Anda di halaman 1dari 26

BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI KONSTITUSI TUBUH


Ada beberapa pengertian dari struktur tubuh, bila dilihat secara langsung
struktur tubuh memiliki persamaan dan tidak ada yang berbeda yang dimiliki oleh
individu, namun bila kita lihat dari kacamata psikologi terdapat perbedaan
pengeretian struktur tubuh yang di sebut dengan kata lain konstitusi tubuh.
menurut handbook yang di akses
Https://www.academia.edu/11761471/psikolgi_konstitusi_william-herbert-
sheldon memberikan penjelasan bahwa Psikologi konstitusi menurut Sheldon
merupakan sebuah kajian tentang aspek- aspek psikologis dari perilaku manusia
yang terkait dengan morfologi dan fisiologis tubuh manusia. Konstitusi
merupakan aspek yang secara relatif tidak berubah dalam diri individu. Seperti
berbicara morfologi tubuh (bentuk dan struktur tubuh), fungsi sejauh endoktrin.
Sheldon menujuk itu fungsi-fungsi tubuh manusia akan berdampak pada perilaku
manusia. Studi yang dilakukan menurut Sheldon mengenai ukuran dan bentuk
tubuh manusia memberikan satu pemahaman itu komplikasi kita ingat lanjut
manusia(dalam hal ini kompilaasi manusia terbentuk), maka kita akan bisa ingat
dinamika manusia, bagaimana manusia merasa, berpikir dan berperilaku.
Dibalik struktur fisik yang teramati, menurut Sheldon ada struktur biologis
yang dinamakan morfogenotipe. Morfogenotipe kehadiran dari morfologi dan
genotip. Itu adalah struktur, konstruk dan susunan tubuh manusia. Genotip sejak
dalam isi terus menerus tinggal dengan lingkungan, membentuk struktur, konstruk
dan susunan tubuh seperti yang dapat dilihat, inilah yang dinamakan fenotip.
Menurut Sheldon, morfogenotipe sangat penting , bukan hanya sebagai penentu
perkembangan fisik, melainkan juga menjadi penentu dalam membentuk tingkah
laku. Karena morfogenotipe tidak bisa ingat secara langsung, Sheldon menyusun
somatotype, suatu pengukuran terhadap tubuh, fenotipe untuk ingat

Layanan Anak Berbakat |3


4

morfogenotipe, dengan menyimpulkan nilai-nilai umum dari berbagai sifat fisik


hasil pengukuran fenotip.

B. JENIS – JENIS KONSTITUSI TUBUH


Setelah mengetahui pengertian dari struktur atau konstitusi tubuh, pada
pembahasan berikutnya yakni tentang jenis – Jenis Struktur tubuh menurut
tipologi berdasarkan struktur tubuh, adapun menurut Suryabrata. S dalam buku
Psikologi Kepribadian (Edisi Revisi (2019:15), seperti telah dikemukakan oleh
hippocrates yang kemudian disempurnakan olleh Gelenus pada akhir abad kedua
ternyata sangat tahan uji dan lama sekali mempengaruhi para ahli dalam bidang
tipologi, terutama di Eropa daratan. Dalam bab ini akan dikemukakan tipologi –
tipologi konstitusional, yaitu tipologi – tipologi yang terutama disusun atas dasar
konstitusional. Dalam bab ini pula akan terdapat teori – teori yang tidak semata –
mata membahas soal konstitusi seperti misalnya teori Kretschmer dan teori W.H
Sheldon tetapi apabila diteliti benar – benar akan ternyata bahwa dasar pandangan
atau orientasinya juga konstitusional.
A. Tipologi Mazhab Italia
Pada akhir abad XXI sejumlah ahli – ahli di Italia yang bekerja dalam
bidang penyelidikan mengenai variasi tubuh manusia mendirikan suatu
mazhab yang kemudian terkenal dengan nama mazhab Italia atau mazhab
morfologi, tokoh utama dari mazhab ini ialah De Giovani dan Viola
1. Teori De-Giovani: Hukum Deformasi
Pada tahun 1880 De-Giovani menerbitkan karyanya yang berjudul
Morfologi delCorpo Umano. Dalam buku tersebut, dia merumuskan
deformasi, yang berisikan penggolongan variasi tubuh manusia secara
singkat pendapat De-Giovani tersebut adalah bahwa ada tiga macam
variasi tubuh manusia yakni :
(1) Orang dengan togok (Jawa: gembung, Inggris: trunk) kecil
cenderung untuk mempunyai bentuk tubuh yang panjang, yang
mempunyai hubungan dengan habitus phthisis.
5

(2) Orang dengan togok besar cenderung untuk mempunyai bentuk


tubuh pendek, yang mempunyai hubungan dengan habitus
apoplectis.
(3) Orang – orang dengan togok normal cenderung untuk mempunyai
proporsi badan yang normal.

(Sourch by.
https://www.google.com/search?safe=strict&rlz=1C1NDCM_idID841ID841&biw=1366&bih=625&tbm=isch&sa=1&ei=9
iLWXNPGIsPWz7sPoaGf6Ak&q=teori+de+giovanni&oq=teori+de+giovanni&gs_l=img.3...15000.15000..15425...0.0..0.1
26.126.0j1......1....1..gws-wiz-img.EY7e5ZjBlfM#imgrc=aWOhx-9BP84ZKM:)

Pendapat De-Giovani ini merintis jalan ke arah penyelidikan –


penyelidikan yang lebih meluas dan mendalam, yang antara lain
dikerjakan oleh Kretschmer.
2. Tipologi Viola
Berdasarkan atas bahan – bahan penyelidikan serta teori De-
Giovani tersebut, Viola dalam penyelidikannya kemudian berhasil
menemukan adanya tiga golongan bentuk tubuh manusia yaitu:
6

(1) Microsplanchnis yaitu bentuk tubuh yang ukuran – ukuran


menegaknya lebih daripada dalam perbandingan biasa, sehingga
tubuh kelihatan jangkung.
(2) Macrosplanchnis yaitu bentuk tubuh yang ukuran – ukuran
mendatarnya lebih daripada dalam perbandingan biasa, sehingga
tubuh kelihatan pendek.
(3) Normosplanchnis yaitu bentuk tubuh yang ukuran – ukuran
menegak dan mendatarnya selaras, sehingga bentuk tubuh
kelihatan selaras.

