Anda di halaman 1dari 67

POLITEKNIK TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI

LAPORAN PRAKTIKUM PENGOLAHAN AIR DAN LIMBAH


INDUSTRI
No. Dokumen No. Revisi Tanggal Efektif
FM-PM-02-04 00 5 JUNI 2017

LAPORAN

MODUL : JAR TEST

OLEH :

NAMA /NIM : TRISHA F. MARBUN / 15 01 153


GROUP/KEL : F/3
TANGGAL PRAKTIKUM : 28 NOVEMBER 2017
ASISTEN : Ir. JUNA SIHOMBING, MT

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN RI
POLITEKNIK TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI
MEDAN
2017

Dokumen ini milik Politeknik Teknologi Kimia Industri Medan. Dilarang memperbanyak tanpa izin dari Management
Representative
FORM ASISTENSI LAPORAN NO.DOC : FM-PM-02-04

NO.REV : 00
LABORATORIUM PENGEMBANGAN
Tgl. Efektif : 5 Juni 2017

PRAKTIKUM PENGOLAHAN AIR KELOMPOK : III


Hal : 1 Dari : 1
DAN LIMBAH INDUSTRI TINGKAT/GRUP : III/F

Modul Praktikum : Jar Test

Tgl Nama NIM Keterangan Paraf Asisten

1. Trisha F. Marbun 15 01 153

1. Trisha F. Marbun 15 01 153

1. Trisha F. Marbun 15 01 153


LEMBAR PENGESAHAN

JAR TEST

PRAKTIKUM PENGOLAHAN AIR DAN LIMBAH INDUSTRI

NAMA / NIM : TRISHA F. MARBUN / 15 01 153


GRUP / KELOMPOK :F/3

ASISTEN
LAB. PENGEMBANGAN

Ir. JUNA SIHOMBING, MT


DAFTAR ISI

Halaman
SAMPUL ....................................................................................................... i
FORM ASISTENSI LAPORAN ................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iv
DAFTAR ISI................................................................................................. v
DAFTAR TABEL ........................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1. Tujuan Pratikum.................................................................. 1
1.2. Landasan Teori ..................................................................... 1
Pengaruh asam askorbat dari ekstraksi nanas terhadap
Koagulasi lateks(studi pengaruh volume dan waktu
Pencampuran) …………………………………. 1
1.2.1. Air ............................................................................... 12
1.2.2. Karakteristik Air ......................................................... 12
BAB II METODOLOGI .......................................................................... 16
2.1. Alat dan Bahan ..................................................................... 16
2.1.1. Alat ............................................................................. 16
2.1.2. Bahan .......................................................................... 16
2.2. Tahapan Pengolahan Air dan Analisa Kadar NH4+dan
NO2-........................................................................................ 17
2.2.1. Perancangan Alat ........................................................ 17
2.2.2. Prosedur Kerja Pembuatan Reagen ............................ 17
2.2.3. Prosedur Pengolahan Air ............................................ 18
2.2.4. Prosedur KerjaPenentuan NH4+dalam Air Limbah .... 19
DAFTAR ISI (Lanjutan)
Halaman

2.2.5. Prosedur KerjaPenentuan NO2-dalam Air Limbah ..... 20


2.2.6. BaganPengolahan Air danAnalisaNH4+danNO2- ....... 21
BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA ........................................ 23
3.1. DataPengamatan .................................................................. 23
3.2. Perhitungan Kadar NH4+..................................................... 25
3.2.1. PembuatanReagen ...................................................... 25
3.2.2. Air Limbah (Kadar NH4+) .......................................... 26
3.3. Perhitungan Kadar NO2- ..................................................... 26
3.4. Reaksi .................................................................................... 28
BAB IV PEMBAHASAN........................................................................... 29
BAB V KESIMPULAN ............................................................................ 30
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 1.1. Kandungan Limbah Laundry ................................................. 3


Tabel 1.2. Jenis Plastik dan Penggunaannya ........................................... 7
Tabel 1.3. Spesifikasi PAC...................................................................... 10
Tabel 1.4. Nilai Konstanta Pada Persamaan Isoterm Langmuir.............. 19
Tabel 1.5. Nilai Konstanta Pada Persamaan Isoterm Freundlich ............ 20
Tabel 3.1. Data Pengamatan NH4+ .......................................................... 33
Tabel 3.3. Data Pengamatan NO2- ........................................................... 34
DAFTAR GAMBAR
Halaman

Gambar 1.1. Blok Diagram PengoalahanLimbah Laundry ......................... 12


Gambar 1.2. Pengaruh Massa Adsorben terhadap Kadar Phospat .............. 13
Gambar 1.3. Pengaruh Kecepatan Pengadukan terhadap Penurunan
Kadar Phospat ........................................................................ 14
Gambar 1.4. Hubungan Kecepatan Pengadukan terhadap Kadar Phospat.. 14
Gambar 1.5. Efisiensi Penurunan Kadar Phospat pada Limbah Laundry ... 15
Gambar1.6. Grafik Persamaan Isoterm Langmuir pada Adosrpsi ............. 16
Gambar 1.7. Grafik Persamaan Isoterm Freundlich pada Adosrpsi............ 17
Gambar 2.1. Prosedur Kerja NH4+ .............................................................. 20
Gambar 2.2. ProsedurKerja NO2- ................................................................ 20
Gambar 2.3. Bagan Pengolahan Air ............................................................ 21
Gambar 2.4. Bagan Analisa Kadar NH4+ dan NO2-..................................... 22
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Tujuan Percobaan


1. Memahami tentang Jar Test.
2. Mengetahui pengaruh Agitasi pada Jar Test terhadap karakteristik air.
3. Memahami penggunaan koagulan dan jenis-jenis koagulan.

1.2. Landasan Teori


a. Pengaruh asam askorbat dari ekstraksi nanas terhadap Koagulasi lateks(studi
pengaruh volume dan waktu Pencampuran)

PENDAHULUAN

Koagulasi lateks yang biasa dilakukan petani di Sumatera Selatan dengan cara
menambahkan cuka asam (asam asetat) dan asam formiat kedalam lateks. Harga asam
formiat yang cukup mahal dipasaran dan ketersedian yang langka sehingga sangat
membebanin petani karet. Selain itu pengunaaan asam formiat sebagai koagulan lateks
menyebabkan bau yang tidak sedap. Fakta diatas membuka peluang untuk pengembangan
bahan penggumpal alternatif. Bahan alternatif yang digunakan berupa ekstrak nanas yang
umumnya memiliki pH 3-4. Hal ini mendorong kami untuk meneliti ekstrak nanas sebagai
bahan alternatif penggumpal lateks kebun sebagai perlakuan variasi volume dan waktu
pencampuran yang akhirnya dapat digunakan sebagai pengganti asam formiat.
Lateks
Karet adalah polimer hidrokarbon yang terbentuk dari emulsi kesusunan (dikenal sebagai
lateks) atau getah pada beberapa jenis tumbuhan tetapi dapat juga diproduksi secara sintetis.
Lateks karet adalah suspensi koloid poliisopren yang diperoleh dari tumbuhan Havea
Brasiliensi. Lateks merupakan sistem koloid, yaitu sistem yang terdiri dari zat pendispersi
dari zat terdispersi.
Tabel 1. Komposisi Havea Brasiliensis

Komposisi Persentase (%)


Hidrokarbon 37,69
Air 59,62
Protein 1,06
Lipid 0,23
Garam-garam 0,40
Mineral 0,68
Ammonia 0,32

