ACARA V
UJI RANKING
OLEH :
KELOMPOK V
1. KURATUL AINI (J1A018061)
2. LALU SYAMSARUMI W. M. (J1A018063)
3. LEXI DIAS GIOVANY (J1A018065)
4. LILA ANGGRIANI (J1A018067)
5. LOULA INDARIZKA (J1A018069)
6. M. MUKHLIS FADHILAH (J1A018071)
7. MAYA MEISARI (J1A018073) (PJ)
8. MIFTAHURROHMAH (J1A018075)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bidang industri perbaikan suatu produk merupakan salah satu alternatif
penunjang dalam pemasaran, keinginan konsumen selalu menghendaki produk
dengan mutu yang terbaik harus dapat dipenuhi bila perusahaan tersebut ingin
menjaring ke atas penjualan produk yang dihasilkan. Di pasaran banyak beredar
bermacam-macam produk pangan, baik yang berlawanan jenis maupun yang
mempunyai sifat sensoris yang mirip dan diproduksi oleh pabrik atau produsen
yang berbeda. Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok untuk kehidupan
manusia. Produk pangan dapat dinilai berdasarkan respon secara objektif dan
subjektif. Respon objektif berasal dari instrument fisik yang dapat membedakan
dan mendeskripsikan suatu produk. Sedangkan respon subjektif biasanya
penilaian yang menggunakan manusia sebagai objek analasis dan untuk
menentukan hasil biasanya disebut sebagai sifat organoleptik atau evaluasi
sensoris. Penilaian orgonaleptik biasanya menggunakan penginderaan manusia
berupa penglihatan, pengecap, pembau dan pendengar. Dilakukannya pengujian
inderawi ini untuk keperluan industri pangan yang pada saat ini telah meluas dan
berkembang (Oktafrina, 2010).
Uji rangking adalah suatu proses pengurutan dua sampel atau lebih
berdasarkan intensitas dan atribut yang dirancang menurut tingkat kesukaan
suatu produk dalam memilih yang terbaik atau yang terjelek, dengan menambah
atau mengurangi jumlah atribut, kualitas secara keseluruhan atau respon pada
saat yang sama. Uji rangking bisa digunakan untuk mengukur proses baru
terhadap mutu produk yaitu untuk mengetahui apakah produk baru sama atau
lebih baik dari produk lama. Dengan mengunakan uji rangking ini maka mutu
suatu produk dapat diketahui dan diurutkan sehingga untuk selanjutnya jenis atau
tingkat mutu untuk produk inilah yang menjadi patokan dalam proses pembuatan
suatu produk. Metode pengujian rangking memiliki beberapa persamaan dengan
uji skoring yaitu pada kedua metode ini sama-sama memberikan penilaian berupa
angka terhadap sampel yang diujikan, uji rangking ini pada umumnya dilakukan
untuk mengurutkan sejumlah komoditas atau sejumlah produk yang berbeda
intensitas sifatnya, dan untuk memperbaiki mutu suatu produk tersebut. Sampel
yang diujikan menurut intensitas mutu sensorik dan diberi nomor urut dari
intensitas mutu sensorik (Rahayu, 2001).
Fungsi dari uji rangking yaitu untuk menentukan urutan sejumlah
komoditas produk menurut perbedaan intiesitasnya, misalnya pada tingkat
kemanisan atau kerenyaahan dan kesukaan pemberian nomor urut biasanya
dimulai dari nomor satu yang menyatakan nilai atau peringkat tertinggi diikuti
peringkat kedua yang mutu nya lebih rendah dan seterusnya. Uji rangking ini
memiliki kelemahan yaitu terbatasnya jumlah contoh yang dapat diujikan
membuat peringkat sampai 6 sampel masih mudah bagi panelis tetapi jika lebih
dari 6 maka panelis mengalami kesulitan. Keuntungan dari uji rangking ini
adalah cepat, dpat digunakan untuk bermacam-macam contoh baku atau tidak
atau tidak, sedangkan kelemahannya adalah mengabaikan jumlah atau tingkat
perbedaan. Contoh, nilai satu set data tidak dapat dibangdingkan langsung
dengan nilai yang sama pada set data yang lain, dan apabila terdapat perbedaan
yang kecil panelis merasa harus membedakan contoh dianggap identik, sehingga
menyebabkan inkonsistensi pada uji rangking yang dilakukan). Oleh karena itu,
dalam uji ini panelis diminta untuk membuat ukuran contoh-contoh yang diuji
menurut perbedaan tingkat mutu atau tingkat sensorik, jarak atau interval antara
jenjang atau rangking keatas dan kebawah tidak harus sama, misalnya jenjang
nomor satu dan nomor dua boleh berbeda dengan jenjang nomor dua dan nomor
tiga. Dalam uji perjenjangan atau rangking komoditi diurutkan dan diberi nomor
urut, urutan pertama menyatakan tingkat tertinggi, makin besar nomor pada
peringkat menunjukkan urutan paling bawah atau peringkat semakin
rendah (Sarastani, 2012).