(Sourch by.
https://www.google.com/search?safe=strict&rlz=1C1NDCM_idID841ID841&biw=1366&bih=625&tbm=isch&sa=1&ei=q
yTWXIiVE-
_Tz7sPvuC0sAY&q=Tipologi+Viola&oq=Tipologi+Viola&gs_l=img.3..0i24.2080.2580..3230...0.0..0.135.354.0j3......1....
1..gws-wiz-img.By8X6Y8orQ4#imgdii=8Ks0fmggdeHYFM:&imgrc=ixxBJ7bMnVjgrM:)

Pendapat ini ternyata banyak sekali persamaannya dengan


pendapat Kretschmer yang dikemukakan beberapa waktu kemudian.
Selanjutnya perlu pula kiranya dikemukakan pendapat mazhab Italia
mengenai sebab – musabab variasi tubuh manusia itu. Mazhab Italia
7

berpendapat, bahwa variasi atau macam ragamnya keadaan jasmani


manusia itu berakar pada keturunan, jadi tergantung kepada dasar
yang dibawa sejak lahir dan dengan demikian tak dapat diubah oleh
pengaruh dari luar.
B. Morfologi Konstitusional: Mahzab Perancis
Pada waktu yang bersamaan dengan timbul dan berkembangnya
mahzab Italia, di Perancis terdapat pula kegiatan yang sserupa, yaitu
kegiatan dalam penyelidikan mengenai variasi tubuh manusia, yang
dilakukan oleh sekelompok ahli di bawah pimpinan Sigaud. Para
penyelidik Perancis ini menyelidiki variasi tubuh manusia itu dari segi
yang agak berbeda denga apa yang dilakukan oleh mazhab Italia, dan
mazhab mereka kemudian terkenal dengan nama mazhab Perancis atau ada
juga yang menyebut mazhab morfologi konstitusional atau sebaliknya kita
sebut saja morfologi konstitusional mazhab Perancis.
Dalam mengadakan penggolongan-golongan manusia atas dasar
keadaan jasmaninya kategori yang dipakainya sebagai dasar ialah dominan
sesuatu fungsi fisiologi di dalam pertumbuhan organisme. Seperti para ahli
psikologis Gestalt pada zaman itu yang berpendapat bahwa dalam
menyelidiki konfigurasi total orang harus memperhatikan gambaran
(figure) dan latar belakangnya (Background, maka Sigaud berpendapat
bahwa organisme manusia beserta Anomalie-anomalienya harus
dimengerti sebagai fungsi daripada dasar dan sekitar (lingkungan, miliu),
jadi ada kerjasama antara dasar dan sekitar. Pada tiap sistem ada unsur
sekitar yang memainkan peranan terhadap organisme dan secara langsung
mempengaruhi sistem yang bersangkutan itu. Sekitar yang bermacam-
macam itu pada pokoknya dapat digolongkan menjadi mepat macam,
yaitu:
(1) ada sekitar yang berwujud udara menjadi sumber daripada reaksi-
reaksi respitotaris
(2) ada sekitar yang berwujud makan - makanan yang menimbulkan
reaksi – reaksi digestif
8

(3) ada sekitaar yang berwujud keadaan alam yang menjadi dasar
reaksi – reaksi muskuler
(4) ada sekitar yang berwujud keadaan sosial yang menimbulkan
reaksi – reaksi cerebral
Dengan dasar pemikiran demikian itu Sigaud mengadakan
penggolongan manusia ke dalam empat tipe. Pendapat tersebut sebagai
berikut :
Fungsi yang dominan Tipe Keadaan jasmani yang khas

Muskuler Muka penuh (Well-Formed), anggota


Motorik
badan kokoh, otot-otot tumbuh dengan
baik, organ – organ berkembang secara
selaras.

Respirotis Thorax dan leher lebih besar daripada


Pernapasan
yang lain, muka lebar

Disgestif Thorax pendek besar, pinggang besar,


Pencernaan
rahang besar, mata kecil, leher pendek

Cerebral Dahi menonjol ke depan dengan rambut


Susunan syaraf sentral
ditengah, mata bersinar, daun telinga
lebar, tangan dan kaki kecil
9

(Sourch by.
https://www.google.com/search?q=teori+sigaud&safe=strict&rlz=1C1NDCM_idID841ID841&source=lnms&tbm=isch&s
a=X&ved=0ahUKEwisvfqdqpLiAhXf63MBHS9bB5EQ_AUIDygC&biw=1366&bih=625#imgrc=brmD-lwXy7B75M:)

Salah seorang pengikut Sigaud, yaitu Mac Auliffe menrbitkan


monograf sebagai hasil-hasil penyelidikannya dengan nama La Vie
Humaine, 1923. Ia mengadakan penyelidikan mengenai bagaimana
keempat tipe kontitusional seperti yang dikemukakan di atas itu
berkembang karena pengaruh keturunan (dasar) dan sekitar. Menurut Mac
Auliffe keturunan telah ada, yang selanjutnya berkembang karena
pengaruh sekitar. Dalam praktiknya, sekitarlah yang dianggap menentukan
dalam diferensasi tipe – tipe tersebut atau dengan kata lain variasi atau
bermacam ragamnya keadaan jasmani manusia itu ditentukan oleh sekitar,
misalnya :
(1) Dalam daerah yang mewah banyak terdapat tipe digestetif
(2) Tipe respitoratoris banyak terdapat didaerah pegunungan dan
daerah pertanian
10

