Anda di halaman 1dari 292

BAB I

DASAR-DASAR ANATOMI FISIOLOGI

Dalam berbagai institusi pendidikan kesehatan, bidang anatomi dan fisiologi biasanya
menjadi satu kesatuan mata kuliah. Hal tersebut dikarenakan kedua cabang ilmu tersebut
berhubungan satu sama lain. Secara singkatnya, anatomi merupakan ilmu yang mempelajari
bagian-bagian tubuh. Sedangkan fisiologi, adalah ilmu pengetahuan yang menjelaskan tentang
fungsi-fungsi dari bagian tubuh.

A. PENGERTIAN ANATOMI DAN FISIOLOGI


1. Pengertian Anatomi
Anatomi adalah sebuah istilah yang berasal dari bahasa Yunani yaitu anatomia, asal
kata nya yaitu anatemnein. Kata anatemnein merupakan gabungan dari dua suku kata
yaitu ana yang artinya atas dan tomien yang artinya memotong. Dari kata tersebut dapat
diartikan bahwa definisi dari anatomi adalah memotong kemudian mengangkat bagian
tubuh dari suatu makhluk hidup ke atas untuk dapat diketahui dan diselidiki apa yang ada
di dalamnya. Secara singkat, anatomi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari
struktur dan hubungan antara bagian-bagian dari tubuh makhluk hidup. Bagian tubuh
makhluk hidup yang dipelajari dalam bidang ilmu ini yaitu mencakup tampilan luar serta
bagian dalam dari tubuh makhluk hidup.
2. Pengertian Fisiologi
Fisiologi adalah sebuah istilah yang terdiri atas dua suku kata yaitu fisi dan logi yang
keduanya berasal dari Bahasa Yunani, phisy yang artinya mekanisme atau tata cara atau
cara kerja dan logos yang artinya ilmu atau kajian. Selain itu, fisiologi juga disebut
sebagai ilmu faal tubuh, kata faal merupakan kata yang berasal dari Bahasa Arab yang
artinya fungsi atau kerja (Guyton, 2002). Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan
bahwa defisinis dari fisiologi yaitu suatu ilmu atau kajian yang mempelajari tentang
mekanisme atau cara kerja dari setiap bagian tubuh makhluk hidup serta bagaimana
bagian-bagian tubuh yang berbeda tersebut saling bekerja sama. Kajian dalam bidang
ilmu fisiologi biasanya meliputi sel, molekul, organ, otot, juga seluruh fungsi serta proses
kimiawi dalam tubuh makhluk hidup. Sebagai contoh yang dipelajari dalam cabang ilmu
ini yaitu mengenai cara kerja jantung dalam memompa darah ke seluruh tubuh, setelah

1
sebelumnya mempelajari anatomi mengenai bentuk dan struktur jantung serta peredaran
darah.
3. Bagian Bagian Ilmu Anatomi
Untuk mempelajari ilmu anatomi. kita dapat menggunakan dua metode, yaitu dengan
cara makroskopis (Gross) atau dengan mata telanjang, dan yang kedua secara
mikroskopis yaitu dengan bantuan alat seperti mikroskop. Dengan menggunakan bantuan
mikroskop, kita dapat mengetahui mulai dari jaringan hingga tingkat sel. Selain itu,
secara umum anatomi juga terbagi menjadi beberapa cabang ilmu, di antaranya adalah:
a. Anatomi Sistemik merupakan cabang ilmu anatomi yang mempelajari tentang setiap
sistem yang ada dalam tubuh. Setiap sistem yang ada dalam tubuh memiliki jaringan
yang sama kemudian membentuk fungsi yang khusus. Sebagai contoh pembahasan
yang termasuk ke dalam anatomi sistemik yaitu seperti sistem otot, sistem jantung dan
lain sebagainya.
b. Anatomi Regional merupakan cabang ilmu anatomi yang mempelajari tentang letak
organ-organ yang ada dalam tubuh. Hal ini sangat penting dipelajari terutama sebelum
melakukan pembedahan atau operasi, seperti misalnya untuk mengetahui letak saraf,
pembuluh darah dan lain sebagainya.
c. Anatomi Perkembangan (Embriologi) merupakan cabang ilmu anatomi yang
mempelajari perubahan-perubahan yang terjadi pada sel pertama kehamilan sampai
dengan proses kelahiran seorang anak.
d. Anatomi Permukaan (Surface Anatomy) merupakan cabang ilmu anatomi yang
mempelajari mengenai letak organ-organ yang ada di dalam tubuh yang kemudian
diproyeksikan ke permukaan tubuh.
e. Anatomi Perbandingan (Comperative Anatomy) merupakan cabang ilmu anatomi
yang mempelajari mengenai persamaan dan perbedaan dari susunan tubuh manusia
dengan organisme yang lainnya.
f. Anatomi Radiologi (X-ray) merupakan cabang ilmu anatomi yang mempelajari
susunan dari organ-organ tubuh manusia secara radiologi atau rontgen.
g. Anatomi Antropologi merupakan cabang ilmu anatomi yang mempelajari tentang
perbedaan ukuran tubuh manusia antara di suatu tempat (daerah) dan tempat lainnya.
Apabila dilihat dari fokus kajiannya, maka bagian-bagian ilmu anatomi terdiri dari
tujuh bagian, yaitu:

2
1) Ertologi, yaitu ilmu anatomi yang mempelajari tentang sel.
2) Hystologi, yaitu ilmu anatomi yang mempelajari tentang jaringan.
3) Osteologi, yaitu ilmu anatomi yang mempelajari tentang tulang.
4) Arthrologi, yaitu ilmu anatomi yang mempelajari tentang persendian.
5) Myologi, yaitu ilmu anatomi yang mempelajari tentang otot.
6) Neurologi, yaitu ilmu anatomi yang mempelajari tentang saraf.
7) Antropologi, yaitu ilmu anatomi yang mempelajari tentang ukuran dari organ
tubuh.
Dari ketujuh cabang ilmu anatomi tersebut, osteologi, arthrologi, dan myologi
termasuk ke dalam bagian kinesiologi atau ilmu gerak. Hal tersebut akan berhubungan
dengan tulang (pasif), otot (aktif), gerakan (persendian) dan sylema neuro moscullar
(saraf otot). Anatomi berdasarkan tinjauannya terdiri atas dua unsur pokok, yang pertama
yaitu alat penggerak aktif dan yang kedua adalah alat penggerak pasif. Contoh untuk alat
penggerak aktif yang termasuk ke dalam alat dalam di antaranya seperti jantung, paru-
paru, otot, urat, dan jaringan pengikat. Sedangkan untuk contoh alat penggerak pasif yaitu
seperi tulang.
4. Organisasi dan Sistem Kehidupan
Sistem kehidupan makhluk hidup dapat dipandang dari berbagai sisi yang semuanya
memberikan informasi mengenai cara serta sistem kehidupan tersebut berfungsi. Sistem
kehidupan memiliki tingkatan struktur yang sangat terorganisir secara sempurna dan
menjadi bagian dari organisasi kehidupan. Kita dapat melihat keteraturan dalam pola
yang rumit seperti pola dari ukuran tubuh manusia, jenis rambut, warna kulit, dan lain
sebagainya. Pengertian dari tingkat organisasi kehidupan itu sendiri adalah suatu
tingkatan yang dimulai dari bagian paling sederhana hingga yang paling kompleks.
Setiap tingkatan dari organisasi kehidupan menjelaskan peranan yang penting. Urutan
tingkatan organisasi kehidupan yang yaitu dimulai dari tingkatan molekul hingga biosfer.
a. Molekul
Organisasi kehidupan terkecil adalah molekul, hal tersebut didasarkan bahwa
setiap mahluk hidup tersusun atas molekul organik sebagai dasar penyusun tubunnya.
Molekul organik (biomolekul) kompleks yang terdapat pada mahluk hidup contohnya
seperti asam nukleat yaitu DNA dan RNA , protein, karbohidrat, lemak dan vitamin.
Molekul organik memiliki fungsi untuk mengontrol struktur dan fungsi dari setiap
komponen-komponen sel.

3
b. Organel
Organel merupakan bagian penyusun sel yang terdiri dari berbagai macam molekul
organik dan memiliki berbagai macam fungsi untuk tubuh. Contoh organel sel adalah
seperti Mitokondria yang berfungsi untuk menghasilkan energi, Ribosom untuk
mensintesis protein, Badan Golgi untuk mengekskresi sel dan Retikulum Endoplasma
berfungsi untuk transportasi dalam sel.
c. Sel
Sel merupakan suatu satuan atau unit terkecil yang menyusun tubuh mahluk hidup.
Sel yang ada dalam tubuh makhluk hidup adalah terdiri dari sel-sel saraf, sel-sel
tulang, dan sel otot.
d. Jaringan
Jaringan merupakan kumpulan berbagai macam sel yang memiliki bentuk dan
fungsi yang sama. Sekumpulan sel tersebut kemudian akan membentuk pola yang
sama dengan fungsi yang sama. Jaringan memiliki peran untuk membentuk struktur
dasar pada bagian tubuh mahluk hidup. Sebagai contoh seperti jaringan otot yaitu
terdiri dari sel-sel otot.
e. Organ
Organ merupakan suatu kumpulan jaringan yang mempunyai peranan tertentu.
Setiap organ memiliki fungsi untuk menyokong kehidupan suatu mahluk hidup.
Keberadaan organ dalam tubuh, menjadikan mahluk hidup memiliki fungsi fisiologis
terhadap kondisi lingkungannya. Sebagai contoh adalah organ jantung yang terdiri
atas otot, saraf ikat, dan jaringan epitel.
f. Sistem Organ
Sistem organ merupakan susunan dari berbagai organ yang berbeda kemudian
membentuk sistem tertentu yang saling berinteraksi. Adanya interaksi dari berbagai
organ dengan tujuan yang sama kemudian akan membentuk satu kesatuan fungsional
bagi keberlangsungan hidup suatu mahluk hidup. Sebagai contoh dari sistem organ
adalah sistem peredaran darah yang terdiri dari organ jantung dan pembuluh darah
vena, arteri, juga kapiler. Contoh lain misalnya sistem pencernaan yang melibatkan
kegiatan yang terkoordinasi dari berbagai organ berbeda seperti mulut, perut, usus
kecil dan besar, pankreas, serta hati.

4
g. Organisme
Organisme atau individu adalah suatu satuan mahluk hidup yang tersusun secara
kompleks dari berbagai macam sistem tubuh yang saling mendukung. Dari mulai
tingkatan molekul sampai sistem organ memberikan daya dukung untuk hidup dan
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Organisme juga dapat dikatakan sebagai
sistem dengan karakteristik hidup yang memiliki kemampuan untuk merespon
perubahan lingkungan yang terjadi di sekitarnya serta memiliki kemampuan untuk
bereproduksi.
5. Homeostatis
Suatu organisme unisel tidak akan dapat bertahan hidup dalam lingkungan yang
berubah-ubah karena mereka hanya memiliki sedikit atau bahkan hampir tidak
memiliki mekanisme perlindungan diri terhadap lingkungannya. Tetapi, organisme
multisel seperti manusia dapat hidup dalam lingkungan yang berubah-ubah karena
memiliki kemampuan untuk mempertahankan keadaa lingkungan dalamnya (milleu
interiur). Hal tersebut akan melindungi sel-sel yang terletak dalam tubuh dari
terjadinya perubahan lingkungan luar (milleu exterieur) sehingga dapat menjamin
kelangsungan hidup sel-sel pada tubuh.

Gambar 1.1. Hubungan Sel, Sistem-Sistem Tubuh, dan Homeostatis


Sumber: (MS, 2004)

5
Pentingnya sebuah lingkungan dalam yang stabil telah diungkapkan oleh Claude
Bernard, seorang ahli ilmu faal Perancis pada tahun 1859. Dengan mempertahankan
kestabilan dari lingkungan dalam, organisme multisel yang kompleks seperti manusia
dapat hidup bebas di lingkungan luar yang kondisinya sangat bervariasi. Selain itu,
ahli ilmu faal dari Amerika Serikat Walter Cannon menyebutkan bahwa usaha untuk
mempertahankan kestabilan dari kondisi lingkungan dalam ini sebagai homeostatis,
yang berasal dari bahasa Yunani yaitu homeo yang artinya sama dan statis yang
artinya mempertahankan keadaan. Cannong juga mengajukan empat postulat yang
mendasari homeostatis, yang pertama yaitu peran sistem saraf dalam mempertahankan
kesesuaian lingkungan dalam dengan kehidupan, yang kedua yaitu adanya kegiatan
pengendalian yang bersifat tonik.
Postulat ketiga dan keempat adalag adanya pengendalian yang bersifat antagonistik
dan suatu sinyal kimia dapat memiliki pengaruh yang berbeda di jaringan tubuh yang
berbeda. Cannon juga mengajukan beberapa paramater yang diatur secara
homeostatik, yaitu faktor-faktor lingkungan yang memengaruhi kondisi dan
kebutuhan sel serta adanya sekresi internal. Hal-hal yang diungkapkan oleh Cannon
tersebut kini memang terbukti ada dalam tubuh manusia. Dalam menyelenggrakan
proses homeostatis ini, tubuh harus selalu mengawasi adanya perubahan-perubahan
nilai dari berbagai parameter yang ada kemudian mengkoordinasikan respon yang
sesuai sehinga perubahan yang terjadi dapat diredam.
Oleh karena itu, sel-sel dalam tubuh harus mampu berkomunikasi antara satu
dengan lainnya. Komunikasi antar sel ini adalah media yang dapat menopang
pengendalian fungsi sel atau organ tubuh. Pengendalian yang paling sederhana terjadi
secara lokal (intrinsik), yaitu pengendalian yang dilakukan dengan komunikasi antar
sel yang berdekatan. Sedangkan untuk pengendalian jarak jauh (ekstrinsik) adalah
proses yang lebih kompleks dan dimungkinkan melalui refleks yang dapat melibatkan
sistem saraf (lengkung refleks) maupun sistem endokrin atau pengaturan umpan balik.

6
Gambar 1.2. Pengendalian Jarak Jauh melalui Sistem Endokrin dan Sistem Saraf
Sumber: (MS, 2004)

Pengaturan umpan balik negatif (negative feedback) adalah pengaturan yang


penting dalam homeostatis. Dalam pengaturan umpan balik, sistem pengendali selalu
membandingkan parameter yang dikendalikan, sebagai contoh suhu tubuh atau
tekanan darah dengan nilai setpoint atau kisaran nilai normalnya. Perubahan-
perubahan parameter yang dikendalikan tersebut akan menghasilkan respon yang
melawan perubahan sehingga dapat mengembalikan paramater tersebut pada nilai
setpoint. Selain umpan balik negatif, ada juga pengaturan umpan balik yang positif
(positive feedback). Pengaturan ini tidak bersifat homeostatik karena justru akan
memperbesar respon sampai ada faktor luar yang dapat menghentikan.

Gambar 1.3. Umpan Balik Positif dan Negatif


Sumber: (MS, 2004)

7
Homeostatis dapat dipertahankan dengan berbagai proses pengaturan yang
melibatkan semua sistem organ tubuh melalui pengaturan keseimbangan yang sangat
halus namun bersifat dinamis (dynamic steady state). Sebagai contoh adalah setpoint
tidak akan selalu sama dan dapat berubah bergantung dari kebutuhan saat itu. Irama
Biologi, seperti irama sirkadian contohnya, adalah contoh dari perubahan setpoint ini.
Pengaturan juga tidak hanya melalui umpan balik, tetapi juga bersifat ke depan atau
disebut dengan feedforward control yang dapat memungkinkan tubuh untuk
mengantisipasi perubahan yang akan terjadi di waktu mendatang. Bahkan, besar dari
respon juga dapat dimodulasi melalui up-regulation atau down-regulation baik jumlah
dan atau kinerja dari reseptor sel.
Homeostatis ini pada dasarnya berfungsi untuk menstabikan cairan yang ada di
sekitar sel-sel organisme multisel yaitu cairan ekstrasel (CES), yang merupakan
sebuah interface antara sel dengan lingkungan luar. Sel-sel tubuh selain harus selalu
dalam keadaan basah, juga harus mengandung zat-zat tertentu (solut) dalam kadar
yang tertentu pula demi terjadinya kelangsungan proses-proses dalam sel. Oleh karen
itu, paramatere CES yang harus terus dipertahankan melalui homeostatis adalah kadar
nutrien, kadar O2 dan CO2, kadar sisa metabolisme, pH, Kadar air, garam juga
elektrolit lainnya, suhu, volume serta tekanan. Hampir seluruh penyakit yang
menimpa tubuh terjadi akibat kegagalan tubuh dalam mempertahankan homeostatis.
Keberadaan seseorang di lingkungan yang sangat dingin tanpa pakaian yang cukup
serta perlindungan dapat berakibat fatal apabila tubuhnya gagal mempertahankan
suhu tubuhnya sehingga suhu tubuh inti turun. Hal tersebut disebabkan oleh
terganggunga proses-proses (ensimatik) sel yang sangat bergantung pada suhu
tertentu. Contoh lainnya adalah apabila tubuh kehilangan darah dalam jumlah yang
kecil, mungkin akibatnya tidak akan fatal karena tubuh masih mampu
mengkompensasi kehilangan tersebut dengan cara meningkatkan tekanan darah,
mereabsorpsi cairan di ginjal, dan lain sebagainya. Tetapi apabila tubuh kehilangan
darah dalam jumlah yang sangat banyak, usaha kompensasi dari tubuh mungkin tidak
akan memadai sehingga dapat berakibat fatal. Tanggung jawab dari tim paramedis
adalah untuk membantu mempertahankan homeostatis.

8
B. GARIS BESAR SISTEM DALAM TUBUH MANUSIA
Tubuh manusia merupakan organisasi kehidupan yang terdiri dari berbagai sistem yang
berbeda fungsinya. Ada banyak jenis sistam yang terdapat dalam tubuh manusia, di
antaranya adalah:
1. Sistem Integumentari
Kata integumentari merupakan kata yang berasal dari bahasa Latin yaitu
integumentum yang artinya penutup. Seluruh tubuh manusia yang berada di bagian
terluar terbungkus oleh suatu sistem yang disebut dengan sistem integumentari. Sistem
integumentari adalah sistem organ yang paling luar. Sistem integumentari terdiri dari
kulit, rambut, bulu, sisik, kuku, kelenjar keringat dan produknya yang berupa keringat
atau lendir dan reseptor saraf khusus untuk stimuli perubahan internal atau lingkungan
eksternal. Sistem integumentari memiliki kemampuan serta fungsi untuk memperbaiki
sendiri (self-repairing) dan mekanisme pertahanan tubuh pertama yaitu sebagai pembatas
antara lingkungan luar tubuh dengan tubuh bagian dalam. Kulit adalah organ tubuh yang
paling luas yang memiliki kontribusi terhadap total berat tubuh sebanyak 7%.
Keberadaan kulit memegang peranan yang penting untuk mencegah terjadinya
kehilangan cairan yang berlebihan serta mencegah masuknya agen-agen yang ada di
lingkungan seperti bakteri, kimia dan radiasi ultraviolet. Kulit juga dapat menahan
apabila terjadi kekuatan-kekuatan mekanik seperti gesekan (friction), getaran (vibration)
juga dapat mendeteksi perubahan-perubahan fisik yang terjadi di lingkungan luar,
sehingga memungkinkan seseorang untuk menghindari stimuli-stimuli yang tidak
nyaman. Kulit membangun sebuah barier yang dapat memisahkan organ-organ internal
dengan lingkungan luar juga turut berpartisipasi dalam berbagai fungsi vital dalam tubuh.
Selain itu, kulit juga dapat melindungi tubuh dari kondisi seperti dehidras saat udara
di sekitar kering dan absorbsi air saat tubuh terendam. Suhu normal pada tubuh yaitu
37°C diatur dengan keadaan menggigil atau berkeringat yang dikendalikan melalui cara
vasodilatasi dan vasokontriksi pembuluh darah yang ada di kulit. Kulit juga memiliki
fungsi untuk melakukan absorb sejumlah sinar UV untuk kebutuhan sintesis vitamin D.
Kulit mempunyai reseptor sensorik yang banyak terutama pada bagian wajah, telapak
tangan, jari-jari tangan, telapak kaki, dan genitalia. Kulit biasanya berinteraksi dengan
berbagai sistem tubuh untuk mencapai beberapa fungsi termasuk didalamnya sistem
sirkulasi, sistem imun, juga sistem saraf.

9
Gambar 1.4. Sistem Integumentari pada Manusia
Sumber: http://bit.ly/sistemintegumentari

2. Sistem Saraf
Sistem saraf merupakan serangkaian organ yang kompleks yang saling bersambungan
serta terdiri dari jaringan saraf. Sistem saraf dijelaskan juga sebagai sistem koordinasi
atau pengaturan tubuh berbentuk penghantaran impul saraf ke susunan saraf pusat,
pemrosesan impul saraf dan perintah untuk memberi tanggapan rangsangan. Unit terkecil
dari pelaksanaan kerja sistem saraf adalah sel saraf atau neuron. Dalam mekanisme
sistem saraf, lingkungan internal juga stimulus eksternal dipantau serta diatur. Input
sensorik dapat mengatur beberapa kemampuan khusus seperti kemampuan iritabilitas
dan konduktivitas. Kemampuan iritabilitas memungkinkan makhluk hidup dapat
menyesuaikan diri dan menanggapi perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya.
Jadi, iritabilitas dapat dikatakan sebagai kemampuan untuk menanggapi rangsangan.
Kemampuan iritabilitas disebut juga sebagai sensitivitas terhadap stimulus, sedangkan
konduktivitas adalah kemampuan untuk mentransmisi suatu respon terhadap stimulasi.
Sistem saraf terdiri dari sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer atau sistem saraf tepi.
Sistem saraf pusat yaitu terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang sedangkan sistem
saraf perifer terdiri dari sistem saraf somatik dan sistem saraf otonom. Sistem saraf
memiliki tiga fungsi utama, yaitu untuk menerima informasi dalam bentuk rangsangan
atau stimulus, memproses informasi yang diterima, serta memberi tanggapan atau respon
terhadap rangsangan. Sistem saraf menerima sensasi atau disebut dengan stimulus

10
melalui reseptor yang terletak dalam tubuh manusia baik secara eksternal (reseptor
somatic) maupun internal (reseptor viseral). Reseptor kemudian mengubah stimulus
menjadi impuls listrik yang menjalar pada sepanjang saraf sampai ke otak dan medulla
spinalis, yang kemudian dapat menginterpretasi dan mengintegrasi stimulus, sehingga
respon terhadap informasi bisa terjadi.

Gambar 1.5. Sistem Saraf


Sumber: http://bit.ly/sistemsaraf

3. Sistem Endokrin
Tubuh manusia memiliki kelenjar, enzim dan beberapa bagian penting lain yang dapat
mempengaruhi kestabilan tubuh. Salah satu kelenjar dalam tubuh manusia yang memiliki
pengaruh dalam tubuh yaitu kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin adalah kelenjar yang
terdiri dari susunan sel mikro yang sangat sederhana yang terdiri atas jaringan ikat halus
yang mengandung pembuluh kapiler. Sistem endoktrin pada manusia merupakan sistem
yang mengatur serta menghasilkan hormon-hormon yang dibutuhkan oleh tubuh
manusia. Sistem endokrin pada manusia mempunyai hubungan yang sangat erat dengan

11
sistem saraf pada manusia, kedua sistem ini memiliki fungsi untuk mengontrol serta
saling memadukan satu sama lain. Selain itu, kedua sistem ini juga memiliki tugas untuk
menjaga homeostatis dalam tubuh. Walaupun kedua sistem ini saling memberikan
pengaruh, tetapi sebenarnya karakteristik masing-masing berbeda satu sama lain. Secara
umum, fungsi dari kelenjar endokrin dalam tubuh manusia adalah:
a. Penghasil Hormon, yaitu kelenjar endokrin memiliki tugas untuk menghasilkan
berbagai jenis hormon berbeda yang nantinya akan disalurkan ke darah apabila
diperlukan oleh jaringan tubuh tertentu.
b. Mengontrol Aktivitas, yaitu kelenjar endokrin memiliki tugas untuk mengontrol
aktivitas dari kelenjar tubuh agar dapat berfungsi dengan normal dan maksimal.
c. Merangsang Aktivita,, yaitu kelenjar endoktrin memiliki tugas untuk merangsang
aktivitas kelenjar tubuh untuk kemudian disampaikan pada sistem saraf dan
menciptakan efek dari rangsangan tersebut.
d. Pertumbuhan Jaringan, yaitu kelenjar endoktrin dapat mempengaruhi pertumbuhan
jaringan pada manusia agar jaringan tersebut berfungsi secara maksimal.
e. Mengatur Metabolisme, yaitu kelenjar endokrin berfungsi untuk mengatur
metabolisme dalam tubuh, sistem oksidasi tubuh serta bertugas untuk meningkatkan
proses absorpsi glukosa dalam tubuh dan pada usus halus.
f. Metabolisme Zat, yaiatu kelenjar endokrin memiliki tugas untuk mempengaruhi
fungsi dari metabolisme lemak, vitamin, metabolisme protein, mineral, air dan hidrat
arang dalam tubuh untuk agar berfungsi secara optimal.

Gambar 1.6. Sistem Endokrin.


Sumber: http://bit.ly/sistemendokrinmanusia

12
4. Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan manusia merupakan sebuah sistem yang dapat membantu manusia
dalam mencerna makanan dan minuman yang dikonsumsinya menjadi zat yang lebih
mudah dicerna oleh tubuh untuk kemudian diambil berbagai kandungan di dalamnya
yang dapat bermanfaat untuk organ dalam dan bagian tubuh secara keseluruhan. Dalam
pengertian lain, sistem pencernaan merupakan suatu proses perubahan makanan dan
penyerapan sari makanan yang berupa nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh dengan
bantuan enzim yang dapat memecah molekul makanan kompleks menjadi sederhana
sehingga mudah dicerna oleh tubuh.
Sistem pencernaan manusia meliputi proses memasukan makanan ke dalam mulut,
proses mengubah makanan menjadi kecil dan lembut oleh gigi (pencernaan mekanik),
proses mengubah molekul makanan kompleks menjadi sederhana oleh enzim, asam, bile
dan air (pencernaan kimiawi), dan proses penyerapan nutrisi serta pembuangan kotoran
(poses penyingkiran). Anatomi sistem pecernaan terdiri dari organ-organ pencernaan
yang dibagi terbagi dua kelompok utama, yaitu organ dalam saluran pencernaan dan
organ pencernaan pelengkap. Sistem penceraan dibagi menjadi dua bagian besar yaitu
saluran Gastrointestinal dan Organ Aksesori.

Gambar 1.7. Saluran Pencernaan


Sumber: http://bit.ly/sistempencernaanmanusia

13
a. Saluran Gastrointestinal (GI)
Saluran pencernaan atau yang disebut dengan saluran gastrointestinal (GI)
merupakan saluran panjang yang masuk melalui tubuh dari mulut hingga ke anus.
Saluran ini bertugas untuk mencerna, memecah serta menyerap makanan melalui
lapisannya ke dalam darah. Organ yang termasuk ke dalam saluran pencernaan ini
yaitu meliputi mulut, esofagus (kerongkongan), lambung, usus halus, usus besar, dan
berakhir di anus.

Gambar 1.8. Saluran Gastrointestinal (GI)


Sumber: http://bit.ly/salurangi

b. Organ Aksesori
Kelompok kedua dari sistem pencernaan pada manusia adalah organ aksesori.
Organ pencernaan pelengkap atau aksesori yaitu meliputi lidah, gigi, kantung empedu,
kelenjar air liur, hati, dan pankreas.
5. Sistem Respirasi
Seluruh sel yang berada dalam tubuh memerlukan suplai oksigen dan harus secara
terus menerus menghasilkan sisa hasil metabolisme yang berupa karbon dioksida. Dalam
tinjauan makroskopis, sistem respirasi mempunyai peran yang sederhana yaitu ventilasi
atau untuk bernafas. Sedangkan dalam tinjauan mikroskopis atau level sel, respirasi
merupakan proses sel yang memanfaatkan O2, menghasilkan CO2, kemudian merubahnya
menjadi energi dalam bentuk lain yang bermanfaat. Secara umum, pernapasan pada

14
manusia mencakup dua proses, yaitu pernapasan eksternal dan pernapadan internal.
Pernapasan eksternal merupakan proses pernapasan yang proses pertukaran oksigen dan
karbon dioksidanya terjadi diantara udara dalam gelembung paru-paru dengan darah
dalam kapiler.
Sedangkan pernapasan internal merupakan pernapasan yang proses pertukaran
oksigen dan karbon dioksidanya terjadi antara darah dalam kapiler dengan sel-sel
jaringan tubuh. Dalam proses pernapasan, oksigen dibutuhkan untuk proses oksidasi atau
pembakaran zat makanan. Zat makanan yang dioksidasi tersebut dalah gula atau glukosa.
Glukosa adalah zat makanan yang mengandung energi. Proses oksidasi dari zat makanan,
yaitu glukosa, bertujuan untuk menghasilkan energi. Jadi, pernapasan atau respirasi yang
dilakukan oleh manusia bertujuan untuk mengambil energi yang terkandung di dalam
makanan. Energi yang nantinya dihasilkan dapat digunakan untuk aktivitas hidup seperti
untuk pertumbuhan, mempertahankan suhu tubuh, pembelahan sel-sel tubuh, dan
kontraksi otot.

Gambar 1.9. Sistem Respirasi


Sumber: http://bit.ly/sistemrespirasi

6. Sistem Kardiovaskuler
Sistem kardiovaskuler adalah organ sirkulsi darah yang terdiri dari jantung, komponen
darah dan pembuluh darah yang berfungsi untuk memberikan dan mengalirkan suplai
oksigen dan nutrisi ke seluruh jaringan tubuh yang diperlukan dalam proses metabolisme
pada tubuh. Sistem kardivaskuler membutuhkan banyak mekanisme yang bermacam-
macam agar fungsi regulasinya dapat merespons aktivitas tubuh, salah satunya adalah

15
untuk meningkatkan aktivitas suplai darah agar aktivitas jaringan dapat terpenuhi. Pada
keadaan yang berat, aliran darah tersebut akan lebih banyak diarahkan pada organ-organ
vital seperti jantung dan otak yang berfungsi memelihara dan mempertahankan sistem
sirkulasi itu sendiri. Sistem kardiovaskuler sudah mulai dapat berfungsi pada usia 3
minggu kehamilan. Dalam sistem kardiovaskuler pada tubuh, terdapat pembuluh darah
terbesar yang di sebut dengan Angioblast.
Fungsi utama dari sistem kardiovaskular pada manusia adalah untuk memberikan
oksigen ke setiap sel dalam tubuh manusia. Darah menerima oksigen pada paru-paru
kemudian dipompa oleh jantung ke seluruh tubuh. Oksigen kemudian berdifusi ke dalam
sel tubuh dan karbon dioksida yang bergerak dari sel ke dalam darah akan dikirimkan
kembali ke paru-paru kemudian dihembuskan. Setiap sel dalam tubuh membutuhkan
oksigen, oksigen tersebut digunakan dalam respirasi sel untuk menghasilkan energi
dalam bentuk ATP. Sistem kardiovaskular juga memiliki peranan penting dalam
menjaga suhu tubuh. Hal tersebut membantu tubuh kita agar tetap hangat dengan cara
menggerakkan darah hangat ke seluruh tubuh. Pembuluh darah juga dapat mengontrol
suhu tubuh agar membuat kita tidak terlalu panas atau terlalu dingin. Ketika otak kita
merasa bahwa suhu tubuh meningkat, maka ia akan mengirimkan pesan ke pembuluh
darah di kulit untuk meningkatkan diameter.
Peningkatan diameter pembuluh darah akan meningkatkan jumlah darah dan panas
yang bergerak di dekat permukaan kulit. Panas ini kemudian akan dilepaskan dari kulit.
Hal tersebut akan membantu tubuh kita untuk menenangkan diri. Selain itu, darah juga
membawa hormon, yang merupakan molekul pembawa pesan kimia yang diproduksi
oleh organ dari sistem endokrin. Hormon diproduksi di sauatu daerah dalam tubuh dan
memiliki efek pada daerah lain. Untuk sampai ke daerah lain, hormon-hormon tersebut
harus melakukan perjalanan melalui darah. Sebagai contohnya adalah hormon adrenalin,
yang diproduksi oleh kelenjar adrenal di atas ginjal. Adrenalin mempunyai beberapa efek
pada jantung salah satunya yaitu mempercepat denyut jantung, selain itu juga adrenalin
dapat berefek dapa pada otot dan napas.

