KIMIA ORGANIK II
ACARA III
ANALISIS SENYAWA KIMIA BERNITROGEN
DISUSUN OLEH :
NURUL HIDAYATI
G1C019056
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
Mengidentifikasi keasaman dan membedakan amina primer, sekunder dan
tersier.
2. Waktu Praktikum
Rabu, 26 Mei 2021
3. Tempat Praktikum
Lantai I, Laboratorium Organik, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Mataram.
B. LANDASAN TEORI
Nitrogen adalah unsur kimia dalam tabel priodik unsur dengan
lambang N dan nomor atom 7. Biasanya ditemukan sebagai gas tanpa warna,
tanpa bau, tanpa rasa dan meruapakan gas diatomik bukan logam stabil,
sangat sulit bereaksi dengan senyawa atau unsur lainnya. Kelimpahan
nitrogen sebanyak 78,08% di atmosfir dan dijaringan hidup. Semua molekul
netral terdaftar sebagai basa lemah mengandung nitrogen dapat disebut
sebagai turunan amoniasi, kebiasaan dari senyawa-senyawa tersebut
disebabkan oleh pasangan elektron pada nitrogen yang tidak dipakai bersama
yang dapat menerima proton dari donor seperti air (Fessenden & Fessenden,
2007).
Amina dalah basa organik yang mempunyai rumus umum R3 N
dengan R adalah gugus-gugus alkil atau gugus hidrokarbon aromatik, seperti
ammonia, amina adalah abasa bronsted yang bereaksi dengan sebagai berikut
RNH2 + H2O RNH3 + OH-
seperti semua basa, amina membentuk garam bila beraksi dengan asam :
CH3NH2 HCl CH3NH2+ Cl-
Garam ini biasanya berupa padatan tidak berwarna, tidak berbau dalam
kebanyakan amina aromatik bersifat karsinogenik (Day, 2001).
Tingginya konsentrasi amonia pada stasiun ini jika dilihat dari
faktor lingkungan, lokasi stasiun 7 ini merupakan lokasi yang dekat dengan
kegiatan budidaya keramba jaring apung (KJA) yang menyebabkan banyaknya
bahan organik. Kadar nitrit yang lebih dari 0,05 mg/L dapat bersifat toksik
bagiorganisme. Tingginya konsentrasi nitrit pada stasiun ini jika dilihat dari
faktor lingkungan diduga disebabkan oleh rendahnya konsentrasi oksigen
terlarut pada stasiun pengambilan sampel (Iklima, dkk., 2019).
Nitrogen dalam bentuk nitrit (NO2) dan dan nitrat (NO3̄)
merupakan salah satu parameter kesuburan. Keduanya berpengaruh pada
nutrien yang berperan dalam pembentukan biomassa organisme perairan,
juga merupakan pembentuk komposisi dan biomassa fitoplankton sebagai
produsen perairan. Konsentrasi nitrit cenderung meningkat seiring dengan
menurunnya curah hujan bulanan. Konsentrasi nitrit paling tinggi di zona
inlet dengan nilai rata-rata 0,0283±0,029. Pada perairan, konsentrasi nitrit
dijumpai dalam konsentrasi yang lebih rendah dari konsentrasi nitrat. Hal
ini disebabkan karena bentuk senyawa nitrit yang bersifat tidak stabil dan
akan segera teroksidasi jika kandungan oksigen terlarut mencukupi.
Kandungan oksigen terlarut di daerah inlet mempengaruhi oksidasi nitrit
menjadi nitrat (Indrayani, dkk., 2017).
Turunan urea memiliki sifat kelarutan yang berbeda dengan
turunan asil klorida, turunan urea merupakan senyawa yang mudah larut air
sedangkan turunan asil klorida sebaliknya. Pada pelaksanaan reaksi asilasi ini
dihindari adanya air karena dapat bereaksi dengan turunan benzoil klorida dan
akan membentuk asam benzoat begitu pula pelarut alkohol sebaiknya tidak
digunakan karena akan membentuk senyawa ester bila bereaksi dengan turunan
benzoil klorida. Pada reaksi asilasi, turunan benzoil klorida dapat bereaksi
dengan cepat dan sempurna dengan senyawa amina primer, sekunder ataupun
tersier pada penggunaan pelarut piridin dan memberikan prosentase hasil
yang relatif cukup baik (Purwanto, 2018).
Konsentrasi rata-rata nitrit tertinggi pada lapisan dekat
dasar perairan daripada di lapisan permukaan. Rendahnya konsentrasi
nitrit di lapisan permukaan karena pada lapisan ini oksigen yang
tersedia cukup melimpah dengan adanya difusi oksigen dari atmosfir.
Dengan bantuan bakteri, oksigen tersebut akan mengoksidasi nitrit
menjadi nitrat sehingga konsentrasi nitrit di lapisan nitrit menjadi
nitrat sehingga konsentrasi nitrit di lapisan permukaan menjadi kecil.
Selain itu, konsentrasi nitrat yang tinggi menggambarkan ketersediaan
sumber nitrogen yang cukup melimpah bagi pertumbuhan fitoplankton.
