Anda di halaman 1dari 27

KIMIA FARMASI ANALISIS 2

“ KROMATOGRAFI GAS (KG) ”

Disusun Oleh :

Ni Luh Tu Widya Adnyani (19089016025)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

TAHUN AJARAN 2020

S-1 FARMASI
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “
Kromatografi Gas (KG) ” ini tepat pada waktunya.

Penulis sadar bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi perbaikan
tugas ini di masa yang akan datang. Penulis juga berharap tugas ini dapat berguna
bagi pembaca.

Singaraja, Desember 2020

Penulis,

i
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Prinsip Kromatograti Gas.......................................................................... 3
2.2. Sistem peralatan KG.................................................................................. 3
2.3. Fase gerak pada kromatografi gas............................................................. 4
2.4. Ruang suntik pada kromatografi gas......................................................... 5
2.5. Kolom dalam kromatografi gas................................................................. 7
2.6. Detektor pada kromatografi gas................................................................. 9
2.7. komputer pada kromatografi gas............................................................... 15
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................. 22
3.2 Saran........................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Kromatografi adalah teknik pemisahan fisik suatu campuran zat-zat kimia
yang berdasar pada perbedaan kecepatan migrasi dari masing-masing komponen
campuran yang terpisah pada fase diam dibawah pengaruh pergerakan fase yang
bergerak. Kromatografi bertujuan untuk pemisahan komponen dari matriks
sampel dan tetap dibiarkan dalam fase diam kemudian ditentukan untuk analisis.
Kromatografi gas (GC) merupakan salah satu teknik spektroskopi yang
menggunakan prinsip pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan
migrasi komponen-komponen penyusunnya. Kromatografi gas ditemukan pada
tahun 1903 oleh Tswett dan biasa digunakan untuk mengidentifikasi suatu
senyawa yang terdapat pada campuran gas. Pengidentifikasian secara lebih lanjut
dapat digunakan dalam mengestimasi konsentrasi suatu senyawa dalam fasa gas.
Kromatografi Gas merupakan teknik pemisahan yang mana solut-solut
yang mudah menguap (dan stabil terhadap panas) bermigrasi melalui kolom yang
mengandung fase diam dengan suatu kecepatan yang tergantung pada rasio
distribusinya. Pada umumnya solut akan terelusi berdasarkan pada peningkatan
titik didihnya, kecuali jika ada interaksi khusus antara solut dengan fase diam.
Pemisahan pada kromatografi gas didasarkan pada titik didih suatu senyawa
dikurangi dengan semua interaksi yang mungkin terjadi antara solut dengan fase
diam. Fase gerak yang berupa gas akan mengelusi solut dari ujung kolom lalu
menghantarkannya ke detektor. Penggunaan suhu yang meningkat (biasanya pada
kisaran 50-350C) bertujuan untuk menjamin bahwa solut akan menguap dan
karenanya akan cepat terelusi.

1. 2 Rumusan Masalah
1. Apa prinsip kromatografi gas ?

2. Apa saja fase gerak pada kromatografi gas ?

3. Jelaskan ruang suntik pada kromatografi gas ?

4. Jelaskan pengertian kolom dalam kromatografi gas ?

1
5. Jelaskan detektor pada kromatografi gas ?

6. Jelaskan pengertian komputer pada kromatografi gas ?

1. 3 Tujuan
1. Menjelaskan prinsip kromatografi gas .

2. Menjelaskan fase gerak pada kromatografi gas

3. Menjelaskan ruang suntik pada kromatografi gas

4. Menjelaskan pengertian kolom dalamkromatografi gas

5. Menjelaskan detektor pada kromatografi gas

6. Menjelaskan Jelaskan pengertian komputer pada kromatografi gas

2
BAB II

PEMBAHASAN

2. 1 Prinsip Kromatograti Gas

KG merupakan teknik pemisahan yang mana solut-solut yang mudah


menguap (dan stabil terhadap panas) bermigrasi melalui kolom yang mengandung
fase diam dengan suatu kecepatan yang tergantung pada rasio distribusinya. Pada
umumnya solut akan terelusi berdasarkan pada peningkatan titik didihnya, kecuali
jika ada interaksi khusus antara solut dengan fase diam. Pemisahan pada
kromatografi gas didasarkan pada titik didih suatu senyawa dikurangi dengan
semua interaksi yang mungkin terjadi antara solut dengan fase diam. Fase gerak
yang berupa gas akan mengelusi solut dari ujung kolom lalu menghantarkannya
ke detektor. Penggunaan suhu yang meningkat (biasanya pada kisaran 50-350C)
bertujuan untuk menjamin bahwa solut akan menguap dan karenanya akan cepat
terelusi.

Ada 2 jenis kromatografi gas:

1. Kromatografi gas-cair (KGC)

Pada KGC ini, fase diam yang digunakan adalah cairan yang diikatkan pada suatu
pendukung sehingga solut akan terlarut dalam fase diam. Mekanisme sorpsi-nya
adalah partisi.

2. Kromatografi gas-padat (KGP) :

Pada KGP ini, digunakan fase diam padatan (kadang-kadang

polimerik). Mekanisme sorpsi-nya adalah adsorpsi.

2. 2 Sistem Peralatan KG

Diagram skematik peralatan KG ditunjukkan oleh gambar 16.1. dengan


komponen utama adalah: kontrol dan penyedia gas pembawa, ruang suntik
sampel: kolom yang diletakkan dalam oven yang dikontrol secara termostatik,
sistem deteksi dan pencatat (detektor dan recorder): serta komputer yang
dilengkapi dengan perangkat pengolah data.

3
2. 3 Fase Gerak pada KG

Fase gerak pada KG juga disebut dengan gas pembawa karena tujuan
awalnya adalah untuk membawa solut ke kolom, karenanya gas pembawa tidak
berpengaruh pada selektifitas. Syarat gas pembawa adalah: tidak reaktif, murni/
kering karena kalau tidak murni akan berpengaruh pada detektor, dan dapat
disimpan dalam tangki tekanan tinggi (biasanya merah untuk hidrogen, dan abu-
abu untuk nitrogen).

