Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, atas
rahmatNya sehingga penyusunan Buku Ajar Konstruksi Beton dapat diselesaikan.
Tulisan ini disusun untuk menunjang proses belajar mengajar untuk mata kuliah
Konstruksi Beton sehingga pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik dan lancar, serta
pada akhirnya tujuan dari mata kuliah ini dapat dicapai.Tulisan ini bukanlah satu-
satunya pegangan mahasiswa untuk mata kuliah ini, terdapat banyak buku yang bisa
digunakan sebagai acuan pustaka. Diharapkan mahasiswa bisa mendapatkan materi dari
sumber lain.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih banyak kelemahan dan
kekurangannya. Oleh karena itu kritik dan saran pembaca dan juga rekan sejawat
terutama yang mengasuh mata kuliah ini sangat kami perlukan untuk kesempurnaan
tulisan ini. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih.
BAB VI PONDASI.........................................................................................................81
16.1 Tipe Pondasi .......................................................................................................... 81
16.2 Analisis Pondasi Setempat ...................................................................................... 84
16.2.1 Kekuatan dan Tegangan Tanah ...........................................................................84
16.2.2 Kekuatan Geser ...................................................................................................85
16.2.3 Penulangan Lentur .............................................................................................. 86
16.2.4 Pemindahan Gaya-gaya pada Dasar Kolom ....................................................... 87
16.2.5 Penyaluran Tulangan ..........................................................................................87
•
Page
Dikalsium Silikat(C2S)
dan menghasilkan C-S-H dengan volume lebih dari dua kali volume semen, C-S-M
Page
ini mengisi rongga kemudian membentuk titik kontak yang menghasilkan kekakuan.
1.4.1 Kehalusan
Kehalusan sangat mempengaruhi penggeseran semen portlad dan juga
kekuatannya, makin halus semen makin cepat dan lebih cfektif terjadinya inleraksi
dengan air dan kekuatannya pun makin tinggi. Kehalusan tersebut setidaknya 80%
(berat) harus dapat melalui ayakan yang 4900 lubang tiap cm, biasanya kehalusan
dinyatakan luas permukaan tiap gram bahan.
banyak air sebanyak 15% berat semen, tetapi untuk inenjamin mobilitas pasta semen
1.5 Kekuatan
Kekuatan semen yang diukur adalah kekuatan tekan terhadap pasta, mortar,
beton.
• Pasta : campuran antara semen dan air pada peibandingan tertentu
• Mortar : campuran antara semen, air dan pasir pada perbandingan tertentu
• Beton : campuran antara semen, air, pasir dan agregat/kerikil peda perbandingan
tertentu, kadang-kadang ditambah additive.
Umumnya kekuatan tekan diukur pada umur 28 hari. Kekuatan tekan yaitu kekuatan
tarik dan kekuatan lentur. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan tekan adalah :
1. Kualitas semen (makin halus semen makin tinggi kekuatan tekannya)
2. Kualitas selain semen
a. Kualitas air (suhu air 23° C ± 1,7° C )
b. Kualitas agregat
c. Kualitas additive
Untuk mengetahui mutu semen biasanya dibuat kubus-kubus untuk kuat
tekannya yang ukurannya bermacam-macam, bisa juga dibuat spesimen-spesimen uniuk
kuat tarik yang berbentuk khusus dan untuk kuat lentur prisma-prisma yang berukuran
4x4x16 cm2. Benda-benda percobaan (spesimen) tersebut dibuat dari campuran semen
portland.
Cement)
Page
senyawa ini tidak memberikan pengaruh negatif atau positif terhadap kualitas semen.
Page
pada genting dan tembok harus secepatnya diperbaiki, tidak boleh ada lubang antara
Page
2.1 Pendahuluan
Meningkatnya aktivitas perekonomian baik disektor industri, pariwisata,
perdagangan serta meningkatnya jumlah penduduk didaerah perkotaan & sentra-sentra
industri mengakibatkan kebutuhan penyediaan air akan terus meniangkat baik secara
kualitas maupun kuantitas. Secara umum bahwa pemanfaatan sumber daya air
digunakan untuk kebutuhan irigasi.
Agar kebutuhan air secara menyeluruh dapat dipenuhi maka perlu adanya
pengembangan dan pengelolaan sumber daya air secara terpadu, sehingga air dapat
dimanfaatkan secara efektif dan efesien. Pembangunan dibidang sumber daya air secara
bertahap dan berkelanjutan termasuk perbaikan dan peningkatan sebagian besar jaringan
irigasinya dari konstruksi sederhana seperti: kayu, batu, tanah menjadi bangunan air
yang permanen.
permukaannya kering, Proses agregat dari keadaan kering lab menjadi keadaan SSD
Page
Agregat kreding lab Agregat kering udara Agregat dalam keadaan SSD ( pori -
(mengandung air pori agregat dipenuhi oleh air
didalamnya tetapi pori - tetapi permukaan agregat tetap
pori belum dipenuhi oleh air kering)
serta permukaan agregat
tetap kering)
Gambar 2.2 Proses agregat dari keadaan kering lab menjadi keadaan SSD
Selama proses pengerasan, beton akan mengalami reaksi kimia yaitu proses
hidrasi, proses hidrasi membutuhkan air dalam jumlah yang cukup, sehingga dihindari
terjadinya penguapan, sebab akan menghentikan proses hidrasi akibat kehilangan air.
Penguapan selain menghentikan proses hidrasi juga menyebabkan penyusutan kering
secara tepat, yang mengakibatkan beton menjadi retak-retak, untuk itu dilakukan
pekerjaan perawatan beton agar permukaannya selalu basah.
Perawatan beton yang perlu dilakukan adalah menjaga kelembaban beton agar
terus menerus dalam keadaan basah selarna beberapa hari dan mencegah penguapan dan
penyusutan awal. Perawatan yang teratur dan terjaga akan memperbaiki kualitas beton
itu sendiri yaitu membuat beton tahan terhadap agresi kimia. Cara perawatan beton yang
dilakukan antara lain sebagai berikut :
1. Menyirami permukaan beton dengan air secara terus menerus
Hal ini dilakukan pada waktu beton belum mengeras, dilakukan sekitar satu minggu
setelah pencetakan beton. Perawatan dengan cara ini dapat dilakukan pada beton
untuk konstruksi balok, kolom dan dinding - dinding vertikal.
2. Mengenai permukaan beton dengan air.
Perawatan dengan cara ini sangat cocok untuk konstruksi pelat-pelat atap.
Penggenangan yang dilakukan minimal dua minggu untuk menurunkan suhu akibat
terjadi penguapan.
3. Menyelimuti permukaan beton dengan karung basah.
Perawatan dengan cara ini dilakukan minimal dua minggu secara terus menerus.
Bila karung kelihatan akan kering maka karung segera disiram lagi. Karena karung
basah dapat melindungi beton dari terik rnatahari langsung dan
12
Pelarut Carbonat akan bereaksi dengan Ca(OH)7 membentuk CaCO3 dan akan
Page
bereaksi lagi dengan pelarut carbonat membentuk calcium bicarbonat yang sifatnya
pecah.
Page
Bleeding
2.4 Shrinkage
Kandungan air dari adonan semen dengan air yang telah mengeras dapat
diklasifikasikan menjadi 3 macam :
1. Air (H2O) yang telah terikat dalam senyawa - senyawa hydrat yang mengeras.
Air ini terikat secara ikatan kimiawi, biasanya disebut "combined water” atau "non-
evaporable water”.
2. Adsorber water atau gei water yaitu H2O yang terikat secara ikatan fisika dalam
molekul - molekul cement gel.
3. Air bebas (free water) adalah air yang terdapat diantara fase padat dan pasta, air ini
disebut "capillary water".
Pada proses pengeringan beton terjadi penguapan dari "capillary water" yang
menyebabkan terjadinya penyusutan dari volume beton atau shrinkage. Shrinkage ini
dipengaruhi oleh :
- Komposisi semen.
- Jumlah mixing water
- Concrete mix.
- Curing condition.
• Pengaruh komposisi semen terhadap shrinkage
Pada dasarnya komponen yang terkandung pada semen yang melepaskan panas
hidrasi paling besar akan memberikan kontribusi terhadap shrinkage paling besar.
Karena panas hidrasi tersebut akan menaikkan suhu pengeringan.
• Pengaruh jumlah mixing water terhadap shrinkage.
16
Makin besar mixing water yang dipakai maka makin besar terjadinya penguapan
Page
capillary water selama proses pengeringan dan oleh karenanya makin besar
Struktur Beton Bertulang Ir. Mhd Ridwan,MT
terjadinya shrinkage.
• Pengaruh concrete mix terhadap shrinkage
Shrinkage dapat dikurangi dengan memperbanyak agregat dan juga steel
reinforcements juga dapat mengurangi terjadinya shrinkage.
• Pengaruh curing condition terhadap shrinkage
Suhu, humidity, aliran angin adalah berpengaruh terhadap shrinkage karena faktor -
faktor tersebut berpengaruh terhadap kecepatan penguapan capillary water.
Penentuan pemakaian air juga dapat ditentukan sebagai berikut:
Banyaknya air yang dipcrlukan tergantung pada mobilitas dan pengerjaan
adukan beton yang diinginkan. Dalam penentuan kebutuhan air untuk adukan beton
absorsi air oleh agregat kasar haruslah diperhitungkan sebab dalam hal ini absorsi
melebihi 0,5 % berat.
Karena pengerasan beton berdasarkan reaksi antera semen & air, sangat
diperlukan agar memeriksa apakah air yang akan digunakan memenuhi syarat-syarat
teretentu. Air tawar yang boleh diminum tanpa meragukan boleh dipakai. Air minum
tidak selalu ada dan bila tidak ada disarankan untuk mengamati air tersebut agar tidak
mengandung bahan-bahan yang merusak beton/baja.
Pertama-tama kita harus mengamati apakah air itu tidak mengandung bahan
bahan perusak. Conlohnya fosfat, minyak, asam, alkali, bahan-bahan organik atau
garam-garam. Penelitian ini harus dilakukan di laboratorium kimia. Selain air
dibutuhkan untuk reaksi pengikatan, dipakai pula sebagai perawatan. Sesudah beton
dituang, metode perawatan selanjutnya yaitu secara membasahi terus-menerus atau
beton yang baru dituang direndam air.
Air ini pun harus memenuhi syarat-syarat yang lebih tinggi dari pada air untuk
pembuatan beton, misalkan air untuk perawatan selanjutnya keasaman tidak boleh pH
nya > 6, juga tidak boleh terlalu sedikit mengandung kapur.