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dilaksanakan praktikum ini adalah untuk mempelajari
cara melakukan uji ranking dalam pengkelasan mutu produk pangan berdasarkan
satu sifat mutu spesifik dari produk tersebut.
TINJAUAN PUSTAKA
Prosedur Kerja
Sampel kecap
Hasil Pengamatan
Tabel 5.1 Hasil Pengamatan Uji Rangking Mutu Rasa Kecap Manis
Kode Sampel
No Panelis
562 921 478
1 A 3 1 2
2 B 2 1 3
3 C 1 2 3
4 D 1 2 3
5 E 1 2 3
6 F 1 2 3
7 G 1 2 3
8 H 1 2 3
9 I 1 2 3
10 J 1 2 3
11 K 1 2 3
12 L 1 2 3
13 M 3 2 1
14 N 2 3 1
15 O 3 2 1
16 P 3 1 2
17 Q 2 3 1
18 R 3 2 1
19 S 2 3 1
20 T 2 3 1
21 U 1 3 2
22 V 2 1 3
23 W 2 1 3
24 X 2 1 3
25 Y 1 3 2
26 Z 3 2 1
27 AA 2 1 3
28 AB 1 3 2
29 AC 1 2 3
30 AD 1 3 2
31 AE 1 2 3
32 AF 1 2 3
Total 52 63 74
Keterangan : Kode 562 : Kecap merk SEDAAP
Kode 921 : Kecap merk ABC
Kode 478 : Kecap merk BANGO
Keterangan Skala : 1 = Sangat Manis
2 = Manis
3 = Kurang Manis
Tabel 5.2 Hasil Transformasi Uji Ranking Mutu Rasa Kecap Manis
Kode sampel
No Panelis Total
526 921 478
1 A -0.85 0 0.85 0
2 B 0 0.85 -0.85 0
3 C 0.85 0 -0.85 0
4 D 0.85 0 -0.85 0
5 E 0.85 0 -0.85 0
6 F 0.85 0 -0.85 0
7 G 0.85 0 -0.85 0
8 H 0.85 0 -0.85 0
9 I 0.85 0 -0.85 0
10 J 0.85 0 -0.85 0
11 K 0.85 0 -0.85 0
12 L 0.85 0 0.85 0
13 M 0 -0.85 0.85 0
14 N -0.85 0 0.85 0
15 O -0.85 0.85 0 0
16 P 0 -0.85 0.85 0
17 Q 0.85 0 0.85 0
18 R 0.85 0.85 0.85 0
19 S 0 0.85 0.85 0
20 T 0.85 -0.85 0 0
21 U 0 0.85 -0.85 0
22 V 0 0.85 -0.85 0
23 W 0.85 0 -0.85 0
24 X 0 0.85 -0.85 0
25 Y -0.85 0.85 0.85 0
26 Z 0.85 -0.85 0 0
27 AA 0.85 -0.85 0 0
28 AB 0 0.85 -0.85 0
29 AC 0.85 0 -0.85 0
30 AD 0.85 -0.85 0 0
31 AE 0.85 0 -0.85 0
32 AF 0.85 0 -0.85 0
Total y 9.35 -1.7 -7.65 0
Total y2 87.4225 2.89 58.5225
Rerata 0.2922 -0.053 -0.24
Hasil Perhitungan
a. ANOVA Uji Ranking Mutu Rasa Kecap Manis
- Faktor Koreksi (FK) =
- -
=
( )
=
=0
- Jumlah Kuadrat Total (JKT) = – FK
= ((-0,85)2+(0)2+(0,85)2+.......+(-0,852) ) – 0
= 47,685-0
= 47,685
= –0
= 4,651
= –0
= –0
=0
- Jumlah Kuadrat Galat (JKG) = JKT – JKS – JKB
= 47,685-4,651-0
= 43,033
= –
= 2,325
= –
=0
= – –
= 0,694
- Fhitung Sampel =
= 3,350
- Fhitung Blok =
=0
Tabel 5.3 ANOVA untuk Uji Ranking Mutu Rasa Kecap Manis
Sumber Ftabel
Db JK KT Fhitung Signifikansi
Keragaman (5%)
Sampel
2 4,651 2,325 3,350 3,14 S
(perlakuan)
Panelis (blok) 31 0 0 0 1,63 NS
Galat 43,03
62 0,694
3
Total 95
Kesimpulan
- Sampel (perlakuan) : Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak. Artinya, sampel meberikan
pengaruh yang nyata terhadap tingkat kesukaan dari ketiga
jenis kecap manis.
