LAPORAN
OLEH :
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN RI
POLITEKNIK TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI
MEDAN
2017
Dokumen ini milik Politeknik Teknologi Kimia Industri Medan. Dilarang memperbanyak tanpa izin dari Management
Representative
FORM ASISTENSI LAPORAN NO.DOC : FM-PM-02-04
NO.REV : 00
LABORATORIUM PENGEMBANGAN
Tgl. Efektif : 5 Juni 2017
JAR TEST
ASISTEN
LAB. PENGEMBANGAN
Halaman
SAMPUL ....................................................................................................... i
FORM ASISTENSI LAPORAN ................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iv
DAFTAR ISI................................................................................................. v
DAFTAR TABEL ........................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1. Tujuan Pratikum.................................................................. 1
1.2. Landasan Teori ..................................................................... 1
Pengaruh asam askorbat dari ekstraksi nanas terhadap
Koagulasi lateks(studi pengaruh volume dan waktu
Pencampuran) …………………………………. 1
1.2.1. Air ............................................................................... 12
1.2.2. Karakteristik Air ......................................................... 12
BAB II METODOLOGI .......................................................................... 16
2.1. Alat dan Bahan ..................................................................... 16
2.1.1. Alat ............................................................................. 16
2.1.2. Bahan .......................................................................... 16
2.2. Tahapan Pengolahan Air dan Analisa Kadar NH4+dan
NO2-........................................................................................ 17
2.2.1. Perancangan Alat ........................................................ 17
2.2.2. Prosedur Kerja Pembuatan Reagen ............................ 17
2.2.3. Prosedur Pengolahan Air ............................................ 18
2.2.4. Prosedur KerjaPenentuan NH4+dalam Air Limbah .... 19
DAFTAR ISI (Lanjutan)
Halaman
DAFTAR TABEL
Halaman
PENDAHULUAN
Koagulasi lateks yang biasa dilakukan petani di Sumatera Selatan dengan cara
menambahkan cuka asam (asam asetat) dan asam formiat kedalam lateks. Harga asam
formiat yang cukup mahal dipasaran dan ketersedian yang langka sehingga sangat
membebanin petani karet. Selain itu pengunaaan asam formiat sebagai koagulan lateks
menyebabkan bau yang tidak sedap. Fakta diatas membuka peluang untuk pengembangan
bahan penggumpal alternatif. Bahan alternatif yang digunakan berupa ekstrak nanas yang
umumnya memiliki pH 3-4. Hal ini mendorong kami untuk meneliti ekstrak nanas sebagai
bahan alternatif penggumpal lateks kebun sebagai perlakuan variasi volume dan waktu
pencampuran yang akhirnya dapat digunakan sebagai pengganti asam formiat.
Lateks
Karet adalah polimer hidrokarbon yang terbentuk dari emulsi kesusunan (dikenal sebagai
lateks) atau getah pada beberapa jenis tumbuhan tetapi dapat juga diproduksi secara sintetis.
Lateks karet adalah suspensi koloid poliisopren yang diperoleh dari tumbuhan Havea
Brasiliensi. Lateks merupakan sistem koloid, yaitu sistem yang terdiri dari zat pendispersi
dari zat terdispersi.
Tabel 1. Komposisi Havea Brasiliensis
b. Penurunan pH lateks
Penurunan pH terjadi karena terbentuknya
asam hasil penguraian oleh bakteri. Apabila lateks ditambahkan dengan asam akan terjadi
penurunan pH sampai pada titik isoelektrik sehingga partikel karet menjadi tidak
bermuatan. Protein pada lateks yang kehilangan muatan akan mengalami denaturasi
sehingga selubung protein yang berfungsi melindungi partikel karet akan terjadi tumbukan
yang menyebabkan terjadinya koagulasi.
c. Penambahan Elektrolit
Penambahan larutan elektrolit yang mengandung kation berlawanan dengan partikel
karet akan menurunkan potensial elektro kinetik sehingga lateks menjadi koagulasi. Kation
dari logam alkali dapat juga digunakan sebagai koagulan.
d. Pengaruh Enzim
Enzim yang terdapat didalam lateks, terutama enzim proteolitik akan menghidrolisa
ikatan peptida dari protein menjadi asam amino akibatnya partikel karet kehilangan
selubung sehingga partikel karet menjadi tidak bermuatan maka lateks menjadi tidak stabil
atau mengalami koagulasi (Arta Sihombing, 2010 dikutip Syntia Rahutami, 2009).
Nanas
Nanas, nenas, atau ananas (Anenas comosus (L.) Merr.) adalah sejenis tumbuhan
tropis yang berasal dari Brazil, Bolivia, dan Paraguay. (Martyasari Aziya,2001 dikutip di
Rukmana, 1996).
Tabel 2. Komposisi Buah Nanas Mentah per 100 gram. (Vitamins)
Vitamins Unit Per
100
gr
Vitaminc C, Total
asam mg 47,8
ascorbat
Thiamin mg 0,079
Riboflavin mg 0,032
Niacin mg 0,500
Pantothenic acid mg 0,213
Vitamin B-6 mg 0,112
Folate, total mcg 18
Folate, food mcg 18
Folate, DFE mcg_DFE 18
Choline, total mg 5,5
Betaine mg 0,1
Vitamin A, RAE mcg_RAE 3
Carotene, beta mcg 35
Vitamin A, IU IU 58
VitaminE(alpha- mg 0,02
tocopherol)
Vitamin K mcg 0,7
(phylloquinone)
Sumber : USDA National Nutrient Database for Standard Reference, Release 23 (2010).