16
Secara singkat, fungsi utama dari sistem kardiovaskuler pada tubuh manusia terdiri
dari tiga, yaitu:
a. Mengedarkan nutrisi, oksigen, serta hormon ke seluruh tubuh dan mengeluarkan sisa
dari proses metabolisme berupa karbon dioksida, limbah nitrogen, dan panas).
b. Memberi perlindungan pada tubuh yang dilakukan oleh sel darah putih, antibodi, dan
protein yang diedarkan ke dalam darah dan untuk mempertahankan tubuh dari segala
jenis mikroba asing serta racun.
c. Mengatur suhu tubuh, cairan pH, dan kadar air pada sel.

Gambar 1.10. Sistem Kardiovaskuler


Sumber: http://bit.ly/kardiovaskuler

7. Sistem Limfa
Sistem limfa atau dikenal juga dengan sistem getah bening, mempunyai kemiripan
dalam berbagai hal dengan sistem peredaran darah yang melibatkan jaringan luas
pembuluh darah yang melintasi hampir semua jaringan kita untuk memungkinkan
pergerakan cairan yang disebut getah bening. Sistem limfa adalah suatu sistem yang
membawa cairan dan protein yang hilang kembali ke darah. Sistem limfatik dikatakan
juga sebagai suatu sistem sirkulasi sekunder yang berfungsi untuk mengalirkan limfa atau
getah bening di dalam tubuh. Sistem limfa menjadi bagian pelengkap dari sistem
imunitas dan memiliki peran yang penting dalam pertahanan tubuh terhadap berbagai
penyakit. Limfa berasal dari plasma darah yang keluar dari sistem kardiovaskuler ke

17
dalam jaringan sekitarnya. Cairan tersebut kemudian dikumpulkan oleh sistem limfa
melalui proses difusi ke dalam kelenjar limfa dan dikembalikan lagi ke dalam sistem
sirkulasi. Sistem limfatik terdiri dari beberapa komponen di antaranya adalah pembuluh
limfatik, yang disebut juga sebagai cairan getah bening, kelenjar getah bening, timu, dan
limpa. Beberapa fungsi dari sistem limfa dalam tubuh manusia di antaranya adalah untuk:
a. Mengembalikan cairan dan protein dari jaringan ke dalam sirkulasi darah.
b. Mengangkut limfosit dari kelenjar limfa menuju ke sirkulasi darah.
c. Membawa lemak yang sudah dibuat menjadi emulsi dari usus ke sirkulasi darah.
Saluran limfa yang melaksanakan tugas ini adalah saluran lakteal.
d. Kelenjar limfa dapat menyaring serta menghancurkan mikroorganisme untuk
menghindarkan penyebaran organisme itu dari tempat masuknya ke dalam jaringan
atau ke bagian lain tubuh.
e. Apabila terdapat infeksi, kelenjar limfa dapat menghasilkan zat anti atau antibodi
untuk melindungi tubuh terhadap kelanjutan infeksi.
Sistem limfa merupakan bagian dari sistem vaskular dan menjadi bagian penting dari
sistem kekebalan tubuh. Sistem ini terdiri dari jaringan pembuluh limfatik yang
membawa cairan bening yang disebut limfe yang berasal dari bahasa Latin yaitu limfona
yang artinya air. Sistem limfa pertama kali dijelaskan pada abad ketujuh belas oleh
ilmuwan bernama Olaus Rudbeck dan Thomas Bartholin. Sistem limfa memiliki sedikit
perbedaan dengan sistem sirkulasi karena sistem limfa bukanlah sistem yang tertutup.
Sistem sirkulasi pada manusia memproses rata-rata 20 liter darah setiap hari melalui
proses penyaringan kapiler yang menghilangkan plasma sambil meninggalkan sel-sel
darah. Sebanyak 17 liter plasma yang disaring akan diserap kembali secara langsung ke
dalam pembuluh darah, sedangkan tiga liter sisanya tetap berada dalam cairan interstisial.
Salah satu fungsi utama dari sistem getah bening adalah memberikan jalur kembali
aksesori ke darah untuk kelebihan tiga liter tersebut. Fungsi utama lainnya dari sistem
limfa adalah sebagai salah satu pertahanan dalam sistem kekebalan tubuh. Getah bening
sangat mirip dengan plasma darah, yaitu sama-sama mengandung limfosit. Sistem ini
juga mengandung produk limbah serta puing-puing seluler bersama dengan bakteri dan
protein. Limfosit terkonsentrasi di kelenjar getah bening. Limpa juga timus juga
merupakan organ limfoid yang termasuk ke dalam sistem kekebalan tubuh. Amandel
merupakan organ limfoid yang juga terkait dengan sistem pencernaan. Jaringan limfoid
mengandung limfosit juga mengandung jenis sel lain untuk mendapat dukungan. Sistem
ini juga meliputi seluruh struktur yang didedikasikan untuk sirkulasi dan produksi

18
limfosit (komponen seluler utama getah bening), yang juga termasuk sumsum tulang,
dan jaringan limfoid yang terkait dengan sistem pencernaan.

Gambar 1.11. Sistem Limfa


Sumber: http://bit.ly/sistemlimfa

19
8. Sistem Imun
Sistem imun atau disebuy juga sistem kekebalan tubuh adalah suatu sistem
perlindungan secara biologis yang ada dalam tubuh manusia dengan tujuan untuk
menangkal radikal bebas yang dapat menyerang sehingga seorang individu akan
terhindar dari penyakit. Apabila sistem ini bekerja dengan baik dalam tubuh, maka
seseorang akan terhindar dari serangan virus maupun bakteri. Akan tetapi, apabila sistem
imun ini tidak bekerja dengan baik atau dalam kondisi yang lemah, maka kekebalan
tubuh individu tersebut akan menurun sehingga mudah terserang penyakit. Suatu sistem
yang ada dalam tubuh memiliki fungsi masing masing, begitu juga dengan sistem hormon
pada manusia. Beberapa fungsi dari sistem imun adalah sebagai berikut:
a. Sistem Pertahanan
Fungsi utama dari sistem imun adalah sebagai sistem pertahanan tubuh, baik itu dari
sumber penyakit yang dapat menular ataupun yang disebabkan oleh virus dan bakteri.
b. Keseimbangan Homeostatis
Homeostatis merupakan keseimbangan ideal dalam tubuh yang berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan tubuh dengan cara berinteraksi dengan seluruh sistem yang ada
dalam tubuh. Sehingga sistem imun ini berfungsi untuk menjaga keseimbangan
homeostatis agar tetap bekerja dengan baik.
c. Perbaikan Jaringan
Fungsi ketiga dari sistem imun adalah untuk memperbaiki jaringan dengan cara
mengeliminasi jaringan sel yang sudah mati ataupun rusak dalam tubuh. Selain itu
juga untuk mengeliminasi sel yang fungsinya tidak normal.
Sistem imun pada manusia terbagi atas dua macam yaitu pertahanan non spesifik dan
pertahanan spesifik. Sistem pertahanan non spesifik adalah sistem pertahanan tubuh
yang tidak membedakan antara mikorbia patogen satu dengan yang lainnya. Pertahanan
non spesifik ini terdiri dari pertahanan fisik, mekanis, kimiawi dan biologi. Adapun ciri
dari sistem pertahanan non spesifik adalah tidak begitu selektif, tidak dapat mengingat
infeksi sebelumnya, eksposurnya menjadikan respon yang maksimal, dan terdapat
komponen khusus yang dapat menangkal radikal bebas. Sistem pertahana yang kedua
adalah sistem pertahanan spesifik yaitu sistem pertahanan tubuh yang peka terhadap
patogen tertentu yang sudah masuk kedalam tubuh manusia setelah melewati sistem
pertahanan non spesifik. Adapun ciri dari sistem pertahanan spesifik yaitu sangat selektif,
dapat mengingat infeksi sebelumnya, reaksi antara semua benda asing berbeda beda ,
serta melibatkan antibodi dan pembentukan sel.

20
Gambar 1.12. Sistem Imun
Sumber: http://bit.ly/2fyjcc5

9. Sistem Urin
Dalam tubuh manusia, bermacam-macam produk limbah sebagai hasil dari kegiatan
metabolisme dibersihkan oleh sistem urin atau sistem kemih. Sistem kemih juga
membantu tubuh untuk mempertahankan lingkungan yang stabil dengan cara mengatur
komposisi cairan tubuh. Urin merupakan cairan yang dihasilkan oleh ginjal,
dikumpulkan dalam kandung kemih yang kemudian diekskresikan melalui uretra. Urin
dimanfaatkan tubuh untuk mengekstrak kelebihan mineral atau vitamin serta sel darah
dari tubuh. Organ yang termasuk ke dalam sistem urin adalah ginjal, ureter, kandung
kemih, dan uretra. Sistem urin bekerja dengan sistem lainnya dari tubuh kita untuk

21
membantu mempertahankan homeostasis. Ginjal merupakan organ utama homeostasis
karena mereka dapat keseimbangan asam basa serta keseimbangan garam air dari darah.
Salah satu fungsi utama dari sistem urin adalah untuk proses ekskresi. Ekskresi adalah
proses untuk menghilangkan produk limbah metabolisme dan bahan lain yang tidak ada
gunanya dari tubuh manusia. Sistem kemih dapat mempertahankan volume cairan yang
tepat dengan cara mengatur jumlah air yang diekskresikan dalam urin. Fungsi lain dari
sistem urin yaitu untuk mengatur konsentrasi berbagai elektrolit dalam cairan tubuh dan
mempertahankan pH normal darah. Beberapa organ tubuh lainnya juga melaksanakan
proses ekskresi, tetapi ginjal merupakan organ ekskresi yang terpenting. Fungsi utama
dari ginjal adalah untuk mempertahankan homeostatis agar sel dapat bekerja optimal dan
terjadinya metabolisme jaringan. Sistem urin melakukan ini dengan cara memisahkan
urea, garam mineral, racun, dan produk-produk limbah lainnya dari darah. Mereka juga
melakukan tugas berupa konservasi air, garam, dan elektrolit. Manusia memiliki
sepasang ginjal yang dengan panjang masing-masing sekitar 10 cm. Ginjal yang ada pada
manusia terdiri dari tiga bagian utama yaitu korteks (kulit ginjal), medula (sumsum
ginjal), dan pelvis (rongga ginjal).

Gambar 1.13. Sistem Urin


Sumber: http://bit.ly/2hiihsv

22
a. Korteks (Kulit Ginjal)
Korteks merupakan lapisan paling luar pada ginjal. Pada korteks, ada jutaan nefron
yang terdiri dari badan malpighi juga tubulus (saluran). Badan malpighi terdiri dari
glomerulus yang diselubungi oleh kapsula bowman. Tubulus terbagi menjadi
beberapa bagian, yaitu tubulus kontortus proksimal yang dekat dengan malpighi,
tubulus kontortus distal yang menjauhi malpighi, dan tubulus kolektivus yang menuju
kandung kemih. Korteks pada ginjal berfungsi sebagai regulator air dan zat yang
terarut dalam tubuh seperti elektrolit dengan cara menyaring darah, kemudian
mereabsorpsi cairan dan molekul yang masih diperlukan oleh tubuh. Molekul sisa dan
cairan sisa lainnya kemudian akan dibuang.
b. Medula (Sumsum Ginjal)
Medula merupakan lapisan dalam dari ginjal. Medula terdiri dari beberapa badan
yang membentuk piramida atau kerucut. Di bagian ini terdapat lengkung henle
ascenden (naik) dan lengkung henle descenden (turun). Lengkung inilah yang
menghubungkan antara tubulus kontortus proksimal dan tubulus kontortus distal. Di
bagian ini, hasil penyaringan dari korteks diserap zat-zat yang pentingnya, seperti
garam, gula, dan asam amino. Bagian ini juga berfungsi untuk mengkonsentrasikan
urin.
c. Pelvis (Rongga Ginjal)
Pelvis merupakan tempat penampungan urin yang kemudian akan mengalirkannya
ke ureter. Jadi, rongga ginjal adalah sebagai tempat bermuaranya tubulus. Urin dari
rongga ginjal kemudian akan menuju kandung kemih (vesika urinaria) melalui ureter.
Urin disimpan untuk sementara dalam kandung kemih. Selanjutnya, urin akan
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui saluran uretra.
10. Sistem Reproduksi
Sistem reproduksi merupakan organisasi atau sekumpulan organ yang berfungsi untuk
melaksanakan proses berkembang biak pada manusia. Sistem reproduksi pada manusia,
terdiri dari organ reproduksi bagian luar dan bagian dalam. Reproduksi pada manusia
terjadi secara seksual, artinya proses terbentuknya individu baru harus diawali dengan
bersatunya sel kelamin laki-laki dalam bentuk sperma dan sel kelamin wanita dalam
bentuk sel telur. Sistem reproduksi manusia dibedakan menjadi alat reproduksi laki-laki
dan perempuan. Alat reproduksi yang ada pada laki-laki terdiri atas alat kelamin bagian
luar dan alat kelamin bagian dalam. Alat kelamin bagian luar yaitu penis dan skrotum,
sedangkan alat kelamin bagian dalam yaitu testis, epididimis, vas deferens, prostat,

23
vesika seminalis, dan kelenjar bulbouretral. Untuk alat kelamin wanita, sejak dilahirkan
alat reproduksi wanita sudah lengkap, tetapi belum berfungsi sepenuhnya. Alat
reproduksi pada wanita akan berfungsi sepenuhnya setelah memasuki masa pubertas.
Alat reproduksi pada wanita juga terdiri dari alat kelamin dalam dan alat kelamin luar.
Alat kelamin luar terdiri yaitu lubang vagina, labia mayora, labia minora, mons pubis dan
klitoris. Sedangkan alat kelamin bagian dalam yaitu ovarium, tuba falopii (oviduk), dan
uterus (rahim).

Gambar 1.14. Sistem Reproduksi pada Manusia


Sumber: http://bit.ly/2fvuceu

24
11. Sistem Rangka
Sistem rangka adalah suatu sistem organ yang memberikan dukungan fisik pada
manusia. Pada umumnya sistem rangka dibagi menjadi tiga tipe yaitu eksternal,
internal, dan basis cairan (rangka hidrostatik), walaupun untuk sistem rangka
hidrostatik dapat juga dikelompokkan secara terpisah dari dua jenis lainnya dikarenakan
tidak adanya struktur penunjang. Rangka pada manusia dibentuk dari tulang tunggal
atau gabungan seperti tengkorak yang ditunjang oleh struktur lainnya seperti ligamen,
tendon, otot, dan organ yang lain. Rata-rata manusia dewasa mempunyai 206 tulang,
walaupun jumlah tersebut dapat bervariasi antara individu yang berbeda. Rangka tubuh
pada manusia dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu skeleton aksial dan
skeleton apendikular. Skeleton aksial terdiri dari sekelompok tulang yang menyusun
poros tubuh serta memberikan dukungan dan perlindungan pada organ di kepala, leher
juga badan. Sedangkan skeleton apendikular tersusun dari tulang-tulang yang
merupakan tambahan dari bagian skeleton aksial. Skeleton aksial terdiri dari anggota
gerak atas, anggota gerak bawah, gelang bahu, gelang panggung, dan bagian akhir dari
ruas-ruas tulang belakang seperti sakrum dan tulang coccyx.

Gambar 1.15. Sistem Rangka


Sumber: http://bit.ly/2ru1f6o

25
12. Sistem Otot
Sistem otot merupakan sistem tubuh yang berfungsi sebagai alat gerak, untuk
menyimpan glikogen dan menentukan postur tubuh. Sistem otot terdiri dari otot polos,
otot jantung dan otot rangka. Otot adalah alat gerak aktif yang dapat menggerakkan
tulang, kulit serta rambut setelah mendapat rangsangan. Otot mempunyai tiga
kemampuan khusus yaitu kontraktibilitas, ekstensibilitas, dan elastisitas.
Kontraksibilitas yaitu kemampuan untuk berkontraksi atau memendek. Kemampuan
ekstensibilitas yaitu kemampuan untuk melakukan gerakan yang berkebalikan dari
gerakan yang ditimbulkan saat kontraksi. Sedangkan elastisitas adalah kemampuan otot
untuk kembali pada ukuran semula setelah berkontraksi. Saat sudah kembali pada
ukuran semula, maka otot disebut dalam keadaan relaksasi. Jenis-jenis otot yang ada
pada tubuh manusia yaitu otot lurik, oto polos, dan otot jantung.

Gambar 1.15. Sistem Otot


Sumber: http://bit.ly/2rw24dw

26
C. ISTILAH-ISTILAH ANATOMI
Anatomi manusia biasanya menggunakan daftar istilah khusus yang sebagian besar
diambil dari bahasa Latin dengan arti yang sangat spesifik. Istilah anatomi adalah hasil
kesepakatan dari ahli-ahli anatomi sedunia yang dikenal sebagai terminologia anatomica.
Semua istilah anatomis yang ada dalam dunia medis harus mengacu pada hasil kesepakatan
tersebut. Terjemahan ke dalam bahasa lain diperbolehkan dengan syara dilakukan melalui
kesepakatan ahli anatomi di negara masing-masing (Pearce, 2002).

Gambar 1.16 Sistem Gerak Tubuh Manusia


Sumber: http://bit.ly/2rw24dw

1. Posisi Tubuh
a. Posisi Anatomi (Berdiri)
Pada posisi ini, tubuh lurus dalam posisi berdiri dengan mata yang juga
memandang lurus. Telapak tangan menggantung pada sisi-sisi tubuh serta menghadap
ke depan. Telapak kaki menunjuk ke depan dengan tungkai kaki yang lurus sempurna.
Posisi anatomi sangat penting karena hubungan seluruh struktur digambarkan dengan
asumsi berada pada posisi anatomi (berdiri).

27
b. Posisi Supine (Terlentang)
Pada posisi ini, tubuh berbaring dengan wajah yang menghadap ke atas. Semua
posisi lainnya pada posisi supine ini mirip dengan posisi anatomi, perbedaannya hanya
berada di bidang horisontal.
c. Posisi Prone (Tengkurap)
Pada posisi prone, punggung menghadap ke atas. Tubuh terletak pada bidang
horisontal dengan wajah yang menghadap ke bawah.
d. Posisi Litotomi
Pada litotomi, tubuh berbaring terlentang dengan paha yang diangkat secara
vertikal dan betis lurus horizontal. Tangan dibentangkan berbentuk seperti sayap.
Kaki diikat tetap dalam posisinya agar mendukung lutut dan pinggul yang tertekuk.
2. Bidang Tubuh
a. Bidang Frontal (Koronal)
Bidang frontal merupakan bidang vertikal yang melalui tubuh, letaknya tegak lurus
terhadap bidang median atau sagital. Membagi tubuh menjadi dua bagian, yaitu bagian
depan (frontal) dan belakang (dorsal). Bidang ini terbentuk dari satu garis yang
menghubungkan antara satu telinga dengan telinga yang lain dari atas kepala
kemudian membagi seluruh tubuh di sepanjang garis itu.
b. Bidang Median (Mid-Sagital)
Bidang median merupakan bidang yang membagi tubuh tepat menjadi bagian
kanan dan kiri. Bidang ini melalui aksis longitudinal dan aksis sagital, dengan
demikian dinamakan mediosagital.
c. Bidang Sagital (Paramedian)
Bidang sagital merupakan bidang yang membagi tubuh menjadi dua bagian dari
titik tertentu namun tidak tepat membagi menjadi dua bagian. Bidang ini adalah
bidang yang posisinya sejajar dengan bidang median.
d. Bidang Transversal
Bidang transversal merupakan bidang yang terletak melintang melalui tubuh
(bidang X-Y). Bidang ini membagi tubuh menjadi dua bagian yaitu bagian atas
(superior) dan bawah (inferior). Bidang ini juga disebut sebagai horisontal tubuh yang
tegak lurus dengan bidang frontal dan median.
e. Bidang Obliqua
Bidang obliqua merupakan bidang lain selain dari bidang-bidang yang dijelaskan
pada penjabaran di atas.

28
3. Gerakan Tubuh
a. Pada Bagian Tubuh
1) Caudal yaitu gerakan menuju ke arah ekor atau ke belakang (cauda artinya ekor).
2) Cranial yaitu gerakan menuju ke arah kepala atau ke depan (cranium artinya
tengkorak).
3) Dorsal yaitu gerakan menuju arah punggung, atau ke atas (dorsum artinya
punggung).
4) Ventral yaitu gerakan menuju ke arah perut atau ke bawah (venter artinya perut).
5) Anal yaitu gerakan menuju ke arah anus atau ke belakang (anus artinya dubur).
b. Pada Bagian Kepala
1) Aboral yaitu gerakan menjauhi arah mulut atau gerakan ke arah belakang.
2) Apical yaitu gerakan menuju ke arah puncak atau ke atas (apex artinya puncak)
3) Nuchal yaitu gerakan menuju ke arah tengkuk atau gerakan ke belakang (nucha
artinya kuduk).
4) Oral yaitu gerakan menuju arah mulut atau ke depan (oris artinya mulut).
5) Rostral yaitu gerakana menuju ke arah hidung (ke daerah hidung).
c. Pada Bagian Anggota Gerak (Extremitas)
1) Distal yaitu gerakan menjauhi tubuh atau ke bawah.
2) Dorsal yaitu gerakan punggung tangan atau kaki depan.
3) Fibular yaitu gerakan sisi luar kaki belakang.
4) Palmar yaitu gerakan sisi belakang tangan.
5) Plantar yaitu gerakan sisi belakang kaki belakang.
6) Proximal yaitu gerakan mendekati tubuh atau ke atas.
7) Radial yaitu gerakan sisi dalam tangan atau kaki depan.
8) Tibial yaitu gerakan sisi dalam kaki belakang.
9) Ulbar yaitu gerakan sisi luar tangan atau kaki depan.
10) Volar yaitu gerakan sisi belakang tangan atau kaki depan.

29
Gambar 1.17. Gerakan Tubuh pada Kepala
Sumber: (MS, 2004)

4. Sumbu (Aksis Gerakan)


a. Aksis Sagital merupakan garis yang memotong bidang gerak sagital dengan bidang
gerak.
b. Aksis Trasnversal merupakan garis yang memotong bidang gerak frontal dengan
bidang gerak transversal.
c. Aksis Longitidinal merupakan garis yang memotong bidang gerak median dan frontal
dan berjalan dari atas ke bawah.
5. Orientasi Bidang
a. Anterior (Ventral) yaitu bagian tubuh yang terletak atau lebih dekat ke depan bidang
koronal. Sebagai contoh organ lambung terletak anterior terhadap limpa.
b. Distal yaitu bagian tubuh yang letaknya menjauhi pangkal tubuh atau ujung anggota.
Sebagai contoh yaitu pergelangan tangan terletak distal terhadap siku.
c. Externa yaitu bagian tubuh yang terletak lebih jauh dari titik pusat apabila
dibandingkan dengan bagian-bagian lain dalam rongga.
d. Horizontal yaitu bagian tubuh yang letaknya tegak lurus bidang median yang artinya
sejajar dengan poros tubuh.
e. Inferior yaitu bawah.
f. Interna yaitu bagian tubuh yang treletak lebih dekat dengan titik pusat tubuh apabila
dibandingkan dengan bagian-bagian lain dalam rongga.

30
g. Lateral yaitu bagian tubuh yang letaknya lebih jauh dari bidang median. Sebagai
contoh adalah telinga terletak lateral terhadap mata.
h. Medial yaitu bagian tubuh yang terletak lebih dekat dengan bidang median. Sebagai
contoh yaitu jari manis terletak medial terhadap jari jempol.
i. Median yaitu bidang tengah tubuh yang memisahkan tubuh menjadi dua bagian yang
simetris.
j. Posterior (Dorsal) yaitu bagian tubuh yang letaknya mendekati punggung (coronal)
pada bidang yang membelah depan dan belakang. Sebagai contoh adalah jantung
terletak posterior terhadap tulang rusuk.
k. Profunda yaitu bagian tubuh yang letaknya lebih dalam daripada permukaan. Sebagai
contoh yaitu tulang hasta dan pengumpil terletak lebih profunda dari otot lengan
bawah.
l. Proksimal yaitu bagian tubuh yang letaknya mendekati pangkal tubuh. Sebagai contoh
yaitu siku terletak proksimal terhadap telapak tangan.
m. Sagittal yaitu bagian tubuh yang sejajar dengan bidang median, tetapi berada di luar
bidang median atau dapat juga dikatakan tegak lurus pada bidang frontalis.
n. Superfisial yaitu bagian tubuh yang lebih dekat ‘ke’ atau ‘di’, sebagai contoh yaitu
otot kaki terletak superfisial dari tulangnya.
o. Superior yaitu atas.
p. Transversal yaitu bagian tubuh yang tegak lurus dengan bidang median dan memotong
poros tubuh atau dapat dikatakan juga melintang.

Gambar 1.18. Orientasi Bidang


Sumber: (Guyton, 2002)

31
Gambar 1.19. Orientasi Bidang
Sumber: http://bit.ly/2fdyuex

6. Arah
a. Fleksi Fleksi dan Ekstensi
Fleksi merupakan gerak menekuk atau membengkokkan sedangkan ekstensi adalah
gerakan untuk meluruskan. Sebagai contoh yaitu gerakan ayunan lutut pada kegiatan
gerak jalan. Gerakan ayunan ke depan adalah (ante) fleksi dan ayunan ke belakang
disebut dengan (retro) fleksi atau ekstensi. Ayunan ke belakang yang lebih lanjut
disebut dengan hiperekstensi.

32
b. Adduksi dan Abduksi
Adduksi merupakan gerakan mendekati tubuh sedangkan abduksi adalah gerakan
menjauhi tubuh. Sebagai contoh yaitu gerakan membuka tungkai kaki pada posisi
istirahat di tempat adalah gerakan abduksi atau menjauhi tubuh. Apabila kaki
digerakkan kembali ke posisi siap, maka itu merupakan gerakan adduksi atau
mendekati tubuh.
c. Elevasi dan Depresi
Elevasi adalah gerakan mengangkat, sedangkan depresi adalah gerakan
menurunkan. Sebagai contohnya yaitu gerakan membuka mulut sebagai elevasi dan
menutupnya sebagai depresi. Selain itu, gerakan pundak ke atas juga termasuk contoh
elevasi dan gerakan pundak kebawah adalah contoh depresi.
d. Inversi dan Eversi
Inversi merupakan gerak memiringkan telapak kaki ke dalam tubuh sedangkan
eversi adalah gerakan memiringkan telapak kaki ke luar. Penyebutan istilah ini hanya
berlaku untuk pergelangan kaki saja.
e. Supinasi dan Pronasi
Supinasi merupakan gerakan menengadahkan tangan sedangkan pronasi adalah
gerakan menelungkupkan. Penyebutan istilah ini hanya digunakan untuk pergelangan
tangan saja.
f. Endorotasi dan Eksorotasi
Endorotasi merupakan gerakan ke dalam pada sekililing sumbu panjang tulang
yang bersendi sedangkan eksorotasi adalah gerakan rotasi ke luar.
g. Apex yaitu gerakan ke puncak atau atas.
h. Basis yaitu dasar, alas, atau bawah.
i. Dexter yaitu gerakan ke kanan.
j. Ecto yaitu gerakan ke luar atau lapisan luar.
k. Endo yaitu gerakan ke dalam atau lapisan dalam.
l. Epi yaitu gerakan diatas atau tutup.
m. Externus yaitu sebelah luar.
n. Femoral yaitu gerakan ke arah os femoris.
o. Frontal yaitu gerakan ke arah os frontale.
p. Intenus yaitu gerakan ke sebelah dalam.
q. Longitudinalis yaitu gerakan memanjang atau menurut sumbu memanjang.
r. Oksipital yaitu gerakan ke arah os oksipitale.

33
s. Peri yaitu gerakan ke sekeliling atau ke sekitar.
t. Profundus yaitu gerakan menjauhi permukaan.
u. Retraksi yaitu gerakan menarik ke belakang.
v. Rotasi lateral yaitu gerakan rotasi ke sisi lateral tubuh.
w. Rotasi medial yaitu gerakan rotasi ke sisi medial tubuh.
x. Sirkumdiksi yaitu kombinasi dari gerakan fleksi, abduksi, ekstensi, dan aduksi.
y. Supercifialis yaitu gerakan mendekati permuakaan.
z. Transversus yaitu gerakan melintang.

Gambar 1.20. Arah Gerak


Sumber: (Pearce, 2002)

34
7. Bagian Struktur
a. Caput artinya kepala.
b. Corpus artinya badan.
c. Cauda artinya ekor.
d. Colomna artinya leher.
e. Pedunkula artinya tungkai.

Gambar 1.21. Istilah Anatomi Bagian Struktur


Sumber: http://bit.ly/2t06oak

8. Bentuk Struktur
a. Canalis artinya berbentuk saluran atau seperti pipa.
b. Cavernous artinya berongga banyak.
c. Cavum, Caverna artinya berongga besar.
d. Collum artinya leher.
e. Condylus artinya suatu bulatan pada ujung tulang dekat persendian yang merupakan
bagian dari persendian.
f. Crista artinya suatu rigi (tepi) yang meninggi.
g. Fascia artinya berbentuk lembaran, balut, atau selaput otot.
h. Fasciculus artinya berbentuk berkas.
i. Fasia/Fasialis artinya muka atau permukaan.

35
j. Fissura artinya berbentuk celah atau robekan.
k. Foramen artinya lubang.
l. Fovea artinya berbentuk lekuk bulat dan dangkal atau lesung.
m. Linea yaitu suatu rigi yang tidak meninggi.
n. Labium yaitu bibir.
o. Eminentia yaitu suatu daerah yang meninggi.
p. Incissura artinya irisan atau sobekan.
q. Processus artinya berbentuk taju atau berujung seperti pedang.
r. Sinus artinya berbentuk lengkung, rongga kecil, atau serambi.
s. Spina artinya berbentuk seperti duri atau berujung tajam.
t. Sulcus artinya berbentuk seperti lekuk atau alur.
u. Tuber yaitu suatu tonjolan yang besar dan membulat.
v. Tubeculum yaitu tuber yang kecil.

Gambar 1.22. Istilah Anatomi Bentuk Struktur


Sumber: http://bit.ly/2arsg0y

36
9. Lubang pada Tulang
a. Aputura yaitu pintu masuk ke dalam suatu rongga.
b. Ostium yaitu muara suatu saluran (rongga) ke dalam rongga lain.
c. Foramen yaitu lubang yang pada umumnya sebagai pintu masuk untuk muara keluar.
d. Foramina yaitu foramen yang kecil.
10. Warna Struktur
Ada beberapa komponen warna yang termasuk ke dalam istilah anatomi. Ada yang
termasuk ke dalam warna dasar, namun ada juga yang sudah warna campuran. Enam
komponen warna dalam istilah anatomi yaitu alba (putih), grisea (abu-abu), kloros
(hijau), lutea (kuning), dan nigra (hitam atau gelap), dan rubra (merah).

Gambar 1.23. Contoh Warna Struktur dalam Anatomi


Sumber: (Arrynugrah, 2013)

11. Regio
Dalam ilmu anatomi, ada kajian yang menguraikan struktur penyusun sistem organ
di masing-masing bagian (regio) tubuh manusia serta proyeksinya terhadap struktur
region lain. Secara garis besar tubuh manusia terbagi dalam tujuh region dan masing-
masing dibagi lagi dalam subregion di antaranya yaitu:

37
a. Regio Capitis
Capitis memiliki arti kepala yang terdiri dari beberapa subregio yaitu subregio
yaitu Frontalis (dahi, ubun-ubun), Orbitalis (mata), Nasalis (hidung), Infraorbital,
Oralis (mulut), dan Mentalis (dagu).

