Anda di halaman 1dari 8

EM 5 (2) (2016)

Educational Management

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/eduman

PENGARUH SUPERVISI AKADEMIK, KOMUNIKASI INTERPERSONAL


DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA GURU DI JEPARA

Yeni Murniasih, Djuniadi, Tri Joko Rahardjo

Prodi Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak

Sejarah Artikel: Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui dan menganalisi : (1) pengaruh langsung supervisi
Diterima 20 Oktober akademik terhadap kinerja guru, (2) pengaruh langsung komunikasi interpersonal terhadap kinerja guru, (3)
2016 pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja guru, (4) pengaruh supervisi akademik terhadap motivasi kerja, (5)
pengaruh komunikasi interpersonal terhadap motivasi kerja, (6) pengaruh tidak langsung supervisi akademik
Disetujui 10 November
terhadap kinerja guru melalui motivasi kerja, (7) pengaruh tidak langsung komunikasi interpersonal terhadap
2016 kinerja guru melalui motivasi kerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: supervisi akademik berpengaruh
Dipublikasikan 23 terhadap motivasi kerja sebesar 0,336 atau 33,6%, komunikasi interpersonal berpengaruh positif terhadap
Desember 2016 motivasi kerja sebesar 0,339 atau 33,9%., supervisi akademik berpengaruh terhadap kinerja guru sebesar 0,197
atau 19,7%, komunikasi interpersonal berpengaruh terhadap kinerja guru sebesar 0,196 atau 19,6%dan motivasi
Keywords: kerja berpengaruh terhadap kinerja guru dengan kontribusi sebesar 0,444 atau 44,4%. Supervisi akademik
berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap kinerja guru. Secara tidak langsung supervisi
Academic Supervisor,
berpengaruh terhadap kinerja guru melalui motivasi sebagai mediasinya dengan kontribusi sebesar 5,6040.
interpersonal Komunikasi interpersonal berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap kinerja guru melalui motivasi
Communication, teacher kerja sebagai mediasinya dengan kontribusi sebesar 5.0727
Motivation, Teacher
Performance Abstract

The purpose of this study was intended to identify and analyze: (1) the direct influence of the academic
supervision of teacher performance, (2) the direct influence of interpersonal communication on teacher
performance, (3) the effect of work motivation on teacher performance, (4) the influence of the academic
supervision of work motivation , (5) the effect of interpersonal communication on work motivation, (6) the
indirect influence academic supervision of the teacher's performance through employee motivation, (7) the
indirect influence of interpersonal communication on the teacher's performance through employee motivation.
The results showed that: the academic supervision affect the work motivation of 0.336, or 33.6%, interpersonal
communication positive influence on employee motivation by 0,339 or 33.9%., The academic supervision on
the performance of teachers by 0,197, or 19.7%, communication interpersonal influence on teacher performance
of 0.196 or 19.6% and motivation effect on teacher performance with a contribution of 0.444 or 44.4%.
Academic supervision direct or indirect effect on teacher performance. Indirectly supervision on the performance
of teachers through motivation as mediation with a contribution of 5,6040 . Interpersonal communication
directly or indirectly affect the performance of teachers through work motivation as mediation with a
contributin of 5.0727.
© 2016 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: p-ISSN 2252-7001
Kampus Unnes Bendan Ngisor, Semarang, 50233
e-ISSN 2502-454X
E-mail: ineymurni@gmail.com