Gas pembawa biasanya mengandung gas helium, nitrogen, hidrogen, atau


campuran argon dan metana. Pemilihan gas pembawa tergantung pada
penggunaan spesifik dan jenis detektor yang digunakan. Helium merupakan tipe
gas pembawa yang Sering digunakan karena memberikan efisiensi kromatografi
yang lebih baik (mengurangi pelebaran pita).

Untuk setiap pemisahan dengan KG terdapat kecepatan optimum gas


pembawa yang utamanya tergantung pada diameter kolom. Kecepatan alir gas
kira-kira 50-70 ml/ menit untuk kolom dengan diameter dalam 6 mm, 25-30 ml/
menit untuk kolom dengan diameter dalam 3 mm, dan 0,2-2 ml/menit untuk
kolom kapiler. Pada dasarnya, kecepatan alir gas pembawa berbanding lurus
dengan penampang kolom, dan penampang kolom tergantung pada jari-jari
pangkat dua (luas lingkaran nr?). Oleh karena itu, jika diameter kolom menjadi 2
kali lebih besar, maka kecepatan alir gas pembawa yang diperlukan 4 kali lebih
besar daripada kecepatan alir gas pembawa pada kolom yang lebih kecil. Sebagai
contoh, jika diperoleh hasil pemisahan yang baik dengan kolom 2 mm pada
kecepatan aliran gas pembawa 20 ml/ menit, maka untuk memperoleh hasil yang

4
sama dengan kolom 4 mm diperlukan kecepatan alir gas pembawa 80 ml/menit.
Dengan demikian penggunaan kolom dengan diameter yang kecil akan
menghemat gas pembawa secara signifikan.

Kolom kapiler memakai kecepatan alir gas yang rendah, yakni antara 0,2-2
ml/menit. Pada tekanan tetap, kecepatan alir gas meningkat dengan meningkatnya
suhu (sebagaimana dalam suhuperprogram). Sistem yang baru dan dikendalikan
dengan mikro prosesor dapat mengoreksi perubahan kecepatan alir gas pembawa
yang disebabkan oleh suhu. Karena kecepatan alir gas pembaws pada kolom
kapiler sangat rendah, maka pada kebanyakan detektor ditambah gas tambahan
yang ditambahkan ke dalam efluen setelah keluar dari kolom tetapi belum
mencapai detektor. Gas tambahan biasanya sama dengan gas pembawa, meskipun
kadangkals digunakan helium.

Gas pembawa bekerja paling efisien pada kecepatan alir tertentu. Gas
nitrogen akan efisien jika digunakan dengan kecepatan alir & 10 ml/ menit,
sementara helium akan efisien pada kecepatan alir 40 ml/ menit. 0.

2. 4 Ruang suntik sampel pada KG

Komponen KG yang utama selanjutnya adalah ruang suntik atau inlet.


Fungsi dari ruang suntik ini adalah untuk mengantarkan sampel ke dalam aliran
gas pembawa. Berbagai macam jenis inlet dan teknik pengantar sampel telah
tersedia. Penyuntikan sampel dapat dilakukan secara manual atau secara otomatis
(yang dapat menyesuaikan jumlah sampel).

Sampel yang akan dikromatografi dimasukkan ke dalam ruang suntik


melalui gerbang suntik yang biasanya berupa lubang yang ditutupi dengan septum
atau pemisah karet. Ruang suntik harus dipanaskan tersendiri (terpisah dari
kolom) dan biasanya 10-150C lebih tinggi daripada suhu kolom maksimum. Jadi
seluruh sampel akan menguap segera setelah sampel disuntikkan.

Pada kolom kapiler, sampel yang diperlukan sangat sedikit bahkan sampai
0,01 ul, karenanya berbeda dengan kolom kemas yang memerlukan 1-100 ul
sampel. Karena pengukuran secara akurat sulit dilakukan jika sampel yang
disuntikkan terlalu kecil (pada kolom kapiler), maka ditempuh suatu cara untuk

5
Mengecilkan ukuran sampel setelah penyuntikan. Salah satu cara yang dilakukan
adalah dengan menggunakan teknik pemecah Suntikan (split injection) (gambar
16.2). Dengan menggunakanpemecah suntikan ini, sampel yang banyaknya
diketahui, seperti biasanya, disuntikkan ke dalam aliran gas pembawa dan
sebelum masuk ke kolom, gas pembawa ini dibagi menjadi 2 aliran. Satu aliran
akan masuk ke kolom dan satunya lagi akan dibuang, Aliran relatif dalam kedua
aliran ini dikendalikan dengan sejenis penghambat seperti katup jarum pada aliran
yang dibuang. Laju alir di dalam kedua aliran diukur dan ditentukan nisbah (rasio)
pemecahannya. Jika 1 pl sampel dimasukkan ke dalam pemecah aliran yang
mempunyai nisbah pemecahan 1:100, maka sebanyak 0,01 ul sampel masuk ke
kolom sedangkan sisanya akan dibuang.

Penyiapan sampel dan, penyuntikan

Sampel yang ideal dalam kromatografi gas adalah sampel yang hanya
mengandung senyawa yang akan dipisahkan dalam kolom, dan dalam banyak hal
juga pelarut yang mudah menguap yang melarutkan sampel tersebut. Walaupun
cairan yang mudah menguap (tidak dalam larutan) serta zat padat yang mudah
menguap dapat langsung disuntikkan, tetapi kebanyakan dilarutkan duhs dalam
pelarut organik baru kemudian disuntikkan. Konsentrasi sampel biasanya berkisar
antara 1-104. Komponen yang tidak mudah menguap atau tingkat menguapnya
rendah tidak boleh ada dalam sampel, karena komponen ini akan tertinggal di
ruang suntik yang pada akhirnya akan mengurangi kinerja kolom.