Nutrien anorganik utama yang diperlukan fitoplankton untuk tumbuh dan
berkembang biak oelh piptoplankton (Rimasu dan Prayitno, 2018).
+ 20 tetes
benzensulfonilklorida
Dikocok selama 5 menit
dengan alat sentrifuge 1000
rpm
Diinkubasi
Hasil
(Amina tersier jika tidak bereaksi, uji dihentikan. Maka amina primer, sekunder
uji dilanjutkan)
Diuji dengan pH stick
+ 6 mL NaOH 10%
Hasil (endapan diamati)
+ 3 ml HCl 6 N
E. HASIL PENGAMATAN
1. Uji pH
No. Prosedur percobaan Hasil pengamatan
1. Dimasukkan ml larutan etanol : Warna awal bening
air (1:1) ke dalam tabung
reaksi yang berisi massing-
masing sampel bernitrogen A,
sampel bernitrogen B dan
sampel tak bernitrogen
2. + 5 tetes sampel A bernitrogen Warna awal sampel A
bernitrogen yaitu coklat
Warna larutan campuran
coklat
pH yang didapatkan yaitu
7
3. + 5 Tetes sampel B bernitrogen Warna awal sampel B
bernitrogen bening
Warna campuran bening
pH yang didapatkan
yaitu 8
4. + 5 tetes sampel tak Warna awal coklat
bernitrogen Warna Warna campuran
coklat bening
pH yang didapatkan yaitu
5
2. Uji Hinsberg
No. Prosedur percobaan Hasil pengamatan
1. + 5 mL NaOH 10% Warna awal NaOH
kedalam tabung reaksi yang bening
masing-masing berisi sampel
bernitrogen A dan
bernitrogen b
2. + 5 tetes sampel Warna awal sampel A
bernitrogen A bernitrogen yaitu coklat
+ 10 tetes Warna awal
benzensulfonilklorida benzensulfonilklorida
yaitu bening
Dikocok 5 menit degan alat Warna larutan menjadi
sentrifugal coklat bening
Diinnkubasi Terbentuk endapan
Diuji dengan pH stick Didapatkan nilai pH
yaitu 5
+ 3 mL NaOH 10 % Larutan tidak terdapat
endapan/endapan hilang
+ 3 mL HCl 6 N Warna awal HCl bening
Endapan terbentuk
kembali
Sampel A bernitrogen
tergolong amina primer
3. Sampel bernitrogen B Warna awal Sampel
+ 5 mL NaOH 10% bernitrogen B yaitu
bening
+ 20 tetes Warna campuran ungu
benzensulfonilklorida Tidak terdapat endapan
Tergolong ke dalam
amina tersier
F. ANALISIS DATA
1. Uji pH
a. Amina Primer (Piridin) / Sampel Bernitrogen B
C6H5NH2+(aq) + H2O(l) C6H5NH3+(aq) + OH-(aq)
b. AminaTersier (Anilin)/Sampel Bernitrogen A
C5H5N(aq) + H2O(l) C6H5O-(aq) +H3O+(aq)
2. Uji Hinsberg
a. Sampel bernitrogen A (Anilin)
C5H5NH2(aq) + C6H5SO2Cl(aq) C12H10SO2NH(aq) + HCl(aq)
H. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa uji keasaman dapat dilakukan dengan uji pH stick dimana sampel
A bernitrogen memiliki pH 7 dan sampel B bernitrogen memiliki pH 8.
Oleh sebab kebasaan dari senyawa amia sedangkan fenolyang menjadi
senyawa tak bernitrogen bersifat asam sebab fenol lebih cenderung
melepas ion H+ pada gugus hidroksilny. Kemudian pada pengujian amina
primer, sekunder, dan tersier dapat dilakukan dengan metode Hinsberg.
Dari pengujian ini didapatkan bahwa dimana sampel A bernitrogen yang
merupakan piridin adalah amina primer yang memiliki sifat basa. Sampel
B bernitrogen adalah anilin merupakan amina tersier.
DAFTAR PUSTAKA
Abstrak: Beberapa senyawa turunan urea masih terus dikembangkan dalam upaya pencarian senyawa
antikanker yang poten dengan efek samping minimal. Berkaitan dengan hal diatas ingin dikembangkan
satu turunan urea yaitu senyawa N-(2-klorobenzoil)-yang merupakan turunan N’fenilurea. Metode
sintesis adalah Schotten-Baumman yang telah di modifikasi, uji kemurnian dengan kromatografi lapis
tipis menggunakan 3 macam pelarut eluasi yang berbeda. Karakterisasi struktur dengan menggunakan
metode spektrofotometri UV dan IR, kemudian spektrometri 1H-NMR dan MS. Uji aktivitas antikanker
terhadap sel Hella menggunakan metode MTT assay dan diperoleh nilai IC50. Rendemen senyawa N-
(2-klorobenzoil)-N’fenilurea sebesar 80,47 % berupa kristal jarum berwarna putih. Uji kemurnian
secara kromatografi lapis tipis dengan 3 pelarut eluasi berbeda (heksan:etil asetat:metanol = 2:3:1;
heksan:aseton = 4:2; heksan:etilasetat = 4:2) diperoleh satu noda tunggal yang berbeda harga Rf nya
dibanding dengan senyawa asal N-fenilurea. Titik Lebur senyawa adalah 149oC berbeda dengan
senyawa asalnya N-fenilurea. Uji aktivitas antikanker dengan metode MTT assay menggunakan sel
Hella diperoleh hasil IC50 2100 mg/mL atau 8,52 mM sedang IC 50 dari senyawa hidroksi urea sebagai
pembanding 7537 mg/mL atau 99,10 mM. Senyawa N-(2-klorobenzoil)-N’fenilurea telah berhasil di
sintesis dan dapat dikembangkan lebih lanjut sebagai senyawa anti kanker.
