Anda di halaman 1dari 12

KONSELING PSIKOLOGI INDIVIDUAL

A. Latar Belakang
Alfred Adler adalah siswa dari Freud, selain siswa Adler juga merupakan rekan kerja
Freud dan berumur empat belas tahun lebih muda dari Freud. Adler telah menjadi dokter
praktek, ketika bergabung dengan Freud dan ahli lain ketika dibentuknya Masyarakat
Psychoanalytic Vienna. Sebagaimana Freud, Adler juga mempunyai kemampuan untuk
melakukan perubahan dan evolusi dalam pemikirannya. Karena itulah ia keluar dari paham
Freud dan Masyarakat Psychoanalytic Vienna. Pada tahun 1911, Adler mulai
mengembangkan pemikirannya yang dikenal sebagai Psikologi Individu. Aliran Psikologi
Individual (Individual Psychology) dipelopori Alfred Adler dan dikembangkan sebagai
sistematika terapi oleh Rudolf Dreikurs dan Donald Dinmeyer, yang dikenal dengan nama
Adlerian Counseling (W.S Winkel, 1997: 422). Pemikirannya ini memberikan pengaruh
sangat cepat kepada orang-orang di luar profesi analitik itu, yaitu pada para guru, doktor, ahli
ilmu lain, dan masyarakat umumnya. Hal ini disebabkan karena konsep Adler mudah
difahami daripada konsep Freud.

Ilmu psikologi selalu mengalami perkembangan dari generasi ke generasi. Pada dua
puluh tahun terakhir psikologi individu telah berkembang lagi. Masyarakat Psikologi
Individu, yang terdiri dari anggota profesional, tumbuh di mana-mana, jumlah anggotanya di
atas 20.000 orang, karena sebelumnya mengalami kemerosotan. Tumbuhnya pendekatan yang
lain sudah menyatukan banyak konsep yang mula-mula dikembangkan oleh Adler. Dengan
kelahiran kembali dan pengaruh yang luas ini, kita sekarang dapat kembali memperhatikan
pemikiran yang menghasilkan itu.

B. Teori Perkembangan Kepribadian


1. Struktur kepribadian
Perubahan dalam pemikiran Adler yang mendorongnya untuk berpisah dengan
Freud terpusat pada konsep Freud, yang menyatakan bahwa seseorang dikendalikan oleh
agresif dan lebido seksualnya. Adler datang mengatakan bahwa seorang tidaklah
dikendalikan semata-mata untuk memenuhi kesenangannya sendiri tetapi sebaliknya,
seseorang dimotivasi oleh rasa tanggung jawab sosial dan kebutuhan untuk berhasil. Adler

1
benar-benar berbicara tentang hubungan sosial, yang mana Individu sibuk mengejar
realisasi diri yang dapat mendukung dirinya untuk membuat dunia lebih baik dalam
menempatkan hidup.
Adler melihat bahwa masing-masing individu sebagai ketetapan dan suatu yang
utuh, bertindak secara keseluruhan ke arah tujuan hidup tertentu. Tujuan masing-masing
individu, memilih dirinya mengembangkan karakteristiknya yang mencoba mencapai
tujuan. Adler percaya bahwa cara memahami seseorang adalah menemukan apa yang
menjadi tujuannya, kemudian menentukan gaya hidup individu agar dapat dikembangkan
untuk mencapai tujuan itu. Pendapat ini berbeda dengan kepercayaan Freud dimana
perilaku seseorang ditentukan oleh pengaruh bawaan, sebagian besar ke luar dari kendali
sadarnya. Pendapat Adlerian, lebih menekankan pada pentingnya individu dan
interaksinya dengan lingkungan. Karenanya, penekanan Adler bukan lingkungan maupun
keturunan sebagai faktor penentu perilaku, melainkan pada interaksi lingkungan,
keturunan, dan individu sebagai faktor penentu perilaku.
Adler melihat bahwa yang menjadi penyebab perilaku adalah persepsi individu,
bukan peristiwa perilaku itu sendiri. Suatu peristiwa dalam hidup individu, seperti
kekurangan fisik, rumah tangga yang berantakan, atau guru tak toleran, secara tidak
langsung akan direspon individu melalui prilaku. Dalam peristiwa yang nyata akan
mempengaruhi beberapa perilaku yang berkembang, tetapi ini tidak menentukan perilaku.
Adler melihat persepsi individu ini sebagai fiksi dan menekankan kepada mereka, jangan
mencampurkan dengan kenyataan. Individu dalam bertingkah laku juga sangat tergantung
pada persepsinya terhadap sesuatu. Menurut Adler persepsi itu merupakan fiksi (sesuatu
yang berdasarkan yang tidak sesungguhnya). Fiksi tersebut tercipta dalam pikiran dan
kenyataan, dan inilah pandangan Freud terhadap orang dan tingkah laku mereka.
a. Tujuan Hidup.