(3) Tipe muskuler terutama terdapat di daerah-daerah yang


menghendaki kekuatan jasmani
(4) Tipe cerebral terutama terdapat di kota – kota
C. Morfologi Kontitusional di Jerman: Tipologi Krestschmer
Di Jerman masalah tipologi konstitusional itu telah menjadi obyek
pembahasan para ahli lama sebelum Kretschmer. Misalnya Beneke,
sebelum pertengahan abad XVIII telah membedakan dua macam tipe
kontitusi, yaitu :
(1) Golongan yang secara relatif jantungnya kecil, pembuluh-pembuluh
darah sempit, limpat kecil, usus pendek kaki panjajng
(2) Golongan yang berhabitus quadratus (apoplecticus, arthriticus), yang
sifat-sifatnya adalah kebalikan daripada sifat-sifat golongan yang
pertama.
C.C Carus yang hidup sezaman dengan Beneke mengemukakan 16
tipe, di antaranya yang terkenal ialah: Cerebral, Athletis, Asthenis,
Pneumatis (sesuai dengan tipe respirotoris mzhab Perancis) dan Boeotian
(sesuai dengan tipe digestif).
Dalam bukunya yang berjudul Vorlesungen Uber Allgemeine
Konstitusions Und Verebungslehre, 1921 atas dasar penyelidikannya
sendiri, J Beuer sampai kepada kesimpulan penggolongan manusia yang
sama dengan mazhab Perancis. Akan tetapi dia menunjukan bahwa teman
sejawatnya, Zweig dalam penyelidikan-penyelidikannya menemukan
bahwa tipe-tipe seperti yang dikemukakan oleh Sigaud itu tidak tetap
selama hidup, tetapi nyata pada periode tertentu.
1. Tipologi Krestschmer
Teori Krestschmer merupakan salah satu hasil karya yang besar pada
permulaan abad ini. Seperti telah dikemukakan dalam permulaan bab
ini Kretschmer tidak semata – mata membahas masalah konstitusi, dia
juga membahas masalah tempramen.
1.1 Konstitusi Jasmaniah (Biasanya disebut konstitusi saja)
11

Berdasarkan atas penyelidikannya terhadap orang – orang yang


dirawatnya (N=260), maka Kretcschmer menggolongkan-
golongkan manusia atas dasar bentuk tubuhnya menjadi empat
yaitu :
a. Tipe Piknis
Ukuran mendatar lebih daripada keadaan biasa, sehingga
kelihatan pendek gemuk. Adapun sifat – sifat dari tipe ini
sebagai berikut :
- Badan agak pendek
- Dada membulat, perut besar, bahu tidak lebar
- Leher pendek dan kuat
- Lengan dan kaki agak lemah
- Kepala agak merosot ke muka di antara dua bahu, sehingga
bagian atas dari tulang punggung nampak sedikit
melengkung
- Banyak lemak, sehingga urat – urat dan tulang tak kelihatan
nyata.
Tipe ini memperoleh bentuknya yang nyata setelah orang
berumur 40 tahun.
b. Tipe Leptosom
Ukuran menegak lebih daripada keadaan biasa, sehingga tubuh
kelihatan jangkung. Adapun sifat dari tipe ini ialah :
- Badan langsing kurus
- Rongga dada sempit pipih, rusuknya mudah dihitung, perut
kecil, bahu sempit
- Lengan dan kaki kurus
- Tengkorak agak kecil, tulang – tulang di muka kelihatan
jelas
- Muka bulat telur
- Berat relatif kurang
-
12

c. Tipe Atletis
Ukuran – ukuran mendatar dan menegak dalam perbandingan
seimbang, sehingga tubuh kelihatan selaras. Tipe ini
merupakan perpaduan antara piknis dan leptosom. Adapun sifat
dari tipe ini sebagai berikut :
- Tulang – tulang, otot, kulit kuat
- Badan kokoh dan tegap
- Tinggu cukupan
- Bahu lebar dan kuat
- Dada besar
- Perut kuat
- Panggul dan kaki kuat, dalam perbandingan dengan bahu
dan dada kelihatan agak kecil
- Tengkoran cukup besar dan kuat, kepala dan leher agak
tegak
- Muka bulat telur, lebih pendek daripada tipe leptosom
d. Tipe Displastis
Tipe ini merupakan penyimpangan dari ketiga tipe yang telah
dikemukakan itu; tidak dapat dimasukan ke dalam salah satu di
antara ketiga tipe karena tidak memiliki ciri – ciri yang khas
menurut tipe – tipe tersebut. Bermacam – macam bagian seolah
– olah bertentangan satu sama lain.
13

(Sourch by.
https://www.slideshare.net/trisetyaningsih/tipologi-tipologi-konstitusi2)

D. Psikologi konstitusional di Amerika Serikat: Teori W.H Sheldon


Berbeda dari kebanyakan ahli – ahli dalam lapangan psikologis di
Amerika Serikat yang umumnya mengemukakan komponen yang banyak
sekali, maka Sheldon menentukan sejumlah kecil variabel jasmaniah yang
tegas, yang dianggapnya merupakan hal yang terpenting dalam tingkah
laku manusia (kendatipun ia tidak menutup kemungkinan untuk
penyelidikan – penyelidikan yang lebih teliti atau mengunsur)
Seperti para ahli psikologis konstitusional yang terdahulu Sheldon
menentukan dan memberikan ukuran – ukuran daripada komponen –
komponen jasmaniah manusia. Dalam pada itu perlu diinsafi bahwa
Sheldon tidak hanya ingin mendapatkan kategori untuk klasifikasi dan
deskripsi tubuh manusia saja, tetapi tujuannya lebih jauh lagi yaitu untuk
mendapatkan apa yang disebut biological identification tag. Sheldon
berpendapat bahwa faktor – faktor genetis dan biologis memainkan
peranan yang menentukan dalam perkemabangan individu. Dia percaya
juga, bahwa orang mungkin mendapatkan representasi daripada faktor –
faktor tersebut dengan melalui sejumlah pengukuran yang didasarkan pada
14