METODOLOGI
Bahan baku nanas berkulit dan tak berkulit. Nanas dipotong kecil-kecil dan
diblender kemudian disaring menggunakan kain, lalu hasil dari penyaringan tersebut
diperas. Lalu nanas itu diukur pH-nya. Lateks segar disiapkan dalam wadah. Lateks
disaring menggunakan saringan kawat. Setelah penyaringan, lataks tersebut diukur pH-
nya.
Setelah persiapan bahan, yaitu ekstrak nanas dan lateks, lalu bahan tersebut diletakkan
dalam masing-masing beker gelas 500 ml. Kemudian volume ekstrak nanas divariasikan
dengan berbagai volume lateks, yaitu; 5 ml, 10 ml, 15 ml, dan 20 ml. Begitu juga dengan
lateks, divariasikan dengan berbagai volume, yaitu; 5 ml, 10 ml, 15 ml dan 20 ml.
Masukkan lateks dengan volume 5 ml kedalam erlenmeyer kemudian tambahkan volume
ekstrak nanas yang telah ditentukan yaitu: 5 ml, 10 ml, 15 ml, dan 20 ml. Catat waktu
pertama lateks menggumpal. Setelah lateks benar -benar menggumpal, pindahkan dalam
wadah dengan posisi wadah mempunyai kemiringan yang tepat. Timbang berat karet yang
diperoleh dengan variasi waktu, yaitu ; 1 jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam, dan 5 jam. Selanjutnya
proses tersebut di atas diulang dengan variasi volume lateks 10 ml, 15 ml, dan 20 ml.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Pengaruh Volume Ekstrak Nanas Berkulit Terhadap Berat Karet
Yang Dihasilkan
(gram
14
12
)
dihasilka
10
6
n
8
yang
Gambar 1 . Waktu pencampuran terhadap berat karet pada volume lateks 5 ml dengan
volume nanas berkulit (5 ml,10ml,15ml,20ml)
Pada Gambar 1 terlihat bahwa berat karet yang optimun diperoleh pada volume lateks
5 ml dengan volume nanas berkulit 20 ml jam ke-5 adalah 8,1851 gram.
25
(gram)
20
dihasilka
n
15
karetyang
10
35
30
) dihasilkan
25
20
15
et yang
10
15ml lateks vs 5ml ekstak nanas berkulit
kar
1 2 3 4 5
Waktu Pencampuran (jam)
Gambar 3. Waktu pencampuran terhadap berat karet pada volume lateks 15 ml dengan
volume nanas berkulit (5 ml,10ml,15ml,20ml)
Pada gambar 3 terlihat bahwa berat karet yang optimun diperoleh pada volume
lateks 15 ml dengan volume nanas berkulit 15 ml jam ke-5 adalah 22,1612 gram.
(gram)
35
30
dihasilkan
25
20
yang
15
bera kare
Pada Gambar diatas secara keseluruhan terlihat bahwa pada jam ke-1, berat karet masih
besar, hal ini dikarenakan pada pada kondisi ini kandungan air pada lateks masih banyak.
Pada jam ke -2 berat karet mengalami penurunan yang sangat tajam, hal imi dikarenakan air
yang ada didalam molekul lateks keluar dan proses koagulasi hampir sempurna. Pada jam ke-
3 dan jam ke-4, penurunan berat karet tidak terlalu besar dan beratnya sudah stabil. Pada jam
ke-5 berat karet yang dihasilkan sudah optimum.
Penyusut berat karet tiap jam dikarenakan bila suatu asam dimasukkan ke dalam
sistem emulsi lateks, maka akan menyebabkan partikel– partikel koloid menjadi tidak
stabil sehingga menyebabkan struktur protein pada lateks akan terganggu. Pada kondisi ini
semua emulgator telah pecah, karet sehingga untuk waktu pencampuran yang lebih lama
jumlah karet yang dihasilkan cenderung menurun.
Pada gambar keseluruhan menunjukkan berat karet paling besar diperoleh pada
volume lateks 20 ml dengan volume nanas berkulit 20 ml jam ke-5 adalah 26,2284 gram.
3.2. Pengaruh Volume Ekstrak Nanas Tidak Berkulit Terhadap Berat Karet
Yang Dihasilkan.
(gram
16
14
)
dihasilka
12
8
n
10
t yang
6
kare
1 2 3 4 5
Waktu Pencampuran (jam)
Gambar 5. Waktu pencampuran terhadap berat karet pada volume lateks 5 ml dengan
volume nanas tidak berkulit (5 ml,10ml,15ml,20ml)
Pada Gambar 5 terlihat bahwa berat karet yang optimun diperoleh pada volume
lateks 5 ml dengan volume nanas berkulit 20 ml jam ke-5 adalah 8,0459 gram.
25
(gram)
20
yangdihasil
kan
10
15
karet
Gambar 6. Waktu pencampuran terhadap berat karet pada volume lateks 10 ml dengan
volume nanas tidak berkulit (5 ml,10ml,15ml,20ml)
Pada gambar 6 terlihat bahwa berat karet yang optimun diperoleh pada volume
lateks 10 ml dengan volume nanas berkulit 20 ml jam ke-5 adalah 14,0866 gram.
