Anda di halaman 1dari 34

KD 6 :

PERANAN PERS DI INDONESIA

Oleh: Tri Yudhayati, S.Pd


triyudhayati@gmail.com
Standar Kompetensi :
Mengevaluasi peranan pers dalam
kehidupan masyarakat demokrasi

• Kompetensi Dasar :
1. Mendeskripsikan penegertian, fungsi, dan peran
serta perkembangan pers di Indonesia
2. Menganalisis pers yang bebas dan bertanggung
jawab sesuai kode etik jurnalistik dalam
masyarakat
3. Mengevaluasi kebebasan pers dan dampak
penyalahgunaan kebebasan media massa dalam
masyarakat demokratis di Indonesia
Jaminan
kebebasan pers

Menurut Piagam
HAM:
( Universal
Declaration of Menurut dasar hukum di
Human Rights) Indonesia :
- Pasal 19 - Pancasila sila ke 4
“Setiap orang
- UUD 1945 pasal 28, 28 F
berhak atas
kebebasan - Ketetapan MPR RI No.
berpendapat dan XVII/MPR/1998 tentang HAM
menyatakan - UU No. 40 Tahun 1999
pendapat” tentang Pers
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran
dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-
undang (Pasal 28)

Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh


informasi untuk mengembangkan pribadi dan ling.sosialnya,
serta berhak mencari, memiliki, menyimpan, mengolah dan
menyampaikan informasi, dengan menggunakan segala jenis
saluran yang tersedia
(Pasal 28F) **
Pengertian Pers

a. Menurut KBBI: b. Pasal 1 ayat (1) UU No.


40 Tahun 1999 tentang
1) Usaha percetakan dan Pers :
penerbitan  Pers adalah lembaga sosial dan
2) Usaha pengumpulan dan wahana komunikasi massa yang
penyiaran berita melaksanakan kegiatan jurnalistik
3) Penyiaran berita melalui meliputi mencari,
surat kabar, majalah dan memperoleh ,memiliki,
radio menyimpan, mengolah dan
4) Orang yang bergerak di menyampaikan informasi baik
bidang penyiaran berita dalam bentuk tulisan, suara,
5) Medium penyiaran berita, gambar, serta data dan grafik
seperti surat kabar, maupun dalam bentuk lainnya
majalah, radio,televisi, dan dengan menggunakan media
film cetak, media elektronik dan
segala jenis saluran yang tersedia
Fungsi Pers
Pasal 3 ayat (1) , UU No. 40 Tahun 1999, pers nasional berfungsi

1) Media Informasi

2) Media Pendidikan

3) Media Hiburan

4) Sebagai Kontrol Sosial

5) Sebagai Lembaga Ekonomi


Fungsi Pers

1) Media Informasi 2) Media Pendidikan

• pers memberi dan • Pers memuat tullisan


menyediakan yang mengandung
informasi tentang pengetauan sehingga
peristiwa yang terjadi masyarakat bertambah
di masyarakat pengetahuan dan
wawasannya
3) Media Hiburan 4) Media Kontrol Sosial

• Pers memuat hal-hal • Meliputi 4 unsur:


yang bersifat hiburan a) Social participation,
untuk mengimbangi keikutsertaan
berita – berita berat masyarakat dalam
(hard news) dan artikel- pemerintahan
artikel yang berbobot b) Social responsibility,
yaitu
pertanggungjawaban
pemerintah terhadap
rakyat
4) Sebagai control sosial 5) Sebagai lembaga ekonomi

c) Soscial support, yaitu • Semakin berkembangnya


dukungan rakyat terhadap pers memberikan peluang
pemrintah kerja yang lebih luas bagi
masyarakat. Banyak orang
d) Social control, yaitu control yang menggantungkan
masyarakat terhadap nafkahnya dari pers.
tindakan-tindakan
pemerintah
Peranan Pers
• Sesuai pasal 6 UU No. 40 Tahun 1999 :

1) Memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui


2) Menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong
terwujudnya supremasi hukum, dan HAM serta
menghormati kebinekaan
3) Mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi
yang tepat, akurat dan benar
4) Melakukan pengawasan, kritik, koreksi dan saran terhadap
hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan umum
5) Memperjuangkan keadilan dan kebenaran
Asas Pers
Menurut pasal 2 UU
No. 40 Th.1999

Kemerdekaan Pers adalah salah satu wujud


kedaulatan rakyat yang berasaskan pada prinsip-
prinsip demokrasi, keadilan, dan supremasi
hukum
Hak dan Kewajiban Pers
Hak Pers Pasal 4 UU No. 40 Tahun 1999

1) Kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi warga negara


2) Terhadap pers nasional tidak dikenakan penyensoran, pembredelan,
atau pelanggaran penyiaran
3) Hak mencari, memperoleh, dan menyebarluaskan gagasan dan
informasi kepada masyarakat
4) Dalam mempertanggungjawabkan pemberitaan di depan hukum,
wartawan mempunyai hak tolak