Gambar 1.24. Regio Capitis


Sumber: (Pearce, 2002)
b. Regio Colli
Colli memiliki arti leher yang terdiri dari beberapa subregio yaitu Subregio
Cervicalis Anterior, Sternocleidomastoideus, Cervicalis Lateralis, Subregio
Cervicalis Anterior yang terdiri dari Submentale, Submandibulare, Caroticum, dan
Omotracheale, serta Subregio Sternocleido Mastoideus yang terdiri dari Cervicalis
Lateralis dan Omoclaviculare (Fossa Supraclavicular).

Gambar 1.25. Regio Colli


Sumber: (Pearce, 2002)

38
c. Regio Thorrax
Thorax memiliki arti dada yang terdiri dari beberapa subregio di antaranya adalah
sebagai berikut:
1) Anterior, yang terdiri dari Regio Pectoralis, Regio Parasternalis, Regio
Mammaria, dan Regio Inframammaria.
2) Lateralis, yang terdiri dari :
a) Regio Axillaris (ketiak)
b) Regio Hypochondriaca Dextra dan Sinistra
c) Regio Epigastricum
d) Regio Periumbilicalis
e) Regio Umbilicalis
3) Posterior, yang terdiri dari:
a) Regio Supra dan Infra scapularis
b) Regio Scapularis
c) Regio Vertebralis pars Thoracica

Gambar 1.26. Regio Thorax


Sumber: (Pearce, 2002)

39
d. Regio Abdomen
Abdomen memiliki arti perut yang terdiri dari beberapa subregio Epigastricum,
Hipochondriaca Dextra, Sinistra, Umbilicalis, Lumbal, Hipogastric, dan Inguinalis.

Gambar 1.27. Regio Abdomen


Sumber: (Pearce, 2002)
e. Regio Pelvic
Pelvic artinya panggul, regio ini teridiri dari beberapa subregio yaitu
hypogastricum, pubogenitale, inguinale, glutealis, sacralis, dan analis.

Gambar 1.28. Regio Pelvis


Sumber: (Pearce, 2002)

40
f. Regio Extremitas Superior
Extremitas Superior artinya anggota gerak atas atau tangan yang terdiri dari
beberapa subregio yaitu Deltoidea (bahu), Brachialis (lengan atas), Cubitalis (siku),
Antebrachialis ( lengan bawah), Brachioradialis, dan Carpalis (pergelangan tangan).

Gambar 1.29. Regio Extremitas Superior


Sumber: (Pearce, 2002)

g. Regio Extremitas Inferior


Extremitas Inferior artinya anggota gerak bawah yang terdiri dari beberapa
subregio baik yang termasuk bagian depan (Anterior) maupun bagian belakang
(Posterior). Subregio yang termasuk ke Interior yaitu Femoralis Anterior (paha
depan), Trigonum Femorale, Patella (lutut depan), Crurallis Anterior (tungkai
depan), Dorsalis Pedis (punggung kaki), dan Digit (jari). Sedangkan subregio yang
termasuk ke Posterior yaitu Gluteus, Femoralis Posterior (paha belakang), Crurallis
Posterior (tungkai belakang), Calcaneus (tumit), dan Plantaris Pedis (telapak kaki).

41
Gambar 1.30. Regio Extremitas Inferior
Sumber: (Pearce, 2002)

D. ATOM, MOLEKUL, ION DAN IKATAN SENYAWA


Suatu materi tersusun atas bagian-bagian, bagian terkecil dari suatu materi disebut
dengan partikel. Partikel dasar penyusun materi terdiri dari tiga jenis yaitu atom, molekul,
dan ion.
1. Atom
Kata atom berasal dari bahasa Yunani yaitu Atomos yang artinya tidak dapat dibagi-
bagi. Semua material di dunia ini memiliki bagian yang kecil-kecil, sehingga apabila
bagian tersebut dibagi lagi, maka akan terdapat bagian paling kecil yang tidak dapat
dibagi lagi, itulah yang disebut dengan atom. Atom merupakan penyusun materi terkecil
dari seluruh materi yang ada. Atom terdiri dari nucleus atau inti atom dan dikelilingi oleh
elektron yang memiliki muatan negatif. Dalam inti atom, terdapat proton yang berumatan
positif dan neutron yang tidak memiliki muatan atau netral. Atom memiliki ukuran
diameter sekitar 6-30 nm. Partikel-partikel seperti proton, neutron juga elektron terikat
dengan atom dikarenakan adanya suatu gaya elektormagnetik. Karena gaya
elektromagnetik tersebut juga, maka atom dapat bergabung bersama dengan atom-atom
yang lain sehingga kemudian akan membentuk sebuah molekul.

42
Gambar 1.31. Atom
Sumber: (Guyton, 2002)
2. Molekul
Molekul adalah suatu kumpulan yang dibentuk oleh dua atom atau lebih yang saling
berikatan. Pengertian lain dari molekul yaitu gabungan dari beberapa atom unsur, dapat
berjumlah dua atau lebih. Ketika membahasa molekul, maka yang dibayangkan adalah
gabungan atom-atom, bukan hanya satu atom. Molekul dapat tersusun dari atom-atom
yang berbeda, tetapi dapat juga tersusun dari atom-atom yang sama.

Gambar 1.32. Molekul


Sumber: (Arrynugrah, 2013)

43
a. Molekul Unsur
Molekul unsur merupakan molekul yang terbentuk dari hasil penggabungan atom-
atom unsur yang sama atau sejenis. Sebagai contoh adalah gas O2 yang ada di udara
merupakan unsur yang partikelnya berupa molekul. Molekul oksigen dibentuk oleh
dua atom yang sama yaitu oksigen.
b. Molekul Senyawa
Molekul senyawa merupakan partikel terkecil dari suatu senyawa yang masih
mempunyai sifat yang sama dengan senyawa tersebut. Molekul senyawa dapat
dibentuk dari penggabungan atom unsur-unsur yang sama (molekul unsur) maupun
atom unsur-unsur yang berbeda (molekul senyawa).
3. Ion
Ion adalah atom atau gabungan beberapa atom yang memiliki muatan listrik positif
atau negatif. Atom atau kumpulan atom yang memiliki muatan listrik positif disebut
dengan ion positif atau kation. Sedangkan, yang bermuatan listrik negatif disebut dengan
ion negatif atau anion. Elektron yang mengelilingi inti atom selalu bergerak sambil
berputar pada sumbunya. Elektron dapat meninggalkan atom karena hal-hal tertentu
seperti adanya pemanasan, medan listrik, dan medan magnet. Elektron yang telah keluar
dari suatu atom dapat masuk ke atom lainnya. Sehingga, atom yang kehilangan elektron
akan menjadi atom yang bermuatan listrik positif karena jumlah proton menjadi lebih
besar daripada jumlah elektronnya, sedangkan atom yang menrima elektron menjadi
atom yang bermuatan listrik negatif karena jumlah elektronnya melebihi jumlah
protonnya.
Peristiwa terurainya suatu zat menjadi ionion disebut dengan ionisasi. Hasil dari
proses ionisasi disebut dengan ion. Elektron yang dapat keluar atau masuk pada suatu
atom merupakan elektron yang berada di kulit terluar. Ionisasi atom hanya dapat terjadi
pada atom-atom yang jumlah elektron paling luarnya tidak sama dengan 8, 18, atau 32.
Atom-atom yang jumlah elektronnya sama dengan bilangan-bilangan tersebut akan
sangat sulit terionisasi sehingga disebut dengan unsur gas mulia. Jumlah elektron yang
terlepas atau masuk bergantung pada jumlah elektron pada kulit terluar dengan ketentuan
sebagai berikut apabila jumlah elektron terluar kurang dari 4 elektron maka atom ini akan
cenderung melepaskan elektron; apabila jumlah elektron terluar antara 4 dan 8 maka
atom ini cenderung menerima elektron; apabila jumlah elektron yang diterima atau
dilepaskan membuat jumlah elektron di kulit itu menjadi 8; apabila jumlah elektron pada
kulit terluar sama dengan 4 maka atom ini dapat melepas atau menerima elektron

44
bergantung dengan unsur apa atom itu berinteraksi; apabila jumlah elektron pada kulit
terluar sama dengan 8 maka atom itu sangat sukar melepas maupun menerima elektron.

Gambar 1.33. Salah Satu Contoh Ion


Sumber: (Arrynugrah, 2013)

Kation dan anion dapat bergabung membentuk suatu senyawa ion yang disebut
dengan senyawa ionik yang dapat menghantarkan listrik. Salah satu contoh yang paling
sederhana adalah senyawa natrium klorida atau garam dapur yang terdiri dari ion Na+
dan ion Cl-. Ion Na+ dan ion Cl- akan saling tarik-menarik dan membentuk suatu senyawa
NaCl atau garam dapur karena terdiri dari dua buah muatan listrik yang berlawanan.
Untuk dapat menguraikan senyawa NaCl ini menjadi unsur-unsur pembentuknya, maka
dapat dilakukan dengan cara mengalirkan arus listrik ke dalam lelehan natrium klorida
(NaCl) sehingga NaCl ini akan terurai menjadi Na+ dan ion Cl.
4. Ikatan ion
Ikatan ion merupakan ikatan yang terjadi akibat adanya serah terima elektron sehingga
kemudian membentuk ion positif dan ion negatif yang konfigurasi elektronnya sama
dengan gas mulia. Ion positif dan ion negatif diikat oleh gaya elektrostatik. Senyawa
yang dihasilkan disebut dengan senyawa ion.

Gambar 1.34. Contoh Ikatan Ion


Sumber: (Arrynugrah, 2013)

45
E. SENYAWA-SENYAWA PENYUSUN SEL
Sel adalah unit struktural dari makhluk hidup, yang berarti bahwa tubuh setiap mahkluk
terbangun atas sel-sel. Sebuah sel yang hidup terbangun atas senyawa-senyawa kimia yang
berkolaborasi sehingga kemudian membentuk sel. Sebuah sel tersusun atas dua komponen
kimia yaitu senyawa anorganik dan senyawa organik.
1. Senyawa Anorganik
Senyawa anorganik yang menyusun sel di antaranya adalah air, garam-garam mineral
dan gas.
a. Air (H2O)
Air adalah senyawa utama serta merupakan senyawa dengan jumlah terbesar yang
menyusun sel yaitu sekitar 50-60% dari berat sel. Air adalah bagian esensial dari
cairan tubuh yang terdiri atas cairan intrasel (sitoplasma), plasma darah, dan cairan
ekstraseluler. Air memiliki fungsi dan peran sebagai pelarut juga katalisator reaksi-
reaksi biologis.
b. Mineral
Mineral adalah unsur-unsur kimia selain karbon, hidrogen dan oksigen. Ada
mineral yang berjumlah banyak (makroelemen) seperti Ca, fosfor, magnesium,
natrium, klor, dan belerang. Mineral lain yang jumlahnya sedikit (mikroelemen)
seperti zat besi (Fe), Yodium (I), Seng (Zn), Kobalt (Co), Fluorin (F). Mineral
berfungsi sebagai komponen struktural sel, untuk pemeliharaan fungsi metabolisme,
pengaturan kerja enzim, serta untuk menjaga keseimbangan asam, dan basa.
c. Vitamin
Vitamin dibutuhkan dalam yang kecil, tetapi harus tetap ada sebagai penyusun sel.
Peran vitamin adalah untuk mempertahankan fungsi metabolisme, pertumbuhan dan
untuk penghancur radikal bebas. Contoh vitamin yang menjadi penyusun sel adalah
vitamin A, B1, B2, B3, B5, B6, B12, C, D, E, K, dan H.
d. Gas
Gas yang menjadi penyusun sel adalah senyawa-senyawa kimia berbentuk gas
seperti O2 dan CO2.

46
2. Senyawa organik yang menyusun sel:
a. Karbohidrat
Karbohidrat disusun oleh unsur C, H, dan O. Fungsi utama dari karbohidrat adalah
sebagai sumber energi utama bagi sel. Karbohidrat dibagi ke dalam tiga kelompok
yaitu sebagai berikut:
1) Monosakarida
Monosakarida adalah karbohidrat paling sederhana. Ciri dan sifat dari
karbohidrat monosakrida adalah rasanya manis, dapat larut dalam air serta dapat
dikristalkan. Monosakarida terdiri atas pentosa dan heksosa. Contoh pentosa di
antaranya adalah ribosa, deoksiribosa, dan ribulosa. Sedangkan contoh dari
heksosa adalah glukosa, galaktosa dan fruktosa.
2) Disakarida
Disakarida adalah gabungan dua unit sakarida dari gugus monosakarida. Sifat
dari karbohidrat disakarida sama sepeerti kelompok monodakirda yaitu rasanya
manis, larut dalam air, dan dapat dikristalkan. Contoh dari disakarida adalah
maltosa, sukrosa, dan laktosa.
3) Polisakarida
Polisakarida adalah karbohidrat kompleks dengan rantai molekul yang panjang.
Memiliki sifat di antaranya adalah rasanya tidak manis, tidak dapat dikristalkan
dan tidak larut dalam air. Apabila dapat larut, maka akan membentuk suspensi
karena ukuran molekulnya yang besar.
b. Protein
Protein tersusun dari unsur-unsur seperti C, H, O, dan N. Protein merupakan
polipeptida atau biopolimer yang tersusun atas asam amino. Ada sekitar 20 macam
asam amino yang menjadi unit dasar penyusun protein. Asam amino bersifat larut
dalam air, dapat dikristalkan, memiliki titik didih yang tinggi, dan dapat bersifat asam
atau basa. Protein merupakan unsur organik terbesar yang menyusun suatu sel. Dalam
sel, protein berperan dalam proses pembentukan organel-organel sel, membentuk
selaput membran plasma bersama dengan lemak, dan karbohidrat, membangun
jaringan tubuh dan regenerasi sel, juga sebagai komponen pembentuk enzim, hormon
maupun antibodi.

47
Beberapa protein yang terdapat dalam sel di antaranya adalah protein sederhana,
protein kompleks, asam nukleat, hormon, dan enzim. Protein sederhana yang ada
dalam sel adalah seperti albumin dan globulin, sedangkan protein kompleks seperti
yang berada dalam sel adalah seperti lipoprotein, dan nucleoprotein. Asam nukleat
merupakan unsur utama yang menyusun molekul DNA/RNA dalam sel. Adapun
hormon memililki peran dalam pengendalian aktivitas fisiologis dan enzim berperan
sebagai biokatalisator.
c. Lemak
Lemak adalah senyawa yang tersusun dari unsur-unsur seperti C, H, dan O. Lemak
tersusun dari senyawa gliserol dan asam lemak yang merupakan unit dasar penyusun
lemak. Sifat dari lemak di antaranya adalah tidak larut dalam air, memiliki densitas
atau kerapatan yang lebih rendah dari air, serta memiliki viskositas atau kekentalan
yang tinggi. Beberapa contoh dari lemak adalah seperti trigliserida, fosfolipid, dan
steroid. Fungsi dari lemak antara lain sebagai penyusun membran sel bersama-sama
dengan protein dan penyusun hormon kelamin pria seperti testosteron.

F. REAKSI KIMIA DALAM METABOLISME SEL


Berbagai macam reaksi kimia yang berlangsung dalam tubuh makhluk hidup dalam
rangka mempertahankan hidup disebut sebagai metabolisme. Agar dapat bertahan hidup,
sebuah organisme membutuhkan materi juga energi yang tetap dari lingkungannya. Materi
dan energi yang dibutuhkan oleh kebanyakan organisme yaitu berasal dari molekul organik
yang dimakannya. Sebelum kemudian dapat dimanfaatkan oleh sel, bahan makanan yang
padat akan terlebih dahulu dirombak menjadi molekul yang relatif kecil serta mudah larut.
Molekul-molekul tersebut mengandung 2 sampai 4 atom karbon yang dalam proses
selanjutnya kan menghadapi dua pilihan. Pilihan pertama adalah berfungsinya molekul
tersebut sebagai bahan baku pembuatan gula, asam lemak, gliserol, dan asam amino.
Senyawa-senyawa yang terbentuk tersebut kemudian akan menjadi komponen
makromolekul dari sel seperti polisakarida, lipid, protein, dan asam nukleat. Tahapan dari
proses metabolisme yang berupa terbentuknya molekul besar berenergi tinggi yang berasal
dari molekul rendah berenergi rendah disebut dengan anabolisme. Pilihan kedua yang akan
dihadapi adalah molekul yang mengandung 2 sampai dengan 4 atom karbon tersebut akan
dirombak menjadi molekul anorganik yang sederhana seperti CO2, H2O, dan NH3. Tahapan
dari proses metabolisme yang merombak molekul kompleks kaya energi menjadi molekul

48
sederhana rendah energi disebut dengan katabolisme. Produk dari proses metabolisme
disebut dengan metabolit.

Gambar 1.35. Reaksi Metabolisme


Sumber: https://bit.ly/2qsjwp6

1. Katabolisme
Katabolisme adalah serangkaian reaksi yang berupa proses pemecahan senyawa
kompleks menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana dengan cara membebaskan
energi yang kemudian dapat digunakan oleh organisme untuk melakukan berbagai
aktivitasnya. Termasuk di dalam katabolisme ini adalah reaksi pemecahan serta oksidasi
molekul makanan seperti reaksi yang menangkap energi dari cahaya matahari. Fungsi
dari reaksi katabolisme adalah untuk menyediakan energi dan komponen-komponen
yang dibutuhkan oleh reaksi anabolisme. Proses pembebasan energi yang terjadi di dalam
sel disebut dengan respirasi sel. Pada respirasi sel, energi kimia yang terkandung dalam
makanan diubah menjadi gerak. Peristiwa tersebut terlihat pada kontraksi otot dan
pergerakan molekul-molekul atau ion-ion pada pengangkutan aktif. Selain itu, energi
tersebut juga dapat digunakan untuk reaksi-reaksi yang membentuk senyawa kimia baru
atau dapat juga dibebaskan sebagai panas.

49
Gambar 1.36. Mekanisme Katabolisme
Sumber: https://bit.ly/2qsjwp6

Sifat dasar dari reaksi katabolisme akan berbeda pada setiap organisme. Pada
oragnisme organotrof molekul organik digunakan sebagai sumber energi, pada
organisme litotrof menggunakan substrat anorganik sebagai sumber energi sedangkan
pada fototrof akan menangkap cahaya matahari sebagai energi kimia. Tetapi, bentuk
reaksi katabolisme yang berbeda-beda ini akan bergantung pada reaksi redoks yang
meliputi transfer elektron dari donor tereduksi seperti molekul organik, air, amonia,
hidrogen sulfida, atau ion besi ke molekul akseptor seperti oksigen, nitrat, atau sulfat.
Organisme heterotrof biasanya memecah makanan mereka menjadi energi. Proses
oksidasi senyawa organik untuk mendapat energi dari pemutusan ikatan kimia pada
tingkatan sel disebut denganb respirasi seluler. Ada dua macam respirasi yaitu respirasi
aerob dan respirasi anaerob.

50
a. Respirasi Aerob
Proses repirasi ini disebut dengan aerob karena membutuhkan oksigen sebagai
akseptor elektron, selain dari itu maka disebut sebagai respirasi anaerob atau
fermentasi. Dalam respirasi aerob, terdapat empat tahap utama yaitu glikolisis,
dekarboksilasi oksidatif, siklus krebs dan transpor elektron sebagaimana penjelasan
berikut:
1) Glikolisis merupakan 10 tahap pertama biokimia yang menghasilkan ATP pada
fosforilasi tingkat substrat.
Untuk 1 molekul glukosa, maka 2 ATP akan digunakan pada 3 tahap pertama
dan 4 ATP akan dihasilkan pada 4 tahap terakhir. Hasil kotor dari glikolisis yaitu
2 molekul asam piruvat (3C), 2 ATP, 2 NADH, dan 2 H2O. Glikolisis terjadi di
sitosol atau sitoplasma dan dapat dianggap sebagai proses anaerob karena belum
menggunakan oksigen. Ringkasan dari tahapan glikolisis ini adalah awalnya
proses fosforilasi glukosa oleh ATP, setelah itu terjadi penyusunan kembali
struktur glukosa yang terfosforilasi, diikuti oleh fosforilasi kedua. Kemudian
molekul glukosa (6C) akhirnya akan pecah menjadi 2 senyawa 3 karbon berlainan
yaitu Glyceraldehyde 3 phosphate (G3P atau PGAL) dan satunya lagi yaitu
Dihydroxylacetone phosphate (DHAP).
DHAP kemudian segera diubah menjadi PGAL oleh enzim isomerase. Proses
perubahan ini akan mencapai kesetimbangan di dalam tabung reaksi namun hal
tersebut tidak terjadi di dalam tubuh makhluk hidup. Oksidasi yang diikuti oleh
fosforilasi dari fosfat anorganik (bukan dari ATP) akan menghasilkan 2 NADH dan
2 molekul difosfogliserat (BPG/PGA), masing-masing dengan 1 ikatan fosfat
berenergi tinggi. Setelah itu akan ada pelepasan ikatan berenergi tinggi dengan 2
ADP menghasilkan 2 ATP dan meninggalkan 2 molekul fosfogliserat(PGA),
kemudian pelepasan air menyebabkan 2 molekul fosfoenolpiruvat dengan ikatan
fosfat energi tinggi. Proses terakhir adalah pelepasan fosfat energi tinggi oleh 2
ADP menghasilkan 2 ATP dan hasil akhir glikolisis yaitu 2 molekul asam piruvat.
Enzim-enzim yang terlibat dalam proses glikolisis yaitu Heksokinase,
Fosfoglukoisomerase, Fosfofruktokinase, Aldolase, Isomerase, Gliseraldehida,
Fosfogliserokinase, Fosfogliseromutase, Enolase, dan Piruvat Kinase.

51
2) Dekarboksilasi oksidatif merupakan tahap kedua dimana 2 molekul asam piruvat
yang dihasilkan dari 1 molekul glukosa akan diubah menjadi senyawa berkarbon 2
yaitu asetil CoA(asetil koenzim A) dengan melepaskan 2 CO2 dan 2 NADH.
Dekarboksilasi oksidatif terjadi dalam membran luar mitokondria. Enzim yang
berperan dalam proses ini adalah CoA dan piruvat dehirogenase yang berfungsi
untuk mereduksi piruvat sehingga melepaskan CO2 dan NADH serta berikatan
dengan piruvat tereduksi (asetil) untuk kemudian dibawa ke mitokondria.
3) Siklus Krebs merupakan tahap ketiga dengan 9 reaksi yang dalam proses ini gugus
asetil dari piruvat dioksidasi sehingga dpat menghasilkan NADH, FADH, ATP dan
juga CO2.
Siklus ini dinamakan dengan siklus Krebs karena ditemukan oleh Hans Krebs.
Siklus Krebs dapat disebut juga sebagai siklus asam sitrat karena senyawa yang
pertama kali terbentuk adalah asam sitrat. Siklus Krebs terjadi di dalam matriks
mitokondria. Secara singkat, tahapan dari siklus Krebs ini yaitu diawali dengan
Asetil CoA ditambah Oksaloasetat yang akan menghasilkan molekul sitrat yang
berkarbon 6. Kemudian terjadi penyusunan kembali molekul sitrat dan
dekarboksilasi. Lima reaksi berikutnya yaitu menyederhanakan sitrat ke molekul 5
karbon dan kemudian ke molekul 4 karbon yaitu suksinat.
Selama reaksi tersebut berlangsung, dihasilkan 2 NADH dan 1 ATP. Tahapan
terakhir adalah regenerasi oksaloasetat, pada tahapan ini Suksinat akan melewati 3
reaksi tambahan untuk menjadi oksaloasetat. Selama proses ini, akan dihasilkan 1
NADH dan 2 FADH. Enzim-enzim yang terlibat dalam Siklus Krebs di antaranya
adalah Sitrat sintetase, Akonitase, Isositrat, α ketoglutarat, Suksinil KoA, Suksinat,
Fumarase, dan Malat.
4) Rantai transport elektron yang terjadi di membran dalam atau krista mitokondria
ini merupakan proses terakhir untuk dapat mengahsilkan ATP dan H2O.
Pada tahap ini, elektron yang dibawa oleh NADH akan ditransfer ke berbagai
pembawa elektron agar energinya dapat digunakan untuk memompa proton.
Gradien proton yang dibuat oleh transport elektron akan digunakan oleh enzim
ATP sintase untuk menghasilkan ATP. Proses pemompaan proton untuk
menghasilkan ATP disebut dengan kemiosmosis. Enzim-enzim yang terlibat antara
lain adalah NADH dehidrogenase, Ubiquinon, Kompleks bc1, Sitokrom c, dan
ATP sintase. Jumlah bersih ATP dari hasil akhir respirasi seluler yaitu 38 ATP,
memjadi 36 ATP apabila 2 ATP dipakai untuk memasukkan NADH ke

52
mitokondria, dan akan menjadi 30 ATP apabila membran mitokondria agak bocor
sehingga proton dapat lewat tanpa melalui ATP sintase dan mitokondria yang
terkadang menggunakan gradien proton untuk keperluan lain seperti memasukkan
piruvat ke matriks daripada sintesis ATP.
b. Respirasi Anaerob
Proses fermentasi atau respirasi anaerob adalah proses pemecahan molekul yang
berlangsung tanpa bantuan oksigen. Apabila tidak ada oksigen, maka sel tidak akan
memliki akseptor elektron alternatif untuk memproduksi ATP, sehingga terpaksa
elektron yang didapatkan dari glikolisis diangkut oleh senyawa organik. Yang
termasuk ke dalam fermentasi adalah fermentasi asam laktat, fermentasi alkohol, dan
fermentasi asam cuka. Fermentasi alkohol dilakukan oleh ragi dengan cara
melepaskan gugus CO2 dari piruvat melalui proses dekarboksilasi kemudian
menghasilkan molekul 2 karbon yaitu asetaldehida. Asetaldehida kemudian akan
menerima elektron dari NADH sehingga akan berubah menjadi etanol. Fermentasi
alkohol biasanya dilakukan oleh tumbuhan. Sedangkan fermentasi asam laktat
dilakukan oleh sel hewan dengan cara mentransfer elektron dari NADH kembali ke
piruvat sehingga kemudian dapat dihasilkan asam laktat yang menyebabkan rasa
pegal.
2. Anabolisme
Anabolisme merupakan suatu peristiwa perubahan senyawa sederhana menjadi
senyawa kompleks. Istilah lain dari anabolisme adalah peristiwa sintesis atau
penyusunan. Anabolisme membutuhkan energi seperti energi cahaya untuk fotosintesis,
energi kimia untuk kemosintesis. Selain kedua macam energi tersebut, reaksi anabolisme
juga dapat menggunakan energi dari hasil reaksi katabolisme yang berupa ATP. Agar
asam amino dapat disusun menjadi protein, maka asam amino tersebut harus diaktifkan
terlebih dahulu. Energi yang digunakan untuk aktivasi asam amino tersebut berasal dari
ATP. Agar molekul glukosa dapat disusun dalam pati atau selulosa, maka molekul itu
juga harus diaktifkan terlebih dahulu, dan energi yang digunakan juga berasal dari ATP.
Selain itu, proses sintesis lemak juga membutuhkan ATP. Organisasi dan fungsi suatu
sel hidup akan bergantung pada persediaan energi yang tidak ada hentinya.
Organisme heterotrofik dapat hidup dan tumbuh dengan cara memasukkan molekul-
molekul organik ke dalam sel-selnya. Molekul-molekul organik tersebut dapat menjadi
sumber energi bebas bagi sel dan juga sebagai komponen struktural untuk dapat
membangun makromolekul-makromolekulnya. Molekul-molekul organik yang menjadi

53
sumber energi bagi organisme heterotrofik ini berasal dari proses fotosintesis. Sedangkan
organisme autotrof dapat menangkap energi matahari untuk proses sintesis molekul-
molekul organik yang kaya energi dari senyawa anorganik H2O dan CO2. Peritiwa
anabolisme meliputi tiga tahapan dasar. Tahapan pertama adalah produksi prekursor
seperti asam amino, monosakarida, dan nukleotida. Tahapan kedua yaitu proses aktivasi
senyawa-senyawa tersebut menjadi bentuk reaktif dengan menggunakan energi dari
ATP. Tahapan ketiga yaitu proses penggabungan prekursor tersebut menjadi molekul
kompleks, seperti protein, polisakarida, lemak, dan asam nukleat. Peristiwa anabolisme
yang menggunakan energi cahaya disebuy dengan fotosintesis, sedangkan anabolisme
yang menggunakan energi kimia disebut dengan kemosintesis.

Gambar 1.37. Mekanisme Anabolisme


Sumber: https://bit.ly/2qsjwp6

54
BAB II
STRUKTUR DAN FUNGSI SEL

Sel merupakan unit struktural dan fungsional penyusun makhluk hidup yang terkecil dalam
tingkatan organisasi kehidupan. Sel yang berasal dari bahasa Yunani yaitu cellula atau cella
memiliki arti ruang kosong. Agar dapat melekukan berbagai macam kegiatan metabolisme, sel-
sel pada tubuh harus dapat berkomunikasi antara satu sama lain untu mengatur proses
pertumbungan serta perkembangan. Hal tersebut dapat dicapai melalui instruksi genetik (DNA)
yang ada dalam setiap sel. Informasi genetik ini kemudian diproses dan direplikasi yang dapat
digunakan untuk membangun prosein dalam tubuh. Pada intinya, keberadaan sel dapat
berperan untuk mengatur dan mengolah seluruh informasi sehingga dapat menjalankan fungsi
kehidupan pada makhluk hidup.

A. SEL DAN MEMBRAN


Secara umum, sel terdiri dari tiga bagian utama yaitu membran plasma (membran sel),
sitoplasma (cairan sel), dan nukleus (intisel). Sel juga mempunyai komponen yang
berbentuk padat di dalam sitoplasma yang disebut dengan organel sel. Organel-organel sel
tersebut memiliki fungsinya masing-masing.
1. Membran Plasma (Membran Sel)
Membran plasma atau membran sel merupakan selaput tipis yang menjadi bagian
terluar dari sel, membran sel juga disebut dengan plasmalema (Arrynugrah, 2013).
Membran sel adalah bagian yang berfungsi untuk mengatur hubungan antara komponen
dalam sel dengan lingkungan luar sel. Membran sel terdiri dari lipid (lemak) yang berupa
fosfolipid, protein, juga karbohidrat dengan komposisi yang berbeda-beda bergantung
pada jenis selnya. Fosfolipid atau senyawa lemak disusun oleh fosfat yang bersifat
hidrofilik (suka air) dan lipid yang memiliki sidat hidrofobik (takut air). Membran sel
tersusun atas setiap fosfolipid yang berpasangan sehingga disebut juga dengan lipid
bilayer. Protein yang dimiliki oleh membran sel merupakan protein ekstrinsi (perifer)
dan protein intrinsik (integral). Protein ekstrinsi (perifer) merupakan jenis protein yang
menempel pada lapisan luar membran, sedangkan protein intrinsik (integral) adalah jenis
protein yang dapat menembus membran.