Pelarut sampel yang paling umum digunakan adalah. hsdrokarbon bertitik


didih rendah, etil eter, alkohol, dan keton. Pelarus yang dipilih harus mempunyai
sifat yang berbeda secara nyats dengan sampel yang dianalisis.

Penyuntikan dalam KG dapat dilakukan dengan memakai alat suntik


kedap gas atau sistem penyuntikan yang telah dirarwang secara khusus.
Kebanyakan penyuntikan dilakukan dengan menggunakan alat penyuntik mikro.

Dalam kasus tertentu dapat dilakukan penyuntikan langsung ke dalam


kolom (on column injection) tanpa melalui lubang penyuntikan. Teknik ini
digunakan untuk senyawa-senyawa yang mudah menguap sehingga kalau

6
penyuntikannya melalui lubang suntik secara langsung dikhawatirkan akan terjadi
peruraian senyawa tersebut karena suhu yang tinggi (pirolisis).

2. 5 Kolom pada KG

Kolom merupakan tempat terjadinya proses pemisahan karena di


dalamnya terdapat fase diam. Oleh karena itu, kolom merupakan komponen
sentral pada KG. Ada 2 jenis kolom pada KG yaitu kolom kemas (packing
column) dan kolom kapiler (capillary column). Gambar penampang kolom kemas
dan kolom kapiler dapat dilihat Pada gambar 16.3.

Kolom kemas terdiri atas fase cair (sekurang-kurangnya pada Suhu


kromatografi) yang tersebar pada permukaan penyangga Yang lembam (inert)
yang terdapat dalam tabung yang relatif besar (diameter dalam 1-3 mm). Fase
diam hanya dapat dilapiskan saja pada penyangga atau terikat secara kovalen pada
penyangga yangmenghasilkan fase terikat. Kolom kapiler jauh lebih kecil (0,02-9
2 mm) dan dinding kapiler bertindak sebagai penyangga lembam untuk fase diam
cair. Fase diam ini dilapiskan pada dinding kolon atau bahkan dapat bercampur
dengan sedikit penyangga lembam yang sangat halus untuk memperbesar luas
permukaan efekrg, Perbedaan kedua kolom ini (kolom kemas dan kolom kapiler
diringkas dalam tabel 16.2

Ketika menggambarkan suatu kolom, seseorang biasanya enyatakan


panjang kolom (dalam meter). diameter kolom (dalammilimeter), ketebalan
lapisan fase diam (dalam mikrometer), dan jenis fase diam, misalkan suatu kolom
dapat dinyatakan sebagai berikut.

Semakin sempit diameter kolom, maka efisiensi pemisahan kolom


semakin besar atau puncak kromatogram yang dihasilkan semakin tajam. Pada
umumnya, seorang analis akan memilih kolom dengan diameter 0,2 atau yang
lebih kecil ketika menganalisis sampel dengan konsentrasi sekelumit atau ketika
seorang analis akan memisahkan komponen yang sangat kompleks.

7
a. Kolom kemas

Jenis kolom ini terbuat dari gelas atau logam yang tahan karat atau dari
tembaga dan aluminium. Panjang kolom jenis ini adalah 1-5 meter dengan
diameter dalam 1-4 mm.

Efisiensi kolom akan meningkat dengan semakin bertambah halusnya


partikel fase diam ini. Semakin kecil diameter partikel fase diam, maka
efisiensinya akan meningkat. Ukuran partikel fase diam biasanya berkisar antara
60-80 mesh (250-170 ym). Untuk KGC dipakai lapisan tipis pada padatan
pendukung dengan ketebalan 1-10 um, dan maksimum fase diam cair yang
terdapat pada padatan pendukung adalah 104.

b. Kolom kapiler

Jenis kolom ini berbeda dengan kolom kemas, dalam hal adanya rongga
pada bagian dalam kolom yang menyerupai pipa (tube). Oleh karena itu kolom
kapiler juga disebut “Open tubular columns". Fase diam melekat mengelilingi
dinding dalam kolom. Ada empat macam jenis lapisan pada kolom kapiler ini,
yaitu: WCOT (Walll Coated Open Tube): SCOT (Support Coated Open Tube).
PLOT (Porous Layer Open Tube): dan FSOT (Fused Silica Open Tube).

Kolom kapiler sangat banyak dipakai atau lebih disukai oleh para ilmuan.
Salah satu sebabnya antara lain kemampuan kolom kapiler memberikan harga
jumlah pelat teori yang sangat besar (3 300.000 pelat).

Banyak macam bahan kimia yang dipakai sebagai fase diam antara lain:
sgualen, DEGS (Dietilglikol suksinat), OV-17 (phenu methryl silicone oil).
Semakin tipis lapisan penyalut sebagai fase diam, maka semakin tinggi suhu
operasionalnya. Untuk lapisan salut « 1 pm, suhu operasional dapat mencapai
460”C, sementara itu suhu minimalnya dapat mencapai 60C.

Fase diam yang dipakai pada kolom kapiler dapat bersifat non polar, polar,
atau semi polar. Fase diam non polar yang paling banyak digunakan adalah metil
polisiloksan (HP-1: DB-1: SE-30: CPSIL-5) dan fenil 5-metilpolisiloksan 954
(HP-5, DB-5: SE-52, CPSIL-8). Fase diam semi polar adalah seperti fenil 50 &-
metilpolisiloksan 504 (HP-17: DB-17, CPSIL-19), sementara itu fase diam yang

8
polar adalah seperti polietilen glikol (HP-20M, DB-WAX: CP-WAX, Carbowax-
20M). Jenis fase diam akan menentukan urutan elusi komponen-komponen dalam
campuran. Seorang analis harus memilih fase diam yang mampu memisahkan
komponen-komponen dalam sampel. Contoh fase diam, kegunaan untuk analisis
golongan senyawa, polaritas, dan suhu maksimum Operasi yang diizinkan.

