate dilakukan untuk menentukan kandungan unsur kimia pada
batubara seperti karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan sulfur. Kualitas batubara
diperlukan untuk menentukan apakah batubara tersebut menguntungkan untuk ditambang,
selain dilihat dari besarnya cadangan batubara di daerah penelitian. Di dunia terdapat
sistem memparameterkan kualitas batubara. Parameter itu di nilai dari kalori, total
moisture, total sulfur dan kandungan debu dalam batubara. Untuk mendapatkan analisis
batubara digunakan analisis batubara digunakan analisis proxymate. Analisis proxymate ini
di maksutkan untuk mengetahui tingkat pemanfaatan batubara di dalam industri penguna
batubara. Analisis ini mengambarkan jumlah relatif dan komponen organik ringan (volatile
matter), material organik nonvolatile (fixed carbon) serta lengas (moisture) dan kandungan
material anorganik (Arif, 2014).

23
2.7 Briket Batubara

Batubara dengan moisture yang tinggi dapat dibuat briket untuk mengurangi kadar moisture
nya. Prinsipnya batubara dipanaskan tampa adanya udara, air dan volatile matter hilang
menguap, kemudian batubara digerus lalu dicampur batu kapur dan perekat (misalnya tar)
dan dicetak hingga bentuknya persegi atau bulat. Untuk memudahkan pembakaran briket
ini diberi lubang-lubang agar udara dapat masuk (Muchjidin, 2013).

Menurut Sukandarrumidi (2008), briket batubara apabila akan dimanfaatkan sebagai bahan
bakar diperlukan persyaratan minimal agar didalam pemakaiannya tidak merugikan
lingkungan. Briket batubara yang baik mempunyai sifat:
1. Tidak berasap dan berbau pada saat pembakaran.
2. Mempunyai kekuatan atau daya tekan tertentu hingga tidak mudah pecah sewaktu
diangkat dan dipindahkan.

3. Mempunyai suhu pembakaran tetap, dengan jangka waktu nyala yang relatif lama yaitu
8-10 jam.

4. Setelah pembakaran dan ada sisa, masih mempunyai kekuatan tekan sehingga mudah
dikeluarkan dari dalam tungku atau dipindahkan ketempat lain.

5. Hasil pembakaran tidak mengandung gas karbon monoksida dengan kadar yang tinggi.

2.7.1 Jenis dan Bentuk Briket Batubara

Menurut Sukandarrumidi (2008), bentuk briket batubara terbagi dua yaitu:


1. Bentuk Yontan
Bentuk ini sangat popular dan disebut dengan nama Yontan yaitu suatu nama lokal,
berbentuk silinder dengan garis tengah 150 mm, tinggi 142 mm, berat 3,5 Kg dan
mempunyai lubang berbentuk tabung searah memanjang sebanyak 22 lubang.

24
Keberadaan lubang tersebut, tujuan uatamanya, agar briket mudah terbakar sehingga
menghasilkan panas maksimum. Jenis briket ini biasanya untuk keperluaan rumah tangga.

Gambar 2.3 Briket Batubara Bentuk Sarang Tawon (Bentuk Yotan)

2. Bentuk telur (Egg)


Briket ini berbentuk oval, berukuran Panjang 46-48 mm, lebar 32-39 mm, tebal bagian
tengah 20-24 mm. Pada bagian tepi pinggir dibuat pipih tumpul (tidak meruncing),
sehingga mudah dipindahkan dan mudah dibakar mulai dari bagian pinggir ke bagian
tengah.

Gambar 2.4 Briket Batubara Bentuk Telur (Egg)

2.8 Pengikat Organik (Organic Binder)

Briket membutuhkan bahan perekat supaya tidak mudah hancur, jenis bahan perekat
berpengaruh terhadap parameter mutu briket seperti kadar air, kadar abu, laju pembakaran,
25
kadar zat menguap, kadar karbon terikat, dan nilai kalor, jumlah perekat yang digunakan
harus diperhatikan, karena semakin banyak perekat yang digunakan maka asap yang
dihasilkan akan semakin banyak. Apabila perekat yang digunakan terlalu sedikit maka
briket akan mudah hancur. Briket mempunyai kelemahan yaitu sulit menyala pada awal
pembakaranya, ini disebabkan oleh padatnya partikel pada briket. Komposisi perekat juga
akan mempengaruhi produk briket yang diperoleh. Perekat dalam pembuatan beriket ada
dua golongan, yaitu perekat yang berasap (tar, pitch, clay, dan molase) dan perekat kurang
berasap (pati, dekstrin, dan tepung beras).

