Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN MINGGUAN PRAKTIKUM

KIMIA ORGANIK II
ACARA II
ANALISIS KIMIA GUGUS FUNGSI ALKOHOL

DISUSUN OLEH :
NAMA : NURUL HIDAYATI
NIM : G1C019056

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MATARAM
2021
ACARA II
ANALISIS KIMIA GUGUS FUNGSI ALKOHOL

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
Mengidentifikasi gugus fungsi alkohol dengan pereaksi Lucas.
2. Waktu Praktikum
Rabu, 25 Mei 2021
3. Tempat Praktikum
Lantai I, Laboratorium Kimia Organik, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mataram.

B. LANDASAN TEORI
Gugus fungsi merupakan salah satu materi kimia organik
yangmasih dianggap. Uji lucas adalah salah satu cara untuk membedakan
alkohol primer, sekunder dan tersier. Reagen lucas adalah suatu campuran
dari asam klorida pekat dan dengan seng klorida. Seng klorida tersebut
merupakan asam lewis yang saat ditambahkan kedalam asam klorida akan
menyebabkan larutan menjadi lebih asam dari sebelumnya. Alkohol tersier
akan bereaksi dan alkil klorida akan membentuk sebuah lapisan keruh
yang terpisah. Alkohol sekunder terlarut karenan pembentukan ion
oksonium dan akhirnya terbentuk alkil klorida. Sedangkan alkohol primer
sulit untuk menjadi klorida dengan pereaksi lucas (Sunarto, 2008:34).
Reagen lucas pada dasarnya sebuah larutan yang dibentuk oleh
kombinasi dari HCl dan ZnCl2. Reagen lucas digunakan untuk menguji
alkohol dan mengklasifikan sesuai dengan reaktifitasnya. Reaktifitas
alkohol dengan reagen lucas diukur ddengan tingkat kekeruhan yang
mungkin berbeda dari berwarna keruh.Asam klorida merupakan cairan
tidak berwarna yang mudah larut dalam air. HCl memiliki berat molekul
34,46. Asam klorida dapat mengiritasi kulit dan uapnya tidak boleh
dihirup karena dapat memengaruhi sistem pernapasan. Sedangkan ZnCl2
merupakan serbuk hablur atau granut hablur putih. ZnCl2 bersifat sangat
korosif dan memnyebabkan kerusakan pada kulit dan sistem pernapasan
(Harr, 2011:21).
Perilaku adsorpsi dari alkohol primer, sekunder, dan tersier
lebih nano (1 0 0) permukaan cacat spinel γ-alumina diselidiki
denngan bantuan teori kerapatan fungsional (DFT) ditingkat
BLYP/DNP perhitungan. Hasil menunjukkan bahwa lebih banyak
cabang dari posisi alkohol α mendukung adsorpsi, sementara
penurunan energi adsorpi dicapai untuk alkohol yang mengandung
substituent pada posisi β. Alkohol tersier yang diadsorpsi lebih kuat
dari permukaan daripada alkohol sekunder dan primer. Alkohol
dengan rantai alkil yang lebih besar memiliki energi adsorpsi lebih
besar. Juga alkohol aril yang diadsorpsi di atas permukaan lebih baik
dari alkil dan alil gugus (Zamani dan Hossein, 2016).
Serangkaian dinamika molekuler dan simulasi Grand-
Canonical Monte Carlo dilakukan untuk pemisahan/ elektivitas etanol/air
dan metanol/air melalui membran GO dengan jarak antar lapisan yang
berbeda dan tingkat gugus fungsi. Untuk merasionalisasi selektivitas yang
disukai air dalam struktur nano-terbatas dan pemblokiran efektif molekul
alkohol, kami telah dilakukan analisis mendalam pada pengaturan
molekul struktural dan mekanisme permeasi. Dapat disimpulkan bahwa
pengecualian ukuran dan pengaturan molekuler dalam saluran GO 2D
bertanggung jawab atas pemisahan tersebut. Formasi yang mungkin dari
lapisan tunggal air ditingkatkan dengan pembentukan jaringan ikatan-H
2D yang kuat. Selain itu, saluran dua dimensi juga merupakan faktor
penting yang berkontribusi pada difusi air yang cepat. Peran jumlah
gugus fungsi yang mengandung oksigen dalam membran diamati bahwa
dengan meningkatkan derajat fungsionalisasinya, hal itu meningkatkan
faktor pemisahan alkohol/air. Singkatnya, keseimbangan antara
permeabilitas, ketajaman membran, pengecualian ukuran molekul dan
batasan geometri hadir selama mekanisme pemisahan dan mereka
merupakan faktor kunci untuk merancang membran pemisahan
alkohol- air yang lebih efisien (Borges, dkk., 2017).
Gugus fungsi merupakan sekelompok atom yang
menyebabkan perilakukimia molekul induk. Gugus fungsi organik yaitu
berupa alkohol, eter aldehid dan keton, asam karboksilat dan amina.
Alkohol mengandung gugus fungsi hidroksil -OH. Pengikatan pada gugus
OH- yang menyebabkan fenol dapat sedikit larut dalam air. Alkohol
dibandingkan dengan alkohol alifatik lebih bersifat asam saat direaksikan
dengan NaOH dapat melepas molekul H+ pada keadaan yang sama.
Alkohol dan fenol merupakan dua senyawa organik yang memiliki
struktur yang serupa, tetapi gugus fungsi pada fenol melekat pada fenol
melekat langsung pada cincin aromatik. Alkohol ditemukan dengan
persenyawaan organik yang mempunyai satu atau lebih gugus hidroksil.
Karena ikatan hidroksil bersifat kovalen maka sifat alkohol tidak sama
dengan hidroksida, tetapi lebih mendekati sifat air (Firmansyah, 2020).
Alkohol merupakan suatu sebatian organik yang
mengandungi kumpulan berfungsi hidroksi (-OH). Ia mempunyai
pelbagai kegunaan dan manfaat namun apabila bercakap tentang
alkohol, kita sering mengklasifikasikan semua jenis alkohol itu
sebagai haram. Alkohol yang diharamkan adalah etanol yang menjadi
salah satu bahan dalam arak. Alkohol iaitu etanol, boleh dihasilkan
melalui dua kaedah iaitu fermentasi dan tindak balas etena dengan
stim. Perlu dipahami isu-isu berkaitan penggunaan alkohol dalam
industri makanan, pembuatan minyak wangi, perubatan dan sebagai
bahan api supaya lebih menghargai alkohol sebagai salah satu sebatian
organik yang bernilai (Noor, dkk., 2018).