Abstract: Several the urea derived compounds are still being developed in an effort to find the potent
anti cancer compounds with the minimal side effects. In connection with the above matter, we want
to develop an urea derivative, namely the compound is N- (2-chlorobenzoyl) –N’-phenylurea which
is a derivative of the N-phenylurea. The synthesis method is the modified Schotten-Baumman, the
purity test using thin layer chromatography using 3 different types of eluent solvents. Structure
characterization using UV and IR spectrophotometry methods, then 1H-NMR spectrometry and MS.
Anticancer activity test for the Hella cells using MTT assay method and obtained IC50 value. The yield
of N-(2-chlorobenzoyl) –N’-fenilurea compound is 80.47% on the form of white needle crystals. The
purity test by thin layer chromatography with 3 different eluent solvents (hexan:ethyl acetate:methanol
= 2:3:1; hexan:acetone = 4:2; hexan:ethylacetate = 4:2) obtained a single stain which is different from
the Rf value compared with the original N-phenylurea compound. The melting point of the compound is
149 oC which is different from the original compound N-phenylurea. Anticancer activity test with MTT
assay method using the Hella cells obtained IC50 2100 mg/ mL or 8.52 mM and IC50 of hydroxy urea as
the standard compound is 7537 mg/mL or 99.10 mM. N- (2-chlorobenzoyl) –N’-fenilurea compound
has been successfully synthesized and can be further developed as an anticancer compound.
mereaksikan antara gugus amina primer dari karena itu digunakan pelarut tetrahidrofuran yang akan
N-fenilurea dengan gugus benzoil dari senyawa 2- membentuk suspensi dengan senyawa urea kemudian
klorobenzoil klorida. Beberapa peneliti telah direaksikan dengan turunan benzoil klorida yang
melakukan beberapa metode reaksi antara gugus dilarutkan dalam tetrahidrofuran pula(8).
amina primer dengan turunan benzoil klorida, Pada pembentukan senyawa N-(2-klorobenzoil)-
Reksohadiprodjo (1981) dan Tjiptasurasa (1991) telah N’fenilurea, reaksi juga dilakukan dengan cara
melakukan reaksi asilasi antara turunan urea dengan mereaksikan antara senyawa N-fenilurea dengan
asil klorida, metode yang digunakan adalah dengan turunan 2-klorobenzoil klorida menggunakan pelarut
melakukan pencampuran dan pemanasan pada suhu reaksi tetrahidrofuran, dan direfluks selama 8 jam.
60 – 80 oC. Ternyata hasil yang diperoleh memiliki Setelah reaksi selesai kemudian ditambahkan larutan
rendemen yang relatif kecil (9-31%), hal ini dapat natrium karbonat jenuh untuk menetralisir HCl
disebabkan kurangnya kontak antar senyawa karena dan turunan asam benzoat yang terbentuk. Langkah
tidak adanya media pelarut yang digunakan. selanjutnya adalah melakukan pencucian dengan air
Metode diatas digunakan oleh peneliti karena untuk menghilangkan sisa-sisa garam HCl yang ada,
turunan urea memiliki sifat kelarutan yang berbeda kemudian dilakukan pencucian dengan metanol untuk
dengan turunan asil klorida, turunan urea merupakan menghilangkan sisa senyawa 2-klorobenzoil klorida
senyawa yang mudah larut air sedangkan turunan asil atau hasil hidrolisa nya yaitu turunan asam benzoat.
klorida sebaliknya. Pada pelaksanaan reaksi asilasi Tahap berikutnya adalah melakukan rekristalisasi
ini dihindari adanya air karena dapat bereaksi dengan dengan metanol panas, karena senyawa N-(2-
turunan benzoil klorida dan akan membentuk asam klorobenzoil)-N’fenilurea larut dalam metanol panas
benzoat begitu pula pelarut alkohol sebaiknya tidak tapi tidak larut dalam kondisi dingin. Pada umumnya
digunakan karena akan membentuk senyawa ester bila hasil rekristalisasi dari senyawa N-(2-klorobenzoil)-
bereaksi dengan turunan benzoil klorida. Pada reaksi N’fenilurea berupa kristal jarum kecil mengkilat atau
asilasi, turunan benzoil klorida dapat bereaksi dengan keping mengkilat.