- Blok (panelis) : Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima. Artinya, tidak terdapat
pengaruh yang nyata dari perlakuan panelis (blok) tehadap
tingkat kesukaan ketiga sampel kecap manis.
-
b. Uji Lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ)
- Hipotesis
H0 : µi = µj = µk (Hasil perlakuan sama)
H1 : µi ≠ µj ≠ µk (Hasil perlakuan berbeda)
- Taraf Nyata
α= %=
- Statistika Uji BNJ
Sy =√
= √
= 0,48
- LSR = Ranges x Standar Error Rata-rata
Pada range tingkat nyata 5% dengan derajat bebas galat (db error) =
62 ˜ 60 diperoleh:
Tabel 5.4 Hasil Uji LSR
P 2 3 4
Range 2,83 2,98 3,08
LSR 1,36 1,43 1,48
Uji ranking merupakan uji yang digunakan untuk menilai produk atau bahan
pangan yang terbaik dan disukai oleh konsumen dengan cara mengurutkan beberapa
produk lalu dipilih mana yang paling baik yang akan digunakan, dan yang paling
jelek dihilangkan. Pada dasarnya mutu suatu produk pangan yang spesifik dapat
berupa bau, rasa, flavor, warna dan sebagainya mempunyai pengaruh nyata di dalam
menentukan derajat penerimaan konsumen terhadap nyata di dalam menentukan
derajat penerimaan konsumen terhadap produk pangan tersebut. Dengan mengetahui
uji ini, perubahan mutu produk akibat perubahan atau perbaikan proses produksi
dapat diukur dan diketahui apakah produk tersebut sama, lebih baik, atau bahkan
lebih buruk daripada produk yang lama. Selain itu, dapat juga ditentukan mutu
produk yang terbaik dan produk mana yang paling digemari oleh konsumen, sehingga
untuk selanjutnya jenis dan tingkat produk tersebut dapat digunakan sebagai standar
proses pembuatan suatu produk.
Uji ranking merupakan uji skalar karena hasil pengujian oleh panelis telah
dinyatakan dalam besaran kesan dengan jarak atau interval tertentu. Prinsip dari uji
ranking, panelis diminta untuk membuat urutan dari yang diuji menurut perbedaan
tingkat mutu sensorik. Penilaian ini bersifat subjektif karena panelis memberikan
nilai dari kesukaannya sendiri. Dalam uji rangking tidak disertakan contoh
pembanding. Urutan pertama selalu menyatakan yang paling tinggi, makin ke bawah
nomor urut makin rendah. Data hasil dari pengamatan yang telah diuji secara statistik
yaitu dengan menggunakan analysis of variance dan uji Duncan. Analisis
ragam untuk mengetahui adanya perbedaan nyata dalam data. Jika terdapat
perbedaan nyata dalam data maka dilakukan uji Duncan untuk menguji perbedaan di
antara semua pasangan perlakuan yang ada dari percobaan tersebut, serta masih dapat
mempertahankan tingkat signifikasi yang ditetapkan.
Pengujian ranking kali ini parameter yang digunakan dari segi kesukaan pada
ke 3 sampel kecap dengan merk yang berbeda-beda. Untuk uji ranking menggunakan
sampel dengan kode 562 yaitu kecap SEDAAP, sampel 921 yaitu kecap ABC dan
sampel 478 yaitu kecap BANGO. Panelis yang digunakan berjumlah 34 orang. Setiap
sampel diberikan kode sebanyak 3 digit angka untuk mengurangi error atau
memberikan kesan bias.
Pengujian ranking kali ini panelis diminta memberi penilaian yang telah
ditetapkan yakni dari angka terendah hingga tertinggi.