Sumber : Arta Sihombing, 2010 dikutip Syntia Rahutami, 2009


Koagulasi lateks adalah peristiwa terjadinya perubahan fase sol menjadi gel dengan
bantuan koagulan. Koagulasi lateks dapat terjadi karena:
a. Dehidrasi
Koagualasi lateks secara dehidrasi
deilakukan dengan menambah bahan atau zat menyerap lapisan molekul air disekeliling
partikel karet yang bersifat sebagai pelindung pada lateks, zat yang dapat digunakan
misalnya alcohol, aseton, dan sebagainya

b. Penurunan pH lateks
Penurunan pH terjadi karena terbentuknya
asam hasil penguraian oleh bakteri. Apabila lateks ditambahkan dengan asam akan terjadi
penurunan pH sampai pada titik isoelektrik sehingga partikel karet menjadi tidak
bermuatan. Protein pada lateks yang kehilangan muatan akan mengalami denaturasi
sehingga selubung protein yang berfungsi melindungi partikel karet akan terjadi tumbukan
yang menyebabkan terjadinya koagulasi.
c. Penambahan Elektrolit
Penambahan larutan elektrolit yang mengandung kation berlawanan dengan partikel
karet akan menurunkan potensial elektro kinetik sehingga lateks menjadi koagulasi. Kation
dari logam alkali dapat juga digunakan sebagai koagulan.
d. Pengaruh Enzim
Enzim yang terdapat didalam lateks, terutama enzim proteolitik akan menghidrolisa
ikatan peptida dari protein menjadi asam amino akibatnya partikel karet kehilangan
selubung sehingga partikel karet menjadi tidak bermuatan maka lateks menjadi tidak stabil
atau mengalami koagulasi (Arta Sihombing, 2010 dikutip Syntia Rahutami, 2009).
Nanas
Nanas, nenas, atau ananas (Anenas comosus (L.) Merr.) adalah sejenis tumbuhan
tropis yang berasal dari Brazil, Bolivia, dan Paraguay. (Martyasari Aziya,2001 dikutip di
Rukmana, 1996).
Tabel 2. Komposisi Buah Nanas Mentah per 100 gram. (Vitamins)
Vitamins Unit Per
100
gr
Vitaminc C, Total
asam mg 47,8
ascorbat
Thiamin mg 0,079
Riboflavin mg 0,032
Niacin mg 0,500
Pantothenic acid mg 0,213
Vitamin B-6 mg 0,112
Folate, total mcg 18
Folate, food mcg 18
Folate, DFE mcg_DFE 18
Choline, total mg 5,5
Betaine mg 0,1
Vitamin A, RAE mcg_RAE 3
Carotene, beta mcg 35
Vitamin A, IU IU 58
VitaminE(alpha- mg 0,02
tocopherol)
Vitamin K mcg 0,7
(phylloquinone)
Sumber : USDA National Nutrient Database for Standard Reference, Release 23 (2010).
METODOLOGI
Bahan baku nanas berkulit dan tak berkulit. Nanas dipotong kecil-kecil dan
diblender kemudian disaring menggunakan kain, lalu hasil dari penyaringan tersebut
diperas. Lalu nanas itu diukur pH-nya. Lateks segar disiapkan dalam wadah. Lateks
disaring menggunakan saringan kawat. Setelah penyaringan, lataks tersebut diukur pH-
nya.
Setelah persiapan bahan, yaitu ekstrak nanas dan lateks, lalu bahan tersebut diletakkan
dalam masing-masing beker gelas 500 ml. Kemudian volume ekstrak nanas divariasikan
dengan berbagai volume lateks, yaitu; 5 ml, 10 ml, 15 ml, dan 20 ml. Begitu juga dengan
lateks, divariasikan dengan berbagai volume, yaitu; 5 ml, 10 ml, 15 ml dan 20 ml.
Masukkan lateks dengan volume 5 ml kedalam erlenmeyer kemudian tambahkan volume
ekstrak nanas yang telah ditentukan yaitu: 5 ml, 10 ml, 15 ml, dan 20 ml. Catat waktu
pertama lateks menggumpal. Setelah lateks benar -benar menggumpal, pindahkan dalam
wadah dengan posisi wadah mempunyai kemiringan yang tepat. Timbang berat karet yang
diperoleh dengan variasi waktu, yaitu ; 1 jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam, dan 5 jam. Selanjutnya
proses tersebut di atas diulang dengan variasi volume lateks 10 ml, 15 ml, dan 20 ml.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Pengaruh Volume Ekstrak Nanas Berkulit Terhadap Berat Karet
Yang Dihasilkan
(gram

14
12
)
dihasilka

10
6
n

8
yang

4 5ml lateks vs 5ml ekstak nanas berkulit


kare

5ml lateks vs 10ml ekstak nanas berkulit


2
t

5ml lateks vs 15ml ekstak nanas berkulit


Bera

0 5ml lateks vs 20ml ekstak nanas berkulit


1 2 3 4 5
t

Waktu Pencampuran (jam)

Gambar 1 . Waktu pencampuran terhadap berat karet pada volume lateks 5 ml dengan
volume nanas berkulit (5 ml,10ml,15ml,20ml)
Pada Gambar 1 terlihat bahwa berat karet yang optimun diperoleh pada volume lateks
5 ml dengan volume nanas berkulit 20 ml jam ke-5 adalah 8,1851 gram.

25
(gram)

20
dihasilka
n

15
karetyang

10

5 10ml lateks vs 5ml ekstak nanas berkulit


Berat

10ml lateks vs 10ml ekstak nanas berkulit


10ml lateks vs 15ml ekstak nanas berkulit
0 10ml lateks vs 20ml ekstak nanas berkulit
1 2 3 4 5
Waktu Pencampuran (jam)
Gambar 2. Waktu pencampuran terhadap berat karet pada volume lateks 10 ml dengan
volume nanas berkulit (5 ml,10ml,15ml,20ml)
Pada gambar 2 terlihat bahwa berat karet yang optimun diperoleh pada volume lateks
10 ml dengan volume nanas berkulit 20 ml jam ke-5 adalah 15,3809 gram.
(gram

35
30
) dihasilkan

25

20
15
et yang

10
15ml lateks vs 5ml ekstak nanas berkulit
kar

5 15ml lateks vs 10ml ekstak nanas berkulit


Bera

15ml lateks vs 15ml ekstak nanas berkulit


0 15ml lateks vs 20ml ekstak nanas berkulit
t

1 2 3 4 5
Waktu Pencampuran (jam)

Gambar 3. Waktu pencampuran terhadap berat karet pada volume lateks 15 ml dengan
volume nanas berkulit (5 ml,10ml,15ml,20ml)

Pada gambar 3 terlihat bahwa berat karet yang optimun diperoleh pada volume
lateks 15 ml dengan volume nanas berkulit 15 ml jam ke-5 adalah 22,1612 gram.
(gram)

35

30
dihasilkan

25
20
yang

15
bera kare

10 20ml lateks vs 5ml ekstak nanas berkulit


t

20ml lateks vs 10ml ekstak nanas berkulit


5 20ml lateks vs 15ml ekstak nanas berkulit
t

20ml lateks vs 20ml ekstak nanas berkulit


0
1 2 3 4 5
Waktu Pencampuran (jam)
Gambar 4. Waktu pencampuran terhadap berat karet pada volume lateks 20 ml dengan
volume nanas berkulit (5 ml,10ml,15ml,20ml)
Pada Gambar 4 terlihat bahwa berat karet yang optimun diperoleh pada volume
lateks 20 ml dengan volume nanas berkulit 15 ml adalah 26,6097 gram.

Pada Gambar diatas secara keseluruhan terlihat bahwa pada jam ke-1, berat karet masih
besar, hal ini dikarenakan pada pada kondisi ini kandungan air pada lateks masih banyak.
Pada jam ke -2 berat karet mengalami penurunan yang sangat tajam, hal imi dikarenakan air
yang ada didalam molekul lateks keluar dan proses koagulasi hampir sempurna. Pada jam ke-
3 dan jam ke-4, penurunan berat karet tidak terlalu besar dan beratnya sudah stabil. Pada jam
ke-5 berat karet yang dihasilkan sudah optimum.
Penyusut berat karet tiap jam dikarenakan bila suatu asam dimasukkan ke dalam
sistem emulsi lateks, maka akan menyebabkan partikel– partikel koloid menjadi tidak
stabil sehingga menyebabkan struktur protein pada lateks akan terganggu. Pada kondisi ini
semua emulgator telah pecah, karet sehingga untuk waktu pencampuran yang lebih lama
jumlah karet yang dihasilkan cenderung menurun.
Pada gambar keseluruhan menunjukkan berat karet paling besar diperoleh pada
volume lateks 20 ml dengan volume nanas berkulit 20 ml jam ke-5 adalah 26,2284 gram.