(gram)
35
30
dihasilka
25
n
20
t yang
15
Kare
1 2 3 4 5
Waktu Pencampuran (jam)
Gambar 7. Waktu pencampuran terhadap berat karet pada volume lateks 15 ml dengan
volume nanas tidak berkulit (5 ml,10ml,15ml,20ml)
Pada gambar 7 terlihat bahwa berat karet yang optimun diperoleh pada volume
lateks 15 ml dengan volume nanas berkulit 20 ml jam ke-5 adalah 22,3025 gram.
dihasilkan
35
30
)
25
20
Karet Yang
15
10
20ml lateks vs 5ml ekstak nanas tak berkulit
er
at
B
Pada gambar 8. terlihat bahwa berat karet yang optimun diperoleh pada volume
lateks 20 ml dengan volume nanas berkulit 20 ml jam ke-5 adalah 25,6176 gram.
Secara keseluruhan gambar diatas menunjukkan pada jam ke-1, berat karet masih
besar, dikarenakan pada kondisi ini kandungan air pada lateks masih banyak. Pada jam ke-
2 berat karet mengalami penurunan yang sangat tajam, dikarenakan air yang ada didalam
molekul lateks keluar dan proses koagulasi hampir sempurna. Pada jam ke-3 dan jam ke-4,
penurunan berat karet tidak terlalu besar dan beratnya sudah stabil. Pada jam ke-5 berat
karet yang dihasilkan sudah optimum.
Hal ini dikarenakan semakin banyaknya asam yang digunakan akan mempercepat
penurunan muatan listrik molekul lateks. penurunan pH lateks terjadi pada titik isoelektrik.
Protein pada lateks yang kehilangan muatan akan mengalami denaturasi sehingga selubung
protein yang berfungsi melindungi partikel lateks akan terjadi tumbukan yang
menyebabkan koagulasi.
Pada kondisi ini ekstrak nanas tidak berkulit cukup stabil dan sesuai yang
dibutuhkan sehingga interaksi antara air dengan asam meningkat. Oleh karena itu partikel-
partikel terdispersi akan lebih mudah bergabung untuk membentuk agregat yang lebih
besar sehingga menyebabkan emulsi pecah berat karet yang dihasilkan meningkat.
Sehingga diperoleh berat karet yang optimum pada volume nanas tidak berkulit 20 ml
dengan volume lateks 20 ml adalah 25,6176 gram
3.3. Perbandingan antara nanas berkulit dengan nanas tidak berkulit
3.3.1 Perbandingan antara berat karet yang dihasilkan dengan volume ekstrak nanas
5ml
Dihasilka (gram
8
7
)
6
5
n
4
3
Yang
1 nanas berkulit
Berat
0
1 2 3 4 5
waktu pengamatan (jam)
Gambar 9. Perbandingan antara volume nanas berkulit (5 ml) dan volume nanas tidak
berkulit (5ml) pada lateks 5ml
Dihasilka
12
n
10
karetyan
g(gram)
nanas berkulit
2
t
0
1 2 3 4 5
waktu pengamatan (jam)
Gambar 10 . Perbandingan antara volume nanas berkulit (10 ml) dan volume nanas tidak
berkulit (10 ml) pada lateks 5 ml
Dihasilk
14
an
12
ang(gr
karety
am)
10
4 nanas tidak berkulit
8
6
Berat
2 nanas berkulit
0
1 2 3 4 5
waktu pengamatan (jam)
Gambar 11. Perbandingan antara volume nanas berkulit (15ml) dan volume nanas tidak
berkulit (15ml) pada lateks 5ml
dihasilka
16
14
n
12
ang(gr
karety
am)
10
8
6
nanas tidak berkulit
4
ber
at
nanas berkulit
2
0
1 2 3 4 5
waktu pengamatan (jam)
Gambar 12. Perbandingan antara volume nanas berkulit (20ml) dan volume nanas tidak
berkulit (20ml) pada lateks 5ml
Perbedaan berat karet signifikan terlihat pada volume nanas berkulit 20 ml dengan berat
karet 8,1951 gram sedangkan pada nanas tidak berkulit 20 ml diperoleh berat karet 8,0459
gram.
3.3.2 Perbandingan antara berat karet yang dihasilkan dengan volume ekstrak nanas
10 ml
dihasilka
12
8
n
10
yang
(gra
m)
6
kare
nanas berkulit
2
0
1 2 3 4 5
waktu pengamatan (jam)
Gambar 13. Perbandingan antara volume nanas berkulit (5ml) dan volume nanas tidak berkulit (5ml) pada
lateks 10ml
dihasilk
18
an
16
14
m
k
n
a
y
a
a
r
e
r
t
12
104
nanas berkulit
8
nanas tidak berkulit
6
bera
0
t
1 2 3 4 5
waktu pengamatan
(jam)
Gambar 14. Perbandingan antara volume nanas berkulit (10ml) dan volume nanas tidak berkulit (10ml)
pada lateks 10ml
Dihasilk
25
15
an
20
karetyang(gra
m)
5 nanas berkulit
0
1 2 3 4 5
waktu pengamatan (jam)
Gambar 15. Perbandingan antara volume nanas berkulit (15ml) dan volume nanas tidak
berkulit (15ml) pada lateks 10ml
(gram) 25
20
dihasilk
an
15
10
t karet yang
0
bera
1 2 3 4 5
waktu pengamatan (jam)
Gambar 16. Perbandingan antara volume nanas berkulit (20ml) dan volume nanas tidak
berkulit (20ml) pada lateks 10ml
Perbedaan berat karet signifikan terlihat pada volume nanas berkulit 20 ml dengan berat
karet 15,3809 gram sedangkan dengan nanas tidak berkulit 20 ml diperoleh berat karet
14,0866 gram.