C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM

1. Alat-alat Praktikum
a. Penjepit kayu
b. Pipet tetes
c. Pipet volume 2 mL
d. Rak tabung reaksi
e. Rubber bulb
f. Tabung reaksi
g. Waterbath
2. Bahan-bahan Praktikum
a. Pereaksi lucas (ZnCl2(aq) + HCl(aq))
b. Sampel A (Metanol) (CH 3 OH(aq))
c. Sampel B (Etanol) (CH3 CH2 OH (aq))
d. Sampel C (Isopropanol) (C 3 H7 OH(aq))
e. Sampel D (Fenol) (C 6 H5 OH(aq))
f. Sampel E (Tetrabutanol) (C4 H10 O(aq))

D. SKEMA KERJA
1. Pereaksi Lucas
8 gr ZnCl2 anhidrat
 + 5 mL HCl pekat
 Didinginkan dalam es batu

Hasil

2. Pengujian Lucas
1 mL pereaksi lucas
 Dimasukkan kedalam tabung reaksi

5 tetes 5 tetes 5 tetes 5 tetes 5 tetes


sampel A sampel B sampel C sampel D sampel
E

 Diamati waktu terbentuk kabut


 Diamati saat pemisahan

Hasil

 Jika tidak terbentuk kabut atau


pemisahan maka dilakukan
pemanasan
 Diamati hingga terbentuk lapisan
atau kabut

Hasil
E. HASIL PENGAMATAN
1. Tabel Hasil Pengamatan
No. Sampel Alkohol Alkohol Alkohol Keterangan
3o 2o 1o
1. A - -  Kuning
bening

2. B - -  Kuning
bening
3. C - -  Putih bening
4. D  - - Kuning
Bening
5. E  - - Putih keruh

2. Tabel Sebenarnya
No. Sampel Alkohol Alkohol Alkohol Keterangan
3o 2o 1o
1. A - -  Bening
2. B - -  Kuning
Bening
3. C -  - Putih keruh
4. D -  - Bening
5. E  - - Putih keruh
Keterangan:
Sampel A = Metanol (alkohol 1°)

Sampel B = Etanol (alkohol 1°)

Sampel C = Isopropanol (alkohol 2°)

Sampel D = Fenol (alkohol 2°)

Sampel E = Tetrabutanol (alkohol 3°)


