Anda di halaman 1dari 18

Tugas Terstruktur Dosen pengampu

PSIKOLOGI KEPRIBADIAN DRA.HJ.NOOR AINAH, M.PD.

TEORI KEPRIBADIAN MENURUT ALFRED ADLER DAN CARL


ROGERS

Disusun Oleh:
Kelompok 9
Jumiati 210101050084
Fatimatuzahra 210101050222
Rahmad Hidayat 210101050245

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
BANJARMASIN
2023 M/1444 H
TEORI KEPRIBADIAN MENURUT ALFRED ADLER DAN CARL
ROGERS

A. PENDAHULUAN
Dalam penjelajahan tentang kompleksitas manusia, teori kepribadian yang
diajukan oleh Alfred Adler dan Carl Rogers menawarkan pandangan yang
menarik. Keduanya, melalui pendekatan yang berbeda, membuka pintu untuk
memahami dasar-dasar kepribadian yang membentuk individu. Adler, dengan
teori psikologi individualnya, menekankan peran kuat dari dorongan sosial dan
tanggung jawab dalam membentuk karakter seseorang. Baginya, individu tidak
hanya dikuasai oleh dorongan pribadi untuk kesuksesan, tetapi juga oleh
kebutuhan untuk memberi kontribusi pada kehidupan sosial.
Di sisi lain, Carl Rogers menyoroti aspek subjektif dalam pengalaman
individu, menekankan proses aktualisasi diri sebagai inti dari kepribadian
manusia. Bagi Rogers, individu memiliki dorongan internal yang kuat untuk
berkembang menjadi versi terbaik dari diri mereka sendiri. Mereka didorong oleh
keinginan untuk mengeksplorasi dan memanfaatkan potensi yang dimiliki.
Meskipun pendekatan mereka berbeda, keduanya menekankan pentingnya
masa kecil dan hubungan sosial dalam membentuk identitas seseorang. Adler
menganggap pengaruh masa kecil sebagai fondasi penting yang membentuk pola
pikir dan tindakan masa dewasa, sementara Rogers menyoroti pentingnya
lingkungan yang mendukung dalam memungkinkan individu untuk tumbuh
menjadi diri mereka yang sejati.
Adler dan Rogers, meskipun memiliki sudut pandang yang berbeda,
sepakat bahwa individu memiliki potensi untuk mengubah diri dan lingkungan
mereka guna mencapai potensi penuh. Keduanya meyakini bahwa manusia pada
dasarnya baik dan memiliki kecenderungan aktif untuk mencapai kesempurnaan
diri. Dalam kerumitan yang ada, pandangan-pandangan ini menggambarkan
landasan yang membangun pemahaman kita terhadap keunikkan setiap individu.

1
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Individual Psychology

Psikologi individual dikembangkan oleh Alfred Adler dan pengikutnya


antara lain adalah Rudolph Drekurs, Martin Son Tesgard, dan Donal Dinkmeyer.
Aliran Psikologi Individual dikenal dengan nama Adlerian Counseling. Adler
mengatakan bahwa seorang tidaklah dikendalikan semata-mata untuk memenuhi
kesenangannya sendiri tetapi sebaliknya, seseorang dimotivasi oleh rasa tanggung
jawab sosial dan kebutuhan untuk berhasil. Adler benar-benar berbicara tentang
hubungan sosial, yang mana Individu sibuk mengejar realisasi diri yang dapat
mendukung dirinya untuk membuat dunia lebih baik dalam menempatkan hidup.
Inilah yang menjadi dasar pemikiran dari teori psikologi individual.1

2. Pokok-pokok Teori Adler

Teori Adler dapat dipahami lewat pengertian-pengertian pokok yang


dipergunakan untuk membahas kepribadian. Adapun pengertian-pengertian pokok
dalam teori Adler itu adalah seperti yang dikemukakan berikut ini.

a. Kesatuan (Unity) Kepribadian

Adler memilih nama Psikologi individual dengan harapan dapat


menekankan keyakinan bahwa setiap orang itu unik dan tidak dapat dipecah-
pecah. Menurut Adler tiap orang adalah suatu konfigurasi motif-motif, sifat- sifat,
serta nilai-nilai khas tiap tindakan yang dilakukan oleh seseorang membawakan
corak khas gaya kehidupannya yang bersifat individual2

1) Logat Organ (Organ Dialect)


Inti kepribadian bukan hanya kesatuan aspek-aspek kejiwaan tetapi
meliputi keseluruhan organ tubuh. Contoh seorang remaja yang
patuh kepada orang tuanya, ngompol pada suatu malam. Itu adalah
pesan bahwa dia tidak ingin mengikuti keinginan orang tuanya.

