Anda di halaman 1dari 2

Jawaban :

1.1 Jika ditinjau dari Teori Difusi Inovasi, hal yang terjadi pada desa tersebut merupakan wujud
implementasi petualangan dalam mencari dan menemukan sebuah sumber ide yang berasal
dari pengalaman hidup di daerah lain. Hai ini merupakan sumber tindakan yang akan
dilakukan ,dengan melihat potensi daerah yang ada. Selanjutnya ide dan gagasan tersebut
disalurkan dengan tindakan yang dilakukan secara mandiri sebagai salah satu wujud
komunikasi yang secara tidak langsung akan mempengaruhi pola pikir masyarakat desa
tersebut. Hasil yang diperoleh dari inovasi yang dilakukan dalam kurun waktu tertentu akan
berimplikasi pada perubahan pola pikir dan tindakan masyarakat desa tersebut untuk dapat
bersama-sama menuntaskan masalah penerangan desa.

1.2 Peluang perubahan sosial yang bisa dilakukan selanjutnya adalah dengan membentuk
kumpulan unit-unit sosial yang dapat membentuk suatu ikatan kehidupan masyarakat desa
tersebut. Sistem sosial yang terdiri dari berbagai komponen masyarakat yang memiliki
perbedaan secara fungsional namun pada akhirnya akan terikat atas tujuan yang
dikehendaki bersama yaitu terwujudnya sebuah sistem penerangan desa yang mandiri dan
merata.

1.3 Menurut saya teori Difusi Inovasi dapat dikategorikan sebagai paradigma konstruktivisme
dimana realitas sosial dapat diinterpretasikan oleh masing masing individu maupun
kelompok yang hasilnya akan beragam.
2.1 Seseorang dapat menjadi pemencil berdasarkan teori yang relevan antara lain disebabkan
oleh tidak terjalinnya komunikasi formal serta minimnya interaksi,kondisi idealisme dan
kesibukan personal yang berimplikasi pada pola hubungan sosial yang tidak dapat terbangun
dalam sebuah sistem masyarakat.Hal ini sejalan dengan teori Interaksionisme Simbolik.

2.2 Jika Pemencil merupakan masalah, maka solusi yang dapat dilakukan berdasarkan teori
Interaksionisme Simbolik adalah dengan melakukan stimulus dan menciptakan respon dengan
dorongan hati dalam sebuah lingkungan sosial, selanjutnya dengan merubah persepsi dengan
cara mendengar, memahami lalu berusaha mendapatkan respon yang akan berwujud pada
sebuah upaya manipulatif tindakan dan solusi penyelesaian masalah yang memicu seseorang
atau individu menjadi pemencil.

3.1 Yang akan dipilih adalah tipe penelitian deskriptif kualitatif, dimana mengedepankan
pendekatan persuasif antar personal komponen masyarakat yang terlibat sebagai target
kampanye yang akan dilakukan pada daerah tertentu dengan karakteristik yang spesifik pula.

3.2 Perencanaan komunikasi sosial sangat erat kaitannya dengan upaya untuk menciptakan
sebuah program komunikasi yang akan mengkampanyekan, mensosialisasikan atau
mempromosikan suatu produk atau agenda kegiatan yang dalam hal ini berupa Kampanye
Kesehatan Sanitasi. Untuk menyampaikan pesan tersebut diperlukan intrumentasi berupa
pekerjaan dengan jangka waktu tertentu,usaha komunikasi dari bawah ke atas (bottom-up)
berdasarkan penggalian terhadap aspirasi dan kebutuhan khalayak, serta komunikasi yang
dilihat dari kepentingan penerima sosialisasi Kesehatan Sanitasi yang akan dilakukan.Semua
pendekatan diatas erat kaitannya dengan penelitian awal yang mengedepankan pendekatan
personal dan kelompok dengan mengumpulkan gambaran awal tentang kondisi dan kebutuhan
yang ada.

4. Aspek yang perlu didalami terkait monitoring dan evaluasi program tersebut antara lain
adalah aspek pemasaran sosial (social marketing) dari rangkaian Kampanye Anti Merokok itu
sendiri. Sejauh mana efektifitas media-media informasi dan komunikasi serta publikasi yang
dibungkus pesan-pesan himbauan tersebut apakah sudah disampaikan kepada remaja, apakah
sudah diterima dengan baik, apakah remaja menyetujui pesan yang disampaikan atau tidak dan
apakah dapat merubah perilaku kelompok remaja tersebut. Sehingga ke depan sangat penting
untuk mendesain pesan komunikasi secara tepat sasaran dan melakukan evaluasi perubahan
perilaku yang pada akhirnya dapat mengembangkan strategi-strategi sosial marketing yang
lebih tepat.

Anda mungkin juga menyukai