Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN STERIL


PRAKTIKUM KE IV

SEDIAAN AMPUL INJEKSI AMMONIUM


KLORIDA

Oleh :
Kelompok : B1.4
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Ria Debby Berta


Rifa Rizkiyah
Roslan Simbolon
Siti Nuraeni
Yuni Dwi Mustikawati
Tri Ratna Aji

(2011210206)
(2011210209)
(2011210217)
(2011210234)
(2011210267)
(2012212311)

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA

2014
I.

JUDUL PERCOBAAN
Injeksi Ammonium klorida dalam wadah ampul 1 mL

II. PENDAHULUAN
Injeksi adalah suatu sediaan steril yang disuntikkan dengan cara merobek
jaringan ke dalam kulit atau melalui selaput lendir. Injeksi dapat berupa larutan,
emulsi, suspensi atau serbuk steril yang harus dilarutkan atau disuspensikan
terlebih dahulu sebelum digunakan (Ilmu meracik obat, hal. 190).
Pada umumnya pemberian dengan cara parenteral dilakukan bila
diinginkan kerja obat yang cepat, bagi pasien yang tidak sadar, tidak dapat atau
tidak tahan menerima pengobatan secara oral atau bila obat itu sendiri tidak
efektif dengan cara pemberian lain. (Ansel hal 399).
Injeksi dapat diberikan melalui beberapa rute pemberian, yaitu intravena,
intramuskular, intrakutan, dan subkutan (Ansel, hal. 105, 401). Injeksi dibuat
dengan melarutkan, mengemulsikan atau mensuspensikan sejumlah obat ke
dalam pelarut atau dengan mengisikan sejumlah obat ke dalam wadah dosis
tunggal atau ganda (FI III, hal. 13).
Intravena merupakan larutan, dapat mengandung cairan yang tidak
menimbulkan iritasi yang dapat bercampur dengan air, volume 1 ml sampai 10
ml. Larutan ini biasanya isotonis dan hipertonis. Bila larutan hipertonis maka
disuntikkan perlahan-lahan. Larutan injeksi intravena harus jernih betul, bebas
dari endapan atau partikel padat, karena dapat menyumbat kapiler dan
menyebabkan kematian. Penggunaan injeksi intravena tidak boleh mengandung
bakterisida dan jika lebih dari 10 ml harus bebas pirogen. Pemberian obat
intramuscular menghasilkan efek obat yang kurang cepat, tetapi biasanya efek
berlangsung lebih lama dari yang dihasilkan oleh pemberian lewat IV.
Ampul adalah wadah yang kedap udara berbentuk silindris terbuat dari
gelas, yang memiliki ujung runcing (leher) dan bidang dasar datar dengan
ukuran nominal adalah 1, 2, 5, 10, 20 kadang-kadang juga 25 atau 30 ml. Ampul
merupakan wadah takaran tunggal oleh karena jumlah total cairan ditentukan
pemakaiannya untuk 1 kali injeksi. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pembuatan sediaan injeksi dalam ampul, antara lain:
1. Tidak perlu pengawet karena merupakan sediaan dengan takaran tunggal
2. Tidak perlu isotonis, kecuali untuk injeksi subkutan dan volume besar

3. Jika diperlukan dapat ditambahkan dapar untuk mempertahankan stabilitas


pH
4. Pengisian ke dalam ampul menggunakan buret, dimana ujung buret
disterilkan terlebih dahulu dengan alkohol 70%
5. Buret dibias dengan larutan obat sebelum diisikan ke dalam ampul

III. TINJAUAN PUSTAKA


1. Farmasetik :
a. Zat aktif
Nama
Zat

Sifat Fisika Kimia dan


Stabilitas

Cara
Sterilisas
i

Ammoniu
m klorida
(NH4Cl)

Pemerian :
Hablur tidak berwarna atau
serbuk hablur halus atau kasar,
berwarna putih, rasa asin dan
dingin, higroskopik.