1
Alwisol, Psikologi Kepribadian, (Malang: UMM Press, 2009), h. 64
2
Sumadi Suryabrata, Psikologi Kepribadiann, h. 185

2
Adler menyimpulkan bahwa organ tubuh dapat mengatakan secara
lebih jelas dibanding dengan kalimat yang diucapkan.
2) Kesadaran dan Tak Sadar
Menurut Adler, tingkah laku tak sadar adalah bagian tujuan final
yang belum diformulasi dan dipahami secara jelas, Pikiran sadar
adalah apa saja yang dipahami dan diterima individu dapat
membantu perjuangan menjadi sukses. Apa saja yang dianggap
tidak membantu akan ditekan ke tak sadar adler memakai solusi
mahkota pohon dan akar, keduanya berkembang kearah yang
berbeda untuk mencapai tujuan kehidupan yang sama.
b. Perjuangan menjadi sukses atau superior

Adler yakin bahwa individu memulai hidup dengan kelemahan fisik yang
mengaktifkan perasaan inferior, perasaan yang menggerakkan orang untuk
berjuang menjadi superioritas atau untuk sukses Individu yang secara psikologis
kurang sehat berjuang untuk menjadi pribadi yang superior, dan individu yang
secara psikologis sehat termotivasi untuk menyukseskan umat manusia.

Pada teori finalnya, Adler membatasi perjuangan menjadi superior sebagai


milik orang teoritik yang berjuang untuk menjadi pribadi yang lebih superior
dibanding orang lain dan mengenalkan istilah "perjuangan menjadi sukses" untuk
orang yang sehat yang berjuang mencapai kesempurnaan bagi semua orang
perjuangan yang dimotivasi oleh minat sosial yang sudah berkembang Perjuangan
bisa jadi mempunyai motivasi yang berbeda, tetapi semuanya diarahkan memaju
tujuan final (final goal)

Tujuan Final yang Semu (Fictional Final Goal) Menurut Sdler, tingkah
laku ditentukan oleh persepsi harapan yang mungkin dicapai di masa dating,
bukan oleh apa yang sudah dikerjakan di masa lalu. Konsep Adler ini dipengaruhi
oleh Filsafat "as if" yakni: bahwa manusia hidup dengan berbagai macam pikiran
dan cita-cita yang semata-mata bersifat fiktif, tidak ada dalam kenyataan Misalnya
pernyataan "semua manusia diciptakan sama" jelas tidak benar, namun dapat
membimbing tingkah laku orang untuk berjuang membuat pernyataan itu menjadi

3
"benar". Dalam dinamika kepribadian keyakinan fiktif semacam itu
memungkinkan manusia dapat menghadapi realitas dengan lebih baik.3

Adler menemukan gagasan bahwa manusia lebih di dorong oleh harapan-


harapannya terhadap masa depan daripada pengalaman-pengalaman masa lampau
nya. Meskipun Adler mengakui bahwa masa lalu adalah penting. namun ia
menganggap bahwa yang terpenting adalah masa depan. Yang terpenting bukan
apa yang telah individu lakukan, melainkan apa yang akan individu lakukan
dengan diri kreatifnya itu pada saat tertentu. Dikatakannya, tujuan akhir manusia
akan dapat menerangkan perilaku manusia itu sendiri. Misalkan, seorang
mahasiswa yang akan masuk perguruan tinggi bukanlah didukung oleh
prestasinya ketika di Sekolah Dasar atau Sekolah Menengah, melainkan tujuannya
mencapai gelar tersebut. Usaha mengikuti setiap tingkat pendidikan adalah bentuk
tujuan semuanya, sebab kedua hal tidak menunjukkan sesuatu yang nyata,
melainkan hanya perangkat semu yang menyajikan tujuan yang lebih besar dari
tujuan-tujuan yang lebih jauh pada maja datang.

c. Pengamatan Subyektif (Subjektif Perceptions)