3.3.3. Perbandingan antara berat karet yang dihasilkan dengan volume ekstrak
nanas 15 ml
Dihasilka
19
18,5
n
18
17,5
(gram
Karety
17
ang
)
15,5
16,5
16
Berat
Gambar 17. Perbandingan antara volume nanas berkulit (5ml) dan volume nanas tidak
berkulit (5ml) pada lateks15ml
25
(gram)
20
dihasilk
an
15
beratkaret yang
10
nanas tidak berkulit
5 nanas berkulit
0
1 2 3 4 5
waktu pengamatan (jam)
Gambar 18. Perbandingan antara volume nanas berkulit (10ml) dan volume nanas tidak
berkulit (10ml) pada lateks15ml
dihasilka
30
n
25
(gram)
20
karetyang
15 nanas berkulit
0
1 2 3 4 5
waktu pengamatan (jam)
Gambar 19. Perbandingan antara volume nanas berkulit (15ml) dan volume nanas tidak
berkulit (15ml) pada lateks15ml
dihasilk
35
an
30
25
(gram)
karetyang
20
15
10
bera
5 nanas berkulit
1 2 3 4 5
waktu pengamatan
(jam)
Gambar 20. Perbandingan antara volume nanas berkulit (20ml) dan volume nanas tidak
berkulit (20ml) pada lateks 15ml
Perbedaan berat karet yang signifikan terlihat pada volume nanas berkulit 15 ml dengan
berat karet 22,1612 gram sedangkan nanas tidak berkulit diperoleh berat karet 20,8425
gram.
3.3.4. Perbandingan antara berat karet yang dihasilkan dengan volume ekstrak
nanas 20 ml
Dihasilka
30
25
n
karetyang
(gram)
20
10 nanas tidak berkulit
15
Berat
5 nanas berkulit
0
1 2 3 4 5
waktu pengamatan (jam)
Gambar 21. Perbandingan antara volume nanas berkulit (5ml) dan volume nanas tidak
berkulit (5ml) pada lateks 20ml
27
(gram)
26
dihasilka
25
n
24
t karet yang
23
nanas berkulit
21
1 2 3 4 5
waktu pengamatan (jam)
Gambar 22. Perbandingan antara volume nanas berkulit (10ml) dan volume nanas tidak
berkulit (10ml) pada lateks 20ml
dihasilk
an 35
30
m
k
n
a
y
a
a
r
e
r
t
25
10 nanas tidak berkulit
20
15
berat
5 nanas berkulit
0
1 2 3 4 5
waktu pengamatan (jam)
Gambar 23. Perbandingan antara volume nanas berkulit (15ml) dan volume nanas tidak
berkulit (15ml) pada lateks 20ml
dihasilka
40
n
35
30
kare
tyan
g(gr
am)
25
20 nanas tidak berkulit
15
bera
10
t
5 nanas berkulit
0
1 2 3 4 5
waktu pengamatan (jam)
Gambar 24. Perbandingan antara volume nanas berkulit (20ml) dan volume nanas tidak
berkulit (20ml) pada lateks 20ml
Perbedaan berat karet signifikan terlihat pada volume nanas berkulit 20 ml dengan
berat karet 26,2284 gram sedangkan nanas tidak berkulit diperoleh berat karet 25,6176
gram.
Gambar secara keseluruhan menunjukkan pada berat karet yang diperoleh dengan
mengunakan ekstrak nanas berkulit lebih berat dibandingkan dengan mengunakan ekstrak
nanas tidak berkulit. Perbedaan berat paling besar dapat dilihat pada volume ekstrak nanas
berkulit 20 ml. Hal ini dikarenakan semakin besar volume asam yang dimasukkan kedalam
lateks akan menghasilkan berat karet yang semakin besar. Hal ini dikarenakan semakin
banyak asam akan mempercepat proses penurunan pH lateks ke titik isoelektrik (pH 4,7)
yang menyebabkan pecahnya emulsi lateks.
Pada waktu terjadinya pemecahan emulsi lateks, ada dua gaya yang mempengaruhi
proses pemecahan emulsi lateks tersebut yaitu gaya tarik – menarik yang dikenal dengan
gaya Van Der Walls, dimana gaya ini menyebabkan partikel – partikel koloid berkumpul
membentuk agregat dan mengendap. Kemudian gaya tolak – menolak yang disebabkan
oleh pertumpang-tindihan lapisan ganda elektrik yang bermuatan sama.
Semakin lama waktu koagulasi dilakukan maka akan semakin baik proses koagulasi
berjalan. Pada kondisi ini ekstrak nanas berkulit cukup stabil dan sesuai yang dibutuhkan
sehingga interaksi antara air dengan asam meningkat. Oleh karena itu partikel-partikel
terdispersi akan lebih mudah bergabung untuk membentuk agregat yang lebih besar
sehingga menyebabkan emulsi pecah berat karet yang dihasilkan meningkat. Berat karet
yang diperoleh meningkat bersamaan dengan semakin besarnya volume ekstrak nanas
yang digunakan. Hal ini dikarenakan adanya ekstrak nanas yang bergabung dengan lateks
sehingga menambah berat karet yang diperoleh. Hal ini dapat dilihat pada volume ekstrak
nanas berkulit 20 ml dengan volume lateks 20 ml dapat diperoleh berat karet sebesar