Otoklaf
dan
filtrasi
(Martindal
e 28: 687)

(FI IV hal
94)

Kelarutan :
Mudah larut dalam air dan
dalam gliserin dan lebih mudah
larut dalam air medidih, sedikit
larut dalam etanol.
Stabilitas :
harus ditempatkan pada suhu
40o atau kurang , larutan
ammonium klorida dapat
menjadi kristal pada suhu
rendah
(DI 2010:2701)
OTT :
Asam kuat dan basa kuat.
Bereaksi dengan amonium nitrat
dan kalium klorat, menimbulkan
api dan ledakan.
(Excipient 6th, hal 42)
Penyimpanan :
Terdekomposisi pada suhu 338o
C. Disimpan didalam wadah
tertutup rapat dan kering.
(Excipient 6th, hal 42)
pH sediaan : 4-6
pH larutan amonium klorida 5% :
4,6-6

Khasiat dan Dosis


Untuk hipokloremia,
alkalosis metabolik
karena kehilangan
klorida akibat
muntah atau
kehilangan asam
lambung
(DI 2010: 2700)
Dosis :
Dosis obat
tergantung pada
tingkat keparahan
alkalosis dan
toleransi pasien.
Dosis dapat
dihitung
berdasarkan defisit
klorida dengan
rumus :
mEq ion Cl ( NH4Cl)
= defisit Cl (mEq/L)
x 0,2 x BB (kg)
(DI 2010 hal 2701)

Cara
Pengguna
an
Intravena
(DI 2010:
2701)

(martindale 28:687)

b. Zat Aditif

Nama
Zat

Sifat Fisika Kimia

Cara
Sterilisa
si

Alasan
Pemilihan

Konsentr
asi

Fungsi
Zat
Aditif

Dinatriu
m edetat
(FI IV,
329)

Pemerian :
Serbuk hablur, putih

Otoklaf
(Excipien
ts 6th,
hal 253)

Sebagai
penstabilitas
zat ammonium
klorida dengan
fungsi sebagai
pengkhelat

0,0050,1
%
(Excipient
s 6th, hal
253)

Stabili
sator

Otoklaf

Aqua pro
injection
digunakan

Pelarut

Kelarutan :
Larut dalam air
Stabilitas :
Lebih stabil dibanding asam
edetat, bersifat higroskopis
dan tidak stabil dalam
lembab. penyimpanan
dalam wadah bebas alkali.
OTT:
oksidator kuat,basa kuat,
Ion metal.
Penyimpanan:
Di tempat tertutup rapat dan
baik
(Excipients 6th, hal 243)
.

Aqua Pro
Injetion
(FI IV hal

Pemerian :
cairan jernih; tidak berwarna;
tidak berbau;

112)

sebagai bahan
pelarut injeksi,
karena Amonium
klorida dan Na.
edetat larut
dalam air.

Penyimpanan :
Dalam wadah dosis tunggal,
dari kaca atau plastic, tidak
lebih besar dari 1 L. Wadah
kaca sebaiknya dari kaca Tipe I
atau tipe II

2. Teknologi farmasi :
Injeksi Ammonium Klorida adalah larutan steril non pirogenik amonium
klorida (NH4Cl) dalam air untuk injeksi melalui rute intravena. Setiap mL
mengandung 21,4 mg amonium klorida setara dengan 0,4 mEq amonium dan
0,4 mEq klorida per-mL dan disodium edetat 0,5%

ditambahkan sebagai

stabilisator serta digunakan aqua pro injeksi sebagai pelarutnya. Larutan ini
tidak

mengandung

bacteriostatik,

agen

antimikroba

atau

ditambahkan

pendapar.
Sediaan ini dibuat didalam wadah ampul 1 ml. Ampul merupakan wadah
takaran tunggal sehingga penggunaannya untuk satu kali injeksi. Ampul dibuat
dari bahan gelas tidak berwarna akan tetapi untuk bahan obat yang peka
terhadap cahaya, dapat digunakan ampul yang terbuat dari bahan gelas
berwarna coklat. Untuk pembuatan sediaan injeksi di dalam wadah ampul tidak
perlu pengawet karena merupakan takaran tunggal dan tidak perlu isotonis.
Ampul adalah wadah berbentuk silindris yang terbuat dari gelas yang
memiliki ujung runcing (leher) dan bidang datar. Ukuran nominalnya 1,2,5,10,20
kadang-kadang juga 25 atau 30 mL. Pada percobaan ini akan dibuat di dalam
wadah ampul 1 mL. Pengisian obat ke dalam wadah menggunakan buret yang
ujungnya disterilkan terlebih dahulu dengan alcohol dan sebelum diisi buret
dibilas dengan larutan obat.