Pemberian skor berdasarkan nilai dari skala 1 sampai 3. Dimana skor 1 menunjukkan
nilai yang paling bagus atau baik dan skor 3 menunjukkan nilai yang rendah. Setelah
panelis memberikan nilai pada masing-masing sampel, data yang dihasilkan
kemudian direkap. Rekapan data tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan
sidik ragam atau tabel ANOVA untuk mengetahui apakah ketiga sampel memiliki
perbedaan yang nyata atau tidak dilihat dari atribut kenampakannya. Kemudian dari
analisis sidik ragam tersebut dapat diketahui bahwa ketiga kecap tersebut memiliki
perbedaan atribut sensoris (kenampakan) atau tidak.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka didapatkan hasil
bahwa pada perlakuan (sampel) Fhitung > Ftabel, maka H0 diterima (signifikan),
artinya terdapat pengaruh nyata perlakuan sampel terhadap tingkat penampakan
kecap tersebut. Sedangkan pada perlakuan Blok (panelis) Fhitung < Ftabel, maka H0
ditolak (non signifikan), artinya tidak terdapat pengaruh yang nyata dari perlakuan
panelis terhadap tingkat penampakan kecap tersebut. Karena pada perlakuan sampel
memiliki hasil yang signifikan maka dilakukan uji lanjut BNJ yaitu menghasilkan
Tingkat kesukaan rasa kecap manis pada sampel 526 yaitu merk SEDAAP paling
tinggi dan berbeda nyata dengan sampel 478 yaitu merk BANGO, tetapi tidak
berbeda nyata dengan sampel 921 yaitu merk ABC. Tingkat kesukaan rasa kecap
manis pada sampel 921 yaitu merk ABC tidak berbeda nyata dengan sampel 526
yaitu merk SEDAAP, maupun dengan sampel 478 yaitu merk BANGO. Tingkat
kesukaan rasa kecap manis pada sampel 478 yaitu merk BANGO paling rendah dan
berbeda nyata dengan sampel 526 yaitu merk SEDAAP, namun tidak dengan sampel
921 yaitu merk ABC.
Pengujian ini pada saat melakukan penilaian terhadap parameter tersebut
bersifat sangat subyektif sehingga setiap setiap panelis tidak selalu memberikan kesan
yang sama karena terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi panelis terhadap hasil
pengujian tersebut, diantaranya kondisi psikologi panelis, seperti error of habituation
yaitu panelis yang cenderung memberikan nilai atau respon yang sama terhadap
sampel, error of expectation yaitu adanya informasi yang diberikan yang
menimbulkan bias terhadap penilaian, logical error yaitu panelis berpikir, misalnya
warna dari kecap tersebut kurang hitam, maka rasasanya kurang manis, error of
central tendency yaitu panelis menilai sampel yang ditengah paling bagus, time error
yaitu penyaji menyajikan sampel dari yang kurang dan yang terakhir sampel yang
bagus, faktor fisiologis panelis, kesehatan dari panelis, serta suasana dan tempat
pengujian yang kurang kondusif yaitu cenderung ramai dan tidak adanya pemisahan
antara tempat panelis yang satu dengan yang lain akan mempengaruhi konsentrasi
dari panelis sehingga hasil yang diperoleh kurang optimal.
Aplikasi uji ranking dalam industri pangan adalah pengujian organoleptik
mutlak dilakukan untuk keperluan perbaikan produk maupun pemilihan produk
terbaik. Hal tersebut dilakukan untuk mendukung pemasaran dari produk tersebut
karena konsumen hanya ingin produk terbaik saja. Dengan demikian industri tersebut
akan memperoleh keuntungan dari penjualan produk. Suatu industri pangan,
perbaikan produk maupun pemilihan produk terbaik merupakan salah satu alternatif
untuk menunjang pemasarannya. Keinginan konsumen yang selalu menghendaki
produk dengan mutu baik harus disediakan bila industri tersebut ingin menjaring
keuntungan dari penjualan produk yang dihasilkan. Di pasaran banyak beredar
bermacam-macam produk pangan, baik yang berlawanan jenis maupun yang
mempunyai sifat sensoris yang mirip dan diproduksi oleh pabrik atau produsen yang
berbeda. Uji ranking ini bisa mengukur pengaruh proses baru terhadap mutu produk,
yaitu untuk mengetahui apakah produk barusama atau lebih baik dari produk lama.
Selain itu juga untuk menentukan contoh terbaik atau produk yang paling digemari
konsumen, tujuan utama pemasaran produk itu. Produk kesukaan konsumen juga bisa
diketahui sehingga untuk selanjutnya jenis atau tingkat mutu produk inilah yang
dijadikan patokan dalam proses pembuatan suatu produk.
KESIMPULAN
Rihanz. 2010. Penilaian Organoleptik Untuk Industri Pangan Dan Hasil Pertama.
Jakarta. Bharata Karya Aksara.
Sarastani. 2012. Penuntun Praktikum Analisis Organoleptik. Program Diploma. IPB :
Bogor.
Setyaningsih, Dwi. 2012. Analisis Sensori untuk Industri Pangan dan Agro. Bogor.