Setiap individu mengembangkan tujuan fiksi pribadinya. Tujuan ini


dikembangkan melalui respon oleh seseorang untuk mengatasi kelemahan yang ada
dalam dirinya dalam menghadapi kehidupan, karena interpretasi individu terhadap
sesuatu merupakan fiksi, hal tersebut merupakan keyakinan fictional goal yang
merupakan suatu kesatuan bagi setiap orang. Setiap tingkah laku individu mengacu
pada pilihan yang telah mereka pilih fictional finalism, ini merupakan kekuatan operasi
2
sehari-hari. Seseorang akan melakukan interpretasi secara terus menenus kejadian
sehari-hari dalam kehidupannya sesuai dengan tujuan hidupnya. Adler mengatakan
bahwa perilaku individu sebagai gaya hidupnya.

b. Gaya Hidup.
Adler berpendapat bahwa jika seseorang ingin mencapai superioritas, itu akan
penting untuk memimpin hidupnya dalam suatu pola teladan tertentu. Adler menunjuk
pola teladan ini sebagai suatu gaya hidup individu, karena masing-masing individu itu
unik. Ini merupakan suatu produk dorongan diri yang ada dalam diri individu untuk
menentukan arah perilaku dan lingkungannya, yang bertindak untuk membentuk arah
diri. Bentuk gaya hidup seseorang dapat dilihat sebagai silogisme: “ ‘Aku adalah….’
‘Dunia adalah…’ ‘Oleh karena itu…’ ” Adler percaya bahwa tiap-tiap individu
melewati proses ini, yang merupakan status diri mulai dari pembentukan pola teladan
prilaku, yang menjadi gaya hidup.
c. Minat Sosial.
Adler juga banyak menekankan pada pentingnya tingkah laku manusia sosial.
Anak dilahirkan dalam keluarga, interaksi yang pertama adalah keluarga. Semua
tingkah laku manusia pada kenyataannya adalah berinteraksi dengan makhluk lain. Satu
keinginan adalah dasar bagi semua manusia; keinginan untuk menjadi anggota, dan
minat sosial. Oleh karena itu, apapun yang dikerjakan oleh seseorang, itu akan
berhubungan dengan suatu kelompok sosial. Dengan perspektif ini, Adler berpendapat
bahwa orang belajar tingkah laku manusia secara efektif dengan adanya interaksi sosial
dimana perilaku berlangsung. Dengan alasan ini, Adler berpendapat bahwa konsep
tingkah laku manusia adalah psikologi sosial. Agar dapat memahami konsep ini, kita
harus menguji bagaimana Adler melihat urutan peristiwa yang mempengaruhi
perkembangan kepribadian.

2. Perkembangan kepribadian
Adler sependapat dengan Freud dalam hal ini, yang mengatakan bahwa kehidupan
seseorang dipengaruhi oleh perkembangan empat atau lima tahun pertama. Sepanjang tahap
awal perkembangan, anak sudah mulai mengembangkan persepsi diri, pola tingkah laku,
dan gaya hidup. Pada waktu ini juga individu mulai untuk memilih tujuan hidup, semua

3
perilaku diarahkan. Adler berpendapat bahwa ada manusia dalam kehidupan ini ada rasa
rendah diri “inferiority“, perasaan inferiority ini menggerakkan seseorang untuk mencapai
`superiority“.
Faham Adler tentang superiority lebih ditekankan pada masing-masing individu
dalam memahami lingkungannya dan seseorang selalu berusaha untuk mengembangkan
situasinya. Dalam istilah Adler semua fungsi yang kita miliki mengikuti arah tersebut,
mereka berusaha keras mempertahankan, menjaga, mengembangkan, baik dalam hal yang
baik, dan buruk. Adler berkeyakinan bahwa memberikan kondisi yang menyenangkan pada
awal interaksi anak dengan keluarganya, akan semakin mendorong timbulnya minat sosial.
Anak akan terdorong untuk mencapai keuntungan bagi dirinya maupun orang lain. Salah
satu cara mengatasi perasaan yang tidak menyenangkan yang tercipta dari perasaan rendah
diri adalah dengan meyakini bahwa seseorang mampu mengembangkan kesejahteraan dan
kegembiraan kepada orang lain. Oleh karena itulah mereka merasa dirinya berharga. Untuk
mengembangkan gaya hidup ada tiga konsep menurut Adler yaitu: self-deterministik,
teleology dan holistik.
Menurut Adler bahwa individu menentukan tingkah lakunya bukan kejadian
eksternal. Adler berpandangan individu mengontrol dirinya dan bergerak untuk mencapai
tujuan sebagai sesuatu keseluruhan yang menyatu dan inilah yang dinamakan gaya hidup.
Pada suatu saat dimana tujuan hidup telah dipilih serta gaya hidup dikembangkan untuk
mencapai tujuan tersebut maka sangat sukar bagi setiap individu untuk merubahnya.