26,2284 gram
3.4 Hubungan antara waktu penggumpalan pertama dengan volume ekstrak nanas.
Pertam (detik
180
160
)
140
120
a
Penggumpala
100
80 volume lateks 15 ml
n
20
volume lateks 20 ml
u
0
0 10 20
Volume ekstrak nanas berkulit (ml)
Gambar 25. Hubungan waktu penggumpalan pertama pada volume lateks (5ml, 10ml,
15ml, 20ml) terhadap volume ekstrak nanas berkulit (5ml, 10ml, 15ml, 20ml)
Pertama
250
200
penggumpala
n
150
eti
(d
k)
50 volume lateks 15 ml
u
volume lateks 20 ml
0
0 10 20
Gambar 26. Hubungan waktu penggumpalan pertama pada volume lateks (5ml, 10ml,
15ml, 20ml) terhadap volume ekstrak nanas tidak berkulit (5ml, 10ml, 15ml, 20ml)
Dari gambar diatas secara keseluruhan terlihat bahwa terjadi peningkatan waktu
penggumpalan pertama berbanding lurus dengan semakin banyaknya volume ekstrak
nanas yang diberikan. Sehingga waktu penggumpalan pertama paling cepat adalah 97
detik yang ditunjukkan pada volume ekstrak nanas berkulit 5 ml dengan volume lateks
5ml.Waktu penggumpalan pertama yang meningkat bersamaan dengan bertambahnya
volume ekstrak nanas, dikarenakan pada kondisi awal atau jam ke-0 kandungan air pada
koagulan masih banyak. Kondisi ini menyebabkan proses koagulasi lateks menjadi
terhambat, sehinggga butuh waktu hingga jam ke -5 agar koagulasi menjadi stabil. Hal
dikarenakan semakin lama waktu pencampuran maka struktur protein pada lateks akan
terganggu yang menyebabkan pecahnya emulsi lateks dan mengeluarkan molekul air. Pada
kondisi ini akan dihasilkan berat karet cenderung menurun bersamaan dengan semakin
banyaknya molekul air yang keluar.
Penggumpalan lateks dapat disebabkan oleh penurunan pH. Ekstrak nanas dapat
menggumpalkan lateks dikarenakan adanya kandungan asam askorbat maka lateks akan
mengalami penurunan pH sampai titik isolistrik (pH 4,7). Hal ini akan menyebabkan
protein lateks (lapisan pelindungan) kehilangan muatan atau menjadi netral sehingga tidak
terdapat lagi daya tolak partikel yang selanjutnya mengakibatkan terjadinya pengumpalan.
Protein tersusun atas asam-asam amino yang Karet alam yang dihasilkan dengan
penambahan ekstrak nanas memiliki kadar nitrogen yang bervariasi, tergantung dari aktivitas
enzim dan adanya bahan pengawet yang ditambahkan. Menurut Johnsons dan Peterson
(1964), cara efisien untuk hidrolisis protein dengan menggunakan enzim protease. Kerja
enzim proptease sebagai katalis hidrolisis protein digantikan oleh enzim bromelin yang ada
pada ekstrak nanas. Pada proses hirdrolisis protein akan mengalami pemutusan ikatan
peptida, hal ini akan menyebabkan terjadi denaturasi protein..
Penurunan kadar nitrogen pada penggunaan ekstrak nanas berkulit lebih besar dari
pada ekstrak nanas tidak berkulit. Hal ini dikarenakan komposisi enzim bromelin lebih besar
pada ekstrak nanas berkulit, sehingga reaksi hidrolisis protein lebih efisien. Pada kondisi ini
denaturasi protein lateks akan semakin cepat dan mengakibatkan semakin banyaknya
kandungan air yang keluar dari partikel lateks
KESIMPULAN
1) Asam askorbat yang terdapat pada ekstrak nanas dapat digunakan sebagai
penggumpal lateks.
2) Semakin besar volume ekstrak nanas berkulit dan tidak berkulit maka
semakin besar berat karet.
3) Variasi waktu mempengaruhi berat akhir karet yang diperoleh. Dimana
semakin lama waktu koagulasi, maka semakin menurun berat karet yang
diperoleh.
4) Kandungan asam askorbat pada ekstrak nanas berkulit sebesar 0,1%
sedangkan pada ekstrak nanas berkulit sebesar 0,7%.
5) Koagulan ekstrak nanas berkulit menghasilkan karet yang lebih berat dari
pada ekstrak nanas tidak berkulit pada variasi volume lateks (5ml, 10ml,
15ml, 20ml).
6) Waktu penggumpalan pertama yang paling cepat adalah 97 detik pada
ekstrak nanas berkulit 5 ml dengan lateks 5 ml.
27
b. Air
Air merupakanmediatranspor dariberbagaikomponenorganisme
dan bahan-bahan kimiatermasuk limbah domestik(kotorandapur, sisa
makanan, greywater, kontainer-kontainer plastik bekasdanbahan-
bahanlainnyasehingga menjadi masalah lingkungan yang
umumterjadidan.Permasalahankualitas air tersebutmenyebabkan
menurunnya, produktivitas,dayadukung dandaya tampung
darisumberdayaairtermask perairan danau.
c. Jar Test
Jar Test merupakan proses penjernihan air dengan menggunakan
koagulan, dimana koagulan akan membentuk flok-flok dengan adanya ion-
ion yang terkandung dalam larutan sampel. Flok terbentuk dengan bantuan
agitasi dari alat agitator. Dengan konsentrasi dan volume koagulan yang
berbeda dan tentunya akan menghasilkan tingkat kejernihan yang berbeda.