cepat dan sempurna dengan senyawa amina primer, Senyawa-senyawa hasil sintesis yang sudah
sekunder ataupun tersier pada penggunaan pelarut terbentuk kemudian diuji kemurniannya dengan
piridin dan memberikan prosentase hasil yang relatif kromatografi lapis tipis (KLT) menggunakan tiga
cukup baik(22, 23). fasa gerak yaitu campuran heksan:etil asetat : metanol
Pada reaksi asilasi antara senyawa urea dengan (2:3:1), campuran heksan:aseton (4:2) dan heksan
turunan asil klorida, secara teoritis kedua gugus amina :etil asetat (4:2). Hasil KLT menunjukkan bahwa
primer dapat bereaksi dengan turunan asil klorida, pada berbagai fasa gerak yang dipergunakan diatas
tetapi dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh noda yang ada hanya satu, hal ini berarti bahwa
Reksohadiprodjo (1987) dan Tjiptasurasa (1991) kemungkinan senyawa hasil sintesis merupakan
menunjukkan bahwa hanya satu gugus amina primer senyawa tunggal.
dari senyawa urea yang bereaksi dengan turunan asil Tahap selanjutnya adalah melakukan uji kemurnian
klorida. dengan penentuan jarak lebur dari senyawa-senyawa
Hal tersebut disebabkan adanya pengaruh halangan hasil sintesis. Hasil penentuan jarak lebur senyawa
ruang dari inti aromatis sehingga akan mengganggu hasil sintesis menunjukkan bahwa jarak lebur nya
reaksi selanjutnya. Pada reaksi asilasi tersebut akan relatif kecil yaitu berkisar dua derajat celcius, hal ini
dilepaskan HCl yang dapat mengganggu jalan nya berarti senyawa-senyawa hasil sintesis murni.
reaksi, karena gugus amida yang terbentuk akan Identifikasi Struktur Senyawa N-(2-
dapat dipecah kembali, oleh karena itu dapat diatasi klorobenzoil)-N’fenilurea. Pada penentuan panjang
dengan penambahan 2 ekivalen senyawa amina. Cara gelombang senyawa N-(2-klorobenzoil)-N’fenilurea
lain untuk mengatasi masalah diatas adalah dengan dengan menggunakan spektrofotometer UV dapat
menetralisir HCl yang terbentuk dengan penambahan terlihat bahwa senyawa hasil sintesis menunjukkan
basa kuat seperti larutan natrium hidroksida atau 2 panjang gelombang maksimum yaitu 204 nm dan
kalium hidroksida. Reaksi antara senyawa amin 232 nm, diduga senyawa hasil sintesis memiliki gugus
dengan asil klorida yang menggunakan pelarut organik kromofor ikatan rangkap terkonyugasi atau sistem
dikenal dengan reaksi Schotten-Baumann(22, 23). aromatik dan gugus auksokrom. Dari spektra UV
Siswandono (1999 ), telah melakukan reaksi asilasi juga terlihat adanya pergeseran panjang gelombang
antara senyawa urea dengan turunan benzoil klorida, maksimum.
ternyata reaksi ini mengalami kesukaran disebabkan Pada bahan reaksi N-fenilurea menunjukkan 2
senyawa urea larut dalam pelarut polar sedang turunan panjang gelombang yaitu 204 nm dan 238 nm , sedang
benzoil klorida larut dalam pelarut non polar, oleh senyawa hasil sintesis juga menunjukkan 3 panjang
Jurnal Lahan Suboptimal: Journal of Suboptimal Lands
ISSN: 2252-6188 (Print), ISSN: 2302-3015 (Online, www.jlsuboptimal.unsri.ac.id)
Vol. 8, No.1: 57-66 April 2019
DOI: https://doi.org/10.33230/JLSO.8.1.2019.377
Analysis of N Nitrogen (Ammonia, Nitrate, and Nitric) and Phosphate at Teluk Pandan’s
Water Territorial, Lampung Province
ABSTRACT
Teluk Pandan’s water territorial was known to aquaculture activity such as prawn,
pearl oyster and cage culture by community that lived in the area. It activities could makes
water quality to be polluted. This purpose of this research was to known the content of
nutrient (Ammonia, Nitrate, Nitric, and Phosphate) and to studied nutrient that related to
other’s water quality parametric at Teluk Pandan water territorial. Sampling was
determinate by 15station using purposive sampling method. Data analysis was used to
studied relation between water quality’s parametric using Principal Component Analysis
(PCA). Water sampling was taken at surface using water sampler. It was analyze in
Oceanography and Instrumentation Laboratory, Department of Marine Science,
Universitas Sriwijaya. Result of this research showing that rate of content nutrient at Teluk
Pandan’s water territory ranging from 0.0007-0.0087 mg/L NO3-N, nitric ranging from
0.0001-0.0062 mg/L NO2-N, and phosphate ranging form 0,0012 – 0,0091 mg/L PO4-P.
Based on result Teluk Pandan’s water territory still can be used for water’s ecosystem.
Result using PCA method showing that correlation between parametric are directly
proportional and inversely. Correlation that directly proportional showing by parametric
group quadrant I (Temperature, Salinity, Velocity, and Abundance of Phytoplankton),
quadrant II (DO, pH and nitrate) and quadrant III (Ammonia, nitric and phosphate).
Inversely showing by parametric group quadrant I to parametric group quadrant III.