3.2. Pengaruh Volume Ekstrak Nanas Tidak Berkulit Terhadap Berat Karet
Yang Dihasilkan.
(gram

16
14
)
dihasilka

12
8
n

10
t yang

6
kare

4 5ml lateks vs 5ml ekstak nanas tak berkulit


5ml lateks vs 10ml ekstak nanas tak berkulit
2
bera

5ml lateks vs 15ml ekstak nanas tak berkulit


0 5ml lateks vs 20ml ekstak nanas tak berkulit
t

1 2 3 4 5
Waktu Pencampuran (jam)

Gambar 5. Waktu pencampuran terhadap berat karet pada volume lateks 5 ml dengan
volume nanas tidak berkulit (5 ml,10ml,15ml,20ml)
Pada Gambar 5 terlihat bahwa berat karet yang optimun diperoleh pada volume
lateks 5 ml dengan volume nanas berkulit 20 ml jam ke-5 adalah 8,0459 gram.
25
(gram)

20
yangdihasil
kan

10
15
karet

5 10ml lateks vs 5ml ekstak nanastak berkulit


ber
at

10ml lateks vs 10ml ekstak nanas tak berkulit


10ml lateks vs 15ml ekstak nanas tak berkulit
0 10ml lateks vs 20ml ekstak nanas tak berkulit
1 2 3 4 5
Waktu Pencampuran (jam)

Gambar 6. Waktu pencampuran terhadap berat karet pada volume lateks 10 ml dengan
volume nanas tidak berkulit (5 ml,10ml,15ml,20ml)
Pada gambar 6 terlihat bahwa berat karet yang optimun diperoleh pada volume
lateks 10 ml dengan volume nanas berkulit 20 ml jam ke-5 adalah 14,0866 gram.
(gram)

35

30
dihasilka

25
n

20
t yang

15
Kare

15ml lateks vs 5ml ekstak nanas tak berkulit


15ml lateks vs 10ml ekstak nanas tak berkulit
5
Bera

15ml lateks vs 15ml ekstak nanas tak berkulit


15ml lateks vs 20ml ekstak nanas tak berkulit
t

1 2 3 4 5
Waktu Pencampuran (jam)

Gambar 7. Waktu pencampuran terhadap berat karet pada volume lateks 15 ml dengan
volume nanas tidak berkulit (5 ml,10ml,15ml,20ml)

Pada gambar 7 terlihat bahwa berat karet yang optimun diperoleh pada volume
lateks 15 ml dengan volume nanas berkulit 20 ml jam ke-5 adalah 22,3025 gram.
dihasilkan
35
30
)

25
20
Karet Yang

15
10
20ml lateks vs 5ml ekstak nanas tak berkulit
er
at
B

20ml lateks vs 15ml ekstak nanas tak berkulit

5 20ml lateks vs 10ml ekstak nanas tak berkulit

0 20ml lateks vs 20ml ekstak nanas tak berkulit


1 2 3 4 5
Waktu Pencampuran (jam)
Gambar 8. Waktu pencampuran terhadap berat karet pada volume lateks 20 ml dengan
volume nanas tidak berkulit (5 ml,10ml,15ml,20ml)

Pada gambar 8. terlihat bahwa berat karet yang optimun diperoleh pada volume
lateks 20 ml dengan volume nanas berkulit 20 ml jam ke-5 adalah 25,6176 gram.
Secara keseluruhan gambar diatas menunjukkan pada jam ke-1, berat karet masih
besar, dikarenakan pada kondisi ini kandungan air pada lateks masih banyak. Pada jam ke-
2 berat karet mengalami penurunan yang sangat tajam, dikarenakan air yang ada didalam
molekul lateks keluar dan proses koagulasi hampir sempurna. Pada jam ke-3 dan jam ke-4,
penurunan berat karet tidak terlalu besar dan beratnya sudah stabil. Pada jam ke-5 berat
karet yang dihasilkan sudah optimum.
Hal ini dikarenakan semakin banyaknya asam yang digunakan akan mempercepat
penurunan muatan listrik molekul lateks. penurunan pH lateks terjadi pada titik isoelektrik.
Protein pada lateks yang kehilangan muatan akan mengalami denaturasi sehingga selubung
protein yang berfungsi melindungi partikel lateks akan terjadi tumbukan yang
menyebabkan koagulasi.
Pada kondisi ini ekstrak nanas tidak berkulit cukup stabil dan sesuai yang
dibutuhkan sehingga interaksi antara air dengan asam meningkat. Oleh karena itu partikel-
partikel terdispersi akan lebih mudah bergabung untuk membentuk agregat yang lebih
besar sehingga menyebabkan emulsi pecah berat karet yang dihasilkan meningkat.
Sehingga diperoleh berat karet yang optimum pada volume nanas tidak berkulit 20 ml
dengan volume lateks 20 ml adalah 25,6176 gram
3.3. Perbandingan antara nanas berkulit dengan nanas tidak berkulit
3.3.1 Perbandingan antara berat karet yang dihasilkan dengan volume ekstrak nanas
5ml
Dihasilka (gram

8
7
)

6
5
n

4
3
Yang

2 nanas tidak berkulit


K
a
r
e
t

1 nanas berkulit
Berat

0
1 2 3 4 5
waktu pengamatan (jam)

Gambar 9. Perbandingan antara volume nanas berkulit (5 ml) dan volume nanas tidak
berkulit (5ml) pada lateks 5ml
Dihasilka

12
n

10
karetyan
g(gram)

4 nanas tidak berkulit


Bera

nanas berkulit
2
t

0
1 2 3 4 5
waktu pengamatan (jam)

Gambar 10 . Perbandingan antara volume nanas berkulit (10 ml) dan volume nanas tidak
berkulit (10 ml) pada lateks 5 ml
Dihasilk

14
an

12
ang(gr
karety

am)

10
4 nanas tidak berkulit
8

6
Berat

2 nanas berkulit
0
1 2 3 4 5
waktu pengamatan (jam)

Gambar 11. Perbandingan antara volume nanas berkulit (15ml) dan volume nanas tidak
berkulit (15ml) pada lateks 5ml
dihasilka

16
14
n

12
ang(gr
karety

am)

10
8
6
nanas tidak berkulit
4
ber
at

nanas berkulit
2
0
1 2 3 4 5
waktu pengamatan (jam)

Gambar 12. Perbandingan antara volume nanas berkulit (20ml) dan volume nanas tidak
berkulit (20ml) pada lateks 5ml

Perbedaan berat karet signifikan terlihat pada volume nanas berkulit 20 ml dengan berat
karet 8,1951 gram sedangkan pada nanas tidak berkulit 20 ml diperoleh berat karet 8,0459
gram.
3.3.2 Perbandingan antara berat karet yang dihasilkan dengan volume ekstrak nanas
10 ml
dihasilka

12
8
n

10
yang
(gra
m)

6
kare

4 nanas tidak berkulit


berat t

nanas berkulit
2

0
1 2 3 4 5
waktu pengamatan (jam)
Gambar 13. Perbandingan antara volume nanas berkulit (5ml) dan volume nanas tidak berkulit (5ml) pada
lateks 10ml
dihasilk

18
an

16
14
m
k

n
a

y
a

a
r
e

r
t

12

104
nanas berkulit
8
nanas tidak berkulit
6
bera

0
t

1 2 3 4 5
waktu pengamatan
(jam)
Gambar 14. Perbandingan antara volume nanas berkulit (10ml) dan volume nanas tidak berkulit (10ml)
pada lateks 10ml
Dihasilk

25
15
an

20
karetyang(gra
m)

5 nanas berkulit

10 nanas tidak berkulit


Berat

0
1 2 3 4 5
waktu pengamatan (jam)

Gambar 15. Perbandingan antara volume nanas berkulit (15ml) dan volume nanas tidak
berkulit (15ml) pada lateks 10ml
(gram) 25

20
dihasilk
an

15

10
t karet yang

nanas tidak berkulit


5
nanas berkulit

0
bera

1 2 3 4 5
waktu pengamatan (jam)

Gambar 16. Perbandingan antara volume nanas berkulit (20ml) dan volume nanas tidak
berkulit (20ml) pada lateks 10ml
Perbedaan berat karet signifikan terlihat pada volume nanas berkulit 20 ml dengan berat
karet 15,3809 gram sedangkan dengan nanas tidak berkulit 20 ml diperoleh berat karet
14,0866 gram.