Tujuan final yang fiktif bersifat subyektif, artinya orang menetapkan


tujuan-tujuan untuk diperjuangkan berdasarkan interpretasinya tentang fakta,
bukan berdasarkan fakta itu sendiri. Kepribadian manusia dibangun bukan oleh
realita, tetapi oleh keyakinan subyektif orang itu mengenai masa depannya,
Manusia secara sadar mengalami perasaan inferior dan termotivasi untuk
mengantisipasi inferioritas yang dirasakannya menyakitkan ini.4

Adler berpendapat, bahwa rasa rendah diri itu bukanlah suatu pertanda
ketidaknormalan, melainkan justru merupakan pendorong bagi segala perbaikan
dalam kehidupan manusia. Tentu saja dapat juga rasa rendah diri itu berlebih-lebih
sehingga manifestasinya juga tidak normal, misalnya timbul kompleks rendah diri
atau kompleks untuk superior. Tetapi dalam keadaan normal rasa rendah diri itu

3
Alwisol, Psikologi Kepribadian, h. 65
4
Daniel Cervone dkk., Kepribadian: Teori dan Penelitian, terj. Aliya Tusyanu dkk.,
(Jakarta: Salemba Humanika, 2011), h. 168

4
merupakan pendorong ke arah kemajuan atau kesempurnaan (superior). Bagi
Adler tujuan manusia bukanlah mendapatkan kenikmatan, akan tetapi mencapai
kesempurnaan.5

d. Minat Sosial (Social Interest)

Interest social adalah sikap keterkaitan diri dengan kemanusiaan secara


umum, serta empati kepada setiap anggota orang per-orang Wujudnya adalah
kerja sama dengan orang lain untuk memajukan sosial alih-alih untuk kepentingan
pribadi. Menurut Adler, interes social adalah bagian dari hakikat manusia dan
dalam besaran yang berbeda muncul pada tingkah laku setiap orang Interest sosial
lah yang membuat orang mampu berjuang mengejar superioritas dengan cara yang
sehat dan tidak tersesat ke salah suai. Semua kegagalan teoritik, politik, kriminal,
pemabuk, bunuh diri adalah kegagalan karena mereka kurang memiliki minat
sosial

e. Gaya hidup (Style of Life)

Dengan konsep gaya hidup ini, Adler menjelaskan keunikan manusia.


Setiap orang memiliki tujuan, merasa inferior, berjuang menjadi superior, dan
dapat mewarnai atau tidak mewarnai usaha superiornya dengan minat sosial.
Namun setiap orang melakukannya dengan gaya hidup yang berbeda-beda. Gaya
hidup adalah cara yang unik dari setiap orang dalam berjuang mencapai tujuan
khusus yang telah ditentukan orang itu dalam kehidupan tertentu dimana dia
berada.6 Jumlah gaya hidup sebanyak jumlah orang di dunia. Misalnya. seseorang
mungkin berusaha menjadi superior dalam kekuatan dan kemampuan fisik, dan
orang lain mungkin berusaha berprestasi secara intelektual

f. Diri yang Kreatif

Diri yang kreatif adalah faktor yang sangat penting dalam kepribadian
individu, sebab hal ini dipandang sebagai penggerak utama, sebab pertama bagi
semua tingkah laku. Dengan prinsip ini Adler ingin menjelaskan bahwa manusia

5
Sumandi Suryabrata, Psikologi Kepribadian, h. 188
6
Alwisol, Psikologi Kepribadian, h. 73

5
adalah seniman bagi dirinya la adalah yang menafsirkan kehidupannya. Individu
menciptakan struktur pembawaan, menafsirkan kesan yang diterima dari
lingkungan kehidupannya, mencari pengalaman yang baru untuk memenuhi
keinginan untuk superior, dan meramu semua itu sehingga tercipta diri yang
berbeda dari orang lain, yang mempunyai gaya hidup sendiri, namun diri kreatif
ini adalah tahapan di luar gaya hidup. Diri kreatif membuat sesuatu yang baru
yang berbeda dari sebelumnya, yakni kepribadian yang baru.