2. 6 Detektor pada KG

Komponen utama selanjutnya dalam kromatografi gas adalah detektor.


Detektor merupakan perangkat yang diletakkan pada ujung kolom tempat keluar
fase gerak (gas pembawa) yang membawa komponen hasil pemisahan. Detektor
pada kromatografi adalah suatu sensor elektronik yang berfungsi mengubah sinyal
gas pembawa dan komponen-komponen di dalamnya menjadi sinyal elektronik.
Sinyal elektronik detektor akan sangat berguna untuk analisis kualitatif maupun
kuantitatif terhadap komponenkomponen yang terpisah di antara fase diam dan
fase gerak.

Pada garis besarnya detektor pada KG termasuk detektor diferensial,


dalam arti respons yang keluar dari detektor memberikan relasi yang linier dengan
kadar atau laju aliran massa komponen yang teresolusi. Kromatogram yang
merupakan hasil pemisahan fisik komponen-komponen oleh KG disajikan oleh
detektor sebagai deretan luas puncak terhadap waktu. Waktu tambat tertentu
dalam kromatogram dapat digunakan sebagai data kualitatif, sedangkan luas
puncak dalam kromatogram dapat dipakai sebagai data kuantitatif yang keduanya
telah dikonfirmasikan dengan senyawa baku. Akan tetapi apabila kromatografi
gas digabung dengan instrumen yang multipleks misalnya GC/FT-IR/MS,
kromatogram akan disajikan dalam bentuk lain.

Beberapa sifat detektor yang digunakan dalam kromatografi Bas ditunjukkan oleh
tabel 16.5.

Berikut akan dijelaskan detektor yang sering digunakan dalam kromatografi gas:

a. Detektor hantar panas (Thermal Conductivity Detector "TCD)

9
Detektor ini didasarkan bahwa panas dihantarkan dari benda yang suhunya
tinggi ke benda lain di sekelilingnya yang suhunya lebih rendah. Kecepatan
penghantaran panas ini tergantung susunan gas yang mengelilinginya. Jadi setiap
gas mempunyai daya hantar panas yang kecepatannya merupakan fungsi dari
lajuBerikut akan dijelaskan detektor yang sering digunakan dalam kromatografi
gas: a. Detektor hantar panas (Thermal Conductivity Detector "TCD)

Pergerakan molekul gas yang pada suhu tertentu merupakan fungsi dari
berat molekul gas. Gas yang mempunyai berat molekul rendah mempunyai daya
hantar lebih tinggi. Jika ada komponen/ senyawa yang dibawa fase gerak masuk
ke dalam detektor, karena BM senyawa biasanya tinggi maka daya hantar menjadi
turun .

Di dalam detektor ini dipasang filamen ganda yang dibuat dari platina atau
campuran logam tungsten-rheruum yang tahan panas hingga 4000C (mirip dengan
lampu pijar wokfram). Satu filamen ditempatkan di dalam efluen kolom, dan satu
filamen lagi diletakkan pada aliran fase gerak sebelum memasuki tempat
penyuntikan sampel dan digunakan sebagai pembanding (filamen pembanding)
pada suhu yang sama dengan suhu pada efluen kolom. Filamen ini dialiri listrik
untuk memanaskannya. Kedua filamen ini dihubungkan dengan rangkaian listrik
yang disebut jembatan Wheatstone, untuk menyeimbangkan arus listrik. Bila
molekul sampel masuk ke dalam detektor, maka sampel akan menurunkan daya
hantar panas, akibatnya filamen menjadi lebih panas (suhu mejadi lebih tinggi)
yang menyebabkan naiknya tahanan sehingga menurunkan arus listrik. Perbedaan
arus listrik antara 2 filamen ini dikirimkan ke rekorder atau sistem pengolah data
yang kemudian ditampilkan sebagai kromatogram.

Masalah utama dalam detektor ini adalah bahwa filamen harus dilindungi
dari udara ketika filamen itu panas. Jadi, filamen tidak boleh dipanaskan tanpa
dialiri gas pembawa. Banyak instrumen mutakhir yang telah dirancang untuk
mengatasi hal ini artinya filamen hanya dapat dipanasi jika gas pembawa
mengalir, Detektor biasanya dibersihkan dengan melepaskannya dari sistem dan
merendamkannya dalam sederet pelarut seperti dekalin, Metanol, air, dan aseton.

10
Setelah pengeringan (sebelum dipakai), detektor dipanaskan di dalam aliran gas
pembawa kromatograf selama 24 jam.

Secara teoritis detektor ini memberi keuntungan bahwa komponen yang


dideteksi tidak rusak, sehingga memungkinkan komponen dikumpulkan untuk
analisis lebih lanjut. Detektor hantar panas termasuk detektor konsentrasi, yakni
semua molekul yang melewatinya diukur jumlahnya dan tidak tergantung pada lau
aliran fase gerak.

b. Detektor Ionisasi Nyala (Flame Ionization Detektor « FID)

Pada dasarnya senyawa organik bila dibakar akan terurai menjadi pecahan
sederhana bermuatan positif, biasanya terdiri atas satu karbon (C"). Pecahan ini
meningkatkan daya hantar di sekitar nyala, tempat yang telah dipasang elektroda,
dan peningkatan daya hantar ini dapat diukur dengan mudah dan direkam. Dengan
demikian, gas efluen dari kolom dialirkan ke dalam nyala hidrogen yang terbakar
di udara. Sampel yang dibawa oleh gas pembawa mengalir ke dalam nyala dan
diuraikan menjadi ion. Ion ini akan meningkatkan daya hantar dan karenanya akan
meningkatkan arus listrik yang mengalir diantara 2 elektroda. Arus itu selanjutnya
diperkuat di amplifier dan direkam oleh rekorder.

Detektor ionisasi nyala (FID) ini mengukur jumlah atom karbon, dan bukan
jumlah molekul seperti pada TCD.