17
Page
3.1 Pendahuluan
Pesatnya pembangunan sering mengalami kekurangan akan bahan-bahan
bangunan seperti semen, kayu dan agregat. Kekurangan akan bahan-bahan tersebut
diantaranya disebabkan karena belum berkembangnya industri-industri bahan bangunan
dan pengolahan bahan bangunan yang kurang sempurna, misalnya masih sering terjadi
campuran agregat untuk pemakaian beton yang rnengandung tanah (lempung) sehingga
hasilnya akan mempengaruhi kekuatan beton yang dihasilkan. Oleh karena itu perlu
dilakukan penelitian-penelitian mengenai sifat-sifat dan karakteristik dari bahan-bahan
bangunan khnsusnya agregat sehingga dapat mencegah kesalahan-kesalahan
dikemudian hari.
terhadap disintegrasi beton, cuaca dan efek-efek perusak lainnya. Agregat kasar mineral
Page
ukuran no. 4 dan no. 100 saringan standar Amerika. Agregat halus yang baik harus
Page
bebas bahan organik, lempung, paitikel yang lebih kecil dan saringan no. 100 atau
Struktur Beton Bertulang Ir. Mhd Ridwan,MT
bahan - bahan lain yang dapat merusak campuran beton. Variasi ukuran dalam suatu
campuran harus mempunyai gradasi yang baik, yang sesuai dengan standar analisis
saringan dari ASTM (American Society of Testing and Materials). Untuk beton penahan
radiasi, serbuk baja halus dan serbuk besi pecah digunakan sebagai agregat halus.
o Letakkan Mesin IMPact Agregat pada lantai datar dan keras, seperti lantai beton.
bcrtambahnya volume waktu direndam air. Pasir yang dimaksudkan akan dipakai
Page
sebagai agregat untuk beton, kadar lempung, pasir halus dan debu tidak boleh lebih dari
4.1 Pendahuluan
Adalah suatu bahan tambahan untuk beton yaitu suatu produksi disamping bahan
semen, agregat campuran dan air juga dicampurkan dalam campuran spesi beton.
Tujuan dari bahan ini adalah urituk memperbaiki sifat - sifat tertentu dari campuran
beton keras dan lunak. Takaran bahan tambahan ini sangat sedikit dibandingkan dengan
bahan utama hingga takaran bahan ini dapat diabaikan. Bahan tambahan tidak dapat
mengkoreksi komposisi spesi - beton yang buruk, karenanya harus diusahakan
komposisi beton seoptimal mungkm dengan bahan-bahan dasar yang cocok. Ide bahan
tambahan sering berdasarkan efek ball-bearing, dcngan kata lain gelombang udara kecil
dibentuk dengan massa spesi dan bekerja scbagai pelumas yang mana konsistensinya
terpengaruh.
Dalam praktek pcmbuatan konstruksi beton, bahan tambahan (admixture)
merupakan bahan yang dianggap penting, terutama untuk pembuatan beton di daerah
yang beriklim tropis seperti di Indonesia. Penggunaan bahan tambahan tersebut
dimaksudkan untuk memperbaiki dan menambah sifat beton sesuai dengan sifat beton
yang diinginkan. Definisi bahan tambahan ini mempunyai arti yang luas, yaitu meliputi
material-material seperti polimer, fiber, mineral yang mana dcngan adanya bahan
tambahan ini komposisi beton mempunyai sifat yang berbeda dcngan aslinya atau beton
biasa.
sebagainya.
Page
pengikatan beton.
Page
Kekuatan ditingkatkan
Kekuatan
(- air)
ditingkatkan (+ semen)
Kekuatan ditingkatkan
Kekuatan (tanpa merubah porsi campuran)
ditingkatkan (- air - semen)
Dua metode yang diterima secara umum untuk perancangan campuran beton
Page
berbobot ringan dan beton berbobot berat adalah metode perancangan campuran
Struktur Beton Bertulang Ir. Mhd Ridwan,MT
American Concrete Institute yang berupa rekomendasi praktis untuk perancangan
campuran pada beton struktur ringan.
pondasi mempunyai batasan slump masing - rnasing. Pada dasarnya slump 7,5 - 8,0 cm
Page
kecil, sulit untuk bekerja lebih teliti. Juga tidak memungkinkan dari segi waktu untuk
Page
2 A 19 40 45 79 69
B 19 38 43 81 71
19 36 41 83 75
Untuk campuran yang direncanakan, akan membahas dua metode, yaitu: metode
DOE dan metodc ACI.
Metode DOE
Di Indonesia, metode DOE paling sering digunakan dalam pencampuran beton.
Cara ini dikembangkan oleh Departement of Environmental dari kerajaan Inggris dan
telah dikembangkan oleh Prof. Torben C, Hansen dengan sedikit modifikasi. Pada
metode DOE ini, beton terdiri dari campuran air, semen pasir dun bahan kerikil batu
38
pecah. Baik buruknya hasil campuran tergantung dan mutu bahan beton dan proporsi
dari masing-masing bahan tersebut.
Page
Rencanakan adukan beton sesuai dengan ketentuan-ketentuan diatas dan data-data dari
bahan yang ada.
Tabel 5.7c Daftar Isian (Formulir) Rancangan Campuran Beton
Tabel/Grafik
Uraian Nilai
Perhitungan
2
1. Kuat tekan karakteristik Ditentukan 22,5 N/mm pada 28 hari bagian cacat 5%
2. Standar deviasi Diketahui 7 N/mm2 atau tanpa data (k = 1,64)
3. Nilai tambah 1,64 * 7 = 11,5 N/mm2
4. Kekuatan rata-rata yang hendak 1+3 22,5 + 11,5 = 34 N/m2
dicapai
5. Jenis semen Ditetapkan Semen normal type I
6. Jenis agregat : kasar Ditetapkan Batu pecah alami
halus Ditetapkan
7. Faktor air semen bebas Ditetapkan 0,6
8. Faktor air semen maksimum Ditetapkan 0,6
9. Slump Ditetapkan Slump 30 – 60
10. Ukuran agregat maksimum Ditetapkan 40 mm
11. Kadar air bebas Tabel 4 170 kg/m2
12. Kadar semen 11:8 170” 0,6 = 283 kg/m3
13. Kadar semen minimum Ditetapkan/PBI 265 kg/m3 pakai bila > 12, hitung no. 15
14. Kadar semen maksimum ......... Kg/m3
15. Faktor air semen yang disesuaikan Ditetapkan
16. Susunan butir agregat halus Grafik 3-9 PBI Daerah (zone) susunan butir 2
17. Persen bahan lebih halus dari 4,8 mm Grafi 8 35%
18. Berat jenis relatif agregat (kering 2,59 diketahui
permukaan)
19. Berat jenis beton Grafik 7 2,380 kg/m3
20. Kadar agregat gabungan 19, 12, 11 2,380 – 283 – 170 = 1.927 kg/m3
21. Kadar agregat halus 1927 * 0,35 = 674 kg/m3
22. Kadar agregat kasar 20 – 21 1927 – 647 = 1253 ko/m3
41
Page
Tabel 5.7f Perkiraan Kekuatan Tekan (N/mm2) Beton dengan Faktor Air
Semen 0,5 dan Jenis Semen dan Agregat Kasar yang Biasa dipakai di
Indonesia
Kekuatan Tekan (N/mm2)
Jenis Semen Jenis Agregat Pada Umur (hari)
3 7 28 91
Semen Portland (tipe I) Alami (koral) 20 28 40 48
Batu pecah 23 32 45 54
- Dari tabel, untuk semen Portland tipe I dan batu pecah, pada umur 28 hari
→σ’bk = 45 N/mm2
43
Tabel 5.7g Perkiraan Kadar Air Bebas (kg/m3) yang dibutuhkan untuk Beberapa
Tingkat Kemudahaan Pengerjaan Adukan Beton
Ukuran Besar Butir Slump ( mm )
Agregat Maksimum Jenis Agregat 0 -10 10 -20 20-60 60-80
( mm )
10 Alami 150 180 205 225
Batu pecah 180 205 230 250
20 Alami 135 130 180 190
Batu pecah 170 190 210 225
30 Alami 115 140 160 175
Batu pecah 155 175 190 205
Karena dalam tabel ukuran butir maksimum adalah 30 mm, maka untuk butir
maksimum 40 mm, juga memiliki nilai yang sama, maka dan tabel didapat:
- Alami = 160 kg/m3
- Batu pecah = 190 kg/m3
- Slump = 30 -60 mm
Untuk agregat gabungan digunakan rumus :
2/3 Wf + 1/3 Wc
Wf = jumlah air pada agregat halus
44
Metode ACI
Contoh :
Beton dikehendaki mempunyai kekuatan tekan rata-rata pada 28 hari sebesar 35
MPa (500 lb/m2) untuk kondisi pengecoran, slump dianjurkan antara 25 sampai 50 mm
(1 dan 2 inch) dan ukuran agregat maksirnum tidak boleh melebihi 20 mm (¼ inch).
Sifat - sifat bahan beton adalah sebagai berikut:
- Semen : tipe I → berat jenis = 3,15
- Agregat kasar : berat jenis (SSD) = 2,70
Resapan = 1,0%
kelembapan = 2,5%
berat kering = 1600 kg/m3 (100 lb/ft1)
- Agregat halus berat jenis = 2,65
Resapan = 1,3%
kelembapan = 5,5%
modulus kehalusan = 2,7
Informasi ini sangat penting pada Mix Disain yang biasanya rangkaian tahapannya
sebagai berikut:
Tahap 1 : Diperlukan informasi material
Tahap 2 : Pemilihan slump
Tahap 3 : Ukuran agregat maksirnum
Tahap 4 : Perhatikan tabel berikut
Tabel 5.7h Kandungan Udara
1-2 30 - 50 350 205 335 200 315 105 300 180 275 160 260 155 240 145
3-4 80 - 100 305 225 365 215 340 200 325 195 300 175 285 170 265 160
6-7 150 - 180 410 240 385 230 360 210 340 205 310 185 300 180 285 170
Perkiraan jumlah 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0,5
udara di beton
tanpa rongga (5)
Beton dengan rongga udara
1-2 30 - 50 305 180 295 175 280 165 270 160 250 145 240 140 225 135
3-4 80 - 100 340 200 325 190 305 175 295 175 275 160 265 155 250 150
6-7 150 - 180 365 215 245 205 325 185 310 180 290 170 280 165 270 160
Dianjurkan kandungan udara total rata-rata (%)
Permukaan dari yang didapat :
Ringan 4,5 4,0 3,5 3,0 2,5 2,0 1,5d
Sedang 6,0 5,5 5,0 4,5 4,5 4,0 1,5d
46
Tabel 5.7j Volume dari Agregat Kasar per Unit Volume Belon
Ukuran maksimum Volume kering agregat kasar per unit volume untuk
agregat modulus kehalusan yang berbeda dari pasir
in mm 2,4 2,6 2,8 3,0
1/8 10 0,50 0,48 0,46 0,44
½ 12,5 0,59 0,57 0,55 0,53
¾ 20 0,66 0,64 0,62 0,60
1 25 0,71 0,69 0,67 0,60
1 ½ 40 0,76 0,74 0,72 0,70
2 50 0,78 0,76 0,74 0,72
3 75 0,82 0,80 0,78 0,76
6 150 0,87 0,85 0,83 0,81
Berdasarken tabel diatas, untuk modulus kehalusan 2,7 maka volume dry radded
agregat kasar menjadi 0,63 m3/m3 atau 0,63 x 27 = 17,61 ft3 /yd3. Berat oven agregat
47
kasar adalah 0,63 x 1600 = 1008 kg (1701 lb). Berat SSd adalah 1008 x 1,01 = 1018 kg
Page
(1718 lb).