55
Ikatan yang terjadi antara fosfolipid dan protein ekstrinsik kemudian akan membentuk
membran yang disebut dengan lipoprotein. Membran sel dapat mempunyai sifat
semipermiabel yaitu mudah dilewati oleh berbagai macam komponen. Selain itu,
membran sel juga dapat bersifat selektif permiabel yang artinya hanya dapat dilewati oleh
ion-ion tertentu saja. Beberapa fungsi dari membran sel antara lain adalah untuk
melindungi dan membungkus isi sel, memisahkan serta mengontrol hubungan bagian
dalam sel dengan linkungan luar, mengatur pertukaran (transportasi) zat dari dalam
keluar sel atau sebaliknya, dan sebagai tempat terjadinya reaksi kimia.
2. Sitoplasma (Cairan Sel)
Sitoplasma atau cairan sel merupakan sebuah matriks yang terdapat di dalam
membran sel selain inti sel (nukleus). Penyusun utama dari sitoplasma adalah air yang
berfungsi sebagai pelarut juga sebagai tempat terjadinya reaksi kimia. Matriks sitoplasma
adalah sitosol atau cairan yang bersifat koloid yaitu bentuk campuran yang terdiri dari
dua zat yang homogen. Matriks sitoplasma dapat berubah dari fase gel (semipadat)
mejadi fase sol (cairan). Matriks sitoplasma mempunyai sifat iritabilitas yaitu peka
terhadap rangsangan dan konduktivitas yaitu mampu memindahkan atau meneruskan
rangsangan. Beberapa fungsi dari cairan sel di antaranya adalah sebagai tempat
berlangsungnya reaksi kimia dan metabolisme, sebagai tempat untuk menjaga fungsi
kehidupan sel, menjaga keadaan di dalam sel, dan untuk mengatur transpor zat di dalam
sel. Selain itu, cairan sel juga berfungsi untuk proses pembentukan energi, sebagai tempat
mengontrol pergerakan sel. Semua fungsi tersebut dilakukan oleh organel-organel sel
yang berada di dalam sitoplasma. Beberapa organel sel yang ada dalam sitoplasma di
antaranya adalah:
a. Mitokondria, berfungsi untuk menghasilkan energi.
b. Lisosom, berfungsi untuk melakukan proses pencernaan dalam sel.
c. Ribosom, berfungsi sebagai tempat terjadinya sintesis protein.
d. Retikulum Endoplasma, berfungsi untuk proses pergerakan atau transportasi berbagai
zat di dalam sel.
e. Badan golgi, berfungsi untuk proses sintesis protein. Selain itu, badan golgi juga
berhubungan dengan kerja ribosom serta retikulum endoplasma.
f. Mikrotubulus, berfungsi untuk melindungi dan mejaga bentuk sel.
g. Mikrofilamen, berperan dalam proses pergerakan sel.
h. Kloroplas, berfungsi sebagai tempat terjadinya fotosintesis pada tumbuhan.
i. Sentrosom (Sentriol), berfungsi sebagai tempat pembelahan sel.

56
3. Nukleus (Inti Sel)
Inti sel merupakan bagian yang biasanya berbentuk bulat atau lonjong dan sering
terletak di tengah sel atau di tepi sel. Nukleus adalah bagian paling penting dari
kehidupan sel. Nukleus mempunyai fungsi utama sebagai pusat pengendali dari segala
jenis aktivitas sel. Nukleus sel dilindungi oleh sebuah dinding yang berbentuk seperti
membran sel. Struktur pelindung tersebut disebut dengan membran inti. Terdapat
beberapa bagian pada nukleus, di antaranya yaitu:
a. Nukleolus (Anak Inti)
Nukleolus adalah struktur yang berbentuk bulat yang disusun oleh filamen dan
butiran-butiran komponen. Dalam anak inti, terkadung RNA, DNA dan bebrapa
protein yang berfungsi dalam perakitan ribosom. Pada dasarnya, fungsi dari nukleolus
yaitu sebagai pusat pengatur dan pengendali segala aktivitas sel dan tempat
penyimpanan informasi genetik dari suatu organisme. Selain itu, nukleolus juga
berfungsi untuk memulai dan mengakhiri suatu tindakan yang dilakukan oleh sel juga
berfungsi sebagai tempat terjadinya sebagian proses pembelahan sel.
b. Nukleoplasma (Cairan Inti)
Nukleoplasma adalah bagian inti sel berupa cairan kental menyerupai jeli yang
mengandung protein, ion, enzim, dan komponen lainnya. Nukleoplasma mempunyai
struktur dan fungsi yang kompleks. Hal tersebut dikarenakan nukleoplasma memiliki
banyak kandungan.

Gambar 2.1. Nukleous (Sel Inti)


Sumber: https://bit.ly/2hff1yz

57
c. Kromatin
Kromatin adalah bagian inti sel berupa untaian benang-benang halus. Kromatin
mengandung DNA, yaitu suatu substansi yang menyimpan segala jenis informasi
genetik dari makhluk hidup. Saat terjadi proses pembelahan sel, kromatin akan
memendek, menebal, kemudian melingkar membentuk kromosom.

Gambar 2.2. Nukleous (Sel Inti)


Sumber: https://bit.ly/2fyy6s8

B. SAMBUNGAN SEL (CELL JUNCTION)


Sambungan sel atau cell junction adalah suatu situs hubungan yang berfungsi untuk
menghubungkan banyak sel dalam jaringan dengan sel lainnya, juga dengan matriks
ekstraseluler. Cell junctions adalah suatu struktur yang terdapat dalam jaringan organisme
multiseluler. Cell junctions dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok fungsional yaitu
occluding junctions, anchoring junctions, dan communicating junctions.
1. Pertautan Penyumbat (Occluding Junction) atau Taut Kedap
Antar membran sel yang bersebelahan dapat menyatu disebabkan adanya perekat pada
bagian apikal (ujung) sel kemudian membentuk penyumbatan pada bagian apikal
interseluler. Occluding junction berada di atas jenis pertautan atau sambungan sel
lainnya. Occluding junction berfungsi untuk menghubungkan antar sel epitel yang
bersebelahan agar dapat menghalangi masuknya molekul-molekul ke dalam celah antara

58
sel juga untuk mencegah protein membran pada bagian apikal bergerak ke bagian
basolateral (bagian sisi dasar).

Gambar 2.3. Occluding Junction


Sumber: https://bit.ly/2rurdxt

2. Pertautan Penambat (Anchoring Junction) atau Taut Lekat


Anchoring junction merupakan pertautan sitoskeleton suatu sel dengan sitoskeleton
sel lainnya yang berada didekatnya atau dengan matriks ekstraselular. Pada jaringan-
jaringan hewan, anchoring junction biasanya tersebar luas dalam sel-sel jantung, otot
juga dalam lapisan epidermis. Protein yang menjadi penyusun dari anchoring junction
adalah intracellular attachment protein dan transmembran linker protein. Intracellular
attachment protein berfungsi untuk menghubungkan elemen spesifik dari sitoskeleton.
Transmembran linker protein yaitu protein yang menengahi adhesi sel dan berfungsi
untuk menghubungkan matriks dengan reseptor pada permukaan sel yang berasal dari
integrin. Anchoring junction dapat dibagi ke dalam empat jenis, yaitu:
a. Zonula Adheren
Zonula adheren disebut juga dengan istilah adherens junction. Zonula adheren
biasanya terdapat pada jaringan epitel dan non epitel. Zonula adheren berada di bawah
zonula occludens dan diatas desmosom. Zonula adheren adalah sebuah pita yang
mengelilingi sel atau matriks ekstraselular. Zonula adheren berfungsi untuk mengatur
lumen atau saluran di dalam pembuluh tubuh. Selain itu juga berfungsi untuk
mengatur luas permukaan sel, memelihara ketegangan membran sel juga untuk

59
mengatur konstraksi bagian apikal sel. Salah satu contoh dari lumen adalah ruangan
kecil pada bagian tengah pembuluh nadi atau pembuluh vena.

Gambar 2.4. Zonula Adheren


Sumber: https://bit.ly/2svgccu

b. Focal Adhesion
Focal adhesion merupakan perekatan antara sel dan matriks ekstraselular melalui
interaksi integrin atau protein transmembran dengan ligan ekstraselularnya. Selain itu,
focal adhesion juga merupakan suatu struktur multiprotein yang mengandung integrin
yang membentuk hubungan antara kumpulan aktin intraseluler dan substrat (molekul
yang menjadi sasaran aksi enzim dalam proses katalis) ekstraseluler pada sel. Selain
memiliki fungsi untuk menautkan sel, focal adhesion juga berfungsi untuk membawa
sinyal atau sensor yang dapat memberi informasi mengenai kondisi matriks
ekstraseluler kepada sel, sehingga dapat mempengaruhi perilaku sel tersebut. Dalam
pergerakan sel, stabilitas focal adhesion akan berkurang karena pada sel motil, focal
adhesion akan terus mengalami proses rakit dan bongkar.

60
Gambar 2.5. Focal Adhesion
Sumber: https://bit.ly/2qy3yao

c. Desmosom
Desmosom disebut juga dengan istilah maculae adherens. Desmosom berbentuk
seperti cakram yang menjadi tempat pemanjangan serat-serat protein ke dalam
sitoplasma yang berada di dalam membran plasma. Lebih tepatnya, desmosom
merupakan perekatan yang menghubungkan filamen intermediet suatu sel dengan
filamen intermediet sel lainnya. Filamen intermediet adalah bagian dari sitoskeleton
yang diameternya lebih besar dari mikrofilamen, tetapi lebih kecil daripada
mikrotubul. Desmosom ada pada jaringan epitel kulit dan jaringan otot. Protein
penyusun dari desmosom adalah desmoglein, desmoplakin, plakoglobin, dan
desmokolin.

Gambar 2.6. Desmosom


Sumber: https://bit.ly/2rdtg5a

61
d. Hemidesmosom
Hemidesmosom merupakan pertautan antar sel basal dengan membran basalis.
Hemidesmosom berfungsi untuk membentuk ikatan antar sel dengan substrat dari
integrin. Protein yang menjadi penyusun dari hemidesmosom adalah keratin.

Gambar 2.7. Hemidesmosom


Sumber: https://bit.ly/2hg42md

3. Pertautan Penghubung (Gap Junction/Communicating Junction) atau Taut Rekah


Gap junction merupakan suatu celah sempit yang berada diantara membran plasma
satu sel dengan membran plasma sel lainnya yang dihubungkan dengan protein. Gap
junction sama dengan konekson atau sambungan berbentuk terowongan sempit di antara
sel yang terdiri atas protein. Gap junction diatur oleh sinyal-sinyal ekstraseluler. Gap
junction berfungsi sebagai jalur lintasan dari ion-ion dan molekul-molekul yang bersifat
hidrofilik. Gap junction merupakan pertautan sel yang paling banyak terdapat pada
jaringan tubuh. Pada sel tumbuhan, terdapat istilah plasmodesmata yaitu persimpangan
interseluler yang menghubungkan suatu sel melalui retikulum endoplasma dengan celah
yang disebut dengan desmotubul. Desmotubul dapat menjadi jalur masuknya ion-ion dan
molekul-molekul kecil.

62
Gambar 2.8. Gap Junction
Sumber: https://bit.ly/2dg7kj0

C. PERGERAKAN ZAT
1. Proses Transportasi Aktif
Transpor aktif merupakan aktivitas pergerakan atau pemindahan yang menggunakan
energi untuk mengeluarkan juga memasukan ion-ion serta molekul melalui membran sel
yang bersifat parmeabel. Tujuan dari transpor aktif adalah untuk memelihara
keseimbangan molekul kecil yang ada di dalam sel. Transpor aktif biasanya dipengaruhi
oleh muatan listrik yang ada di dalam dan di luar sel. Muatan listrik tersebut ditentukan
oleh ion natrium (Na+), ion kalium (K+), dan ion klorin (Cl-). Keluar masuknya ion Na+
dan K+ dapat diatur oleh pompa natrium-kalium. Transpor aktif akan berhenti apabila sel
didinginkan, mengalami keracunan, atau kehabisan energi. Transpor aktif
membutuhkan molekul pengangkut berbentuk protein integral pada membran yang
didalamnya terdapat situs pengikatan. Proses transpor aktif dimulai dengan proses
pengambilan tiga ion Na+ dari dalam sel kemudian menempati situs pengikatan pada
protein integral. Energi dibutuhkan untuk mengubah bentuk protein integral pada
membran yang sebelumnya membuka kearah dalam sel menjadi membuka ke arah bagian
luar sel. Selanjutnya, ion Na+ akan terlepas dari situs pengikatan kemudian keluar dari
protein integral menuju luar sel. Dari luar sel, dua ion K+ akan menempati situs
pengikatan di protein integral. Bentuk protein integral akan berubah, dari yang
sebelumnya membuka ke arah luar menjadi membuka ke arah dalam sel dan ion kalium
akan dilepaskan ke dalam sel.

63
Dalam transpor aktif, terdapat istilah endositosis yang merupakan proses pemasukan
zat kedalam sel. Proses ini tergolong ke dalam transpor aktif karena melawan kadar
gradien dari konsentrasi rendah kekonsentrasi tinggi juga memerlukan energi sel.
Endositosis terbagi menjadi tiga jenis, fagositosis yaitu proses pemasukan zat padat,
pinositosis yaitu permasukan zat cair), dan endositosis yang diperantarai oleh reseptor.
Salah satu contoh dari endositosis adalah sel darah putih yang memakan bakteri penyakit.
Sel tersebut akan membungkus bakteri dan menangkapnya dalam suatu vakuola makanan
yang kemudian akan dicerna oleh lisosom. Endositosis terdiri tiga jenis, yaitu:
a. Fagositosis
Sel yang menelan suatu partikel dengan pseudopod yang membalut disekeliling
partikel tersebut kemudian membungkusnya di dalam kantong berlapis-membran
yang cukup besar untuk digolongkan sebagai vakuola. Partikel tersebut dicerna setelah
vakuola bergabung dengan lisosom yang mengandung enzim hidrolitik.
b. Pinositosis
Sel “meneguk” atau memasukkan tetesan fluida ekstraseluler dalam vesikula kecil.
Karena salah satu atau seluruh zat terlarut yang larut dalam tetesan tersebut
dimasukkan ke dalam sel, maka pinosistosis tidak spesifik dalam substansi yang
ditranspornya.
c. Endositosis yang Diperantarai Reseptor
Reseptor yang menjadi perantara alah reseptor yang tertanam dalam membran yang
merupakan protein dengan tempat reseptor spesifik yang dipaparkan ke fluide
ekstraseluler. Ekstraseluler yang terhubung pada reseptor disebut dengan ligan.
Protein resptor biasanya akan mengelompok dalam daerah membran yang disebut
dengan lubang terlapisi, yang isi sitoplasmiknya dilapisi oleh lapisan protein samar.
Protein pelapis ini dapat membantu memperdalam lubang dalam membentuk vesikula.
Endositosis yang diperantarai reseptor akan membuat sel dapat memperoleh substansi
spesifik dalam jumlah yang banyak walaupun substansi itu mungkin saja
konsentrasinya tidak tinggi dalam fluida seluler. Sebagai contoh misalnya sel manusia
menggunakan proses ini untuk menyerap kolesterol yang kemudian akan digunakan
dalam sintesis membran dan sebagai prekursor untuk sintesis steroid lainnya.

64
Gambar 2.9. Gap Junction
Sumber: https://bit.ly/2vtbvww

Selain endositosis, ada juga eksositosi yang merupakan proses sel dalam mensekresi
makromolekul dengan cara menggabungkan vesikula dengan membran plasma, vesikula
trnsport yang terlepas dari apatatus golgi dipindahkan oleh sitoskeleton ke membran
plsma. Ketika membran vesikula dan membran plasma bertemu, maka molekul lipid
bilayer akan menyusun ulang dirinya sendiri sehingga kedua membran bergabung.
Kandungan vesikula kemudian akan tumpah ke dalam sel. Banyak sel sekretoris yang
menggunakan eksositosis untuk mengirim keluar produk-produk yang dihasilkan oleh
sel sekretoris tersebut. Sebagai contoh misalnya, sel tertentu dalam pankreas
menghasilkan hormon insulin kemudian mensekresikannnya ke dalam darah melalui
eksositosis. Contoh lainnya adalah neuron atau sel saraf yang menggunakan eksositosis
untuk melepaskan sinyal kimiawi yang merangsang sel otot. Ketika sel tumbuhan sedang
membuat diding sel, maka eksositois mengeluarkan karbohidrat dari vesikula golgi
kebagian luar selnya.
2. Proses Transportasi Pasif
Transportasi pasif merupakan gerakan ion dan zat atom atau molekul lain untuk
melintasi membran sel tanpa menggunakan energi. Dalam transportasi pasif, tidak
memerlukan input energi seluler karena telah didorong oleh kecenderungan sistem untuk
tumbuh di entropi. Tingkat transpor pasif bergantung pada permeabilitas dari membran
sel, yang pada waktu tertentu akan bergantung pada organisasi dan karakteristik dari lipid
membran dan protein. Empat jenis utama dari transportasi pasif adalah difusi sederhana,
difusi difasilitasi, filtrasi, dan osmosis. Difusi sederhana yaitu pergerakan bersih zat dari
daerah yang berkonsentrasi tinggi ke daerah yang berkonsentrasi rendah. Pergerakan
tersebut terjadi sebagai akibat dari sifat-sifat gerakan semua molekul baik atom ataupun

65
ion yang acak dan terus-menerus, yang juga bebas dari gerakan molekul lain. Karena
dalam suatu waktu, beberapa molekul bisa bergerak melawan landaian konsentrasi dan
beberapa molekul lain bergerak menuruni landaian konsentrasi.
Apabila terrdapat perbedaan konsentrasi, maka molekul yang selalu bergerak nantinya
akan disebarkan secara merata sampai mencapai titik keseimbangan. Jenis kedua, yaitu
osmosis merupakan difusi molekul air melewati membran permeabel selektif. Ketika air
memasuki suatu badan melalui osmosis, tmaka ekanan hidrostatik atau tekanan osmosis
dapat menumpuk di dalam badan itu. Jenis ketiga adalah dialisis yaitu difusi zat terlarut
melewati membran permeabel selektif. Jenis keempat yaitu difusi difasilitasi yaitu difusi
zat terlarut melalui protein saluran dalam membran plasma. Dapat kita perhatiakan
bahwa air dapat melewati membran plasma dengan bebas tanpa bantuan dari protein-
protein tertentu.

Gambar 2.10. Transportasi Pasif


Sumber: https://bit.ly/2vtbvww

D. PEMBELAHAN SEL
Pembelahan sel merupakan peristiwa membelahnya sebuah sel menjadi dua atau lebih
sel baru. Pembelahan sel adalah cara dari sel untuk memperbanyak diri atau disebut juga
dengan proses reproduksi sel. Sel merupakan bagian terkecil yang menyusun tubuh makhluk
hidup. Pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup berhubungan erat dengan proses
pembelahan sel. Walaupun demikian, fungsi dari pembelahan sel pada makhluk hidup
multiseluler dan uniseluler sangat berbeda meskipun intinya sama yaitu perbanyakan sel.
Fungsi pembelahan sel pada makhluk hidup uniseluler atau bersel tunggal adalah sebagai
cara untuk berkembang biak. Beberapa contoh makhluk hidup yang berkembang biak
dengan membelah diri yaitu Protozoa, Amoeba, dan lain sebagainya. Sedangkan fungsi

66
pembelahan sel pada makhluk hidup multiseluler atau makhluk hidup bersel banyak adalah
cara untuk memperbayak sel tubuh sehingga makhluk hidup tersebut dapat tumbuh dan
berkembang. Sel yang membelah diri disebut dengan sel induk, sedangkan sel hasil
pembelahan diri disebut dengan sel anak.
1. Pembelahan Amitosis
Proses pembelahan sel secara amitosis berlangsung secara spontan sehingga tidak
melewati tahapan-tahapan pada pembelahan sel. Pembelahan amitosis biasanya terjadi
pada organisme prokariotik seperti bakteri yang membelah dengan cara amitosis.
Pembelahan sel secara amitosis dapat terjadi karena adanya sel-sel bakteri yang tidak
mempunyai bagian-bagian dari membran inti yang berperan penting dalam membatasi
nukleoplasma dengan sitoplasma. Selain itu, dapat juga karena DNA yang tersimpan di
dalam ruang lingkup sel relatif lebih kecil apabila dibandingkan dengan DNA pada sel
organisme eukariotik. Bentuk sirkuler adalah bentuk dari DNA prokariotik sehingga pada
DNAnya tidak perlu lagi digabungkan menjadi kelompok dari kromosom-kromosom
sebelum terjadinya suatu proses pembelahan sel-sel. Adapun ciri-ciri dari pembelahan
sel secara amitosis ini di antaranya adalah terjadi pada organisme unisiluler atau bersel
tunggal dan setiap sel terbelah menjadi dua sel. Tujuan dari pembelahan sel secara
amitosis adalah untuk reproduksi atau memperbanyak diri yang awalnya hanya satu
kemudian terbelah menjadi beberapa bagian sehingga menghasilkan pembelahan yang
banyak dan sempurna.
2. Pembelahan Mitosis
Pembelahan secara mitosis merupakan pembelahan sel yang terjadi melalui tahapan-
tahapan tertentu. Pembelahan secara mitosis dapat menghasilkan dua sel anakan. Setiap
sel anakan akan mengandung jumlah kromosom yang sama dengan induknya.
Pembelahan mitosis terjadi pada sel di organisme eukariotik. Apabila sel induk
membelah mengandung kromosom diploid (2n), maka sel anakan yang dihasilkan dari
pembelahan mitosis adalah dua sel anakan yang juga diploid (2n). Dengan kata lain,
pembelahan secara mitosis akan menghasilkan dua sel anakan yang identik. Proses
pembelahan secara mitosis bisa terjadi selama proses perkembangan, pertumbuhan dan
juga reproduksi aseksual atau reproduksi yang menghasilkan keturunan dari orang tua
tunggal. Apabila pada makhluk hidup seperti hewan dan manusia, maka proses
pembelahan sel secara mitosis dapat terjadi pada sel meristem somatis yang yaitu sel
tubuh yang masih muda yang masih mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan.

67
Gambar 2.11. Pembelahan Sel
Sumber: https://bit.ly/2fbltfo

Sebagai contohnya adalah zigot yang merupakan hasil dari sel telur yang telah dibuahi
oleh sperma. Zigot dapat melakukan proses pembelahan yang dilakukan beberapa kali
secara mitosis untuk melaksanakan peranannya dalam proses pembentukan embrio.
Apabila pembelahan terjadi pada tumbuhan yang memiliki bunga, maka perkembangan
dan pertumbuhan yang paling besar dapat terjadi pada bagian ujung akar dan bagian
ujung tunas batang. Dapat dikatakan bahawa pembelahan sel secara mitosis pada
tumbuhan yang memiliki bunga dapat terjadi pada sel-sel meristem pada kedua bagian
tempat tersebut. Pembelahan secara mitosis mengalami dua fase, yaitu faser interfase
(fase istirahat) dan fase mitosis (pembelahan sel).
a. Interfase
Dalam tahapan interfase, suatu sel dianggap melalui proses istirahat terlebih dahulu
dari proses pembelahan. Walaupun sebenarnya tahap interfase dapat dikatakan
sebagai suatu tahap yang bersifat aktif dan penting dalam membantu persiapan proses
terjadinya pembelahan. Dalam proses persiapan ini terjadi beberapa aktivitas yaitu
berupa duplikasi atau replikasi dari DNA yang telah melipatgandakan dirinya.
Kemudian tahapan dari tahap interfase ini dikategorikan lagi menjadi tiga, yaitu:

68
1) Fase gap-1 (G1)
Pada fase ini, sel-sel belum melakukan proses duplikasi atau replikasi DNA,
sehingga DNA masih memiliki jumlah satu salinan saja, dan diploid (2n).
2) Fase sintesis (S)
Pada fase ini, DNA sudah melalui proses duplikasi atau replicasi, sehingga
kemudian menghasilkan salinan dari DNA dan diploid (2c,2n).
3) Fase gap-2 (G2)
Pada fase ini, proses terjadinya duplikasi atau replikasi DNA telah dinyatakan
selesai, kemudian sel akan melakukan proses persiapan sebelum mengadakan
proses pembelahan.
b. Fase Mitosis
1) Profase
Pada tahapan profase, DNA akan mulai digabungkan menjadi kromosom yaitu
struktur-struktur paling padat dari gabungan kemasan DNA. Profase merupakan
tahapan paling lama yang terjadi dalam proses pembelahan sel secara mitosis. Pada
awal tahapan profase, kromosom akan terlihat menjadi lebih pendek dan mulai
menebal. Apabila tahapan profase terjadi di sel hewan, maka bagian sentriol akan
mengalami proses membelah dan masing-masing akan melakukan proses
pergerakan menuju ke kutub yang jalurnya berlawanan arah pada nukleus.
Kemudian proses selanjutnya yaitu akan terbentuk suatu jaringan benang-benang
spindel yang mempunyai penghubung secara langsung dari bagian kutub ke bagian
kutub juga.
Profase yang terjadi pada sel tumbuhan, maka tidak akan mempunyai bagian
sentriol dan bagian dari benang-benang spindel yang akan terbentuk tanpa terjadi
pengikatan pada pada sentriol. Pada tahapan akhir dari profase, masing-masing dari
kromosom akan mulai terlihat yaitu erdiri dari dua bagian kromatid yang
mengalami proses pengikatan pada sentromer. Kemudian proses selanjutnya yaitu
bagian dari nukleolus akan menghilang dan bagian dari membran nukleus akan
mengalami kehancuran. Pada tahapan ini, bagian kromosom akan bergerak sangat
bebas di dalam bagian-bagian sitoplasma.
2) Metafase
Metafase merupakan tahapan yang sangat singkat dalam proses pembelahan sel
secara mitosis. Pada tahapan metafase, bagian kromosom akan ergerak menuju ke
bidang ekuator pada benang-benang spindel. Kromosom juga akan mengalami

69
pengikatan pada benang-benang spindel melalui bagaian sentromer. Kromosom
berdiam pada bidang ekuator dengan tujuan agar pada saat proses pembagian-
pembagian sejumlah informasi-informasi dari DNA, dapat dilakukan secara merata
dan sama jumlahnya kepada sel anakan.
3) Anafase
Tahapan anafase juga merupakan tahapan yang singkat dalam proses
pembelahan sel secara mitosis. Dalam tahapan ini, pada masing-masing sentromer
akan terjadi pengikatan pada kromatid yang sedang membelah secara bersamaan.
Kromatid kemudian akan mengalami pergerakan menuju bagian kutub untuk
pembelahan. Hal tersebut terjadi karena adanya proses kontraksi pada benang
spindel. Saat proses kontraksi berlangsung, benang spindel akan mulai memendek
dan selanjutnya akan menarik kromatid untuk membelah menjadi dua bagian yang
sama pada kedua kutub yang mempunyai arah berlawanan. Tahapan anafase ini
akan menghasilkan salinan kromosom yang saling berpasangan yaitu 1c dan 2n.
4) Telofase
Pada tahapan telofase, bagian dari membran inti akan mulai terbentuk dan akan
muncul kembali pada nukleolus. Kromosom akan melalui proses pembentukan
benang-benang yang bernama benang kromatin.Tahapan telofase akan berakhir
dengan terjadinya proses pembelahan pada sitoplasma. Proses ini sering juga
disebut dengan sitokinesis.
3. Pembelahan Meiosis
Pembelahan secara meiosis merupakan proses pembelahan sel yang melewati suatu
tahapan-tahapan tertentu. Pada proses pembelahan meiosis, terjadi pembelahan sel induk
diploid (2n) dan menghasilkan empat sel anakan haploid (n). Separuh dari kromosom sel
induk terkandung dalam masing-masing sel anakannya yaitu sel haploid (n). Proses
tersebut terjadi pada saat pembentukan sel gamet yang prosesnya terjadi pada bagian
organ reproduktif. Pada hewan dan manusia, sperma yang bersifat haploid akan
dihasilkan di bagian dalam testis dan sel telur yang bersifat haploid dihasilkan di bagian
dalam ovarium. Sedangkan pada tumbuhan yang memiliki bunga, sel gamet akan
dihasilkan di bagian dalam putik dan dari benang sari melalui proses pembelahan sel
secara meiosis.
Tujuan dari pembelahan sel secara meiosis adalah sebagai penghasil gamet yang
secara genetik hanya mempunyai setengah dari induknya sendiri, sehingga akan
menyebabkan adanya berbagai macam variasi genetik. Proses pembelahan secara

70
meiosis dapat dibagi menjadi meiosis I dan meiosis II. Pada meiosis I, tahapannta yaitu
terdiri dari profase I, metafase I, anafase I, telofase I. Sedangkan pada meiosis II,
tahapannya yaitu profase II, metafase II, anafase II, dan telofase II. Tahapan pada meiosis
II, profase II sampai telofase II, mempunyai kemiripan dengan tahapan pada pembelahan
mitosis.
a. Meiosis I
1) Profase I
Tahapan profase I pada meiosis I menghabiskan waktu lebih lama serta lebih
kompleks dibandingkan dengan profase pada pembelahan mitosis. Tahapan
profase I ini terdiri dari beberapa tahap antara lain:
a) Leptonema
Leptonema atau Leptoten merupakan tahapan saat terjadinya penggandaan
kromosom menjadi kromatid kembar (sister chromatids). Namun, apabila
diamati melalui bantuan mikroskop, bentuknya akan terlihat masih seperti
benang tunggal tipis yang memanjang.
b) Zigonema
Zigonema atau Zigoten merupakan tahapan saat terjadinya setiap kromosom
homolog berpasangan kemudian membentuk struktur bivalen yang dinamakan
dengan sinapsis. Setiap kromosom akan mengalami penggandaan menjadi dua
kromatid kembar yang setiap bivalennya terdapat empat kromatid kembar.
Kompleks dari empat kromatid tersebut dinamakan dengan tetrad.
c) Pakinema
Pakinema atau pakiten adalah tahapan terjadinya penampakan visual pertama
kalinya struktur tetrad. Tahapan ini juga mulai terjadi pindah silang (crossing
over), yakni pertukaran materi genetik antara kromatid paternal dengan
kromatid maternal.
d) Diplonema
Diplonema atau Diploten merupakan tahapan saat terjadinya penampakan
secara visual tempat terjadinya pindah silang yang disebut kiasma.
e) Diakinesis
Diakinesis merupakan tahapan terjadinya perpindahan kiasma yang bergeser
ke ujung kromosom. Setiap kromatid anggota tetrad akan semakin pendek,
menebal, dan bergerak ke arah bidang ekuator sel. Nukleolus dan membran
nukleus akan menghilang. Selain itu, pada tahapan ini, mikrotubulus atau

71
benang spindel yang keluar dari sentriol akan semakin memanjang dan
menempel pada kinetokor.
2) Metafase I
Pada tahapan ini, tetrad kromosom berada pada bidang tengah sel atau ekuator.
Pada metafase I, sususan dari kromosom meiosis dapat dibedakan dengan
kromosom mitosis yaitu tidak adanya struktur tetrad pada kromosom mitosis.
3) Anafase I
Pada tahapan anafase I, setiap kromosom homolog yang masing-masing terdiri
atas dua kromatid kembar akan bergerak ke kutub sel yang berlawanan.
4) Telofase I
Pada tahapan telofase I, masing-masing kromosom homolog telah mencapai
kutub sel yang berlawanan. Setelah tahapan ini, akan diikuti dengan sitokinesis dan
interfase singkat yang kemudian langsung berlanjut ke proses meiosis II.
5) Meiosis II
a) Profase II
Pada tahapan profase II, sentrosom akan membentuk dua sentriol yang
letaknya berlawanan kutub yang dihubungkan oleh spindle. Membran inti dan
nukleus akan lenyap, dan kromatin akan berubah menjadi kromosom yang
dijerat oleh spindle.
b) Metafase II
Pada tahap metafase II, kromosom akan berada di ekuator, dan kromatid akan
berkelompok dengan masing-masing berjumlah dua. Pada tahapan ini, belum
terjadi pembelahan sentomer.
c) Anafase II
Pada tahapan anafase II, kromosom akan melekat pada kinetokor spindel ke
arah kutub yang berlawanan, sehingga kemudian sentromer terbelah. Masing-
masing dari kromatid akan bergerak ke arah yang berlawanan.

72
d) Telofase II
Pada tahapan telofase II, kromatid akan berkumpul pada kutub pembelahan
dan berubah kembali jadi kromatin. Membran inti dan nukleus akan terbentuk
lagi. Pada proses akhir dari pembelahan meiosis II, akan terbentuk empat sel
yang masing-masing mengandung setengah dari kromosom induknya (n).