3. Farmakologi
Amonium ion (NH4+) dalam tubuh memiliki peran penting dalam
pemeliharaan keseimbangan asam-basa. Ginjal menggunakan ammonium
(NH4+) untuk mengganti natrium (Na+) yang akan dikombinasikan dengan anion
dalam

menjaga

keseimbangan

asam-basa,

terutama

pada

mekanisme

homeostasis saat terjadi asidosis metabolik.


Ketika kehilangan ion hidrogen (H +) dan ion klorida (Cl -) menurun, natrium
akan bergabung dengan bikarbonat (HCO 3-). Hal ini akan menghasilkan
kelebihan natrium bikarbonat (NaHCO 3) yang menyebabkan kenaikan pH darah
dan mengalami alkalosis metabolik.
Efek terapi amonium klorida tergantung pada kemampuan ginjal untuk
memanfaatkan amonia dalam ekskresi kelebihan anion dan konversi amonia
menjadi urea oleh di hati, sehingga membebaskan hidrogen (H +) dan klorida
(Cl-) ion ke cairan ekstraselular.
Injeksi Ammonium Klorida

digunakan sebagai acidifier sistemik untuk

pasien yang menderita alkalosis metabolic karena kehilangan klorida karena


muntah, kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah yang
berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan selang lambung
(seperti yang kadang-kadang dilakukan di rumah sakit, terutama setelah
pembedahan perut). Penyebab utama alkalosis metabolic : penggunaan diuretic
(tiazid, furosemid, asam etakrinat), kehilangan asam karena muntah atau
pengosongan lambung, kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma cushing
atau akibat penggunaan kortikosteroid).
Amonium klorida juga digunakan dalam pengobatan diuretic yang
menyebabkan kekurangan klorida. Amonium klorida digunakan dalam kondisi
yang beraneka macam untuk kondisi yang disebabkan asidosis karena diuresis.
Khusus untuk kondisi edema berhubungan dengan hipokloremia. Amonium
klorida dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan diuretic Xantin (kafein,
pamabrom) untuk terapi singkat mengganti cairan sementara pada edema,
busung lapar, periode pre menstruasi dan menstruasi.
Amonium klorida juga digunakan untuk pengobatan keracunan logam
untuk melarutkan kalsium untuk memudahkan ekskresi dari kompleks logam
kalsium. Amonium klorida juga digunakan untuk membantu pengobatan infeksi
saluran kemih ketika diinginkan pH urin yang rendah.

4. Farmakokinetik
Obat ini dimetabolisme di hati menjadi urea dan HCl. Jika ammonium
klorida hanya diberikan selama 3 atau 4 hari, biasanya akan menimbulkan
gejala asidosis ringan. Jika diberikan secara terus menerus, khususnya pada
pasien dengan gangguan ginjal, akan menyebabkan metabolic asidosis.
Ginjal menggantikan kekurangan natrium dengan menguraikan ammonia
melalui deamino asam amino, mensekresi kation hydrogen untuk menggantikan
kation natrium. Dengan demikian eksresi anion klorida dikombinasikan dengan
kation ammonium. Efek penggantian tersebut terjadi dalam 3 hari, pada saat itu
ammonium klorida akan dieliminasi oleh ginjal secara cepat. Ketika telah terjadi
keseimbangan, obat ini tidak efektif lagi sebagai diuretic.
5. Farmakodinamik
Ion amonium cepat dimetabolisme oleh hati untuk membentuk urea dari
urin. Klorida dan hydrogen bergabung membentuk asam klorida, sehingga
memperbaiki alkalosis. Efek terapetik ammonium klorida bergantung pada
kemampuan ginjal untuk menggunakan ammonia pada saat eksresi dari
kelebihan anion dan perubahan ammonia menjadi urea di hati. Sehingga
ammonium klorida memiliki kontra indikasi untuk pasien yang menderita
kelainan fungsi hati dan ginjal.
IV.