28
Alkalinity adalah suatu parameter kimia perairan yang
menunjukkan jumlah ion karbonat dan bikarbonat yang mengikat logam
golongan alkali tanah pada perairan tawar.
29
perairan.Sehingga nilai kekeruhan tidak dapat dikonversi ke nilai
TSS.Kekeruhan adalah kecenderungan ukuran sampel untuk menyebarkan
cahaya.Sementara hamburan diproduksi oleh adanya partikel tersuspensi
dalam sampel.Kekeruhan adalah murni sebuah sifat optik. Pola dan
intensitas sebaran akan berbeda akibat perubahan dengan ukuran dan
bentuk partikel serta materi. Sebuah sampel yang mengandung 1.000 mg /
L dari fine talcum powder akan memberikan pembacaan yang berbeda
kekeruhan dari sampel yang mengandung 1.000 mg / L coarsely ground
talc . Kedua sampel juga akan memiliki pembacaan yang berbeda
kekeruhan dari sampel mengandung 1.000 mg / L ground pepper.
Meskipun tiga sampel tersebut mengandung nilai TSS yang sama.
30
BAB II
METODELOGI
b. Bahan
1. PAC 10 ppm : 250 ml
2. Air sungai : 2 Liter
3. Kertas saring : 1 kotak
4. H2SO4 0,02 N : 300 ml
5. Indikator PP : 250 tetes
31
6. Indikator MO : 250 tetes
7. Aquadest : 5 liter
8. Tissue : 1 kotak
2.2 Tahapan Pengolahan Air dan Analisa Alkalinity, TDS dan TSS
2.2.2. Prosedur Kerja Pembuatan Reagen H2SO4 0,2 N
1. Alat dan bahan praktikum disediakan.
2. Dipipet H2SO4 98 % sebanyak 0,54 ml lalu dimasukkan kedalam
labu ukur 1000 ml.
3. Larutan yang telah dipipet kemudian diencerkan dengan aquadest
sampai tanda batas dan dihomogenkan.
32
Gambar 2.1. Prosedur Kerja P Alkalinity
b. M-Alkalinity
1. Alat dan bahan disediakan.
2. Sampel air sungai diukur sebanyak 25 ml dalam gelas ukur 100
ml, lalu dituangkan kedalam erlenmeyer.
3. Indikator MO ditambahkan sebanyak 3 tetes, sampai perubahan
warna kuning terjadi, lalu dititrasi dengan H2SO4 0,02 N sampai
terbentuk warna orange.
4. Volume titarsi dicatat pada table pengamatan.
5. Langkah yang sama diulangi untuk sampel air yang
ditambahkan PAC.
33
3. Kertas saring yang telah digunting diberi label kemudian
dipanaskan dalam oven selama 60 menit.
4. Lalu didinginkan pada desikator selama 15 menit.
5. Kertas saring yang telah dingin, kemudian ditimbang dan dicatat
hasil penimbangannya sebagai berat kertas saring kosong.
b. Analisis TSS
1. Alat dan bahan disediakan.
2. Alat vakum dirangkai, lalu kertas saring dimasukkan dalam
corong vakum.
3. Sampel air sungai diukur sebanyak 25 ml pada gelas ukur 50 ml.
4. Pompa vakum dihidupkan, lalu sampel dituangkan secara
perlahan – lahan keatas kertas saring sampai habis.
5. Kertas saring diangkat menggunakan gegep besi, ditaruh
kedalam petri dish lalu dipanaskan selama 1 jam di oven pada
suhu 105 oC.
34
6. Setelah 1 jam pemanasan, kertas saring didinginkan pada
desikator selama 15 menit, lalu ditimbang dan dicatat hasil
penimbangannya.
7. Langkah yang sama diulangi untuk sampel air yang
ditambahkan PAC
35
Gambar 2.5. Prosedur Preparasi Cawan Petri
b. Analisis TDS
1. Alat dan bahan disediakan.
2. Filtrat yang ada pada labu vakum dituangkan kedalam
cawan lalu dipanaskan di oven selama 1 jam pada suhu 105
o
C sampai kering.
3. Setelah 1 jam pemanasan, cawan didinginkan pada
desikator selama 15 menit, lalu ditimbang dan dicatat hasil
penimbangannya.
4. Langkah yang sama diulangi untuk sampel air yang
ditambahkan PAC.
36
3. Beaker glass tersebut kemudian dimasukan ke alat JAR TEST,
setelah itu pengaduk pada JAR test diturunkan dan dipaskan.
4. Alat Jar Test dihidupkan, dan diatur waktu selama 15 menit dan
kecepatan putaran diatur 20 rpm selama 2 menit, 100 rpm selama
10 menit dan 20 rpm selama 2 menit lagi.
5. Setelah itu matikan alat Jartest dan diangkat pengaduk dari dalam
beaker glass. Dilakukan analisa alkalinity, TSS dan TDS.