Bahan perekat pati akan menghasilkan beriket yang tidak berasap dan tahan lama. Bahan
yang dibutuhkan jauh lebih rendah disbanding perekat hidrokarbon, kelemahanya adalah
beriket yang dihasilkan kurang tahan terhadap kelembaban. Hal ini disebabkan pati
memiliki sifat dapat menyerap air. Salah satu bahan perekat pati yang dapat digunakan
dalam pembuatan briket adalah pati sagu.

Sagu sebagai sumber karbohidrat memiliki pati yang terdiri dari amilosa dan amilopektin
yang menjadikan mampu mengikat karbon-karbon dalam briket arang seperti halnya tepung
tapioka. Perbandingan amilosa dan amilopektin pada pati akan mempengaruhi sifat
kelarutan dan derajat gelatinisasi pati. Semakin besar kandungan amilopektin maka pati
akan lebih basah dan cenderung menyerap air ( Hamzah, 2017).

2.8.1 Tepung Tapioka (kanji)

Tepung tapioka diperoleh dari hasil ekstraksi ubi ketela pohon (Manihot utilissima)
yang umunya terdiri dari tahap pengupasan, pencucian, pemarutan, pemerasan,
penyaringan, pengendapan, pengeringan dan penggilingan. Pati memegang peran
penting dalam menentukan teksture makanan, dimana campuran granula pati dan air
bila dipanaskan akan membentuk gel. Pati yang berubah menjadi gel bersifat
Irreversible dimana molokul-molokul pati saling melekat membentuk suatu

26
gumpalan sehingga viskositasnya semakin meningkat. Pati terdiri dari dua fraksi
yang dapat dipisahkan dengan air panas. Fraksi yang terlarut disebut amilosa dan
fraksi yang tidak terlarut disebut amilopektin. Fraksi amilosa bertangung jawab atas
kekuatan gel, sedangkan fraksi amilopektion bertangung jawab atas kekuatan
elastisitasnya. Perbandingan kandungan amilosa dan amilopektion berperan dalam
pembuatan produk olahan. Semakin besar kandungan amilopektion atau semakin
kecil kandungan amilosa bahan yang digunakan semakin lekat (Widyantoro, 2018).

2.10 Pembuatan Briket Batubara Nonkarbonisasi

Briket adalah perubahan bentuk material yang pada awalnya berupa serbuk atau bubuk
seukuran pasir menjadi material yang lebih besar dan mudah dalam penanganan atau
pengunaanya. Perubahan ukuran material tersebut dilakukan melalui proses pengumpulan
dengan penakanan dan penambahan atau tampa penambahan bahan pengikat. Dalam hal
briket batubara, bahan baku batubara yang beraneka ragam ukuran butirnya, diseragamkan
melalui pemecahan, penggerusan dan pengayakan kemudian dicetak dengan mesin briket.
Ukuran butir briket batubara sekitar 4–12 cm tergantung kebutuhan pengunaan (Suganal,
2009).

Secara garis besar pembuatan briket batubara nonkarbonisasi meliputi:


- pengerusan batubara,
- pencampuran dengan bahan pengikat,
- pencetakan,
- pengeringan

Batubara dari stockpile digerus mengunakan alat jaw crusher dan hammer mill. Produk dari
jaw crusher berukuran -2 cm, kemudian dilanjutkan pengerusan dengan hammer mill
sampai berukuran -3 mm. Perpindahan bahan pada proses pengerusan dilakukan
mengunakan conveyor belt atau pneumatic conveyor.

27
Serbuk batubara dengan ukuran -3 mm (-8 mesh) ditambahkan bahan pengikat berupa
tepung tapioka atau serbuk tanah liat -60 mesh atau molases. Jumlah bahan pengikat yang
optimal adalah (Suganal, 2009).