Gambar 2.11. Pembelahan Sel


Sumber: https://bit.ly/2apmofk

73
BAB III
JARINGAN

A. JARINGAN EPITEL
Jaringan epitel adalah jaringan yang membatasi tubuh dengan lingkungannya, baik di
luar maupun di dalam seperti kulit, dinding usus, dan pembuluh darah. Jaringan epitel
berupa lapisan meristematik yang terdiri dari sel-sel rapat yang berdekatan satu sama lain
dengan sedikit zat interselulernya. Jaringan epitel tidak memiliki pembuluh darah.
Pembuluh darah yang berfungsi sebagai pensuplai zat makanan dan mengeluarkan sampah
metabolisme berada pada jaringan ikat yang berada di bawah jaringan epitel. Sebagian besar
dari jaringan epitel yang melapisi kulit, mulut, hidung, juga anus berasal dari lapisan
ektodermal. Sedangkan jaringan epitel yang melapisi sistem pernafasan, saluran
pencernaan, dan kelenjar pencernaan berasal dari endoderm.
Adapun jaringan epitel yang melapisi ginjal yaitu berasal dari mesoderm. Jaringan epitel
mempunyai fungsi antara lain untuk menutupi dan melapisi permukaan seperti kulit,
absorpsi seperti pada dinding bagian dalam dari usus, sekresi seperti pada sel epitel kelenjar,
sensoris seperti pada neuroepitel, dan kontraktil seperti pada sel mioepitel. Bagian dasar
pada sel-sel epitel berhubungan dengan jaringan lain yang berada di bagian bawahnya yang
disebut dengan membran basalis. Di bawah membran basalis terdapat jaringan lain yang
disebut dengan jaringan ikat sebagai tempat melekat jaringan epitel ke jaringan lain yang
berada di dibawahnya.
1. Epitel Penutup
Jaringan epitel penutup adalah jaringan yang sel-selnya terdiri dari lapisan seperti
membran yang menutupi permukaan luar atau melapisi rongga tubuh. Pengelompokkan
dari jaringan epitel penutup dilakukan berdasarkan jumlah lapisan sel dan morfologinya.
Epitel penutup terdiri atas beberapa jenis, di antaranya yaitu:

74
a. Epitel Selapis Pipih
Jaringan epitel selapis pipih yaitu terdiri dari selapis sel yang bentuknya pipih
sehingga sangat baik untuk proses difusi, osmosis juga filtrasi. Epitel jenis ini terdapat
pada bagian tubuh yang terlindung dan jarang mengalami pergesekan yang kuat
seperti pada alveoli paru-paru, glomelurus ginjal, lapisan terdalam pembuluh darah
juga pada jantung.
b. Epitel Selapis Kubus
Jaringan epitel jenis selapis kubus adalah epitel selapis yang bentuk selnya berupa
kubus. Epitel jenis ini terdapat pada saluran ginjal, permukaan saluran pernafasan dan
kelenjar-kelenjar. Fungsi dari jaringam epitel jenis selapis kubus adalah untuk sekresi
dan absorpsi.
c. Epitel Selapis Silindris
Epitel selapis silindris adalah epitel selapis berbentuk silindris yang inti selnya terletak
agak ke basal. Epitel yang terdapat usus dan empedu ini berfungsi sebagai sel sekresi,
proteksi, dan absorpsi.
d. Epitel Berlapis Pipih
Epitel berlapis pipih adalah jenis epitel yang berlapis-lapis dan bagian paling
luarnya berbentuk pipih, sedangkan sel-sel pada lapisan dalamnya berbentuk kubus
atau silindris. Karena bentuknya yang berlapis-lapis, maka mereka tahan terhadap
lingkungan luar juga gesekan. Sel-sel pada bagian basal akan membelah secara
mitosis kemudian mendorong sel-sel lama ke arah permukaan. Semakin sel-sel
tersebut terdorong ke arah permukaan dan semakin jauh dari pembuluh darah, maka
sel-sel tersebut akan kehilangan air. Sehigga akibatnya, sel tersebut menjadi keras,
pipih dan mati, kemudian apabila telah mencapai permukaan tubuh maka akhirnya
akan terkelupas. Pada permukaan kulit tubuh kita, lapisan epitel terluar mengandung
keratin yaitu suatu protein yang kuat, liat, dan kedap air untuk melindungi tubuh kita.
Sedangkan pada permukaan-permukaan basah seperti mulut, lidah, esofagus, dan
vagina lapisan luar tidak mengandung keratin.
e. Epitel Berlapis Kubus
Epitel berlapis kubus merupakan epitel yang berbentuk kubus dan sel-selnya terdiri
dari 1-2 lapisan. Epitel jenis ini berfungsi sebagai proteksi dan sekresi yang terdapat
pada kelenjar keringat dan folikel ovarium yang sedang berkembang.

75
f. Epitel Berlapis Silindris
Epitel berlapis silindris adalah epitel yang selnya berlapis-lapis dan sel-sel yang paling
atas berbentuk silindris. Epitel jenis ini berfungsi sebagai proteksi dan sekresi yang
terdapat pada saluran urethra pria dan kelenjar mammae wanita.

Gambar 3.1. Jaringan Epitel


Sumber: https://bit.ly/2b8sd2i

g. Epitel Transisional
Epitel transisional merupakan epitel yang berlapis-lapis tetapi sel paling atas biasanya
berbentuk bulat dan besar yang apabila direnggangkan, sel-sel tersebut tidak akan
robek dan menjadi pipih. Epitel jenis ini berfungsi sebagai proteksi dan terdapat pada
kantung kemih.
h. Epitel Berlapis Semu
Epitel berlapis semua adalah epitel yang semua sel-sel epitelnya melekat pada
membrana basalis dan hanya sebagian sel yang mencapai permukaan. Epitel jenis ini
terdapat pada saluran kemih pria dan tuba eustachius.

76
2. Epitel Kelenjar
Jaringan epitel kelenjar merupakan jaringan yang dibentuk oleh sel-sel yang
dikhususkan untuk menghasilkan getah sekresi yang komposisinya berbeda dengan darah
maupun cairan antarsel. Apabila getah sekresi tersebut dikeluarkan ke dalam satu saluran
kelenjar atau langsung ke permukaan tubuh seperti sel goblet, maka disebut dengan
kelenjar eksokrin. Contoh hasil dari sekresinya yaitu lendir, air liur, enzim dan lain
sebagainya. Sedangkan apabila getah sekresinya dimasukan ke dalam darah, maka
disebut dengan kelenjar endokrin yang hasil sekresinya berupa hormon. Secara
struktural, sel-sel kelenjar disebut tubulus apabila berbentuk tabung dan disebut dengan
acinous apabila berbentuk labu atau botol. Sedangkan seecara fungsional, sel-sel kelenjar
dapat dikelompokkan menjadi holokrin, apokrin dan merokrin. Holokrin yaitu apabila
getah yang disekresikan terkumpul dalam sitoplasma kemudian sel mati dan isinya
disekresikan, sel yang mati tersebut akan diganti oleh sel-sel yang baru. Sebagai contoh
yaitu kelenjar sebasea pada kulit. Adapun kelompok apokrin, apabila getah yang
disekresikan terkumpul pada bagian ujung sel (apex). Bagian ini kemudian dilepaskan
dan membentuk zat yang disekresikan hingga kemudian sel mereparasi diri. Sebagai
contoh yaitu kelenjar mammae. Sedangkan kelompok merokrin yaitu apabila zat-zat
yang disekresikan dibentuk dan dikeluarkan dari sel ke dalam salurannya namun sel tidak
ikut mati. Sebagai contohnya adalah kelenjar pankreas dan kelenjar ludah.

B. JARINGAN IKAT
Jaringan ikat merupakan jaringan yang mebertanggung jawab untuk memberikan dan
mempertahankan bentuk tubuh. Karena memiliki fungsi mekanik, maka jaringan ikat terdiri
dari matriks yang menghubungkan serta mengikat sel dan organ, sehingga kemudian dapat
memberikan sokongan pada tubuh. Jaringan ikat tidak ditemukan pada permukaan luar
tubuh dan mengandung banyak pembuluh darah. Secara umum, sel-sel pada jaringa ikat
berjarak jauh satu sama lain dengan zat interseluler yang banyak. Zat interselulernya terdiri
dari cairan dan serat-serat yang diproduksi oleh sel-sel jaringan ikat. Pada jaringan rawan
zat interselulernya kuat tetapi lentur, sedangkan pada tulang sangat keras karena
mengandung garam-garam kapur.

77
Terdapat tiga jenis serabut utama dari jaringan ikat yaitu serabut kolagen, elastin, dan
retikulin. Serabut kolagen adalah serabut yang tidak elastis tetapi memiliki kelenturan yang
lebih besar dari baja dan terdiri atas serat-serat protein kolagen. Serabut elastin yaitu terdiri
atas protein elastin, lebih halus dari kolagen dan sangat elastis. Sedangkan serabut
retikulin yaitu serabut yang sangat halus, terdiri atas protein kolagen dan glikoprotein.
Serabut-serabut tersebut didistribusikan secara tidak merata bergantung pada sifat jaringan
ikat itu sendiri. Selain serabut-serabut tersebut, jaringan ikat juga tersusun atas sel-sel
tertentu. Sel-sel tersebut di antaranya adalah fibroblast, makrofag, melanosit, sel plasma,
mast sel, leukosit (terutama basofil, eosinofil, dan limfosit), sel adventitial, dan sel adiposa.
Fibroblast merupakan sel yang menghasilkan serabut-serabut dan zat interseluler.
Sel makrofag yaitu sel yang berfungsi untuk memfagositosis bakteri dan jaringan yang
rusak. Sela melanosit berfungsi untuk menghasilkan pigmen melanin. Sel plasma berfungsi
untuk menghasilkan antibodi. Mast sel berfungsi untuk menghasilkan anti koagulan heparin.
Sel adventitial berperan dalam regenerasi sel-sel yang rusak dan sel adiposa berfungsi
sebagai penyimpanan lemak netral. Fungsi utama dari jaringan ikat adalah sebagai proteksi,
penunjang, dan untuk mengikat berbagai jenis jaringan dan organ. Sel-sel jaringan ikat
mampu meyimpan lemak, bersifat fagositosis terhadap bakteri dan sel-sel yang sudah mati,
membentuk antibodi dan anti koagulan.

Gambar 3.2. Jaringan Ikat


Sumber: https://bit.ly/2b8sd2i

78
Ada beberapa jenis jaringan ikat yang dikelompokkan berdasarkan pada komponen yang
menonjol di dalam jaringan tersebut atau berdasar pada suatu sifat struktural dari jaringan
tersebut. Kelompok jaringan ikat tersebut terdiri dari jaringan ikat embrionik dan jaringan
ikat dewasa. Jaringan ikat embrionik merupakan jaringan ikat yang ada ketika dalam
perkembangan embrio, disebut dengan mesenkim. Dari jaringan inilah semua jaringan ikat
lainnya kemudian akan diturunkan. Sedangkan jaringan ikat dewasa, terdiri dari beberaoa
jenis seperti jaringan ikat longgar, jaringan ikat padat, jaringan ikat elastis, jaringan ikat
retikulin, jaringan lemak, dan jaringan ikat cair.

Jaringan ikat longgar adalah jaringan yang zat interselulernya setengah cair dengan
serabut-serabut yang jarang, terdapat pada daerah di sekitar pembuluh darah, saraf,
sepanjang membrana mukosa, dan dermis. Jaringan ikat padat yaitu serabut kolagen
jumlahnya lebih menonjol sehingga sering disebut dengan jaringan kolagen yang terdapat
pada lapisan sub mukosa, dermis kulit, dan di daerah jaringan penyambung pada organ-
organ. Jaringan ikat elastis merupakan jaringan yang mengandung serabut elastin yang tebal
dan sejajar, dapat ditemukan pada arteri, trakea, paru-paru, dan dalam ligamen kuning
kolumna vertebralis.
Jaringan ikat retikulin adalah jaringan yang mengandung banyak serabut retikulin,
banyak ditemukan antara lain dalam organ yang menghasilkan sel darah. Jaringan lemak
adalah jaringan ikat jarang, biasanya ditemukan pada daerah sekitar mata, ginjal, dan
jantung, berfungsi untuk melindungi organ-organ tersebut. Sedangkan jaringan lemak yang
lain berfungsi sebagai cadangan energi dan untuk menahan panas atau mengurangi
pengeluaran panas tubuh melalui kulit. Jenis terakhir yaitu jaringan ikat cair yang berupa
darah, zat antar selnya berupa plasma darah dan selnya terdiri dari eritrosit, leukosit, dan
trombosit.

C. JARINGAN RAWAN
Jaringan rawan adalah sejenis jaringan ikat dengan zat yang interselulernya berupa jeli
dan di dalamnya terdapat serabut kolagen dan elastin. Dalam zat interselulernya terdapat
rongga disebut lakuna yang berisi sel-sel rawan (chondrosit). Terdapat tiga jenis rawan,
yaitu rawan hialin, elastin, dan fibrosa. Rawan hialin merupakan jaringan yang terdapat pada
rangka janin, ujung-ujung tulang panjang, rawan pada tulang rusuk, rawan pada hidung dan
laring. Rawan elastin merupakan jaringan yang banyak mengandung serabut elastin, dapat
ditemukan pada daun telinga dan tuba eustachius. Sedangkan rawan fibrosa merupakan

79
jaringan yang mengandung banyak matriks yang dibentuk oleh serabut kolagen, sangat kuat
dan kaku, dapat ditemukan pada diskus di antara tulang vertebrae dan simfisis pubis

Gambar 3.3. Jaringan Rawan


Sumber: https://bit.ly/2cqa978

D. JARINGAN TULANG
Jaringan tulang merupakan salah satu jaringan yang paling keras dalam tubuh mammalia.
Tulang terdiri dari bahan intersel yang mengalami kalsifikasi, matriks tulang, dan berbagai
jenis sel seperti osteosit, osteoblast, dan osteoklas. Osteosit merupakan jenis sel yang
ditemukan pada lakuna di dalam matriks. Osteoblast merupakan jenis sel yang mensintesis
komponen organik matriks dan osteoklas merupakan sel raksasa berinti banyak yang
dibutuhkan dalam perombakan tulang.

E. JARINGAN OTOT
Jaringan otot adalah jaringan yang bertanggung jawab untuk gerakan tubuh. Jaringan otot
mengandung sel-sel khusus yang hanya memiliki satu fungsi utama yaitu kontraksi.
Jaringan otot meliputi sekitar 40-50% dari berat badan dan memiliki empat sifat yaitu
elastis, dapat diregangkan, dapat dirangsang, dan dapat berkontraksi. Dengan fungsi utama
kontraksi, maka otot dapat menghasilkan pergerakkan seperti gerakan anggota badan,
denyut jantung, peristaltik usus. Selain itum otot juga dapat menahan postur tubuh untuk
posisi tertentu, dan menghasilkan panas untuk mempertahankan temperatur tubuh.
Berdasarkan lokasi, struktur otot, dan kontrol dari saraf, jaringan otot dapat dibagi menjadi
beberapa jenis yaitu otot polos, otot lurik dan otot jantung.

80
1. Otot Polos
Otot polos dikenal juga dengan sebutan otot visceral (alat-alat dalam). Otot jenis ini
terdiri dari kumpulan sel fusiformis yang setiap selnya memiliki satu inti yang pipih dan
terletak di bagian tengah sel. Otot polos memiliki mikrofilamen aktin dan miosin yang
letaknya tidak beraturan sehingga tidak terlihat lurik. Proses kontraksinya lambat dan
tahan lama dan tidak dibawah pengendalian kemauan sadar atau involunter. Otot polos
terdapat pada alat-alat dalam seperti saluran pencernaan, hati dan lain sebagainya
2. Otot Lurik
Otot lurik dikenal juga sebagai otot rangka yang terdiri dari berkas-berkas sel silindris
sangat panjang. Otot lurik berinti banyak yang terletak di pinggir, memiliki mikrofilamen
aktin dan miosin yang tersusun secara teratur sehingga terlihat lurik. Kontraksinya
berjalan dengan cepat dan tidak tahan lama, serta dibawah pengendalian kemauan yang
disadari atau volunter. Otot lurik ini biasanya terdapat melekat pada tulang.
3. Otot Jantung
Otot jantung seperti halnya sel-sel otot rangka memiliki aktin dan miosin yang tersusun
teratur. Sel otot jantung berbentuk segi empat dengan satu inti di bagian tengah sel, sel-
selnya dapat bercabang dan mengandung sarkoplasma atau sitoplasma sel otot tanpa
miofibril yang jelas. Satu sel dengan sel yang lainnya dibatasi oleh sarkolemmma tebal
yang melintang yang disebut dengan cakram interkalar. Struktur tersebut hanya
ditemukan pada otot jantung yaitu berperan untuk memperkuat otot jantung dan
membantu dalam konduksi impuls. Kontraksinya terjadi tidak dibawah kemauan
secara sadar atau involunter, kuat serta berirama.

Gambar 3.4. Jaringan Otot


Sumber: https://bit.ly/2fzabt1

81
F. JARINGAN SARAF
Jaringan saraf merupakan jaringan yang didistribusikan di seluruh tubuh sebagai suatu
jaringan komunikasi terpadu. Jaringan saraf mempunyai fungsi khusus yaitu untuk
membentuk dan menjalarkan impuls. Jaringan saraf secara struktural terdiri dari sel saraf
atau neuron, yang biasanya menunjukkan banyak juluran yang panjang dan sel glia atau
neuroglia yang menjadi bagian untuk menyokong dan melindungi neuron dan ikut serta
dalam aktivitas saraf, pensuplai nutrisi saraf, juga untuk proses pertahanan sistem saraf
pusat. Neuron adalah satuan anatomis dan fungsional yang berdiri sendiri dengan sifat- sifat
morfologinya yang rumit. Pada umumnya, neuron terdiri dari tiga bagian yaitu badan sel,
dendrit dan akson. Badan sel yaitu terdiri dari nukleus dan nukleoleus yang dikelilingi oleh
sitoplasma.

Gambar 3.5. Jaringan Saraf


Sumber: https://bit.ly/2sudrnd

Badan sel berperan sebagai pusat aktivitas sel dan juga dapat menerima rangsang. Pada
sitoplasma, sel saraf dewasa tidak ditemukan sentrosom sehingga tidak dapat bermitosis.
Adapun dendrit adalah tonjolan badan sel yang berfungsi untuk meghantarkan impuls ke
arah badan sel dari pusat rangsang lingkungan, dari epitel sensoris, atau dari neuron lainnya.
Sedangkan akson (neurit) adalah tonjolan badan sel yang juga berfungsi untuk
menghantarkan impuls dari dari badan sel ke sel yang lain sepeeti sel saraf, otot, atau
kelenjar. Bagian ujung akson biasanya bercabang juga membentuk percabangan terminal.
Setiap cabang dari percabangan ini akan berakhir pada sel berikutnya dengan membentuk
pelebaran yang disebut dengan bonggol akhir (end bulb) yang akan mempermudah
penghantaran informasi ke sel berikutnya dalam rangkaian tersebut.

82
Berdasarkan tonjolannya, maka sel saraf dikelompokkan menjadi tiga jenis sel saraf yaitu
sel saraf multipolar, sel saraf bipolar dan saraf pseudounipolar. Sel saraf multipolar memiliki
lebih dari dua tonjolan sel, yang satu adalah akson dan sisanya adalah dendritnya. Sel saraf
bipolar yaitu memiliki satu dendrit dan satu akson. Sedangkan sel saraf pseudounipolar
memiliki tonjolan tunggal dekat badan sel tetapi kemudian bercabang dua. Selain
berdasarkan tonjolan, secara fungsional sel saraf dapat dikelompokkan juga menjadi tiga
jenis yaitu sel saraf sensoris, saraf motoris, dan interneuron. Sel saraf sensoris adalah sel
saaraf yang berfungsi untuk menerima rangsang dari lingkungan dan dari dalam tubuh. Sel
saraf motoris adalah sel saraf yang berfungsi untuk mengatur organ efektor seperti kelenjar
eksokrin dan endokrin.
Sedangkan interneuron berfungsi untuk mengadakan hubungan timbal balik antara sel
saraf yang satu dengan yang lainnya. Neuroglia berdasarkan morfologi dan fungsinya terdiri
atas empat jenis, yaitu astrosit, oligodendrosit, mikroglia dan ependim. Astrosit memiliki
bentuk bintang, berfungsi untuk mengikat sel saraf yang satu dengan yang lainnya atau
dengan pembuluh darah. Oligodendrosit memiliki bentuk yang lebih kecil dari astrosit,
tonjolan-tonjolan selnya kurang banyak dan berfungsi untuk mengikat sel-sel saraf
membentuk jaringan ikat yang agak kaku di antara sel saraf. Selain itu, oligodendrosit juga
berfungsi untuk membentuk selaput mielin di sekitar akson pada sistem saraf pusat. Adapun
mirkoglia yaitu berasal dari monosit yang memiliki beberapa tonjolan untuk menelan
mikroorganisme dan sel-sel yang sudah mati, juga dapat bergerak ke jaringan- jaringan
otak. Sedangkan ependim yaitu neuroglia yang berbentuk pipih dan kolumner, berjajar
membentuk lapisan, dapat bersilia, membentuk lapisan-lapisan epitel sepanjang ventrikel
otak (rongga yang mengandung cairan cerebrospinal).

83
BAB IV
SISTEM EKSOKRIN

A. PENGGOLONGAN KELENJAR ENSOKRIN


Kelenjar eksokrin dapat diklasifikasikan berdasarkan tiga cara, yaitu berdasarkan jumlah
sel, berdasarkan jenis sekret, dan berdasarkan cara sekresi.
1. Berdasarkan Jumlah Sel
a. Kelenjar Uniseluler
Kelenjar uniseluler adalah kelenjar yang tidak mempunyai saluran keluar. Hal tersebut
dikarenakan biasanya kelenjar uniseluler terdapat pada epitel permukaan seperti pada
epitel usus sebagai sel piala.
b. Kelenjar Multiseluler
Kelenjar multiseluler dibagi lagi menjadi dua kelompok berdasarkan letak kelenjarnya
terhadap epitel permukaan yaitu kelenjar intraepitelial dan kelenjar ekstraepitelial.
1) Kelenjar intraepitelial adalah kelenjar yang membentuk kelompok sel kelenjar
pada epitel permukaan tanpa saluran kelenjar. Kelenjar jenis ini terdapat pada epitel
selaput lendir lambung dan rongga hidung.
2) Kelenjar ekstraepitelial adalah kelenjar yang terdapat dalam jaringan pengikat.
Jenis kelenjar ini dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu Pars Secretoria dan
Ductus Excretorius. Pars Secretoria yaitu bagian yang menghasilkan sekret,
sedangkan Ductus excretorius adalah saluran yang menampung sekret dari pars
secretoria. Dengan melihat bentuk dari pars secretoria dan ductus excretorius
dalam tubuh, maka dikenal berbagai jenis kelenjar yaitu :
a) Kelenjar tubuler sederhana (simple tubular gland) yitu kelenjar yang terdiri dari
kelenjar tubuler lurus (kelenjar usus besar), kelenjar tubuler bergelung (glandula
subdorifera), dan kelenjar tubuler bercabang (glandula uterina).
b) Kelenjar tubuloalveoler sederhana (simple tubuloalveoler gland) merupakan
kelenjar yang selalu bercabang (glandula submandibularis, glandula duodenalis
brunneri).
c) Kelenjar alveolar sederhana (simple alveolar gland), salah satu contoh kelenjar
ini adalah Glandula Sebacea yang terdapat pada kulit dan merupakan kelenjar
polyptyche yang memiliki modifikasi pada kelopak mata sebagai glandula
meibomi dan termasuk sebagai kelenjar alveolar sederhana bercabang.

84
d) Kelenjar tubuler kompleks (compound tubular gland) merupakan kelenjar yang
memiliki pars secretoria berbentuk tubuler dengan saluran keluarnya yang
bercabang dan akhirnya bermuara dalam satu saluran utama contohnya testis.

Gambar 4.1. Kelenjar Esokrin


Sumber: https://bit.ly/2surphy

2. Berdasarkan Jenis Sekret


Berdasarkan dari sifat sekretnya, kelenjar eksokrin dibedakan menjadi kelenjar
sitogen dan nonsitogen.
a. Kelenjar sitogen adalah kelenjar yang menghasilkan sel-sel sebagai sekretnya
contohnya adalah testis dan ovarium.
b. Kelenjar nonsitogen adalah kelenjar yang hasilnya tidak mengandung sel-sel. Kelenjar
nonsitogen dibagi lagi menjadi tiga bagian yaitu:
1) Kelenjar sereous atau Kelenjar Serosa
Sekret kelenjar serosa bersifat encer, jernih dan berbentuk sebagai albumin.
Biasanya sekret tersebut mengandung enzim seperti pada kelenjar pankreas dan
parotis. Sel kelenjar serosa memiliki bentuk pyramidal yang intinya berbentuk
bulat dan terletak ditengah. Butir-butir dari sekretoris bersifat asidofil. Di bagian
basal sel terdapat granular endoplasmis reticulum, sehingga pada pengamatan
menggunakan mikroskop cahaya, akan tampak gambaran yang bergaris-garis.

85
Sebagai contoh kelenjar sereous adalah pada kelenjar pankreas dan kelenjar
parotis.
2) Kelenjar Mukosa atau Mukus
Sekret dari kelenjar mukosa bersifat kental. Sel kelenjarnya berbentuk piramidal
dan bagian puncahnya berisi tetes-tetes bahan musinogen atau premusin yang
berfungsi sebagai bahan pembentuk lendir. Inti sel berbentuk gepeng dan letaknya
terdesak di daerah basal. Apabila premusin telah dilepaskan oleh sel kelenjar, maka
bahan tersebut akan berubah menjadi mukus lendir. Diantara kelenjar-kelenjar
yang termasuk jenis ini, salah satunya ada yang berbentuk uniseluler yaitu sel Piala.
3) Sereo Mukus Atau Kelenjar Campuran
Sereo Mukus adalah kelenjar campuran dari sel-sel kelenjar mukosa dan serosa.
Biasanya sel serosa terdesak oleh sel mukosa sehingga kemudian membentuk
gambaran bulan sabit yang dinamakan dengan Demiluna Gianuzzi. Adapun contoh
dari kelenjar ini adalah glandula submandibularis dan glandula sublingualis.

Gambar 4.2. Perbedaan Kelenjar Esokrin dan Endokrin


Sumber: https://bit.ly/2rrn7o3

86
3. Berdasarkan Cara Sekresi
Berdasarkan dari cara sekresinya, kelenjar eksokrin dibagi menjadi tiga jenis, yaitu
kelenjar merokrin, apokrin, dan holokrin.
a. Merokrin
Kelenjar merokrin merupakan kelenjar yang hanya bahan getahannya saja yang
digetahkan, sedangkan selnya tetap ada. Pada saat proses sekresi, tidak akan terjadi
kerusakan pada selnya atau tidak ada bagian sel yang ikut disekresika. Sekresi
dilakukan dengan cara eksositosis. Sebagai contoh dari kelenjar ini di antaranya
adalah kelenjar ludah dan pankreas.
b. Apokrin
Pada kelenjar jenis apokrin, pada saat sekresinya, ada sebagian dari puncak sel ikut
disekresikan sehingga tampak adanya tonjolan-tonjolan di bagian pucak sel kelenjar
(glandula axillaris dan glandula circumanale). Salah satu contohnya adalah pada
kelenjar peluh. Kelenjar peluh khusus terletak pada ketiak dan organa genetalia luar,
yang akan aktif setelah masa pubertas. Apabila peluh yang digetahkan mengalami
dekomposisi bakteri, maka sekretnya akan menghasilkan bau.
c. Holokrin
Kelenjar yang termasuk ke dalam jenis holokrin, adalah kelenjar yang sel-selnya ikut
digetahkan bersamaan dengan getahnya. Kelenjar jenis ini akan mengalami kerusakan
ketika proses sekresi berlangsung, sehingga sekretnya akan bercampur dengan bagian
sel yang telah mati (glandula sebacea).

Gambar 4.3. Kelenjar Ensokrin Berdasarkan Cara Sekresi


Sumber: http://bit.ly/eksokrinsekresi

87
B. KULIT
Salah satu bagian tubuh yang berhubungan dengan kelenjar ensokrin adalah kulit. Kulit
merupaan pembungkus tubuh yang elastis yang letkanya paling luar dan berfungsi untuk
melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan hidup. Kulit merupakan alat tubuh yang terberat
dan terluas. Ukuran dari kulit yaitu sekitar 15% dari total berat tubuh dan luasnya pada orang
dewasa adalah sekitar 1,5 m2. Kulit adalah bagian yang sangat kompleks, elastis dan sensitif.
Selain itu, kondisi kulit juga memiliki banyak variasi bergantung pada keadaan iklim, umur,
seks, ras, juga lokasi tubuh. Kulit juga dapat berbeda dari tingkat kelembutan, tipis, juga
tebalnya. Rata-rata tebal kulit tubuh manusia adalah 1-2 mm. Kulit yang paling tebal yaitu
berukuran 6 mm terdapat di telapak tangan dan kaki sedangkan yang paling tipis berukuran
0,5 mm terdapat pada penis.

Gambar 4.4. Kelenjar Ensokrin Berdasarkan Cara Sekresi


Sumber: http://bit.ly/kulitlapisan

Secara umum, kulit tersusun atas tiga lapisan utama, yaitu epidermis, dermis, dan lapisan
subduktis (Djuanda, 2007). Lapisan epidermis yaitu terdiri dari lapisan basal, lapisan
malpighi, lapisan granular, lapisan lusidum, lapisan tanduk dan lapisan tanduk. Lapisan
dermis merupakan lapisan yang berada dibawah epidermis dan lebih tebal daripada
epidermis. Dermis terdiri dari lapisan elastis dan fibrosa padat dengan elemen-elemen
selular juga folikel rambut. Lapisan dermis dibagi menjadi dua bagian yaitu Pars Papilar
dan Pars Retikulaar. Pars Papilar adalah bagian yang menonjol ke epidermis yang berisi

88
ujung serabut saraf dan pembuluh darah. Sedangkan Pars Retikulaar adalah bagian dibawah
Pars Papilar yang menonjol ke arah subkutan.
Lapisan tersebut mengandung pembuluh darah, saraf, rambut, kelenjar keringat, dan
kelenjar sebasea. Jenis lapisan ketiga dari kulit adalah subkutis yaitu merupakan lanjutan
dari dermis, tidak ada garis tegas yang memisahkan dermis dan subkutis. Subduktis terdiri
dari jaringan ikat longgar yang berisi sel-sel lemak didalamnya. Sel-sel lemak adalah sel
berbentuk bulat, besar, dengan inti yang letaknya terdesak ke pinggir sitoplasma. Jaringan
subkutan mengandung saraf, pembuluh darah, limfe, dan kantung rambut. Pada lapisan
atasnya terdapat kelenjar keringat. Fungsi dari jaringan subkutan adalah sebagai penyekat
panas, bantalan terhadap trauma, juga tempat untuk penumpukan energi.
1. Adneksa Kulit
Adneksa kulit terdiri dari kelenjar-kelanjar kulit, rambut, dan kuku (Djuanda, 2007).
a. Kelenjar Kulit
Kelenjar kulit berada pada lapisan dermis, yang terdiri dari:
1) Kelenjar Keringat
Kelenjar keringat terdiri dari dua jenis yaitu kelenjar ekrin yang bentuknya
kecil-kecil dan terletak dangkal di dermis dengan sekret yang encer. Jenis kedua
adalah kelenjar apokrin yang bentukntya lebih besar, letaknya lebih dalam dan
sekretnya lebih kental. Fungsi dari kelenjar keringat yaitu untuk mengatur suhu.
Kelenjar ekrin terdapat di semua daerah pada kulit, tetapi tidak terdapat di selaput
lendir. Sedangkan kelenjar apokrin merupakan kelenjar keringat besar yang
bermuara ke folikel rambut.

Gambar 4.5. Kelenjar Ensokrin Berdasarkan Cara Sekresi


Sumber: http://bit.ly/kkeringat

89
2) Kelenjar Palit (Glandula Sebasea)
Kelenjar ini terletak di seluruh permukaan kulit manusia kecuali di telapak
tangan dan kaki. Kelenjar Palit disebut juga dengan kelenjar holokrin karena tidak
berlumen dan sekret dari kelenjar ini berasal dari dekomposisi sel-sel kelenjar.
Kelenjar palit biasanya terdapat di samping akar rambut dan bermuara di lumen
akar atau folikel rambut. Kelenjar ini mengandung trigliserida, asam lemak bebas,
skualen, wax ester, dan kolesterol. Sekresi dari kelenjar ini dipengaruhi oleh
hormon androgen. Pada anak-anak, jumlah kelenjar palitnya sedikit, kemudian
pada masa pubertas menjadi lebih besar dan banyak serta mulai berfungsi secara
aktif.