jasmaniah dalam pandangan Sheldon ada suatu struktur biologis hipotesis,


yaitu morphogenetipe yang menjadi dasar jasmani yang nampak
(phenotipe) dan yang memainkan peranan penting juga tidak saja dalam
menentukan perkembangan jasmani, tetapi juga dalam pembentukan
tingkah laku. Somatotipe merupakan suatu usaha untuk mengukur
morphogenotipe itu, walaupun harus bekerja dengan cara tidak langsung
dan terutama bersandar kepada pengukuran jasmaniah (phenotipe)
Dimensi – dimensi Jasmaniah
Walaupun Sheldon tahu bahwa telah ada orang – orang lain yang
terdahulu yang melakukan pengukuran terhadap jasmani, namun dia
memulai usahanya secara induktif. Soal pertama – tama ialah
mendapatkan sejumlah besar tubuh atau jasmani yang dapat diselidiki
kembali untuk membuat membuat cara ini supaya praktis, dia membuat
foto – foto tubuh (dari depan dan samping), dengan cara yang
distadarisasikan. Cara ini disebutnya: Somatotype Performance Test).
Pada usaha pertama Sheldon mengumpulkan foto – foto mahasiwa –
mahasiswa sebanyak 4.000. foto – foto ini lalu diperiksa dengan teliti oleh
sejumlah penilai yang bermaksud untuk mendapatkan variabel – variabel
pokok yang merupakan dasar daripada variasi jasmani. Apabila suatu sifat
dianggap merupakan komponen pokok (primer), maka lalu dinilai dengan
kriteria berikut :
(1) Mungkinkah menentukan kedudukan keempat ribu orang coba
(subyek) itu dengan sifat – sifat tersebut?
(2) Dapatakah penilai – penilai itu (yang bekerja secara independent
satu sama lain) mencapai persesuaian dalam menentukan
kedudukan jasmani atas dasar sifat – sifat tersebut?
(3) Mungkinkah mempertimbangkan atau memperhitungkan variabel
itu dalam kombinasi dengan variabel – variabel lain yang telah
ditentukan terlebih dahulu?
Terdapat komponen – komponen jasmani menurut Sheldon, komponen
tersebut di bagi menjadi dua yakni primer dan sekunder. Adapun
15

komponen – komponen Jasmani menurut Sheldon dalam Suryabrata


(2019:34) sebagai berikut :
a. Komponen – komponen jasmani primer
Setelah lama menyelidiki dan menilai dengan teliti foto – foto
tersebut Sheldon dengan pembantu – pembantunya mengambil
kesimpulan, bahwa ada tiga komponen atau dimensi jasmaniah itu.
Ketiga dimensi itu merupakan inti daripada teknik pengukuran
struktur tubuh. Penggunaan istilah itu dihubungkan dengan tiga
lapisan pada terbentuknya foetus manusia (endoderm, mesoderm,
dan ectoderm) dominasi alat – alat yang berasal dari lapisan
tertentu menentukan dominasi daripada komponen tertentu.
Dengan demikian maka menurut Sheldon ada tiga tipe pokok
daripada jasmaniah manusia yaitu :
1) Tipe Endomorph (komponen endomorphy dominant)
Individu yang komponen endomorphynya tinggi sedangkan
komponen lainnya rendah ditandai oleh: Alat – alat dalam dan
seluruh sistem digestif (yang berasal dari endoderm)
memegang peranan terpenting. Nampaknya keluar: kembut,
gemuk, berat badan relatif rendah.
2) Tipe Mesomorph (komponen mesomorphy dominant)
Individu yang bertipe mesomorph komponen mesomorphynya
tinggi sedangkan kedua komponen lainnya rendah, maka
bagian – bagian tubuh yang berasal dari mesoderm relatif
berkembang lebih baik daripada yang lain: otot – otot,
pembuluh darah, jantung dominant. Nampak dari luar kokoh,
keras, otot kelihatan bersegi – segi, tahan. (banyak di antara
olahragawan, pengelana, tentara termasuk tipe ini).
3) Tipe Ectomorph (komponen ectomorphy dominant)
Paada golongan ini organ – organ yang berasal dari ectoderm
yang terutama berkembang (kulit, sistem syaraf memainkan
peranan terpenting). Nampaknya orang yang ectomorph itu:
16

jangkung, dada kecil dan pipih, lemah, otot hampir tidak


nampak berkembang.

(Sourch by.
https://www.slideshare.net/trisetyaningsih/tipologi-tipologi-konstitusi2
b. Komponen – komponen Jasmani Sekunder
Disamping komponen – komponen jasmani primer, Sheldon juga
mengemukakan adanya tiga komponen jasmani sekunder, yaitu:
1. Displasia
Dengan meminjam istilah dari Kretschmer, istilah itu dipakai
oleh Sheldon untuk menunjukan setiap ketidaktepatan dan
ketidaklengkapan campuran ketiga komponen primer itu pada
berbagai daerah daripada tubuh. Dalam penyelidikan –
penyelidikan yang mula – mula Sheldon menemukan, bahwa
banyak displasia berhubungan dengan ectomorphy dan lebih
banyak pada wanita daripada laki – laki, penyelidikan yang
lebih kemudian membuktikan bahwa lebih banyak displasia
pada penderita psikosis daripada pada mahasiswa.
17

2. Gynandromorphy
Gynandromorphy adalah komponen jasmani sekunder yang
kedua. Komponen ini menunjukan sejauh mana jasmani
memiliki sifat – sifat yang biasanya terdapat pada jenis kelamin
lawannya. Komponen ini dinyatakan oleh Sheldon dengan
huruf “g”. Jadi individu laki – laki yang memiliki komponen
“g” tinggi akan memiliki tubuh lembut, panggul besar, dan sifat
– sifat wanita yang lain. Secara teori sifat – sifat ini dapat
dinyatakan dengan angka 1 sampai 7. Angka 1 menunjukan
tidak adanya sifat – sifat dari jenis kelamin lawannya,
sedangkan 7 menunjukan kebancian (hermaphroditimus)
3. Texture (tampang)
Komponen jasmani sekunder yang ketiga dan barangkali yang
terpenting ialah tampang (texture) yang oleh Sheldon ditandai
dengan huruf “t” (dari texture). Adapun yang dimaksud dengan
tampang oleh Sheldon ialah bagaimana individu itu nampaknya
keluar (Jawa: Dedeg – piyadeg)