Tabel 5.7k Mencari kebutuhan agregat halus dengan menggunakan metode berat
Ukuran maksimum Estimasi pertania dari beto
agregat Beton non air entrained Beton air entrained
Dari tabel diatas, berat beton diperkirakan 2280 kg/m3 atau 3840 Ib/yd3.
Berdasarkan persamaan Um = 10Ga (100 - A) + Cm (1 – Ga/ge) – Wm (Ga – 1)
dimana :
Um (U) = Berat beton segar, kg/m3 (lb/yd3)
Ga = Berat rata-rata bulk spesific gravity (SSD) dari kombinasi agregat halus dan
agregat kasar, asumsi rasional yang proporsi agregat kasar dan halus
Ge = Spesific gravity semen (umumnya 3,15 )
A = Kandungan udara, %
Wm, W = Jumlah kebutuhan air, kg/m3 (lb/yd3)
Cm, C = Kebutuhan semen, kg/m3 (lb/yd3)
Maka nilai yang digunakan :
2 , 68
Um = 10 (2,68)(100-6)+ 413(1 – 3,15 ) – 165 (2,68 - 1).
6.1 Pendahuluan
Beton merupakan bahan bangunan yang sampai saat ini merupakan sangat
populer karena beberapa sifat yang unggul dibandingkan bahan lain. Diantaranya adalah
mudah dalam mendapatkan bahan bakunya, tahan api dalam tingkat suhu tertentu,
mudah mengikuti bentuk arsitektur yang diinginkan.
Meskipun teknologi beton telah terbukti kemampuannya, namun karena tuntutan
konstruksi terhadap kekuatan dan keawetan, teknologi ini dapat ditingkatkan efektifitas
kinerjanya dengan memperbaiki mutu beton yang dikcnal dengan sobutan beton mutu
tinggi. Banyak yang mendifinisikan tentang kategori beton mutu tinggi disesuaikan
dengan kuat tekannya, seperti misalnya :
a. CSA mendifinisikan beton mutu tinggi untuk beton dengan kuat tekan f’c lebih
besar dari 70 MPa.
b. ACI mendifinisikan beton mutu tinggi untuk beton dengan kuat tekan f’c lebih besar
dari 60 MPa.
c. Sedangkan Firlandia telah kategori beton sebagai berikut :
- Normal Strength Concrete adalah beton yang mempunyai kekuatan tekan
nominal berkisar antara 20 MPa - 60 MPa.
- High Strength Concrete adalah beton yang mempunyai kekuatan tekan nominal
sampai dengan 100 MPa.
Karena beton ini memiliki kekuatan yang tinggi maka sering disebut dengan
High Strength Concrete (HSC), selain memiliki kekuatan yang tinggi, beton ini juga
memiliki keawetan yang tinggi schingga disebut juga High Performance Concrete
(HPC).
Perbedaan yang jelas antara beton mutu tinggi dengan beton normal adalah
faktor air semen (f.a.s) yang digunakan. Pada beton mutu tinggi faktor air semen yang
digunakan rendah sehingga proses pengeringannya lebih cepat.
Teknologi beton mutu tinggi telah banyak digunakan dalam konstruksi
konstruksi, baik dalam konstruksi gedung, jembatan maupun untuk konstruksi beton
50
pratekan. Ada beberapa alasan mengapa betcn mutu tinggi ini digunakan, diantaranya
Page
adalah:
Struktur Beton Bertulang Ir. Mhd Ridwan,MT
1. Pada bangunan tinggi (struktur kolom, balok, pelat, core atau shearwall)
- Kekuatan yang dicapai dapat lebih tinggi dibandingkan baton biasa. Pengerjaan
yang lebih mudah.
- Kekakuan frame yang lebih tinggi
- Lebih ekonomis karena dapat dikerjakan lebih ccpat dan mudah
- Mempunyai daktilitas sendi-sendi balok pada frame yang lebih tinggi. Bila
digunakan pada struktur pelat akan lebih tipis.
2. Industri Komponen Pracetak-Pratekan (komponen balok, kolom, pipa tiang listrik,
sheet pile, tiang pancang, pelat atap atau pelat lantai):
- Mempunyai berat yang ringan, sehingga memudahkan untuk pcngangkatan.
- Beban retaknya lebih tinggi.
- Penggunaan untuk komponen pelat tidak memerlukan perancah.
- Mempunyai ketahanan geser pons yang lebih tinggi. Lebih tahan terhadap
lingkungan agresif
- Dapat dipratekan dengann dipratekan yang lebih tinggi
3. Untuk jembatan
- Dapat meningkatkan bentang jembatan
- Mempunyai creep dan susut yang kecil
- Beban ringan sehingga dapat mengurangi beban struktur pondasi.
Dari diagram tegangan dan regangan berbagai mutu beton terlihat bahwa apabila
Page
kadar spesinya sangat dominan maka harya modulus elastisitasnya dapat menurun
Tabel 6.3.3 Perkiraan volume agregat kasar per satuan volume beton untuk agregat
halus dengan modulus kehalusan 2,5 - 3,2
Ukuran maksimum agregat kasar Volume agregat kasar kondisi kering padat
(inch)
3/8 0,66
½ 0,68
¼ 0,72
1 0,75
Berat agregat kasar kondisi kering padat adalah volume menurut tabel diatas
kalikan dengan be rat isi kering padat agregat.
Dengan jumlah air menurut tabel dan kadar udara pasir 35%, maka void agregat
halus adalah :
V = 1 − Berat isi kering agregat halus
Bulk spesific gravity dry
Tambahan air = ( V - 35 ) 4,75 kg/m3
55
Page
6. Kebutuhan semen
Jumlah kebutuhan semen adalah jumlah kebutuhan air dibagi dengan rasio (w/c+p)
menurut tabel 2.6. diatas.
7. Menghitung berat agregat halus kerina
Volume agregat halus kering adalah :
Vah = 1 - (Va + Vs + Vu + Vak)
Dimana :
56
Va : Volume air
Page
Vs : Volume semen
semen dapat mempengaruhi kekuatan beton melebihi dari variasi yang lainnya.
Page
Untuk beberapa set material yang diberikan, ada kadar semen optimum yang lebih,
Struktur Beton Bertulang Ir. Mhd Ridwan,MT
dimana ada atau tidak peningkatan dalam kekuatan yang dicapai dari penambahan
kadar semen.
2. Bahan Lain Yang Bersifat Semen
Dalam pembuatan beton mutu tinggi selain semen Portland diperhitungkan pula
penggunaan bahan yang bersifat semen, misalnya abu terbang, blast furnace slag
ataupun silica fume. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan akan semen yang tinggi
sementara (w/c + p) harus rendah.
3. Air Pencampur
Kriteria penggunaan air untuk beton mutu tinggi tidak perlu diperhatikan secara
khusus jika air yang digunakan mutunya cukup baik untuk diminum. Jika tidak,
maka mutu air harus diuji sesuai ASTM C94.
4. Agregat Kasar
Dalam merancang proporsi campuran beton, agregat kasar perlu diperhatikan secara
khusus karena agregat kasar sangat mempengaruhi kekuatan dan sifat-sifat beton.
Agregat kasar mempengaruhi kekuatan dan sifat struktur beton. Untuk hal ini
agregat kasar harus dipilih yang cukup keras, tidak retak dan tidak mudah pecah,
bersih, bebas dari lapisan pada permukaannya. Sifat dari agregat kasar juga
mempengaruhi karakteristik lekatan agregat mortar dan pencampuran air yang
diperlukan. Untuk setiap tingkatan kekuatan bcton, ada ukuran optimum kasar
sehingga menghasilkan kekuatan terbesar setiap pound semen.
5. Agregat halus
Gradasi dan bentuk butiran agregat halus adaiah faktor yang terpenting dalam
produksi beton mutu tinggi. Sepertti halnya agregat kasar, bentuk butiran dan tekstur
permukaan agregat halus dapat sangat mempengaruhi kebutuhan air dan kuat tekan
beton.
6. Bahan Tambahan Kimiawi (Admixture Kimia)
Pada pembuatan beton, kekuatan yang lebih tinggi biasanya dicapai dengan rasio
(w/c+p) yang lebih rendah. Penggunaan bahan tambahan kimiawi dapat
meningkatkan dan mengcndalikan laju pengerasan dan kehilangan slump, sehingga
dihasilkan campuran beton yang lebih lecak, perkembangan kekuatan beton yang
59
lebih cepat, serta keawetan jangka panjang yang lebih baik. Menurut ASTM C494,
Page
6.5 Contoh dan Perhitungan Mix Disain Sesuai Dengan Jenis campuran
Sebuah contoh disajikan disini untuk menggarnbarkan prosedur perbandingan
beton mutu tinggi. Pada contoh ini semen yang digunakan adalah tipe I.
Beton mutu tinggi yang diinginkan untuk kolom pada tiga lantai pertama dun
bangunan tingkat tinggi. Persyaratan kekuatan tckan adalah 9000 Psi atau 62 MPa pada
umur 28 hari. Akibat jarak tulangan yang dekat dalam kolom. Ukuran maksimum
nominal agregat yang dapat digunakan adalah 1/4 inch. Pasir alami dalam bata 5 ASTM
C33 akan digunakan, yang mempunyai sifat seperti : modulus kehalusan (FM) = 2,90 ;
bulk specific gravity pada berat kering (BSG dry) 2,59 ; resapan pada berat kering (Abs)
= 1,1% ; dry roppcd unit weight (DKUW) 103 lb/ft3. Juga digunakan HRWR dan
sejumlah retander admixture.
1. Menentukan slump dan kekuatan yang diinginkan
Karena HRWR digunakan, beton didesain berdasarkan slump antara 1 sampai inch
sebelum penambahan HRWR. Kekuatan rata-rata yang digunakan untuk
menentukan perbandingan bcton adalah:
(f ' c + 1400) (9000 + 1400)
f’cr = = = 11.556 Psi,... yaitu ... 11.600 Psi
0,90 0,90
2. Menentukan ukuran maksimum agregat
Batu pecah (crushed limestone) yang mempunyai ukuran maksimum nominal ½
inch yang digunakan. Sifat-sifal material ini adalah: bulk specific gravity pada berat
kering (BSG dry) 2,76; resapan pada berat kering (Abs) 0,7%, dry ropped unit
60
Volume pasir yang diperlukan adalah (27 - 21,33) + 5,6 ft3. Perubahan pada
berat pasir kering per yd3 beton, berat yang diperlukan adalah (5,67) x (62,4) x
(2,59) = 916, 1b.