3. Aplikasi Teori Adler


a. Keadaan Keluarga

Dengan berfokus pada struktur sosial dan observasi yang tajam (baik
terhadap masa kecilnya sendiri maupun masa kecil orang lain), Adler menjadi
yakin akan pentingnya urutan kelahiran dalam menentukan karakteristik
kepribadian.7 Dalam terapi Adler hampir selalu menanyai kliennya mengenai
keadaan keluarga, yakni; urutan kelahiran, jenis kelamin dan usia saudara-saudara
kandung.8

b. Ingat masa kecil

Untuk memperoleh pemahaman terhadap kepribadian pasien. Adler akan


meminta mereka untuk mengungkapkan ingatan masa kecil mereka. Walaupun
Adler berpendapat bahwa ingatan yang diungkap kembali akan memberikan
petunjuk untuk memahami gaya hidup pasien, ia tidak menganggap bahwa
ingatan-ingatan ini mempunyai dampak kausal sebab akibat)9 Adler yakin bahwa
ingatan akan pengalaman masa kecil sesungguhnya dibentuk oleh gaya hidup
yang dijalani seseorang

c. Mimpi

7
Howard S. Fridman dkk, Keoribadian: Teori Klasik dan Riset Modern, terj. Fransiska
Dian lkarini dkk., (Jakarta: Erlangga, 2006), h.140
8
Alwisol, Psikologi Kepribadian, h. 79
9
Jess Feist dan Gregory J. Feist, Teori Kepribadian, terj. Handriatno, (Jakarta: Selemba
Humanika, 2010), h. 103

6
Walaupun Adler percaya bahwa ia bisa dengan mudah
menginterpretasikan mimpinya, ia menyatakan bahwa kebanyakan mimpi itu
bersifat menipu dan tidak mudah dipahami oleh si pemimpi. Semakin tidak
konsisten tujuan seseorang dengan realitas, semakin besar kemungkinan mimpi
orang tersebut digunakan untuk mengecoh diri. Mimpi membuka selubung
tentang gaya hidup seseorang, tetapi mimpi mengecoh si pemimpi dengan
menyajikan suatu pencapaian dan kekuasaan yang tidak realistis dan berlebihan. 10

d. Psikoterapi teori

Adlerian memberikan dalil bahwa psikoterapi berasal dari kurangnya


keberanian, perasaan inferior yang berlebihan, dan minat sosial yang kurang
berkembang. Jadi, tujuan utama psikoterapi adlerian adalah untuk meningkatkan
keberanian, memperkecil perasaan inferior, dan menumbuhkan minat sosial.

4. Hakikat Manusia menurut Carl Rogers


Hakikat manusia menurut Rogers adalah sebagai berikut :

a. Manusia cenderung untuk melakukan aktualisasi diri, hal ini dapat


dipahami bahwaorganisme akan mengaktualisasikan kemampuanya
dan memiliki kemampuan untukmengarahkan dirinya sendiri.
b. Perilaku manusia pada dasarnya sesuai dengan persepsinya tentang
medan fenomenaldan individu itu mereaksi medan itu sebagaimana
yang dipersepsi. Oleh karena itu, persepsi individu tentang medan
fenomenal bersifat subjektif.
c. Manusia pada dasarnya bermanfaat dan berharga dan dia memiliki
nilai-nilai yangdijunjung tinggi sebagai hal yang baik bagi dirinya.
d. Secara mendasar manusia itu baik dan dapat dipercaya, konstruktif
tidak merusakdirinya.
e. Manusia pada dasarnya aktif, bukan pasif

10
Jess feist dan Greogory J. Feist, Teori Kepribadian, h. 105

7
f. Setiap individu dalam dirinya terdapat motor penggerak : terbuka pada
pengalamandiri, percaya pada diri sendiri.11
5. Struktur Teori Kepribadian Carl Rogers
a. Organisme
Organisme adalah bagian dari pengalaman secara keseluruhan.
Pengalamanmeliputi segala sesuatu tentang kesadaran organisme dan medan
fenomenal termasukke dalam kesadaran organisme tersebut. Medan fenomenal
(frame of reference)adalah bagian dari seorang individu yang tidak dapat
diketahui oleh orang lain.Bagaimana individu bertingkah laku tergantung pada
medan fenomenal tersebut.Medan fenomenal terdiri dari pengalaman sadar
(dilambangkan) dan pengalamantidak sadar (tidak dilambangkan).