- jika mengunakan tepung tapioka maksimum sekitar 3% berat


- jika mengunakan serbuk tanah liat sekitar 10%
- jika mengunakan molases sekitar 8%

Batubara Ø ±
5cm Jaw Crusher
dan
Hammer Mill

Batubara Ø ± 5cm Biomassa (serbuk kayu atau Jerami)

Mixer
adonan

Bahan pengikat (tanah liat atau


kanji, molase

Mesin briket

Briket basah Ø – 8 mesh

Briket
Mesin batubara
pengering

Untuk briket biobatubara

Ø = diameter butiran batubara

Gambar 2.5 Diagram alir briket batubara nonkarbonisasi (Suganal, 2009)

28
Pencampuran bahan pengikat dilaksanakan dalam suatu mixer. Umumnya digunakan roll
mixer. Untuk pencampuran bahan pengikat berupa tepung tapioka, terlebih dahulu tepung
tapioka ini dibuat gel. Cara yang sederhana adalah mencampur tapioka dengan air dengan
komposisi 1:8 kemudian dipanaskan sampai membentuk gel. Cara lain adalah
mencampurkan batubara dengan tapioka dalam kondisi kering kemudian disemprotkan uap
basah dari boiler. Campuran batubara dengan bahan pengikat disebut adonan yang siap
untuk dicetak dalam mesin briket.

Untuk bahan pengikat berupa serbuk tanah liat, pencampuran dapat langsung dilaksanakan
dalam mixer dengan cara penambahan tepung tanah liat sebanyak 10% dari berat batubara.
Pencampuran berlangsung dalam kondisi kering kemudian ditambahkan air sampai
terbentuk adonan yang lembab.

Pencetakan briket dilakukan dengan mesin briket. Untuk briket bentuk bantal umumnya
dicetak dengan mesin briket double roll (http;/www.det.csiro.au/ energy center). Tekanan
pembriketan adalah 200 kg/cm². Untuk briket batubara bentuk sarang tawon dicetak dengan
mesin briket tipe silinder. Briket batubara nonkarbonisasi tampa bahan pengikat pada
umumnya mengunakan mesin briket double roll tetapi bertekanan tinggi (>200 kg/cm²).

Pembuatan briket biobatubara juga merupakan pembuatan briket batubara nonkarbonisasi,


namun terdapat sedikit perbedaan karena adanya penambahan biomassa dan acapkali
ditambahkan serbuk kapur padam. Serbuk kapur padam berfungsi sebagai material pengikat
senyawa sulfur agar lebih bersifat ramah lingkungan. Pada pembuatan briket biobatubara,
bahan baku batubara dan biomassa terlebih dahulu mengalami proses pengeringan, sehinga
produk briket takperlu dikeringkan kembali. Pencetakan briket biobatubara dilaksanakan
dengan mesin double roll bertekanan tinggi, yaitu 3 ton/cm² (Suganal, 2009).

29
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Studi Pendahuluan

Tahap studi pendahuluan yang dilakukan meliputi :


1. Studi Literatur

Studi literatur yang dilakukan meliputi berbagai literatur seperti buku, jurnal dan juga
hasil laporan atau penelitian yang dilakukan.

2. Observasi Lapangan dan hasil Uji Laboratorium


Pengamatan terhadap kondisi dan keadaan di lapangan serta mempersiapkan strategi
terhadap tahapan-tahapan pelaksanaan uji laboratorium

3.2 Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Hasil Hutan Non Kayu Fakultas Teknologi
Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Adapun penelitian ini dilakukan mulai
dari bulan Mei – Juni 2021 atau menyesuaikan dengan kondisi lapangan

3.3 Gambaran Umum Penelitian

Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan, yaitu
mengumpulkan bahan yang akan digunakan antara lain batubara dan tepung kanji.
Kemudian menyiapkan peralatan yang digunakan pada penelitian ini disiapkan oleh
peneliti. Kemudian untuk kebutuhan peralatan analisis kualitas batubara, peneliti
melakukan pengujian kualitas batubara di laboratorium Hasil Hutan Non Kayu Fakultas
Teknologi Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

Pada tahap pengumpulan data ini, peneliti mengidentifikasi data yang dibutuhkan menjadi
dua jenis data, yaitu:

3.4.1 Data Primer

Data ini merupakan data yang peneliti peroleh dari observasi langsung ke lapangan pada
saat penelitian, atau data yang dihasilkan dari suatu observasi. Data primer yang digunakan
30
pada penelitian ini yaitu:
a. Data jumlah sample yang digunakan.
b. Data ukuran umpan batubara pada saat proses nonkarbonisasi..
c. Data waktu dalam proses nonkarbonisasi.
d. Data analisis kualitas batubara setelah proses nonkarbonisai

Tabel 3.1 Tabel Pengujian

NO JENIS UJI STANDAR UJI


1 Inherent Moisture-IM ASTM D-3173, 2004
2 Volatile Matter-VM ASTM D-3174, 2004
3 Calorific Value-CV ASTM D-5865
4 Ash Content ASTM D-3174

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diambil secara tidak langsung, data sekunder berfungsi
sebagai pelengkap dan penunjang di dalam penelitian atau data yang sudah
didokumentasikan oleh orang lain.