Perbandingan campuran beton untuk masing-masing campuran adulah
Campuran gabungan #1
Semen 782 lb
Fly ash 195 lb
Pasir, kering 916 lb
Agregat kasar, kering 1854 lb
Air, termasuk 2,5 ons / cwt* retanding admixture 303 Ib
Campuran gabungan #2
Semen 733 lb
Fly ash 244 lb
Pasir, kering 908 lb
63
Campuran gabungan #4
Semen 782 lb
Fly ash 195 lb
Pasir, kering 916 lb
Agregat kasar, kering 1854 lb
Air, termasuk 2,5 ons / cwt* retanding admixture 303 Ib
9. Trial Campuran
Trial mixtures (trial campuran) dilakukan untuk campuran dasar dan masing-masing
dari keempat campuran gabungan tersebut. Pasir ditentukan yang mempunyai total
kelembaban 6,4% dan agregat kasar mempunyai total kelembaban 0,5%, pada
kondisi kering. Koreksi untuk menentukan bcrat batching untuk campuran dasar
dilakukan sebagai berikut: pasir, basah (947) x (1+ 0,064) = 1008 lb; agregat kasar,
basah (1854) x (1 + 0,005) = 1863 lb; dan air, koreksi = (303)- (947) (0,064 - 0,01
1) - (1854) -0,007) = 257 lb.
Ukuran trial campuran menjadi 3,0 ft3. Pengurangan berat batch untuk
menghasilkan 3,0 ft3 adalah sebagai berikut:
Campuran Dasar Camp. # 1 Camp. # 2 Camp. # 3 Camp. #,4
Air, lb
28,56 28,67 28,67 28,78 28,78
64
Page
0,2 f ' c
ρmin = → CSA
fy
f. Tulangan tranversal
f'c x b w x s
Avmin = 0,06
fy
7. 1 Pengertian
Beton didefinisikan sebagai campuran antara sement portland atau semen
hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan
tambahan yang membentuk massa padat.
Beton Bertulang adalah beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan
yang tidak kurang dari nilai minimum yang diisyaratkan dengan atau tanpa prategang,
dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua material bekerja bersama-sama
dalam menahan gaya yang bekerja.
Keunggulan sifat dari masing-masing bahan dimanfaatkan untuk menahan beban
secara bersama-sama atau dikatakan terjadi aksi komposit yaitu dengan kekuatan
tekannya dan baja dengan kekuatan tariknya.
Beton sangat mampu menahan tegangan tekan tetapi hampir tidak dapat
menahan tegangan tarik (kuat tarik beton berkisar 9%-15% dari kuat tekannya). Hasil
pengujian tekan benda uji beton diperlihatkan pada gambar di bawah. Nilai-nilai σ’c dan
ε’c didapat dari hasil pengujian tekan tersebut. Tegangan tekan maksimum/ultimit σ’cu
terjadi saat regangan beton ε’c mencapai ±0,002.
σ’s
putus
daerah elastik
idealisasi
σy
batas leleh
εs (mm/mm)
εy
Gambar 7.2 Diagram tegangan-regangan baja
- Tahan terhadap api (sekitar 1 – 3 jam tanpa bahan kedap api tambahan).
Page
- Rigiditas tinggi
Ketentuan Kekuatan dan Kemampuan Layan yang digunakan dalam analisis dan
perencanaan struktur beton bertulang berdasarkan SNI 03-2847-2002, Pasal 11.1 s/d
11.5). Kekuatan didefinisikan dimana struktur dan komponen struktur harus
direncanakan sedemikian rupa sehingga semua penampang mempunyai kuat rencana
minimum sama dengan kuat perlu, yang dihitung berdasarkan kombinasi beban dan
gaya terfaktor yang sesuai dengan ketentuan dalam tata cara ini. Disamping itu,
70
komponen struktur juga harus memenuhi ketentuan lain yang tercantum dalam tata cara
Page
Adapun istilah-istilah yang umum digunakan dalam analisis dan disain beton
bertulang adalah sebagai berikut:
1. Beban Kerja : beban rencana yang digunakan untuk merencanakan komponen
struktur.
2. Beban Terfaktor : beban kerja yang telah dikalikan dengan faktor beban yang
sesuai.
3. Kuat Perlu : kekuatan suatu komponen struktur atau penampang yang diperlukan
untuk menahan beban terfaktor atau momen dan gaya dalam yang berkaitan dengan
beban tersebut dalam suatu kombinasi seperti yang ditetapkan dalam tata cara ini.
4. Kuat Nominal : kekuatan suatu komponen struktur atau penampang yang dihitung
berdasarkan ketentuan atau asumsi metode perencanaan sebelum dikalikan dengan
nilai faktor reduksi kekuatan yang sesuai.
5. Kuat Rencana : kuat nominal dikalikan dengann suatu faktor reduksi kekuatan φ.
9. Beban struktural lainnya akibat pengaruh rangkak, susut, dan ekspansi beton
Page
ε′cu
d′
As′ c
c-d’
d h
garis netral
As d-c
εs
b
Gambar 8.1a Regangan pada tulangan dan beton
ε′s c − d′ εs d − c
= =
ε′cu c ε′cu d
(c) Regangan maksimum yang dapat digunakan pada serat tekan beton terluar harus
diasumsikan sama dengan 0,003 mm
ε′cu=0,003
d′
As′ c c-d’
d h
garis netral
As d-c
εs
b
Gambar 8.1b Regangan maksimum yang digunakan pada serat tekan beton terluar
(d) Tegangan pada tulangan yang nilainya lebih kecil dari kuat leleh fy harus diambil
sebesar (Es x εs). Regangan yang nilainya lebih besar dari regangan leleh yang
74
berhubungan dengan fy, tegangan pada tulangan harus diambil sama dengan fy.
Page
Pada balok yang secara teoritis tertumpu bebas, kemungkinan akan terjadi ”jepitan
Page
tak terduga” sehingga harus dipertimbangkan adanya momen tak terduga. Besarnya
I=L+h I = L1 + h
mengambil lebar balok (b) antara (1/2h) sampai (2/3h) memberikan kekuatan yang
Page
cukup.
Cc
c
d h
garis netral
As
Ts
εs
b εy kondisi tulangan seimbang
kondisi tulangan lebih
εy
kondisi tulangan kurang
cb (d − cb )
= → cb (ε c + ε y ) = ε c d
εc εy
Page
Cc
c
d h
garis netral
As
Ts
εs
b εy kondisi tulangan seimbang
kondisi tulangan lebih
εy
kondisi tulangan kurang
1,4
Persentase tulangan minimum : ρ min =
fy
Persentase tulangan maksimum : ρ maks = 0,75ρb
Dimana : ρ adalah perbandingan luas total penampang tulangan dengan luas total
penampang beton (ρ = As/bd)
79
a=β1 c Cc
c
d h
d- a/2
As
Ts
εs
b
a=β1 c Cc
c
d h
d- a/2
As
Ts
εs
b
1,4 1,4
ρ min = = = 0,003
f y 413,4
As 2580
ρ= = = 0,0222 > ρ min → OK
b d 254 x 457,2
β1 = 0,85 −
0,05
(f'c −30)
7
Page
a a
M n = Ts d − = A s f y d −
2 2
143,51
M n = 2580 x 413,4 457,2 −
2
Mn = 411104844 Nmm = 411 kNm
As f y 2580 x 413,4
a= = = 79,8 mm
0,85 f'c b 0,85 x 62,1 x 254
79,8
M n = 2580 x 413,4 457,2 −
2
Mn = 445080495,6 Nmm = 445 kNm
82
Page
a
ΣM = 0 ; M n = Ts d − (2)
2
Ada 3 bilangan yang tidak diketahui (b, d, dan As), tetapi hanya ada dua persamaan. Hal
ini dapat diselesaikan dengan menetapkan terlebih dahulu persentase tulangan terpasang
(ρ),
As
dimana ρ= atau As = ρ b d
bd
Dari persamaan (1):
Cc = Ts 0,85 f’c a b = As fy
0,85 f’c a b = ρ b d fy
fy
a =ρd (3)
0,85 f'c
Substitusi nilai a pada persamaan (3) ke persamaan (2) menghasilkan:
ρ f
M n = ρ b d f y d − y d (4)
2 0,85f'c
Nilai Mn pada persamaan (4) dibagi dengan (bd2) menghasilkan suatu besaran yang
disebut dengan koefisien lawan (resistence coeffisient) Rn.
fy
Bila = m, maka :
0,85f'c
Mn 1
Rn = = ρ f y 1 − ρ m (5)
2
2
bd
Karena ukuran penampang beton telah diperkirakan terlebih dahulu sehingga nilai b dan
83
d besarnya sudah diketahui, maka nilai Rn dapat dihitung. Nilai ρ dapat dicari dengan
Page
1,4
ρ min = dan ρ maks = 0,75ρb
fy
Mn
2. Hitung nilai (bd2) yang diperlukan : b d2 =
Rn
1 fy
R
dimana : n = ρ f y 1 − ρ m dan m =
2 0,85f'c
3. Pilih suatu nilai b dan d yang memenuhi besar (bd2) di atas.
Pendekatan : b/d ≅ 0,25 – 0,60, saran b/d ≅ 0,50
4. Hitung harga Rn dan ρ untuk ukuran penampang (b dan d) yang dipilih.
Mn
R n , baru =
b d2
1 2 m R n , baru
ρ baru = 1− 1−
m fy
5. Hitung luas tulangan tarik As; As = ρbaru b d
6. Pilih tulangan yang akan dipasang dan periksa kekuatan nominal penampang untuk
Mu
memastikan bahwa Mn ≥ atau φMn ≥ Mu.
φ
a A st f y
M n = A st f y d − dengan a =
2 0,85 f'c b
84
Page
d’ As’
As’
(d-d’) d ≅ +
h
As As1
As2
b bagian 1 bagian 2
Gambar 10.1a Penampang balok bertulangan rangkap
As’
Cc Cs
a
garis netral ≅ + Z2
Z1
As1 Ts1
Ts2
As2
a a
M n1 = Cc d − = 0,85 f 'c a b d − atau
2 2
a a a
M n1 = Ts1 d − = As1 f y d − = ( As − A's ) f y d −
2 2 2
Bagian (2) penampang bertulangan seimbang As2 = A’s
A’s = As2 = As – As1
Ts2 = Cs = As2 fy
Mn2 = Ts2 (d - d’) = As2 fy (d - d’) = A’s fy (d - d’)
86
a
Mu = φ {(As – A’s) fy d − + As fy (d – d’)}
2
dimana φ : faktor reduksi kekuatan penampang menahan momen lentur (φ = 0,80).
Perumusan diatas digunakan dengan anggapan tulangan tekan sudah mencapai leleh (f’s
≥ fy). Jika tulangan tekan belum leleh (f’s < fy), maka harus dihitung nilai tegangan f’s
yang sebenarnya dan nilai ini digunakan untuk perhitungan keseimbangan gaya-gaya
dan perhitungan kapasitas momen.
As A's
dimana ρ= dan ρ ' =
Page
bd bd
fy
Dengan nilai ε 's ≥ dan Es = 200.000 MPa maka persamaan diatas menjadi:
Es
( ρ − ρ ' ) f y d
Page
f 's
ρb = ρb + ρ '
fy
dengan ρ b adalah persentase tulangan dari balok bertulangan tunggal dengan luas
tulangan tarik As1 dalam keadaan tulangan seimbang.