C. Perkembangan Abnormal
Penyebab utama keabnormalan atau ketidakmampuan diri adalah munculnya perasaan
inferioritas pada diri individu. Ketidaknormalan tersebut sebagai akibat perkembangan
perasaan individu yang berlebihan terhadap inferioritas pada awal-awal kehidupannya,
individu mengembangkan pola tingkah laku yang tidak cocok. Adler berpendapat bahwa
peningkatan perasaan infetioritas bisa berkembang melalui keberadaan sejak lahir yaitu fisik
& mentalnya yang cacat dan orang tua yang tidak memperdulikannya.
1. Cacat mental dan fisik
Individu yang dilahirkan dalam keadaan cacat, dalam beberapa hal dapat
meningkatkan perasaan inferioritas. Kecacatan mental lebih sulit untuk mengatasi

4
ketimbang cacat fisik. Anak yang lahir dalam keadaan cacat fisik dan mental maka faktor
yang terpenting bukanlah cacatnya itu tetapi reaksi terhadap kejadian yang akan
mempengaruhi perkembangan selanjutnya tergantung reaksi positif atau negatif.
2. Kesalahan dalam mengasuh
Anak yang dimanja dan diawasi secara ketat membuat dia tidak sanggup mengurus
dirinya, sehingga perasaan inferioritas semakin bertambah. Anak yang berada dalam
lingkungan ini, tidak memiliki kesempatan untuk melakukan sesuatu, sehingga ia tidak
berpengalaman dalam kegagalan atau kesuksesan sedangkan individu akan menjadi
seorang yang egosentris yang menganggap superiotitas/ lebih dari orang lain. Ini adalah
kepribadian yang berbahaya bagi individu itu sendiri dan masyarakat.

Ada beberapa alasan individu mengembangkan rasa inferiorias yaitu: (1) individu
mengembangkan dalam keadaan yang tidak wajar dengan jumlah ketegangan yang tidak
biasa. (2) Akibat perasaan inferioritas, berhubungan dengan perkembangan individu
terhadap minat sosial. Individu yang dimanja tidak memiliki keberanian. Individu yang
menyimpulkan bahwa hubungan dengan orang lain tidak berarti dalam mencapai tujuan,
sehingga membuat seseorang memilih tujuan yang ia yakini tanpa pertimbangan orang lain.

D. Tujuan Konseling

Tujuan konseling menurut Adlerians untuk membantu individu menemukan konsep


dirinya. Kita tidak berusaha secara khusus untuk merubah pola tingkah laku atas gejala-
gejalanya. Jika seorang klien mengembangkan tingkah laku karena ia menemukan bahwa hal
tersebut menguntungkan dirinya pada saat itu terjadi perubahan yang mendasar, maka kita
tidak bisa mengatakan bahwa kita itu berhasil. Maka selanjutnya kita akan mencoba untuk
merubah tujuan dan konsep.

Tujuan lebih khusus dari konseling ditentukan pada: (1) membantu individu
mengurangi penilaian yang bersifat negatif terhadap dirinya serta perasaan inferioritasnya,
(2) membantu individu mengoreksi persepsinya terhadap suatu kejadian dan dalam waktu
yang sama membantu ia mengembangkan tujuan-tujuan yang baru yang mana ia bisa
mengarahkan tingkah lakunya, (3) mengembangkan kembali minat sosial dalam diri individu
dengan cara interaksi sosial.

