Disusun Oleh :
S-1 FARMASI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “
Kromatografi Gas (KG) ” ini tepat pada waktunya.
Penulis sadar bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi perbaikan
tugas ini di masa yang akan datang. Penulis juga berharap tugas ini dapat berguna
bagi pembaca.
Penulis,
i
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Prinsip Kromatograti Gas.......................................................................... 3
2.2. Sistem peralatan KG.................................................................................. 3
2.3. Fase gerak pada kromatografi gas............................................................. 4
2.4. Ruang suntik pada kromatografi gas......................................................... 5
2.5. Kolom dalam kromatografi gas................................................................. 7
2.6. Detektor pada kromatografi gas................................................................. 9
2.7. komputer pada kromatografi gas............................................................... 15
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................. 22
3.2 Saran........................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Kromatografi adalah teknik pemisahan fisik suatu campuran zat-zat kimia
yang berdasar pada perbedaan kecepatan migrasi dari masing-masing komponen
campuran yang terpisah pada fase diam dibawah pengaruh pergerakan fase yang
bergerak. Kromatografi bertujuan untuk pemisahan komponen dari matriks
sampel dan tetap dibiarkan dalam fase diam kemudian ditentukan untuk analisis.
Kromatografi gas (GC) merupakan salah satu teknik spektroskopi yang
menggunakan prinsip pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan
migrasi komponen-komponen penyusunnya. Kromatografi gas ditemukan pada
tahun 1903 oleh Tswett dan biasa digunakan untuk mengidentifikasi suatu
senyawa yang terdapat pada campuran gas. Pengidentifikasian secara lebih lanjut
dapat digunakan dalam mengestimasi konsentrasi suatu senyawa dalam fasa gas.
Kromatografi Gas merupakan teknik pemisahan yang mana solut-solut
yang mudah menguap (dan stabil terhadap panas) bermigrasi melalui kolom yang
mengandung fase diam dengan suatu kecepatan yang tergantung pada rasio
distribusinya. Pada umumnya solut akan terelusi berdasarkan pada peningkatan
titik didihnya, kecuali jika ada interaksi khusus antara solut dengan fase diam.
Pemisahan pada kromatografi gas didasarkan pada titik didih suatu senyawa
dikurangi dengan semua interaksi yang mungkin terjadi antara solut dengan fase
diam. Fase gerak yang berupa gas akan mengelusi solut dari ujung kolom lalu
menghantarkannya ke detektor. Penggunaan suhu yang meningkat (biasanya pada
kisaran 50-350C) bertujuan untuk menjamin bahwa solut akan menguap dan
karenanya akan cepat terelusi.
1. 2 Rumusan Masalah
1. Apa prinsip kromatografi gas ?
1
5. Jelaskan detektor pada kromatografi gas ?
1. 3 Tujuan
1. Menjelaskan prinsip kromatografi gas .
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pada KGC ini, fase diam yang digunakan adalah cairan yang diikatkan pada suatu
pendukung sehingga solut akan terlarut dalam fase diam. Mekanisme sorpsi-nya
adalah partisi.
2. 2 Sistem Peralatan KG
3
2. 3 Fase Gerak pada KG
Fase gerak pada KG juga disebut dengan gas pembawa karena tujuan
awalnya adalah untuk membawa solut ke kolom, karenanya gas pembawa tidak
berpengaruh pada selektifitas. Syarat gas pembawa adalah: tidak reaktif, murni/
kering karena kalau tidak murni akan berpengaruh pada detektor, dan dapat
disimpan dalam tangki tekanan tinggi (biasanya merah untuk hidrogen, dan abu-
abu untuk nitrogen).
4
sama dengan kolom 4 mm diperlukan kecepatan alir gas pembawa 80 ml/menit.
Dengan demikian penggunaan kolom dengan diameter yang kecil akan
menghemat gas pembawa secara signifikan.
Kolom kapiler memakai kecepatan alir gas yang rendah, yakni antara 0,2-2
ml/menit. Pada tekanan tetap, kecepatan alir gas meningkat dengan meningkatnya
suhu (sebagaimana dalam suhuperprogram). Sistem yang baru dan dikendalikan
dengan mikro prosesor dapat mengoreksi perubahan kecepatan alir gas pembawa
yang disebabkan oleh suhu. Karena kecepatan alir gas pembaws pada kolom
kapiler sangat rendah, maka pada kebanyakan detektor ditambah gas tambahan
yang ditambahkan ke dalam efluen setelah keluar dari kolom tetapi belum
mencapai detektor. Gas tambahan biasanya sama dengan gas pembawa, meskipun
kadangkals digunakan helium.