C. KECENDERUNGAN MINAT
Minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran dari
perasaan, harapan, pendidikan, prasangka, rasa takut atau kecenderungan-
kecenderungan lain yang mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu.
Pada intinya minat seseorang adalah berhubungan dengan senang atau tidak
senang terhadap suatu bidang tertentu. Setiap orang mempunyai minat yang
berbeda, walaupun diantaranya ada juga yang sama. Dua hal yang perlu
diperhatikan menyangkut minat yaitu minat bawaan dan minat yang muncul
karena adanya pengaruh dari luar.
Di tinjaudari https://bkgaba.wordpress.com/2012/09/01/pahami-bakat-dan-
minat-mu/ Penerapan Kecerdasan Kinestetik atau lebih unggul dalam bentuk
fisik akan memiliki kecenderungan minat seperti berikut :
 Menari
18

Tarian sangat berguna untuk melatih keseimbangan dan meningkatkannya,


menyelaraskan gerak tubuh, serta menguatkan dan melenturkan otot tubuh
terutama pada masa kanak – kanak.
 Bermain peran
Kecerdasan kinestetik juga dapat berkembang melalui kegiatan drama atau
bermain peran, melalui tuntutan untuk berekspresi sesuai peran yang
didapatkannya.
 Olahraga
Banyaknya kegiatan olahraga yang dapat dilakukan seorang anak seperti
berenang, bermain bola, senam dan lainnya dapat melatih kecerdasan
kinestetik anak serta menjaga kesehatan tubuhnya.
Hasil dan pembahasan dari jurnal
Penelitian ini menguji 2 variabel independent terhadap 2 variabel
dependent, 2 variabel independent tersebut adalah jenis kelamin dan tipe
tubuh, sedangkan variabel dependent adalah minat dan bakat olahraga.
Variabel independent jenis kelamin di ukur dengan menggunakan
quisioner, sedangkan tipe tubuh menggunakan pengukuran kriteria tipe
tubuh. Untuk pengukuran variabel dependent minat olahraga
menggunakan quisioner minat olahraga sedangkan untuk pengukuran
bakat olahraga menggunakan aplikasi sport search. Hubungan korelasional
antar kedua variabel dapat dilihat pada tabel berikut:
19

Berdasarkan hasil analisis data dapat dilakukan pengujian hipotesis


sebagai berikut: 1) Berdasarkan analisis data mendapatkan hasil bahwa
tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan minat olahraga. 2)
Berdasarkan analisis data mendapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan
antara tipe tubuh dengan minat olahraga. 3) Berdasarkan analisis data
mendapatkan hasil bahwa ada hubungan antara tipe tubuh dengan bakat
olahraga. Di tinjau dari jurnal Identifikasi Minat Dan Bakat Olahraga Di
Surakarta (Studi Perbadingan Minat Dan Bakat Olahraga Pada Siswa
Kelas Vii Smp Muhammadiyah Se-Surakarta Usia 12 – 13 Tahun Ditinjau
Dari Jenis Kelamin Dan Tipe Tubuh Dasih Ayu Wulansari 1, Agus
Kristiyanto2, Muchsin Doewes3 1,2,3 Pendidikan Olahraga, Pascasarjana,
Universitas Negeri Malang.
 Melatih Keterampilan Fisik
Latihan ini dilakukan antara lain dengan berlari, meloncat, dan berguling
atau melakukan senam irama, dengan aktivitas mengayunkan lengan, kaki,
membungkuk dan sebagainya untuk melatih kekuatan otot anak dan
keseimbangan tubuhnya.
 Musik
Mendorong anak untuk bergerak bebas dengan mengikuti irama musik
untuk melatih kepekaan geraknya dan menyesuaikan gerakan dengan
tempo serta irama musik.
 Kerajinan tangan
Menstimulasi motorik halus anak dengan kegiatan seperti membuat
prakarya, meronce, menjahit, menggunting, termasuk juga menggambar
dan membentuk sesuatu, misalnya membuat benda dari bahan clay. Minat
kerajinan tangan ini di dukung dengan adanya jurnal oleh Lisa Putri S, dkk
(2014) . Pengaruh Permainan Konstruktif Berupa Kerajinan Tangan Dari
Barang Bekas Terhadap Peningkatan Kreativitas Anak Kelas V SDN
Ngagelrejo III . Jurnal Psikolgi Pendidikan dan Perkembangan Vol. 3 No.
2; Surabaya dengan hasil sebagai berikut Berdasarkan hasil analisa data
penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh permainan
20

konstruktif berupa kerajinan tangan dari barang bekas terhadap


peningkatan kreativitas anak kelas V SDN Ngagelrejo III/398 Surabaya
atau dengan kata lain hipotesis alternatif (Ha) di tolak dan Hipotesis nol
(Ho) diterima. Hal tersebut menunjukkan bahwa permainan konstruktif
berupa kerajinan tangan dari barang bekas belum efektif dalam
peningkatan kreativitas subjek. Belum efektif demikian dikarenakan
karena tidak semua anak dapat memaksimalkan hal tersebut, hal efektif
tersebut belum di capai dikarenakan tidak semua individu dalam
responden tersebut tidak memiliki bakat berdasarkan struktur tubuh.