5
E. Proses Konseling
Adler adalah orang yang pertama untuk mengenali pentingnya hubungan antara
konselor dan klien. Dalam pandangannya, terapi sangat utama sebagai suatu hubungan sosial.
Pada hakekatnya, keseluruhan proses konseling dipandang sebagai suatu proses sosialisasi.
Permasalahan klien sebagian besar adalah hasil dari tidak adanya sosialisasi, dan proses
konseling merupakan sarana dalam mengembangkan kembali proses sosialisasi individu.
Proses konseling mempunyai potensi, karena adanya interaksi antara konselor dan klien.
Hubungan ini adalah unik sebab klien yang pertama kalinya yang berhadapan dengan orang
lain tanpa merasa takut. Dengan diberikannya suasana yang hangat oleh konselor, maka klien
akan merasa bahwa ia diterima dan akan mampu mengimbangi perasaan rendah dirinya
secara terbuka.
Agar tercipta hubungan yang baik, maka konselor harus menjadi pendengar yang
objektif yang penuh perhatian yang berkomunikasi dengan klien dan peduli terhadapnya,
maka konselor harus memiliki kemampuan menyatakan sesuatu kepada klien dalam
berbagai cara yang dapat diterima oleh klien, jika tidak maka klien tidak akan pernah
memahami tingkah lakunya sendiri dan konsekuensi logis dari tingkah lakunya itu.

Adler berpendapat dalam menciptakan hubungan konseling yang sesuai maka


konseling melalui tiga tahapan:

1. Tahap dimana konselor berusaha mengembangkan pemahaman terhadap tujuan serta


gaya hidup dari klien
2. Menginterpretasikan tingkah laku klien terhadap dirinya
3. Perkembangan minat sosial klien itu sendiri.

Setelah proses ini, Adler berpendapat bahwa perilaku individu akan berubah. Ini
adalah test konseling yang nyata bagi Adler, karena ia tidak percaya bahwa orang bisa
mengembangkan pemahaman yang benar tentang dirinya tanpa suatu perubahan dalam
perilaku. Jika tidak ada perubahan dan tidak memahami dirinya, berarti konseling belum
sukses.

6
F. Teknik Konseling
Pada teori ini, tugas konselor pertama yang sangat penting adalah harus
mengembangkan pemahaman terhadap gaya hidup individu. Untuk memahami gaya hidup
tersebur konselor dapat memulai dengan memuji tingkah laku klien pada saat sekarang.
Dalam waktu bersamaan konselor mengobservasi tingkah laku dalam suasana konseling
tersebut. Situasi yang hangat ini dirancang tidak hanya untuk mengembangkan interaksi
sosial, tetapi juga membuka fiksi dari klien itu sendiri, sehingga konselor bisa mengetahui
pola tingkah laku dari klien.
1. Analisa Gaya Hidup

Dari perspektif Adler, tugas terapi yang paling utama adalah konselor dapat
mengembangkan pemahaman gaya hidup individu. Dengan cara, mulai dengan pengujian
perilaku klien. Ini terpenuhi dengan pertanyaan tentang keberadaan sekarang yang
dirasakan dalam hidupnya. Pada waktu yang sama, konselor mengamati perilaku klien
pada saat terjadinya konseling. Situasi dirancang tidak hanya untuk tingkatkan sosial
interaksi, tetapi juga mengijinkan klien untuk bertindak terbuka. Dengan cara ini konselor
dapat memperoleh suatu pengetahuan langsung pola perilaku klien. Setelah ini dipahami,
konselor mencoba untuk memahami keseluruhan gaya hidup individu.
Ada dua teknik umum yang digunakan sebagai sasaran analisa yaitu tahap empati
dan intuitif gessing. Perasaan empati sangat penting agar konselor memahami perasaan
subjektif dari klien. Dengan memasuki keadaan klien maka konselor bisa memahami
perasaan yang mengarahkan tingkah laku klien. Intuitif gessing yang digambarkan Adler
bisa dihubungkan dengan kemampuan konselor untuk menginterpretasikan apa yang
dikatakan oleh klien serta proses yang terjadi dalam pikiran klien.

Menurut Gushurt empat hal yang harus diketahui oleh konselor untuk
mengembangkan pemahaman tentang gaya hidup :

1. Konselor harus peduli terhadap faktor yang klien yakini sebagai pengaruh yang sangat
penting terhadap kepribadian.

2. Konselor harus mampu mengetahui pola-pola tingkah laku

7
3. Konselor harus mampu membandingkan pola-pola yang terdapat dalam hubungan
dengan keluarga klien untuk menentukan persamaan dan perbedaan
4. Konselor harus melakukan interpretasi yang tepat terhadap materi dengan demikian
konselor bisa memahami gaya hidup dan akibat logis.