Gas pembawa bekerja paling efisien pada kecepatan alir tertentu. Gas
nitrogen akan efisien jika digunakan dengan kecepatan alir & 10 ml/ menit,
sementara helium akan efisien pada kecepatan alir 40 ml/ menit. 0.
Pada kolom kapiler, sampel yang diperlukan sangat sedikit bahkan sampai
0,01 ul, karenanya berbeda dengan kolom kemas yang memerlukan 1-100 ul
sampel. Karena pengukuran secara akurat sulit dilakukan jika sampel yang
disuntikkan terlalu kecil (pada kolom kapiler), maka ditempuh suatu cara untuk
5
Mengecilkan ukuran sampel setelah penyuntikan. Salah satu cara yang dilakukan
adalah dengan menggunakan teknik pemecah Suntikan (split injection) (gambar
16.2). Dengan menggunakanpemecah suntikan ini, sampel yang banyaknya
diketahui, seperti biasanya, disuntikkan ke dalam aliran gas pembawa dan
sebelum masuk ke kolom, gas pembawa ini dibagi menjadi 2 aliran. Satu aliran
akan masuk ke kolom dan satunya lagi akan dibuang, Aliran relatif dalam kedua
aliran ini dikendalikan dengan sejenis penghambat seperti katup jarum pada aliran
yang dibuang. Laju alir di dalam kedua aliran diukur dan ditentukan nisbah (rasio)
pemecahannya. Jika 1 pl sampel dimasukkan ke dalam pemecah aliran yang
mempunyai nisbah pemecahan 1:100, maka sebanyak 0,01 ul sampel masuk ke
kolom sedangkan sisanya akan dibuang.
Sampel yang ideal dalam kromatografi gas adalah sampel yang hanya
mengandung senyawa yang akan dipisahkan dalam kolom, dan dalam banyak hal
juga pelarut yang mudah menguap yang melarutkan sampel tersebut. Walaupun
cairan yang mudah menguap (tidak dalam larutan) serta zat padat yang mudah
menguap dapat langsung disuntikkan, tetapi kebanyakan dilarutkan duhs dalam
pelarut organik baru kemudian disuntikkan. Konsentrasi sampel biasanya berkisar
antara 1-104. Komponen yang tidak mudah menguap atau tingkat menguapnya
rendah tidak boleh ada dalam sampel, karena komponen ini akan tertinggal di
ruang suntik yang pada akhirnya akan mengurangi kinerja kolom.
6
penyuntikannya melalui lubang suntik secara langsung dikhawatirkan akan terjadi
peruraian senyawa tersebut karena suhu yang tinggi (pirolisis).
2. 5 Kolom pada KG
7
a. Kolom kemas
Jenis kolom ini terbuat dari gelas atau logam yang tahan karat atau dari
tembaga dan aluminium. Panjang kolom jenis ini adalah 1-5 meter dengan
diameter dalam 1-4 mm.
b. Kolom kapiler
Jenis kolom ini berbeda dengan kolom kemas, dalam hal adanya rongga
pada bagian dalam kolom yang menyerupai pipa (tube). Oleh karena itu kolom
kapiler juga disebut “Open tubular columns". Fase diam melekat mengelilingi
dinding dalam kolom. Ada empat macam jenis lapisan pada kolom kapiler ini,
yaitu: WCOT (Walll Coated Open Tube): SCOT (Support Coated Open Tube).
PLOT (Porous Layer Open Tube): dan FSOT (Fused Silica Open Tube).
Kolom kapiler sangat banyak dipakai atau lebih disukai oleh para ilmuan.
Salah satu sebabnya antara lain kemampuan kolom kapiler memberikan harga
jumlah pelat teori yang sangat besar (3 300.000 pelat).
Banyak macam bahan kimia yang dipakai sebagai fase diam antara lain:
sgualen, DEGS (Dietilglikol suksinat), OV-17 (phenu methryl silicone oil).
Semakin tipis lapisan penyalut sebagai fase diam, maka semakin tinggi suhu
operasionalnya. Untuk lapisan salut « 1 pm, suhu operasional dapat mencapai
460”C, sementara itu suhu minimalnya dapat mencapai 60C.