148
Ika Oktavianti, dkk. / Journal of Economic Education 5 (2) (2016)

PENDAHULUAN berimbas pada menurunnya nilai hasil belajar


siswa SMA di kabupaten jepara bisa dilihat dari
Guru sebagai tenaga pendidikan memiliki menurunnya nilai rata-rata UN pada tahun 2014
peran penting dalam menentukan keberhasilan yaitu 67,70 menjadi 59,21 di tahun 2015. Hasil
dalam pencapaian tujuan pendidikan, sehingga observasi peneliti ternyata sesuai dengan hasil
guru dituntut untuk terus mengembangkan penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2012)
profeionalisme dan kinerjanya. Kemampuan di salah satu SMA Negeri di Kabupaten Jepara
professional yang harus dimiliki oleh guru yaitu SMA Negeri 1 Bangsri yang hasilnya
diantaranya adalah kemampuan penguasaan menyebutkan bahwa kreativitas dan kinerja guru
materi pembelajaran, perencanaan program masih rendah dilihat dari perangkat
pembelajaran, pengelolaan pembelajaran, pembelajaran yang dimiliki hanya copy paste
menilai kemajuan belajar , mendiagnosa dari perangkat pembelajaran yang dibuat dari
kesulitan belajar, dan melaksanakan MGMP dan hanya untuk memenuhi
administrasi kurikulum (Sudijono, 2001:60). Hal administrasi sekolah, metode pembelajaran yang
tersebut sesuai dengan UU No. 14 tahun 2004 sering dipakai menggunakan metode ceramah
tentang Guru dan Dosen, yang disebut guru dan lebih berpusat pada guru dan bukan pada
adalah pendidik profesional dengan tugas utama siswa, sehingga hal tersebut berdampak terhadap
mendidik, mengajar, membimbing, rendahnya hasil belajar dan aktivitas belajar
mengarahkan, melatih, menilai, dan siswa.
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan Menurut Sutisna dalam Kurniawan
anak usia dini jalur pendidikan formal, (2014) menjelaskan bahwa dalam
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah . penyelenggaraan pendidikan di sekolah,
Kinerja guru merupakan unjuk kerja pengawas sekolah merupakan supervisor utama.
dalam mengelola pembelajaran yang meliputi Keberadaan pengawas sekolah erupakan amanat
merencanakan pembelajaran, implementasi konstitusi yang merupakan salah satu komponen
pembelajaran dan mengevaluasi pembelajaran penting dalam system pendidikan. Pengawas
(Yuniarsih&Suwanto, 2008:153). Salah satu sekolah merupakan satu-satunya jabatan
penentu tinggi rendahnya kualitas pendidikan fungsional yang memiliki tugas pokok
adalah kinerja guru. Pendidikan bisa dinyatakan melakukan supervisi. Dalam Peraturan
berkualitas tinggi jika guru bekerja mengacu Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar
pada tujuan, sasaran dan target pendidikan. Nasional Pendidikan ditegaskan pada Pasal 55
Tinggi rendahnya kinerja guru dalam ayat 1, Pengawasan satuan Pendidikan memiliki
pembelajaran bisa dilihat dari kewenangan dan peran dan tugas untuk Pemantauan, supervisi,
tanggung jawabnya terhadap perencanaan, evaluasi, pelaporan dan tindak lanjut hasil
pelaksanaan dan evaluasi program pengawasan yang harus dilakukan secara teratur
pembelajaran. dan kesinambungan. Lebih lanjut pada Pasal 57
Dari observasi yang dilakukan oleh ditegaskan, bahwa tugas supervisi meliputi:
peneliti diketahui bahwa ada masih ada Supervisi akademik dan manajerial terhadap
beberapa guru yang belum membuat keterlaksanaan dan ketercapaian tujuan
perencanaan sendiri mereka hanya melakukan pendidikan disekolah. Tugas pengawas yang
copy paste dari sekolah lain tanpa menyesuaikan akan berkaitan langsung dengan guru adalah
dengan kondisi dan karakteristik peserta didik di supervisi akademik yang tujuan utamanya
sekolah mereka. Dalam pelaksanaan proses adalah membantu guru untuk meningkatkan
pembelajaran masih banyak guru yang kemampuan profesionalnya.
menggunakan metode ceramah yang kurang Pengawas melalui supervisi akademik
melibatkan keaktifan siswa sehingga harus mampu memberikan bantuan dan
pembelajaran kurang mampu mengaktifkan bimbingan terhadap guru untuk menyelesaikan
siswa. Masih kurang optimalnya kinerja guru berbagai permasalahan yang berkaitan dengan