D. PELUANG PROFESI
Dalam handbook yang di susun oleh Mansur, 2011 Pemanduan Bakat
Olahraga mengemukakan peluang profesi atau keterampilan dari struktur
tubuh terutama untuk bagian individu yang memiliki bentuk tubuh atletis
dalam handbook ini mereka masuk kepada kategori atletik. Adapun hal terkait
atletik dalam handbook banyak olahraga terutama yang membutuhkan
endurance atau kerja yang tinggi secara krusial seleksi akhir tidak hanya
berdasarkan kapasitas kerja atlet,tapi juga atas kemampuan tubuh untuk
kembali segar antara sesi latihan. Beberapa alternatif panduan kreteria tes
dapat dikembangkan dalam menentukan cabang olahraga yang sesuai dengan
bakat anak untuk dibina menuju pencapaian prestasi puncak bagi daerah
dengan memperhatikan lingkungan serta faktor pendukung . Atletik memiliki
perluasan profesi seperti berikut :
1. Sprint (lari cepat)
2. Lari jarak menengah
3. Lompat jauh
4. Lempar
5. Bola basket
6. Tinju
7. Balap Sepeda
8. Menyelam
21

9. Senam
10. Hoki
11. Judo
12. Kayak-kano / mendayung
13. Menembak
14. Sepakbola
15. Renang
16. Bola voli
17. Poloair
18. Angkat besi
19. Gulat
Adapun Profesi lain yang cocok antara lain seperti penari, pematung atau
pemahat, seniman, dan pembuat kerajinan tangan, kuli bangunan, dsb.

E. LAYANAN ANAK BERBAKAT


Pengaruh tipologi di atas bukan berarti tidak memiliki hubungan dengan
keberbakatan dari seorang anak, tidak bisa dipungkiri bila tipologi struktur tubuh
memiliki andil dalam perkembangan bakat seorang individu. Hal tersebut di
buktikan dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh siti sumartiningsih,
2011:42-47 yang meneliti tentang variasi tipologi dan prestasi atlet (ditinjau dari
atlet Jawa Timur pada PON XVII) dengan hasil yang membuktikan bahwa Dari
data tersebut diatas menunjukkan ada dominasi gender pada cabang olahraga
tertentu, pada atlet wanita di Jawa Timur mempunyai dominasi di cabang anggar
dan judo, sedangkan pria dominasi pada cabang wushudan gulat. Perlunya
pengkajian lebih lanjut untuk menjelaskan dan mengklasifikasikan tipe bentuk
jasmani sheldon kedalam Endomorphy, mesomorphy maupun ectomorphy pada
atlet yang berprestasi tersebut.
Dalam memberikan layanan anak berbakat, terdapat model belajar
mengajar kreatif yang dapat dilakukan oleh guru di sekolah kepada individu yang
memiliki keberbakatan terutama dalam struktur tubuh, adapun model belajar
kreatif merupakan model yang menganut beberapa taksonomi dan model belajar
22

mengajar yang dapat diterapkan dalam menyusun kurikulum untuk siswa


berbakat.
Salah satunya model multiple talent dari taylor dalam buku Munandar
Utami 2016:168, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat (Edisi Revisi yang
menjelaskan bahwa model multiple talents atau talenta berganda dari taylor
merupakan hasil penelitian dan karya dalam bidang kreativitas yang dilakukan
oleh Calvin Taylor dari University Of Utah ia berpendapat bahwa tidak hanya
bakat akademis yang perlu di pupuk dan dihargai di sekolah, dalam modelnya ia
membedakan enam talenta yang dapat dikembangkan disekolah.
Menurut pandangan Taylor, hampir setiap orang berbakat atau bertalenta
dalam bidang tertentu modelnya dapat digunakan sebagai kurikulum guide.
Program dapat disusun untuk mengajar konten akademik, kreativitas,
keterampilan merencanakan, komunikasi, prediksi (forecasting), dan pengambilan
keputusan.
Kreativitas ialah kemampuan untuk melihat atau memikirkan hal – hal
yang luar biasa, yang tak lazim, memadukan informasi yang tampaknya tidak
berhubungan dan mencetuskan solusi – solusi baru atau gagasan – gagasan baru,
yang menunjukan kelancaran, kelenturan dan orisinalitas dalam berfikir.
Merencanakan mencakup elaborasi yang mempertimbangkan rincian
dalam melaksanakan sesuatu. Menyusun atau mengoraganisasi bahan, waktu, dan
tenaga. Komunikasi meliputi kelancaran dalam kata, dalam ekspresi (ungkapan),
dan dalam asosiasi. Prediksi membutuhkan antisipasi konseptual kesadaran sosial,
dan menganalisis kriterian yang berhubungan.
Layanan pengembangan bakat anak terdapat dalam Modul 3 Karakteristik dan
Pendidikan Anak Berbakat, oleh Astati yang memberikan penjelasan tentang
layanan anak berbakat sebagai berikut pengembangan kreativitas terdiri dari
beberapa tingkat, seperti berikut.
1) Tingkat kreativitas pertama, ditandai oleh fleksibilitas, originalities, serta
keterbukaan terhadap masalah yang disertai keberanian mengambil risiko.
Latihannya adalah berilah secarik kertas kepada anak dengan pertanyaan ”Siapa
Anda”. Tugasilah anak menulis sembilan jawaban tentang dirinya yang tidak
23