Hak tolak, yaitu hak wartawan karena profesinya, untuk menolak atau
mengungkapkan nama dan/atau identitas lainnya dari sumber berita yang
harus dirahasiakannya (Pasal 1 ayat 10)
Kewajiban Pers Pasal 5 UU No. 40 Tahun 1999

1) Pers nasional berkewajiban memberitakan peristiwa dan opini dengan


menhormati, norma-norma agama,rasa kesusilaan masyarakat serta asas
praduga tak bersalah
2) Pers wajib melayani hak jawab
3) Pers wajib melayani hak tolak
4) Melaksanakan kode etik yang merujuk pada profesinya secara
bertanggung jawab

Hak Jawab, adalah seseorang/sekelompok orang untuk memberikan


tanggapan/sanggahan terhadap pemberitaan berupa fakta yang merugikan
nama baiknya (pasal 1 ayat 11)

 Kewajiban Koreksi, adalah keharusan melakukan koreksi atau ralat terhadap


suatu informasi,data,fakta,opini,atau gambar yg tidak benar yg telah
diterbitkan pers yg bersangkutan
Perkembangan Pers di Indonesia
a.Tahap Awal Pertumbuhan (1744-1900)
Pers Indonesia ditandai dengan munculnya
- bulletin berbahasa Belanda milik VOC (Memories de
Nouvelles), 8 Agustus 1744 muncul surat kabar
Bataviase Nouvelles
- surat kabar berbahasa Jawa (Bromartani) di Surakarta
25 Januari 1855
- surat kabar berbahasa Melayu (Slompret Melayu) di
Surabaya tahun 1856 dan di Jakarta tahun 1858.
b. Pers Masa Pergerakan (1900-1945)
 Munculnya persatuan wartawan Indische Joornalisten Bond (1919)
 Perkoempoelan Kaoem Journalist (1931)
 Persatuan Djoenalis Indonesia (1933)
 Kantor Berita Nasional Antara (13 Desember 1937)
contoh surat kabar yang terbit: fungsi sebagai alat
perjuangan
- Darmo Kondo (Solo)
- Oetoesan Hindia (Surabaya/H.O.S. Tjokroaminoto)
- Fadjar Asia (Jakarta/ H. Agus Salim)
- Fikiran Rak’jat (Bandung/Ir. Soekarno)
- Medan Prijaji (R.M.Tirto Adhi Soerjo) 1910
- Pewarta Oemoem (Parindra)
- Sarotomo (SDI)
- Penggugah (Indische Partij)
c. Pers Masa Penjajahan Jepang
• Pers dikuasai Jepang kecuali surat kabar pribumi
boleh terbit tetapi di bawah kontrol yang ketat
melalui UU Penguasa (Osamu Seiri) No. 16 tentang
pengawasan badan-badan pengumuman dan
penerangan. Pers pro Jepang dan menjadi alat
pemerintah Jepang
Contoh surat kabar yang terbit:
- Asia Raya di Jakarta
- Sinar Baru di Semarang
- Soeara Asia di Surabaya
- Tjahaja di Bandung
d. Pers pada Masa Revolusi (1945-1949)
• Pada masa Ini pers terbagi menjadi 2 golongan
1) Pers yang diterbitkan dan diusahakan oleh tentara pendudukan
sekutu dan Belanda (Pers Nica)
2) Pers yang diterbitkan dan diusahakan oleh orang Indonesia (Pers
Republik)
Contoh surat kabar yang terbit:
- Harian merdeka - Pedoman
- Kedaulatan Rakyat - pers Nica (Warta Indonesia)
Pada masa revolusi muncul:
- PWI (9 Februari 1946/Surakarta)
- Serikat Penerbit Surat Kabar (8 Juni 1946/Yogjakarta) di ganti
Serikat Perusahaan Pers /SPS (2011)
 Masa Demokrasi Terpimpin (1959-
1965)
 Diawali dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang menempatkan pers
sebagai alat revolusi melalui Ketatapan MPRS No. 11 Tahun 1960 tentang
Penerangan Massa.
 Melalui Peraturan Penguasa Perang Tertinggi No. 10/1960, SIT
diberlakukan secara terbatas & ketat , serta berlaku ketentuan:
-Pers berbahasa Cina dilarang
-Diarahkan kepada pemulihan berlakunya UUD 1945
-Isi berita harus sesuai doktrin Manipol-Usdek ( Manifesto Politik UUDS,
Demokrasi, Ekonomi terpimpin
 Akibatnya, banyak institusi pers yang tutup,seperti harian abadi yang anti-
komunis.Pedoman Nusantara, Keng-Po, Pos Indonesia, dan jumlah surat
kabar tinggal 60 buah.
 Redaktur Indonesia Raya (1956-1961), Kantor Berita Antara, PWI,SPS,
dikuasai komunis
 Tgl 26 Maret 1965, Departemen Penerangan mengeluarkan aturan tentang
Norma-Norma Pokok Pengusahaan Pers, yg mengharuskan pers berafiliasi ke
dalam parpol/ormas
e)