Pada pamakaian FID, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan: pertama,
kecepatan alir O, (udara) dan H,. Untuk memperoleh tanggapan FID yang optimal
sebaiknya kecepatan aliran H, £ 30 ml/ menit dan O, sepuluh kalinya. Kedua

11
adalah bahwa suhu FID harus diatas 1002C. Hal ini bertujuan untuk mencegah
kondensasi uap air yang mengakibatkan FID berkarat atau kehilangan (menurun)
sensitifitasnya. Kalau memungkinkan pada selang waktu tertentu dengan
pertolongan mekanik, maka dapat dilakukan pembersihkan bagian atas FID
(kolektor) yang mungkin telah dilapisi berbagai macam kotoran.

C. Detektor tangkap elektron (Electron Capture Detector « ECD)

Detektor ini dilengkapi dengan sumber radio aktif yaitu tritum CH ) atau
SNi yang ditempatkan diantara dua elektroda (Gambar 16.8). Tegangan listrik
yang dipasang antara katoda dan Inoda tidak terlalu tinggi, antara 2-100 volt.
Dasar kerja detektor Wi adalah: penangkapan elektron oleh senyawa yang
mempunyaiafinitas terhadap elektron bebas, yaitu senyawa yang mempunyai
unsur-unsur elektronegatif.

Bila fase gerak (gas pembawa N,) masuk ke dalam detektor maka sinar B
akan mengionisasi molekul N, menjadi ion-ion N,” dan menghasilkan elektron
(bebas) yang akan bergerak ke anoda dengan lambat. Dengan demikian, di dalam
ruangan detektor terdapat semacam awan elektron bebas yang dengan lambat
menuju anoda. Elektron-elektron yang terkumpul pada anoda akan menghasilkan
arus garis dasar (baseline current) yang steady dan memberikan garis dasar pada
kromatogram. Bila komponen sampel (senyawa dengan unsur elektronegatif)
dibawa fase gerak masuk ke dalam ruang detektor yang dipenuhi awan elektron,
maka senyawa ini akan menangkap elektron sehingga membentuk ion molekul
negatif. Ion molekul ini akan dibawa oleh fase gerak (carrier gas). Akibatnya
setiap partikel negatif dibawa keluar detektor, berarti menyingkirkan satu elektron
dari sistem sehingga arus listrik yang steady tadi akan berkurang. Pengurangan
arus ini akan dicatat oleh rekorder sebagai puncak pada kromatogram.

d. Petektor nitrogen-fosfor (Nitrogen Phosphorous Detector =NPD)

Pada prinsipnya NPD mirip dengan FID, hanya saja fenomena mekanisme
nyala plasma belum jelas. Ada kemungkinan terjadi peristiwa pemadaman
(guenching) dari nyala plasma dan logam alkali oleh nitrogen /fosfor yang berasal
dari sampel.

12
NPD sangat selektif terhadap nitrogen dan fosfor karena adanya elemen
aktif diatas aliran kapiler yang terbakar oleh plasma (1600”C). Elemen aktif
merupakan logam kalium atau rubidium atau cesium yang dilapiskan pada silinder
kecil alumunium. Kegunaan elemen aktif garam metal alkali adalah sebagai
sumber ion di dalam plasma yang bertugas menekan ionisasi hidrokarbon di
dalam plasma, akan tetapi sebaliknya menaikkan ionisasi sampel yang
mengandung N atau P. “

Efisiensi ionisasi N dan P oleh sumber termoionik tersebut juga ya dengan


menekan aliran H, dan O, (udara sebagai bahan . Yar plasma). Pada proses ini,
untuk mendapatkan efisiensi ig N dan P dipakai laju aliran udara (O,)7090
ml/menit Pakai laiu aliran H, 6 ml/menit. Laju aliran ini sangat di pengaruhi
beberapa sampel analisis.

Beberapa hal yang sangat penting untuk diperhatikan apabila memilih


NPD pada KG adalah : pertama, dijaga kontinuitas aliran H,, O, dan efluen pada
laju konstan, sebab perubahan sedikit laju aliran akan memberikan hasil yang
sangat berbeda. Kedua, dijaga kemurnian segala sesuatu yang menyangkut
analisis terhadap kontaminasi unsur-unsur N dan P. Alat-alat gelas harus betul-
betul bersih (sangat bersih) dan terbebas dari sekelumit bekas deterjen fosfat, dan
pembersih gelas dari asam juga harus dibilas betul-betul dengan air suling. Kalau
dipakai pelarut organik hendaknya sangat dijaga kemurniannya. Hindari
pemakaian pelarut yang mengandung klor atau silan karena akan menurunkan
umur hidup (life time) pemakaian detektor ini. Demikian juga hindarilah
pemakaian bahan anti bocor (perekat) yang terbuat dari fosfat pada detektor, gelas
wool pada kolom, lapisan poliamida pada kolom, atau fase cair yang mengandung
nitrogen sebagai fase diam (OV-225 atau XE-60) karena kesemua hal tersebut
akan mengundang derau (nose) yang lebih besar. Gas pengelusi yang baik adalah
helium dengan laju aliran yang umum dipakai 30 mi/ menit. NPD sangat baik
dalam analisis dibidang farmasi dan klinik, di samping itu sangat baik pula untuk
mendukung analisis mengenai dampak lingkungan. e. Detektor fotometri nyala |

e. Detektor fotometri nyala menggunakan prinsip bahwa ketika senyawa yang


mengandung sulfur atau fosfor dibakar dalam nyala hidrogen-oksigen, maka akan

13
terbentuk spesies-spesies yang tereksitasi yang akan runtuh (decay) dan
menghasilkan suatu emisi kemiluminesen yang spesifik yang dapat diukur pada
panjang gelombang tertentu. Untuk yang mengandung atom S, diukur pada
panjang gelombang 393 nm, sementara yang mengandung fosfor diukur pada
panjang gelombang 526 nm. £. Detektor konduktivitas elektrolitik

f. Detektor konduktivitas elektrolitik

Merupakan detektor yang spesifik untuk mendeteksi senyawa yang


mengandung atom sulfur, nitrogen, dan halogen. Detektor Ini tersusun atas tungku
(furnace) yang mampu Memberikan Suhu Paling kecil 1097. Efluen dari kolom
KG akan memasuki tungku lalu dipirolisiskan dalam suatu udara yang kaya
hidrogen atau oksigen. Hasil-hasil dari pirolisis ini selanjutnya dicampur dengan
pelarut yang sesuai dan menghasilkan suatu larutan yang bersifat konduktif,
Adanya perubahan dalam konduktivitas dimonitor.