Rancangan Formula

1. Latar Belakang Formula


Injeksi Ammonium Klorida

digunakan sebagai acidifier sistemik untuk

pasien yang menderita alkalosis metabolik karena kehilangan klorida akibat


muntah, kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah yang
berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan selang lambung
(seperti yang kadang-kadang dilakukan di rumah sakit, terutama setelah
pembedahan perut). Dosis obat yang digunakan tergantung pada tingkat
keparahan alkalosis dan toleransi pasien. Dosis dapat dihitung berdasarkan
defisit klorida dengan rumus :

mEq ion Cl (NH4Cl) = defisit Cl (mEq/L) x 0,2 x BB (kg)


Dinatrium edetat 0,5% ditambahkan sebagai stabilisator, yang berfungsi
sebagai pengkhelat pada logam berat. Hal ini untuk menghindari terjadinya
oksidasi yang dikatalisis oleh logam berat, sehingga ditambahkan dinatrium
edeta yang akan menghasilkan kompleks jika bereaksi dengan logam. Selain itu
dinatrium edetat dipilih sebagai stabilisator karena sifatnya yang larut air
karena pelarut yang digunakan dalam sediaan ini adalah aqua pro injeksi serta
tidak bereaksi dengan zat aktif dan tergolong aman digunakan sebagai eksipien
sediaan injeksi.
Digunakan aqua pro injeksi karena zat aktif amonium klorida dan eksipien
dinatrium edetat larut dalam air. Dan pada monografi dijelaskan dengan detil
bahwa aqua pro injeksi tidak mengandung lebih dari 0,25 USP endotoxin unit
(EU) per mL sehingga aman untuk digunakan pada sediaan ampul untuk
intravena.
2. Formula
Formula rujukan :
a. Ammonium chloride injection (2,14%) (Sterile Dosage Forms, Turco hal
177)
Tiap 1 Liter mengandung :
400 mEq/L NH4+ dan Clb. Ammonium chloride injection (Martindale 28 hal 687)
NH4Cl

26,75%

HCl (dapat ditambahkan untuk mengatur pH)


Ad Aqua p.i

10%

ad 100%

c. Ammonium chloride injection 26,75% (DI 2010 hal 2701)


Setiap mL mengandung :
NH4+

5 mEq

5 mEq

Cl

Disodium edetat (anhidrat)


HCl (dapat ditambahkan untuk mengatur pH)

qs
qs

Ad Aqua p.i

ad 100%

Setiap 20 ml larutan injeksi Amm. Klorida 26,75% diencerkan dalam 500 mL


NaCl 0,9%
Formula Rencana
Injeksi Ammonium klorida 2,14 %, setiap mL mengandung :
NH4+

0,4 mEq

Cl-

0,4 mEq

Dinatrium edetat

0,5 %

Aqua p.i ad

V.

1 mL

Pembuatan
1.

Perhitungan
Dibuat 15 ampul dengan volume @1 mL
Kelebihan volume (Farmakope Indonesia IV h. 1044) = 0,10 ml
V = {(n + 2) x V + (2 x 3)}mL
= {(15 + 2) x (1 + 0,1) + 6 }mL = 24,7 mL ~ 30 mL
Kesetaraan equivalent elektrolit
1 g NH4Cl ~ 18,7 mEq NH4+ (DI 2010, hal. 2701)
2,14
mEq NH4Cl 2,14%

x 18,7 mEq = 0,4 mEq


100

Bobot NH4Cl

0,4 mEq
=
x1g
18,7 mEq

= 0,0214 g

NH4CL = 0,0214 x 30 = 0,642 g = 642 mg


Dinatrium edetat
2.

= 0,5 % x 30 mL = 0,15 g = 150 mg

Penimbangan
Bahan

Bobot

NH4Cl

642 mg

Dinatrium edetat

150 mg

Aqua p.i

ad 30 ml

3. Alat dan Bahan


4.
Alat :
Buret
Ampul
Erlenmeyer
Gelas piala
Corong
Batang pengaduk
Pinset

Penjepit kayu
Kaca arloji
Spatula
Kertas saring
Otoklaf

Bahan :
Ammonium klorida
Dinatrium edetat
Aqua pro injeksi

4. Cara Pembuatan :
a. Cara Sterilisasi Alat :

Alat / wadah yang

Cara

digunakan

sterilisasi

Aqua p.i
Beaker, corong,
erlenmeyer, ampul,
pipet tetes
Gelas ukur, kertas
saring

Didihkan
30 menit
(FI III hal 14)
Oven 150 oC,
1 jam
(FI III hal 18)
Autoklaf
121oC,
15 menit
(FI III hal 18)

Paraf asisten
Waktu
Waktu mulai paraf
akhir

paraf

Batang pengaduk,
spatula, pinset,
kaca arloji, pipet,
penjepit besi
Karet pipet tetes

Buret

Sterilisasi sediaan

Direndam
alkohol 30
menit
Direbus air
mendidih 30
menit
Rendam
dalam as.
perasetat
selama 24
jam
Otoklaf
121C
(Martindale
28 : 687)

b. Pembuatan Aqua p.i.