Keywords: n-Nitrogen, Phosphate, PCA, Teluk Pandan
ABSTRAK
Perairan Teluk Pandan telah banyak dimanfaatkan penduduk sekitar untuk berbagai
aktivitas perikanan seperti kegiatan budidaya udang, budidaya kerang mutiara dan keramba
jaring apung. Banyaknya aktivitas tersebut dapat mempengaruhi kualitas air di perairan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan nutrien (amonia, nitrat, nitrit dan
fosfat) dan mengkaji keterkaitan antara parameter-parameter kualitas perairan di kawasan
Perairan Teluk Pandan. Penentuan titik sampling menggunakan metode purposive
sampling sebanyak 15stasiun. Analisis data yang digunakan untuk mengkaji keterkaitan
antara parameter-parameter kualitas perairan adalah Principal Component Analysis (PCA).
Sampel air diambil di permukaan perairan menggunakan water sampler. Analisis sampel
dilakukan di Laboratorium Oseanografi dan Instrumentasi Program Studi Ilmu Kelautan
Jurnal Lahan Suboptimal, 8(1) April 2019 61
stasiun ini jika dilihat dari faktor yang telah memanfaatkan zat hara nitrat
lingkungan, lokasi stasiun 7 ini merupakan untuk pertumbuhan dan perkembangan
lokasi yang dekat dengan kegiatan budidaya (Gambar 5).
keramba jaring apung (KJA) yang
menyebabkan banyaknya bahan organik di Nitrit (NO2-N)
sekitar titik pengambilan sampel (Gambar Menurut Sawyer dan McCarty
4). (1978) dalam Effendi (2000) kadar nitrit di
perairan jarang>1 mg/L. Kadar nitrit yang
Nitrat (NO3-N) lebih dari 0,05 mg/L dapat bersifat toksik
Berdasarkan Kep MENLH NO. 51 bagiorganisme. Pola sebaran nitrit di
Tahun 2004 kandungan nitrat di perairan perairan.
Teluk Pandan masih berada dalam baku Secara umum dari pola sebaran
mutu air laut untuk biota laut yakni sebesar nitrit dapat dilihat pada daerah stasiun 7
0,008mg/L. merupakan stasiun dengan konsentrasi nitrit
Pola sebaran nitrat dapat dilihat paling tinggi pada lokasi penelitian dan
bahwa konsentrasi nitrat tertinggi terdapat stasiun 13 merupakan stasiun dengan nilai
pada stasiun 8 dan terendah pada stasiun 7. konsentrasi nitrit yang paling rendah.
Tingginya konsentrasi nitrat pada stasiun 8 Stasiun 15 juga mempunyai konsentrasi
ini jika dilihat berdasarkan faktor dari nitrit yang cukup tinggi dibandingkan
daratan dimana daerah tersebut merupakan stasiun-stasiun lainnya. Tingginya
daerah tambak dan dekat dengan kegiatan konsentrasi nitrit pada stasiun ini jika
budidaya keramba jaring apung (KJA) yang dilihat dari faktor lingkungan diduga
dapat mempengaruhi konsentrasi nitrat di disebabkan oleh rendahnya konsentrasi
daerah tersebut. Rendahnya kadar nitrat oksigen terlarut pada stasiun pengambilan
pada stasiun 7 diduga ada hubungannya sampel. Hutagalung dan Rozak (1997)
dengan kelimpahan fitoplankton yang mengatakan bahwa konsentrasi senyawa
tinggi pada stasiun pengambilan sampel. nitrit akan semakin meningkat dengan
Menurut Fitriyah (2011) dalam Muchtar semakin rendahnya oksigen terlarut
(2012) rendahnya kadar nitrat dilapisan (Gambar 6).
permukaan disebabkan oleh fitoplankton
Gambar 4. Pola Sebaran Amonia pada 15 stasiun di Teluk Pandan menggunakan PCA
J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN, Vol. 22, No.2, Juli 2017
: 217-225
Abstrak
Kajian mengenai analisis kandungan nitrogen (N), fosfor (P) dan karbon organik (KO) telah dilakukan di
Danau Sentani, Papua. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kandungan ketiga unsur tersebut di perairan. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode survei berstrata (stratified sampling method) sesuai dengan tujuan
(purposive). Metode pengukuran dan pengambilan sampel menggunakan teknik Composit Sampling. Area penelitian
dibagi atas 4 zona yaitu inlet, KJA, tengah danau dan outlet. Analisis data menggunakan Program Microsoft Excel 2007
dan Analisis Varians (ANOVA) pada taraf kepercayaan 90%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio N:P perairan
danau adalah 10,248 mg/L/bln di inlet; 2,417 mg/L/bln di KJA; 0,683 mg/L/bln di tengah danau dan 8,351 mg/L/bln di
outlet. Sementara itu, rasio C:N adalah 15,008 mg/L/bln di inlet; 47,647 mg/L/bln di KJA; 90,884 mg/L/bln di tengah
danau dan 6,777 mg/L/bln di outlet.
Kata kunci: nitrogen, phosphor, organic carbon, pollution control, waste, Lake Sentani.