Fase diam yang dipakai pada kolom kapiler dapat bersifat non polar, polar,
atau semi polar. Fase diam non polar yang paling banyak digunakan adalah metil
polisiloksan (HP-1: DB-1: SE-30: CPSIL-5) dan fenil 5-metilpolisiloksan 954
(HP-5, DB-5: SE-52, CPSIL-8). Fase diam semi polar adalah seperti fenil 50 &-
metilpolisiloksan 504 (HP-17: DB-17, CPSIL-19), sementara itu fase diam yang
8
polar adalah seperti polietilen glikol (HP-20M, DB-WAX: CP-WAX, Carbowax-
20M). Jenis fase diam akan menentukan urutan elusi komponen-komponen dalam
campuran. Seorang analis harus memilih fase diam yang mampu memisahkan
komponen-komponen dalam sampel. Contoh fase diam, kegunaan untuk analisis
golongan senyawa, polaritas, dan suhu maksimum Operasi yang diizinkan.
2. 6 Detektor pada KG
Beberapa sifat detektor yang digunakan dalam kromatografi Bas ditunjukkan oleh
tabel 16.5.
Berikut akan dijelaskan detektor yang sering digunakan dalam kromatografi gas:
9
Detektor ini didasarkan bahwa panas dihantarkan dari benda yang suhunya
tinggi ke benda lain di sekelilingnya yang suhunya lebih rendah. Kecepatan
penghantaran panas ini tergantung susunan gas yang mengelilinginya. Jadi setiap
gas mempunyai daya hantar panas yang kecepatannya merupakan fungsi dari
lajuBerikut akan dijelaskan detektor yang sering digunakan dalam kromatografi
gas: a. Detektor hantar panas (Thermal Conductivity Detector "TCD)
Pergerakan molekul gas yang pada suhu tertentu merupakan fungsi dari
berat molekul gas. Gas yang mempunyai berat molekul rendah mempunyai daya
hantar lebih tinggi. Jika ada komponen/ senyawa yang dibawa fase gerak masuk
ke dalam detektor, karena BM senyawa biasanya tinggi maka daya hantar menjadi
turun .
Di dalam detektor ini dipasang filamen ganda yang dibuat dari platina atau
campuran logam tungsten-rheruum yang tahan panas hingga 4000C (mirip dengan
lampu pijar wokfram). Satu filamen ditempatkan di dalam efluen kolom, dan satu
filamen lagi diletakkan pada aliran fase gerak sebelum memasuki tempat
penyuntikan sampel dan digunakan sebagai pembanding (filamen pembanding)
pada suhu yang sama dengan suhu pada efluen kolom. Filamen ini dialiri listrik
untuk memanaskannya. Kedua filamen ini dihubungkan dengan rangkaian listrik
yang disebut jembatan Wheatstone, untuk menyeimbangkan arus listrik. Bila
molekul sampel masuk ke dalam detektor, maka sampel akan menurunkan daya
hantar panas, akibatnya filamen menjadi lebih panas (suhu mejadi lebih tinggi)
yang menyebabkan naiknya tahanan sehingga menurunkan arus listrik. Perbedaan
arus listrik antara 2 filamen ini dikirimkan ke rekorder atau sistem pengolah data
yang kemudian ditampilkan sebagai kromatogram.
Masalah utama dalam detektor ini adalah bahwa filamen harus dilindungi
dari udara ketika filamen itu panas. Jadi, filamen tidak boleh dipanaskan tanpa
dialiri gas pembawa. Banyak instrumen mutakhir yang telah dirancang untuk
mengatasi hal ini artinya filamen hanya dapat dipanasi jika gas pembawa
mengalir, Detektor biasanya dibersihkan dengan melepaskannya dari sistem dan
merendamkannya dalam sederet pelarut seperti dekalin, Metanol, air, dan aseton.
10
Setelah pengeringan (sebelum dipakai), detektor dipanaskan di dalam aliran gas
pembawa kromatograf selama 24 jam.
Pada dasarnya senyawa organik bila dibakar akan terurai menjadi pecahan
sederhana bermuatan positif, biasanya terdiri atas satu karbon (C"). Pecahan ini
meningkatkan daya hantar di sekitar nyala, tempat yang telah dipasang elektroda,
dan peningkatan daya hantar ini dapat diukur dengan mudah dan direkam. Dengan
demikian, gas efluen dari kolom dialirkan ke dalam nyala hidrogen yang terbakar
di udara. Sampel yang dibawa oleh gas pembawa mengalir ke dalam nyala dan
diuraikan menjadi ion. Ion ini akan meningkatkan daya hantar dan karenanya akan
meningkatkan arus listrik yang mengalir diantara 2 elektroda. Arus itu selanjutnya
diperkuat di amplifier dan direkam oleh rekorder.