Salah satu langkah yang aktual dalam proses adalah menyuruh klien
menggambarkan hubungan keluarganya Data ini digunakan dalam upaya untuk
menentukan faktor-faktor yang terdapat dalam lingkungan individu yang bisa membantu
menemukan pola tingkah laku yang pasti, sehingga konselor bisa memahami interaksi
khas pada individu yang dapat berpengaruh terhadap gaya hidup klien itu sendiri. Teknik
ini mendapatkan perhatian yang serius dalam proses konseling.

2. Menginterpretasi Early Recollections


Jika pemahaman terhadap keseluruhan gaya hidup individu penting, maka konselor
harus mendorong klien untuk mendiskusikan ingatan-ingatannya. Adler yakin bahwa
ingatan setiap individu tidak selalu sempurna (cenderung berat sebelah), la hanya ingat
kejadian-kejadian yang bermakna bagi gaya hidupnya sekarang. Dengan demikian bila
konselor bisa memahami kejadian-kejadian dimana individu mendasarkan gaya
hidupnya, maka konselor akan memiliki pemahaman yang baru terhadap kejadian yang
ada pada klien.
3. Interpretasi
Jika pemahaman terhadap gaya hidup klien telah dikembangkan melalui analisa
terhadap hubungan keluarga dan ingatan masa lampau, maka konselor perlu
menginterpretasi pengalamannya terhadap klien dengan berbagai cara, sehingga klien
akan menerima proses pemberitahuan tentang kesalahan dasar dalam hidupnya. konselor
harus fleksibel dan menggunakan setiap metode yang dirasa dapat mengembangkan
pemahaman terhadap klien. Jika klien telah mengembangkan pemahaman baru tentang
tingkah lakunya. Adler yakin bahwa tingkah laku klien tersebut akan berubah.

8
4. Konsultasi Adlerian
Salah satu perkembangan yang penting dalam gerakan Adlerian adalah prosedur
konsultasi orang tua dan guru. Karena konselor sering dilibatkan dengan populasi ini.
Maka kita pantas untuk melakukan pengujian terhadap prosedur secara sempurna.
Bernice Grunwald, seorang guru sekolah negeri dan anggota dari Institut Alfred
Adler di Chicago, menyatakan bahwa jika semua anak-anak telah dibawa untuk
menyadari bahwa tiap-tiap kelas di sekolah adalah unit kerja penyelesaian masalah
dimana tiap-tiap individu mempunyai tanggung jawab atas perilakunya, maka
permasalahan yang ada sekarang yang ada di sekolah tidak akan ada. Dia menyatakan
bahwa ini mungkin terjadi jika guru percaya akan filosofi ini, dan mau belajar ilmu
dinamika kelompok dan prosedur memeriksa. Itu juga berguna bagi orang tua, jika
memanfaatkan filosofi ini bahwa rumah adalah suatu unit kerja penyesaian masalah, dan
anak-anak mereka adalah mitra yang bertanggung jawab dalam prosesnya. Dalam rangka
menetapkan lingkungan ini, baik di rumah dan di sekolah, orang tua dan para guru
memerlukan beberapa pelatihan spesifik. Konselor akan menawarkan diri sebagai jasa
konsultatif.

Dasar pendekatan Adlerian untuk melakukan konsultasi dengan orang tua dan guru
telah dikembangkan oleh Dinkmeyer dia menamakan prosedur ini dengan kelompok
“C”. Dasar psikologi kelompok ini adalah .

1. Tingkah laku bersifat holistik yang bisa pahami hanya dengan kesatuannya.

2. Arti penting dari tingkah laku dihubungkan dengan konsekuensi yang diperoleh dari
prosedur yang dilakukan
3. Sebagai makhluk sosial, tingkah laku individu hanya bisa dipahami dalam konteks
sosial
4. Motivasi individu secara baik dengan mengetahui bagaimana individu berusaha untuk
memperoleh pengakuan.
5. Tingkah laku individu diarahkan pada tujuan
6. Suatu rasa keterlibatan adalah dasar keberadaan manusia.
7. Tingkah laku bisa dipahami dengan kerangka internal dari keberadaan individu

9
Prinsip yang tujuh ini berhubungan secara langsung dengan konsep Adlerian,
didasari oleh Dinkmeyer yang merupakan cara mengajar orang tua dan para guru prinsip
Adler dan cara untuk menerapkannya di rumah dan sekolah. Dasar pendekatan ini adalah
menciptakan lingkungan di mana anak-anak didukung, tidak menakut-nakuti, dan mereka
belajar bertanggung jawab untuk perilaku mereka sendiri dan perilaku itu mempengaruhi
orang lain.