3.3.3. Perbandingan antara berat karet yang dihasilkan dengan volume ekstrak
nanas 15 ml
Dihasilka

19
18,5
n

18
17,5
(gram
Karety

17
ang
)

15,5

16,5
16
Berat

15 nanas tidak berkulit


14,5 nanas berkulit
14
1 2 3 4 5
waktu pengamatan (jam)

Gambar 17. Perbandingan antara volume nanas berkulit (5ml) dan volume nanas tidak
berkulit (5ml) pada lateks15ml
25
(gram)

20
dihasilk
an

15
beratkaret yang

10
nanas tidak berkulit
5 nanas berkulit

0
1 2 3 4 5
waktu pengamatan (jam)

Gambar 18. Perbandingan antara volume nanas berkulit (10ml) dan volume nanas tidak
berkulit (10ml) pada lateks15ml
dihasilka

30
n

25
(gram)

20
karetyang

15 nanas berkulit

10 nanas tidak berkulit


5
berat

0
1 2 3 4 5
waktu pengamatan (jam)

Gambar 19. Perbandingan antara volume nanas berkulit (15ml) dan volume nanas tidak
berkulit (15ml) pada lateks15ml
dihasilk

35
an

30
25
(gram)
karetyang

20
15
10
bera

nanas tidak berkulit


0
t

5 nanas berkulit

1 2 3 4 5
waktu pengamatan
(jam)

Gambar 20. Perbandingan antara volume nanas berkulit (20ml) dan volume nanas tidak
berkulit (20ml) pada lateks 15ml
Perbedaan berat karet yang signifikan terlihat pada volume nanas berkulit 15 ml dengan
berat karet 22,1612 gram sedangkan nanas tidak berkulit diperoleh berat karet 20,8425
gram.

3.3.4. Perbandingan antara berat karet yang dihasilkan dengan volume ekstrak
nanas 20 ml
Dihasilka

30

25
n
karetyang
(gram)

20
10 nanas tidak berkulit
15
Berat

5 nanas berkulit

0
1 2 3 4 5
waktu pengamatan (jam)
Gambar 21. Perbandingan antara volume nanas berkulit (5ml) dan volume nanas tidak
berkulit (5ml) pada lateks 20ml

27
(gram)

26
dihasilka

25
n

24
t karet yang

23

22 nanas tidak berkulit


Bera

nanas berkulit
21
1 2 3 4 5
waktu pengamatan (jam)

Gambar 22. Perbandingan antara volume nanas berkulit (10ml) dan volume nanas tidak
berkulit (10ml) pada lateks 20ml
dihasilk
an 35

30
m
k

n
a

y
a

a
r
e

r
t

25
10 nanas tidak berkulit
20
15
berat

5 nanas berkulit
0
1 2 3 4 5
waktu pengamatan (jam)

Gambar 23. Perbandingan antara volume nanas berkulit (15ml) dan volume nanas tidak
berkulit (15ml) pada lateks 20ml
dihasilka

40
n

35
30
kare
tyan
g(gr
am)

25
20 nanas tidak berkulit
15
bera

10
t

5 nanas berkulit
0
1 2 3 4 5
waktu pengamatan (jam)
Gambar 24. Perbandingan antara volume nanas berkulit (20ml) dan volume nanas tidak
berkulit (20ml) pada lateks 20ml
Perbedaan berat karet signifikan terlihat pada volume nanas berkulit 20 ml dengan
berat karet 26,2284 gram sedangkan nanas tidak berkulit diperoleh berat karet 25,6176
gram.
Gambar secara keseluruhan menunjukkan pada berat karet yang diperoleh dengan
mengunakan ekstrak nanas berkulit lebih berat dibandingkan dengan mengunakan ekstrak
nanas tidak berkulit. Perbedaan berat paling besar dapat dilihat pada volume ekstrak nanas
berkulit 20 ml. Hal ini dikarenakan semakin besar volume asam yang dimasukkan kedalam
lateks akan menghasilkan berat karet yang semakin besar. Hal ini dikarenakan semakin
banyak asam akan mempercepat proses penurunan pH lateks ke titik isoelektrik (pH 4,7)
yang menyebabkan pecahnya emulsi lateks.
Pada waktu terjadinya pemecahan emulsi lateks, ada dua gaya yang mempengaruhi
proses pemecahan emulsi lateks tersebut yaitu gaya tarik – menarik yang dikenal dengan
gaya Van Der Walls, dimana gaya ini menyebabkan partikel – partikel koloid berkumpul
membentuk agregat dan mengendap. Kemudian gaya tolak – menolak yang disebabkan
oleh pertumpang-tindihan lapisan ganda elektrik yang bermuatan sama.
Semakin lama waktu koagulasi dilakukan maka akan semakin baik proses koagulasi
berjalan. Pada kondisi ini ekstrak nanas berkulit cukup stabil dan sesuai yang dibutuhkan
sehingga interaksi antara air dengan asam meningkat. Oleh karena itu partikel-partikel
terdispersi akan lebih mudah bergabung untuk membentuk agregat yang lebih besar
sehingga menyebabkan emulsi pecah berat karet yang dihasilkan meningkat. Berat karet
yang diperoleh meningkat bersamaan dengan semakin besarnya volume ekstrak nanas
yang digunakan. Hal ini dikarenakan adanya ekstrak nanas yang bergabung dengan lateks
sehingga menambah berat karet yang diperoleh. Hal ini dapat dilihat pada volume ekstrak
nanas berkulit 20 ml dengan volume lateks 20 ml dapat diperoleh berat karet sebesar
26,2284 gram

3.4 Hubungan antara waktu penggumpalan pertama dengan volume ekstrak nanas.
Pertam (detik

180
160
)

140
120
a
Penggumpala

100
80 volume lateks 15 ml
n

60 volume lateks 5ml


volume lateks 10 ml
40
Wakt

20
volume lateks 20 ml
u

0
0 10 20
Volume ekstrak nanas berkulit (ml)

Gambar 25. Hubungan waktu penggumpalan pertama pada volume lateks (5ml, 10ml,
15ml, 20ml) terhadap volume ekstrak nanas berkulit (5ml, 10ml, 15ml, 20ml)
Pertama
250

200
penggumpala
n

150
eti
(d

k)

100 volume lateks 5 ml


volume lateks 10 ml
Wakt

50 volume lateks 15 ml
u

volume lateks 20 ml
0
0 10 20

volume lateks nanas tidak berkulit (ml)

Gambar 26. Hubungan waktu penggumpalan pertama pada volume lateks (5ml, 10ml,
15ml, 20ml) terhadap volume ekstrak nanas tidak berkulit (5ml, 10ml, 15ml, 20ml)

Dari gambar diatas secara keseluruhan terlihat bahwa terjadi peningkatan waktu
penggumpalan pertama berbanding lurus dengan semakin banyaknya volume ekstrak
nanas yang diberikan. Sehingga waktu penggumpalan pertama paling cepat adalah 97
detik yang ditunjukkan pada volume ekstrak nanas berkulit 5 ml dengan volume lateks
5ml.Waktu penggumpalan pertama yang meningkat bersamaan dengan bertambahnya
volume ekstrak nanas, dikarenakan pada kondisi awal atau jam ke-0 kandungan air pada
koagulan masih banyak. Kondisi ini menyebabkan proses koagulasi lateks menjadi
terhambat, sehinggga butuh waktu hingga jam ke -5 agar koagulasi menjadi stabil. Hal
dikarenakan semakin lama waktu pencampuran maka struktur protein pada lateks akan
terganggu yang menyebabkan pecahnya emulsi lateks dan mengeluarkan molekul air. Pada
kondisi ini akan dihasilkan berat karet cenderung menurun bersamaan dengan semakin
banyaknya molekul air yang keluar.
Penggumpalan lateks dapat disebabkan oleh penurunan pH. Ekstrak nanas dapat
menggumpalkan lateks dikarenakan adanya kandungan asam askorbat maka lateks akan
mengalami penurunan pH sampai titik isolistrik (pH 4,7). Hal ini akan menyebabkan
protein lateks (lapisan pelindungan) kehilangan muatan atau menjadi netral sehingga tidak
terdapat lagi daya tolak partikel yang selanjutnya mengakibatkan terjadinya pengumpalan.
Protein tersusun atas asam-asam amino yang Karet alam yang dihasilkan dengan
penambahan ekstrak nanas memiliki kadar nitrogen yang bervariasi, tergantung dari aktivitas
enzim dan adanya bahan pengawet yang ditambahkan. Menurut Johnsons dan Peterson
(1964), cara efisien untuk hidrolisis protein dengan menggunakan enzim protease. Kerja
enzim proptease sebagai katalis hidrolisis protein digantikan oleh enzim bromelin yang ada
pada ekstrak nanas. Pada proses hirdrolisis protein akan mengalami pemutusan ikatan
peptida, hal ini akan menyebabkan terjadi denaturasi protein..
Penurunan kadar nitrogen pada penggunaan ekstrak nanas berkulit lebih besar dari
pada ekstrak nanas tidak berkulit. Hal ini dikarenakan komposisi enzim bromelin lebih besar
pada ekstrak nanas berkulit, sehingga reaksi hidrolisis protein lebih efisien. Pada kondisi ini
denaturasi protein lateks akan semakin cepat dan mengakibatkan semakin banyaknya
kandungan air yang keluar dari partikel lateks
KESIMPULAN
1) Asam askorbat yang terdapat pada ekstrak nanas dapat digunakan sebagai
penggumpal lateks.
2) Semakin besar volume ekstrak nanas berkulit dan tidak berkulit maka
semakin besar berat karet.
3) Variasi waktu mempengaruhi berat akhir karet yang diperoleh. Dimana
semakin lama waktu koagulasi, maka semakin menurun berat karet yang
diperoleh.
4) Kandungan asam askorbat pada ekstrak nanas berkulit sebesar 0,1%
sedangkan pada ekstrak nanas berkulit sebesar 0,7%.
5) Koagulan ekstrak nanas berkulit menghasilkan karet yang lebih berat dari
pada ekstrak nanas tidak berkulit pada variasi volume lateks (5ml, 10ml,
15ml, 20ml).
6) Waktu penggumpalan pertama yang paling cepat adalah 97 detik pada
ekstrak nanas berkulit 5 ml dengan lateks 5 ml.