0,85 f 'c 600
ρb = β1
fy 600 + fy
Persentase tulangan maksimum untuk balok bertulangan rangkap:
f 's
ρ maks = 0,75 ρ b + ρ '
fy
89
Page
Diketahui:
b, d, d’, As, A’s, f’c, fy
As A'
ρ= ; ρ'= s
bd bd
f 'c 1,4
ρ min = atau ρ min =
4 fy fy
tidak
ρ ditingkatkan ρ > ρmin
As f y − A's f 's
a=
0,85 f 'c b
a
Mu = φ {(As – A’s) fy d − + As fy (d – d’)}
2
Selesai
90
Page
2D20
450 mm
5D20 φ 10 mm
300 mm
Penyelesaian :
Tinggi efektif penampang d:
d’ = 30 + 10 + 20/2 = 50 mm
d = 450 – 50 = 400 mm
b
As’
Cc Cs
a
garis netral ≅ + Z2
Z1
As1 Ts1
Ts2
As2
a = β1 c ; z1 = d – a/2 ; z2 = d-d’
Periksa tulangan tekan leleh atau tidak :
0,85 β1 f 'c d ' 600
ρ − ρ'≥ tulangan tekan leleh
fy d 600 − f y
0,85 β1 f 'c d ' 600 0,85 × 0,85 × 25 × 50 600
= = 0,0169 > ρ − ρ ' = 0,00786
fy d 600 − f y 400 × 400 600 − 400
tulangan tekan belum leleh (f’s < fy)
0,85 ⋅ 0,85 ⋅ 25 ⋅ 50
f ' s = 600 1 − = 169 MPa
0,00786 ⋅ 400 ⋅ 400
As f y − A' s f ' s (1571 ⋅ 400 − 628 ⋅169)
a= = = 81,92 mm
0,85 f 'c b 0,85 ⋅ 25 ⋅ 300
a 81,92
92
c= = = 96,38 mm
β1 0,85
Page
f 's
ρ maks = 0,75 ρ b + ρ '
fy
289
ρ maks = 0,0203 + 0,00523 = 0,0241
400
f 'c 25
ρ min = = = 0,0031
4 fy 4 × 400
1,4 1,4
ρ min = = = 0,0035
f y 400
Dipilih ρmin = 0,0035
ρmin < ρ = 0,01309 < ρmaks (under - reinforced)
a
Mn = (As fy – A’s f’s) d − + A’s f’s (d – d’)
2
93
Page
Contoh :
Diketahui balok beton bertulang persegi dengan tulangan rangkap mempunyai dimensi
(300 x 450) mm2, menahan momen terfaktor Mu = 25,23 tm (termasuk berat sendiri).
Beton deking d’ = 40 mm. Mutu baha: f’c = 25 MPa dan fy = 400 MPa. Rencanakan
tulangan lentur balok tersebut.
Penyelesaian
Mu = 25,23 tm = 252,3 kNm
Mn = 252,3 / 0,8 = 315,375 kNm
94
0,85 ⋅ 25 600
= 0,85 = 0,0271
400 600 + 400
Misal dicoba penampang dengan tulangan tunggal, diambil ρ1 = 0,0135 ≈ 0,5 ρ b
a A s1 ⋅ f y
Mn1 = As1 fy d − dengan a =
2 0,85 ⋅ f'c ⋅b
1660 × 400
Mn1 = 1660 x 400 x 400 −
2 × 0,85 × 25 × 300
= 237659922 Nmm = 237,660 kNm
Mn1 < Mn = 315,375 kNm (diperlukan tulangan rangkap)
Periksa keadaan tulangan tekan:
0,85 β1 f 'c d ' 600
ρ − ρ'≥ tulangan tekan leleh
fy d 600 − f y
0,85 β1 f 'c d ' 600 0,85 × 0,85 × 25 × 40 600
= = 0,0132 > ρ − ρ ' = 0,0135
fy d 600 − f y 400 × 410 600 − 400
tulangan tekan belum leleh (f’s = fy)
Dipasang tulangan :
Tulangan tarik 7D20 (As = 2198 mm2)
95
1,4 1,4
ρ min = = = 0,0035
f y 400
Dipilih ρmin = 0,0035
ρmin < ρ = 0,01309 < ρmaks (under - reinforced)
Tinggi garis netral c
(2198 × 400 − 628 × 289)
a= = 98,5 mm
0,85 × 25 × 300
98,5
c= = 115,9 mm
0,85
a
Mn = (As fy – A’s fy) d − + A’s f’s (d – d’)
2
96
98,5
Mn = (2198 x 400 – 628 x 400) 400 − + {628 x 400 (400 – 40)
Page
2
Pada umumnya balok beton biasanya dicor monolit dengan pelat sehingga
lendutan pada balok mengakibatkan bagian pelat yang bersebelahan dengan balok ikut
melendut. Tegangan tekan terjadi pada bagian badan balok dan sambungan pelat. Dalam
kondisi ini perlu diketahui berapa bagian lebar pelat yang efektif menerima distribusi
gaya-gaya balok (berapa bagian lebar efektif flens).
b1 bw b2
L1 L2
be Be
t1 t2
b1 bw b2
bw b3
d - a/2
d h
As
Ts
εs
bw
As f y
0,85 f’c a be = As fy a =
0,85 f'c b e
Momen nominal Mn = As fy (d – a/2)
hf Cf = Asf fy
a Cc
Asf c
d h d - a/2 d - hf/2
As As Ts = (As - Asf) fy
Tf = Asf fy
bw
tekan dapat dianalogikan adanya tulangan tekan imajiner seluas Asf yang kapasitas
gayanya ekivalen dengan kapasitas gaya flens disisi kiri dan kanan balok (Cf).
Page
As f y
sehingga a = > h f , jika ruas kiri dikalikan dengan d didapat :
0,85 f'c b e d
d As f y d
a = > hf
d 0,85 f'c b e d
As f y 1
dimana = ω dan = 1,18
f'c b e d 0,85
sehingga hf < a
h f < (1,18 ω d )
Persentase tulangan kondisi tulangan seimbang (balanced reinforced) untuk balok T
adalah :
bw
ρb = ( ρb + ρ f )
be
0,85f'c 600
dimana ρ b = β1
fy 600 + f y
A sf
ρf =
bw ⋅ d
0,85f'c (b e − b w ) h f
A sf =
fy
Agar terjadi keruntuhan daktail maka persentase penulangan balok T harus memenuhi
batasan :
101
As
ρ= ≤ ρ maks = 0,75 ρ b
be d
Page
a a
M n1 = A s1 f y d − = (A s − A sf ) f y d −
2 2
h h
M n2 = A s2 f y d − f = A sf f y d − f
2 2
Kuat momen rencana:
a h
M u = φM n = φ (A s − A sf ) f y d − + A sf f y d − f
2 2
Contoh
Diketahui balok T dengan jarak spasi antar balok 800 mm, bw = 250 mm, hf = 50 mm, d
= 300 mm, tulangan tarik 3D29, dimana fy = 400 MPa dan f’c = 20 MPa. Hitung kuat
momen batas penampang.
Penyelesaian :
Lebar efektif penampang dengan flens (be)
be = bw + 16hf = 250 + (16x50) = 1050 mm
be = jarak antar balok = 800 mm
dipilih be = 800 mm
Asumsi tulangan baja tarik sudah mengalami leleh (3D29), As = 1982 mm2), maka :
102
Karena Ts > Cf berarti blok tegangan tekan terdiri dari seluruh flens dan sebagian badan
balok, sehingga garis netral jatuh di badan balok sehingga penampang dianalisis sebagai
balok T murni.
Sisa gaya tekan yang bekerja:
Ts – Cf = 792,8 – 680 = 112,8 kN
Titik berat blok tegangan tekan dicari dengan menghitung momen statis terhadap tepi
atas penampang:
y=
∑A y
=
{(800 ⋅ 50) ⋅ 25 + (250 ⋅ 26.5) ⋅ (50 + 13.25)}
= 30,4 mm
A {(800 ⋅ 50) + (250 ⋅ 26,5)
A B
a a a
V=P
V=P
M=P.a
V ⋅S
Tegangan geser (τ) yang terjadi : τ =
b⋅I
h/2
3V
h τ=
2bh
104
b
Page
lc
melebar dan merambat sampai menembus sisi atas dari balok dan balok runtuh.
Keruntuhan ini sangat getas (brittle) dan memerlukan lendutan yang relatif kecil pada
Page
lc
d
107
Page
lc
Struktur Beton Bertulang Ir. Mhd Ridwan,MT
Gambar 12.3c Keruntuhan tekan geser (shear compression failure)
1.4 Mekanisme Transfer Geser
Mekanisme transfer geser adalah adalah suatu mekanisme untuk mengetahui
proses bekerjanya beban-beban pada penampang beton yang sudah retak sampai
terjadinya keruntuhan.
C
Vax
Vay
Va
Vd
V
Gambar 1.4a Komponen gaya geser pada penampang tanpa tulangan geser
108
Mekanisme ini berbeda-beda dalam hal pola maupun besar komponen gaya untuk
Page
Jumlah ketiga komponen diatas disebut “komponen gaya geser yang ditahan
oleh beton (Vc)”. Karena keruntuhan balok tanpa tulangan geser (sengkang) terjadi
secara tiba-tiba tanpa adanya tanda-tanda yang cukup dimana hal ini tidak diinginkan
terjadi, maka peraturan-peraturan beton yang ada mensyratkan sedapat mungkin
pemakaian sengkang. Hal ini dilakukan dengan menetapkan penggunaan tulangan geser
minimum, yaitu untuk keadaan dimana ( 0,5 Vc < Vu < Vc), maka pada balok harus
dipasang tulangan sengkang minimum seluas:
bw s
AV ,min = (dalam mm)
3fy
B. Penampang dengan tulangan geser
Pada penampang beton dengan tulangan geser, selain gaya-gaya seperti
dijelaskan sebelumnya, terdapat satu komponen gaya tambahan sebagai sumbangan dari
baja tulangan geser yaitu Vs.
Vn = Vcz + Vd + Vay + Vs Vn = Vc + Vs
C
Vax
Vay
Va
Vs
V
Gambar 1.4b Komponen gaya geser pada penampang dengan tulangan geser
f' c
b. Bila Vs > b d ; Smaks ≤ d/4
3 w
Page
Vu
Vu
Vu
Vu Vu
d d Vu
2.1 Pendahuluan
Tulangan geser dianggap menahan kelebihan gaya geser dari yang didapat
ditahan oleh beton. Kriteria ini yang didasarkan pada hasil-hasil percobaan bukan atas
dasar metode yang rasional, dianut oleh hampir semua peraturan termasuk ACI dan SNI
03-2847-2002.
Metode yang rasional diturunkan untuk memenuhi kriteria keseimbangan,
keserasian deformasi dan hubungan tegangan-regangan. Sehingga hubungan momen,
gaya geser dan gaya aksial dapat memenuhi kriteria keseimbangan dan deformasi. Hal
ini berbeda dengan analogi rangka (truss analogy) yang menggangap bahwa tulangan
geser yang akan menahan seluruh gaya geser dari suatu komponen beton bertulang.