g Detektor foto-ionisasi

Ketika suatu senyawa menyerap energi foton dari suatu lampu UV, maka
senyawa tersebut akan terionisasi. Hal inilah yang menjadi dasar detektor ini.
Senyawa yang terionisasi ini selanjutnya dikumpulkan dan banyaknya arus yang
dihasilkan dimonitor.

Detektor ini dapat digunakan untuk deteksi senyawa-senyawa aromatis,


keton, aldehid, ester, amin, senyawa-senyawa sulfur organik, senyawa-senyawa
anorganik seperti hidrogen sulfida, HI, HCI, klorin, iodium, dan fosfin. Detektor
ini akan tanggap terhadap semua senyawa yang mempunyai potensial ionisasi
pada kisaran potensial sumber lampu UV atau terhadap senyawa-senyawa yang
mempunyai potensial ionisasi kurang dari 12 eV.

Keuntungan lain detektor ini adalah bahwa pelarut-pelarut umum yang


sering digunakan seperti metanol, kloroform, metilen klorida, karbon tetraklorida,
dan asetonitril tidak memberikan atau sedikit memberikan tanggapan (respon),
jika digunakan lampu UV yang mempunyai potensial ionisasi 12 eV. Lampu-
lampu yang paling umum digunakan dan tersedia di pasaran adalah lampu dengan
potensial ionisasi 9,5: 10,0: 10,2: 10,9, dan 11,7 eV. Untuk meningkatkan

14
selektifitas detektor, lampu harus dipilih yang hanya dapat mengionisasi analit
yang dituju saja.

h. Detektor spektrometer massa

Spektrometer massa jika digunakan sebagai detektor maka akan mampu


memberikan informasi data struktur kimia senyawa yang tidak diketahui. Dengan
menggunakan spektrometer massa Untuk memonitor ion tunggal atau beberapa
ion yang karakteristikdalam analit, maka batas deteksi ion-ion ini akan
aiingxarean.

2. 7 Komputer

Komponen KG selanjutnya adalah komputer. KG modern menggunakan


komputer yang dilengkapi dengan perangkat lunak. nya (software) untuk
digitalisasi signal detektor dan mempunyai beberapa fungsi, antara lain:

1. Memfasilitasi setting parameter-parameter instrumen seperti aliran fase gas:


suhu oven dan pemrograman suhu: serta penyuntikan sampel secara otomatis.

2. Menampilkan kromatogram dan informasi-informasi lain dengan menggunakan


grafik berwarna.

3. Merekam data kalibrasi, retensi, serta perhitungan-perhitungan dengan statistik.

4. Menyimpan data parameter analisis untuk analisis senyawa tertentu.

8. Derivatisasi pada Kromatografi Gas

Derivatisasi merupakan proses kimiawi untuk mengubah suatu senyawa menjadi


senyawa lain yang mempunyai sifat-sifat yang sesuai untuk dilakukan analisis
menggunakan kromatografi gas. Alasan dilakukannya derivatisasi:

1. Senyawa-senyawa tersebut tidak memungkinkan dilakukan analisis dengan KG


terkait dengan volatilitas dan stabilitasnya.

2. Untuk meningkatkan batas deteksi dan bentuk kromatogram. Beberapa senyawa


tidak menghasilkan bentuk kromatogram yang bagus (misal puncak kromatogram

15
saling tumpang tindih) atau sampel yang dituju tidak terdeteksi, karenanya
diperlukan derivatisasi sebelum dilakukan analisis dengan KG.

3. Meningkatkan volatilitas, misal senyawa gula. Tujuan utama derivatisasi adalah


untuk meningkatkan volatilitas senyawasenyawa yang tidak mudah menguap
(non-volatil). Senyawasenyawa dengan berat molekul rendah biasanya tidak
mudah menguap karena adanya gaya tarik-menarik inter molekuler antara gugus-
gusug polar, karenanya jika gugus-gugus polar ini ditutup dengan cara
derivatisasi, maka akan mampu meningkatkan volatilitas senyawa tersebut secara
dramatis.

4. Meningkatkan deteksi, misal untuk kolesterol dan senyawa senyawa Steroid.

5. Meningkatkan stabilitas. Beberapa senyawa volatil mengalami dekomposisi


parsial karena panas sehingga diperlukan deri vatisasi untuk meningkatkan
stabilitasnya.

6. Meningkatkan batas deteksi pada penggunaan detektor tangkap elektron (ECD).

Berikut akan diuraikan beberapa cara derivatisasi yang dilakukan pada


kromatografi gas, serta gugus-gugus fungsional yang bereaksi.

a. Esterifikasi

Esterifikasi digunakan untuk membuat derivat gugus karboksil. Contoh


obat yang mengandung gugus ini adalah obat golongan analgesik, prostaglandin,
asam amino, dan obat anti-inflamasi. Pengubahan gugus karboksil menjadi
esternya akan meningkatkan volatilitas karena akan menurunkan ikatan hidrogen.
Derivatisasi dengan esterifikasi dapat dilakukan dengan cara esterifikasi Fisher
biasa dalam asam kuat, menurut reaksi: H' atau R-OH # R'-COOH Br, OOR Ester
metil paling banyak digunakan, meskipun demikian ester etil, propil, dan butil
juga sering dimanfaatkan untuk derivatiSasi ini. Ester alifatik yang lebih panjang
dibuat dengan tujuan Untuk menurunkan volatilitas, meningkatkan respon
detektor, me. ningkatkan resolusi atau daya pisah dari bahan penganggu, dan Juga
meningkatkan resolusi dari senyawa-senyawa yang mempunyai rumus molekul
yang hampir sama. Bahan yang sering diguTakan adalah boron trifluorida atau

16
boron triklorida dengan alkohol alifatik. Diazometana biasanya digunakan untuk
membuat metil ester, sementara diazoetan digunakan untuk membuat etil ester.