Pers pada Masa Orde Lama
Masa Demokrasi Liberal (1950-1959),
berlaku
UUDS 1950
Diwarnai dengan kebebasan pers, tetapi lemah dalam
permodalan dan pers dimanfaatkan untuk kepentingan
politik misalnya Harian Rakyat organ PKI), Pedoman
(PSI), Suluh Indonesia (PNI), Abadi (Masyumi).Tahun
1957 jumlah surat kabar mencapai 120 buah dengan
oplah 1.049.500 perhari. Sementara itu, terjadi lebih
300 kasus pemberangusan pers oleh pemerintah.
Puncaknya Kodam V Jakarta Raya memberlakukan
ketentuan Surat Izin Terbit (SIT), 1 Oktober 1957 yang
mengawali era kematian pers Indonesia
Pers pada Masa Orde Baru 1966-1998
• Di awal masa Orde Baru, pers sempat
menikmati kebebasan pers melalui Tap. MPR
No.XXXII/MPR/1966 yg menegaskan bahwa:
- Pasal 4: Pers nasional tidak dikenakan
sensor/pembredelan
- Pasal 5: Kebebasan pers sesuai hak asasi
hak warga negara & dijamin
- Pasal 8 (2): Pendirian surat kabar tidak perlu
SIT dari pemerintah
Kebebasan pers berlaku hingga 15 Januari 1975, setelah
itu terjadi kembali berbagai tekanan

 Harian Abadi, Indonesia Raya, Pedoman, Pemuda


Indonesia dibredel selamanya, pers mahasiswa juga dibredel.
 Perumusan konsep pers Pancasila mulai dilakukan tgl. 7-8
Desember 1984 di Solo. Kemudian muncul istilah “Pers Bebas
yang bertanggung jawab”. Namun pers tetap dibredel
dengan alasan meresahkan masyarakat dan menyinggung
sara, seperti; Prioritas (1987), Monitor (1990), Tempo, Editor,
De-Tik dan Simponi (1994).
 Peraturan Menteri Penerangan No.10 Tahun 1984
diberlakukan sejak itu keluarlah aturan tentang SIUPP.
Terjadilah persaingan ketat pers secara bisnis.
 PP No.20 Tahun 1994 membuka peluang modal asing
masuk pers
Pers di Masa Reformasi (1998-sekarang)

• Di masa reformasi sistem pers menjadi bebas


“Kemerdekaan pers”. Pencabutan Permenpen
No. 01/1984 tentang SIUPP, sehingga
penerbitan pers tidak perlu memiliki SIUPP.
Jadi siapa saja boleh menerbitkan media
cetak maupun elektronik.
• Menurut Aliansi Jurnalis Independen (AJI),
Fenomena awal perkembangan media abad
21 adalah:
1) Berkembangnya media-media waralaba
(franchise) yang mengambil brand terbitan luar
negeri untuk diadaptasi dan diberi mulok
2) Masuknya perusahaan-perusahaan non-media
ke dalam industri media
3) Perkembangan industri multimedia seperti
internet (cyber media) makin menggiurkan baik
oleh pemilik lama maupun baru
4) Fenomena industri media masuk ke dalam
bursa pasar
5) Munculnya penerbitan yang lebih terbatas dari
pada penerbitan umum
B. Pers yang Bebas dan Bertanggung Jawab Sesuai Kode
Etik Jurnalistik dalam Masyarakat Demokratis di Indonesia