Abstract
Study on the analysis of nitrogen (N), phosphorus (P) and organic carbon (OC) content has been conducted at
the Lake Sentani, Papua. This research aims to study the content of the three elements in the waters. This study using
stratified sampling method in accordance with the purpose. Methods of measurement and sampling using Composite
Sampling. Study area was divided into four zones, namely the inlet, netcage culture, the middle of the lake and outlet.
Data analysis using Microsoft Excel 2007 program and Analysis of Variance (ANOVA) at 90% confidence level. The
results showed that the N:P ratio in the water are 10, 248 mg/L/month in the inlet; 2.417 mg/L/month in the netcage
culture area; 0.683 mg/L/month in the middle of the lake and 8.351 mg/L/month at the outlet. Meanwhile, C:N ratio are
15.008 mg/L/month in the inlet; 47.647 mg/L/month in netcage culture; 90.884 mg/L/month in the middle of the lake
and 6.777 mg /L/month at the outlet.
Keywords: nitrogen, fosfor, karbon organik, pengendalian pencemaran, limbah, Danau Sentani.
Prosedur Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah Gambar 2. Konsentrasi nitrit di tiap zona.
metode survei berstrata (stratified sampling
method) sesuai dengan tujuan (purposive) (Krebs, 2009) yang akan menentukan produktivitas
(Cochran, 1977; Singarimbun dan Effendi, 1989). primer perairan.
Metode pengukuran dan pengambilan sampel Konsentrasi nitrit sangat rendah (Gambar 2),
menggunakan teknik Composit Sampling (Brower, baik di inlet, KJA, tengah danau maupun outlet.
dkk. 1990). Pengukuran sampel air dilakukan di Konsentrasi nitrit di inlet berkisar antara 0,001–
Laboratorium Program Studi Ilmu Kelautan, 0,095 mg/L, tengah danau 0,001–0,002 mg/L, KJA
Fakultas MIPA, Universitas Cenderawasih dan antara 0,001–0,0095 mg/L dan 0,001–0,018 di
Laboratorium Intertek Utama Service Jakarta. outlet. Analisis varians menunjukkan bahwa
Penetapan nitrat diukur dengan cara konsentrasi nitrit di zona inlet berbeda nyata (P <
spektrofotometri, penetapan fosfat ditentukan 0,05) dengan zona KJA, tengah danau dan outlet.
dengan teknik kalorimetrik dengan pewarnaan biru Sementara konsentrasi nitrit di zona KJA, tengah
molibden pada panjang gelombang 693 nm, dan danau dan outlet tidak berbeda nyata.
penetapan karbon organik dilakukan dengan Non- Konsentrasi nitrit yang cenderung menurun ke
Dispersive Infra Red – Supersritical Water arah tengah danau, KJA dan outlet menunjukkan
Oxidation (NDIR-SCWO). Analisis sedimen masa tinggal air dalam danau yang tinggi karena
dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas MIPA, letak outlet yang jauh dari daerah inlet. Pada
Universitas Cenderawasih. Pengukuran N-total, perairan, konsentrasi nitrit dijumpai dalam
ditetapkan dengan cara spektrofotometri konsentrasi yang lebih rendah dari konsentrasi
menggunakan metode pembangkit warna indofenol nitrat. Hal ini disebabkan karena bentuk senyawa
biru, pengukuran P-total, dilakukan dengan Metode nitrit yang bersifat tidak stabil dan akan segera
Bray I, dan penetapan C–Organik dengan Metode teroksidasi jika kandungan oksigen terlarut
Walkley dan Black, dengan nilai kebenaran 77% mencukupi. Kandungan oksigen terlarut di daerah
(Anonim, 2005). Data dianalisis dengan Program inlet mempengaruhi oksidasi nitrit menjadi nitrat.
Microsoft Excel 2007 dan Analisis Varians Konsentrasi nitrit cenderung meningkat
(ANOVA) pada taraf kepercayaan 90%. seiring dengan menurunnya curah hujan bulanan.
Konsentrasi nitrit paling tinggi di zona inlet dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN nilai rata-rata 0,0283±0,029. Hal ini berhubungan
dengan kondisi aliran sungai yang dekat dengan
Nitrit (NO 2̄ ) dan Nitrat (NO 3̄ ) aktivitas penduduk. Selain itu, kerusakan daerah
Senyawa nitrogen di perairan secara alami sempadan danau juga berpengaruh pada nilai nitrit
berasal dari metabolisme organisme perairan dan yang masuk ke perairan. Terjadi lonjakan
dekomposisi bahan-bahan organik oleh bakteri konsentrasi nitrit pada zona KJA di bulan
(Boyd, 1979). Nitrogen merupakan bahan dasar September 2012. Hal ini berhubungan erat dengan
penyusun protein yang diserap oleh tumbuhan air peningkatan curah hujan dan pakan ikan yang lepas
dalam bentuk amonia atau nitrat. Ketersediaan ke perairan.