boleh dilihat oleh temannya. Suruhlah mereka periksa secara cermat, barangkali
ada jawaban yang ingin diubahnya karena dirasakannya tidak sesuai dengan
dirinya. Setelah selesai bagilah murid menjadi 5 atau 8 orang per kelompok dan
suruhlah mereka saling membicarakan jawabannya. Tujuannya adalah untuk
saling menghayati keunikan dirinya. Selanjutnya dapat diberi pertanyaan secara
terbuka.
2) Tingkat kreativitas kedua, ditandai oleh adanya pemetaan masalah dengan
mencari pemecahan masalah secara teratur (organized). Misalnya, “Lima hari
sekolah” dapat dipetakan dalam kelompok masalah dan bagaimana perlakukan
subjek terhadap masalah tersebut. Kemudian, guru dapat memberikan beberapa
pertanyaan yang menuntut pemikiran evaluatif atau aneh seperti persamaan dan
perbedaan raksasa dan orang kerdil.
3) Tingkat kreativitas ketiga, dengan mengadakan perumusan masalah
berdasarkan asumsi tertentu, seperti mencari berbagai informasi tentang hal
tertentu, analisis desain yang sistemik serta meramalkan sesuatu (hipotesis),
membuktikan kebenaran suatu ramalan, dan membuat projek mandiri tentang
topik tersebut. Selanjutnya, dapat dibuka berbagai pusat kegiatan, misalnya pusat
sains dan pusat pengembangan pengabdian pada masyarakat.
Selanjutnya disambung dengan ciri khas layanan yang sesuai dengan kebutuhan
anak berbakat berdasarkan Modul 3 Karakteristik dan Pendidikan Anak Berbakat,
oleh Astati sebagai berikut Adaptasi lingkungan belajar
Hampir semua usaha mengadaptasi lingkungan belajar dirancang untuk membawa
anak-anak berbakat bersama-sama dengan teman seusianya dalam jangka waktu
tertentu. Ada beberapa alasan dalam mengadaptasi lingkungan belajar, yaitu (a)
untuk memberi kesempatan anak berbakat dalam berinteraksi dengan teman yang
seusia, (b) untuk memudahkan guru dalam mengajar karena berkurangnya
keanekaragaman siswa, dan (c) untuk menempatkan siswa berbakat dengan
pengajar yang yang mempunyai keahlian khusus dalam menangani anak berbakat.
Sehubungan dengan adaptasi lingkungan belajar ini Gallagher, dkk. (1983) dalam
modul 3 Karakteristik dan Pendidikan Anak Berbakat, oleh Astati mengemukakan
ada beberapa cara sebagai berikut.
24

a) Kelas pengayaan, guru kelas melaksanakan suatu program tanpa bantuan


petugas dari luar.
Contohnya, anak berbakat belajar di kelas biasa bersama dengan anak normal.
Anak berbakat dapat belajar di kelas yang lebih tinggi sesuai dengan
keberbakatannya. Apabila anak berbakat dalam Matematika duduk di kelas 3 SD
misalnya, ia bisa mengikuti pelajaran Matematika di kelas yang lebih tinggi.
Untuk pelajaran yang lain (tidak unggul) ia tetap belajar di kelasnya semula.
b) Guru konsultan, pelaksanaan program pengajaran dalam kelas biasa dengan
bantuan konsultan khusus yang terlatih.
Contohnya, anak ditempatkan di kelas biasa belajar bersama dengan anak biasa di
bawah bimbingan guru kelas biasa. Sekali-kali guru konsultan datang membantu
guru kelas dalam menangani dan memberi petunjuk mengenai bahan atau metode
sesuai dengan kebutuhan atau bidang keunggulan anak berbakat. Guru konsultan
adalah guru yang terlatih dalam bidang keberbakatan.
c) Ruangan sumber belajar, siswa berbakat meninggalkan ruang kelas biasa ke
ruangan sumber untuk menerima pengajaran dari guru yang terlatih. Contohnya,
anak berbakat belajar di kelas biasa bersama temannya yang normal dan
mengunjungi ruang sumber kira-kira 1-2 jam sehari untuk mempelajari pelajaran
khusus yang menjadi keunggulannya dengan guru yang sudah dilatih secara
khusus. ruang sumber tersedia alat-alat khusus yang sesuai dengan kebutuhan
anak berbakat.
d) Studi mandiri, siswa memilih proyek-proyek dan mengerjakannya di bawah
pengawasan seorang guru yang berwewenang.
Contohnya, anak berbakat dapat mempelajari topik yang disenanginya di
masyarakat dan mendapat pengawasan/bimbingan dari ahli dalam bidang itu.
Misalnya, mengadakan percobaan mengenai pengaruh kimia terhadap benda dan
dalam jangka beberapa bulan mereka wajib melaporkan hasil percobaannya.
e) Kelas khusus, siswa berbakat dikelompokkan bersama-sama di sekolah dan
diajar oleh guru yang dilatih khusus.
Contohnya, anak berbakat ditempatkan dalam satu ruangan khusus dengan
menggunakan kurikulum khusus yang telah dimodifikasi (berdiferensiasi,
25

akselerasi, pengayaan). Mereka tetap berada dalam lingkungan sekolah yang sama
dengan anak normal. Ia bergaul dengan anak normal pada jam istirahat, upacara,
dan pada pelajaran-pelajaran yang tidak merupakan keunggulan anak berbakat. Di
kelas khusus ia mendapat layanan dari guru yang telah terlatih dalam bidang
keberbakatan.
f) Sekolah khusus, siswa berbakat menerima pengajaran di sekolah khusus dengan
staf guru yang dilatih secara khusus.
Contohnya, anak berbakat ditempatkan di sekolah khusus tanpa ada teman sebaya
yang normal. Anak berbakat disediakan kurikulum khusus, alat, metode khusus
dan guru khusus yang sesuai dengan keunggulannya. Model ini memisahkan anak
berbakat dari pergaulan dengan anak normal sebayanya sehingga sosialisasi
mereka kurang berkembang.
Pengembangan bakat atau kreatifitas menurut gerak tubuh ini terdapat di
penelitian beberapa orang, di antaranya seperti Pengembangan Kreatifitas
Keberbakatan Di Paud Griya Bermain Pangkalpinang Bangka yang dilakukan
oleh Puri Handayani, 2017:83-96. Yang hasilnya menunjukan bahwa Kreatifitas
dan keberbakatan merupakan dua hal yang sangat penting dan berpengaruh
terhadap kesuksesan seseorang. Anak yang mempunyai kreatifitas, pasti anak
tersebut menyimpan (sejumlah) bakat. Tetapi orang yang berbakat belum tentu
memiliki kreatifitas. Antara bakat dan kreatifitas, terutama pada diri anak tak bisa
dipisahkan. Keduanya patut diolahtumbuhkan secara maksimal dengan semangat
yang sama, sebab diantara keduanya secara substansial saling menunjang.
Terlebih kalau dikaitkan dengan puisi Dorothy di atas, sungguh kedalaman dan
kearifan kita mencermati, mengolah, dan mengawal pertumbuhan bakat pada diri
anak-anak merupakan keniscayaan. Tidak boleh diabaikan. Adapun
Pengembangan kreativitas keberbakatan di PAUD Griya Bermain Pangkalpinang
Bangka meliputi: Identifikasi kreatifitas keberbakatan anak di sekolah yang di
peroleh dari informasi yang disampaikan oleh orang tua, proses belajar dan
pembalajaran anak di sekolah, informasi dari anak yang bersangkutan dan
informasi dari teman sebayanya. Belum terlaksananya identifikasi tahap
“screening” . Kemudian untuk mengembangkan kreativitas keberbakatan anak di
26