Detektor ionisasi nyala (FID) ini mengukur jumlah atom karbon, dan bukan
jumlah molekul seperti pada TCD.
Pada pamakaian FID, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan: pertama,
kecepatan alir O, (udara) dan H,. Untuk memperoleh tanggapan FID yang optimal
sebaiknya kecepatan aliran H, £ 30 ml/ menit dan O, sepuluh kalinya. Kedua
11
adalah bahwa suhu FID harus diatas 1002C. Hal ini bertujuan untuk mencegah
kondensasi uap air yang mengakibatkan FID berkarat atau kehilangan (menurun)
sensitifitasnya. Kalau memungkinkan pada selang waktu tertentu dengan
pertolongan mekanik, maka dapat dilakukan pembersihkan bagian atas FID
(kolektor) yang mungkin telah dilapisi berbagai macam kotoran.
Detektor ini dilengkapi dengan sumber radio aktif yaitu tritum CH ) atau
SNi yang ditempatkan diantara dua elektroda (Gambar 16.8). Tegangan listrik
yang dipasang antara katoda dan Inoda tidak terlalu tinggi, antara 2-100 volt.
Dasar kerja detektor Wi adalah: penangkapan elektron oleh senyawa yang
mempunyaiafinitas terhadap elektron bebas, yaitu senyawa yang mempunyai
unsur-unsur elektronegatif.
Bila fase gerak (gas pembawa N,) masuk ke dalam detektor maka sinar B
akan mengionisasi molekul N, menjadi ion-ion N,” dan menghasilkan elektron
(bebas) yang akan bergerak ke anoda dengan lambat. Dengan demikian, di dalam
ruangan detektor terdapat semacam awan elektron bebas yang dengan lambat
menuju anoda. Elektron-elektron yang terkumpul pada anoda akan menghasilkan
arus garis dasar (baseline current) yang steady dan memberikan garis dasar pada
kromatogram. Bila komponen sampel (senyawa dengan unsur elektronegatif)
dibawa fase gerak masuk ke dalam ruang detektor yang dipenuhi awan elektron,
maka senyawa ini akan menangkap elektron sehingga membentuk ion molekul
negatif. Ion molekul ini akan dibawa oleh fase gerak (carrier gas). Akibatnya
setiap partikel negatif dibawa keluar detektor, berarti menyingkirkan satu elektron
dari sistem sehingga arus listrik yang steady tadi akan berkurang. Pengurangan
arus ini akan dicatat oleh rekorder sebagai puncak pada kromatogram.
Pada prinsipnya NPD mirip dengan FID, hanya saja fenomena mekanisme
nyala plasma belum jelas. Ada kemungkinan terjadi peristiwa pemadaman
(guenching) dari nyala plasma dan logam alkali oleh nitrogen /fosfor yang berasal
dari sampel.
12
NPD sangat selektif terhadap nitrogen dan fosfor karena adanya elemen
aktif diatas aliran kapiler yang terbakar oleh plasma (1600”C). Elemen aktif
merupakan logam kalium atau rubidium atau cesium yang dilapiskan pada silinder
kecil alumunium. Kegunaan elemen aktif garam metal alkali adalah sebagai
sumber ion di dalam plasma yang bertugas menekan ionisasi hidrokarbon di
dalam plasma, akan tetapi sebaliknya menaikkan ionisasi sampel yang
mengandung N atau P. “
13
terbentuk spesies-spesies yang tereksitasi yang akan runtuh (decay) dan
menghasilkan suatu emisi kemiluminesen yang spesifik yang dapat diukur pada
panjang gelombang tertentu. Untuk yang mengandung atom S, diukur pada
panjang gelombang 393 nm, sementara yang mengandung fosfor diukur pada
panjang gelombang 526 nm. £. Detektor konduktivitas elektrolitik
g Detektor foto-ionisasi
Ketika suatu senyawa menyerap energi foton dari suatu lampu UV, maka
senyawa tersebut akan terionisasi. Hal inilah yang menjadi dasar detektor ini.
Senyawa yang terionisasi ini selanjutnya dikumpulkan dan banyaknya arus yang
dihasilkan dimonitor.
14
selektifitas detektor, lampu harus dipilih yang hanya dapat mengionisasi analit
yang dituju saja.