Namun, organisme dapat memebdakan kedua jenis pengalaman tersebut


dan peristiwa ini dianggap oleh Rogers sebagai subsepsi.Pengalaman yang tidak
tepat dilambangkan akan mengakibatkan orang bertingkah laku secara tidak serasi
seperti bertingkah laku kurang realistis karenaterdapat
persepsi-persepsi/pengalaman tertentu yang tidak diuji atau kurang memadai.Apa
yang dipikirkan orang sebenarnya bukanlah kenyataan, melainkan
hanyalahhipotesis sementara tentang kenyataan hingga hipotesis tersebut diuji
benar atau salah. Namun di banyak kasus, orang menerima begitu saja
pengalamannya sebagai reprentasi tentang kenyataan, bukan sebagai hipotesis.
Akibatnya, banyak orang salahdalam mengartikan dirinya dan dunia luar.

b. Diri
Diri merupakan salah satu konstruk sentral/pusat dalam teori Rogers, dan
dirimerupakan unsur penting dalam pengalaman klien. Di dalam arti diri,
terdapatsebagaimana adanya (struktur diri) dan diri ideal (apa yang diinginkan
orang tentangdirinya).

c. Organisasi dan aku: keselarasan dan ketidak selarasan Pembicaraan

11
Rogers, Psychologists And Their Theories for Students. (Farmington Hills: Gale.,
2004).

8
keselarasan dan ketidak selarasan Pembicaraan ini adalah tentang
kongruensi dan inkongruensi antara dirisebagaimana dipresepsikan dan
pengalaman aktual organisme. Apalabila pengalaman tersebut membentuk diri
secara benar, maka orang tersebut berpenyesuaian baik,matang, dan berfungsi
sepenuhnya, orang dengan macam seperti ini menerima seluruh pengalaman
organismik tanpa merasakan ancaman dan kecemasan, serta dapat berpikir secara
realistis. Dan sebaliknya, inkongreunsi adalah orang yang merasa terancam dan
cemas. Orang-orang tersebut bertingkah kaku serba defensive dan cara
berpikirnya menjadi sempit dan kaku.

d. Medan Fenomena
Keseluruhan pengalaman itu, baik yang internal maupun eksternal,
disadarimaupun tidak disadari dinamakan medan fenomena. Medan fenomena
adalah seluruh pengalaman pribadi seseorang sepanjang hidupnya di dunia,
sebagaimana persepsisubyektifnya.12

6. Dinamika Teori Kepribadian Carl Rogers

Menurut Rogers organisme memiliki satu motivasi utama yaitu


kecenderungan untuk aktualisasi diri dan tujuan utama hidup manusia adalah
untuk menjadi manusia yang bisa mengaktualisasikan diri, dapat diartikan sebagai
motivasi yang menyatu dalam setiap makhluk hidup yang bertujuan
mengembangkan seluruh potensi-potensinya sebaik mungkin. Pada dasarnya
manusia memiliki dua kebutuhan utama yaitu kebutuhan untuk penghargaan
positif baik dari orang lain maupun dari diri sendiri.

Rogers percaya, manusia memiliki satu motif dasar, yaitu kecenderungan


untuk mengaktualisasi diri. Kecenderungan ini adalah keinginan untuk memenuhi
potensi yang dimiliki dan mencapai tahap "human-beingness" yang setinggi-
tingginya. Kita ditakdirkan untuk berkembang dengan cara-cara yang berbeda
sesuai dengan kepribadian kita. Proses penilaian (valuing process) bawah sadar
memandu kita menuju perilaku yang membantu kita mencapai potensi yang kita

12
Thorne dan Sanders, Carl Rogers. (London: SAGE Publications Inc, 2013).

9
miliki. Rogers percaya, bahwa manusia pada dasarnya baik hati dan kreatif.
Mereka menjadi destruktif hanya jika konsep diri yang burak atau hambatan-
hambatan eksternal mengalahkan proses penilaian.

Menurut Rogers, organisme mengaktualisasikan dirinya menurut garis-


garis yang diletakkan oleh hereditas. Ketika organisme itu matang maka ia makin
berdiferensiasi, makin luas, makin otonom, dan makin matang dalam
bersosialisasi. Rogers menyatakan bahwa pada dasarnya tingkah laku adalah
usaha organisme yang berarah tujuan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhannya
sebagaimana dialami, dalam medan sebagaimana medan itu dipersepsikan.