Reaksi yang melibatkan keduanya untuk esterifikasi berlangsung secara


sempurna dan memberikan hasil derivat yang tinggi Kerugiannya adalah bahwa
diazometan dan diazoetan bersifat toksik, mudah meledak, dan harus dibuat baru,
serta sampel harus berada dalam media bebas air. Karena kerumitan ini, maka ke
duanya jarang digunakan untuk analisis rutin dan hanya digunakan untuk tujuan
penelitian.

Ester alkil dibuat dengan tetrametil amonium hidroksida atau


trimetilanilinium hidroksida (TMAH) dan alkali iodida (pelarut dimetil asetamid-
metanol) sebelum penyuntikan ke kolom kromatografi gas, sementara itu ester aril
dibuat dari benzil bromida atau dari pentafluorobenzil bromida.

b. Asilasi

Jika sampel yang diuji mengandung fenol, alkohol, atau amim primer atau
sekunder maka sering digunakan derivatisasi dengan asilasi yang merupakan
reaksi yang paling umum. Derivatisasi dengan cara ini dilakukan dengan
menggunakan asam asetat anhidrat dan katalis (misalkan asam asetat, asam p-
toluen sulfonat, piridin, N-metil amidazol) sebelum penyuntikan ke kromatografi
gas (pre column derivatization) atau dilakukan penyuntikan di dalam kolom (on
column derivatization). Asilasi pada umumnya memberikan bentuk kromatogram
yang baik. Trifluoro asetat (FFA), pentafluoropropianat (PFP), atau
heptafluorobutirat (HFB) digunakan untuk meningkatkan sensitifitas analisis.
Umumnya kepekaan relatif ester terfluoro adalah: pentafluorobenzoil » HFB »
PFP » TFA, dengan beberapa perkecualian. Jika menganalisis ester katekolamin
dan metabolitnya dengan TFA, PFP, dan HFB maka urutan elusinya pada fase
diam yang kurang polar (SE-30) adalah sebagai berikut: TFA lebih cepat daripada
PFP dan yang paling akhir terelusi adalah HFB, sedangkan jika menggunakan fase
diam yang lebih polar (OV-1 atau XE-60) maka derivat PFP dan HFB akan
terelusi sebelum TFA.

17
Asilasi dlakukan dengan menggunakan perfluoroanhidrida yang murni
atau dalam pelarut, misalkan dalam asetonitril dan gil asetat. Penambahan amin
tersier seperti trimetil amin atau trietil gmin akan meningkatkan reaktifitasnya dan
berfungsi sebagai penerima asam.

c. Alkilasi

Alkilasi digunakan untuk menderivatisasi alkohol, fenol, amina (primer


dan sekunder), imida, dan sulfhidril. Derivat dapat dibuat dengan sintesis
Wiliamson, yakni alkohol atau fenol ditambah alkil atau benzil halida dengan
adanya basa. Jenis agen penderivat yang saat ini digunakan hanya a-bromo-
2,3,4,5,6-pentafluorotoluen. d. Sililasi

Derivat silil saat ini digunakan untuk menggantikan eter alki untuk analisis
sampel yang bersifat polar yang tidak mudah menguap. Derivat yang paling sering
dibuat adalah trimetilsilil. Urutan reaktifitas pereaksi sililasi berdasarkan pada
pemampuan penyumbang silil adalah sebagai berikut: Trimetilsililimidazol
(TMSIM) ? N,O-bis-(trimetilsilil)-trifluoroasetamid (BSTFA) ? N,Obis-
(trimetilsilil)-asetamid (BSA) » N-metil-N-trimetilsililtriflucroasetamid (MSTFA)
» Ntrimetilsilildietilamin (TMSDEA) » N-metilN-trimetilsililasetamid (MSTA) 2
Trimetilklorosilan (TMCS) » Heksametildisilazan (HMDS).

Urutan reakstivitas gugus-gugus penerima silil adalah sebagai berikut:


alkohol ? fenol » asam karboksilat » amina » amida. Faktor sterik sangat penting
dalam hal penentuan kecepatan reaksi derivatisasi. Untuk setiap gugus fungsi,
urutan reaktifitasnya adalah: primer » sekunder » tersier.

Derivatisasi dengan cara sililasi mempunyai beberapa keuntungan: eter


silil mudah dibuat untuk banyak gugus fungsi, dapat dilakukan dalam vial kaca
dengan tutup bersekrup yang dilapisi dengan teflon, pereaksi sililasi sering kali
mampu melarutkan Sampel (meskipun demikian pelarut-pelarut seperti piridin,
dimex tlformamid, asetonitril, tetrahidrofuran, dan kloroform dapat Yigunakan
untuk melarutkan sampel yang akan diderivatisasi dengan cara sililasi),
derivatisasi sering terjadi dalam suhu kamar(akan tetapi gugus fungsional yang
sukar diderivatisasi seperti amina sekunder, alkohol tersier, dan amida perlu