1) Dimasukkan aquadest kedalam Erlenmeyer, lalu ditutup dengan kapas.
2) Didihkan selama 30 menit lalu didinginkan.
c. Pembuatan Formula :
1) Siapkan alat dan bahan yang digunakan
2) Kalibrasi beaker gelas ad 30 mL
3) Cuci dan sterilkan semua alat.
4) Sterilkan buret dengan asam perasetat biarkan 24 jam, kemudian buret
dibilas dengan aqua p.i.
5) Timbang bahan-bahan.
6) Letakkan alat dan bahan dalam ruang LAF, lakukan pengerjaan di ruangan
LAF.
7) Larutkan sedikit demi sedikit Amonium klorida dengan aqua p.i ad larut.
8) Larutkan dinatrium edeta dengan aqua p.i ad larut
9) Lakukan pencampuran Amonium klorida dan dinatrium edetat, lalu
masukkan ke dalam Erlenmeyer yang sudah dikalibrasi.
10)
Lakukan cek pH (4 6).
11)
Lalu tambahkan sisa aqua p.i sedikit demi sedikit ad batas tanda
kalibrasi.
12)
Lakukan penyaringan sehingga diperoleh larutan jernih.
13) Masukkan larutan tersebut masing-masing 1 mL ke dalam ampul dengan
menggunakan buret
14) Dilakukan evaluasi IPC
15) Lakukan sterilisasi sediaan dengan menggunakan autoklaf.
16) Lakukan evaluasi sediaan akhir QC
17) Beri etiket dan masukkan kedalam kemasan .

VI. EVALUASI
1. IPC (In proses control)

Secara Kimia :
Uji pH (FI IV Hal. 1039-1040)
Cek pH larutan menggunakan pH meter atau indicator dan kertas
indicator

Secara Fisika :
Uji Kejernihan ( Lachman, III Hal 1355)
Produk dalam wadah diperiksa dibawah penerangan

cahaya yang

baik, terhalang terhadap refleksi ke mata, berlatar belakang hitam


dan putih dengan rangkaian isi dijalankan dengan suatu aksi
memutar.
Uji Keseragaman volume ( FI IV, hal 1044)
Diletakkan pada permukaan yang rata secara sejajar lalu dilihat
keseragaman volume secara visual.

2. QC (Quality control)

Secara Fisika :
Uji Keseragaman volume ( FI IV, hal 1044)
Diletakkan pada permukaan yang rata secara sejajar lalu dilihat
keseragaman volume secara visual.
Uji Kejernihan ( Lachman, III Hal 1355)
Produk dalam wadah diperiksa dibawah penerangan

cahaya yang

baik, terhalang terhadap refleksi ke mata, berlatar belakang hitam


dan putih dengan rangkaian isi dijalankan dengan suatu aksi
memutar.
Uji Kebocoran
Letakkan ampul dengan posisi terbalik dalam beaker glass yang
beralaskan

kapas

basah

pada

saat

otoklaf.

Indikasi

adanya

kebocoran setelah diuji jika volume pada ampul berkurang maka


terjadinya kebocoran pada ampul.

Secara Mikrobiologi
Uji sterilitas (FI IV ,hal 858 )
(Dispensasi tidak dilakukan)
Prosedur umum:
Inokulasi langsung kedalam media uji ( FI IV hal 858-859)
Pindahkan cairan dari wadah uji menggunakan pipet atau
jarum suntik steril. Secara aseptic inokulasikan sejumlah tertentu
bahan dari tiap wadah uji ke dalam tabung media. Campur cairan
dengan media tanpa aerasi berlebihan. Inkubasi dalam media
tertentu seperti yang tertera pada prosedur umum, selama tidak
kurang dari 14 hari. Amati pertumbuhan pada media secara visual
sesering mungkin sekurangnya pada hari ke-3 atau ke -4 atau ke -5,
pada hari ke -7 atau ke-8 dan pada hari terakhir dari masa uji. Jika
zat uji menyebabkan media menjadi keruh sehingga ada atau
tidaknya pertumbuhan mikroba tidak segera dapat ditentukan
secara visual, pindahkan sejumlah memadai media ke dalam tabung
baru berisi media yang sama. Sekurangnya 1 kali antara hari ke 3
dan ke 7 sejak pengujian dimulai. Lanjutkan inkubasi media awal dan
media baru selama total waktu tidak kurang dari 14 hari sejak
inokulasi awal.