149
Yeni Murniasih,dkk. / Educational Management 5 (2) (2016)

masalah yang dihadapi guru dalam kesetaraan dan kesamaan yaitu pengakuan
pembelajaran. Menurut Asmani (2012:101) untuk saling menghargai satu sama lain, sesame
supervisi akademik memiliki tujuan sebagai komunikan.
berikut : a) membantu guru dalam Menurut Hoover dkk,(2015) kemampuan
mengembangkan kompetensi, b) berkomunikasi merupakan salah satu
mengembangkan kurikulum dan c) kemampuan yang perlu dimiliki oleh pengawas.
mengembangkan kelompok kerja guru dan Kemampuan berkomunikasi akan membantu
membimbing penelitian tindakan kelas. Apabila pengawas/supervisor untuk menjaga hubungan
supervisi bisa berjalan dengan baik maka interaksi antara pengawas dan guru. Dengan
kesulitan-kesulitan yang dialami oleh guru akan melaksanakan komunikasi interpersonal
teratasi . kegiatan supervisi akademik yang tentunya pengawas juga bisa memberikan
dilakukan oleh pengawas harus mampu dukungan untuk meningkatkan motivasi kerja
mengubah, mengembangkan dan memperbaiki guru karena komunikasi merupakan salah satu
pola pembelajaran dalam setiap kegiatan proses sarana untuk meningkatkan motivasi.
pembelajaran. Ketrampilan interpersonal sendiri menurut
Pengawas sekolah perlu menjalin Hargie dan Davis dalam Hastiani (2014)
komunikasi interpersonal yang baik dengan merupakan suatu proses yang diarahkan untuk
pihak sekolah terutama dengan guru. mencapai suatu tujuan, terkait dengan perilaku
Komunikasi interpersonal merupakan proses sosial dan situasional sesuai dengan yang
pertukaran informasi diantara seseorang dengan dipelajari dan dikendalikan. Mampu menjalin
paling kurang seorang lainnya atau biasanya di hubungan yan lebih baik dan luas secara efektif
antara dua orang yang dapat langsung diketahui pada lingkungan sekolah maupun masyarakat.
balikannya. Banyak yang berpendapat .Motivasi merupakan hal yang sangat
komunikasi interpersonal sangat efektif dalam penting dalam melaksanakan pekerjaan
upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku termasuk guru. dalam beberapa penelitian
seseorang, karena sifatnya yang dialogis berupa menunjukkan bahwa motivasi guru merupakan
percakapan. Arus balik bersifat langsung, jaminan bagi kualitas pendidikan. Dalam
komunikator mengetahui tanggapan komunikan pendidikan, guru yang memiliki tingkat motivasi
ketika itu juga. Pada saat komunikasi tinggi akan berupaya meningkatkan
dilancarkan, komunikator mengetahui secara produktivitas, efektivitas, efisiensi dan dedikasi
pasti apakah komunikasinya positif atau negatif, dalam melaksanakan tugas mereka, dan inilah
berhasil atau tidaknya komunikasi yang yang akan meningkatkan jaminan kualitas dari
dilakukan. Menurut Sugiyo (2005) komunikasi system pendidikan. Dengan motivasi yang tinggi
interpersonal merupakan komunikasi dimana maka akan meningkatkan komitmen mereka
orang-orang yang terlibat menganggap orang terhadap pekerjaan (Ofojebe,W.N :2010).
lain sebagai pribadi bukan sebagai objek yang Menurut Clark (2003) motivasi juga akan
disamakan dengan benda. Menurut Vito dalam mempengaruhi orang untuk memilih dan
Sugiyo menjelaskan bahwa seseorang memiliki melakukan tugasnya, bertahan dengan tugasnya
komunikasi interpersonal yang baik jika ;(1) sampai seseorang mampu menyelesaikannya.
memiliki sikap terbuka dalam merespon segala Malone dalam Uno (2014:66)
informasi yang diterima di dalam menghadapi menjelaskan bahwa motivasi terdapat dua
hubungan antar pribadi, (2) memiliki empati, bentuk yaitu meliputi motivasi intrinsic dan
yaitu merasakan aa yang dirasakan orang lain, ekstrinsik. Motivasi intrinsic merupakan bentuk
(3) dukungan, yaitu siyuasi terbuka yang motivasi yang muncul tanpa memerlukan
mendukung komunikasi yang berlangsung rangsangan dari pihak luar, motivasi ini telah
efektif, (4) rasa positif, yaitu selalu berpikir ada dalam diri indovidu yaitu sesuai dengan
positif atas dirinya dan selalu mendukung orang kebutuhan. Sedangkan motivasi ekstrinsik
lain untuk selalu berkomunikasi aktif, (5)

