NPM : 222FF05022
Pertemuan 1
Pertanyaan
1. Jelaskan titik kritis dalam pengadaan raw material?
2. Jelaskan titik kritis dalam produksi sediaan farmasi?
3. Jelaskan titik kritis dalam distribusi sediaan farmasi?
4. Jelaskan mekanisme sertifikasi halal non self declare?
5. Jelaskan mekanisme sertifikasi halal self declare?
6. Jelaskan persamaan dan perbedaan sistim jaminan halal dengan sistim jaminan produk
halal?
Jawaban
1. Titik kritis pada pengadaan raw material (bahan baku) sediaan farmasi yaitu bahan baku
tersebut harus diproses secara aman dan halal. Tidak tercemar oleh bahan-bahan yang tidak
halal seperti mengandung derivate dari babi, selain itu bahan baku juga harus aman tidak
tercemar oleh bahaya biologis seperti tercemar oleh mikroba atau binatang (tikus, kecoa,
lalat), tidak tercemar oleh bahaya kimia seperti tercemar oleh logam berat dan tidak
tercemar oleh bahaya fisik seperti tercemar oleh kerikil, tanah, potongan kuku, potongan
plastik dsb.
2. Ada beberapa titik kritis dalam produksi sediaan farmasi yang harus diperhatikan yaitu
pada bahan yang digunakan dalam proses produksi halal yang terdiri dari bahan baku,
bahan olahan, bahan tambahan, serta bahan penolong harus diproses secara halal dan aman.
Pada proses produksi bahan-bahan tidak boleh tercampur atau terkontaminasi oleh bahan-
bahan non halal ataupun bahan berbahaya. Berdasarkan UU Nomor 33 Tahun 2014 bahan
yang digunakan pada proses produksi halal berasal dari : hewan, tumbuhan, mikroba atau
bahan yang dihasilkan melalui proses kimiawi, proses biologi, atau proses rekayasa genetik
perlu diperhatikan kehalalannya. Bahan yang berasal dari hewan yang diharamkan terdiri
dari : bangkai, darah, babi atau hewan yang disembelih tidak sesuai dengan syariat. Bahan
yang berasal dari tumbuhan pada dasarnya halal, kecuali yang memabukkan dan/atau
membahayakan kesehatan bagi orang yang mengonsumsinya. Bahan yang berasal dari
mikroba dan bahan yang dihasilkan melalui proses kimiawi, proses biologi, atau proses
rekayasa genetik diharamkan jika proses pertumbuhan dan/atau pembuatannya tercampur,
terkandung, dan/atau terkontaminasi dengan bahan yang diharamkan. Maka dari itu, bahan
harus dipastikan kehalalnya menggunakan sertifikasi atau bahan sudah mempunyai
sertifikat of origin dan sertifikat of analisis agar dapat lolos untuk dapat dipakai sebagai
bahan dalam produksi, apabila masih ada keraguan bisa langsung dilakukan audit langsung.
3. Titik kritis dalam distribusi sediaan farmasi yang harus diperhatikan adalah pada saat
trasformasi logistic dimana pada saat penyimpanan di bea cukai atau di pelabuhan harus
tetap menerapkan atau menjalankan yaitu pemisahan produk hala dengan produk yang non
halal tidak boleh di satukan
4. Mekanisme sertifikasi halal non self declare dilakukan dengan cara pertama melakukan
atau mengajukan permohonan sertifikat halal selanjutnya pihak BPJH akan melkukan
pemeriksaan kelengkapan dokumen yang sebelumnya harus dilengkapi, jika dokumen
lengkap maka dilanjutkan atau diteruskan ke LPH selanjutnya akan dilakukan pengujan
kehalalan produk selama 15 hari kerja. Setelah itu laporan hasil pemeriksaan akan
dilaorkan ke MUI dan MUI akan melakukan siding fatwa. Setelah dilakukan siding hasil
akan di infokan kepada pemohon melalui aplikasi SiHalal yang kemudian sertifikat halal
dapat di peroleh oleh pemohon melalui aplikasi tersebut.
5. Self declare adalah pernyataan status halal produk usaha mikro dan kecil oleh pelaku
usaha itu sendiri. Mekanisme sertifikasi halal self declare yaitu sebagai berikut :
− Membuat permohonan pendafatran sertifikasi halal secara online dari aplikasi
SIHALAL.
− Membuat akad/ikrar yang berisi pernyataan kehalalan produk dan bahan yang
digunakan dalam proses produk halal.
− Pengolahan produk yang terdiri dari dokumen pembelian, penerimaan dan
penyimpanan bahan yang digunakan, alur proses produksi, pengemasan,
penyimpanan produk jadi, dan distribusi.
− Ketersediaan untuk didampingi oleh Pendamping Produk Halal (PPH).
− Penyelia halal berupa Salinan KTP, daftar riwayat hidup dan surat pengangkatan
penyelia halal.
− Mengisi lengkap template manual Sistem Jaminan Produk Halal (SJPH)
− Mengunggah foto/video terbaru saat proses produksi.
− Setelah semua dokumen persyaratan terpenuhi, maka akan dilakukan proses
pendampingan oleh PPH dan jika sudah diverifikasi oleh pendamping PPH maka
akan dilanjutkan ke pengajuan fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk
mendapatkan ketetapan kehalalan produk. Dengan adanya fatwa halal secara
tertulis dari MUI, selanjutnya BPJPH akan menerbitkan sertifikat halal.
6. Persamaan Sistem Jaminan Halal (SJH) dengan Sistem Jaminan Produk Halal (SJPH)
merupakan sistem yang digunakan untuk menjamin suatu produk tersebut halal.
Perbedaannya Sistem Jaminan Halal (SJH) dengan Sistem Jaminan Produk Halal (SJPH)
yaitu Sistem Jaminan Halal (SJH) merupakan suatu sistem yang diperuntukan untuk
menjamin label Halal produk dari sebuah perusahaan sedangkan Sistem Jaminan Produk
Halal (SJPH) merupakan sistem manajemen yang disusun, diterapkan dan dipelihara oleh
pelaku usaha untuk menjaga kesinambungan proses produksi halal.
Pertemuan 2
Pertanyaan