27
b. Air
Air merupakanmediatranspor dariberbagaikomponenorganisme
dan bahan-bahan kimiatermasuk limbah domestik(kotorandapur, sisa
makanan, greywater, kontainer-kontainer plastik bekasdanbahan-
bahanlainnyasehingga menjadi masalah lingkungan yang
umumterjadidan.Permasalahankualitas air tersebutmenyebabkan
menurunnya, produktivitas,dayadukung dandaya tampung
darisumberdayaairtermask perairan danau.

c. Jar Test
Jar Test merupakan proses penjernihan air dengan menggunakan
koagulan, dimana koagulan akan membentuk flok-flok dengan adanya ion-
ion yang terkandung dalam larutan sampel. Flok terbentuk dengan bantuan
agitasi dari alat agitator. Dengan konsentrasi dan volume koagulan yang
berbeda dan tentunya akan menghasilkan tingkat kejernihan yang berbeda.

d. Pengolahan Air menjadi Air Minum


Proses pengolahan air merupakan upaya untuk mendapatkan air
bersih dan sehat sesuai standar mutu air untuk kesehatan. Proses
pengolahan air minum proses fisik, kimia dan biologi air agar memenuhi
syarat yang digunakan sebagai air minum. Proses kimia pada pengolahan
air minum diantaranya meliputi koagulasi, aerasi, reduksi, dan oksidasi.
Pengolahan air secara biologi untuk mematikan pathogen dapat
berlangsung bersama – sama denga reaksi kimia dan fisik denga
pemberian desinfektan.

e. Analisa Kadar Alkalinity, TDS dan TSS

28
Alkalinity adalah suatu parameter kimia perairan yang
menunjukkan jumlah ion karbonat dan bikarbonat yang mengikat logam
golongan alkali tanah pada perairan tawar.

Jenis-jenis Alkalinity yaitu:


1. Alkalinity Hidroksida (OH- Alkalinity)
2. Alkalinity Karbonat (CO- Alkalinity)
3. Alkalinity Bikarbonat (HCO – Alkalinity)
TDS (Total Dissolve Solid) yaitu ukuran zat terlarut (baik itu zat
organic maupun anorganic, mis : garam, dll) yang terdapat pada sebuah
larutan. TDS meter menggambarkan jumlah zat terlarut dalam Part Per
Million (PPM) atau sama dengan milligram per Liter (mg/L). Umumnya
berdasarkan definisi diatas seharusnya zat yang terlarut dalam air (larutan)
harus dapat melewati saringan yang berdiameter 2 micrometer (2×10-
6
meter). Aplikasi yang umum digunakan adalah untuk mengukur kualitas
cairan biasanya untuk pengairan, pemeliharaan aquarium, kolam renang,
proses kimia, pembuatan air mineral, dll. Setidaknya, kita dapat
mengetahui air minum mana yang baik dikonsumsi tubuh, ataupun air
murni untuk keperluan kimia (misalnya pembuatan kosmetika, obat-
obatan, makanan,dll). Sampai saat ini ada dua metoda yang dapat
digunakan untuk mengukur kualitas suatu larutan. Ada pun dua metoda
pengukuran TDS (Total Dissolve Solid) tersebut adalah :
1. Gravimetry
2. Electrical Conductivity
Total suspended solid atau padatan tersuspensi total (TSS) adalah
residu dari padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran
partikel maksimal 2μm atau lebih besar dari ukuran partikel koloid. Yang
termasuk TSS adalah lumpur, tanah liat, logam oksida, sulfida, ganggang,
bakteri dan jamur. TSS umumnya dihilangkan dengan flokulasi dan
penyaringan.TSS memberikan kontribusi untuk kekeruhan (turbidity)
dengan membatasi penetrasi cahaya untuk fotosintesis dan visibilitas di

29
perairan.Sehingga nilai kekeruhan tidak dapat dikonversi ke nilai
TSS.Kekeruhan adalah kecenderungan ukuran sampel untuk menyebarkan
cahaya.Sementara hamburan diproduksi oleh adanya partikel tersuspensi
dalam sampel.Kekeruhan adalah murni sebuah sifat optik. Pola dan
intensitas sebaran akan berbeda akibat perubahan dengan ukuran dan
bentuk partikel serta materi. Sebuah sampel yang mengandung 1.000 mg /
L dari fine talcum powder akan memberikan pembacaan yang berbeda
kekeruhan dari sampel yang mengandung 1.000 mg / L coarsely ground
talc . Kedua sampel juga akan memiliki pembacaan yang berbeda
kekeruhan dari sampel mengandung 1.000 mg / L ground pepper.
Meskipun tiga sampel tersebut mengandung nilai TSS yang sama.

30
BAB II
METODELOGI

2.1. Alat dan Bahan


2.1.1. Alat
1. Beaker Glass 500 ml : 4 buah
2. Cawan Petri : 4 buah
3. Neraca Digital : 1 buah
4. Oven : 1 buah
5. Gegep besi : 1 buah
6. Desikator : 1 buah
7. Erlenmeyer 200 ml : 1 buah
8. Erlenmeyer 250 ml : 2 buah
9. Erlenmeyer 300 ml : 5 buah
10. Buret 50 ml : 1 buah
11. Corong buchner : 1 buah
12. Pipet Tetes : 3 buah
13. Pinset : 1 buah
14. Labu Ukur 1000 ml : 1 buah
15. Pipet Volum 10 ml : 2 buah
16. Pipet volume 25 ml : 1 buah
17. Jartesr : 1 buah
18. Bola hisap : 1 buah
19. Statif dan Klem : 1 buah

b. Bahan
1. PAC 10 ppm : 250 ml
2. Air sungai : 2 Liter
3. Kertas saring : 1 kotak
4. H2SO4 0,02 N : 300 ml
5. Indikator PP : 250 tetes

31
6. Indikator MO : 250 tetes
7. Aquadest : 5 liter
8. Tissue : 1 kotak

2.2 Tahapan Pengolahan Air dan Analisa Alkalinity, TDS dan TSS
2.2.2. Prosedur Kerja Pembuatan Reagen H2SO4 0,2 N
1. Alat dan bahan praktikum disediakan.
2. Dipipet H2SO4 98 % sebanyak 0,54 ml lalu dimasukkan kedalam
labu ukur 1000 ml.
3. Larutan yang telah dipipet kemudian diencerkan dengan aquadest
sampai tanda batas dan dihomogenkan.

2.2.3. Prosedur Kerja Pembuatan Reagen PAC 10 ppm


1. Alat dan bahan disediakan.
2. Dipipet PAC 10% sebanyak 0,1 ml lalu dimasukan kedalam labu
ukur 1000 ml.
3. Larutan yang telah dipipet kemudian diencerkan dengan aquadest
sampai tanda batas dan dihomogenkan.

2.2.4. Prosedur Kerja P dan M Alkalinity


a. P-Alkalinity
1. Alat dan bahan disediakan.
2. Sampel air sungai diukur sebanyak 25 ml dalam gelas ukur 100
ml, kemudian dituang kedalam erlenmeyer.
3. Indikator PP ditambahkan sebanyak 3 tetes kedalam sampel, lalu
diamati perubahan yang terjadi. Apabila tidak terjadi perubahan
berarti kadar P alkalinity sama dengan nol.
4. Langkah yang sama diulangi untuk sampel air yang
ditambahkan PAC.