Vc =
1 V d
( )
f'c + 120ρ w u b w d < 0,3 f' c b w d
7 Mu
As V
dengan ρ w = dan ud < 1,0
bwd Mu
Vc = 1 +
14A
Nu
( )
f' c /6 b w d
Page
g
T
Gambar 3.1 Balok kantilever dengan gaya puntir T
- Untuk komponen struktur non prategang yang dibebani gaya aksial tarik atau
tekan:
f'c A cp
2
Tu < φ 1 + 3N u
12 p
cp A g f'c
dengan:
121
- Untuk komponen struktur non prategang yang dibebani gaya aksial tarik atau
tekan:
f'c A cp
2
Tu < φ 1 + 3N u
3 p
cp A g f'c
V 2 f'c
2 2
Vu Tu p h
+ 2
≤φ c +
b w d 1,7A oh bwd
3
dengan:
Aoh : luas daerah yang dibatasi oleh garis pusat tulangan sengkang
torsi terluar, mm2.
ph : keliling dari garis pusat tulangan sengkang torsi terluar, mm.
2. Kuat leleh rencana untuk tulangan torsi nonprategang tidak boleh melebihi 400
MPa.
3. Tulangan sengkang untuk torsi harus direncanakan berdasarkan persamaan :
2A o A t f yv
Tn = cot θ , dengan:
s
A0 : luas bruto yang dibatasi oleh lintasan aliran geser (dapat diambil sebesar
0,85A0h, mm2)
At : luas satu kaki sengkang tertutup yang menahan puntir dalam daerah sejarak
s, mm2)
Fyv : kuat leleh tulangan sengkang torsi (MPa)
122
θ : sudut diagonal tekan (berkisar 300 < θ < 600, untuk komponen struktur
nonprategang dapat diambil = 450)
Page
(MPa).
5. Tulangan untuk menahan torsi harus disediakan sebagai tambahan terhadap
tulangan yang diperlukan untuk menahan gaya-gaya geser, lentur dan aksial
yang bekerja secara kombinasi dengan gaya torsi.
3. Bila diperlukan tulangan torsi, maka luas minimum tulangan torsi longitudinal
harus dihitung dengan ketentuan:
5 f'c A cp A f A b
A I,min = − t p h yv dengan t ≥ w
12f yl s f yl s 6f yv
a. Spasi tulangan sengkang puntir tidak boleh melebihi nilai terkecil antara ph/8 atau
300 mm.
Page
Selain jepit penuh dan jepit sebagian, juga sering ditemukan ”jepit tak terduga”,
contohnya pelat tertanam sepanjang sisinya dalam tembok. Pada sisi pelat yang
tertanam akan timbul momen jepit (momen tak terduga).
Ditumpu bebas
sebelum
setelah
dibebani
dibebani
Terjepit penuh
125
sebelum
setelah
dibebani
dibebani
Page
sebelum
setelah
dibebani
dibebani
b L b b L b
l=L+b l=L+100
(a) (b)
- Bila (L+h) lebih besar dari jarak pusat ke pusat tumpuan, maka panjang bentang
teoritis boleh diambil jarak pusat ke pusat tersebut.
126
(l = L + 2 x ½ b = L + b).
Page
SNI 03-2847-2002 pasal 11.5 ayat (3) mensyaratkan tebal pelat minimum dengan
balok yang menghubungkan tumpuan pada semua sisinya (pelat dengan penulangan dua
arah) harus memenuhi ketentuan berikut:
1. untuk αm ≤ 0,2, tebal pelat minimum harus memenuhi syarat seperti Tabel di bawah
(syarat untuk pelat tanpa balok interior yang menghubungkan tumpuan-tumpuannya
dan rasio bentang panjang terhadap bentang pendek tidak lebih dari dua).
Tanpa penebalan Dengan penebalan
Panel Panel
Tegangan Panel luar Panel luar
dalam dalam
leleh, fy
Tanpa Dengan Dengan
(Mpa) Tanpa balok
balok balok balok
pinggir
pinggir pinggir pinggir
300 αn/33 αn/36 αn/36 αn/36 αn/40 αn/40
400 αn/30 αn/33 αn/33 αn/33 αn/36 αn/36
500 αn/28 αn/31 αn/31 αn/31 αn/34 αn/34
αn adalah bentang bersih pelat (jarak tepi ke tepi balok / tumpuan)
dan nilai di atas tidak boleh kurang dari nilai berikut :
- pelat tanpa penebalan : 120 mm
- pelat dengan penebalan : 100 mm
2. untuk 0,2 < αm ≤ 0,2, tebal pelat minimum harus memenuhi
f
λ n 0,8 + y
1500
h= dan tidak boleh kurang dari 120 mm
36 + 5β (a m − 0,2)
h=
1500
dan tidak boleh kurang dari 90 mm
36 + 9 β
Page
f. Kekakuan relatif balok dalam dua arah tegak lurus ( 0,2 ≤ α1λ2 / α 2λ1 ≤ 5,0 )
2 2
1/14 1/14
1/24
128
1/9 1/24
1/11 1/11
Page
Contoh
Diketahui pelat lantai ditumpu bebas diatas tembok bata, menahan beban hidup qL = 1,5
kN/m2 dan penutup lantai qD = 0,5 kN/m2. Pelat berada di lingkungan kering. Mutu
beton f’c = 20 MPa dan mutu baja fy = 240 MPa. Tentukan tebal pelat dan jumlah
tulangan yang diperlukan.
Penyelesaian :
Perhitungan dilakukan per 1 m lebar pias.
Bentang teoritis:
l = L + (2 x ½ b) = 3760 + (2 x ½ x 240) = 4000 mm
Pelat diatas tumpuan sederhana (tumpuan bebas):
Untuk fy = 240 MPa hmin = 1/27 l
Hmin = 1/27 x 4000 = 148 mm ≈ tebal 150 mm
Beban-beban:
- berat sendiri pelat : 0,15 x 24 = 3,6 kN/m2
- berat penutup lantai : = 0,5 kN/m2
qD = 4,1 kN/m2
qu = 1,2qD + 1,6qL = 1,2 x 4,1 + 1,6 x 2,5 = 8,92 kN/m2
Momen lapangan :
Mu = 1/8 qu l2 = 1/8 x 8,92 x 42 = 17,84 kNm
130
Momen tumpuan :
Mu, tak terduga = 1/24 x 8,92 x 42 = 5,95 kNm
Page
d h
Beton decking 20 mm
∅ tulangan 10 mm
Tinggi efektif : d = 150 – 20 – (½ x 10) = 125 mm
Penulangan Lapangan
Mu 17,84
Mn = = = 22,30 kNm
ϕ 0,80
Mn 22,3 ⋅ 106
Rn = 2 = = 1,427 MPa
bd 1000 ⋅ (125) 2
fy 240
m= = = 14,12
0,85 ⋅ f'c 0,85 × 20
1 2 m Rn
ρ= 1− 1−
m fy
1 2 × 14,12 ×1,427
ρ= 1 − 1 − = 0,00622
14,12 240
1,4 1,4
ρ min = = = 0,00583
f y 240
ρ max = 0,75 ρ b
0,85 f 'c 600
ρ max = 0,75 × β1
fy (600 + f y )
0,85 × 20 600
ρ max = 0,75 × 0,85 = 0,03225
240 (600 + 240)
ρmin < ρ < ρmax under-reinforced
Penulangan Tumpuan:
Mu 5,95
Mn = = = 7,4375 kNm
ϕ 0,80
Mn 7,4375 ⋅ 106
Rn = = = 0,476 MPa
bd 2 1000 ⋅ (125) 2
1 2 m Rn
ρ= 1− 1−
m fy
1 2×14,12 × 0,476
ρ= 1 − 1 − = 0,002
14,12 240
As = ρ b d = 0,002 x 1000 x 125 = 252 mm2
Dipasang tulangan φ8-150 (Ast = 333 mm2)
Dipasang tulangan bagi φ8-250
Catatan :
Tulangan momen tak terduga dan tulangan bagi tidak perlu dibandingkan dengan ρmin.
132
Page
φ8 - 150 φ8 - 150
φ10 - 200
φ10 - 200
1/5 L 1/5 L
d
h
ly
0,5 qu,lantai lx
lx lx
0,5 qu,lantai ly
ly
134
Page
lebar
ly pias δy
arah x
qy
qx
lx
δx
5 q x l 4x
δx =
384 EI
4
5 q y ly
δy = dengan δx = δy dan q = qx + qy
384 EI
M ly = 0,001 q u l 2y x 41 35 31 28 26 25 24 23
φ8-200
φ8-200
φ8-125 φ8-125
φ8-250
φ8-250
φ8-100
φ8-200
φ8-200
φ8-125 φ8-125
φ8-250
φ8-250
φ8-100
φ8-200
φ8-200
φ8-125 φ8-125
φ8-250
φ8-250
φ8-100
136
Page
Penyelesaian :
Perhitungan dilakukan 1 m lebar pias.
Syarat-syarat batas dan bentang teoritis :
lx = Lx + (2 x ½ b) = 3760 + (2 x ½ x 240) = 4000 mm
ly = Ly + (2 x ½ b) = 6160 + (2 x ½ x 240) = 6400 mm
ly/lx = 6400/4000 = 1,60.
Tebal pelat (hmin) = lx/20 = 4000/20 = 200 mm
Beban-beban :
- berat sendiri pelat : 0,20 x 24 = 4,8 kN/m2
137
qD = 5,6 kN/m2
Momen-momen:
Mlx = 0,001 x 16,3 x 42 x 79 = 20,6 kNm
Mly = 0,001 x 16,3 x 42 x 28 = 7,3 kNm
Mtix = ½ Mlx = ½ x 20,6 = 10,3 kNm
Mtiy = ½ Mly = ½ x 7,3 = 3,7 kNm
ds h
fy 240
m= = = 18,82
0,85 ⋅ f'c 0,85 × 15
1 2 m Rn
ρ= 1− 1−
m fy
1 2 × 18,82 ×1,072
ρ= 1 − 1 − = 0,0047
18,82 240
1,4 1,4
138
ρ min = = = 0,00583
f y 240
ρ max = 0,75 ρ b
Page
0,85 × 15 600
ρ max = 0,75 × 0,85 = 0,0242
240 (600 + 240)
fy 240
m= = = 18,82
0,85 ⋅ f'c 0,85 × 15
1 2 m Rn
ρ= 1− 1−
m fy
1 2 × 18,82 × 0,536
ρ= 1 − 1 − = 0,0023
18,82 240
Astix = ρ b d = 0,0023 x 1000 x 155 = 357 mm2
Dipasang tulangan φ10-200 (Ast = 392 mm2)
fy 240
m= = = 18,82
Page
φ8-300
1/5 lx
1/5 lx 1/5 lx
φ10-180
φ10-180
φ10-200 φ10-200
φ10-170
φ10-170
φ8-300
φ8-300
1/5 lx
φ8-300
140
Page
dapat memberikan pengekangan yang lebih baik pada beton (lihat Gambar 5.3). Dari
hasil pengujian, terlihat bahwa pengekangan oleh sengkang segiempat hanya terjadi
Page
kombinasi beban aksial dan lentur ini harus memenuhi keserasian tegangan dan
regangan. Kekuatan rencana suatu beton bertulang dapat diperoleh dengan mengalikan
Page
Tulangan tekan pada kolom beton yang dibebani eksentris pada tingkat beban
ultimit umumnya akan mencapai tegangan leleh, kecuali jika beban tersebut kecil, atau
145
menggunakan baja mutu tinggi, atau dimensi kolomnya relatif kecil. Sehingga,
umumnya, diasumsikan bahwa tulang baja tulangan tekan sudah leleh, kemudian baru
Page
0,85ƒc′ . bh ( d – ½ h) + As′ƒy (d – d ′)
d″ = ––––––––––––––––––––––––––––––– (5.3)
0,85ƒc′ . bh + ( As + As′)ƒy
beban aksial yang bekerja pada penampangan tersebut. Sebagai contoh, keadaan
keruntuhan tarik (tension failure) akan berlaku bila Pu < Pb yang berarti juga εs > εy
Page
atau c < cb. Tegangan pada tulangan tarik ƒs sama dengan tegangan leleh ƒy Keruntuhan
dan
β1 d − a
ƒs = εsEs = 0,003 Es (5.6b)
a
Persamaan dalam pasal ini disusun berdasarkan asumsi bahwa baja tulangan tekan
sudah leleh, ƒs′ = ƒy Keadaan ini, harus diperiksa dengan melihat regangan pada baja
tulangan.