Untuk bergerak ke arah mendapatkan tujuannya manusia harus mampu


untuk membedakan antara perilaku yang progresif yaitu perilaku yang
mengarahkan pada aktualisasi diri dan perilaku yang regresif yaitu perilaku yang
menghalangi pada tercapainya aktualisasi diri. Manusia harus memilih dan
mampu membedakan mana yang regresif dan mana yang progresif. Dan memang
dorongan utama manusia adalah untuk progresif dan menuju aktualisasi diri.13

7. Proses Pertumbuhan dan Perkembangan Kepribadian Menurut Carl Rogers

Teori Rogers didasarkan pada pengalaman selama bertahun-tahun pada


pengalaman selama bertahun-tahun dalam menangani klien-kliennya. Rogers
melihat manusia pada dasarnya baik atau sehat, tidak buruk atau sakit. Dengan
kata lain, ia melihat kesehatan mental sebagai kemajuan kehidupan normal, dan ia
melihat melihat penyakit mental, kriminalitas, dan masalah-masalah manusia
lainnya sebagai distorsi dari kecenderungan alamiah.

Seluruh teori Rogers dibangun dari satu gaya hidup yang ia sebut
kecenderungan aktualisasi. Rogers percaya bahwa semua makhluk berusaha untuk
membuat yang terbaik dari keberadaan mereka. Jika mereka gagal melakukannya,
itu bukan karena kurangnya keinginan, tetapi karena kondisi yang membatasinya.
Dirinya meyakini jika ada kekuatan yang tumbuh dalam diri setiap orang yang

13
Djiwandono, S. E. (2002). Psikologi Pendidikan. Malang: PT Grasindo. Hidayat,

10
mana secara alami akan mendorong proses organisme menjadi lebih kompleks,
otonom, ekspansi, sosial, serta secara keseluruhan semakin mengaktualisasi diri.

Maka Rogers mengembangkan beberapa teori-teori utama yang berkaitan


dengan proses pertumbuhan dan perkembangan kepribadian, antara lain:

a. Diri (Self) Kecenderungan untuk Aktualisasi Diri

Rogers mengakui pentingnya otonomi diri (self) sebagai faktor penting


dalam perkembangan hidupnya. Rogers mengembangkan suatu metode untuk
menentukan apakah perilaku seorang anak sehat dan konsturktif, atau tidak sehat
dan destruktif. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor
internal maupun eksternal. Rogers meneliti faktor internal yang dianggap
berpengaruh yaitu: pemahaman diri dan self insight. Self insight sebagai sesuatu
yang diterima oleh self dan realitas, serta memiliki tanggung jawab terhadap
dirinya.

Manusia dimotivasi oleh kecenderungan aktualisasi (actualization


tendency) yang lebih luas, yang meliputi aspek psikologis maupun kebutuhan
psikologis dengan memperhatikan kebutuhan dasar. Kecenderungan untuk
aktualisasi diri dimulai sejak berada dalam Rahim. Proses pertumbuhan sepanjang
hayat dipandang Rogers sebagai proses penilaian organisme (organismic valuing
process). Pengalaman yang meningkatkan aktualisasi diri, bila nilai bagus dan
diharapkan, kita akan memberi nilai positif dan sebaliknya.

b. Pengalaman Dunia (Experiential World)

Rogers memusatkan perhatian pada cara-cara bagaimana penilaian orang-


orang terhadap individu, khususnya pengalaman-pengalaman organisme dan
pengalaman- pengalaman diri. Beberapa pengalaman mulai dari kecil sampai
besar, baik yang mengganggu maupun menyenangkan, membuat kita ingin tahu
bagaimana kita menerima dan beraksi terhadap pengalaman dunia yang
multifacet. Pengalaman- pengalaman tidak berharga cenderung dikeluarkan dari
konsep diri, meskipun perasaan-perasaan itu secara organimik valid. Rogers
berkata "la menilai pengalaman secara positif atau secara negatif semata-mata

11
karena syarat-syarat penghargaan ini diambil dari orang lain, bukan karena
pengalaman itu telah mengembangkan atau gagal mengembangkan
organismenya".

c. Perkembangan self pada Masa Kanak-Kanak

Pembentukan self concept terjadi melalui pembedaan langsung dan segera


antara self dan objek atau kejadian di luar dirinya. Idealnya, self memiliki pola
yang konsisten. Misalnya, orang yang merasa terganggu karena memilik
kecenderungan agresif tinggi akan berusaha menghindari perilaku agresif.

d. Penghargaan Positif (Positive Regard)

Setiap anak memerlukan penghargaan positif (positive regand). Kebutuhan


ini bersifat universal dan persisten. Penghargaan positif terdiri atas penerimaan,
cinta, dan dukungan dari orang lain terutama ibu. Anak yang menerima
penghargaan positif akan merasakan kepuasan, sebaliknya anak yang tidak
mendapatkannya akan frustrasi.