32
Gambar 2.1. Prosedur Kerja P Alkalinity
b. M-Alkalinity
1. Alat dan bahan disediakan.
2. Sampel air sungai diukur sebanyak 25 ml dalam gelas ukur 100
ml, lalu dituangkan kedalam erlenmeyer.
3. Indikator MO ditambahkan sebanyak 3 tetes, sampai perubahan
warna kuning terjadi, lalu dititrasi dengan H2SO4 0,02 N sampai
terbentuk warna orange.
4. Volume titarsi dicatat pada table pengamatan.
5. Langkah yang sama diulangi untuk sampel air yang
ditambahkan PAC.

Gambar 2.2. Prosedur Kerja M Alkalinity

2.2.5. Prosedur Kerja TSS


a. Preparasi kertas saring
1. Alat dan bahan disediakan.
2. Kertas saring digunting sesuai dengan ukuran corong pengisap
pada labu vakum.

33
3. Kertas saring yang telah digunting diberi label kemudian
dipanaskan dalam oven selama 60 menit.
4. Lalu didinginkan pada desikator selama 15 menit.
5. Kertas saring yang telah dingin, kemudian ditimbang dan dicatat
hasil penimbangannya sebagai berat kertas saring kosong.

Gambar 2.3. Prosedur Preparasi Kertas Saring

b. Analisis TSS
1. Alat dan bahan disediakan.
2. Alat vakum dirangkai, lalu kertas saring dimasukkan dalam
corong vakum.
3. Sampel air sungai diukur sebanyak 25 ml pada gelas ukur 50 ml.
4. Pompa vakum dihidupkan, lalu sampel dituangkan secara
perlahan – lahan keatas kertas saring sampai habis.
5. Kertas saring diangkat menggunakan gegep besi, ditaruh
kedalam petri dish lalu dipanaskan selama 1 jam di oven pada
suhu 105 oC.

34
6. Setelah 1 jam pemanasan, kertas saring didinginkan pada
desikator selama 15 menit, lalu ditimbang dan dicatat hasil
penimbangannya.
7. Langkah yang sama diulangi untuk sampel air yang
ditambahkan PAC

Gambar 2.4. Prosedur Kerja TSS

2.2.6. Prosedur Kerja TDS


a. Preparasi cawan
1. Alat dan bahan disediakan.
2. Cawan diberi label lalu dipanaskan dalam oven selama 60
menit.
3. Lalu didinginkan pada desikator selama 15 menit.
4. Cawan yang telah dingin, kemudian ditimbang dan dicatat hasil
penimbangannya sebagai berat cawan kosong.

35
Gambar 2.5. Prosedur Preparasi Cawan Petri

b. Analisis TDS
1. Alat dan bahan disediakan.
2. Filtrat yang ada pada labu vakum dituangkan kedalam
cawan lalu dipanaskan di oven selama 1 jam pada suhu 105
o
C sampai kering.
3. Setelah 1 jam pemanasan, cawan didinginkan pada
desikator selama 15 menit, lalu ditimbang dan dicatat hasil
penimbangannya.
4. Langkah yang sama diulangi untuk sampel air yang
ditambahkan PAC.

Gambar 2.6. Prosedur Kerja TDS

2.2.7. Prosedur Kerja Jartest


1. Disediakan Beaker glass sebanyak 4 buah dan diisi dengan sampel
masing – masing sebanyak 400 ml.
2. Kemudian PAC 10 ppm ditambahkan ke dalam beaker glass maing
– masing 3,6,8,11 ml.

36
3. Beaker glass tersebut kemudian dimasukan ke alat JAR TEST,
setelah itu pengaduk pada JAR test diturunkan dan dipaskan.
4. Alat Jar Test dihidupkan, dan diatur waktu selama 15 menit dan
kecepatan putaran diatur 20 rpm selama 2 menit, 100 rpm selama
10 menit dan 20 rpm selama 2 menit lagi.
5. Setelah itu matikan alat Jartest dan diangkat pengaduk dari dalam
beaker glass. Dilakukan analisa alkalinity, TSS dan TDS.

Gambar 2.7. Prosedur Kerja Jartest

37
2.2.8. Bagan Pengolahan Air dan Analisa Alkalinity, TDS, dan TSS
a. Bagan Pengolahan Air
Analisa
Air Baku
Kualitatif

Filtrasi

Air
Bersih

NO

Analisa
Kualitatif

SNI

YES

Air
Minum

38
b. Bagan Analisa Alkalinity
Analisa M &
Air Baku
P alkalinity

Filtrasi

Air
Bersih

NO

Analisa :
A. M-Alkalinity
B. P-Alkalinity

SNI

YES

Air
Minum

c. Bagan Analisa TDS dan TSS


Analisa TDS
Air Baku
& TSS

Filtrasi

Air
Bersih

NO

Analisa :
TDS dan TSS

SNI

YES

Air
Minum

39
C. Bagan Analisa Jar Test
Air Baku + PAC

Penambahan PAC
dengan variasi
volume berbeda

Jar Test
20 rpm, 20 Menit
100 rpm, 10 menit
20 rpm, 2 menit

Analisa :
1. M&P Alkalinity NO
2. TDS dan TSS

SNI

YES

Air
Minum

40
BAB III
DATA PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA

3.1. Data Pengamatan


3.1.1. Jar Test
Waktu Waktu
Waktu Waktu
PAC 10 Agitasi Agitasi
Agitasi I terbentuknya
No Sampel ppm II 100 III 50
50 rpm flock
(ml) rpm rpm
(menit) (menit)
(menit) (menit)
1 Air sungai 3 2 10 2 12:40
2 Air sungai 6 2 10 2 12:20
3 Air sungai 9 2 10 2 11:33
4 Air sungai 12 2 10 2 11:20

3.1.2 Alkalinitas

Volume Indikator Indikator Volume titrasi


No Sampel Sampel PP MO H2SO4 0,02 N
(ml) (tetes) (tetes) (ml)

1 Air sungai 20 2 1 1,1


Air sungai
2 setelah agitator 20 2 1 1,1
I
Air sungai
3 setelah agitator 20 2 1 0,8
II
Air sungai
4 setelah agitator 20 2 1 0,7
III
Air sungai
5 setelah agitator 20 2 1 0,6
IV

41
42
 Perubahan warna untuk M-alkalinity
Sampel + Ind.MO Larutan Berwarna Kuning

Dititrasi
Larutan Berwarna Kuning Larutan Berwarna Orange
H2SO4 0,02 N

 Perubahan warna untuk Jar Test


Sampel + Aluminium Sulfat Larutan Keruh

Diagitasi
Larutan Keruh Larutan Keruh 2 Lapisan :
10 menit 1. Lapisan atas : keruh
2. Lapisan Bawah : endapan

3.2. Pengolahan Data


3.2.1. Perhitungan Reagen
PAC 10% = 100000 PPM
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 100000 PPM = 1000 ml . 10 PPM
V1 = 0,1 ml

3.2.2. Perhitungan P Alkalinity


1. Sampel air sungai + PAC ( 3,6,9,12 ) ml
Dik : Vol. Sampel : 20 ml
Vol. H2SO4 : 0 ml
Dit : P Alkalinity …?
Penyelesaian :
P Alkalinity = 0
(Tidak terjadi perubahan warna ketika ditambah indikator PP)

43
3.2.3. Perhitungan M Alkalinity
1. Sampel air sungai + PAC 3 ml
Dik : Vol. Sampel : 20 ml
Vol. H2SO4 : 1,1 ml
Dit : M Alkalinity …?
Penyelesaian:
M Alkalinity = 1000 x Volume H2SO4
Volume sampel
= 1000 x 1,1 ml
20 ml
= 55 ppm
2. Sampel air sungai + PAC 6 ml
Dik : Vol. Sampel : 20 ml
Vol. H2SO4 : 0,8 ml
Dit : M Alkalinity …?
Penyelesaian:
M Alkalinity = 1000 x Volume H2SO4
Volume sampel
= 1000 x 0,8 ml
20 ml
= 40 ppm
3. Sampel air sungai + PAC 9 ml
Dik : Vol. Sampel : 20 ml
Vol. H2SO4 : 0,7 ml
Dit : M Alkalinity …?
Penyelesaian:
M Alkalinity = 1000 x Volume H2SO4
Volume sampel
= 1000 x 0,7 ml
20 ml
= 35 ppm