150
Yeni Murniasih,dkk. / Educational Management 5 (2) (2016)

timbul karena adanya rangsangan dari luar kategori sedang. Rata-rata komunikasi
individu interpersonal mencapai 70,02 pada interval 69-
84 dalam kategori tinggi. Rata-rata motivasi
METODE kerja guru mencapai 68,30 dalam kategori
sedang dan rata-rata kinerja guru mencapai
Penelitian ini menggunakan pendekatan 82,12 dalam kategori tinggi.
kuantitatif korelasional, dengan menggunakan Hasil analisis regresi tahap 1 digunakan
desain expo facto, dirancang untuk mengetahui untuk mengetahui pengaruh supervisi akademik
pengaruh supervisi akademik (SA), komunikasi (SA) dan Komunikasi Interpersonal (KI)
interpersonal (KI) dan motivasi kerja (MK) terhadap Motivasi Kerja (MK). Hasil analisis
terhadap kinerja guru (KG). regresi 1 diperoleh koefisien beta untuk variabel
Populasi penelitian ini berjumlah 362 supervisi akademik sebesar 0,336 sehingga bisa
orang guru dari 10 SMA Negeri di Kabupaten dinyatakan bahwa supervisi akademik
Jepara dan jumlah sampel sebanyak 188 orang. berpenagruh langsung terhadap motivasi kerja
Instrumen penelitian berupa sebesar 0,336 atau 33.6%. sedangkan koefisien
kuesioner/angket yang terdiri dari empat beta komunikasi interpersonal terhadap motivasi
variabel yaitu variabel supervisi akademik yang kerja sebesar 0,339 atau 33,9%.
dijabarkan manjadi 20 item pertanyaan, Hasil analisis regresi tahap 1 kemudian di
komunikasi interpersonal dijabarkan menjadi uji kebermaknaannya dengan uji t. Koefisien
18 item pertanyaan, motivasi kerja dijabarkan beta untuk variabel supervisi akademik sebesar
menjadi 20 item pertanyaan dan kinerja guru 0,336 yang diuji kebermaknaannya
dijabarkan menjasi 30 item pertanyaan. Setelah menggunakan uji t diperoleh thitung = 5,262
dikonsultasikan kepada ahli yang berkompeten, dengan sig = 0,000 < 0,05, yang berarti bahwa
selanjutnya diuji cobakan kepada 30 responden hipotesis yang menyatakan ada pengaruh
dengan maksud untuk mengetahui kesahihan supervisi akademik terhadap motivasi kerja
(validitas) dan tingkat keandalan (reliabilitas) diterima. Koefisien beta untuk variabel
instrument tersebut. komunikasi interpersonal sebesar 0,339 yang
Uji coba dilakukan terhadap guru diluar diuji kebermaknaannya menggunakan uji t
responden penelitian. Uji validitas diperoleh thitung = 5,305 dengan sig = 0,000 <
menggunakan koefisien korelasi Pear Product 0,05, yang berarti bahwa hipotesis yang
Moment sedangkan uji reliabilitas dengan menyatakan ada pengaruh komunikasi
menggunakan Cronbach Alpha. Dari Uji Validitas interpersonal terhadap motivasi kerja diterima.
dan reliabilitas variabel supervisi akademik Berdasarkan koefisien beta tersebut diperoleh
terdapat 20 item pertanyaan dengan reliabilitas model regresi:
0,972, komunikasi interpersonal valid 16 item MK = 0,336 SA + 0,339 KI
pertanyaan dengan reliabilitas 0,891, motivasi Model regresi tersebut mengandung
kerja valid 18 item pertanyaan dengan makna bahwa setiap terjadi perubahan kualitas
reliabilitas 0,905 dan kinerja guru valid 27 item supervisi akademik satu satuan akan diikuti
pertanyaan dengan reliabilitas 0,925. dengan kenaikan motivasi kerja guru sebesar
0,336 apabila komunikasi interpersonal
HASIL DAN PEMBAHASAN dikontrol, begitu juga sebaliknya. Setiap terjadi
kenaikan satu satuan komunikasi interpersonal
Berdasarkan hasil pengisian kuesioner akan diikuti dengan kenaikan motivasi kerja
yang meliputi supervisi akademik, komunikasi sebesar 0,339 apabila supervisi akademik
interpersonal, motivasi kerja dan kinerja guru dikontrol, begitu juga sebaliknya.
diperoleh hasil bahwa rata-rata persepsi guru Hasil analisis regresi tahap 1 juga diuji
mengenai pelaksanaan supervisi akademik
kebermaknaannya secara simultan
mencapai 55,80 pada interval 53-68 dalam

