Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN MINGGUAN PRAKTIKUM

KIMIA ORGANIK II
ACARA III
ANALISIS KIMIA SENYAWA BERNITROGEN

DISUSUN OLEH
NAMA : SEPTIA ISMI
NIM : G1C017056

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MATARAM
2019
ACARA III

ANALISIS KIMIA SENYAWA BERNITROGEN

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
Mengidentifikasi keasaman dan membedakan amina primer, sekunder, dan tersier.
2. Waktu Praktikum
Selasa, 7 Mei 2019
3. Tempat Praktikum
Lantai III, Laboraturium Kimia Dasar, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Mataram.

B. LANDASAN TEORI
Dalam sistem periodik nitrogen menempati golongan VA, mempunyai nomor atom
7, dan elektron valensinya 2s2 2p3. Isotop yang dikenal adalah 14N dan 15N. Di alam nitrogen
ditemukan bebas di udara (78% volume) sebagai amoniak yang berasal dari dekomposisi
senyawa nitrogen organik dan dalam beberapa mineral nitrat (misalnya KNO3 dan NaNO3).
Gas ini tidak berwarna, tidak berbau dan kurang reaktif. Dalam keadaan bebas nitrogen
merupakan molekul diatomik (N2) (Partana, dkk., 2003: 166).
Elektronegatifitas nitrogen dalam amina menghasilkan ikatan N-H yang polaritasnya
tinggi. Suatu fenomena bahwa senyawa yang bersifat polar dapat mempengaruhi sifat-sifat
fisiknya seperti titik didih. Keadaan ini berlaku juga pada amina yang bersifat lebih polar
daripada alkana tetapi kurang polar bila dibandingkan dengan alkohol. Pada amina terjadi
interaksi dipol-dipol, khususnya ikatan hidrogen, tetapi hal ini tidak terdapat dalam alkana
(Sastrohamidjojo, 2014: 448)
Amina adalah senyawa organik turunan ammoniak dimana satu atau lebih
hidrogennya diganti oleh gugus alkil atau aril, sama dengan alkohol atau eter yang
merupakan turunan air. Tatanama amina cukup rumit sehingga banyak sistem tatanama
yang muncul. Amina diklasifikasikan sebagai amina primer (R-NH2), amina sekunder (R2-
NH), dan tersier (R3-N), tergantung jumlah substituen yang terikat pada atom nitrogen.
Senyawa bahan alam yang mempunyai atom nitrogen banyak terdapat pada tumbuhan dan
senyawa ini sering disebut dengan nama alkaloid (Sudarma, 2017: 153).
Keberadaan nitrit menggambarkan berlangsungnya proses biologis perombakan
bahan organik yang memiliki kadar oksigen terlalu rendah. Kondisi nitrit hanya bersifat
sementara dan jika lingkungan tersedia oksigen maka nitrit akan dioksidasi menjadi nitrat.
Kondisi lingkungan berpengaruh terhadap transformasi nitrogen menjadi ammonia.
Konsentrasi nitrat meningkat menyebabkan DO menurun karena konsentrasi ammonia
menjadi nitri dan nitrit memerlukan oksigen terlarut. Pengaruh pH menodorong
terbentuknya gas NH3 dan NO2 (Wantasen, 2015).
Rasio distribusi dan selektivitas diilustrasikan sebagai fungsi konsentrasi senyawa
nitrogen dalam fase rafinat. Rasio distribusi ini mencerminkan kapasitas [Emim] [MeSO4]
untuk mengekstraksi senyawa nitrogen dan sikloheksana. Sebaliknya, selektivitas
menunjukkan efektivitas ekstraksi senyawa nitrogen dari sikloheksana bukan
mengekstraksi sikloheksana satu kali. Rasio distribusi dan selektivitas umunya menurunkan
pada konsentrasi senyawa nitrogen yang lebih tinggi dari fase rafinat (Salleh, dkk., 2017).
Senyawa-senyawa yang mengandung nitrogen utama pada suhu 600oC adalah piridin
dan turunannya, indolize, imidazole, indole dan turunannya, dan quinoline. Dalam jumlah
kecil (< 1% area) bahan kimia yang mengandung nitrogen seperti paromomisin dan
deoxysperagualin juga terdetekis dalam bio-minyak. Hasil tertinggi terdapat dlaam senyawa
yang mengandung nitrogen (28,53% area) diperoleh pada 1 MPa. Naphthalene dan
derivatives adalah PAH utama pada bio-minyak pirolisis atmosfer, sementara pada tekanan
tingi mengarah pada pembentukan bifenil, 1H-indene, 1-akuilene, naftalena, 1-
metilfenantrena dan pirana (Maliutina, dkk., 2018).
Pada perairan, konsentrasi nitrit dijumpai dalam konsentrasi yang lebih rendah dari
konsentrasi nitrat. Hal ini dosebabkan karena bentuk senyawa nitrit yang bersifat tidak stabil
dan akan segera teroksidasi jika kandungan oksigen terlarut mencukupi. Senyawa nitrat
sebgai hasil oksidasi mikroba merupakan senyawa bersifat sangat reaktif dan mudah terlarut
dalam air sehingga dapat langsung digunakan dalam proses biologis organisme (Indrayani,
dkk., 2015).