44
4. Sampel air sungai + PAC 12 ml
Dik : Vol. Sampel : 20 ml
Vol. H2SO4 : 0,6 ml
Dit : M Alkalinity …?
Penyelesaian:
M Alkalinity = 1000 x Volume H2SO4
Volume sampel
= 1000 x 0,6 ml
20 ml
= 30 ppm

3.2.4. Perhitungan Koefisien Regresi Untuk Volume Penambahan PAC


vs Waktu Pembentukan Flock
Tabel 3.3 Data Volume Penambahan PAC Vs Waktu Pembentukan Flock

NO Vol PAC 10 ppm (ml) Waktu (menit)


1 3 12.4
2 6 12.2
3 9 11.33
4 12 11.2
Ʃ 30 47.13
a. Identifikasi Tujuan Regresi
Adapun tujuan regresi ini adalah untuk mengetahui hubungan antara volume
penambahan PAC dengan waktu pembentukan flock.

b. Membuat Scatter Diagram

Gambar 3.1. Scatter


Diagram Volume PAC
Terhadap Waktu
Pembetukan Flock

c. Memilih
minimal dua
metode yang
paling

45
mendekati pola scatter diagram
Berdasarkan scatter diagram maka metode yang paling mendekati pola
dalam scatter diagram adalah metode regresi linier dan polinomial.

d. Menghitung koefisien regresi


1) Perhitungan koefisien regresi volume penambahan PAC terhadap
waktu pembentukan flock dengan metode regresi linier.

Tabel 3.4 Data Perhitungan Volume Penambahan PAC Vs Waktu Pembentukan


Flock dengan Metode Regresi Linier
NO X Y XY X2 y2
1 3 12.4 37.2 9 153.76
2 6 12.2 73.2 36 148.84
3 9 11.33 101.97 81 128.37
4 12 11.2 134.4 144 125.44
Ʃ 30 47.13 346.77 270 556

𝑥
a) 𝑋̅ = ∑ 𝑛

= 30/4
= 7,5

𝑦
b) 𝑦̅ = ∑𝑛

= 47,13/4
= 11,7825

c) Mencari nilai b
Y = a + bx
b = n(∑xy) – (∑x)(∑y)
n(∑x2) – (∑x)2
b = 4(346,77) – (30)(47,13)
4(270) – (30)2
= -0,149
d) Mencari nilai a
a = ̅𝑦 - b (𝑥̅ )

46
= 11,7825 – (-0,149) (7,5)

= 12,9

Gambar 3.2 Grafik Volume PAC Vs Waktu Pembentukan Flock


dengan Metode Regresi Linier

2. Perhitungan koefisien regresi volume penambahan PAC terhadap waktu


pembentukan flock dengan metode polinomial.

Tabel 3.5. Data Perhitungan Volume Penambahan PAC Vs Waktu pembentukan


dengan Metode Polinomial
No X Y XY X2 X3 X4 X2. Y
1 3 12.4 37.2 9 27 81 111.6
2 6 12.2 73.2 36 216 1296 439.2
3 9 11.33 101.97 81 729 6561 917.73
4 12 11.2 134.4 144 1728 20736 1612.8
∑ 30 47.13 346.77 270 2700 28674 3081.33
𝜕 = (∑X ) – n (∑X4)
2 2

= (270)2 – 4 (28674)
= - 41796

δ = (∑X) (∑Y) – n (∑XY)


= (30) (47,13) – 4 (346,77)
= 26,82

𝜃 = (∑𝑋 2 )(∑𝑌) − 𝑛 (∑𝑋 2 𝑌)

47
= (270)(47,13) − 4 (3081,33)
= 399,78

𝛼 = (∑𝑋)(∑𝑋 2 ) − 𝑛 (∑𝑋 3 )
= (30)(270) − 4(2700)
= −2700

𝛽 = (∑𝑋)2 − 𝑛 (∑𝑋 2 )
= (30)2 − 4(270)
= −180

(𝜕)(𝛿) − (𝜃)(𝛼)
𝑏=
(𝜕)(𝛽) − (𝛼)2
(− 41796)(26,82)−(399,78)(−2700)
= (− 41796)(−180)−(−2700)2

= −0,178166666

𝜃 − 𝑏. 𝛼
𝑐=
𝜕
399,78−(−0,1781)(−2700)
= −41796

= 0,001940137

(∑𝑌) − (𝑏)(∑𝑋) − (𝑐) (∑𝑋 2 )


𝑎=
𝑛
(47,13)−(−0,1781)(30)−(0,001940137)(270)
=
4

= 12,98729075

48
Gambar 3.3. Grafik Volume PAC Vs Waktu pembentukan dengan
Metode Polinomial

a. Menghitung % Error SEE


Tabel 3.6. Data Persen Eror Metode Linier

X y Y' !Y-Y'! (!Y-Y'!)2


3 12.4 12.453 0.053 0.002809
6 12.2 12.006 0.194 0.037636
9 11.33 11.559 0.229 0.052441
12 11.2 11.112 0.088 0.007744
30 47.13 47.13 0.564 0.10063

2
Σ(‫׀‬Y−Y’‫)׀‬
SEE Linier = (𝑛−2)0,5

0,10063
= (4−2)0,5

= 0.224310053

Tabel 3.6. Data Persen Eror Metode Linier

X Y Y' !Y-Y'! (!Y-Y'!)2


3 12.4 12.4705 0.0705 0.004970250
6 12.2 11.9885 0.2115 0.044732250
9 11.33 11.5415 0.2115 0.044732250
12 11.2 11.1295 0.0705 0.004970250
30 47.13 47.13 0.564 0.099405000

49
2
Σ(‫׀‬Y−Y’‫)׀‬
SEE Polinomial = (𝑛−2)0,5

0,099405000
= 4−30,5

= 0.099405

f. Melakukan Uji Hipotesa


Uji Hipotesa
Ho : harga SEE Linear < harga SEE
Polinomial
Hi : harga SEE linear > harga SEE
Polinomial
mis α =0.5 n = 4, dk2 = 2 harga tabel SEE hitung
2 2
Test F = (SSE Linier) /(SSE Polinominal) 5.09191
F Tabel : F (α,(n-dk1, n-dk2) = 0.952005245
Ho ditolak
Metode yang tepat digunakan adalah metode regresi polinomial
g. Representatif

Gambar 3.5. Control Chart Nilai Hubungan Volume Penambahan PAC Terhadap
Waktu Pembentukan Flock
Ada data out of control maka data dinyatakan belum representatif.

50
2) Perhitungan Koefisien Regresi Untuk Volume Penambahan PAC vs M
Alkalinity
Tabel 3.4 Data Volume Penambahan PAC Vs M Alkalinity
Vol PAC 10 ppm
NO (ml) M Alkalinity
1 3 55
2 6 40
3 9 35
4 12 30
30 160
a. Identifikasi Tujuan Regresi
Adapun tujuan regresi ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
volume penambahan PAC dengan M Alkalinity.

b. Membuat Scatter Diagram

Gambar 3.5. Scatter Diagram Volume PAC Terhadap M Alkalinity

c. Memilih minimal dua metode yang paling mendekati pola scatter


diagram
Berdasarkan scatter diagram maka metode yang paling mendekati pola
dalam scatter diagram adalah metode regresi linier dan polinomial.

d. Menghitung koefisien regresi


a. Perhitungan koefisien regresi volume penambahan PAC terhadap M
Alkalinity dengan metode regresi linier.
Tabel 3.7. Data Perhitungan Volume Penambahan PAC Vs M- Alkalinity dengan
Metode Regresi Linier

51
NO X Y XY X2 y2
1 3 55 165 9 3025
2 6 40 240 36 1600
3 9 35 315 81 1225
4 12 30 360 144 900
30 160 1080 270 6750

𝑥
𝑎)𝑋̅ = ∑
𝑛
30
= 4

= 7,5

𝑦
𝑏) 𝑦̅ = ∑𝑛
160
= 4

= 40

c) Mencari nilai b
Y = a + bx
𝑛∑𝑥𝑦− (∑𝑥 )(∑𝑦)
b =
(𝑛∑𝑥 2 )− (∑𝑥)2

(4)(1080)− (30)(160)
=
(4)(270)− (30)2

= -2,6667

d) Mencari nilai a
a = ̅𝑦 - b (𝑥̅ )

= 40 – (-2,6667) (7,5)

= 60,00025

52
Gambar 3.6. Grafik Volume PAC Vs M Alkalinity dengan
Metode Regresi Linier

2. Perhitungan koefisien regresi volume penambahan PAC terhadap M Alkalinity


dengan metode polinomial.