151
Yeni Murniasih,dkk. / Educational Management 5 (2) (2016)

menggunakan uji F. Dari uji F diperoleh nilai Berdasarkan koefisien beta tersebut diperoleh
Fhitung = 32,201 dengan nilai sig = 0,000 < model regresi:
KG = 0,197 SA + 0,196 KI + 0,444MK
0,05 yang berarti bahwa secara bersama-sama
Model regresi tersebut mengandung
SA dan KI berpengaruh terhadap MK. Besarnya
makna bahwa setiap terjadi perubahan kualitas
kontribusi keduanya dapat dilihat dari nilai supervisi akademik satu satuan akan diikuti
Rsquare yaitu mencapai 0,258 atau 25,8%. Dari dengan kenaikan kinerja guru sebesar 0,197
besaran nilai R square dapat ditentukan nilai apabila komunikasi interpersonal dan motivasi
kerja dikontrol, begitu juga sebaliknya. Setiap
e1 = 1  R 2  1  0.258  0.861 . terjadi kenaikan satu satuan komunikasi
interpersonal akan diikuti dengan kenaikan
Analisis regresi tahap 2 digunakan untuk
kinerja guru sebesar 0,196 apabila supervisi
mengetahui pengaruh supervisi akademik (SA),
akademik dan motivasi kerja dikontrol, begitu
komunikasi interpersonal (KI) dan motivasi
juga sebaliknya.Setiap terjadi kenaikan satu
kerja (MK) terhadap kinerja guru (KG). Hasil
satuan motivasi kerja akan diikuti dengan
analisis regresi diperoleh koefisien beta untuk
kenaikan kinerja guru sebesar 0,444 apabila
variabel supervisi akademik sebesar 0,197
supervisi akademik dan komunikasi
sehingga bisa dinyatakan bahwa supervisi
interpersonal dikontrol, begitu juga sebaliknya.
akademik berpengaruh sebesar 0,197 atau 19,7%
Hasil analisis regresi 2 juga diuji
terhadap kinerja guru. Koefisien beta untuk
kebermaknaannya secara simultan
variabel komunikasi interpersonal sebesar 0,196
menggunakan uji F dan diperoleh hasil bahwa
sehingga dapat dinyatakan bahwa pengaruh
nilai Fhitung = 44,131 dengan nilai sig = 0,000 <
komunikasi interpersonal terhadap kinerja guru
0,05 yang berarti bahwa secara bersama-sama
sebasar 0,196 atau 19,6%. Koefisien beta untuk
SA, KI dan MK berpengaruh terhadap KG.
variabel motivasi kerja sebesar 0,444 sehingga
Besarnya kontribusi keduanya dapat dilihat dari
dapat dinyatakan bahwa motivasi kerja
nilai Rsquare yaitu mencapai 0,418 atau 41,8%.
berpengaruh terhadap kinerja guru sebesar 0,444
Dari besaran nilai R square dapat ditentukan
atau 44,4%.
Hasil analisis regresi tahap 2 kemudian di nilai e2 = 1  R 2  1  0.418  0.763 .
uji kebermaknaan dengan uji t. Koefisien beta Berdasarkan hasil kedua analisis tersebut
untuk variabel supervisi akademik sebesar 0,197 diperoleh hubungan kausalitas antara SA, KI,
yang diuji kebermaknaannya menggunakan uji t MK dan KG seperti pada gambar 1.
diperoleh thitung = 3,235 dengan sig = 0,001<
0,05, yang berarti bahwa hipotesis yang
e1 e2
menyatakan ada pengaruh supervisi akademik
terhadap kinerja guru diterima. Koefisien beta SA 0,861 0,763
untuk variabel komunikasi interpersonal sebesar 0,336 0,19
0,196 yang diuji kebermaknaannya 0,133 M 0,444
7* KG
*
* 0,339 K *
menggunakan uji t diperoleh thitung = 3,220 0,196
KI * *
dengan sig = 0,002< 0,05, yang berarti bahwa
hipotesis yang menyatakan ada pengaruh Gambar 1. Hubungan Kausal antara SA, KI,
komunikasi interpersonal terhadap kinerja guru MK dan KG
diterima. Koefisien beta untuk variabel motivasi
kerja sebesar 0,444 yang diuji kebermaknaannya Dalam penelitian ini juga dilakukan uji
menggunakan uji t diperoleh thitung = 6,808 sobal untuk menguji kekuatan pengaruh tidak
dengan sig = 0,000< 0,05, yang berarti bahwa langsung variabel independent ke variabel
hipotesis yang menyatakan ada pengaruh dependen melalui variabel intervening. Uji sobel
motivasi kerja terhadap kinerja guru diterima. yang pertama untuk mencari kekuatan pengaruh
tidak langsung dari variabel supervisi akademik