2. 7 Komputer
15
saling tumpang tindih) atau sampel yang dituju tidak terdeteksi, karenanya
diperlukan derivatisasi sebelum dilakukan analisis dengan KG.
a. Esterifikasi
16
boron triklorida dengan alkohol alifatik. Diazometana biasanya digunakan untuk
membuat metil ester, sementara diazoetan digunakan untuk membuat etil ester.
b. Asilasi
Jika sampel yang diuji mengandung fenol, alkohol, atau amim primer atau
sekunder maka sering digunakan derivatisasi dengan asilasi yang merupakan
reaksi yang paling umum. Derivatisasi dengan cara ini dilakukan dengan
menggunakan asam asetat anhidrat dan katalis (misalkan asam asetat, asam p-
toluen sulfonat, piridin, N-metil amidazol) sebelum penyuntikan ke kromatografi
gas (pre column derivatization) atau dilakukan penyuntikan di dalam kolom (on
column derivatization). Asilasi pada umumnya memberikan bentuk kromatogram
yang baik. Trifluoro asetat (FFA), pentafluoropropianat (PFP), atau
heptafluorobutirat (HFB) digunakan untuk meningkatkan sensitifitas analisis.
Umumnya kepekaan relatif ester terfluoro adalah: pentafluorobenzoil » HFB »
PFP » TFA, dengan beberapa perkecualian. Jika menganalisis ester katekolamin
dan metabolitnya dengan TFA, PFP, dan HFB maka urutan elusinya pada fase
diam yang kurang polar (SE-30) adalah sebagai berikut: TFA lebih cepat daripada
PFP dan yang paling akhir terelusi adalah HFB, sedangkan jika menggunakan fase
diam yang lebih polar (OV-1 atau XE-60) maka derivat PFP dan HFB akan
terelusi sebelum TFA.
17
Asilasi dlakukan dengan menggunakan perfluoroanhidrida yang murni
atau dalam pelarut, misalkan dalam asetonitril dan gil asetat. Penambahan amin
tersier seperti trimetil amin atau trietil gmin akan meningkatkan reaktifitasnya dan
berfungsi sebagai penerima asam.
c. Alkilasi
Derivat silil saat ini digunakan untuk menggantikan eter alki untuk analisis
sampel yang bersifat polar yang tidak mudah menguap. Derivat yang paling sering
dibuat adalah trimetilsilil. Urutan reaktifitas pereaksi sililasi berdasarkan pada
pemampuan penyumbang silil adalah sebagai berikut: Trimetilsililimidazol
(TMSIM) ? N,O-bis-(trimetilsilil)-trifluoroasetamid (BSTFA) ? N,Obis-
(trimetilsilil)-asetamid (BSA) » N-metil-N-trimetilsililtriflucroasetamid (MSTFA)
» Ntrimetilsilildietilamin (TMSDEA) » N-metilN-trimetilsililasetamid (MSTA) 2
Trimetilklorosilan (TMCS) » Heksametildisilazan (HMDS).
18
dilakukan pemanasan pada suhu antara 60-150”C). Laju reaksi derivatisasi juga
dapat ditingkatkan dengan penambahan katalis asam seperti dengan
trimetilklorosilan atau dengan katalis basa seperti piridm. Dilaporkan bahwa 95 &
derivat trimetilsilil (TMS) dapat dibuat dengan menggunakan trimetilsililimidazol
(TMSIM) atau dengan N,O-bis-(trimetilsilil)-trifluoroasetamid (BSTFA), yang
kadangkadang ditambah dengan trimetilklorosilan sebagai katalis. Kedua pereaksi
ini (TMSIM dan BSTFA) menunjukkan selektifitas. Sebagai contoh, TMSIM
tidak bereaksi dengan gugus amino, sedangkan BSTFA merupakan pereaksi
terpilih untuk gugus amino. Pembuatan TMS dalam media bebas air lebih reaktif
dibanding dalam media yang mengandung air. Berikut adalah contoh derivatisasi
yang digunakan untuk memperbaiki bentuk puncak pseudoefedrin:
e. Kondensasi
19
Jika sampel yang akan dianalisis mengandung gugus aldehid atau keton
maka sering kali dilakukan derivatisasi yang tujuanny adalah untuk mencegah
terjadinya enolisasi karena terjadinya ikatan hidrogen, meningkatkan resolusi
karena adanya za pengganggu, dan meningkatkan sensitifitas deteksi.
f. Siklisasi
Ujung amfoter asam amino dapat dibuat lebih volatil dengan siklisasi
menggunakan diklorotetrafluoroaseton membentuk 2,3, bis-(klorodifluorometil)-
4-tersubstitusi 1,3-oksazolidin-5-on menurut reaksi:
20
BAB III
21
PENUTUP
3. 1 Kesimpulan
3. 2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
22
Abdul Rohman. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
23