37
2.2.8. Bagan Pengolahan Air dan Analisa Alkalinity, TDS, dan TSS
a. Bagan Pengolahan Air
Analisa
Air Baku
Kualitatif
Filtrasi
Air
Bersih
NO
Analisa
Kualitatif
SNI
YES
Air
Minum
38
b. Bagan Analisa Alkalinity
Analisa M &
Air Baku
P alkalinity
Filtrasi
Air
Bersih
NO
Analisa :
A. M-Alkalinity
B. P-Alkalinity
SNI
YES
Air
Minum
Filtrasi
Air
Bersih
NO
Analisa :
TDS dan TSS
SNI
YES
Air
Minum
39
C. Bagan Analisa Jar Test
Air Baku + PAC
Penambahan PAC
dengan variasi
volume berbeda
Jar Test
20 rpm, 20 Menit
100 rpm, 10 menit
20 rpm, 2 menit
Analisa :
1. M&P Alkalinity NO
2. TDS dan TSS
SNI
YES
Air
Minum
40
BAB III
DATA PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA
3.1.2 Alkalinitas
41
42
Perubahan warna untuk M-alkalinity
Sampel + Ind.MO Larutan Berwarna Kuning
Dititrasi
Larutan Berwarna Kuning Larutan Berwarna Orange
H2SO4 0,02 N
Diagitasi
Larutan Keruh Larutan Keruh 2 Lapisan :
10 menit 1. Lapisan atas : keruh
2. Lapisan Bawah : endapan
43
3.2.3. Perhitungan M Alkalinity
1. Sampel air sungai + PAC 3 ml
Dik : Vol. Sampel : 20 ml
Vol. H2SO4 : 1,1 ml
Dit : M Alkalinity …?
Penyelesaian:
M Alkalinity = 1000 x Volume H2SO4
Volume sampel
= 1000 x 1,1 ml
20 ml
= 55 ppm
2. Sampel air sungai + PAC 6 ml
Dik : Vol. Sampel : 20 ml
Vol. H2SO4 : 0,8 ml
Dit : M Alkalinity …?
Penyelesaian:
M Alkalinity = 1000 x Volume H2SO4
Volume sampel
= 1000 x 0,8 ml
20 ml
= 40 ppm
3. Sampel air sungai + PAC 9 ml
Dik : Vol. Sampel : 20 ml
Vol. H2SO4 : 0,7 ml
Dit : M Alkalinity …?
Penyelesaian:
M Alkalinity = 1000 x Volume H2SO4
Volume sampel
= 1000 x 0,7 ml
20 ml
= 35 ppm
44
4. Sampel air sungai + PAC 12 ml
Dik : Vol. Sampel : 20 ml
Vol. H2SO4 : 0,6 ml
Dit : M Alkalinity …?
Penyelesaian:
M Alkalinity = 1000 x Volume H2SO4
Volume sampel
= 1000 x 0,6 ml
20 ml
= 30 ppm
c. Memilih
minimal dua
metode yang
paling
45
mendekati pola scatter diagram
Berdasarkan scatter diagram maka metode yang paling mendekati pola
dalam scatter diagram adalah metode regresi linier dan polinomial.
𝑥
a) 𝑋̅ = ∑ 𝑛
= 30/4
= 7,5
𝑦
b) 𝑦̅ = ∑𝑛
= 47,13/4
= 11,7825
c) Mencari nilai b
Y = a + bx
b = n(∑xy) – (∑x)(∑y)
n(∑x2) – (∑x)2
b = 4(346,77) – (30)(47,13)
4(270) – (30)2
= -0,149
d) Mencari nilai a
a = ̅𝑦 - b (𝑥̅ )
46
= 11,7825 – (-0,149) (7,5)
= 12,9
= (270)2 – 4 (28674)
= - 41796
47
= (270)(47,13) − 4 (3081,33)
= 399,78
𝛼 = (∑𝑋)(∑𝑋 2 ) − 𝑛 (∑𝑋 3 )
= (30)(270) − 4(2700)
= −2700
𝛽 = (∑𝑋)2 − 𝑛 (∑𝑋 2 )
= (30)2 − 4(270)
= −180
(𝜕)(𝛿) − (𝜃)(𝛼)
𝑏=
(𝜕)(𝛽) − (𝛼)2
(− 41796)(26,82)−(399,78)(−2700)
= (− 41796)(−180)−(−2700)2
= −0,178166666
𝜃 − 𝑏. 𝛼
𝑐=
𝜕
399,78−(−0,1781)(−2700)
= −41796
= 0,001940137
= 12,98729075
48
Gambar 3.3. Grafik Volume PAC Vs Waktu pembentukan dengan
Metode Polinomial
2
Σ(׀Y−Y’)׀
SEE Linier = (𝑛−2)0,5
0,10063
= (4−2)0,5
= 0.224310053
49
2
Σ(׀Y−Y’)׀
SEE Polinomial = (𝑛−2)0,5
0,099405000
= 4−30,5
= 0.099405
Gambar 3.5. Control Chart Nilai Hubungan Volume Penambahan PAC Terhadap
Waktu Pembentukan Flock
Ada data out of control maka data dinyatakan belum representatif.
50
2) Perhitungan Koefisien Regresi Untuk Volume Penambahan PAC vs M
Alkalinity
Tabel 3.4 Data Volume Penambahan PAC Vs M Alkalinity
Vol PAC 10 ppm
NO (ml) M Alkalinity
1 3 55
2 6 40
3 9 35
4 12 30
30 160
a. Identifikasi Tujuan Regresi
Adapun tujuan regresi ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
volume penambahan PAC dengan M Alkalinity.