Anak yang mendapatkan penerimaan, cinta, dan dukungan dalam situasi


tertentu mungkin tidak berperilaku sesuai dengan yang diharapkan orang tua, dan
kondisi tersebut tidak membuatnya mendapatkan hukuman. Maka kondisi ini
disebut penghargaan tanpa syarat (unconditional positive regard). Dalam hal ini
kecintaan ibu diberikan secara penuh dan gratis, pada pola ini bersifat alamiah
resiprokal (reciprocal nature). Namun, kebanyakan orang tua akan membuat
penghargaan positif bersyarat (conditional positive regard), artinya seorang akan
mendapat penghargaan dan kasih saying apabila dia bertingkah laku, memiliki
konsep diri dan perasaan yang sesuai dengan keinginan orang tuanya.

Ketika seseorang mendapatkan penghargaan postif lebih banyak


dibandung dari pada orang lain. Maka situasi ini disebut dengan penghargaan diri
positif (positif self regard). Pada saat inilah cara seseorang akan belajar untuk
menghargai diri sendiri dan penghargaan postif ini bersifat timbal balik.

12
e. Kondisi yang Berharga (Condition of Work)

Beberapa perilaku anak mungkin mengganggu, menakutkan atau


membosankan, tetapi orang tua menunjukkan reaksi yang mendukung atau
menyukai. Sebaliknya dengan reaksi orang tua yang apabila orang tua hanya
merespons positif untuk perilaku yang diinginkan. Maka mereka memahami
bahwa kadang kala penghargaan tersebut diberikan dan kadang-kadang tidak.
Anak akan belajar menghindari perilaku yang mungkin tidak memberikan
kepuasan pribadi, karenanya mereka tidak bebas, mereka merasa memerlukan
evaluasi atas perilaku dan sikapnya. Dengan demikian, anak akan terhalang untuk
mencapai perkembangan secara penuh atau aktualisasi diri.

f. In-Kongruensi (Incongruence)

Incongruence adalah ketidaksesuaian antara konsep diri dan dunia


pengalaman, serta lingkungan yang kita terima. Dengan berpegang kepada
persepsi yang tidak akurat mengenai pengalaman tertentu, anak-anak menerima
resiko menjadi "asing" terhadap diri yang sebenarnya (true self). Tingkat
penyesuaian psikologis dan kesehatan mental bergantung pada kongruensi atau
kesesuaian antar self concept dan pengalaman.

g. Pertahanan

Orang yang sedang mengalami inkongruensi akan berada dalam situasi


yang terancam dan membuatnya cemas. Kecemasan adalah sebuah sinyal yang
menunjukkan bahwa ada masalah di depan. Rogers menggunakan istilah
pertahanan terhadap kecemasan yang berasal dari pandangan, kenangan, dan
impuls dianggap sebagai persepsi. Ada dua jenis pertahanan, yaitu: penyangkalan
dan distorsi persepsi.

h. Orang Berfungsi Sepenuhnya (Fully Functioning Persons)

Rogers tertarik untuk menggambarkan orang yang sehat. Istilah yang di


gunakan adalah "Berfungsi sepenuhnya". Bagi Rogers, orang yang berfungsi
sepenuhnya adalah orang yang telah mendapatkan hasil akhir dari perkembangan

13
psikologis dan evolusi sosial. Beberapa ciri dari orang yang berfungsi sepenuhnya
(aktualisasi diri) seperti: Terbuka terhadap pengalaman (kebalikan dari defensif).
eksistensi hidup, percaya pada organsme sendiri, hidup secara penuh dan kaya
dalam setiap kejadian, memiliki perasaan bebas dalam membuat pilihan, hidup
secara konstruktif dan adaptif terhadap lingkungan yang berubah, dan orang yang
berfungsi sepenuhnya mungkin menghadapi kesulitan.14

8. Persamaan Dan Perbedaan Teori Kepribadian Alfred Adler Dan Carl


Rogers
Alfred Adler dan Carl Rogers adalah dua tokoh yang memiliki teori
kepribadian yang berbeda namun memiliki beberapa persamaan. Berikut adalah
perbedaan dan persamaan antara teori kepribadian menurut Alfred Adler dan Carl
Rogers:

a. Perbedaan Teori Kepribadian Alfred Adler dan Teori Kepribadian Carl


Rogers
Perbedaan antara Teori Kepribadian Alfred Adler dengan Teori Kepribadian Carl
Rogers antara lain :

ALFRED ADLER CARL ROGERS


Setiap orang berusaha untuk Rogers menekankan pentingnya
keunggulan dan kompetensi pribadi pengalaman subjektif individu dalam
membentuk kepribadian
Setiap orang mengembangkan gaya Individu memiliki kebutuhan untuk
hidup yang unik dan khas. aktualisasi diri, atau mencapai potensi
penuh mereka.