c - d' f y
ε s ' = 0,0003
> (5.7a)
c Es
Jika beban tulangan belum leleh, yang regangannya lebih kecil daripada εy nilai ƒs′
harus ditentukan melalui diagram tegangannya, yang dapat dirumuskan sebagai:
c − d' a − β1 d
f s ' = ε s ' E s = 0,0003
E s = 0,003 (5.7b)
c a
Nilai ini kemudian disubstitusi ke dalam persamaan sebelumnya untuk menggantikan
tegangan pada baja tulangan tekan.
Untuk suatu penumpangan yang dimensi dan luas baja tulangannya telah
ditetapkan, dan dengan nilai gaya aksial maupun momen yang dibuat variabel, dapat
dibuat suatu diagram interaksi seperti diperlihatkan dalam Gambar 5.7. diagram
interaksi adalah daerah batas yang menunjukkan ragam kombinasi beban yang dapat
ditahan oleh kolom tersebut secara aman.
147
Page
Penyelesaian
Diketahui: f bk = 20 Mpa (benda uji kubus)
f y = 390 MPa
As = As ' = 804 mm
E s = 200000 MPa
leleh.
0,003 x 0,2 x 10 6
ab = x 0,85 x 340 = 175 mm
0,003 x 0,2 x 10 6 + 390
148
Karena ε s ' > ε y baja tulangan tekan sudah meleleh sebagaimana diasumsikan.
= 158,159 kNm.
(6.8).
a − 0,85 x 60
f s ' = 600
a
150
a − 51
0 = 4233a + 482 400 – 313 560
a
a 2 + 40a − 5812 = 0; jadi a = 59 mm
Maka,
59 − 51
f s ' = 600 = 81 N / mm
2
59
Dengan mensubstitusi f s ' ini ke dalam Pers. (6.5), diperoleh:
memiliki modulus elastisitas 2,0 x 106 kg/cm 2 dan tegangan leleh 2750 kg/cm 2 . Beban
luar bekerja secara eksentris terhadap salah satu sumbu utama dari penampang tersebut.
Hitunglah rentang beban keruntuhan yang mungkin dan eksentrisitasnya.
Penyelesaian:
Hasil perkalian ruas kiri dari setiap persamaan dalam contoh soal ini tidaklah
tepat benar dengan hasil akhirnya, karena semua bilangan yang ada di ruas kiri
merupakan nilai konversi dari satuan psi ke MPa, sedangkan hasil akhir pada ruas kanan
adalah sebagaimana diberikan dalam buku Park & Pauley. Nilai 207 kg/cm 2 di atas
harus dikalikan dengan angka konversi sebesar 1/0,83 menghasilkan kekuatan tekan
kubus sekitar 250 kg/cm 2 .
( a ) Keruntuhan imbang
Baja tulangan tarik meleleh, f s = f y Asumsikan bahwa tulangan tekan juga
meleleh.
Menggunakan Pers. (5.5):
0,003 x 0,2 x 10 6
ab = x 0,85 x 444,5 = 258,8 mm
0,003 x 0,2 x 10 6 + 276
Melalui Pers. (6.2):
Pb = 8,85 f c ' . ab b + As ' f y − As f y
152
Gaya aksial Pu = 0; e → ∞.
Page
a − 54
0= 0,85 x 20,7 x 508a + 6000 − 2581 x 276
a
0= a 2 + 93,56a − 9356
a= 60,66 mm
Dari Pers. (5.2) dan dengan menggunakan nilai f s ' diperoleh
Karena tulangan tekan telah meleleh ketika harga Pu = Pb ' tulangan ini akan meleleh
pada sebarang harga beban P yang lebih besar daripada harga tersebut. Tetapi, tulangan
tarik belum tentu leleh. Sehingga, dari Pers. (5.6), dihasilkan
0,85 x 444,5 − a 377,8 − a
f s = 0.003 x 2 x 10 =
5
MPa
a a
Dari Pers. (5.1) diperoleh:
377,8 − a
3 560 000 = 0,85 x 20,7 x 508a + 2581 x 276 – 2581 x 600
a
a 2 − 145,335a − 65455,8 = 0
a = 339 mm.
377,8 − 339
fs = 600 = 68,7 mm
339
154
4
dengan melihat bentuk persamaan tersebut, dapat dibuat suatu rumus umum untuk jarak
Page
tulangan di sebagai:
fy fy
> ε si > − , maka f si = ε si E s (5.12)
Es Es
fy
ε si ≤ − , maka f si = f y (5.13)
Es
Gaya pada tulangan ke-i, menjadi
Pi = f si Asi (5.14)
Dengan mengacu pada Gambar 3.10, dapat disusun persamaan keseimbangan:
Pn − Cc − Σf si Asi = 0 (5.15)
n
Pn e = Cc(½h – ½a) + ∑f
i =1
si Asi (½h – di) (5.17)
Page
Contoh 1
Suatu penampang kolom dengan mutu beton f c ' = 27 MPa dan mutu baja
tulangan BJTD-40, menahan beban kerja 270 kN gaya aksial dan 200 kNm momen
lentur. Penampang tersebut diberi tulangan 16 D-19 yang didistribusikan pada keempat
sisinya. Periksalah apakah penampang kolom ini mampu menahan beban kerja tersebut.
Penyesuaian:
Mutu beton f c ' = 27 MPa
Mutu baja BJTD-40
D-19 dengan A = 283 mm 2
Luas tulangan:
A1 = 5 x 283 = 1417 mm 2
A2 = 2 x 283 = 566 mm 2
A3 = A4 = 566 mm 2
A5 = 1417 mm 2
E s = 2 x 10 5 MPa
Σ As = 4532 mm 2
Beban kerja P = 270 kN
M = 200 kNm
Tabel 3.1 Tabulasi perhitungan Pni dan M ni.
Kondisi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
c ∞ 40 30 20 15 13 10 A
tulangan
a 40 34 25,5 17 12,8 11,0 8,5
εs1 0,003 0,002625 0,0025 0,00225 0,001846 0,0015 0,0015 1417
εs2 0,003 0,0020625 0,00175 0,001125 0,00050 -0,000115 -0,00075 566
εs3 0,003 0,00150 0,00100 0 -0,00100 -0,001615 -0,00030 566
εs4 0,003 0,0009375 0,00025 -0,001125 -0,00250 -0,00334 -0,00525 566
εs5 0,003 0,000375 -0,00050 -0,00225 -0,00400 -0,005076 -0,00750 1417
159
Σ y = f y / E s = 0,002
Negatif ε s = tarik
Cs dalam kN
Csi = Asifsi = Asi . εsiEs
n
Pn = 0,85 fc' ab + ∑C
i =1
si
Melalui Pers. (5.16), lihat Tabel 5.1: untuk kondisi (1) dengan C = ∞ dan a = 40 cm,
Pni = 1812,8 + (2 x 566,8) + (3 x 226,4) = 5484,8 kN
Sebagaimana diberikan dalam baris ke-2 terakhir dari tabel.
Mn = 0,85fc’ab . ½ (h – a) + ΣC si (½ h – di)
Negatif Csi = tension
Sedangkan perhitungan momennya adalah sebagai berikut:
M n1 = 3672(200 – 200) + 566,8(200 – 50) + 226,4(200 – 125)
+ 226,4(200 – 200) – 226,4(200 – 125) – 566,8(200 – 50)
M n1 = 0
M n4 = 368,6 kNm
M n5
Page
Penyelesaian:
Ketika beton mencapai regangan batas 0,003. Regangan pada masing-masing
tulangan dapat ditentukan berdasarkan perbandingan segitiga.
ε s1 = 0,00267 (tekan)
ε s2 = 0,00146 (tekan)
ε s3 = 0,00025 (tekan)
ε s4 = 0,00096 (tekan)
Tegangan pada tulangan dapat diperoleh dengan mengalikan regangan tersebut dengan
Es = 200 000 MPa.
f s2 = 292 MPa
f s3 = 50 MPa
f s4 = 192 MPa
163
Page
Gambar 5.11 Model tegangan – regangan untuk beton dengan pengekang (Mander, Priestley, dan Park)
Page
dalam diagram interaksi ruang, seperti tampak dalam Gambar 5.13, sebagai titik R. Bila
titik R ini berada di dalam ruang diagram, berarti penampang kolom tersebut memadai;
bila titik R berada di luar ruang, penampang kolom tersebut memadai; bila titik R
berada di luar ruang, penampang kolom itu dalam keadaan overstress (tegangan
berlebihan).
M x = (δ bx M x 2b + δ sx M x2s )/φ
167
atau
1 1 1 1
= + − (5.22)
Pn Pnx Pny P no
dengan
Pux = kapasitas beban uniaksial, yaitu jika beban bekerja dengan eksentrisitas
Page
e x dan e y = 0.
Kekuatan uniaksial Pn ' Pnx Pny Pno dapat dihitung dengan menggunakan rumus
yang telah diberikan sebelumnya, atau dengan menggunakan tabel-tabel yang terdapat
dalam berbagai buku acuan. Persamaan Bresler ini dapat berlaku untuk semua kasus,
jika Pn > 0,10 Pno . Untuk Pn > 0,10 Pno adanya gaya aksial dapat diabaikan dan
penampang kolom tersebut dapat direncanakan menurut rumus berikut ini.
M ux M uy
+ ≤ 1,0 (5.23)
Mx My
atau
M nx M uy
+ ≤ 1,0 (5.24)
M ox M oy
y.
dapat mempunyai harga yang sama pada kedua sukunya ( a1 = a 2 ). Kemudian, Bresler
juga memberi indikasi bahwa nilai a bervariasi antara 1,15 dan untuk penampang
Page
persegi panjang nilai a dapat dianggap 1,50. Untuk penampang bujur sangkar, harga a
ΣEI / I kolom
ψ= (5.29)
ΣEI / I balok
Pertama hitung Ψa untuk kekangan di ujung atas, kemudian Ψb untuk kekangan ujung
bawah. Lihat bagan dalam Gambar 5.17
172
relatifnya.