18
dilakukan pemanasan pada suhu antara 60-150”C). Laju reaksi derivatisasi juga
dapat ditingkatkan dengan penambahan katalis asam seperti dengan
trimetilklorosilan atau dengan katalis basa seperti piridm. Dilaporkan bahwa 95 &
derivat trimetilsilil (TMS) dapat dibuat dengan menggunakan trimetilsililimidazol
(TMSIM) atau dengan N,O-bis-(trimetilsilil)-trifluoroasetamid (BSTFA), yang
kadangkadang ditambah dengan trimetilklorosilan sebagai katalis. Kedua pereaksi
ini (TMSIM dan BSTFA) menunjukkan selektifitas. Sebagai contoh, TMSIM
tidak bereaksi dengan gugus amino, sedangkan BSTFA merupakan pereaksi
terpilih untuk gugus amino. Pembuatan TMS dalam media bebas air lebih reaktif
dibanding dalam media yang mengandung air. Berikut adalah contoh derivatisasi
yang digunakan untuk memperbaiki bentuk puncak pseudoefedrin:

Sirup dekongestan dibasakan dengan amonia dan diekstraks! ke dalam etil


asetat sehingga akan menjamin bahwa semua komponen yang terekstraksi berada
dalam bentuk basa bebasnya daripada bentuk garamnya. Bentuk basa inilah yang
bertanggung jawab pada bagusnya bentuk puncak kromatografi. Garam-garam
atau basa-basa akan terurai karena adanya panas pada lubang suntik KG, sehingga
dengan adanya proses ini akan dapat menyebabkan terjadinya peruraian.

Jika ekstrak pada sirup dekongestan di lakukan kromatograt 2s secara


langsung, maka kromatogram yang dihasilkan seperti gambar 16.10 (a). Basa
bebas triprolidin dan dekstrometorfan me. tunjukkan bentuk puncak yang bagus,
akan tetapi pesudoefedrin yang merupakan basa yang lebih kuat karena adanya
gugus hidroksil dan gugus amin memberikan bentuk puncak yang kurang bagus,
Hal ini dapat diatasi dengan menutup gugus polar (gugus lidroksi dan amin) pada
pseudoefedrin dengan cara mereaksikanlya menggunakan trifluoroasetat anhidrida
(TFA). Perlakuan des Ngan TFA ini tidak menghasilkan senyawa derivatif
terhadapsenyawa senyawa basa tersier dalam ekstrak (sirup dekongestan) ini.
Reagen TFA ini sangat bermanfaat karena reagen ini sangat reaktif dan bertitik
didih rendah (40”C) sehingga kelebihan reagen TFA ini mudah dihilangkan
dengan cara evaporasi sebelum dilak kan kromatografi gas.

e. Kondensasi

19
Jika sampel yang akan dianalisis mengandung gugus aldehid atau keton
maka sering kali dilakukan derivatisasi yang tujuanny adalah untuk mencegah
terjadinya enolisasi karena terjadinya ikatan hidrogen, meningkatkan resolusi
karena adanya za pengganggu, dan meningkatkan sensitifitas deteksi.

Reaksi kondensasi dapat digunakan untuk derivatisasi amma yang mana


pereaksinya mengandung gugus karbonil. Amina primer bereaski dengan keton
membentuk enamin atau bereakss dengan karbon disulida membentuk
isotiosianat. Aseton dan siklobutanon bereaksi dengan amin primer membentuk
enamm yang menghasilkan puncak tunggal dalam KG.

f. Siklisasi

Penutupan gugus polar melalui siklisasi dilakukan pada senyawa yang


mengandung 2 gugus fungsi yang kira-kira sangat mudah dibuat heterosiklis
beratom 5 atau 6. Beberapa jenis heterosiklis yang terbentuk adalah: ketal,
boronat, triazin, dan fosfit.

Ujung amfoter asam amino dapat dibuat lebih volatil dengan siklisasi
menggunakan diklorotetrafluoroaseton membentuk 2,3, bis-(klorodifluorometil)-
4-tersubstitusi 1,3-oksazolidin-5-on menurut reaksi:

20
BAB III

21
PENUTUP

3. 1 Kesimpulan

Kromatografi gas (GC) merupakan salah satu teknik spektroskopi


yang menggunakan prinsip pemisahan campuran berdasarkan perbedaan
kecepatan migrasi komponen-komponen penyusunnya. KG adalah teknik
pemisahan yang mana solut-solut yang mudah menguap (dan stabil
terhadap panas) bermigrasi melalui kolom yang mengandung fase diam
dengan suatu kecepatan yang tergantung pada rasio distribusinya.

3. 2 Saran

Diharapkan kita sebagai mahasiswa dapat memahami materi


tentang Kromatografi Gas. Meskipun begitu saya sadar akan banyaknya
kekurangan dalam pembuatan makalah ini, penulis mengharapkan para
pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun.

DAFTAR PUSTAKA

22
Abdul Rohman. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Abdelwahab, S. I. , Abdul A. B, Zain, Z. N. and Abdul, A. H, 2012, Zerumbone


inhibits interleukin-6 and induces apoptosis and cell cycle arrest in ovarian
and cervical cancer cells, International Immunopharmacology. 12 (4) : 594-
602

Anonima , 2012, High Performance Liquid Chromatograph, (online),


(http://www.standardbase.com/tech/HPLC.pdf, diakses tanggal 14 april
2012).

Achmad, M dan Abdul, R. (Editor), 2006, Pengantar Kimia Farmasi Analisi:


Volumetri dsn Gravimetri, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Gandjar, I. G., 1991, Kimia Anaisis Instrumental. Fakultas Farmasi, Universits
Gadjah Mada, Yogyakarta.
Mulya, M., dan Suherman, 1995, Analisis instrumen, Airlangga University Press,
Surabaya.
Munson, J.W., 1981, Pharmaceutical Analysis: Modern Methods, Part A dan B,
diterjemahkan oleh Harjana dan Soemadi, Airlangga University Press,
Surabaya.
Rivai, H., 2006, Asas Pemeriksaan Kimia, Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Sudarmadji, S, Haryono, B dan Suhardi, 1997, Prosedur Analisa Untuk Bahan
Makanan dan Pertanian, Penerbit Lyberty, Yogyakarta.

23

Anda mungkin juga menyukai