nitrogen mempengaruhi variasi spesies, Sama halnya dengan nitrit, konsentrasi nitrat
kemelimpahan serta kandungan nutrisi hewan dan (NO3 sangat rendah, baik di inlet, KJA, tengah
tumbuhan akuatik (Horne dan Goldman, 1994). danau maupun outlet (Gambar 3). Konsentrasi nitrit
Nitrogen dalam bentuk nitrit (NO2 dan nitrat (NO3̄) di inlet berkisar antara 0,006–0,096 mg/L, tengah
merupakan salah satu parameter kesuburan. danau 0,001–0,004 mg/L, KJA antara 0,001–0,11
Keduanya berpengaruh pada nutrien yang berperan mg/L dan outlet sebesar 0,006–0,031 mg/L.
dalam pembentukan biomassa organisme perairan, Analisis varians menunjukkan bahwa konsentrasi
juga merupakan pembentuk komposisi dan nitrat di inlet berbeda nyata (P < 0,05) dengan
biomassa fitoplankton sebagai produsen perairan konsentrasi amonia di outlet, KJA dan tengah
danau. Pada sisi lain, konsentrasi nitrat di outlet
ILMU KELAUTAN September 2018. Vol. 16 (3) 135-142 ISSN 0853-7291
Abstrak
Penelitian zat hara fosfat, nitrit, nitrat dan silikat telah dilakukan di perairan Kepulauan Matasiri, Kalimantan
Selatan pada 12 stasiun pengamatan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kondisi perairan berdasarkan
ketersediaan dan distribusi spasial zat hara di perairan tersebut. Pengambilan sampel air menggunakan botol
Niskin pada lapisan permukaan dan dekat dasar perairan, sedangkan pengukuran konsentrasi zat hara
menggunakan Spektrofometer Shimadzu UV-1201V. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perairan Kepulauan
Matasiri termasuk perairan yang subur. Rata-rata konsentrasi fosfat di permukaan dan di dekat dasar perairan
relatif sama, sedangkan konsentrasi nitrit, nitrat dan silikat lebih tinggi di dekat dasar perairan dari pada di
permukaan.
Abstract
A research on marine nutrients including phosphate, nitrite, nitrate and silicate was conducted in the Matasiri
Islands waters, South Kalimantan, on 12 observation stations. The aim of the research is to understand and
assess the waters condition based on the availability and the spatial distribution of nutrients in these waters.
Water sampling used Niskin bottles in the surface and near bottom layers, whereas the measurement of
nutrients concentration used spectrophotometer Shimadzu UV-1201V. The results showed that Matasiri Islands
waters is categorized as fertile waters. The average concentration of phosphate in surface and near bottom
layers were relatively similar, whereas the average concentration of nitrite, nitrate and silicate were higher in
near bottom layer than in the surface.
Berdasarkan hasil pengukuran konsentrasi Dalam keputusan MENLH No.51 Tahun 2004,
nitrat dalam sampel air laut yang diambil dari lapisan disebutkan bahwa baku mutu konsentrasi nitrat air
permukaan perairan, konsentrasi tertinggi terdapat di laut yang layak untuk kehidupan biota laut adalah
stasiun 1 (0,069 mg N-NO 3/L), sedangkan terendah di 0,008 mg N-NO3/L. Dibandingkan dengan baku mutu,
Stasiun 7 dan 8 (0,025 mg N-NO 3/L). Untuk sampel konsentrasi nitrat dalam penelitian ini jauh lebih tinggi
air laut yang diambil dari lapisan dekat dasar atau berada di atas baku mutu. Fakta ini ditemukan di
perairan, konsentrasi nitrat tertinggi terdapat di seluruh stasiun pengamatan baik di lapisan
Stasiun 5 dan 12 (0,048 mg N-NO 3/L), terendah di permukaan maupun di lapisan dekat dasar perairan.
Stasiun 4 (0,024mg N-NO 3/L). Konsentrasi nitrat rata- Data ini mengindikasikan bahwa perairan di
rata di lapisan permukaan adalah 0,032 mg N-NO3/L, Kepulauan Matasiri tengah mengalami tekanan berupa
sedangkan di lapisan dekat dasar 0,034 mg N-NO3/L. pengkayaan nitrogen atau nitrat. Sebagai imbasnya,
Dari data tersebut terlihat bahwa konsentrasi nitrat potensi terjadinya ledakan populasi (blooming) alga
rata-rata lebih tinggi di dasar perairan dibanding sangat besar. Tentunya hal ini sangat merugikan
dengan di lapisan permukaan. Kecenderungan ini karena dapat berpengaruh terhadap kesehatan dan
diperkuat oleh pendapat Hutagalung dan Rozak biodiversitas ekosistem perairan setempat. Sumber
(1997) menyatakan bahwa kadar nitrat semakin peningkatan kadar nitrat umumnya adalah limbah
tinggi bila kedalaman bertambah, sedangkan untuk perkotaan, industri dan pertanian (Environtment
distribusi horisontal kadar nitrat semakin tinggi Canada, 2003). Oleh karena itu, pengkayaan nitrat
menuju ke arah pantai. Distribusi nitrat di 12 stasiun yang terjadi di perairan Kepulauan Matasiri
pengamatan di perairan Kepulauan Matasiri, kemungkinan besar dipengaruhi oleh masukan massa
Kalimantan Selatan disajikan pada Gambar 4. air Sungai Barito yang banyak membawa masukan
senyawa nitrogen dari darat, karena Sungai Barito
Konsentrasi nitrat di lapisan permukaan yang merupakan sungai terbesar yang lokasinya paling
lebih rendah dibandingkan di lapisan dekat dasar dekat dengan Kepulauan Matasiri dan paling mungkin
disebabkan karena nitrat di lapisan permukaan lebih mempengaruhi kondisi perairan tersebut.