Adapun data sekunder yang digunakan pada penelitian ini yaitu:

a. Kondisi formasi batuan asal.

3.5 Analisis dan Interpetasi Data

1. Cara Pengolahan
Pada tahap ini, data-data yang suda diambil dilapangan diolah dan dianalisis. Hasil dari
pengolahan data akan digunakan sebagai kesimpulan sementara. Selanjutnya kesimpulan
sementara ini akan diolah lebih lanjut dalam bagian pembahasan.

2. Kesimpulan
Diperoleh setelah dilakukan korelasi antara hasil pengolahan data yang telah di lakukan
dengan permasalahan yang diteliti.

31
3.6 Diagram Alir Penelitian

Studi Literatur
Tahap pra
lapangan

Pengumpulan Data

Data Primer Data Sekunder

• Data jumlah sample yang digunakan Formasi Batuan Asal


• Data ukuran umpan batubara pada proses
nonkarbonisasi
penelitian lapangan

• Data waktu dalam proses nonkarbonisasi


• Data analisis kualitas batubara setelah proses
nonkarbonisasi
Tahap

Data kualitas batubara Nonkarbonisasi


• Total Moisture
• Ash Content
• Volatile Matter
• Calorific Value

Pembuatan Briket Batubara (Penggerusan,


Pencampuran, Pencetakan dan Pengeringan).
pengolahan data
Tahap

Briket Batubara Nonkarbonisasi

Uji kuat tekan

1. Menentukan banyak umpan pada proses Nonkarbonisasi


2. Mengetahui pembriketan batubara berkalori rendah
Hasil

dengan metode Nonkarbonisasi.


Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian
3. Menentukan nilai analisis proximate dan uji kuat tekan briket
batubara nonkarbonisasi
4. Meneliti dan mengetahui nilai uji kualitas briket batubara.

32
3.4 Jadwal Kegiatan

Adapun jadwal kegiatan penelitian ini :

Tabel 3.2 Jadwal Kegiatan

MINGGU
Kegiatan
1 2 3 4
Perencanaan
Penelitian
Penelitian dan
Pengambilan Data
Pengolahan Data
Penyusunan Skripsi

33
DAFTAR PUSTAKA

Arif, Irwandy., 2014, Batubara Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Hamzah, Faizah, R., 2017, Pembuatan Briket Arang Daun Kelapa Sawit Dengan Perekat
Pati Sagu Vol. 4, Universitas Riau, Diakses 29 April 2021.

Muchjidin, 2013, Pemanfataan Batubara, Institut Teknologi Bandung, Bandung

Muchjidin. 2006. Pengendalian Mutu Dalam Industri Batubara, Institut Teknologi


Bandung (ITB), Bandung.

Keppres No.13 Tahun 2000 yang diperbaharui dengan PP No. 45 Tahun 2004, Executive
Summary Pemutakiran Data dan Neraca Sumber Daya Energi

Suganal., 2009, Rancangan Proses Pembuatan Briket Batubara Nonkarbonisasi Skala


Kecil Dari Batubara Kadar Abu Tinggi Vol. 05, no 13 hh. 17-30

Sukandarrumidi. 2004, Batubara dan Gambut. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta

Sukandarrumidi. 2008, Rekayasa Gambut Briket Batubara dan Sampah Organik, Gajah
Mada University Press: Yogyakarta.

Sukandarrumidi., 2009, Batubara dan pemanfaatannya, Gajah Mada University


Press:Yogyakarta.

Sukandarrumidi., 2009, Rekayasa Gambut, Briket Batubara dan Sampah organik.


Gajah Mada University Press : Yogyakarta.

Widyantoro, M., 2018, Berbagai Konsentrasi Tepung Tapioka Terhadap Sifat Fisikokimia
dan Organoleptik Kamaboko Berbahan Dasar Surimi Ikan Kursisi. Universitas
Semarang. Di akses Tanggal 13 Mai 2021

http://psdg.geologi.esdm.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1335:ner
acadancdanganbatubaraindonesia&catid=36:kegiatan-pmg-&intemid=610. Diakses pada
tanggal 7 april 2021.

34

Anda mungkin juga menyukai