152
Yeni Murniasih,dkk. / Educational Management 5 (2) (2016)

(SA) terhadap variabel Kinerja Guru (KG) sehingga jumlah keseluruhan SMA di
melalui variabel motivasi kerja (MK) diperoleh Kabupaten Jepara terdapat 23 yang harus
hasil = 5.6040. Selanjutnya diawasi oleh pengawas sekolah yang berjumlah
2 orang sehingga 1 orang pengawas mengawasi
dibandingkan dengan . Jika lebih sekitar 11-12 sekolah. Hal inilah yang menjadi
kendala secara konkrit yang menyebabkan
besar dari maka dapat disimpulkan terjadi
belum optimalnya pelaksanaan supervisi
pengaruh mediasi. = 5.6040 > = akademik pengawas sekolah di Kabupaten
Jepara.
1.65327 dengan probabilitas (p-value) 0,0000 < Pelaksanaan komunikasi interpersonal
0,05 maka dapat disimpulkan bahwa motivasi yang dilakukan oleh pengawas sekolah dan guru
kerja memediasi hubungan antara supervisi SMA di Kabupaten Jepara terlihat bahwa
akademik dan kinerja guru secara signifikan.. pengawas sekolah cukup terbuka kepada guru
Uji sobel yang kedua untuk mengetahui hal tersebut ditunjukkan dengan kehadiran
hubungan tidak langsung dari variabel pengawas dalam kegiatan-kegiatan penting
komunikasi interpersonal (KI) terhadap kinerja sekolah. Pengawas sekolah juga memahami
guru (KG) melalui motivasi kerja (KG) kesulitan yang dihadapi oleh guru sebagai wujud
diperoleh hasil = 5.0727. Selanjutnya empati. Pengawas sekolah juga memberikan
support kepada guru dengan memberi semangat
dibandingkan dengan . Jika kepada guru agar mampu memenuhi tuntutan
sekolah, pengawas juga tidak menutup diri
lebih besar dari maka dapat disimpulkan
untuk bertukar pendapat dengan guru mengenai
terjadi pengaruh mediasi. = 5.0727 > berbagai permasalahan yang dihadapi guru.
Pengawas sekolah juga menunjukkan sikap
= 1.65327. karena probabilitas (p-value) positive dengan menghargai berbagai perbedaan
pendapat antara pengawas dan guru. Pengawas
0,0000 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa pun berupaya memperlakukan guru sebagai
motivasi kerja memediasi hubungan antara partner untuk memajukan pendidikan di
komunikasi interpersonal dan kinerja guru Kabupaten Jepara. Dengan sikap-sikap tadi
secara signifikan. maka menunjukkan bahwa komunikasi yang
Berdasarkan data diperoleh gambaran terjalin antara pengawas sekolah dan guru di
bahwa sebagian besar guru memandang bahwa Kabupaten cukup baik sehingga membuat
supervisi akademik yang dilakukan tergolong suasana yang akrab dan nyaman saat pengawas
sedang artinya pengawas sekolah hanya kadang- sekolah datang ke sekolah. Guru tidak canggung
kadang membantu guru dalam mengembangkan atau takut kepada pengawas sehingga kondisi
kompetensi, mengembangkan kurikulum dan seperti ini akan mempermudah pengawas
mengembangkan kelompok kerja guru serta sekolah untuk memberikan bantuan terhadap
membimbing penelitian tindakan kelas. Salah berbagai permasalahan yang dihadapi oleh guru.
satu yang menjadi penyebab belum Motivasi kerja guru SMA Negeri di
dilaksanakannya supervisi akademik secara Kabupaten jepara 45% guru memiliki motivasi
maksimal oleh pengawas sekolah karena kerja yang sedang dan 46% memiliki motivasi
kendala banyaknya sekolah dan guru yang harus kerja yang tinggi. Selain itu hasil analisis regresi
diawasi oleh pengawas sekolah, belum lagi jarak diperoleh hasil yang menyatakan bahwa ada
yang cukup jauh dari setiap sekolah dengan pengaruh positif motivasi kerja terhadap kinerja
kantor dinas pendidikan kabupaten Jepara yang guru dalam pembelajaran. Dengan dimilikinya
merupakan tempat para pengawas sekolah motivasi yang tinggi oleh guru akan membuat
berkantor. Di wilayah kabupaten Jepara guru bersemangat dalam melaksanakan tugas
terdapat 10 SMA Negeri dan 13 SMA Swasta dan tanggung jawabnya. Dengan motivasi yang