51
NO X Y XY X2 y2
1 3 55 165 9 3025
2 6 40 240 36 1600
3 9 35 315 81 1225
4 12 30 360 144 900
30 160 1080 270 6750
𝑥
𝑎)𝑋̅ = ∑
𝑛
30
= 4
= 7,5
𝑦
𝑏) 𝑦̅ = ∑𝑛
160
= 4
= 40
c) Mencari nilai b
Y = a + bx
𝑛∑𝑥𝑦− (∑𝑥 )(∑𝑦)
b =
(𝑛∑𝑥 2 )− (∑𝑥)2
(4)(1080)− (30)(160)
=
(4)(270)− (30)2
= -2,6667
d) Mencari nilai a
a = ̅𝑦 - b (𝑥̅ )
= 40 – (-2,6667) (7,5)
= 60,00025
52
Gambar 3.6. Grafik Volume PAC Vs M Alkalinity dengan
Metode Regresi Linier
No X Y XY X2 X3 X4 X2. Y
1 3 55 165 9 27 81 495
2 6 40 240 36 216 1296 1440
3 9 35 315 81 729 6561 2835
4 12 30 360 144 1728 20736 4320
∑ 30 160 1080 270 2700 28674 9090
𝜕 = (∑X2)2 – n (∑X4)
= (270)2 – 4 (28674)
= -41796
53
= (270)(160) − 4(9090)
= 6840
𝛼 = (∑𝑋)(∑𝑋 2 ) − 𝑛 (∑𝑋 3 )
= (30)(270) − 4(2700)
= −2700
𝛽 = (∑𝑋)2 − 𝑛 (∑𝑋 2 )
= (30)2 − 4(270)
= −180
(𝜕)(𝛿) − (𝜃)(𝛼)
𝑏=
(𝜕)(𝛽) − (𝛼)2
(−41796)(480)−(6840)(−2700)
= (−41796)(−180)−(−2700)2
= −6,83333333
𝜃 − 𝑏. 𝛼
𝑐=
𝜕
6840−(−6,83333333)(−2700)
= −41796
= 0,277777778
= 72,5
54
Gambar 3.7. Grafik Volume PAC Vs M alkalinity dengan Metode
Polinomial
2
Σ(׀Y−Y’)׀
SEE Linier = (𝑛−2)0,5
5,0000000002
= 4−20,5
=5
55
X y Y' !Y-Y'! (!Y-Y'!)2 MR
3 55 52 3 9.000000 9.000000
6 40 44 4 16.000000 7.000000
9 35 36 1 1.000000 15.000000
12 30 28 2 4.000000 3.000000
30 160 160 10 30 34.000000
MR rata-rata = ∑MR
n-1
= 34.000000
5-1
= 8.500000
UCL = 2,66 x MR rata-rata
= 2,66 x 8,500000
=22,610000
LCL = 2,66 x MR rata-rata
= 2,66 x 8,500000
= - 22,610000
2
Σ(׀Y−Y’)׀
SEE Polinomial = (𝑛−2)0,5
302
= 4−30,5
= 3.872983346
56
f. Representatif
Gambar 3.8. Control Chart Nilai Hubungan Volume Penambahan PAC Terhadap
M Alkalinity
Tidak ada data out of control maka data dinyatakan representatif.
57
3.2.5. Reaksi
- Ind PP
OH OH
H2O + Tak
C
Bewarna
(Air) O
C
O
Phenolptalein
OH OH
H2O +
(Air) C
O
C
O
Phenolptalein
OH O
C
-
O
C
O
Phenolptalein
(Merah Muda)
58
- Ind MO
Asam
Metil Orange ( Kuning ) Sulfat
H H
Sulfat
Metil Orange ( Orange )
59
BAB IV
PEMBAHASAN
Jar test adalah suatu percobaan yang berfungsi untuk menentukan dosis
optimal dari koagulan (biasanya tawas/alum) yang digunakan pada proses
pengolahan air bersih. Jar Test merupakan proses penjernihan air dengan
menggunakan koagulan, dimana koagulan akan membentuk flok – flok dengan
adanya ion – ion yang terkandung dalam larutan sampel. Flok-flok ini
mengumpulkan partikel-partikel kecil dan koloid yang tumbuh dan akhirnya
bersama-sama mengendap.
Flok terbentuk dengan bantuan agitasi dari alat agitator. Dengan
konsentrasi dan volume koagulan yang berbeda akan membentuk koagulan yang
berbeda dan tentunya akan menghasilkan tingkat kejernihan yang berbeda.
Umumnya koagulan tersebut berupa Al2(SO4)3, namun dapat pula berupa garam
FeCl3 atau sesuatu poly-elektrolit organis.
Koagulasi adalah proses penambahan bahan-bahan kimia unuk
memebentuk gumpalan (flok) yang selanjutnya dipisahkan pada proses flokulasi.
Sedangkan flokulasi adalah proses untuk mempercepat penggumpalan partikel
dengan pengadukan sangat lambat. Koagulasi adalah proses penggumpalan
partikel koloid karena penambahan bahan kimia sehingga partikel-partikel
tersebut bersifat netral dan membentuk endapan karena adanya gaya grafitasi.
Secara garis besar mekanisme pembentukan flok terdiri dari empat tahap, yaitu :
1. Tahap destabilasi partikel koloid
2. Tahap pembentukan partikel koloid
3. Tahap penggabungan mikroflok
4. Tahap pembentukan mikroflok.
Hasna, Saniy Tito, dkk. 2017. Pengolahan Lindi Menggunakan Metode Koagulasi
Flokulasi Dengan Biokoagulan Kitosan Dari Limbah Cangkang Udang
Dan Metode Ozonasi. Semarang : Universitas diponegoro.
Ginting, Perdana. Sistem Pengolahan Lingkungan Dan Limbah Industri. Bandung
: Yrama Widya.
Sihombing, Juna. 2017. Penuntun Praktikum : Pengolahan Air dan Limbah
Industri. Medan : PTKI.