C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM


1. Alat-alat Praktikum
a. Batang pengaduk
b. Gelas kimia 1000 mL
c. Penjepit kayu
d. Pipet gondok 2 mL
e. Pipet gondok 5 mL
f. Pipet tetes
g. Rak tabung reaksi
h. Rubber bulb
i. Sentrifugasi 1000 rpm
j. Stopwatch
k. Tabung reaksi
2. Bahan-bahan Praktikum
a. Aquades (H2O(l))
b. Es batu (H2O(s))
c. Kertas lakmus merah
d. Larutan asam klorida (HCl) 6 N
e. Larutan benzena sulfonil klorida (C6H5SO2Cl)
f. Larutan etanol : air (C2H5OH : H2O) (1:1)
g. Larutan natrium hidroksida (NaOH) 10 %
h. Larutan sampel bernitrogen A
i. Larutan sampel bernitrogen B
j. Larutan sampel tak bernitrogen C

D. SKEMA KERJA
1. Uji pH
Larutan etanol : air (1:1)

• Dimasukkan ke dalam tabung reaksi

+ beberaapa + beberaapa + beberaapa


tetes sampel tetes sampel tetes sampel
bernitrogen A bernitrogen B tak bernitrogen

• Diuji dengan kertas lakmus merah


2. Pengujian Hinsberg
Hasil
5 mL NaOH 10%
• Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
+ 5 tetes sampel + 5 tetes sampel
bernitrogen A bernitrogen B

• + 10 tetes benzene sulfonil klorida


• Dikocok 5-10 menit dengan alat
sentrifuge 100 rpm
• Didiginkan dengan es batu (diinkubasi)

Hasil

(Bila tidak ada endapan maka amina tersier, uji dihentikan. Bila terdapat endapan, maka
amina primer atau sekunder, uji dilanjutkan).
• Diuji dengan kertas lakmus merah
• + 6 mL NaOH 10%

Hasil (endapan diamati)

Endapan hilang Endapan tetap

• + 4 mL HCl 6N

Amina sekunder

Hasil

(Jika terbentuk endapan, maka amina primer)

E. HASIL PENGAMATAN
1. Uji pH
No Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan
1. Uji lakmus merah dengan • Warna awal sampel bernitrogen A
sampel bernitrogen A + etanol : adalah bening
air (1:1) • Warna awal etanol adalah bening
• Warna campuran adalah bening
• Lakmus merah tidak berubah (tetap
merah)
2. Uji lakmus merah dengan • Warna awal sampel bernitrogen B
sampel bernitrogen B + etanol : adalah coklat
air (1:1) • Warna awal etenol adalah bening
• Warna campuran adalah merah
kecoklatan
• Lakmus merah tetap merah
3. Uji lakmus merah dengan • Tidak dilakukan
sampel tak bernitrogen + entanol
: air (1:1)

2. Uji Hisberg
No Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan
1. Sampel bernitrogen A dan • Sampel bernitrogen A berwarna
sampel bernitrogen B + 5 mL bening
NaOH 10% • Sampel bernitrogen B berwarna
coklat
• Larutan NaOH 10% berwarna bening
• Campuran sampel bernitrogen A dan
NaOH 10% berwarna bening
• Campuran sampel bernitrogen B dan
NaOH 10% berwarna tidak larut dan
tebentuk dua fase yaitu berwarna
coklat dan bening
2. + 10 tetes benzena • Sampel bernitrogen A terbentuk dua
sulfonilklorida fase dan berubah warna menjadi
merah muda..
• Sampel bernitrogen B tidak terjadi
perubahan, hanya saja warnanya
sedikit lebih keruh dan masih terdapat
dua fase
3. Sentrifugasi 1000 rpm • Sampel bernitrogen A menjadi
berwarna merah muda pekat dan
terdapat gelembung
• Sampel bernitrogen B terdapat
endapan berwarna coklat
4. Diinkubasi • Tidak dilakukan
5. Diuji dengan lakmus + 6 mL • Lakmus merah berubah menjadi biru
NaOH 10 % • Setelah ditambahkan NaOH 10 %
endapan sedikit demi sedikit hilang
6. + HCl 6 N sampai asam • Ditetesi HCl 6 N sampai kertas
lakmus merah tetap merah
• Endapan terbentuk kembali