Kebebasan Pers:
Pers Bebas:
”Freedom of the
Adalah kondisi yang
speech”
melandasi
Adalah hak warga
keberadaan institusi
negara untuk
pers yang menjamin
mengetahui berbagai
otonomi pers
masalah publik dan
menjalankan fungsi
mendeseminasikannya
sosialnya
secara terbuka
 Tiga syarat kebebasan pers menurut S.
Tasrif
• Tidak ada lagi kewajiban untuk meminta surat izin
terbit (SIUPP) bagi suatu penerbitan umum kepada
pemerintah
• Tidak ada wewenang pemerintah melakukan
penyensoran sebelumya terhadap berita atau
karangan yang akan dimuat dalam pers
• Tidak ada lagi wawenang pemerintah untuk
memberangus suatu pemberitaan tertentu atau
selamanya, kecuali melalui lembaga peradilan yang
independen
Kode Etik Jurnalistik
• Kode Etik Jurnalistik :adalah aturan tata susila
kewartawanan; norma tertulis yang mengatur sikap,
tingkah laku, dan tatakrama penerbitan (menurut
KBBI)
• Kode Etik Jurnalistik adalah: himpunan etika profesi
kewartwanan (pasal 1 ayat 14)
 Bentuk-bentuk kode etik :
- PWI (Persatuan Wartawan Indonesia)
- AJI (Aliansi Jurnalis Independen)
- KEWI (Kode Etik Wartawan Indonesia)
- Dewan Pers (ada 2 kode etik yaitu kode praktik
dan kode bisnis
Kode Etik Wartawan Indonesia (KEWI)
(disusun di Bandung Th.1999)
• Wartawan Indonesia menghormati hak masyarakat untuk memperoleh
informasi yang benar
• Wartawan Indonesia menempuh tata cara yang etis untuk memperoleh dan
menyiarkan informasi,serta memberikan identas kepada sumber informasi
• Wartawan Indonesia menghormati asas praduga tak bersalah,tidak
mencampur fakta dan opini,berimbang dan selalu meneliti kebenaran
informasi serta tidak melakukan plagiat
• Wrtawan Indonesia tidak menyiarkan informasi yang bersifat
dusta,fitnah,sadis,cabul, serta tidak menyebutkan identitas korban kejahatan
susila
• Wartawan Indonesia tidak menerima suap,dan tidak menyalahgunakan
profesi
• Wartawan Indonesia memiliki hak tolak,menghargai ketentuan
embargo,informasi latar belakang dan off the record sesuai kesepakatan
• Wartawan Indonesia segera mencabut dan meralat dalam pemberitaan serta
melayani hak jawab
C. Menunjukkan sikap kritis terhadap
kebebasan pers dan dampak
penyalahgunaan kebebasan media massa
dalam masyarakat demokrasi
Faktor-faktor penyebab penyalahgunaan
kebebasan berpendapat dan berbicara:
• Lebih mengutamakan keuntungan ekonomis
(oriented bisnis)
• Campur tangan pihak ketiga
• Keberpihakan
• Kepribadian
• Tidak mempertimbangkan kondisi sosial
budaya masyarakat
Dampak penyalahgunaan kebebasan media
massa
• Menjatuhkan reputasi seseorang,artinya
mencemarkan nama baik seseorang akibat
pemberitaan yang keliru
• Menipu masyarakat,artinya pemberitaan yang tidak
benar akan meresahkan masyarakat
• Merugikan kepentingan negara
• Kepercayaan luar negeri luntur karena pemberitaan
yang salah akan mempengaruhi minat kerja
sama,penanaman ivestasi,pemberian bantuan,dsb
Penyalahgunaan
Kebebasan Pers

Secara Internal
Secara Eksternal
a. Pers tidak obyektif,
a. Mempercepat kerusakan
menyampaikan berita akhlak dan moral bangsa
bohong b.Menimbulkan keteganggan
b. Ketidaksiapan dalam masyarakat
masyarakat untuk c. Menimbulkan sikap antipati
menggunakan hak jawab dan kejengkelan terhadap pers
menimbulkan d. Menimbulkan sikap saling
kejengkelan pihak-pihak curiga dan perpecahan dalam
yang merasa dirugikan masyarakat
oleh pemberitaan pers e. Mempersulit diadakannya
islah/kerukunan kembali
akan melakukan kelompok masyarakat
tindakan anarkis
Pasal 17 UU No.40 Tahun 1999

• (1) “Masyarakat dapat melakukan kegiatan untuk


mengembangkan kemerdekaan pers dan menjamin
hak memperoleh informasi yang diperlukan
• (2) Kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dapat berupa:
• Memantau dan melaporkan analisis mengenai
pelanggaran hukum, dan kekeliruan teknis atas
pemberitaan yang dilakukan pers
• Dalam menyampaikan usulan dan saran kepada
Dewan Pers dalam rangka menjaga dan
meningkatkan kualitas pers nasional
 Untuk mewujudkan peran serta masyarakat
dilakukan dengan membentuk lembaga atau
organisasi pemantau media (media watch)

• Pengawasan dan penetapan sanksi atas


pelanggaran kode etik sepenuhnya
diserahkan jajaran pers dan dilaksanakan
oleh organisasi yang dibentuk untuk itu.
• Misalnya:
• Majelis Kode Etik di AJI
• Dewan Kehormatan di PWI
• Pasal 18 ayat (2,3) UU No. 40 Tahun 1999
TUGAS INDIVIDU 6.1

• LATIHAN SOAL
Buku Paket halaman 214 – 218
Pilahan Ganda dan uraian

 Tugas tambahan kelompok diskusi ( 5 orang )


Cari UU No. 40 Tahun 1999 tentang Pers
SAMPAI PERTEMUAN BERIKUT

Anda mungkin juga menyukai