Secara Kimia
Uji Penetapan Kadar (FI IV hal 1033)
(dispensasi tidak dilakukan)
Umumnya salah satu metode ditentukan sesuai masing-masing
monografi, tergantung dari sifat bahan.

VI.

Pembagian Tugas Anggota Kelompok


1. Proposal
a. Tinjauan Kepustakaan (Ria Debby Berta)
b. Rancangan Formula (Tri Ratna Aji)
c. Pembuatan ( Siti Nuraini )
d. Evaluasi ( Roslan Simbolon )
e. Pengemasan (Yuni Dwi Mustikawati)
f. Pengeditan proposal (Rifa Rizkiyah)
2. Praktikum

a. Pembuatan Laporan Sementara (Yuni Dwi Mustikawati)


b. Inventaris Alat (Roslan Simbolon, Tri Ratna Aji)
c. Cuci Alat (Ria Debby Berta, Rifa Rizkiyah, Siti Nuraini)
d. Kalibrasi erlenmeyer (Ria Debby Berta)
e. Sterilisasi alat alat dan ampul (Roslan Simbolon, Tri Ratna Aji)
f. Timbang bahan bahan (Rifa Rizkiyah)

g. Pembuatan aqua pi (Siti Nuraini)


h. Melarutkan Ammonium
klorida
(Tri Ratna Aji)
INJEKSI INTRAVENA
KOMPOSISI :
i. Melarutkan Dinatrium edetat (Yuni Dwi Mustikawati)
Tiap 1 mL ampul injeksij.mengandung
Ammonium
klorida 2,14%
(21,4 mgBerta)
NH4Cl per mL atau 0,4 mEq/mL)
Pencampuran
larutan
(Ria Debby
k. Pengecekan pH (Roslan Simbolon)
FARMAKOLOGI :
Amonium ion (NH
dalam tubuh memiliki
peranpi
penting
pemeliharaan
asam-basa.
Ginjal
l.4+) Penambahan
aqua
sisadalam
ad tanda
lalu keseimbangan
saring dengan
kertas
menggunakan ammonium (NH4+) untuk mengganti natrium (Na+) yang akan dikombinasikan dengan anion dalam
saring terutama
(Siti Nuraini)
menjaga keseimbangan asam-basa,
pada mekanisme homeostasis saat terjadi asidosis metabolik.
Ketika kehilangan
ionPengemasan
hidrogen (H+) dan
ion klorida
) menurun, natrium akan bergabung dengan bikarbonat
m.
(Yuni
Dwi (Cl
Mustikawati)
(HCO3 ). Hal ini akan menghasilkan kelebihan natrium bikarbonat (NaHCO 3) yang menyebabkan kenaikan pH darah dan
n.
Sterilisasi
akhir
(Ria
Debby
Berta, Rifa Rizkiyah)
mengalami alkalosis metabolik.
o. Uji
evaluasi
(bersama)
Efek terapi amonium
klorida
tergantung
pada kemampuan ginjal untuk memanfaatkan amonia dalam ekskresi