F. ANALISIS DATA
1. Pereaksi Lucas
ZnCl2 Zn2+ + 2Cl-
HCl H + + Cl-
2. Reaksi Lucas
a. Sampel A (metanol)

b. Sampel B (etanol)

c. Sampel C (Isopropanol)

d. Sample D (fenol)

e. Sampel E (tetr-butanol)

3. Mekanisme reaksi
a. Sampel A (metanol)
b. Sampel B (etanol)

c. Sampel C (isopropanol)

d. Sampel D (fenol)

e. Sampel E (ter-butanol)

G. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini membahas tentang analisis kimia gugus
fungsi alkohol yang bertujuan untuk mengidentifikasi gugus fungsi
alkohol dengan berbagai pereaksi. Pereaksi yang digunakan adalah
pereaksi lucas. Prinsip analisi uji lucas adalah membedakan senyawa
alkohol primer, sekunder dan tersier dengan reagen yang terbuat dari
campuran asam klorida pekat dan seng klorida, sehingga akan terjadi
subtitusi antara gugus –OH pada alkohol dengan gugus Cl pada reagen
sehingga membentuk alkil klorida. Alkohol yang memiliki satu gugus
fungsi –OH disebut dengan monoalkohol sedangkan yang memiliki
lebih dari satu gugus –OH disebut dengan polialkohol. Alkohol
merupakan zat yang memiliki titik didih relatif tinggi dibandingkan
senyawa hidrokarbon yang jumlah atom karbonnya sama. Hal ini
disebabkan oleh adanya gugus antar molekul dan adanya ikatan
hidrogen antara molekul alkohol akibat gugus hidroksil yang polar.
Berdasarkan posisi karbon yang mengikat gugus hidroksil dalam
senyawa alkohol, maka alkohol dikelompokkan kedalam tiga
golongan, yaitu alkohol primer, (1 o), alkohol sekunder (2 o) dan
alkohol (3 o). Alkohol primer (1 o) adalah alkohol yang gugus fungsi
OHnya terikat pada atom C primer (atom C yang mengikat satu atom
lain). Alkohol sekunder (2 o) adalah yang gugus fungsi –OH terikat
pada atom C sekunder (atom C yang mengikat 2 atom yang lain) dan
alkohol tersier (3 o) adalah alkohol yang gugus fungsi –OH terikat
pada atom C tersier (atom C yang mengikat 3 atom C yang lain).
Percobaan praktikum analisis gugus fungsi alkohol, pada
percobaan pertama yaitu membuat pereaksi lucas. Pereaksi ini dibuat
dengan mencampurkan padatan ZnCl 2 dengan larutan HCl.
Penggunaan ZnCl2 sebagai katalis akan mempercepat jalannya reaksi
yang terjadi. Uji lucas ini digunakan untuk mengidentifikasi jenis
alkohol yang terkandung dalam sampel. Hal ini disebabkan karena
reaktivitas alkohol dengan hidrogen halida. Sampel yang digunakan
adalah metanol, etanol, isopropanol, fenol dan tert-butanol. Kemudian
pada tahap kedua adalah pengujian sampel pada pereaksi lucas,
sampel yang digunakan adalah metanol, etanol, isopropanol, fenol dan
tert-butanol. Pengujian dilakukan untuk mencampurkan pereaksi lucas
dengan sampel dan diamati perubahan yang terjadi. Jika setalah 3
menit tidak terjadi perubahan, maka dilakukan proses pemanasan.
Proses pemanasan ini dilakukan untuk mempercepat terjadinya reaksi.
Mekanisme yang terjadi pereaksi lucas adalah reaksi antara HCl
dengan katalis ZnCl2. Pereaksi lucas menawarkan media kutub dimana
mekanisme SN1 lebih disukai. Dalam substitusi nukleofilik molekul
tunggal, laju reaksi lebih cepat ketika karbokation lebih stabil dengan
jumlah yang lebih besar dari elektron yang menyumbangkan
kelompok diaminnya (-R) terikat pada atom yang bermuatan positif.
alkohol primer akan bereaksi lambat dengan pereaksi lucas, karena
energi yang digunakan oleh atom karbon primer sangat kuat untuk
mengikat gugus –OH sehingga sulit untuk disubstitusi. Kemudian
untuk alkohol sekunder bereaksi dengan gugus alkil dengan bantuan
pemanasan karena ikatan OH - agak lemah karena mengikat 2 atom
yang lain. Pada alkohol tersier akan bereaksi dengan ter-butanol tanpa
perlu melalui proses pemanasan karena atom C pada alkohol tersier
memiliki energi yang sangat mudah untuk disubstitusi. Alkohol tersier
juga akan membentuk kabut dan dua lapisan, hal ini menandakan telah
lepasnya gugus –OH pada alkohol yang kemudian digunakan Cl - dan
pereaksi lucas untuk menggantikannya.
Berdasarkan hasil pengamatan, untuk sampel A dan B
tergolong alkohol primer karena larutannya tetap bening setelah
ditambahkan setelah ditambahkan pereaksi lucas dan dipanaskan. Hal
ini sesuai dengan teori bahwasanya sampel A (metanol) dan B (etanol)
merupakan alkohol primer. Energi yang dimiliki atom C primer untuk
mengikat gugus –OH besar (sangat kuat) karena atom C primer hanya
mengikat satu atom C lain dan kurang tersubtitusi. Hal inilah yang
menyebabkan alkohol primer sulit untuk bereaksi dengan pereaksi
lucas, sehingga tidak terbentuk cepat alkil halida (berupa endapan
putih) yang ditandai dengan larutan tetap bening.
Sampel C (isopropanol) dan D (fenol) tergolong alkohol
sekunder karena larutannya menjadi keruh setelah dilakukan
pemanasan. Namun pada percobaan yang kami lakukan sampel C
tidak mengalami perubahan setelah dipanaskan. Hal ini diakibatkan
oleh konsentrasi pereaksi lucas yang ditambahkan sedikit sehinngga
tidak mampu tersubtitusi. Hal ini tidak sesuai dengan teori,
bahwasanya sampel C dan D adalah alkohol sekunder dimana atom C
lebih tersubtitusi dibandingkan akohol primer dan kurang tersubtitusi
dibandingkan dengan alkohol tersier, sehingga alkohol sekunder dapat
bereaksi dengan pereaksi lucas setelah dilakukan pemanasan. Energi
yang dimiliki atom C sekunder untuk mengikat 2 atom C lainnya lebih
lemah dari pada C primer ssehingga dapat lebih mudah bereaksi
dengan pereaksi lucas dengan baik ketika dipanaskan.
Berdasarkan hasil pengamatan sampel E merupakan
alkohol tersier karena pada saat direaksikan dengan pereaksi lucas
larutannnya berwarna keruh. Hal ini sesuai dengan teori bahwa sampel
E tergolong alkohol tersier, dimana sampel E adalah tert-butanol.
Alkohol tersier lebih tersubtitusi daripada alkohol sekunder dan
primer, sehingga Cl - pada HCl dapat dengan mudah tersubtitusi ke
atom karbon tersier yang mengikat gugus –OH tanpa dilakukan
pemanasan. Hal ini ditandai dengan terbentuknya endapan putih
(larutan keruh) dan terbentuknya dua lapisan yang
mengidentifikasikan adanya pembentukan fase cair kedua yang
terpisah dari larutan semula di dalam tabung reaksi dengan cepat
setelalh alkohol bereaksi.

H. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa prinsip analisis uji Lucas adalah membedakan
senyawa alkohol primer, alkohol sekunder dan alkohol tersier juga
dapat pula untuk senyawa organik aromatik dengan reagen yang
terbuat dari campuran asam klorida dan seng klorida. Gugus fungsi
alkohol ada tiga macam yaitu primer, sekunder dan tersier. Pada
sampel A adalah metanol yang merupakan alkohol primer, sampel B
adalah etanol yang merupakan alkohol sekunder, sampel C merupakan
isopropanol tergolong alkohol sekunder, sampel D merupakan
sikloheksanol yang merupakan alkohol sekunder dan sampel E
merupakan tert-butanol yaitu alkohol tersier. Penentuan gugus fungsi
alkohol ini ditandai dengan terbentuknya kabut dan terdapat dua
lapisan pada tabung sampel.
DAFTAR PUSTAKA
Borges, D. D., Woellner, C. F., Autreto, P. A. S., dan Dalvao, D. S. (2017).
Insight on the Mechanism of Water-Alcohol Separation in Multilayer
Graphene Oxide Membranes : Entropic Versus Entalphic Factors.
Journal Homepage,127, 280-286.
Firmansyah, D. (2020). Identifikasi Gugus Hidroksil dan Karbonil dalam
Senyawa Organik Pada Tanaman Daun Nanas. Sainstech Innovation
Journal, 3(1), 49-53.
Harr, R. R. (2011). Resensi Ilmu Laboratorium Klinis. Jakarta : Penerbit buku
kedokteran EGS.
Noor, L. M., Mat, S. R., Dhiaudin, N., dan Arifin, A. (2018). Alkohol
Definisi, Pengharaman, Metabolisme Dan Kegunaannya. Ulum
Islamiyah Journal, 24(1), 97-113.
Sunarto, M. (2008). Kimia Organik Untuk Mahasiswa. Bandung : Grafindo Media
Pratama.
Zamani, M., dan Dabbagh, A. H. (2014). Adsorption Behavior of the
Primary, Secondary and Tertiary Alkyl, Allyl and Aryl Alcohols Over
Nanoscale (1 0 0) Surface of γ-Alumina. Journal of Nanoanalysis,
1(1), 21-30.
Carbon 127 (2018) 280e286