PAUD Griya Bermain Pangkalpinang didukung oleh saranah dan prasarana


seperti; lingkungan bermain yang luas, kelas belajar yang terbuka, saranah
bermainan anak yang sangat di perhatikan, pendidik yang sudah guru yang
perhatian dan program kerjasama anatara pihak sekolah dan orang tua yang baik.
Sebagai mana menurut para ahli di atas untuk dapat mengoptimalkan kreativitas
keberbakatan anak maka perlunya seorang pendidik yang memiliki kualifikasi
yang meliputi persyaratan sebagai berikut: (1) persyaratan profesional/pendidikan,
yaitu minimal sarjana (S1), berpengalaman dalam mengajar, menguasai teknik
dan model penilaian, mempunyai kegemaran membaca dan belajar. (2)
persyaratan kepribadian, yaitu mempunyai sifat toleransi, bersikap terbuka, peka
terhadap perkembangan anak, mempunyai pertimbangan yang luas, penuh
pengertian, mempunyai kreativitas yang tinggi, bersikap ingin tahu, adil dan jujur,
berdisiplin tinggi. (3) persyaratan hubungan sosial, yaitu suka dan pandai bergaul
dan mampu memahami dengan cepat tingkah laku orang. Dalam hal ini peneliti
mendapati data pendidik yang sudah memiliki kualifikasi sarjana (S1).
Sebagaimana pendapat Conny Semiawan pada persyaratan kepribadian dan
hubungan sosial yang harus dimiliki pendidik, maka hal tersebut perlu terus di
asah seperti studi tour berkala dan yang harus disadari studi tour bukan sekedar
jalan-jalan saja tetapi fokus pada tujuan diadakannya studi tour. Adapun kendala
dalam mengotimalkan pengembangan kreativitas keberbakatan anak di PAUD
Griya Bermain yakni, masih ada orang tua yang hanya mengutamakan aspek
kognitif anak saja seperti CALISTUNG (baca, tulis dan hitung) yang juga dapat
menghambat kenerja pendidik secara psikologis dalam menyeimbangkan
pengembangan kreativitas keberbakatan anak pada seluruh aspek.

F. KENDALA DALAM PENGEMBANGAN KREATIVITAS


Shallcross, 1985 dalam pengembangan kreativitas terdapat dalam buku Munandar
Utami 2016:219, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat (Edisi Revisi)
menggolongkan kendala atau rintangan dalam menggunakan potensi kreatif ke
dalam kendala historis, biologis, fisiologis dan sosiologis. Adapun penjelasan dari
hal tersebut sebagai berikut :
27

1. Kendala Historis
Shallcros menyebut sebagai contoh didunia barat, kehidupan pada abad
victoria tidak memberikan banyak kebebasan untuk perilaku termasuk
pemikiran anggota masyarakatnya. Sehubungan dengan ini timbul
pertanyaan, sejauh mana masyarakat dan kebudayaan indonesia saat ini
mampu membuat iklim yang kondusif untuk pengembangan kreatifitas, atau
kendala apakah, jika ada, menghambat produktifitas kreatif masyarakat
indonesia, dibandingkan dengan zaman kolonial belanda selama tiga abad dan
jepang selama tiga tahun.
2. Kendala Biologis
Dari sudut tinjau biologis, bebrapa pakar menekankan bahwa kemampuan
kreatif merupakan ciri herediter, sementara pakar lainya percaya bahwa
lingkungan lah menjadi faktor penentu utama. Harus diakui bahwa gen yang
diwarisi berperan dalam menentukan batas – batas intelegensi, tetapi sering
dalam hal intelegensi kreatif, hereditas lebih banyak digumakan sebagai
alasan dari pada merupakan kenyataan.
3. Kendala Fisiologis
Seseorang dapat mengalami kendala vali karena terjadi kerusakan otak karena
penyakit atau kecelakaan. Atau seseorang menyandang salah satu ketunaan
fisik yang menghambatnya untuk megungkapkan kreatifitasnya.
4. Kendala Sosiologis
Lingkunagn sosial mempunyai dampak terhadap ungkapan kreatif kita. Setiap
masyarakat memliki nilai, norma dan tradisi tertentu, kegiatan, minat dan
perilaku kolektif sering anggota masyarakat menganggap perilaku yang
menyimpang dari norma sebagai tindakan tertulis atau tidak tertulis.
Penyimpangan dari perilaku kelompok dapat mengakibatkan hukuuman atau
pengucilan. Perilaku unik, saran – saran perubahan dapat dianggap subversif
dan mengancam stabilitas dan keamanan yang diperoleh dari afiliasii
kelompok (shallcross, 1985).
28

5. Kendala Psikologis
Merupakan kendala yang paling utama dan penting mendapat perhatian
pendidik ialah kendala psikologis terhadap perilaku kreatif. Kendala dapat
dirumuskan sebagai faktor atau keadaan yang membatasi, menghalangi atau
mencegah pencapaian sasaran ( kamus besar bahasa indonesia, departemen
pendidikan dan kebudayaan, 1988), dalam hal ini menghambat perilaku
kreatif. kendala yang dikemukakan sampai sekarang, sebagian besar termasuk
faktor eksternal banyak diantaranya digunakan alasan untuk tidak kreatif.
Dalam kenyataan, beberapa orang meyakinkan dirinya bahwa faktor eksternal
menyebabkan mereka tidak mempunyai kesempatan untuk mengembangkan
kreatifitasnya.
6. Kendala Diri Sendiri
Faktor – faktor internal yang dapat menghambat kinerja kreatif individu.

Anda mungkin juga menyukai