Kekuatan batang EI
Untuk struktur beton bertulang, harga I bervariasi sepanjang bentang, tergantung pada
tingkat keretakan dan persentase pembesian. Untuk mudahnya, dapat diambil harga
estimasi berikut :
(1) Balok: penampang retak I = 0,50Ig.
(2) Kolom: Ig atau diambil EI = 0,2EcIg + EsIs
Dengan Ig adalah momen inersia dari pembesian dalam penampang tersebut.
Pembatasan Kelangsingan
(1) Kolom pendek
Suatu kolom dapat dinyatakan sebagai kolom pendek bila (lihat SNI-91 Pasal 3.3.11
butir 4):
Kl u 12 M 1b
< 34 −
173
r M 2b
Page
Bila M 1b dan M 2b berharga positif, terjadi kelengkungan tunggal (single curvature) dan
bila berharga negatif terjadi kelengkungan ganda (double curvature).
(2) Bila kolom mengalami pembebanan sehingga momen di bentang lebih besar
daripada momen di ujung, maka rasio M 1b / M 2b akan mendekati 1. demikian juga, bila
tidak ada momen di ujung-ujung.
M 1b
≈ 1,0 (5.31)
M 2b
(3) Bila faktor memon kolom = 0 atau e = M u / Pu emin' harga M 2b harus dihitung
dengan eksentrisitas minimum,
emin = (15 + 0,03h), dengan h dalam mm.
Es = 2 x 10 5 MPa.
Ig = momen inersia bruto dengan mengabaikan As.
Is = momen inersia baja tulangan.
β = rasio faktor maksimum beban mati terhadap faktor maksimum beban
175
Dalam hal ini, gunakan nilai EI , K , lu dari langkah (1) dan (2) di atas.
(4) Hitung nilai C m yang akan digunakan untuk faktor pembesaran momen.
Untuk braced freme:
M
C m = 0,6 + 0,4 1b ≥ 0,4
M 2b
dengan M 1b < M 2b
Sedangkan untuk kasus lainnya, misal kolom dengan beban tranversal dan braced
frame, harga Cm = 1,0.
Nilai δb dan δs adalah berturut-turut pembesaran momen untuk struktur braced frame
dan unbraced frame (sway). Nilai Pc diambil dari langkah (3) di atas. ΣPu dan ΣPc
adalah hasil penjumlahan dari semua kolom dalam satu tingkat. Untuk rangka yang
tidak ditahan terhadap goyangan ke samping, kedua nilai δb dan δs haruslah dihitung.
Untuk rangka yang ditahan terhadap goyangan ke samping, δs harus diambil sebesar
1,0.
(6) Rencanakan kolom dengan menggunakan beban aksial terfaktor Pu dan
M c = δ b M 2b + δ s M 2 s
M2b dan M2s adalah momen berfaktor ujung kolom yang terbesar akibat beban yang
menghasilkan no sideway dan sideway. Perhatikan bahwa untuk braced frame, M2s = 0
sehingga suku kedua dari persamaan tersebut bernilai nol juga.
176
Page
orde kedua yang disyaratkan dalam ACI Pasal 10.11.43 untuk diterapkan pada semua
elemen batang tekan bila nilai lu/r > 100. Bila analisis ini digunakan, pengaruh gaya
Page
aksial dan momen dan gaya, serta efek dari durasi beban, harus dicakup dalam analisis.
Struktur Beton Bertulang Ir. Mhd Ridwan,MT
Pada umumnya, momen yang diperoleh dari analisis orde kedua lebih mendekati
nilai momen yang sebenarnya, dibandingkan dengan hasil yang didapat dengan metode
pembesaran momen. Untuk struktur yang dapat bergoyang (sway) atau portal yang
diberi penopang sangat ringan, keadaan optimum (mungkin juga ekonomis) dapat
dicapai dengan penggunaan analisis orde kedua.
Lebih lanjut, ACI Commentary R.10.10.1 memberi beberapa pertimbangan
sehubungan dengan perencanaan batang tekan, yang isinya dikutip di bawah ini.
Pertimbangan berikut ini harus dipandang minimum untuk analisis struktur yang
memadai untuk perencanaan batang-batang tekan, menurut Pasal 10.10.1:
(1) Hubungan momen-kelengkungan yang realistik atau rotasi momen-ujung
harus digunakan untuk memberikan nilai defleksi dan momen-sekunder yang akurat.
Karena desain kolom dan pertimbangan stabilitas ditinjau pada kondisi batas ultimat
(ultimate limit state), nilai kekakuan yang dipakai dalam suatu analisis elastis harus
dapat mewakili kondisi ini. Di samping nilai yang lebih akurat, juga memadai untuk
mengambil nilai EI sebagai:
Ec I g (0,2 + 1,2 pt E s / Ec ) untuk menghitung kekakuan kolom.
dengan Pi = jumlah gaya aksial pada semua kolom pada tingkat ke-i
Pada suatu lantai ke-i gaya goyang adalah gaya hasil penjumlahan gaya geser
Page
tingkat dari kolom di atas dan di bawah lantai. Gaya goyangan kemudian ditambahkan
Struktur Beton Bertulang Ir. Mhd Ridwan,MT
ke dalam gaya lateral di masing-masing tingkat; total dan momen orde kedua pada
struktur tersebut dapat dihitung kembali dengan siklus ke-2 dari analisis orde pertama.
Bila kekakuan batang memadai, pada umumnya hanya diperlukan satu atau dua
siklus saja. Contoh sistematik analisis struktur tiga lantai dapat dilihat dalam tabel
berikut ini. Perhatikan bahwa untuk memudahkan perhitungan dengan metode interaktif
ini, level 1 dari struktur diambil pada tingkat atas bangunan, dan bukan pada level
bawah.
Tabel 5.2 Beban bekerja dan displasemen orde pertama
Level Tinggi Gaya Gaya Gaya geser Displasemen Storey
tingkat gravitasi lateral tingkat lateral drift
(h) ( Σ P) (H1) ( Σ H1) (U1) (∆i)
1 h1 P1 H1 H1 U1 ∆ 1 = U1 – U2
2 h2 P1 + P2 H2 H1 + H 2 U2 ∆ 2 = U2 – U3
3 h3 P1 + P2 + P3 H3 H1 + H 2 + H 3 U3 ∆ 3 = U3 …
Luas yang diperlukan untuk batang fiktif untuk tingkat ke-i diperoleh dengan cara
Page
menyamakan
EI 6u 6u + 1
Mt = 4θ t + 2θ b − i + i
hi hi hi
EI 6u 6u i + 1
Mb = 2θ t + 4θ b − i +
hi hi hi
komponen horizontal pada tingkat yang ditinjau tersebut pada dasarnya bersifat konstan.
Substitusi dari persamaan-persamaan tersebut menghasilkan matrik sebagai berikut:
Page
fondasi dangkal, dan pada butir satu hingga lima dapat digolongkan sebagai fondasi
Page
Ciri-ciri fondasi setempat, antara lain: keruntuhan geser tidak pernah terjadi pada
biang vertikal di dekat dinding atau di sekitar kolom. Kolom retak tarik regional pada
fondasi dinding, terjadi pada bidang 45 0 sejajar dengan dinding. Gaya geser yang
186
menyebabkan retak ini berasal dari beban ke atas yang ada di sebelah kiri titik A, yaitu
Page
beban pada bidang di luar jarak d dari muka kolom. Keruntuhan sejenis juga terjadi
eksentris. Untuk perhitungan momen dan geser pada fondasi setempat, asumsi tegangan
merata semacam ini biasanya akan aman. Tegangan izin tanah qa umumnya dihitung
Page
Kondisi ini biasanya menentukan untuk fondasi telapak yang panjang dan
sempit. Untuk aksi dua-arah, dengan penampang kritis yang tegak lurus terhadap bidang
pelat dan letaknya sedemikian sehingga keliling b0 adalah minimum, tidak perlu lebih
dekat dari jarak d/2 dari perimeter beban terpusat atau daerah reaksi. Tegangan-
tegangan pada beton diambil menurut rumus-rumus berikut ini:
(a) Untuk pelat dan fondasi telapak non-pratekan, harus diambil nilai Vc yang terkecil
dari Pers. (4.2a) hingga Pers. (4.2c)
Vc = 1 / 6 (1 + 2/β c ) f c ' b0 d (6.2a)
dengan β c adalah rasio sisi panjag terhadap pendek dari kolom, daerah beban
terpusat ataupun reaksi.
α d
Vc = s + 2 f c ' b0 d / 12 (6.2b)
b0
dengan αs diambil 40 untuk kolom internal, 30 untuk kolom tepi, dan 20 untuk
kolom sudut.
Vc = 0,33 f c ' b0 d (6.2c)
Vn ≤ ½ f c ' bo d (6.3)
l db = (0,25 f y d b ) / f c (6.6)
Pada fondasi kolom tunggal, panjang penyaluran adalah dari muka kolom ke tepi
191
Contoh
Beban terfaktor Pu = 1,2D + 1,6L = 1,2 (150) + 1,6 (60) = 276 kN.
α d
Vc = s + 2 f c ' b0 d / 12
b0
30x200
Vc = + 2 21 x 1750 x 200/12 = 725 kN
2000
Maka, nilai vc yang diambil adalah sebesar 529 kN
φVc = 0,6 x 529 = 318 kN > Vu2
Dengan demikian, tebal d = 200 mm cukup untuk menahan aksi dua arah, geser pons.
Untuk aksi satu arah pada potongan e-f:
Vu1 = 0,09 x 1750 x 525 = 82687 N = 82,68 kN
Tegangan geser nominal pada potongan e-f:
1 1
Vc = f c ' bw d = 21 1750 ⋅ 200 = 267316 N
6 6
Kuat geser rencana = 0,6 x 267316 = 160390 N
Karena kuat geser ini masih lebih besar daripada Vu1, tebal d = 200 mm juga
mencukupi untuk menahan geser satu arah. Jadi tulangan geser tidak diperlukan.
194
Page
Park, R. & T. Pauley (1975). Reinforced Concrete Structure. New York, John Wiley
& Sons.
SNI 03-2847-2002. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung
Wahyudi dan Rahim (1999). Struktur Beton Bertulang (Standar Baru SNI T-15-
1991-03). PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Wang dan Salmon (1993). Disain Beton Bertulang. Diterjemahkan oleh Binsar
Hariandja, Jilid 1. Erlangga, Jakarta.
Wang dan Salmon (1993). Disain Beton Bertulang. Diterjemahkan oleh Binsar
Hariandja, Jilid 2. Erlangga, Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA
4. Wahyudi dan Rahim (1999). Struktur Beton Bertulang (Standar Baru SNI T-15-
196
5. Wang dan Salmon (1993). Disain Beton Bertulang. Diterjemahkan oleh Binsar
Page