G. Kekuatan dan Kontribusi


Pendekatan adelrian pada konseling mempunyai sejumlah kontribusi dan penekanan
yang unik:

1. Pendekatan ini meningkatkan suatu suasana yang mendukung melalui Teknik positif
yang digunakan konselor. Ikatan dan komitmen ditingkatkan melalui prosesnya, dan
kesempatan untuk berubah semakin meningkat pula. Dukungan konselor merupakan
komoditas yang berharga. Konselor Adlerian mendekati klien dengan suatu orientasi
pendidikan dan mengambil pandangan yang optimistis pada kehidupan.
2. Pendekatan ini fleksibel untuk semua masa kehidupan. “ Ahli teori Adlerian telah
mengembangkan model-model konseling untuk anak-anak, dewasa, orang-tua, seluruh
keluarga, kelompok guru, dan segmen masyarakat lainnya ” (Purkey & Schmidt, 1987, p.
115). Bermain terapi bagi anak-anak usia 4 hingga 9 tahun tampaknya paling efektif.
3. Pendekatan ini berguna dalam perawatan berbagai penyimpangan, termasuk
penyimpangan perilaku, penyimpangan anti sosial, penyimpangan kegelisahan masa
kanak-kanak dan dewasa, penyimpangan-penyimpangan beberapa afektif, dan
penyimpangan kepribadian (Seligman, 1997).
4. Pendekatan ini berkontribusi pada teori-teori pembantu lain dan pada pengetahuan umum
dan pemahaman interaksi manusia. Banyak gagasan Adler telah diintegrasikan ke dalam
pendekatan-pendekatan konseling.
5. Pendekatan ini dapat digunakan secara selektif di dalam konteks kultural yang berbeda-
beda (Brown, 1997). Sebagai contohnya, konsep “ dukungan ” tepat untuk ditekankan
dalam bekerja dengan kelompok yang secara tradisional telah menekankan kolaborasi
seperti masyarakat Hispanik dan Asia Amerika, dimana konsep “ kompetisi keturunan”

10
yang bertentangan dengan masyarakat Amerika Utara Eropa tradisional yang
menekankan kompetisi ketegangan.

H. Keterbatasan Konseling Individual


Teori Adlerian dibatasi oleh hal-hal berikut ini:

1. Pendekatan ini kekurangan suatu dasar penelitian yang suportif. Hanya sedikit penelitian
emprikal yang telah dilakukan mengenai teori Adlerian dan keefektifannya di dalam
konseling.

2. Pendekatan ini masih kabur dalam hubungannya dengan beberapa konsep dan istilah-
istilah.
3. Pendekatan ini terlalu optimistik mengenai sifat manusia, khususnya dalam bidang
kerjasama dan kepedulian sosial. Beberapa kritik mengenai sudut pandangnya
mengabaikan dimensi-dimensi kehidupan lainnya, seperti kekuatan dan alam tidak sadar.
4. Prinsip dasar pendekatan ini, seperti struktur keluarga yang demokratis misalnya, tidak
terlalu cocok dalam bekerja dengan klien yang konteks kulturalnya menekankan pada
hubungan sosial lineal, seperti masyarakat Amerika Arab tradisional misalnya (Brown,
1997).
5. Pendekatan ini, yang sangat bergantung pada penelitian verbal, logika, dan pencerahan,
mungkin terbatas dalam penerapannya pada klien yang kurang cerdas (James &
Gilliland, 2003).

DAFTAR PUSTAKA

11
Corey, Gerald. (2007). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Refika Aditama. Bandung.

Jones, Richard Nelson. (2011). Teori dan Praktik Konseling dan Terapi. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta.

Komalasari, Gantina., dkk. (2011) Teori dan Teknik Konseling. PT Indeks, Jakarta.

Prayitno. (1998). Konseling Panca Waskita, PSBK. FIP IKIP Padang

Taufik. 2002. Model-model Konseling. Padang: BK FIP UNP.

WS. Winkel & M.M Sri Hastuti (2005), Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan,
Media Abdi; Yogyakarta

12

Anda mungkin juga menyukai