Contents lists available at ScienceDirect

Carbon
jo u rn a l h o m e p a g e : w w w . e l s e v i e r . c o m / l o c a t e / c a r b o n

Insights on the mechanism of water-alcohol separation in multilayer


graphene oxide membranes: Entropic versus enthalpic factors
Daiane Damasceno Borges a, *, Cristiano F. Woellner a, Pedro A.S. Autreto b,
Douglas S. Galvao a, **
a Applied Physics Department and Center of Computational Engineering and Science, University of Campinas - UNICAMP, Campinas, SP, 13083-959, Brazil
b Center for Natural and Human Sciences, Federal University of ABC - UFABC, Santo Andre, SP, 09210-580, Brazil

A R T I C L E I N F O A B S T R A C T

Article history: Experimental evidence has shown that graphene oxide (GO) can be impermeable to liquids, vapors and
Received 4 July 2017 gases, while it allows a fast permeation of water molecules. Theoretical studies to understand the
Received in revised form filtration mechanisms come mostly from water desalination, while very few works have been dedicated
1 November 2017 to alcohol dehydration. In this work, we have investigated the molecular level mechanism underlying the
Accepted 6 November 2017
alcohol/water separation inside GO membranes. A series of Molecular Dynamics and Grand-Canonical
Available online 7 November 2017
Monte Carlo simulations were carried out to probe the ethanol/water and methanol/water separation
through GO membranes composed of multiple layered graphene-based films with different interlayer
distance values and number of oxygen-containing functional groups. Our results show that the size
exclusion and membrane affinities are not sufficient to explain the selectivity. Besides that, the favorable
water molecular arrangement inside GO 2D-channels forming a robust H-bond network and the fast
water permeation are crucial for an effective separation mechanism. In other words, the separation
phenomenon is not only governed by membrane affinities (enthalpic mechanisms) but mainly by the
geometry and size factors (entropic mechanisms). Our findings are consistent with the available
experimental data and contribute to clarify important aspects of the separation behavior of con fined
alcohol/water in GO membranes.
© 2017 Elsevier Ltd. All rights reserved.

1. Introduction formed between GO sheets. A typical single GO sheet structure


contains a high percentage of functionalized regions (~82%), pris-
Graphene oxide (GO) membranes have been investigated as tine regions (~16%) and structural holes (~2%) [13]. The pristine
very promising candidates for water filtration and/or separation regions have the same local structure as pristine graphene and they
membranes [1,2]. Recently, experimental evidence has shown that are responsible for water fast slip inside the channels [14]. On the
in the aqueous phase, water molecules can permeate through GO other hands, the functionalized regions have a large amount of
membranes while blocking the passage of ions [3,4] and molecules hydroxyl, epoxy and carboxyl groups that are attractive sites for
such as alcohols [5e8], gases [9,10] and others [11]. GO membranes water and other polar molecules [15]. The number of functional
composed of stacking GO sheets can exhibit complex topologies groups can be tunable through some chemical post-treatments
depending on the experimental techniques used to fabricate them. [16,17]. The typical interlayer distance between GO sheets is
They can lead to distinct micro- and nano-morphologies and ~6e7 Å under dry conditions and about 12e13 Å under humidifi-
transport pathways that directly affect their selectivity properties cation, and it can be also controlled by physical confinement, as
[12]. The molecules inside the membrane are supposed to be recently shown by experimentalists [4,18].
transported through the percolating two-dimensional channels The promising application of GO membranes for water removal
from alcohols, such as ethanol and methanol, would have impor-
tant relevance in biofuels production processes. Ethanol is the most
* Corresponding author. commercialized biofuel that might help world energy supply de-
** Corresponding author. mands with minor negative environmental impacts [19]. However,
E-mail addresses: daianefis@gmail.com (D. Damasceno Borges), galvao@ifi.
to improve sustainability and cost gain of this renewable resource,
unicamp.br (D.S. Galvao).