banyak dimanfaatkan atau dikonsumsi oleh
fitoplankton. Selain itu, konsentrasi nitrat yang sedikit Berdasarkan data hasil pengukuran
lebih tinggi di dekat dasar perairan juga dipengaruhi konsentrasi silikat dalam sampel air laut, diketahui
oleh sedimen. Di dalam sedimen nitrat diproduksi dari bahwa sebaran silikat terlarut secara horizontal di
biodegradasi bahan-bahan organik menjadi ammonia lapisan permukaan perairan konsentrasi tertinggi
yang selanjutnya dioksidasi menjadi nitrat (Seitzinger, terdapat pada stasiun 9 (0,182 mg/L), sedangkan
1988). terendah di Stasiun 5 (0,129 mg Si/L). Selanjutnya
4. Distribusi horisontal nitrat di permukaan dan dasar perairan Kepulauan Matasiri, Kalimantan Selatan
Kajian Zat Hara Fosfat, Nitrit, Nitrat dan Silikat di Perairan Kepulauan Matasiri (F. J. L Risamasu dan H. B. Prayitno) 139
ILMU KELAUTAN September 2011. Vol. 16 (3) 135-142
sebaran silikat terlarut di dasar perairan tertinggi utama yang diperlukan fitoplankton untuk tumbuh dan
pada stasiun 12 (0,285 mg/L) dan terendah di berkembang biak adalah nitrogen dalam bentuk nitrat
Stasiun 9 (0,152 mg Si/L). Konsentrasi silikat rata- (NO 3 ) (Nybakken 1988). Dengan demikian perairan ini
rata di lapisan permukaan perairan adalah 0,144 mg tergolong ke dalam kategori subur.
Si/L, sedangkan di lapisan dekat dasar 0,194 mg
Si/L. Distribusi silikat di 12 stasiun pengamatan di Perairan Kepulauan Matasiri yang tergolong
perairan Kepulauan Matasiri, Kalimantan Selatan subur dengan konsentrasi nitrat yang cukup tinggi,
disajikan pada Gambar 5. bahkan jauh melebihi konsentrasi maksimum baku
mutu nitrat untuk air laut, menyimpan potensi untuk
Data tersebut memperlihatkan bahwa terjadinya blooming alga. Namun demikian, potensi
konsentrasi silikat tertinggi berada di lapisan dekat blooming yang terjadi rendah kemungkinannya
dasar perairan dari pada di lapisan permukaan. didominasi oleh jenis yang berbahaya atau lebih dikenal
Distribusi SiO 2 di perairan pesisir umumnya lebih dengan istilah Harmful Algae Blooms (HABs). Hal ini
tinggi daripada di laut terbuka karena limpasan air disebabkan konsentrasi rata-rata silikat di perairan
sungai. Konsentrasi silikat terlarut di lapisan Kepulauan Matasiri sebesar 0,144 mg Si/L masih
permukaan perairan laut umumnya lebih rendah jika berada di atas batasan konsentrasi minimum yang
dibandingkan dengan di dasar perairan, kecuali di dihipotesiskan oleh Tsunogai (1979) untuk memicu
daerah yang mengalami upwelling (Millero,1996). terjadinya blooming alga berbahaya. Selain silikat, bila
Rendahnya konsentrasi silikat di lapisan permukaan terjadi peningkatan kadar nitrat dan fosfat dalam air
disebabkan lebih banyak organisme-organisme yang laut, maka dapat memicu terjadinya peledakan
memanfaatkan silikat di lapisan ini, seperti diatom populasi (blooming) algae (fitoplankton) berbahaya
(Bacillariophyceae) yang banyak membutuhkan silikat (Hutagalung dan Rozak, 1997; Effendie, 2003).
untuk membentuk dinding selnya (Effendi, 2003).
Dalam hipotesisnya Tsunogai (1979)
Ditinjau dari konsentrasi zat hara fosfat, nitrit, menggambarkan perkembangan fitoplankton dalam
nitrat dan silikat, kualitas air perairan Kepulauan dua tahap. Pertama, di saat kondisi semua parameter
Matasiri secara umum masih tergolong baik. Selain fisika dan kimia terpenuhi, diatom akan tumbuh pesat
itu, konsentrasi nitrat yang tinggi menggambarkan dan mendominasi lapisan permukaan suatu perairan
ketersediaan sumber nitrogen yang cukup melimpah dengan mengkonsumsi silikat yang tersedia. Kedua, di
bagi pertumbuhan fitoplankton. Nutrien anorganik saat konsentrasi silikat menurun hingga kurang dari
Gambar 5. Distribusi horisontal silikat di permukaan dan dasar perairan Kepulauan Matasiri, Kalimantan Selatan
140 Kajian Zat Hara Fosfat, Nitrit, Nitrat dan Silikat di Perairan Kepulauan Matasiri (F. J. L Risamasu dan H. B. Prayitno)