Gambar 4.6. Kelenjar Palit atau Sebasea


Sumber: http://bit.ly/sebasea

b. Kuku
Kuku merupakan bagian terminal lapisan tanduk (stratum korneum) yang menebal.
Bagian kuku yang terbenam dalam kulit jari disebut dengan akar kuku (nail root).
Bagian yang terbuka di atas dasar jaringan lunak kulit pada ujung jari disebut dengan
badan kuku (nail plate) dan yang paling ujung adalah bagian kuku yang bebas. Kuku
tumbuh dari akar kuku yang keluar dengan kecepatan tumbuh sekitar 1 mm per
minggu.

90
Gambar 4.7. Anatomi Kuku Manusia
Sumber: http://bit.ly/kukumns

c. Rambut
Rambut terdiri dari bagian yang terbenam dalam kulit yaitu akar rambut dan bagian
yang berada di luar kulit yaitu batang rambut.

Gambar 4.8. Anatomi Rambut


Sumber: http://bit.ly/anatomirambut

91
2. Fungsi Kulit
Kulit memiliki fungsi yang bermacam-macam untuk menyesuaikan dengan
lingkungan. Adapun beberapa fungsi utama dari kulit adalah (Djuanda, 2007):
a. Fungsi Proteksi
Kulit dapat menjaga bagian dalam tubuh dari gangguan fisik atau mekanik seperti
tarikan, gesekan, dan tekanan, gangguan kimia seperti zat-zat kimia yang iritan, dan
gagguan bersifat panas seperti radiasi, sinar ultraviolet, juga dari gangguan infeksi
luar.
b. Fungsi Absorpsi
Kulit yang sehat tidak mudah untuk menyerap air, larutan juga benda padat tetapi
berupa cairan yang mudah menguap dan larut lemak yang lebih mudah diserap.
Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2, juga uap air memungkinkan kulit untuk ikut
mengambil bagian pada fungsi respirasi. Kemampuan absorpsi kulit biasanya
dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme dan jenis
vehikulum.
c. Fungsi Ekskresi
Kelenjar kulit dapat mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi atau disebut sisa
metabolisme dalam tubuh yang berupa NaCl, urea, asam urat, dan amonia.
d. Fungsi Persepsi
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis sehingga
kulit dapat mengenali rangsangan yang diberikan. Rangsangan panas biasanya
diperankan oleh badan ruffini yang ada di dermis dan subkutis, sedangkan rangsangan
dingin diperankan oleh badan krause yang terletak di dermis. Adapun rangsangan
rabaan diperankan oleh badan meissner yang letaknya di papila dermis, dan untuk
rangsangan tekanan diperankan oleh badan paccini yang letaknya di epidermis.
e. Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh (Termoregulasi)
Kulit melakukan fungsi ini dengan cara mengekskresikan keringat juga dengan
mengerutkan pembuluh darah di kulit. Pada waktu suhu yang dingin, peredaran darah
di kulit berkurang untuk mempertahankan suhu tubuh. Ketika suhu panas, peredaran
darah di kulit meningkat kemudian terjadi penguapan keringat dari kelenjar keringat
sehingga suhu tubuh dapat dijaga agar tidak terlalu panas.

92
f. Fungsi Pembentukan Pigmen
Sel pembentuk pigmen (melanosit) terletak di lapisan basal. Sel ini berasal dari rigi
saraf. Warna kulit ras maupun individu biasanya ditentukan oleh jumlah melanosit
juga jumlah serta besarnya butiran pigmen (melanosomes).
g. Fungsi Keratinisasi
Keratin dapat memberi perlindungan pada kulit terhadap infeksi melalui mekanisme
fisologis. Proses ini berlangsung seumur hidup.
h. Fungsi Pembentukan atau Sintesis Vitamin D
Pembentukan vitamin D oleh kulit terjadi dengan cara mengubah dihidroksi
kolesterol dengan bantuan sinar mataharu. Tetapi, pemenuhan vitamin D untuk tubuh
tidak hanya mengandalkan sinar matahari, asupan vitamin D secara sistemik tetap
harus dilakukan sendiri oleh manusia.

Gambar 4.9. Beberapa Reaksi Kulit


Sumber: http://bit.ly/reaksikulit

93
BAB V
ANATOMI SISTEM SKELETAL

Tulang kerangka manusia dewasa terdiri dari 206 segmen tulang yang sebagian besarnya
saling berpasangan antara sisi kiri dan kanan. Tulang kerangka pada bayi dan anak-anak
jumlahnya lebih dari 206 segmen tulang karena beberapa tulang belum mengalami penyatuan
seperti tulang sacrum dan coxae pada tulang vertebra (B. Tortora, 2011). Tulang merupakan
gabungan dari beberapa jaringan berbeda yaitu jaringan osseus, tulang rawan, jaringan
penghubung, jaringan adiposa, dan jaringan saraf yang tersusun menjadi satu. Keseluruhan dari
tulang, tulang rawan bersama dengan ligamen dan tendon kemudian membentuk sistem rangka
(B. Tortora, 2011). Perbandingan antara tulang keras dan tulang rawan dalam kerangka berubah
seiring dengan pertumbuhan tubuh. Semakin muda usia seseorang, maka semakin besar jumlah
kerangka yang berupa tulang rawan.

Gambar 5.1. Ilustrasi Rangka Manusia


Sumber: http://bit.ly/rangkamanusia

94
A. PENGELOMPOKKAN SISTEM RANGKA
Sistem rangka merupakan suatu sistem yang memberikan dukungan fisik kepada
makhluk hidup khususnya manusia. Sistem rangka pada umumnya dibagi menjadi tiga tipe,
yaitu internal, eksternal, dan basis cairan (rangka hidrostatik). Sistem rangka hidrostatik
dapat dipisahkan dari dua tipe sebelumnya, karena sistem tersebut tidak memiliki struktur
penunjang. Secara umum, rangka manusia dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu rangka
aksial (sumbu tubuh), dan rangka apendikuler (anggota tubuh).

Gambar 5.2. Rangka Aksial


Sumber: http://bit.ly/rangkaaxial

1. Rangka Aksial
Rangka aksial adalah susunan rangka yang terletak sejajar dengan sumbu tubuh.
Beberapa contoh dari rangka aksial adalah tulang dada, tulang rusuk dan tulang
tengkorak yang terdiri dari tulang tempurung kepala, tulang wajah, dan tulang telinga.
Tulang tempurung kepala tersusun dari 1 tulang dahi, 2 tulang pelipis, 2 tulang ubun-
ubun, 2 tulang baji, 2 tulang tapis, dan 1 tulang kepala belakang. Sedangkan penyusun
tulang wajah adalah 2 tulang rahang atas, 2 tulang rahang bawah, 2 tulang langit-langit,
2 tulang air mata, 2 tulang hidung, dan 2 tulang pipi. Tulang tengkorak berfungsi untuk
melindungi otak, baik itu otak besar maupun otak kecil. Tulang Rusuk (costae) terdiri
dari 7 pasang tulang rusuk sejati, 3 pasang tulang rusuk palsu, serta 2 pasang rusuk

95
melayang. Tulang rusuk berfungsi untuk melindungi organ dalam dada seperti jantung,
paru-paru, tenggorokan, kerongkongan, dan lain sebagainya. Adapun tulang dada
(sternum) yaitu terdiri dari taju pedang (xifoid), hulu (manubrium sterni) dan bagian
badan (gladiolus). Tulang dada juga berfungsi untuk melindungi organ-organ yang
berada dalam dada manusia.
2. Rangka Apendikular
Rangka apendikular merupakan tulang tambahan dari tulang aksial. Rangka
apendikular terdiri dari anggota gerak atas (extremitas superior) dan anggota gerak
bawah (extremitas inferior). Anggota gerak atas terdiri dari gelang bahu, dan tulang
tangan. Gelang bahu disusun oleh 2 tulang belikat dan 2 tulang selangka (clavicula).
Sedangkan tulang tangan disusun oleh 2 tulang tangan atas, 2 tulang hasta, 2 tulang
pengumpil, 16 tulang pergelangan tangan, 10 tulang telapak tangan, dan 28 tulang jari
tangan. Adapun yang termasuk tungkai bawah (extremitas inferior) terdiri dari tulang
panggul dan tulang kaki. Gelang panggul tersusun dari 2 tulang usus, 2 tulang kemaluan,
dan 2 tulang duduk. Sedangkan untuk tulang kaki disusun oleh 2 tulang paha (femur), 2
tulang lutut (patella), 2 tulang betis (fibula), 2 tulang kering (tibia), 14 tulang pergelangan
kaki (tarsal), 10 tulang telapak kaki (metatarsal), dan 28 tulang jari kaki.

Gambar 5.3. Rangka Apendikular


Sumber: http://bit.ly/rangkaapendikular

96
B. KLASIFIKASI TULANG BERDASARKAN BENTUK
1. Tulang Panjang
Tulang panjang adalah tulang yang memiliki corpus berbentuk tubular, diafisis, dan
biasanya terdapat epifisis pada ujung-ujungnya. Pada tulang ini, ukuran panjangnya
biasanya lebih besar daripada lebarnya. Ketika masa pertumbuhan, diafisis dipisahkan
dari epifisis oleh kartilago epifisis. Bagian diafisis yang letaknya berdekatan dengan
kartilago epifisis disebut dengan metafisis. Corpus memiliki cavitas medullaris di bagian
tengah yang berisi sumsum tulang. Bagian luar corpus terdiri dari tulang kompakta yang
diliputi oleh selubung jaringan ikat yaitu periosteum. Ujung-ujung dari tulang panjang
terdiri dari tulang spongiosa yang dikelilingi oleh selapis tipis tulang kompakta. Facies
artikularis dari ujung-ujung tulang diliputi oleh kartilago hialin. Tulang-tulang panjang
yang ditemukan pada ekstremitas di antaranya adalah tulang humerus, femur, ossa
metacarpi, ossa metatarsal, dan palanges.

Gambar 5.4. Tulang Panjang


Sumber: http://bit.ly/tulangpanjang

97
2. Tulang Pendek
Tulang-tulang pendek biasanya terdapat pada tangan dan kaki. Beberapa contoh
tulang pendek di antaranya adalah ossa schapoideum, osssa lunatum, dan talus. Tulang
pendek terdiri dari tulang spongiosa yang dikelilingi oleh selaput tipis tulang kompakta.
Tulang-tulang pendek dikelilingi oleh periosteum dan facies articularis yang diliputi oleh
kartilago hialin.

Gambar 5.5. Tulang Berdasarkan Bentuk


Sumber: http://bit.ly/berdasarbentuk

3. Tulang Pipih
Bagian dalam dan luar dari tulang pipih tersusun atas lapisan tipis tulang kompakta
yang disebut dengan tabula dan dipisahkan oleh selaput tipis tulang spongiosa yang
disebut diploe. Scapula termasuk ke dalam kelompok tulang pipih walaupun bentuknya
iregular. Selain itu, tulang pipih juga ditemukan pada tempurung kepala seperti os
frontale dan os parietale.

98
4. Tulang Iregular
Tulang-tulang iregular adalah tulang yang tidak termasuk ke dalam kelompok tulang
panjang, pendek, maupun pipih. Contoh yang termasuk jenis tulang iregular adalah
tulang-tulang tengkorak, vertebrae, dan os coxae. Tulang uergular tersusun dari selapis
tipis tulang kompakta di bagian luarnya dan bagian dalamnya dibentuk oleh tulang
spongiosa.
5. Tulang Sesamoid
Tulang sesamoid adalah tulang kecil yang ditemukan pada tendo-tendo tertentu.
Sebagian besar dari tulang sesamoid berada di dalam tendon dan permukaan bebasnya
ditutupi oleh kartilago. Contoh tulang sesamoid yang paling besar adalah patella, terdapat
pada tendo musculus quadriceps femoris. Contoh lain dari jenis tulang sesamoid dapat
ditemukan pada tendo musculus flexor pollicis brevis dan musculus flexor hallucis
brevis. Fungsi dari tulang sesamoid adalah untuk mengurangi friksi pada tendo, dan
mengubah arah tarikan tendo (Snell, 2012).

C. KLASIFIKASI TULANG BERDASARKAN POSISINYA


Bagian rangka sumbu tubuh tendiri dari beberapa bagian tulang, bagian-bagian tersebut
di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Tulang Tengkorak
Tulang tengkorak adalah tulang berbentuk pipih yang saling berhubungan dan
membentuk sebuah rongga. Tulang tengkorak berfungsi untuk melindungi otak yang
berada dalam rongga tersebut. Tulang tengkorak terdiri dari tulang tempurung kepala dan
tulang wajah.
a. Tulang Tempurung Kepala
Tulang tempurung kepala merupakan tulang yang terdiri dari berbagai macam
bentuk dengan fungsi dan peranan yang berbeda-beda. Tulang tempurung kepala
berfungsi untuk mepertahankan bentuk dan kekuatan agar kepala serta segala organ
yang ada di dalamnya mampu bekerja dengan seharusnya. Tulang tempurung kepala
terdiri dari beberapa bagian di antaranya adalah tulang dahi, tulang baji, tulang pelipis,
tulang kepala belakang, dan tulang ubun-ubun.

99
Gambar 5.6. Kranium
Sumber: http://bit.ly/kraniumtengkorak

1) Tulang Dahi
Tulang dahi adalah tulang bagian wajah yang berada di bagian depan daerah
kepala dan melebar sampai bagian tengah kepala yaitu di atas tulang pelipis. Tulang
dahi berjumlah satu buah dan membentuk tengkorak bagian depan kepala. Fungsi
dari tulang dahi adalah untuk melindungi otak yang ada di bagian depan. Tulang
dahi dapat diraba melalui kepala bagian luar. Tulang dahi memiliki ukuran yang
beragam yang bergantung pada bentuk wajah seseorang.
2) Tulang Baji
Tulang baji berada diantara tulang pelipis dan tulang dahi dengan ukuran yang
cukup kecil. Tulang ini berbentuk pipih dan cekung ke dalam yang berfungsi untuk
melindungi otak pada bagian sudut atau dari sisi samping bagian wajah karena otak
merupakan bagian terpenting dari tubuh yang harus dilindungi dari berbagai sudut.
3) Tulang Pelipis
Tulang pelipis terletak tepat di samping dahi dan mata, posisinya yaitu di sisi
atas dari tulang pipi yang membentuk lengkungan dan berada di depan telinga.
Tulang ini berbentuk pipih dengan ukuran yang lebar dan berjumlah 2 buah yang
masing masing terletak pada sisi kepala. Fungsi tulang pelipis juga untuk

100
melindungi saraf bagian bagian otak manusia. Secara khusus, tulang pelipis adalah
tempat melekatnya otot-otot yang mendukung kinerja otak.
4) Tulang Tapis
Tulang tapis adalah tulang bagian kepala yang berada di depan tulang baji dan
diantara tulang mata. Bentuknya pipih dengan ukuran yang kecil dan berjumlah 2
buah. Fungsi dari tulang tapis adalah untuk membentuk dinding belakang lekuk
mata dan berperan penting dalam membantu proses penglihatan manusia serta
menjaga kesehatan rongga nasal.
5) Tulang Kepala Belakang
Tulang kepala belakang adalah tulang yang berbentuk seperti cawan,
melengkung dan memiliki rongga. Fungsi dari tulang ini adalah untuk melindungi
otak dari sisi belakang dan bagian bagian telinga dalam. Tulang kepala belakang
berperan penting dalam menjaga keselamatan manusia apabila terjadi benturan
atau trauma pada kepala.

Gambar 5.7. Tulang Kepala Belakang


Sumber: http://bit.ly/okspital

101
6) Tulang Ubun-Ubun
Tulang ubun-ubun berada pada bagian tengah atas dan melebar hingga setengah
bagian dari kepala. Tulang ini berfungsi sebagai penopang badan atau pelindung
organ organ dalam. Tulang ubun-ubun pada bayi baru lahir adalah bagian rawan
yang berpengaruh pada tumbuh kembangnya, karena sejak lahir tulang ini memiliki
peran untuk menjaga otak tengah (midbrain) dan otak belakang seseorang.

Gambar 5.8. Tulang Ubun-ubun


Sumber: http://bit.ly/tulangubun

b. Tulang Wajah
Wajah merupakan bagian dari kepala yang berada di depan dan menjadi ciri khas
utama dari seseorang. Wajah menjadi bagian tubuh yang menjadi tampilan utama dan
yang paling sering diperhatikan keindahannya. Wajah bagian luar mempunyai kulit
yang menjadi pelindung pertama dari berbagai rangsangan dari luar. Wajah juga
tersusun atas berbagai jenis tulang yang memiliki peran dan fungsi yang berbeda satu
sama lain. Tulang-tulang tersebut yang membentuk kesempurnaan serta keindahan
wajah juga memastikan setiap fungsi pada bagian wajah menjalankan tugasnya
dengan baik. Tulang juga yang akan membentuk garis wajah dan karakter seseorang.
Tulang bagain wajah disusun oleh berbagai bagian yang mendukung dan berhubungan
satu sama lain yang berperan penting untuk seluruh proses dan aktivitas yang
dilakukan, seperti makan, minum, bernapas, tersenyum dan tertawa, serta menjadi

102
tumpuan untuk melindungi organ-organ yang berada di dalamya. Berikut ini adalah
bagian dari tulang wajah beserta penjelasan serta fungsinya.
1) Tulang Mata
Tulang mata merupakan tulang bagian wajah yang berada diantara rongga mata,
berjumlah 2 buah di kanan dan kiri. Tulang ini berbentuk pipih dengan posisi yang
agak menjorok ke dalam. Fungsi dari tulang mata adalah sebagai tempat
melekatnya bola mata dan pelindung bola mata dari berbagai trauma dari luar
seperti serangan atau pukulan.

Gambar 5.9. Tulang Mata


Sumber: http://bit.ly/tulangmata

2) Tulang Air Mata


Tulang air mata berbentuk seperti celah dan berongga yang berfungsi sebagai
tempat penyimpanan air mata sebelum dialirkan. Di dalam tulang ini terdapat saraf,
otot bagian bagian mata, serta kelenjar air mata. Fungsi dari tulang air mata
berhubungan dengan proses pembentukan dan pengeluaran air mata manusia.
3) Tulang Rongga Mata
Tulang rongga mata terletak di sekitar bola mata, berbentuk empat sisi dan
membentuk rongga mata. Pada tulang ini, sistem saraf dan otot mata melekat.
Selain itu, tulang rongga mata juga berfungsi untuk menyangga bola mata manusia
serta melindungi dari berbagai rangsangan dari luar.

103
Gambar 5.10. Anatomi Orbit Mata
Sumber: http://bit.ly/anatomiorbit

4) Tulang Hidung
Tulang hidung adalah tulang yang berbentuk lonjong dengan ukuran yang
bergantung dari ukuran tubuh setiap individu. Tulang ini berperan dalam
perlindungan bagian-bagian hidung serta berfungsi sebagai penyangga dan
pemberi bentuk pada hidung.
5) Tulang Rawan dan Tulang Nasal
Tulang rawan dan tulang nasal adalah tulang kering yang terpisah dan berada di
dalam tulang hidung. Tulang rawan terletak di ujung hidung, berbentuk lunak dan
dapat digerakkan. Sedangkan tulang nasal terletak diantara tulang rawan dan dahi.
Kedua tulang tersebut berfungsi sebagai indra pembau dan jalan pertukaran udara
dalam sistem pernapasan.

104
Gambar 5.11. Tulang Hidung
Sumber: http://bit.ly/tulanghidung

Gambar 5.12. Tulang Rawan dan Nasal


Sumber: http://bit.ly/tulangrw
6) Tulang Pipi
Tulang pipi berada di bagian rangka wajah yang berperan untuk menentukan
garis wajah seseorang. Tulang ini terdiri dari 2 bagian yaitu kiri dan kanan yang di
atasnya terdapat tulang lengkung pipi yang membentuk wajah dan pipi seseorang.
Tulang pipi menjadi bagian yang penting dari wajah karena berpengaruh pada
kecantikan atau ketampanan seseorang.

105
Gambar 5.13. Tulang Pipi dan Rahang
Sumber: http://bit.ly/pipirahang

7) Tulang Rahang Atas


Tulang rahang atas adalah tulang bagian wajah yang berada di bawah hidung
manusia dan berfungsi untuk menyokong gigi serta menjaga bentuk hidung. Tulang
ini merupakan penyusun dari tulang langit-langit mulut yang menjadi bagian atas
atau atap dari rongga mulut seseorang.
8) Tulang Rahang Bawah
Tulang rahang bawah adalah tulang yang membentuk dagu manusia, dapat
bergerak dengan bebas serta menempel pada sisi belakang tulang bagain kepala
manusia. Tulang ini berfungsi sebagai alat bantu bicara, juga berperan dalam
proses mengunyah, dan mengatur letak makanan ketika proses pengunyahan
makanan. Di dalam tulang rahang bawah melekat tulang bagian bagian lidah yang
juga berperan sebagai alat bantu dalam proses pengunyahan makanan.

2. Tulang Belakang (Vertebral Colomn)


Tulang belakang terdiri dari 26 tulang vertebra. Tulang belakang berfungsi sebagai
penyokong kepala dan batang tubuh, pelindung sumsum tulang belakang, juga sebagai
penghubung iga dan otot. Ciri-ciri dari tulang belakang yaitu sebagai berikut ini adalah
ciri-ciri vertebral:

106
a. Bagian badan (sentrum), merupakan bagian depan yang berbentuk cakram dan
berfungsi untuk memberikan kekuatan pada tulang.
b. Arkus vertebral, merupakan lingkaran tulang di belakang badan vertebral. Bagian
yang terbuka dari lingkaran tersebut adalah foramen vertebral yaitu saluran bagi
sumsum tulang belakang. Sedangkan saluran vertebral merupakan saluran panjang
yang dibentuk oleh deretan lubang-lubang vertebral.
c. Pedikel dan lamina yang membentuk sisi depan dan belakang arkus vertebral.
d. Pada tulang belakang terdapat tujuh taju yang menonjol dari arkus vertebralis.
e. Foramina intervertebral adalah lubang-lubang kecil di permukaan atas dan bawah
pada setiap pedikel arkus vertebral. Lubang-lubang kecil yang berjejer pada vertebral
membentuk terowongan atau jalur bagi saraf-saraf yang meninggalkan sumsum tulang
belakang dan menembus keluar tulang belakang.
f. Cakram intervertebral atau diskus intervertebral memisahkan vertebral yang saling
berdampingan. Setiap cakram terdiri dari lingkaran luar tulang rawan berserat
(annulus fibrosus) yang mengelilingi bantalan semi cair (nucleus pulposus), berfungsi
untuk memberikan elastisitas dan kompresibilitas.

Gambar 5.14. Tulang Belakang


Sumber: http://bit.ly/tulangbelakang

107
Tulang belakang dibagi menjadi empat daerah yang setiap daerahnya mengubah kurva
cembung dan cekung pada tulang belakang. Semakin ke bawah, maka badan vertebral
akan semakin besar dan memungkinkan untuk menanggung beban yang lebih berat.
Adapun tulang kelangkang merupakan tulang yang berbentuk segitiga dan berada di
bawah vertebra lumbal yang terakhir. Tulang kelangkang dibentuk dari gabungan lima
vertebral yaitu S1 sampai S5. Sedangkan tulang ekor, adalah tulang yang dibentuk oleh
empat gabungan vertebral, berupa tulang kecil berbentuk segitiga yang menempel pada
bagian bawah tulang kelangkang.
3. Kerangka Dada
a. Tulang Dada
Tulang dada merupakan tulang pipih yang terletak pada bagian tengah dada. Pada
sisi kanan merupakan tempat menempelnya rusuk. Tulang dada bersama-sama dengan
tulang rusuk berfungsi untuk memberikan perlindungan pada jantung, paru paru, dan
pembuluh darah besar dari berbagai trauma serta kerusakan. Tulang dada pada
manusia berjumlah satu buah dengan susunan yang sama sejak lahir, kecuali apabila
terdapat kelainan yang disebabkan cacat lahir atau penyakit tertentu. Semua bagian
pada tulang dada saling menyambung dan bersama-sama melindungi organ dalam dari
dada manusia. Tulang dada terdiri dari tiga bagian yaitu tulang hulu, tulang badan,
dan tulang taju pedang.
1) Tulang Hulu, merupakan tulang yang terletak pada bagian atas dari tulang dada dan
di dalamnya terdapat persendian. Tulang ini merupakan tempat melekatnya rusuk
yang pertama dan yang kedua. disebut juga sebagai tulang kepala karena secara
anatomi terletak pada bagian paling atas dari tulang dada. Tulang dada bersifat
kokoh sehingga dapat melindungi bagian lain di bawahnya dan organ di dalamnya.
2) Tulang Badan, merupakan tulang dada yang berada di bagian tengah. Tulang ini
merupakan tempat melekatnya tulang rusuk ketiga hingga ke tujuh, dan gabungan
tulang rusuk ke delapan hingga ke sepuluh. Tulang ini memiliki bagian yang lebar
dan pipih serta merupakan tulang yang berstruktur kuat dan dapat menyangga
tulang rusuk dengan baik.
3) Tulang Taju Pedang, merupakan tulang yang terletak di bagian bawah dari tulang
dada dan terbentuk dari tulang rawan. Tulang ini rawan terhadap trauma karena
disusun dari tulang rawan yang tidak berkembang menjadi keras ketika dewasa,
sehingga sifatnya sama seperti tulang bayi yang baru lahir.

108
Gambar 5.15. Tulang Dada
Sumber: http://bit.ly/tulangdada

Tulang dada dalam sistem kerjanya tidak melakukan tugasnya sendirian tetapi
bekerja sama dengan tulang rusuk. Beberapa fungsi dari tulang dada di antaranya
adalah sebagai berikut:
1) Menjaga organ yang ada pada bagian dada seperti jantung jug paru-paru. Dua organ
tersebut sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup manusia. Tulang dada
melindungi kedua organ tersebut dari berbagai benturan, trauma, juga dari gerak
tubuh manusia itu sendiri sehingga tetap mampu bertahan pada posisinya dan
menjalankan fungsinya dengan baik.
2) Membantu proses pernapasan, karena tanpa tulang dada, menusia tidak akan dapat
bernapas dengan lancar sebab tidak ada pelindung untuk paru-paru dari berbagai
guncangan juga rangsangan dari luar tubuh.
3) Sebagai kerangka, yaitu tulang dada menyediakan kerangka kerja untuk otot-otot
dada, punggung, perut, serta bahu atas agar dapat menempel. Selain itu, tulang dada
juga berfungsi sebagai tempat melekatnya diafragma. Tanpa adanya tulang dada,
maka tubuh manusia tidak akan terbentuk dengan sempurna karena tidak memiliki
penyokong.

109
b. Tulang Rusuk
Tulang rusuk terdiri dari 12 pasang masing-masing kanan dan kiri yang masing-
masing sama persis dan berjejer ke bawah dengan sedemikian rupa. Tulang ini
berfungsi sebagai pelindung bagian penting seperti jantung, hati, dan paru-paru.
Tulang rusuk bertindak seperti sangkar yang berada di bagian dada. Tulang rusuk
(costa) merupakan tulang penyusun rangka manusia yang melengkung dan
membentuk bagian besar dari kerangka dada. Tulang rusuk diselingi spasi yang
disebut ruas antar costa. Tujuh pasang tulang rusuk pertama menempel di depan dada,
tulang yang kuat terletak di tengah dada dan bagian lainnya tidak menempel lengsung
ke sternum. Tiga pasang berikutnya berada di tulang rawan pada tulang rusuk,
sedangkan dua set terakhir dari tulang rusuk disebut sebagai rusuk mengambang
karena mereka tidak terhubung ke sternum tulang rusuk. Tulang rusuk dibedakan
menjadi tiga bagian yaitu:
1) Tulang rusuk palsu, yaitu yang terdiri dari 3 pasang, memiliki ukuran sangat
pendek daripada tulang rusuk sejati. Tulang ini berhubungan langsung dengan ruas
tulang bagian belakang, sedangkan ketiga ujung tulang depan disatukan oleh tulang
rawan yang kemudian melekat pada satu titik pada tulang dada.
2) Tulang rusuk sejati, merupakan tulang rusuk yang berada di bagian belakang dan
berhubungan langsung dengan ruas tulang belakang. Sedangkan ujung depannya
berhubungan dengan bagian tulang dada dengan perantara yang dibantu tulang
rawan. Tulang rusuk sejati bejumlah 7 pasang.
3) Tulang melayang, merupakan tulang rusuk yang sama seperti tulang sejati, berada
di bagian paling belakang yang berhubungan dengan bagian ruas-ruas tulang
belakang tetapi ujung depannya bebas atau tidak terhubung dengan bagian tulang
lainnya. Tulang melayang berjumlah dua pasang,.
Tulang rusuk memiliki dua fungsi utama yaitu sebagai pelindung hati, jantung, serta
paru-paru, juga berperan dalam membantu proses pernapasan. Fungsi tulang rusuk
yang pertama yaitu untuk menjaga organ-organ penting yang ada pada tubuh kita
terutama organ yang berada di bagian dada seperti jantung, paru paru, dan hati.
Adapun fungsi yang kedua yaitu sebagai tulang yang membantu pernapasan manusia
ketika otot-otot interkostal mengangkat dan menurunkan tulang rusuk, memfasilitasi
juga menghembuskan napas. Selain itu, tulang rusuk juga berfungsi sebagai tempat
melekatnya beberapa otot juga diafragma.

110
Gambar 5.16. Mekanisme Pernapasan Pada Tulang Rusuk
Sumber: http://bit.ly/mekanismenapas

4. Tulang Bahu (Pectoral Girdle)


a. Tulang Selangka
Tulang selangka atau yang dikenal dengan nama tulang clavicula merupakan tulang
yang membentuk atau menyusun bahu serta menghubungkan lengan atas manusia
dengan batang tubuhnya. Tulang selangka adalah tulang pertama yang mengalami
proses pengerasan osifikasi selama perkembangan embrio pada minggu ke 5 dan 6.
Tulang selangka juga merupakan tulang terakhir yang menjalani proses pengerasan
untuk memaksimalkan kekuatan yaitu pada usia 21 tahun. Tulang selangka pada
manusia mempunyai bentuk kurva yang ganda dan memanjang. Tulang ini merupakan
satu-satunya tulang yang berbentuk memanjang horisontal dalam tubuh manusia.
Tulang selangka berada di atas tulang rusuk pertama. Pada bagian ujung medial,
tulang selangka mempunyai sendi pada manubrium dari tulang dada pada sendi

111
sternoclavicularis. Pada bagian ujung lateralnya, tulang ini memiliki sendi dengan
acromion dari scapula (tulang belikat) dengan sendi acromioclavicularis.

Gambar 5.17. Tulang Selangka


Sumber: http://bit.ly/selangka

Tulang selangka pada manusia bersifat unik karena bentuknya berbeda pada tubuh
wanita dan tubuh pria. Pada wanita, tulang selangka bentuknya lebih pendek, lebih
tipis, berbentuk kurang melengkung, dengan permukaan yang lebih halus. Sedangkan
pada pria sifatnya berkebalikan dengan tulang selangka yang terdapat pada wanita.
Hal tersebut merupakan salah satu ciri khusus dan menjadi salah satu pembeda antara
fisik pria dan wanita. Walaupun termasuk ke dalam tulang yang panjang, tulang
selangka adalah satu-satunya tulang yang tidak memiliki rongga sumsum tulang
seperti pada tulang panjang lainnya yang ada di dalam tubuh manusia.
Hal tersebut dikarenakan pada bagian dalamnya tersusun dari tulang spons. Setiap
tulang pada tubuh manusia memiliki otot dalam membantu proses geraknya, begitu
pula dengan tulang selangka yang memiliki otot pada permukaan superior seperti otot
deltoideus dan otot traapezius, juga pada permukaan inferiornya memiliki otot
subclavius. Otot-otot tersebut yang menyempurnakan tulang selangka sehingga
mampu menjalankan perannya dengan baik. Otot deltoideus yang melekat pada tulang
selangka memiliki peran khusus yaitu untuk membentuk struktur bulat pada bahu
manusia karena bentuknya seperti alfabet yunani delta atau segitiga sehingga
membuat organ tubuh mampu melakukan gerakan yang bebas dan leluasa.