https://doi.org/10.1016/j.carbon.2017.11.020
0008-6223/© 2017 Elsevier Ltd. All rights reserved.
SIJ, Volume 3, Nomor 1, May 2020, Hal. 49-53

Identifikasi Gugus Hidroksil dan Karbonil dalam Senyawa


Organik Pada Tanaman Daun Nanas

Identification of Hydroxyl and Carbonyl Compounds at


Pineapple Leafs Plant
Dodiy Firmansyah

Universitas Qamarul Huda Badaruddin

Corresponding Author: dodiy@uniqhba.ac.id, Tel: +6282330478455

Diterima pada 2 Febrauary 2020, Direvisi pertama pada 15 Maret 2020, Direvisi kedua pada 28 April
2020, Disetujui pada 18 May 2020, Diterbitkan daring pada 20 May 2020

Abstract: A functional group is a group of atoms that causes the chemical behavior of the parent molecule.
Organic functional groups are in the form of alcohols, ether aldehydes and ketones, carboxylic acids and amines
[2]. Alcohol contains the hydroxyl functional group, -OH. Binding to the OH- group that causes the phenol to
be slightly soluble in water. Alcohol compared to aliphatic alcohol is more acidic when reacted with NaOH can
release H + molecules in the same state. Alcohol and phenol are two organic compounds that have a similar
structure, but the functional group on phenol is attached to the phenol attached directly to the aromatic ring.
Alcohols are found with organic compounds having one or more hydroxyl groups. Because the hydroxyl bonds
are covalent, the properties of alcohols are not the same as hydroxides. But closer to the nature of water

Keywords: alcohol, hydroxyl groups, function groups

Abstrak: Gugus fungsi merupakan sekelompok atom yang menyebabkan perilakukimia molekul induk. Gugus
fungsi organik yaitu berupa alkohol, eter aldehid dan keton, asam karboksilat dan amina {2]. Alkohol
mengandung gugus fungsi hidroksil,-OH. Pengikatan pada gugus OH- yang menyebabkan fenol dapat sedikit
larut dalam air. Alkohol dibandingkan dengan alkohol alifatik lebih bersifat asam saat direaksikan dengan NaOH
dapat melepas molekul H+ pada keadaan yang sama. Alkohol dan fenol merupakan dua senyawa organik yang
memiliki struktur yang serupa, tetapi gugus fungsi pada fenol melekat pada fenol melekat langsung pada cincin
aromatik. Alkohol ditemukan dengan persenyawaan organik yang mempunyai satu atau lebih gugus hidroksil.
Karena ikatan hidroksil bersifat kovalen maka sifat alkohol tidak sama dengan hidroksida. Tetapi lebih mendekati
sifat air.

Kata Kunci : alkohol, gugus hidroksil, gugus fungsi

49
Adsorption Behavior of the Primary, Secondary and Tertiary
Alkyl, Allyl and Aryl Alcohols Over Nanoscale (1 0 0) Surface
of γ-Alumina
Mehdi Zamani1,2*, Hossein A. Dabbagh2*
1) Department of Chemistry, Malek-ashtar University of Technology, Shahin-shahr P.O. Box 83145/115, Islamic Republic of Iran
2) Department of Chemistry, Isfahan University of Technology, Isfahan 84156-83111, Islamic Republic of Iran

Abstract

In this study, the adsorption behavior of the primary, secondary and tertiary alcohols over nanoscale (1 0 0) surface of
defect spinel γ-alumina was investigated with the aid of density functional theory (DFT) at BLYP/DNP level of
calculation. The influence of different substituents including alkyl, cycloalkyl, allyl and aryl were analyzed for free and
adsorbed alcohols to shed light the adsorption selectivity of these compounds over γ-alumina surface. These results
indicate that more branches at  position of alcohol favor the adsorption, while a decrease in adsorption energy is
achieved for the alcohols containing the substituents at the β position. The tertiary alcohols are adsorbed over the
surface stronger than secondary and primary alcohols. Alcohols with larger alkyl chains have greater adsorption
energies. Also the aryl alcohols are adsorbed over the surface better than the alkyl and allyl moieties.
Keywords: Nanoscale surface of γ-Alumina; Alcohol; Molecular adsorption; DFT
© 2014 Published by Journal of Nanoanalysis.