153
Yeni Murniasih,dkk. / Educational Management 5 (2) (2016)

tinggi guru akan berupaya untuk mengatasi langsung terhadap kinerja guru melalui motivasi
berbagai permasalahan yang dihadapi dalam kerja (7) Pelaksanaan komunikasi interpersonal
pelaksanaan tugasnya termasuk dalam tugas berpengaruh secara tidak langsung terhadap
pembelajaran, dimulai dari perencanaan, kinerja guru melalui motivasi kerja.
pelaksanaan proses pembelajaran dan evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA
SIMPULAN
Asmani, Ma’mur Jamal. 2012. Supervisi
Berdasarkan hasil penelitian dan Pendidikan Sekolah. Yogyakarta: Diva
pembahasan maka diperoleh simpulan : Press
(1)Semakin baik pelaksanaan supervisi Clark,R.E .2003, Fostering the World
akademik yang dilakukan di suatu sekolah maka motivation of individuals and Terms,
akan semakin baik juga kinerja guru yang ada di Performance Improvement, 42(3), 21-29.
sekolah tersebut. Supervisi akademik http://www.usc.edu
berkontribusi terhadap peningkatan kinerja guru Clark dan Olumese .2012. Journal of Effective
ini menunjukkan bahwa supervisi akademik supervison as a challenge in technical and
yang baik dari pengawas sekolah akan vocational education delivery; Ensuring
berpengaruh terhadap peningkatan kinerja guru quality teaching/learning environment
di SMA Negeri di Kabupaten Jepara. and feetback mechanism,Basic Research
(2)Semakin baik pelaksanaan komunikasi Journal Education Research and Review Vol.
interpersonal maka semakin baik pula kinerja 2(1) pp 06-15 January 2013
guru. Komunikasi interpersonal berkontribusi Hoover dkk,2015, The Supervisor Intern
terhadap peningkatan kinerja guru, hal ini Relationship and Effective Interpersonal
menunjukkan bahwa komunikasi interpersonal Communication Skill , Education &
berpengaruh terhadap meningkatnya kinerja Educational Research 21 out of 224.
guru di SMA Negeri Di Kabupaten Jepara. (3) http://jte.sagepub.com
Semakin baik motivasi kerja yang dimiliki oleh Hastiani, Sugiyo, Edy Purwanto. 2014. Guide
guru maka akan semakin tinggi tingkat kinerja and Counseling Teacher and Subject
guru. Motivasi kerja berpengaruh positif antara Teacher Collaboration Model Increasing
motivasi kerja terhadap kinerja guru. Hal ini The Interpersonal Communication Skill