112
Fungsi tulang selangka pada manusia berhubungan erat dengan anggota gerak
tubuh bagian atas, di antaranya yaitu sebagai pengganjal pada tubuh untuk
menjauhkan anggota gerak atas dari bagian dada agar lengan dapat bergerak leluasa
dan nyaman serta tidak saling menekan atau menimbulkan trauma satu sama lain.
Selain itu, tulang selangka juga mampu meneruskan goncangan dari anggota gerak
atas ke kerangka tubuh (aksial) sehingga tubuh memiliki respon terhadap apa yang
dilakukan oleh gerak tubuh bagian atas serta dapat memberi respon atau umpan balik
yang searah atau sejalan.
b. Tulang Belikat
Tulang belikat atau scapula, merupakan tulang yang berada tepat di bagian bahu
pada tubuh manusia. Tulang belikat manusia berbentuk pipih dan seperti segitiga dan
terletak di bagian tubuh atas yaitu di belakang tulang rusuk atas. Tulang belikat
menjadi penghubung antara tulang klavikula dengan tulang lengan atas atau tulang
humerus. Tulang belikat mempunyai beberapa bagian utama yang disebut dengan
fascia (dua permukaan), angulus (tiga sudut) dan margo (tiga sisi).

Gambar 5.18. Tulang Belikat


Sumber: http://bit.ly/belikat

113
1) Fascia, yaitu bagian yang memiliki dua permukaan yaitu permukaan anterior yang
disebut juga dengan fosa subskapularis. Fascia adalah sebuah bagian yang letaknya
berdekatan dengan tulang iga dan di pada bagian tersebut menjadi tempat
melekatnya otot subscapularis.
2) Permukaan Posterior, merupakan permukaan yang di dalamnya terbagi menjadi
bagian-bagian tambahan yang disebut dengan spina atau belebas. Belebas juga
terbagi lagi menjadi bagian-bagian yaitu proseus akronium yaitu bagian yang
menutupi sendi bahu pada tubuh manusia. Belebas memiliki dua bagian yaitu fossa
suprapinosus dan fossa infraspinosus. Perbedaan utama tulang belikat yang
dimiliki manusia dengan hewan khususnya pada hewan pemakan daging adalah
ujung scapulanya yang ditemukan acroniom. Adapaun bagian kedua dari
permukaan posterior yaitu processus coracoideus yang berbentuk seperti tonjolan
kecil di bagian utama scapula. Bagian ini merupakan tempat melekatnya beberapa
otot di antaranya adalah otot coracobrachialis
Tidak semua permukaan tulang belikat memiliki bentuk serta menghasilkan
gerakan yang sama, khususnya pada bagian tulang belakang yang menghasilkan dua
jenis pergerakan. Tulang belikat yang menjadi penghubung antara tulang klavikula
dengan tulang lengan atas memiliki fungsi khusus yang berpengaruh pada gerak
manusia. Tulang belikat berfungsi sebagai penghubung antara otot antendon pada
bagian lengan dan punggung, yang memungkinkan adanya gerakan antara kedua
bagian tersebut seperti ketika sedang meregangkan tubuh atau mengangkat tangan
jauh ke atas sehingga tulang pungung ikut terangkat ke atas.
Selain itu, tulang belikat juga berperan dalam pergerakan organ gerak atas seperti
tangan serta membantu melakukan pergerakan pada bagian tersebut. Tulang belikat
juga berfungsi sebagai tempat melekatnya tenden yang ada di bagian leher, tenden
yang ada di bagian dada, serta tempat melekatnya beberapa otot tubuh yang lain.
Fungsi lainnya yaitu berperan dalam pergerakan pada bagian bahu dan tempat
menepelnya otot sehingga tulang belikat memiliki permukaan yang solid.

114
5. Tulang Anggota Gerak Atas (Extremitas Superior)
a. Tulang Pangkal Lengan (Humerus)
Humerus merupakan tulang terbesar kedua pada lengan dan satu-satunya tulang di
lengan atas. Gerakan humerus sangat penting untuk semua kegiatan yang bervariasi.
seperti melempar, mengangkat, dan menulis. Pada bagian ujung proksimal, humerus
membentuk bagian halus yang strukturnya seperti bola dan dikenal sebagai kepala
humerus. Kepala humerus membentuk sendi bola dan soket pada bahu, dengan rongga
glenoidalis dari skapula yang bertindak seperti soket. Bentuk bulat dari kepala
humerus memungkinkan humerus bergerak dalam lingkaran lengkap (sirkumduksi)
dan berputar di sekitar porosnya pada sendi bahu. Tepat di bagian bawah kepala,
humerus menyempit ke bagian anatomi leher humerus.

Gambar 5.19. Tulang Humerus


Sumber: http://bit.ly/tulanghumerus

Humerus diklasifikasikan secara struktural sebagai tulang panjang karena jauh


ukurannya lebih panjang daripada lebar. Seperti halnya semua tulang panjang,
humerus juga memiliki lubang di tengah-tengah poros dan diperkuat di ujungnya
dengan kolom kecil tulang spons yang dikenal sebagai trabekula. Sumsum tulang
merah serta jaringan yang menghasilkan sel-sel darah baru ditemukan di ujung
humerus dan didukung oleh trabekula tersebut. Rongga medula di tengah poros
humerus diisi dengan sumsum tulang kuning lemak yang berfungsi untuk
penyimpanan energi. Tulang kompak membentuk struktur terbesar juga terkuat pada

115
humerus, yaitu berada di sekitar trabekula pada ujung juga rongga medula pada poros.
Lapisan periosteum berserat yang menyediakan bahan penghubung kuat namun tipis
mengelilingi seluruh tulang humerus. Ujung humerus dibatasi oleh lapisan tipis hialin
yang dikenal sebagai tulang rawan artikular dan bertindak sebagai peredam kejut pada
sendi.
b. Tulang Pengumpil (Radius)
Tulang pengumpil atau radius merupakan tulang lengan bawah yang
menyambungkan bagian siku dnegan tangan siku ibu jari. Tulang pengumpil terletak
di sisi lateral tulang hasta (ulna) dengan bentuk badan tulang yang semakin ke bawah
akan semakin membesar kemudian membentuk persendian pergelangan tangan.
Adapun fungsi tukang pengumpil di antaranya yaitu sebagai tulang yang berfungsi
untuk menggerakkan tubuh bagian atas, menghubungakan antara ruas siku dan ibu jari
atau jempol dan berfungsi untuk menyusun lengan bagian bawah.

Gambar 5.20. Tulang Radius


Sumber: http://bit.ly/tulangradius

Dalam menjalankan tugasnya, tulang pengumpil dibantu oleh tulang hasta. Kedua
tulang ini memiliki ukuran seperti pipa, berbentuk panjang dan bagian ujungnya
membesar serta mempunyai rongga yang berada ditengah tulang. Pada bagian tengah
rongga tersebut, terdapat sumsum tulang. Sedangkan pada bagian ujung tulang hasta
dan tulang pengumpil menempel sebuah otot yang memiliki fungsi untuk
menggerakkan lengan bawah yang akan bergerak naik serta turun dengan sendi engsel

116
yang berada pada siku. Salah satu dari tulang hasta dan tulang pengumpil akan secara
otomatis menempel pada sebuah tulang lengan bagian atas, sedangkan serat ujung lain
dari bagian tulang pengumpil tersebut akan menempel pada sebuah tulang
pergelangan tangan.
c. Tulang Hasta (Ulna)
Tulang hasta merupakan tulang yang menyimpan mineral serta menghasilakn sel-
sel darah pada sumsum tulang. Tulang hasta disebut juga dengan istilah ulna. Tulang
hasta atau ulna bersama dengan jari-jari berfungsi untuk membantu proses terjadinya
gerakan berputar pada pergelangan. Ulna merupakan salah satu dari dua tulang yang
membentuk lengan bawah. Beberapa fungsi tulang hasta di antaranya adalah sebagai
tulang yang berfungsi untuk mendukung lengan bawah yang memungkinkan adanya
gerakan yang terjadi. Ulna juga berfungsi untuk menyimpan mineral serta
mneghasilkan sel-sel darah pada sumsum tulang.
Fungsi lainnya yaitu sebagai tulang yang berfungi sebagai penunjang kerangka
tangan manusia dan bekerja sama dengan tulang pengumpil untuk menyusun lengan
bawah pada tangan manusia. Adapun tulang hasta pada manusia berbentuk seperti
sebuah pipa yang memiliki sebuah batang dan dua ujung. Tulang ini berada di sebelah
di sebelah medial lengan bawah dan ukurannya lebih panjang dari pada radius atau
tulang pengumpil. Kepala tulang hasta ini berada pada bagian bawah dan terdiri dari
tiga bagian yaitu bagian ujung atas ulna, batang ulna serta ujung bawah ulna.

Gambar 5.21. Tulang Ulna


Sumber: http://bit.ly/tulangulna

117
d. Tulang Pergelangan Tangan (Karpal)
Tulang karpal terdiri dari 8 tulang pendek yang berartikulasi dengan ujung distal
ulna, radius serta dengan ujung proksimal dari tulang metakarpal. Diantara tulang-
tulang karpal terdapat sendi geser. Delapam tulang pendek yang termasuk ke dalam
tulang karpal yaitu scaphoid, lunate, triqutrum, piriformis, trapezium, trapezoid,
capitate, dan hamate.

Gambar 5.22. Tulang Karpal dan Metakarpal


Sumber: http://bit.ly/tulangkarpal

e. Tulang Telapak Tangan (Metakarpal)


Metakarpal yaitu terdiri dari 5 tulang yang terdapat di pergelangan tangan dan
bagian proksimalnya berartikulasi dengan bagian distal tulang-tulang karpal.
Persendian yang dihasilkan oleh tulang karpal dan metakarpal akan membuat tangan
menjadi fleksibel. Pada bagian ibu jari, sendi pelana yang terdapat diantara tulang
karpal dan metakarpal akan memungkinkan ibu jari tersebut melakukan gerakan
seperti menyilang telapak tangan dan memungkinkan gerakan menjepit atau
menggenggam sesuatu. Khusus di tulang metakarpal, pada ibu jari dan jari telunjuk
terdapat tulang sesamoid.

118
f. Tulang Jari (Phalanges)
Tulang-tulang phalangs merupakan tulang-tulang jari. Pada setiap ibu jari, terdapat
dua phalanges yaitu phalangs proksimal dan dista serta 3 buah phalanges pada masing-
masing jari lainnya yaitu phalangs proksimal, medial, distal. Sendi engsel yang
terbentuk antara tulang phalanges dapat membuat gerakan tangan menjadi lebih
fleksibel terutama untuk menggenggam sesuatu.

Gambar 5.23. Tulang Phalanges


Sumber: http://bit.ly/tulangphalanges

6. Gelang Panggul (Pelvic Girdle)


Tulang pinggul (os pelvis) adalah sebuah rongga yang dibentuk oleh sambungan
antara tulang-tulang panggul. Bagian-bagian tulang gelang panggul yaitu terdiri dari tdua
unit ulang usus (os illium), di bagian kiri dan satu di bagian kanan yang berbentuk seperti
lebah dan gepeng seolah melengkung serta menghadap ke perut. Selain itu, tulang gelang
panggul juga terdiri dari tulang duduk (os ichium) yang bentuknya setengah lingkaran
menghadap ke atas juga tulang kemaluan (os pubis) yang merupakan tulang bercabang
dua yaitu atas dan bawah. Fungsi dari tulang gelang panggul di antaranya adalah untuk
menyokong berat badan bersama-sama dengan ruas tulang belakang, melindungi dan
mendukung organ bawah seperti kandung kemih juga organ penyusun sistem reproduksi,
serta sebagai tempat tumbuhnya janin.

119
Gambar 5.24. Gelang Panggul
Sumber: http://bit.ly/gelangpanggul

7. Tulang Anggota Gerak Bawah (Ektremitas Inferior)


a. Tulang Paha
Tulang paha merupakan salah satu anggota gerak dalam anatomi rangka manusia.
Tulang ini adalah salah satu tulang terkuat serta terpanjang yang menghubungkan
bagian pinggul manusia dengan lutut.Adapun nama latin dari tulang Tulang paha
diklasifikasikan ke dalam jenis tulang pipa yang berbentuk silinder, memiliki dua
ujung, mengandung sum sumkuning, dan menggelembung di abgian ujungnya.
Tulang paha ini terdiri dari dua bagian utama, yaitu Proximal Femur dan Distal Femur.
Proximal Femur letaknya bedekatan dengan tulang pelvis atau tulang pinggul dan
terdiri dari kepala, leher, trochanter, mayor dan minor dan juga median femur.
Sedangkan Distal femur, yaitu bagian tulang paha yang menjadi tempat melekatnya
melekatnya tempurung lutut.
Beberapa fungsi tulang paha yaitu sebagai tempat melekatnya otot-otot besar,
sebagai alat gerak manusia bagian bawah dan sebagai tempat memproduksi sel darah
merah. Adapun sendi pada tulang paha yang menghubungkannya dengan pinggul
terletak pada kepala tulang paha di bagian proximal. Bagian proximal pada tulang
paha berfungsi sebagai tempat pembentukan sel darah merah. Hubungan antara
keduanya dikenal dengan istilah artukilasi asetabulum. Sendi yang terdapat pada
artikulasi estabulum merupakan sendi bola atau sendi gerak yang memungkinkan

120
terjadinya pergerakan yang mengarah ke bagian panggul. Otot-otot paha menempel
pada bagian trochanter minor dan mayor pada proximal femur. Femur atau tulang paha
ini juga bergabung dengan beberapa otot lain yang dihubungkan oleh tronkanter.
Tronkanter merupakan penghubung tulang paha dengan otot-otot besar seperti otot
bagian paha dan otot bagian bokong yang memang ukuran ototnya besar. Tulang paha
merupakan salah satu tulang yang danggap penting karena dengan adanya tulang paha
maka manusia dapat berjalan dan menyokong bagian tubuh yang berat.

Gambar 5.25. Tulang Paha atau Femur


Sumber: http://bit.ly/tulangfemur

b. Tulang Kering (Tibia) dan Tulang Betis (Fibula)


Tulang kering adalah jenis tulang besar dan memiliki struktur kuat yang berada di
kaki bagian bawah yang menghubungkan pergelangan kaki dan lutut. Tulang kering
berbentuk seperti pipa serta terdapat sumsum merah didalamnya yang kaya akan darah
merah. Meskipun terdapat dua tulang pada kaki bagian bawah kaki, yang termasuk
tulang kering adalah adalah tulang yang berukuran lebih besar dan memiliki tekstur
yang lebih kuat. Sedangkan tulang yang kecil disebut dengan tulang betis atau fibula.
Nama lain dari tulang kering ini adalah Tibia yang berasal dari Bahasa Latin yang
artinya seruling. Tulang kering juga termasuk tulang kedua terbesar yang ada pada
tubuh manusia.

121
Gambar 5.26. Tulang Tibia dan Fibula
Sumber: http://bit.ly/tulangtibiafibula

Beberapa fungsi dari tulang keting di antaranya yaitu lain sebagai tulang yang
berfungsi untuk menyambung lengan, sebagai tulang yang berfungsi menghubungkan
lutut ke pergelangan kaki, juga sebagai tulang yang berfungsi untuk membentuk
bagian dari kerangka pada kaki bagian. Tulang kering atau yang disebut dengan
merupakan tulang yang memikul beban paling berat diantara jenis tulang yang lainnya
yang ada pada tubuh manusia walaupun memilki ukuran lebih kecil dari ukuran tulang
paha. Tulang kering juga dikategorikan sebagai tulang panjang, sama seperti tulang
paha. Tulang ini berisi diafisi dan dua epifisis.
Diafisis merupakan bagian tengah dari tulang kering, sementara epifisi adalah
bagian bulat yang terdapat di ujung tulang. Ada empat sendi yang termasuk ke dalam
tulang kering, yaitu sendi pergelangan kaki, lutut, interior lutut serta sendi tibiofibular
superior. Selanjutnya tulang betis, yaitu tulang yang berada dibagian belakang bawah
tungkai. Dalam sistem otot, tulang betis berhubungan dengan belakang tungkai.
Dalam ruangan belakang tersebut, ada dua otot yang besar yang dikenal dengan otot
betis yang menempel pada tumit melalui tendon achilles. Dapat dikatakan bahwa

122
tulang betis adalah tulang yang berperan penting untuk menyokong bagian bawah
tubuh manusia yang bekerja sama dengan tulang paha.
Tulang betis merupakan bagian dari tulang paha yang menyokong lutut. Beberapa
fungsi dari tulang betis, di antaranya adalah sebagai tulang yang memberi kekuatan
pada bagian kaki, sebagai tempat melekatnya lutut juga tulang pergelangan kaki,
sebagai tempat pembuatan sel darah merah serta penyimpanan garam mineral dalm
tubuh, dan sebagai tempat untuk melindungi bagian atau organ pening yang ada dalam
kaki. Tulang betis atau fibula ini merupakan bagian luar, lebih tipis dari dua tulang
panjang kaki bagian bawah. Tulang ini lebih sempit dari pada tulang yang lain,
membentang secara pararel. Ujung atas fibula tidak mencapi lutut, tetapi ujung bawah
turun dibawah tulang kering, dan membentuk bagian dari pergelagan kaki.
c. Tempurung Lutut (Patella)
Tempurung lutut merupakan salah satu jenis tulang yang tergolong penting
terutama bagi daerah lutut yang berbentuk hampir seperti segitiga dan tebal.
Tempurung lutut atau yang biasa disebut dengan patella ini secara normal letaknya
berada di antara tulang pibia dan femur atau tulang paha. Tulang tempurung lutut
dapat dikategorikan ke kelompok tulang sesamoid atau tulang yang melekat pada
tendon dan merupakan tulang sesamoid yang terbesar di dalam tubuh manusia. tulang
dengan jenis sesamoid tidak hanya dijumpai pada patella tetapi juga pada pergelangan
tangan serta tulang distat.
Tulang lutut disebut sebagai tukang sesamid karena diikat oleh otot yang beranama
quadriceps. Adapun fungsi dari tempurung lutut ini di antaranya adalah sebagai organ
tubuh yang berfungsi sebagai pertemuan antara tulang kaki bagian atas dan bagian
bawah yang memungkinkan manusia bergerak dan berjakan dengan mudah. Fungsi
lain dari tulang tempurung lutut yaitu sebagai perpanjangan lutut terutama saat ditekuk
dan diluruskan, juga berfungsi untuk meningkatkan kemampuan tendon yang ada pada
bagian paha dan lutut untuk meregang dengan cara meningkatkan sudut tekukan lutut.

123
Gambar 5.27. Tempurung atau Patella
Sumber: http://bit.ly/tempurung

d. Tulang Pergelangan Kaki (Tarsal)


Tarsal terdiri dari tujuh tulang yang membentuk artikulasi dengan fibula dan tibia
di proksimal juga dengan metatarsal di distal. Tujuh tulang tarsal yaitu calcaneus,
talus, cuboid, navicular, cuneiform 1, 2, dan 3. Calcaneus memiliki peran dan fungsi
sebagai tulang penyanggah berdiri.
e. Tulang Telapak Kaki (Metatarsal)
Metatarsal adalah lima tulang yang berartikulasi dengan tarsal di proksimal dan
dengan tulang phalanges di distal. Khusus pada tulang metatarsal 1 (ibu jari) terdapat
dua tulang sesamoid.

Gambar 5.28. Tulang Tarsal dan Metatarsal


Sumber: http://bit.ly/tulangtarsal

124
D. KLASIFIKASI TULANG BERDASARKAN JENISNYA
1. Tulang Rawan
Tulang rawan terdiri dari sel-sel tulang rawan dan bersifat lentur. Ruang antar sel pada
tulang rawan banyak mengandung zat perekat dan sedikit zat kapur. Tulang rawan
banyak terdapat pada tulang anak-anak. Sedangkan pada orang dewas, tulang rawan
banyak terdapat pada ujung tulang rusuk, laring, trakea, bronkus, hidung, telinga juga
antara ruas-ruas tulang belakang. Dengan adanya tulang rawan inilah sehingga apabila
anak-anak mengalami patah tulang, tulang mereka cepat untuk menyambung kembali.
Proses perubahan tulang rawan menjadi tulang keras disebut dengan osifikasi. Pada
tulang rawan tidak ada kandungan zat kristal kalsium fosfat karena tulang rawan tidak
memiliki sel osteosit. Sel yang menjadi penyusun tulang rawan biasanya disebut dengan
sel kondrosit. Apabila dilihat dari segi ada tidaknya serabut, maka tulang rawan dapat
dibedakan lagi menjadi beberapa tulang penyusunnya yang terdiri dari tulang rawan
hialin (tidak mempunyai serabut), tulang rawan elastis (mempunyai kandungan serabut
elastis), dan tulang fibrosa (mempunyai kandungan serabut kolagen).

Gambar 5.29. Anatomi Tulang


Sumber: http://bit.ly/strukturtulang

125
Gambar 5.30. Struktur Kartilago
Sumber: http://bit.ly/tulangrawan

2. Tulang Keras
Tulang keras merupakan tulang yang dibentuk oleh sel pembentuk tulang
(osteoblas). Ruang antar sel pada tulang keras banyak mengandung zat kapur, sedikit zat
perekat, serta bersifat keras. Zat kapur yang ada pada tulang sejati yaitu dalam bentuk
kalsium karbonat (CaCO) serta kalsium fosfat yang diperoleh atau dibawa oleh darah.
Dalam tulang keras terdapat saluran havers yang didalamnya terdapat pembuluh darah
untuk mengatur kehidupan sel tulang. Tulang keras berfungsi sebagai penyusun sistem
rangka. Beberapa contoh tulang keras atau tulang sejati yaitu tulang paha, tulang lengan,
tulang betis, tulang selangka.
Apabila dilihat dari namanya, maka tulang keras memiliki definisi yakni tulang yang
bersifat padat dan keras karena terbentuk dari 70% zat anorganik, terutama zat kalsium
fosfat, serta terbentuk dari 30% zat organik yang berwujud serabut tebal dan padat yang
kemudian saling menjalin keterkaitan (serabut kolagen). Ciri-ciri yang paling utama dari
tulang keras yaitu terdapatnya sel osteosit yang berfungsi dalam membantu proses
pembentukan matrik tulang. Tulang keras juga terdiri dari tulang kompak dan juga tulang
spongiosa. Perbedaan kedua bagian tulang tersebut terletak pada susunan matriknya,
pada tulang kompak memiliki matrik yang tersusun dengan padat, sedangkan pada tulang
spongia matriknya tersusun dalam bentuk yang berongga-rongga.

126
E. FUNGSI TULANG
1. Menopang Tubuh
Sistem kerangka merupakan sistem yang memberikan bentuk pada tubuh serta menopang
jaringan lunak. Selain itu juga berfungsi sebagai titik perlekatan tendon dari sebagian
besar otot.
2. Proteksi
Sistem kerangka dapat melindungi sebagian besar organ dalam tubuh yang sangat
penting untuk berlangsungnya kehidupan, seperti otak yang dilindungi oleh tulang
cranial, vertebrae yang melindungi sistem saraf juga tulang costa yang melindungi
jantung dan paru-paru.
3. Mendasari Gerakan
Sebagian besar dari otot melekat pada tulang. Pada saat otot berkontraksi, maka otot akan
menarik tulang untuk melakukan pergerakan.
4. Homeostasis Mineral (penyimpanan dan pelepasan)
Jaringan tulang dapat menyimpan beberapa mineral khususnya kalsium dan fosfat yang
berfungsi untuk menguatkan tulang. Jaringan tulang menyimpan 99% dari keseluruhan
kalsium yang ada dalam tubuh. Apabila dibutuhkan, maka kalsium akan dilepaskan dari
tulang ke dalam darah untuk menyeimbangkan krisis keseimbangan mineral dan
memenuhi kebutuhan bagian tubuh yang lain.

Gambar 5.31. Homeostasis Mineral


Sumber: http://bit.ly/homeostasismineral

127
5. Memproduksi Sel Darah
Sumsum tulang merah merupakan tempat dibentuknya sel darah merah, beberapa
limfosit, sel darah putih granulosit juga trombosit.
6. Penyimpanan Trigliserid
Sumsum tulang kuning sebagian besar terdiri dari sel adiposa yang berfungsi untuk
menyimpan trigliserid.

F. PERTUMBUHAN TULANG DAN METABOLISME TULANG


1. Pertumbuhan Tulang
Proses pembentukan tulang disebut dengan osifikasi atau disebut juga osteogenesis.
Seluruh tulang berasal dari mesenkim, tetapi dibentuk melalui dua cara yang berbeda.
Tulang berkembang melalui dua cara, yaitu dengan mengganti mesenkim atau dengan
mengganti tulang rawan. Sususan histologis dari tulang selalu bersifat sama, baik tulang
itu berasal dari selaput maupun dari tulang rawan. Terdapat dua jenis osifikasi yaitu
osifikasi membranosa dan osifikasi endokondral.

Gambar 5.32. Fase Pertumbuhan Tulang


Sumber: http://bit.ly/pertumbuhantulang

128
a. Osifikasi Membranosa
Osifikasi membranosa merupakan osifikasi yang lebih sederhana diantara dua cara
pembentukan tulang. Tulang pipih pada tulang tengkorak, sebagian tulang wajah,
mandibula, dan bagian medial dari klavikula dibentuk dengan cara ini. Selain tulang-
tulang tersebut, bagian lembut yang membantu tengkorak bayi dapat melewati jalan
lahirny, kemudian akan mengeras dengan cara osifikasi membranosa.
b. Osifikasi Endokondral
Pembentukan tulang dengan cara ini adalah bentuk tulang rawan yang terjadi pada
masa fetal dari mesenkim lalu diganti dengan tulang pada sebagian besar jenis tulang
yang ada pada tubuh manusia. Pusat pembentukan tulang yang ditemukan pada corpus
disebut dengan diafisis, sedangkan pusat pada ujung-ujung tulang disebut dengan
epifisis. Lempeng rawan pada masing-masing ujung, yang terletak di antara epifisis
dan diafisis pada tulang yang sedang tumbuh disebut dengan lempeng epifisis.
Sedangkan metafisis adalah bagian diafisis yang berbatasan dengan lempeng epifisis.
Penutupan dari ujung-ujung tulang atau dikenal dengan epifise line rerata hingga usia
21 tahun, hal tersebut karena pusat kalsifikasi pada epifise line akan berakhir seiring
dengan pertambahan usia, dan terjadi pada setiap tulang.
2. Penyusun Tulang
Tulang tidak sepenuhnya berbentuk padat, karena tulang terdiri dari matriks tulang
yang fleksibel sekitar 30% dan mineral terikat sekitar 70% yang tersusun seperti tenunan
dan secara aktif dibangun dan dirombak oleh sel tulang yang disebut dengan osteoblas
dan osteoklas. Komposisi tulang yang unik ini membuat struktur tulang yang keras dan
kuat menjadi tetap ringan. Pada matriks tulang, 90 sampai 95% di antaranya terdiri dari
serat kolagen elastis yang disebut dengan ossein, sedangkan sisanya adalah substansi
dasar. Elastisitas kolagen membuat tulang menjadi lebih tahan patah. Matriks tulang
dikeraskan oleh ikatan garam mineral anorganik kalsium fosfat dalam susunan kimia
yang dikenal dengan kalsium hidroksiapatit. Mineralisasi yang terjadi pada tulang
membuat tulang menjadi lebih kaku. Selain tersusun dari matriks-matriks tersebut, tulang
juga merupakan jaringan aktif yang tersusun atas beberapa jenis sel. Sel yang menjadi
penyusun tulang adalah sel osteoblasm osteosit, osteklas, osteogenik, dan sel pelapis
tulang.

129
a. Sel osteoblas, merupakan sel tulang yang membentuk lapisan tulang baru selama
proses pembentukan tulang. Sel inilah yang mengisi rongga dan terowongan yang
dibuat oleh osteoklas. Fungsi utama dari osteoblas adalah untuk pembentukan tulang.
b. Sel osteosit, merupakan sel yang membentuk tulang yang berasal dari osteoblas.
Sebagian besar massa jaringan tulang pada orang dewasa terdiri dari sel osteosit.
Fungsi osteosit adalah untuk menyusun dan memperbaiki tulang.
c. Sel osteoklas, merupakan sel tulang yang memecah jaringan tulang. Fungsi dari
osteoklas adalah untuk membongkar dan mencerna komposisi protein dan mineral
terhidrasi pada tingkat molekuler dengan mensekresi asam dan kolagenase. Proses
tersebut disebut dengan resorpsi tulang. Resorpsi tulang merupakan hal yang penting
dalam proses pemeliharaan, perbaikan, dan pemodelan ulang tulang belakang.
d. Sel osteogenik atau sel osteoprogenitor, merupakan sel mesenkimal primitif yang
menghasilkan osteoblas selama pertumbuhan tulang dan osteosit pada permukaan
dalam jaringan tulang. Fungsi dari sel osteogenik adalah memberikan osteoblas dan
berdiferensiasi menjadi kondroblas yang menjadi sel kartilago.
e. Sel pelapis tulang, merupakan sel yang dibentuk oleh osteoblas di sepanjang
permukaan tulang orang dewasa. Fungsi dari sel pelapis tulang adalah untuk mengatur
pergerakan kalsium dan fosfat dari dan ke dalam tulang.

130
BAB VI
SENDI

Sendi merupakan penghubung antar tulang sehingga tulang dapat digerakkan. Hubungan
antar tulang disebut dengan persendian atau artikulasi. Sendi ada pada manusia juga hewan.
Fungsi sendi adalah untuk memberikan fleksibilitas juga pergerakan pada tempatnya. Sendi
juga berfungsi sebagai poros anggota gerak. Hubungan antar tulang tersebut ada yang longgar
(bebas), erat, bahkan sangat kuat (Soewolo, et.al., 2005). Ada juga jenis sendi dalam tubuh
yang hanya memberikan sedikit pergerakan, tetapi sangat berfungsi dalam memberikan
kestabilan pada tubuh. Keseluruhan jumlah sendi yang ada dalam tubuh manusia yaitu sekitar
360 sendi.

Gambar 6.1. Beberapa Jenis Sendi


Sumber: http://bit.ly/jenissendi

131
A. JENIS SENDI
1. Berdasarkan Sifat Pergerakannya
Berdasarkan dari sifat pergerakannya, tipe sendi dapat dibedakan menjadi tiga jenis,
yaitu sinartosis, amfiartosis, dan diartosis.
a. Sinartrosis (Sendi Mati)
Sinartrosis merupakan persendian yang tidak memungkinkan adanya gerak sama
sekali antara dua tulang yang bersambungan. Oleh karena itu, sinartrosis disebut juga
dengan sendi mati. Persambungan ini bersifat sangat kuat, biasanya dihubungkan oleh
jaringan ikat fibrosa atau kartilago. Sinartosis biasanya digunakan untuk melindungi
bagian tertentu dan terdiri empat jenis, yaitu sutura, gomphosis, sinkondrosis, dan
sinostosis.
1) Sutura
Sutura merupakan persendian antar tulang tengkorak. Sutura membentuk
persendian-persendian melalui hubungan antar dua tulang yang ujungnya kasar,
saling mengunci, dan disatukan oleh jaringan ikat fibrosa.

Gambar 6.2. Sinartrosis Sutura


Sumber: http://bit.ly/2sjfrly

132
2) Gomphosis
Gomphosis adalah suatu persambungan antara gigi dengan soket pada maksila
dan mandibula. Penghubung fibrosa pada bagian tersebut dikenal dengan ligamen
periodontal.

Gambar 6.2. Sendi Gomphosis


Sumber: http://bit.ly/sendigomphosis

3) Sinkondrosis
Sendi sinkondrosis merupakan sendi yang bersifat rigid (kaku). Jembatan
kartilago menjadi penghubung antar kedua tulang. Sebagai contoh dari
sinkondrosis adalah persendian antara epifisis dan diafisis pada tulang panjang.
Pada tulang yang sedang tumbuh, persendian disatukan oleh jaringan tulang rawan
hialin yang disebut cawan epifiseal. Setelah tulang berbenti tumbuh, cawan
epifiseal kemudian diganti oleh jaringan tulang keras sehingga epifisis dan diafisis
benar-benar menyatu. Contoh lainnya yaitu sendi ini juga terdapat pada hubungan
antara tulang rusuk (costae) dengan tulang dada (sternum).