1. Introduction

Alumina is well known catalyst by both acidic and basic properties. In recent years, many experimental
and theoretical works have studied the structure, reactivity and selectivity of γ-alumina especially at
nanoscale (1-23). Theoretical investigations of the adsorption on γ-alumina have focused mostly on Lewis
acidity of the surface (1-4), and the reactivity with water (5-11), hydrogen sulfide (5,10,12), carbon
monoxide (5,10,13), ammonia (6), pyridine (4,6), hydrogen chloride (7), alkenes (14,15), alkanes (16),
alcohols (17-23) and ethers (23).

* Corresponding authors.E-mail address: m.zamani@ch.iut.ac.ir; dabbagh@cc.iut.ac.ir


24 Zamani et al./ Journal of Nanoanalysis No. 01, Issue 01 (2014) 21-30

2. Computational details

In this paper we focused our studies on the nanoscale (1 0 0) surface of γ-alumina defect spinel
structure which has been proposed in our earlier studies (19,20). We imposed a vacuum of 15 Å between
slabs in the direction of the crystal lattice, perpendicular to the surface plane, and periodically repeated
the unit cell through space. To speed up our calculations, we selected two layers of atoms while the
bottom layer of the slab was constrained. Both aluminum and oxygen atoms are present on these surfaces;
aluminum atoms (violet color) are Lewis acid sites, whereas oxygen atoms (red color) are Brønsted basic
sites. Our DFT calculations were performed using the DMOL3 code (46,47). The Double Numerical Plus
Polarization function (DNP) and BLYP generalized gradient approximation were used in all calculations.
Each basis function is restricted to a cutoff radius of 5 Å. Effective core potentials (ECP) were used to treat
the core electrons and a k-point set separation of 0.07 Å-1. The tolerance of the energy change was set for
all calculations to 2.0e-5 Ha. For determining the adsorption selectivity of alcohols over penta-coordinated
aluminum atoms in (1 0 0) surface, the adsorption energy (ΔEads) was calculated via equation (1); where
E(adsorbed alcohol on surface) refers to the energy of the system after adsorption, and E (alcohols) and E(surface) refer to
the energy of an isolated alcohol molecule and the bare surface. A negative energy corresponds to a stable
molecule-surface system.
ΔEads = E(adsorbed alcohol on surface) – E(alcohol) – E(surface) (1)

Side view

Benzyl alcohol 2-Propanol

2-Butanol 3-Methyl-2-butanol 3,3-Dimethyl-2-butanol

Side view

2-Methyl-2-propanol Phenol

Fig. 2. Continued
Zamani et al./ Journal of Nanoanalysis No. 01, Issue 01 (2014)‎21-30 25

2-Phenylethanol

2,2-Diphenylethanol

2,2,2-Triphenylethanol

Fig. 2. Continued

3. Results and discussion

The global minimum optimized geometry of considered alcohols after adsorption over nanoscale γ-
alumina (1 0 0) surface are shown in Figure 2. Among the primary alkyl substituted alcohols, methanol,
ethanol, 1-propanol and 1-butanol are adsorbed over the surface with the adsorption energies of -22.4, -
26.0, -26.2 and -27.2 kcal/mol, respectively. Based on these results, the adsorption energy of alkyl alcohols
over the surface increases with increasing the alkyl chain length (Table 1). A similar trend is found for
secondary alcohols, i.e. -26.2, -27.5 and -38.2 kcal/mol for ΔEads of 2-propanol, 2-butanol and 2-octanol,
respectively.
Ethanol is the smallest alcohol which has both α and β hydrogen atoms. Higher numbers of branch at
the  position of ethanol favor the adsorption. For example, the adsorption energy of 2-methyl-2-propanol
(t-butanol) is -28.6 kcal/mol, which is -2.6 and -2.4 kcal/mol higher (more negative) than ethanol and 2-
26 Zamani et al./ Journal of Nanoanalysis No. 01, Issue 01 (2014) 21-30

propanol, respectively. Therefore, tertiary alcohols are adsorbed stronger than secondary and primary
alcohols over the surface.
The adsorption energies of 2-methyl-1-propanol and 2,2-dimethyl-1-propanol are -25.1 and -23.6
kcal/mol, respectively; which are -1.1 and -2.6 kcal/mol lower (less negative) than ΔEads of 1-propanol.
Therefore, replacements of the β hydrogen atoms of ethanol with the alkyl substituents decrease the
adsorption energy. This effect for secondary alcohols is more significant than that for primary alcohols.
For instance, the adsorption energies of 3-methyl-2-butanol and 3,3-dimethyl-2-butanol are -25.4 and -
23.8 kcal/mol respectively; which are -2.1 and -3.7 kcal/mol lower than the corresponding value for 2-
butanol. This decrease in the adsorption energy is associated with increasing the Alalumina―Oalcohol bond
distance (Table 1).
The attraction and repulsion interactions are responsible for the adsorption selectivity of alcohols over
the surface. An increase of ΔEads with increasing the length of alkyl chain or more branches at  position is
due to the attractive interactions of alkyl groups by the surface (electronic effects). A decrease of ΔEads
with increase in branching at β position is due to the repulsive interactions of substituents with the
surface (steric effects).