Tabel 3.6. Data Perhitungan Volume Penambahan PAC Vs M Alkalinity dengan


Metode Polinomial

No X Y XY X2 X3 X4 X2. Y
1 3 55 165 9 27 81 495
2 6 40 240 36 216 1296 1440
3 9 35 315 81 729 6561 2835
4 12 30 360 144 1728 20736 4320
∑ 30 160 1080 270 2700 28674 9090

𝜕 = (∑X2)2 – n (∑X4)
= (270)2 – 4 (28674)
= -41796

δ = (∑X) (∑Y) – n (∑XY)


= (30) (160) – 4 (1080)
= 480

𝜃 = (∑𝑋 2 )(∑𝑌) − 𝑛 (∑𝑋 2 𝑌)

53
= (270)(160) − 4(9090)
= 6840

𝛼 = (∑𝑋)(∑𝑋 2 ) − 𝑛 (∑𝑋 3 )
= (30)(270) − 4(2700)
= −2700

𝛽 = (∑𝑋)2 − 𝑛 (∑𝑋 2 )
= (30)2 − 4(270)
= −180

(𝜕)(𝛿) − (𝜃)(𝛼)
𝑏=
(𝜕)(𝛽) − (𝛼)2
(−41796)(480)−(6840)(−2700)
= (−41796)(−180)−(−2700)2

= −6,83333333

𝜃 − 𝑏. 𝛼
𝑐=
𝜕
6840−(−6,83333333)(−2700)
= −41796

= 0,277777778

(∑𝑌) − (𝑏)(∑𝑋) − (𝑐) (∑𝑋 2 )


𝑎=
𝑛
(160)−(−6,83333333)(30)−(0,277777778)(270)
=
4

= 72,5

54
Gambar 3.7. Grafik Volume PAC Vs M alkalinity dengan Metode
Polinomial

d. Menghitung % Error SEE


X Y Y' !Y-Y'! (!Y-Y'!)2
3 55 54.5 0.5 0.250000000
6 40 41.5 1.5 2.250000000
9 35 33.5 1.5 2.250000000
12 30 30.5 0.5 0.250000000
30 160 160 4 5.000000000

2
Σ(‫׀‬Y−Y’‫)׀‬
SEE Linier = (𝑛−2)0,5

5,0000000002
= 4−20,5

=5

55
X y Y' !Y-Y'! (!Y-Y'!)2 MR
3 55 52 3 9.000000 9.000000
6 40 44 4 16.000000 7.000000
9 35 36 1 1.000000 15.000000
12 30 28 2 4.000000 3.000000
30 160 160 10 30 34.000000
MR rata-rata = ∑MR
n-1
= 34.000000
5-1
= 8.500000
UCL = 2,66 x MR rata-rata
= 2,66 x 8,500000
=22,610000
LCL = 2,66 x MR rata-rata
= 2,66 x 8,500000
= - 22,610000
2
Σ(‫׀‬Y−Y’‫)׀‬
SEE Polinomial = (𝑛−2)0,5

302
= 4−30,5

= 3.872983346

e. Melakukan Uji Hipotesa


Uji Hipotesa
Ho : harga SEE Linear < harga SEE
Polinomial
Hi : harga SEE linear > harga SEE
Polinomial
mis α =0.5 n = 4, dk2 = 2 harga table SEE hitung
Test F = (SSE Linier)2/(SSE Eksponensial)2 0.60000
F Tabel : F (α,(n-dk1, n-dk2) = 0.952005245
"Ho ditolak"

56
f. Representatif

Gambar 3.8. Control Chart Nilai Hubungan Volume Penambahan PAC Terhadap
M Alkalinity
Tidak ada data out of control maka data dinyatakan representatif.

57
3.2.5. Reaksi
- Ind PP

OH OH

H2O + Tak
C
Bewarna
(Air) O
C
O

Phenolptalein
OH OH

H2O +
(Air) C
O
C
O

Phenolptalein

OH O

C
-
O
C
O

Phenolptalein
(Merah Muda)

58
- Ind MO

H2O + Na2SO3 N N N(CH3)2


(air)

Metil Orange ( Kuning )

Na2SO3 N N N(CH3)2 + H3O+

Metil Orange ( Kuning )

Na2SO3 N N N(CH3)2 + H2SO4

Asam
Metil Orange ( Kuning ) Sulfat

H H

Na2SO3 N N N(CH3)2 + SO4-

Sulfat
Metil Orange ( Orange )

59
BAB IV
PEMBAHASAN

Jar test adalah suatu percobaan yang berfungsi untuk menentukan dosis
optimal dari koagulan (biasanya tawas/alum) yang digunakan pada proses
pengolahan air bersih. Jar Test merupakan proses penjernihan air dengan
menggunakan koagulan, dimana koagulan akan membentuk flok – flok dengan
adanya ion – ion yang terkandung dalam larutan sampel. Flok-flok ini
mengumpulkan partikel-partikel kecil dan koloid yang tumbuh dan akhirnya
bersama-sama mengendap.
Flok terbentuk dengan bantuan agitasi dari alat agitator. Dengan
konsentrasi dan volume koagulan yang berbeda akan membentuk koagulan yang
berbeda dan tentunya akan menghasilkan tingkat kejernihan yang berbeda.
Umumnya koagulan tersebut berupa Al2(SO4)3, namun dapat pula berupa garam
FeCl3 atau sesuatu poly-elektrolit organis.
Koagulasi adalah proses penambahan bahan-bahan kimia unuk
memebentuk gumpalan (flok) yang selanjutnya dipisahkan pada proses flokulasi.
Sedangkan flokulasi adalah proses untuk mempercepat penggumpalan partikel
dengan pengadukan sangat lambat. Koagulasi adalah proses penggumpalan
partikel koloid karena penambahan bahan kimia sehingga partikel-partikel
tersebut bersifat netral dan membentuk endapan karena adanya gaya grafitasi.
Secara garis besar mekanisme pembentukan flok terdiri dari empat tahap, yaitu :
1. Tahap destabilasi partikel koloid
2. Tahap pembentukan partikel koloid
3. Tahap penggabungan mikroflok
4. Tahap pembentukan mikroflok.

Laboratorium Pengembangan | Jar Test 60


BAB V
KESIMPULAN

Dari pengamatan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :


1. Flok semakin cepat terbentuk jika jumlah PAC yang ditambahkan semakin
banyak. Jumlah PAC berbanding lurus dengan Waktu Pembentukan Flok.

2. Harga M. alkalinity terjadi perubahan harga M. Alkalinity, dimana semakin


besar jumlah PAC yang ditambahkan maka nilai M. Alkalinity semakin kecil.

3. Dari perhitungan regresi antara Volume PAC yang ditambahkan vs waktu


pembentukan flok diperoleh persamaan regresi .
4. M alkalinity pada sampel air air sungai, air sungai + PAC 3 ml, air sungai +
PAC 6 ml, air sungai + PAC 9 ml, air sungai + PAC 12 ml, masing-masing
sebanyak 55 ppm, 40 ppm, 35 ppm, 30 ppm. untuk penambahan indicator MO.
M alkalinity terkecil pada percobaan ialah air sungai + PAC 12 ml

Laboratorium Pengembangan | Jar Test 61


DAFTAR PUSTAKA

Hasna, Saniy Tito, dkk. 2017. Pengolahan Lindi Menggunakan Metode Koagulasi
Flokulasi Dengan Biokoagulan Kitosan Dari Limbah Cangkang Udang
Dan Metode Ozonasi. Semarang : Universitas diponegoro.
Ginting, Perdana. Sistem Pengolahan Lingkungan Dan Limbah Industri. Bandung
: Yrama Widya.
Sihombing, Juna. 2017. Penuntun Praktikum : Pengolahan Air dan Limbah
Industri. Medan : PTKI.

Laboratorium Pengembangan | Jar Test 62


LAMPIRAN

Tabel 1.1 Karakteristik Umum Air Permukaan dan Air Tanah

Laboratorium Pengembangan | Jar Test 63


Tabel 1.2 Baku Mutu Air Kelas Satu (Air Baku Air Minum)

Laboratorium Pengembangan | Jar Test 64


Laboratorium Pengembangan | Jar Test 65
Tabel 1.3 Standar Nasional Indonesia untuk Air Minum dalam kemasan

Laboratorium Pengembangan | Jar Test 66


Sumber : BSN

Laboratorium Pengembangan | Jar Test 67

Anda mungkin juga menyukai