menunjukkan tingginya tingkat motivasi akan of Special Intelligent Student. Jurnal
berpengaruh terhadap tingginya kinerja guru Bimbingan Konseling . http.//journal
SMA Negeri di Kabupaten Jepara.(4) Semakin unnes.ac.id
baik pelaksanaan supervisi akademik maka akan Kurniawan,Wawan.Fachruddin. Djuniadi
semakin tinggi tingkat motivasi kerja guru. .2014. Pengembangan Model Blog
Supervisi akademik yang dilakukan pengawas Pengawas Sekolah Sebagai Media
sekolah akan berpengaruh terhadap peningkatan Pembinaan Guru. Jurnal Penelitian
motivasi kerja guru SMA Negeri Di kabupaten Tindakan Sekolah Dan Kepengawasan Vol.1,
Jepara.(5) Semakin baik pelaksanaan No.2, Oktober 2014
komunikasi interpersonal maka akan semakin Nugroho, Amin Dwi, 2012, “Pengembangan
tinggi tingkat motivasi kerja yang dimiliki oleh Perangkat Pembelajaran Ekonomi Pada
guru. Komunikasi interpersonal berkontribusi Materi Konsumsi dan Investasi Berbasis
terhadap peningkatan motivasi kerja. Kontribusi Humanistik dengan Model Kooperatif Two
ini menunjukkan bahwa komunikasi Stay two Stray”. Tesis. Semarang, Pps
interpersonal antara pengawas sekolah dan guru Unnes.
berpengaruh terhadap motivasi kerja guru SMA Ofojebe dan ezugoh .2010. Teachers’
Negeri di Kabupaten Jepara.(6) Pelaksanaan Motivation and its Influence on Quality
supervisi akademik berpengaruh secara tidak Assurance in the Nigerian Educational

154
Yeni Murniasih,dkk. / Educational Management 5 (2) (2016)

System, African Research Review (An Robbins, Stephen P. 2001. Perilaku Organisasi,
International Multi-Disciplinary Journal, Edisi 8. Prentice Hall, Jakarta
Ethiopia)Vol. 4 (2) April, 2010 Sugiyo. 2005. Komunikasi Antar Pribadi.
www.ajol.info Semarang : UNNES PRESS.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tjutju Yuniarsih dan Suwatno. 2008. Manajemen
Nomor 19 Tahun 2005. Tentang Sumber Daya Manusia. Bandung : Alfabeta
Standar Nasional Pendidikan. 2006. Jakarta Uno, H.B. 2014 (cet XI). Teori Motivasi dan
: Cemerlang Pengukurannya : Analisis di Bidang
Sudijono,Anas 2001. Pengantar evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
pendidikan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.

155

Anda mungkin juga menyukai