AMOCHLOR

kelebihan anion dan konversi amonia menjadi urea oleh di hati, sehingga membebaskan hidrogen (H +) dan klorida (Cl-)
ion ke cairan ekstraselular.
Injeksi Ammonium Klorida digunakan sebagai acidifier sistemik untuk pasien yang menderita alkalosis
metabolic karena kehilangan klorida karena muntah, kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah
yang berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan selang lambung (seperti yang kadang-kadang
dilakukan di rumah sakit, terutama setelah pembedahan perut). Penyebab utama alkalosis metabolic : penggunaan
diuretic (tiazid, furosemid, asam etakrinat), kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung, kelenjar
adrenal yang terlalu aktif (sindroma cushing atau akibat penggunaan kortikosteroid).
FARMAKOKINETIK :
Obat ini dimetabolisme di hati menjadi urea dan HCl. Jika ammonium klorida hanya diberikan selama 3 atau 4
hari, biasanya akan menimbulkan gejala asidosis ringan. Jika diberikan secara terus menerus, khususnya pada pasien
dengan gangguan ginjal, akan menyebabkan metabolic asidosis.
Ginjal menggantikan kekurangan natrium dengan menguraikan ammonia melalui deamino asam amino,
mensekresi kation hydrogen untuk menggantikan kation natrium. Dengan demikian eksresi anion klorida
dikombinasikan dengan kation ammonium. Efek penggantian tersebut terjadi dalam 3 hari, pada saat itu ammonium
klorida akan dieliminasi oleh ginjal secara cepat. Ketika telah terjadi keseimbangan, obat ini tidak efektif lagi sebagai
BROSUR DAN KEMASAN
diuretic
FARMAKODINAMIK :
Ion amonium cepat dimetabolisme oleh hati untuk membentuk urea dari urin. Klorida dan hydrogen
bergabung membentuk asam klorida, sehingga memperbaiki alkalosis. Efek terapetik ammonium klorida bergantung
pada kemampuan ginjal untuk menggunakan ammonia pada saat eksresi dari kelebihan anion dan perubahan
ammonia menjadi urea di hati. Sehingga ammonium klorida memiliki kontra indikasi untuk pasien yang menderita
kelainan fungsi hati dan ginjal.
CARA PENYUNTIKAN :
Secara Intravena.
EFEK SAMPING :
Efek local, sakit dan iritasi di tempat penyuntikan. Rash, sakit kepala, hiperventilasi, bradikardia, mengantuk.
INDIKASI :
Hipokloremia, alkalosis metabolic, pengobatan diuretik yang menyebabkan kekurangan klorida.
KONTRA INDIKASI :
Amonium klorida merupakan kontraindikasi pada pasien dengan gangguan berat fungsi ginjal atau hati. Amonium
klorida tidak boleh diberikan ketika alkalosis metabolik akibat muntah asam klorida disertai dengan hilangnya natrium
(ekskresi natrium bikarbonat dalam urin).
DOSIS :
Injeksi Ammonium klorida, diberikan secara intravena. Dosis tergantung pada kondisi dan toleransi
PENYIMPANAN :
Injeksi Amonium klorida harus disimpan pada suhu 40oC atau kurang dari 40oC. Jika terbentuk Kristal hangatkan pada
suhu ruangan di dalam waterbath sebelum digunakan.
No registrasi
No batch
Exp Date

: DKL 1410010043A1
: 06052014
: Mei 2016

KEMASAN
ISI

: Kotak
: 15 ampul @ 1ml
Diproduksi oleh :

HARUS DENGAN
RESEP DOKTER

AMOCHLOR

Injeksi Intravena
Tiap 1 mL mengandung
Amonium Klorida 2,14%
(0,4 mEq NH4+ & Cl- per
mL)
Diproduksi oleh

AMOCHLOR

Injeksi Intravena

Isi : 15 ampul @1 mL

Diproduksi oleh :
PT.TRIPHARMACEUTICAL
Jakarta Indonesia

KOMPOSISI :
Tiap
ampul
mengandung
Amonium
Klorida
2,14%
atau
2,14
mg/mL
(0,4
mEq
NH4+ & Cl- per mL)
INDIKASI :
Hipokloremia,
alkalosis metabolik,
pengobatan diuretik
yg
menyebabkan
kekurangan klorida

AMOCHLOR
Injeksi Intravena

Isi : 15 ampul @1 mL

Diproduksi oleh :
PT.TRIPHARMACEUTICAL
Jakarta Indonesia

ATURAN PAKAI :
Injeksikan 1
ampul
secara
intravena
PENYIMPANAN :
Disimpan pada suhu
<40oC Jika terbentuk
kristal
hangatkan
pada suhu ruangan
di dalam waterbath
sebelum digunakan.
.
UN TUK
KETERANGAN
LEBIH LENGKAP
LIHAT BROSUR
No
regDKL1410010043
A1

Anda mungkin juga menyukai