F. ANALISIS DATA
1. Pengujian pH
a. Amina primer (anilin)/sampel B

C6H5NH2(aq) + H2O(l) → C6H5NH3+(aq) + -OH(aq)

b. Amina tersier (piridin)/sampel A

C5H5N(aq) + H2O(l) → C5H5NH+(aq) + -OH(aq)

c. Fenol/ tidak bernitrogen

C6H5OH(aq) + H2O(l) → C6H5O-(aq) + H3O+(aq)


2. Pengujian Hinsberg
a. Reaksi sampel B (anilin) dengan benzen sulfonil klorida

b. Reaksi sampel A (piridin) dengan benzen sufonil klorida

G. PEMBAHASAN

Praktikum kali ini yaitu analisis senyawa bernitrogen. Nitrogen dalam keadaan bebas
di udara 78% dan dalam senyawa seperti garam nitrat dan garam ammonium. Amina
merupakan senyawa organik dan gugus fungsional yang isinya terdiri dari senyawa nitrogen
atom dengan pasangan sendiri. Pembuatan amina primer terjadi dalam dua tahap, yaitu uji
pH dan uji Hinsberg. Uji Hinsberg merupakan reaksi tes kimia untuk mendeteksi amina.
Uji ini merupakan tes yang sangat baik untuk membedakan amina primer dan amina tersier.

Tujuan dari praktikum ini yaitu mengidentifikasi keasaman dan membedakan amina
primer, sekunder, dan tersier. Sebuah amina primer akan membentuk garam sulfonamide
larut yang mengendap setelah penambahan asam klorida encer. Amina sekunder dalam
reaksi yang sama akan langsung membentuk sulfonamida larut. Sedangkan sebuah amina
tersier akan bereaksi dengan sulfonamida tetapi tidak larut, namun setelah penambahan
asam encer amina larut, kemudian diubah menjadi garam ammonium larut. Cara ini dapat
dibedakan antara tiga jenis amina.

Percobaan ini digunakan tiga sampel yaitu sampel senyawa bernitrogen A, sampel
senyawa bernitrogen B, dan sampel senyawa tidak bernitrogen. Tahap pertama pada
percobaan ini dilakukan pengujian sampel terhadap tingkat keasaman dari setiap sampel.
Namun sebelum dilakukan proses pengujian, tiga sampel dilarutkan terlebih dahulu
menggunakan larutan etanol : air (1:1). Senyawa bernitrogen A tidak dapat mengubah
warna lakmus merah menjadi biru. Hal ini dikarenakan pada larutan tersebut sudah
terkontaminasi oleh senyawa lain pada saat pengambilan larutan dengan menggunakan
pipet tetes. Hasil yang seharusnya didapatkan yaitu warna lakmus merah berubah menjadi
biru. Persamaan tersebut menunjukkan bahwa reaksi sampel bernitrogen A dengan air akan
menghasilkan ion hidroksida yang akan memberikan suasana basa sesuai dengan teori asam
basa Arrhenius dimana basa didefinisikan sebagai senyawa yang jika terdisosiasi dalam
larutan akuatik akan membebaskan –OH.

Pengujian berikutnya pada sampel bernitrogen B. Hasil yang didapatkan sama pada
saat pengujian dengan sampel bernitrogen A yaitu kertas lakmus tidak berubah menjadi
biru. Hal ini disebabkan karena sampel bernitrogen B yaitu senyawa anilin yang merupakan
senyawa bersifat basa dan memiliki gugus aromatik. Meskipun anilin merupakan senyawa
aromatik namun pada gugus fungsinya mempunyai orbital kosong untuk menerima proton
sehingga anilin termasuk dalam basa aromatik.

Pengujian terakhir yaitu pada sampel tidak bernitrogen. Praktikum kali ini pengujian
dengan senyawa tidak bernitrogen tidak dilakukan, karena bahan yang digunakan tidak
tersedia. Namun hasil yang seharusnya didapatkan yaitu sampel tidak bernitrogen tidak
dapat mengubah kertas lakmus menjadi biru. Hal ini disebabkan karena sampel tidak
bernitrogen tersebut adalah fenol yang mampu melepas ion H+ dari gugus hidroksilnya.