Table 1. Adsorption energy and Alalumina―Oalcohol bond distance of alcohols over nanoscale (1 0 0) surface of γ-alumina calculated
at BLYP/DNP level of theory

Alcohols Adsorption energy (kcal/mol) Alalumina―Oalcohol bond distance (Å)


Primary alcohols
Methanol -22.4 2.056
Ethanol -26.0 2.040
1-Propanol -26.2 2.078
1-Butanol -27.2 2.100
2-Methyl-1-propanol -25.1 2.086
2,2-Dimethyl-1-propanol -23.6 2.154
Cyclohexanol -28.9 2.068
Allyl alcohol -27.1 2.108
Benzyl alcohol -28.5 2.206
2-Phenylethanol -39.2 2.155
2,2-Diphenylethanol -47.2 2.105
2,2,2-Triphenylethanol -31.5 2.389
Secondary alcohols
2-Propanol -26.2 2.089
2-Butanol -27.5 2.086
3-Methyl-2-butanol -25.4 2.138
3,3-Dimethyl-2-butanol -23.8 2.195
2-Octanol -38.2 2.051
1-Phenylethanol -36.4 2.106
Tertiary alcohols
2-Methyl-2-propanol -28.6 2.057
Phenol -31.9 2.054
1,1-Diphenylethanol -42.7 2.085
1,2-Diphenyl-2-propanol -49.4 2.082
Manuscript received date: 20th November 2017
Manuscript acceptance date: 26th March 2018

Alkohol: Definisi, Pengharaman, Metabolisme Dan Kegunaannya


[Alcohol: Definition, Prohibition, Metabolism and Its Usage]
Latifah Mohd Noor
Corresponding Author, Lecturer
Pusat Tamhidi, Universiti Sains Islam Malaysia
latifah@usim.edu.my

Siti Rubaini Mat


Lecturer
Pusat Tamhidi, Universiti Sains Islam Malaysia
sitirubaini@usim.edu.my

Norhakimah Dhiaudin
Lecturer
Pusat Tamhidi, Universiti Sains Islam Malaysia
norhakimah@usim.edu.my

Afif Arifin
Lecturer
Pusat Tamhidi, Universiti Sains Islam Malaysia
afifarifin@usim.edu.my

Abstrak
Alkohol merupakan suatu sebatian organik yang mengandungi kumpulan berfungsi hidroksi (-OH). Ia
mempunyai pelbagai kegunaan dan manfaat namun apabila bercakap tentang alkohol, kita sering
mengklasifikasikan semua jenis alkohol itu sebagai haram. Istilah arak atau khamr dan alkohol sebenarnya
memberi pengertian yang berbeza dan maksud keduanya harus difahami. Alkohol yang diharamkan adalah
etanol yang menjadi salah satu bahan dalam arak. Justeru, artikel ini ditulis bagi membincangkan perbezaan
antara penggunaan alkohol yang dibolehkan dalam Islam dan yang diharamkan dalam Islam. Sebenarnya,
terdapat perbincangan yang luas di antara para fuqaha tentang penggunaan alkohol dalam pelbagai cabang
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan terutamanya bidang sains dan teknologi. Kajian kepustakaan
melalui pembacaan jurnal, tafsir Al-Quran dan sebab diturunkan ayat tersebut, telah dijalankan bagi
mengetahui tentang maksud sebenar alkohol dan penghasilannya, sejarah dan hikmah pengharaman alkohol
(arak) dalam syariat Islam, kesan pengambilan alkohol terhadap tubuh manusia dan kegunaan serta isu-isu
berkaitan dengan penggunaan alkohol dalam kehidupan seharian. Alkohol iaitu etanol, boleh dihasilkan
melalui dua kaedah iaitu fermentasi dan tindak balas etena dengan stim. Pengharaman alkohol (arak) dalam
syariat Islam adalah secara berperingkat dan ia mempunyai hikmahnya yang tersendiri antaranya bagi
menunjukkan kepada manusia bahawa alkohol juga boleh dimanfaatkan dalam kehidupan. Pengambilan

Anda mungkin juga menyukai