Kepribadian seseorang dipengaruhi Rogers menekankan pentingnya


oleh pengalaman masa kecil dan hubungan antara individu dan
hubungan dengan orang lain lingkungan sosial mereka.
Adler menekankan bahwa individu Teori rogers bertujuan untuk
memiliki kekuatan untuk mengubah membantu individu mencapai potensi
diri mereka sendiri dan lingkungan penuh mereka dengan menciptakan
mereka lingkungan yang mendukung.15

14
Dede Rahmat. (2011). Teori dan Aplikasi Psikologi Keperibadian dalam Konseling,
Bogor: Ghalia Indonesia

14
b. Persamaan Teori Kepribadian Alfred Adler dan Teori Kepribadian Carl
Rogers
Persamaan antara Teori Kepribadian Alfred Adler dengan Teori
Kepribadian Carl Rogers antara lain :
2) Keduanya menekankan pentingnya pengalaman masa kecil dalam
membentuk kepribadian.
3) Keduanya menekankan pentingnya hubungan antara individu dan
lingkungan sosial mereka.
4) Keduanya menekankan pentingnya individu dalam mengubah diri
mereka sendiri dan lingkungan mereka.16

15
Watts, “Watts, R. E. (2000). Comparing Adlerian and Rogersian theories. Journal of
Individual Psychology, 56(2), 139-156.,” Journal of Individual Psychology 56 (2000).
16
Carlson, Watts, dan Maniacci, Adlerian therapy: Theory and practice. American
Psychological Association., 2006.

15
KESIMPULAN
Teori kepribadian Alfred Adler dan Carl Rogers menyoroti aspek unik
dalam memahami manusia. Adler menekankan bahwa individu dikuasai oleh
dorongan untuk kesuksesan melalui kebutuhan sosial dan tanggung jawab,
sementara Rogers fokus pada aktualisasi diri dan pengalaman subjektif individu.
Keduanya mengamati peran masa kecil dan hubungan sosial dalam membentuk
kepribadian. Adler menyoroti pengaruhnya, sementara Rogers menekankan nilai
positif dan pentingnya lingkungan yang mendukung. Meskipun pendekatan
mereka berbeda, keduanya menekankan pentingnya individu dalam mengubah diri
dan lingkungan untuk mencapai potensi penuh serta menyatakan bahwa manusia
pada dasarnya baik dan aktif dalam mencapai kesempurnaan diri.

16
DAFTAR PUSTAKA
Alwisol, Psikologi Kepribadian, (Malang: UMM Press, 2009)

Carlson, Watts, dan Maniacci. Adlerian therapy: Theory and practice. American
Psychological Association., 2006.

Daniel Cervone dkk., Kepribadian: Teori dan Penelitian, terj. Aliya Tusyanu dkk.,
(Jakarta: Salemba Humanika, 2011)

Dede Rahmat. (2011). Teori dan Aplikasi Psikologi Keperibadian dalam


Konseling, Bogor: Ghalia Indonesia

Djiwandono, S. E. (2002). Psikologi Pendidikan. Malang: PT Grasindo. Hidayat

Howard S. Fridman dkk, Keoribadian: Teori Klasik dan Riset Modern, terj.
Fransiska Dian lkarini dkk., (Jakarta: Erlangga, 2006)

Jess Feist dan Gregory J. Feist, Teori Kepribadian, terj. Handriatno, (Jakarta:
Selemba Humanika, 2010)

Rogers. Psychologists And Their Theories for Students. Farmington Hills: Gale.,
2004.

Thorne, dan Sanders. Carl Rogers. London: SAGE Publications Inc, 2013.

Watts. “Watts, R. E. (2000). Comparing Adlerian and Rogersian theories. Journal


of Individual Psychology, 56(2), 139-156.” Journal of Individual
Psychology 56 (2000).

17

Anda mungkin juga menyukai