Percobaan selanjutnya sampel bernitrogen A dan sampel bernitrogen B yang telah


dilarutkan dengan etanol : air, ditambahkan dengan NaOH dan larutan benzena
sulfonilklorida. Alasan menggunakan kedua larutan tersebut karena pada percobaan ini
akan dilakukan pengidentifikasian dengan metode uji Hinsberg. Penambahan NaOH ke
dalam sampel bernitrogen A, larutan berwarna bening kemudian ditambahkan dengan
larutan benzena sulfonilklorida terdapat warna merah muda di lapisan atas, dan pada lapisan
bawah berwarna coklat. Hal ini dikarenakan sampel bernitrogen A tidak bereaksi dengan
benzena sulfonilklorida yang menandakan bahwa sampel bernitrogen A merupakan amina
tersier. Uji selanjutnya dengan sentrifugasi, sampel bernitrogen A menjadi berwarna merah
muda pekat dan terdapat gelembung.

Pengujian selanjutnya dengan menguji sampel bernitrogen B menggunakan metode


Hinsberg. Sampel bernitrogen B direaksikan NaOH, larutan tidak larut dan terbentuk dua
fase yaitu berwarna coklat dan bening. Kemudian ditambahkan dengan larutan benzena
sulfonilklorida, pada sampel bernitrogen B tidak terjadi perubahan, hanya saja warnanya
sedikit lebih keruh dan masih terdapat dua fase. Uji dilanjutkan dengan kegiatan sentrifugasi
Sampel bernitrogen B terdapat endapan berwarna coklat. Sampel bernitrogen B kemudian
diuji dengan kertas lakmus, sehingga kertas lakmus merah menjadi biru. Sampel
bernitrogen B kemudian dilarutkan dengan menggunakan NaOH 10% tetapi tidak terjadi
perubahan pada larutan tetapi endapan sedikit demi sedikit hilang. Penambahan HCl 6 N
sampai kertas lakmus merah tetap merah dan endapan terbentuk kembali.

H. KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa uji keasaman
dapat dilakukan dengan uji pH dimana pada sampel bernitrogen A dan sampel bernitrogen
B akan merubah warna kertas lakmus merah menjadi biru oleh sebab kebasaan dari
senyawa amina sedangkan fenol yang menjadi senyawa tak bernitrogen bersifat asam
sebab fenol lebih cenderung melepas ion H+ pada gugus hidroksilnya. Namun hasil yang
didapatkan sampel bernitrogen A dan B tidak terjadi perubahan pada kertas lakmus merah
disebabkan karena larutannya sudah terkontaminasi senyawa lain, sedangkan larutan tidak
bernitrogen tersebut tidak dilakukan karena larutannya tidak tersedia. Senyawa bernitrogen
dalam hal ini dapat diidentifikasi menggunakan uji Hinsberg untuk membedakan amina
primer, sekunder dan tersier. Senyawa bernitrogen A merupakan amina tersier (3o)
(piridin), sampel senyawa bernitrogen B merupakan amina primer (1o) (anilin), sedangkan
sampel senyawa tak bernitrogen bukan senyawa amina merupakan senyawa alkohol
(fenol).
DAFTAR PUSTAKA

Indrayani, E., Nitimulyo, K. H., Hadisusanto, S., & Rustadi. (2015). Analisis Kandungan
Nitrogen, Fosfor dan Karbon Organik di Danau Sentani-Papua. J. Manusia dan
Lingkungan , 22(2), 219.
Maliutina, K., Tahmasebi, A., & Yu, J. (2018). Pressurized Entrained-flow Pyrolysis of
MIcroalgae: Enhanced Production of Hydrogen and Nitrogen-containing Compounds.
Bioresource Technology, 256(1), 163.
Partana, C., Al, H. P., Theresih, K., & Suharto. (2003). Kimia Dasar 2. Yogyakarta: Universitas
Negeri Yogyakarta.
Salleh, M. Z., Hadj-Kali, M. K., Hizaddin, H. F., & Hashim, M. A. (2017). Extraction of
Nitrogen Compounds from Model Fuel using 1-ethyl-3-methylimidazolium
Methanesulfonate. Separation dan and Furification Technology, 1(1), 13.
Sudarma, I. (2017). Kimia Organik jilid II. Mataram: FMIPA Universitas Mataram.
Wantasen, S. (2015). Residu Pupuk Nitrogen di Lingkungan Perairan Hulu Daerah Aliran
Sungai Tandano Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Bumi Lestari, 15(2), 179-180.
Willbraham, C., Antoni, & Matta, M. (2007). Kimia Organik. Bandung: ITB.

Anda mungkin juga menyukai