133
4) Sinostosis
Sifat dari persendian sinostosis sangat kaku karena terbentuk dari persambungan
tulang tanpa ada jaringan lain yang menghubungkannya. Sebagai contohnya adalah
persambungan tulang dahi (tulang frontal) yang menghubungkan dahi kanan dan
kiri.

Gambar 6.3. Sendi Sinostosis


Sumber: http://bit.ly/sendisinostosis

b. Amfiartrosis (Sendi Kaku)


Amfiartrosis merupakan persendian yang masih memungkinkan adanya sedikit
gerakan antara dua tulang yang dihubungkan. Permukaan persendian ini dibatasi oleh
jaringan antara yang berupa jaringan fibrosa dan jaringan tulang rawan. Sendi ini
memiliki dua jenis, yaitu sindesmosis dan simfisis.
1) Sindesmosis, merupakan persambungan antar tulang yang dihubungkan oleh
ligamen. Sebagai contohnya adalah persendian antara tibia dan fibula.

Gambar 6.4. Sendi Sindesmosis


Sumber: http://bit.ly/sindemosis

134
2) Simfisis, merupakan persambungan antar tulang yang dihubungkan oleh
fibriokartilago. Sebagai contohnya adalah persendian antara tulang pubis dan
antara ruas-ruas tulang belakang.

Gambar 6.5. Sendi Simfisis


Sumber: http://bit.ly/simfisis

c. Diartrosis (Sendi Gerak)


Diartrosis merupakan persendian yang memungkinkan adanya gerak bebas antar
tulang. Diartrosis disebut juga sebagai persendian sinovial (synovial joint). Persendian
ini diselubungi oleh kapsul dari jaringan ikat fibrosa yang disebut dengan kapsul sendi
(articular capsule). Kapsul sendi terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan fibrosa
eksternal dan lapiran sinovial internal atau yang disebut dengan membrane sinovial.
Lapisan fibrosa tersusun dari jaringan yang tebal dan tidak beraturan, tetapi tetap
fleksibel dan kuat. Fleksibilitas ini yang memungkinkan adanya pergerakan yang lebih
leluasa. Jaringan yang kuat dapat mencegah terjadinya dislokasi tulang.
Kapsul fibrosa kadang juga diperkuat oleh ligamen. Membran sinovial terdapat di
permukaan kapsul bagian dalam. Membran sinovial berfungsi untuk menghasilkan
cairan sinovial. Cairan ini dapat berfungsi sebagai pemulas untuk megurangi gesekan
antar tulang, menyalurkan nutrisi dan membuang zat sisa, mengurangi getaran, juga
untuk pertahanan. Bagian permukaan tulang satu dengan yang lainnya tidak
berhubungan secara langsung karena adanya kartilago (articular cartilage). Sebagian
besar persendian rangka tubuh manusia termasuk jenis diartrosis. Persendian

135
diartrosis dapat dibedakan menjadi enam macam, yaitu sendi luncur, sendi engsel,
sendi putar, sendi pelana, sendi peluru, dan sendi ellipsoidal.
1) Sendi Luncur
Permukaan sendi luncur biasanya datar dan hanya mungkin melakukan gerakan
kiri, kanan dan muka belakang. Persendian yang memungkinkan gerak pada dua
bidang datar seperti ini disebut dengan persendian dua sumbu (biaksial). Contoh
dari sendi luncur adalah persendian antara tulang-tulang karpal, antara tulang-
tulang tarsal, antara sternum dan klavikula, juga antara scapula dan klavikula.
2) Sendi Engsel
Pada sandi engsel, permukaan sendi tulang pertamanya berbentuk cekung,
sedangkan permukaan sendi tulang keduanya cembung. Permukaan cembung
tersebut dapat masuk pada permukaan cekung. Persendian ini yang memungkinkan
gerakan hanya pada satu bidang datar sehingga termasuk persendian satu sumbu
(monoaksial). Persendian ini dapat menghasilkan gerak fleksi-ekstensi yaitu seperti
gerak membuka dan menutup pintu. Gerak fleksi merupakan suatu gerakan yang
mengacu pada gerak mengecilkan sudut, sedangkan gerak ekstensi mengacu pada
gerak membesarkan sudut. Contoh dari jenis sendi ini adalah sendi pada siku dan
lutut.
3) Sendi Putar
Pada sendi putar, permukaan tulang yang pertama bentuknya membulat,
meruncing, aau berbentuk kerucut bersendi dengan lekuk yang dangkal dari tulang
lain. Sendi ini yang memungkinkan adanya gerakan utama berupa putaran
(memutar) dan termasuk ke dalam persendian monoaksial. Contoh dari sendi putar
adalah persendian antara tulang atlas dengan dasar tulang tengkorak yang dapat
menghasilkan gerakan menggelengkan kepala, persendian antara ujung proksimal
tulang radius dan ulna yang menghasilkan gerakan supinasi dan pronasi pada tapak
tangan.
4) Sendi Pelana
Permukaan ujung tulang pertama pada sendi pelana berbentuk cekung.
Sedangkan permukaan tulang keduanya berbentuk cembung. Persendian ini
memungkinkan adanya gerakan menyamping (kanan-kiri) dan gerakan muka
belakang sehingga termasuk ke dalam jenis persendian biaksial. Contoh dari sendi
pelana adalah persendian antara tulang trapesium dan metacarpal dari ibu jari.

136
Gambar 6.6. Sendi Gerak
Sumber: http://bit.ly/diastrosis

5) Sendi Peluru
Pada sendi peluru, permukaan sendi tulang pertamanya berbentuk seperti bola
dan permukaan tulang keduanya berbentuk cekung seperti mangkuk. Permukaan
sendi pertamanya masuk ke permukaan sendi kedua. Persendian ini yang
memungkinkan terjadinya gerakan triaksial, yaitu gerakan fleksi dan ekstensi,
abduksi dan aduksi, juga gerakan rotasi. Contoh dari sendi peluru adalah
persendian antara tulang lengan atas dengan tulang belikat dan persendian antara
tulang paha dengan tulang pinggul.
6) Sendi Elipsoidal
Pada sendi ellipsoidal, ujung tulang yang bentuknya oval masuk ke cekungan
tulang lain yang berbentuk elips. Persendian ini memungkinkan terjadinya gerakan
kiri kanan dan muka belakang sehingga termasuk dalam persendian biaksial.
Contoh dari sendi elipsoidal adalah persendian antara tulang radius dan tulang
karpal yang memungkinkan gerak tapak kanan ke atas dan ke bawah dan ke kanan
kiri, serta sendi antara phalanges dan metacarpal.

137
2. Berdasarkan Strukturnya
Apabila dilihat berdasarkan struktur yang menghubungkan antara tulang satu dengan
tulang yang lain, maka persendian dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu fibrosa, tulang
rawan, dan sinovial.
a. Sendi Fibrosa
Sendi fibrosa yaitu persambungan antartulang yang dihubungkan oleh jaringan
fibrosa. Sendi ini terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
1) Sutura, pada sendi ini tidak ada rongga sendi. Hubungan antar tulang disatukan
oleh jaringan fibrosa yang kuat namun tipis. Sutura dapat ditemukan pada
persambungan antar tulang kepala.

Gambar 6.7. Sendi Fibrosa


Sumber: http://bit.ly/fibrosa

2) Sindesmosis, pada persendian ini terdapat lebih banyak jaringan ikat. Contoh dari
sindemosis yaitu pada persendian antara ujung distal tulang tibia dan fibula.
3) Gomphosis, salah satu contoh dari sendi gomphosis adalah akar gigi yang bersendi
dengan alveoli (soket) rahang. Zat yang berada di antaranya disebut dengan
jaringan ikat ligamen periodontal.
b. Sendi Tulang Rawan
Pada jenis tulang rawan, rongga sendi menghilang karena diisi oleh tulang rawan.
Jenis dari sendi tulang rawan yang pertama adalah Sinkondrosis yang merupakan
persendian yang dihubungkan oleh tulang rawan hialin. Contoh dari snkondrosis
adalah persendian antara costa dan sternum. Jenis yang kedua adalah Simfisis yaitu
tulang rawan yang mengisi rongga sendi berupa cakram tulang rawan fibrosa yang
tipis. Contoh dari simfisi adalah sendi diantara vertebrae dan diantara tulang pubis.

138
Gambar 6.8. Sendi Tulang Rawan
Sumber: http://bit.ly/senditulangrawan

c. Sendi Sinovial
Pada sendi sinovial, di antara dua ujung tulangnya terdapat semacam rongga.
Rongga ini yang disebut dengan rongga sinovial. Permukaan tulang yang bersendi
dikelilingi oleh selapis tulang rawan hialin. Pada rongga sinovial, terdapat suatu cairan
yang mengandung asam hialuronat yang dihasilkan oleh membran sinovial. Cairan
inilah yang berfungsi sebagai pelumas untuk mengurangi gesekan antar tulang.

Gambar 6.9. Sendi Tulang Rawan


Sumber: http://bit.ly/sendisinovial

139
B. KOMPONEN PEMBENTUK SENDI
1. Ligamen
Komponen yang membentuk persendian pada manusia yang pertama adalah ligamen,
yaitu jaringan berbentuk pita yang tersusun dari serabut-serabut. Jaringan pita tersebut
bersifat elastis juga mengikat luar ujung tulang yang saling membentuk sendi. Ligamen
memiliki peran penting dalam mengontrol dan menstabilkan rentang gerak sehingga
tulang dapat bergerak dengan baik. Ligamen dapat berubah memanjang dan mengubah
bentuk mereka ketika berada dalam ketegangan kemudian dapat kembali ke bentuk
aslinya ketika ketegangan sudah mereda.

Gambar 6.10. Detail Ligamen


Sumber: http://bit.ly/ligamen

Gambar 6.11. Anatomi Kaki


Sumber: http://bit.ly/anatomikaki

140
2. Kapsul Sendi
Kapsul sendi merupakan bagian komponen pembentuk sendi yang tipis tetapi sangat
kuat dan berfungsi untuk menahan ligamen. Kapsul sendi memiliki dua lapisan yang
berfungsi seperti sendi pada umumnya. Bagian pertama yaitu kapsul sinovial, merupakan
jaringan yang tidak memiliki reseptor pembuluh darah yang bertugas untuk membantu
penyerapan makanan pada tulang rawan sendi. Bagian kapsul sendi yang kedua yaitu
kapsul fibrosa yang memiliki reseptor juga pembuluh darah sehingga mampu
meregenerasi dan memelihara posisi sendi.

Gambar 6.10. Kapsul Sendi


Sumber: http://bit.ly/kapsulsendi

3. Tulang Rawan Hialin


Komponen pembentuk sendi selanjutnya adalah bagian yang berfungsi sebagai bantal
agar sendi tidak terasa nyeri ketika digerakkan. Tulang rawan hialin menjadi penyusun
sendi yang menghubungkan antar tulang yang menyusun pergerakan dan mampu
berperan sebagai peredam gerakan gesekan mekanis antara kedua susunan tulang
manusia sehingga dapat menyokong pergerakan tubuh. Komponen ini berwarna putih
dan didominasi oleh serat kolagen.

141
Gambar 6.11. Tulang Rawan Hialin
Sumber: http://bit.ly/2tvgyoe

4. Cairan Sinovial
Komponen pembentuk sendi yang keempat adalah cairan sinovial. Cairan sinovial
adalah cairan dengan struktur lengket dan bening yang dapat membantu gesekan berjalan
lancar, mengandung nutrisi serta campuran gas oksigen, nitrogen, juga karbondioksida.
Cairan ini berfungsi sebagai pelumas sendi dan bertindak sebagai media untuk menjaga
nutrisi. Cairan sinovial berasal dari cairan yang disaring dari cairan darah, memiliki
konsistensi yang sama seperti air, berisi protein dan menempel serta membentuk seperti
permukaan mantel. Cairan inilah yang mnyebabkan sendi pada tubuh makhluk hidup
dapat bergerak ke berbagai arah.

Gambar 6.12. Cairan Sinovial


Sumber: http://bit.ly/cairansinovia

142
5. Bursa
Komponen pembentuk sendi yang kelima adalah bursa. Bursa merupakan kantong
datar tertutup yang dilapisi oleh membran sinovial dan terletak di rongga sendi, terletak
pada sisi yang mengalami gesekan dan mengandung sangat sedikit cairan. Bursa
membantu untuk memudahkan pergerakan normal dari sendi dan mengurangi gesekan.
Fungsi utamanya adalah sebagai bantal pergerakan sendi yang berbentuk seperti kantung
gelembung udara, membuat sendi menjadi fleksibel dan mudah untuk bergerak.

Gambar 6.13. Bursa


Sumber: http://bit.ly/2sfadob

C. GERAKAN SENDI
1. Gerakan Sendi pada Bidang Sagital
a. Fleksi, adalah gerakan menekuk atau memperkecil sudut antar dua tulang.
b. Ekstensi, adalah kebalikan dari gerakan fleksi yaitu memperbesar sudut antar dua
tulang.
c. Dorsofleksi, adalah gerakan telapak kaki ke arah depan atau atas.
d. Plantarfleksi, adalah kebalikan dari dorsofleksi yaitu menggerakkan telapak kaki ke
bawah atau belakang.

143
Gambar 6.14. Gerakan Sendi pada Bidang Sagital
Sumber: http://bit.ly/bidangsagital

2. Gerakan Sendi pada Bidang Frontal


a. Adduksi, adalah gerakan anggota gerak yang mendekati bagian tengah tubuh (medial).
b. Abduksi, adalah gerakan anggota gerak yang menjauhi bagian tengah tubuh (lateral).
c. Elevasi, adalah gerakan tulang belikat ke atas (superior).
d. Depresi, adalah gerakan tulang belikat ke bawah (inferior).
e. Inversi, adalah gerakan sendi kaki ke arah dalam.
f. Eversi, adalah gerakan sendi ke arah luar.
g. Protraksi, adalah gerakan tulang belikat ke depan (anterior) atau menjauhi tubuh.
h. Retraksi, adalah gerakan tulang belikat ke belakang (posterior) atau mendekati tubuh.

144
Gambar 6.15. Gerakan Sendi pada Bidang Frontal dan Transversal
Sumber: http://bit.ly/bidangfrontal

3. Gerakan Sendi pada Bidang Transversal


a. Rotasi, yaitu menggerakkan sendi dengan cara memutar pada sumbu vertikal tulang.
Gerakan rotasi dapat bergerak ke arah dalam (internal) maupun ke luar (eksternal).
b. Pronasi, yaitu gerakan memutar lengan sehingga telapak tangan menghadap posterior
(ke belakang) ketika tangan diluruskan. Apabila siku ditekuk sejauh 90 derajat, maka
gerakan pronasi akan membuat telapak tangan menghadap ke bawah (inferior).
c. Supinasi, yaitu gerakan memutar lengan sehingga telapak tangan menghadap anterior
(ke depan) ketika tangan diluruskan. Apabila siku ditekuk sejauh 90 derajat, maka
gerakan supinasi akan membuat telapak tangan menghadap ke atas (superior).

145
4. Gerakan Sendi pada Bidang Gabungan
a. Sirkumduksi, yaitu gabungan gerakan fleksi, abduksi, ektensi, dan adduksi yang
menciptakan gerakan melingkar.
b. Oposisi, yaitu gerakan melingkar pada ibu jari.

Gambar 6.16. Gerakan Sendi pada Bidang Gabungan


Sumber: http://bit.ly/2t5jkup

146
BAB VII
SISTEM MUSKULARIS

A. PENGERTIAN DAN FUNGSI OTOT


Otot merupakan salah satu jaringan yang ada dalam tubuh manusia maupun hewan yang
berperan sebagai alat gerak aktif untuk menggerakkan rangka tubuh manusia. Otot adalah
salah satu dari empat kelompok jaringan pokok. Miologi adalah istilah untuk ilmu yang
mempelajari lebih spesifik tentang otot. Otot membentuk 43% dari total berat badan dan
lebih dari sepertiganya adalah protein tubuh dan setengahnya menjadi tempat terjadinya
aktivitas metabolik ketika tubuh beristirahat. Proses vital yang ada di dalam tubuh seperti
kontraksi jantung, kontraksi pembuluh darah, pernapasan, gerakan peristaltik usus, dapat
terjadi karena adanya aktivitas otot. Otot mempunyai tiga kemampuan spesifik, yaitu
kontraktibilitas, ekstensibilitas, dan elastisitas.
Oleh karena itu, otot berfungsi dan berperan sebagai alat gerak aktif. Kontraktibilitas
merupakan kemampuan otot untuk berubah memendek dari ukuran otot semula.
Ekstensibilitas adalah kemampuan otot untuk berubah memanjang sehingga berukuran lebih
panjang dari ukurannya semula. Sedangkan elastisitas adalah kemampuan otot untuk
kembali pada ukuran semula setelah berkontraksi dan berekstensi. Otot tersusun atas dua
macam filamen, yaitu filamen aktin (tipis) dan filamen miosin (tebal). Kedua filamen
tersebut bergabung dan membentuk miofibril. Miofibril yang kemudian menyusun serabut
otot dan serabut-serabut otot yang menyusun suatu otot. Kuat atau tidaknya suatu kontraksi
otot bergantung pada MCV (Maximum Contaction Voluntary), masa otot, otot yang
dipanjangkan sebelum berkontaksi, otot yang diberi beban sebelum berkontraksi, tingkat
kelelahan, tingkat keteralihan serta suhu dari otot tersebut.
Persentase efisiensi kerja dari otot manusia yaitu sekitar 18%-26%. Efisiensi tersebut
didefinisikan sebagai rasio metabolisme berdasarkan penggunaan oksigen. Penamaan otot
biasanya berhubungan dengan lokasi otot, jumlah origo, bentuk otot, besar serta panjang
otot atau berdasarkan fungsinya. Otot dalam sistem organ manusia sangat mendukung
proses pergerakannya, namun selain itu, otot juga memiliki fungsi lain di antaranya yaitu
menghasilkan gerakan rangka, mempertahankan postur dan posisi tubuh, misalnya
mempertahankan posisi kepala saat membaca buku, berjalan dengan posisi tegak dan lain
sebagianya. Otot juga dapat mengatur pintu masuk dan keluar saluran dalam sistem tubuh,
seperti menelan, buang air besar maupun kecil semua hal tersebut dipengaruhi oleh otot

147
rangka yang menyelaputinya. Otot dapat menjadi penyokong jaringan lunak, menggerakkan
organ-organ dalam tubuh seperti usus, jantung dan sistem tubuh lainnya. Fungsi yang
terakhir yaitu otot dapat mempertahankan suhu tubu karena kontraksi rangka membutuhkan
energi dan menghasilkan panas untuk mempertahankan suhu normal bagi tubuh.
Secara sistem, otot tidak bekerja sendiri-sendiri tetapi berkelompok untuk melaksanakan
gerakan dari berbagai bagian rangka tubuh. Dilihat dari cara kerjanya, otot dapat dibedakan
menjadi otot antagonis dan sinergis. Otot antagonis cara kerjanya menimbulkan efek gerak
berlawanan. Cara kerja pada otot antagonis dapat berupa gerakan ekstenso (meluruskan),
felkso (membengkakkan), abduktor (menjauhi tubuh), aduktor (mendekati tubuh), depresor
(arah ke bawah), elevator (arah ke atas), supinator (menengadah), dan pronator
(menelungkup). Sedangkan pada jenis otot sinergis atau flexi, cara kerjanya menimbulkan
gerakan searah atau bersama-sama. Otot sinergis juga bekerja untuk menstabilkan bagian-
bagian anggota lain ketika bagian lain bergerak.

B. ANATOMI OTOT
Apabila dilihat berdasarkan srtuktur maupun fisiologisnya, maka otot dapat dibagi
menjadi tiga jenis yaitu otot rangka, otot polos dan otot jantung.
1. Otot Rangka
Otot rangka juga disebut dengan otot skelet atau otot serat lintang, otot bercorak, otot
lurik dan musculus striata. Secara mikroskopis, dapat terlihat bahwa otot rangka terdiri
dari sel-sel otot atau serabut-serabut otot yang tebalnya sekitar 10-199 nm dengan
panjang sekitar 15cm. Bagian inti pada otot rangka terletak tepat di bawah permukaan
sel, selain itu juga terlihat juga adanya garis-garis terang dan gelap yang melintang. Oleh
karena itu, otot rangka disebut juga sebagai otot serat melintang. Satu sel otot rangka
diselubungi oleh fascia propria kemudian beberapa fascicule diselubungi oleh selaput
yang disebut dengan fascia superfisialis yang berada di bawah kulit membentuk
fasciculus otot. Di dalam sarcoplasma, terdapat sejumlah mitokondria atau sarcosum.
Warna otot pada otot rangka ditentukan oleh adanya suplai darah dan kandungan
myoglobin, juga kadar air maupun banyaknya fibril-fibril yang menjadi penyusunnya.
Oleh karena itu, otot yang tipis biasanya berwarna lebih muda karena kandungan airnya
yang sedikit, fibrilnya juga lebih sedikit serta suplai darahpun sedikit, sedangkan otot
yang tebal akan berwarna gelap. Bentuk fasciculus otot ini biasanya seperti kumparan,
bagian tengah menggembung yang disebut dengan empal atu ventrikel, kedua ujungnya
mengecil yang disebut dengan urat otot atau lendon. Pada umumnya, tendon tersebut

148
akan melekat pada tulang, bersifat keras dan liat. Bagian ventrikel penting pada fungsi
gerak aktif, yaitu terjadi saat kontraksi atau mengkerut. Apabila kontraksi terjadi pada
ventrikel otot tersebut, maka akan terjadi gerakan tulang dengan perantara persendian
dimana otot melekat melalui tendonya.

Gambar 7.1. Otot Rangka


Sumber: http://bit.ly/2dy7w8j

Biasanya, otot melekat pada dua tulang atau lebih, sehingga setiap otot memiliki dua
tempat pelekatan. Istilah yang digunakan untuk perlekatan pada segmen tulang adalah
Punctum Fixum (origo) Punctum Mobile (insertion). Punctum Fixum yaitu perlekatan
otot pada segmen tulang yang tidak ikut bergerak, sedangkan Punctum mobile (insertion)
yaitu perlekatan otot pada segmen tulang yang bergerak. Selain kedua istilah tersebut,
ada juga istilah lain yang juga sering digunakan sekarang tanpa mengingat tempat
perlekatan tersebut bergerak atau tidak bergerak yaitu perlekatan distal dan proximal.
Perlekatan distal adalah perlekatan otot pada segmen tulang yang berada disebelah distal
(terletak menjauhi dari semua badan), sedangkan perlekatan proximal adalah perlekatan
otot pada segmen tulang yang berada disebelah proximal (terletak lebih dekat dengan
sentrum badan).

149
2. Otot Polos
Otot polos biasanya disebut juga dengan musculus nontriata, otot alat dalam atau otot
tak sadar. Otot ini terdiri dari sel-sel berbentuk spindel dengan panjang sekitar 40-200
nm dan tebal sekitar 4-20 nm, dengan inti yang berada di tengah. Miofibrilnya tidak
mudah untuk dilihat, juga tidak mempunyai garis-garis gelap terangya. Serabut retikuler
tranvesalnya menghubungkan sel-sel otot menbentuk suatu berkas sehingga menjadi satu
unit fungsional. Otot polos tidak melekat pada tulang tetapi ikut membentuk alat dalam
seperti yang terdapat pada dinding pembuluh darah, saluran pencernaan, sistem
urogenitalis dan lain sebagainya. Otot ini bekerja tanpa dipengaruhi oleh kehendak, tidak
terlalu cepat tetapi berurutan dan tidak cepat lelah. Disebabkan oleh pengaruh hormonal,
kemungkinan otot polos dapat bertambah panjang dan berproliferasi atau membentuk
sel-sel baru. Sebagai contohnya adalah pada uterus, serabut ototnya dapat mencapai
ukuran 800 nm.

Gambar 7.2. Otot Polos


Sumber: http://bit.ly/2tx0ycc

3. Otot Jantung
Otot jantung merupakan otot yang bekerja khusus untuk memompa darah pada
jantung. Otot ini termasuk jaringan otot yang sanggup berkontraksi secara terus-menerus
tanpa henti. Pergerakannya tidak dipengaruhi oleh sinyal saraf pusat. Otot jantung dapat
dipengaruhi oleh interaksi saraf simpatetik atau parasimpatetik yang dapat
memperlambat atau mempercepat laju denyut jantung, tetapi tidak dapat mengontrolnya
secara sadar. Ciri-ciri dari otot jantung di antaranya adalah sebagai berikut:

150
a. Otot jantung hanya terdapat pada jantung, dengan struktur yang sama seperti otot
rangka. Gelap terang pada otot jantung berselang seling dan terdapat percabangan sel.
b. Kerja otot jantung tidak dapat dikendalikan oleh kemauan kita, tetapi bekerja sesuai
dengan gerak jantung. Jadi, otot jantung dilihat dari bentuknya seperti otot rangka,
sedangkan dari proses kerjanya seperti otot polos, oleh karena itu biasanya disebut
juga sebagai otot spesial.
c. Dibawah mikroskop, akan tampak seperti otot lurik tetapi bercabang dan intinya
berada ditengah. Sumber energi otot jantung yaitu dari metabolisme aerobik dan
membutuhkan energi yang lebih besar dibandingkan otot lainnya.

Gambar 7.3. Otot Jantung


Sumber: http://bit.ly/2ipujqb

Gambar 7.4. Tabel Perbedaan Otot Polos, Lurik, dan Jantung


Sumber: http://bit.ly/2bmie3w

151
C. BENTUK OTOT
Ada berbagi macam bentuk otot yang menjadi penyususn tubuh, di antaranya adalah:
1. Otot Fusiformis
Merupakan otot yang memiliki serabut-serabut panjang dapat menghasilkan gerakan
yang luas, tetapi tidak kuat dan biasanya mempunyai tendo yang relatif pendek.

Gambar 7.5. Otot Fusiformis


Sumber: http://bit.ly/2gtre8h

152
2. Otot Unipenatus
Merupakan otot yang memiliki tendo panjang walaupun serabut-serabut otot yang
melekat pada tendo tersebut berupa otot pendek-pendek tetapi otot ini lebih kuat.

Gambar 7.6. Macam Otot


Sumber: http://bit.ly/2xgz8kr

3. Otot Bipenatus
Merupakan otot yang memiliki struktur sama dengan unipenatus, hanya saja serabut-
serabut ototnya melekat pada kedua sisi tendo.
4. Otot Planus
Merupakana otot yang memiliki tendo tipis atau sponeurosis.
Apabila dilihat berdasarkan perlekatan pada origo atau distalnya, maka otot dapat
dibedakan menjadi dua bagian yaitu otot dengan kepala dua dan otot dengan satu kepala.
Otot dengan kepala dua, tiga atau empat, yaitu empalnya bersatu menjadi satu dan
berakhir pada tendo yang sama, sebagai contohnya contohnya bisep brachii dan trisep
brachii. Sedangkan otot dengan satu kepala yaitu otot yang memiliki satu atau lebih tendo
perantara, dengan dua atau tiga venter (empal) otot, sebagai contohnya yaitu pada otot
perut.

153
Gambar 7.7. Anatomi Otot secara Mendetail
Sumber: http://bit.ly/2xgz8kr

D. FUNGSI OTOT
Beberapa fungsi otot yang ada pada manusia di antaranya yaitu sebagai alat gerak aktif, alat
transportasi dan pembentuk alat-alat dalam.
1. Alat Gerak Aktif
Fungsi otot sebagai alat gerak aktif terjadi apabila venter otot mendapatkan rangsang,
kemudian terjadi kontraksi, maka kemudian akan menggerakan tualang-tulang yang
dilekatinya. Hal tersebut biasanya dilakukan oleh otot rangka. Berdasarkan proses
tersebut maka otot dapat dikelompokkan menjadi:
a. Kelompok Otot yang Saling Memebantu dan Berlawanan
1) Otot saling membantu (otot sinergis), adalah beberapa otot yang bekerja pada satu
sendi dan saling membantu sehingga dapat memberikan gerakan yang sejenis.
Sebagai contohnya adalah otot bisep lengan atas dengan m. cocarobrachialis yang
membentuk gerakan fleksi atau bengkoknya lengan bawah.
2) Otot saling berlawanan (antagonis), adalah dua atau lebih otot yang bekerja pada
satu sendi dan saling berlawanan arahnya sehingga gerakanya dapat saling
menghambat otot yang satu dengan yang lainya. Sebagai contohnya pada otot bisep

154
lengan atas dengan otot trisep lengan atas. Bisep dapat menyebabkan gerakan fleksi
pada lengan sedangkan trisep menyebabkan gerakan extensi atau meluruskan
lengan.

Gambar 7.8. Otot Sinergis dan Antagonis


Sumber: http://bit.ly/2vcb527

b. Kelompok Otot Berdasarkan Gerak Dasar Tertentu


1) Otot fleksor, yaitu otot yang menyebabkan gerakan fleksi atau membengkokan
tulang, contohnya adalah m bisep brachii yang membengkokan lengan bawah.
2) Otot extensor, yaitu otot yang menyebabkan gerakan extensi atau meluruskan
tulang, misalnya m trisep brachii yang meluruskan lengan bawah.
3) Otot abductor, yaitu otot yang menyebabkan terjadinya gerakan abduksi atau
menjauhi tubuh, sebagai contoh misalnya m deltoideus yang menyebabkan abduksi
lengan atas pada sendi bahu.
4) Otot adductor, yaitu otot yang menyebabkan gerakan adduksi atau mendekati
tubuh, sebagai contoh misalnya otot dada besar yang menyebabkan gerakan
adduksi lengan atas pada sendi bahu.
5) Otot pronator, yaitu otot yang menyebabkan gerakan pronasi atau memutar
kebawah, sebagai contoh misalnya m prenator kwadratus yang memutar telapak
tangan sehingga tertelungkup, otot tersebut selalu bekerja sama secara sinergis
dengan m prenator.
6) Otot supinator, yaitu otot yang menyebabkan gerakan memutar atau ke luar
(supinasi). Sebagai contoh misalnya, m brachii yang memutar lengan bawah
sehingga telapak tangan menengadah.
7) Otot rotator, yaitu otot yang menyebabkan gerakan rotasi atau memutar. Sebagai
contoh misalnya, m gluteus maximus yang dapat menyebabkan gerakan rotasi ke
dalam tungkai atas pada sendi pangkal paha.

155
Gambar 7.9. Kelompok Otot
Sumber: http://bit.ly/2izv7xo

Gambar 7.10. Perbedaan Otot pada Manusia dan Hewan


Sumber: http://bit.ly/2izv7xo

156
c. Kelompok Otot yang Bekerja pada Satu Sendi atau Lebih
1) Otot monoartikuler, yaitu otot yang hanya melalui satu sendi dan bekerja pada satu
sendi tersebut. Sebagai contoh adalah m brachiodialis.
2) Otot polyarticuler, yaitu otot yang melewati lebih dari satu sendi dan bekerja lebih
dari satu sendi. Sebagai contoh adalah m hamstring pada daerah pangkal paha dan
bekerja pada sendi pangkal paha dan lutut.
2. Alat Transportasi
Fungsi yang kedua dari otot adalah sebagai alat transportasi yiatu membantu proses
transportasi di dalam tubuh. Otot dapat menjadi alat transportasi karena otot juga terdapat
pada pembuluh darah manusia. Proses transportasi yang dipengaruhi oleh otot adalah
transportasi sari makanan dan darah ke seluruh tubuh manusia. Darah yang diedarkan di
dalam tubuh dan mengandung sari makanan yang dibutuhkan tubuh, prosesnya akan
dibantu oleh otot. Otot membantu proses tersebut yaitu dengan adanya pengaruh otot
terhadap kerja pembuluh darah pada tubuh manusia.

Gambar 7.11. Otot sebagai Alat Transportasi


Sumber: http://bit.ly/2e1bf75

157
Selain membantu proses pengedaran darah dan sari makanan, untuk bemapas
seseorang juga membutuhkan aktivitas otot pernapasan. Otot tersebut antara lain adalah
diafragma atau sekat rongga tubuh yang memisahkan rongga dada dengan rongga perut.
Ketika menarik napas, otot diafragma yang berbentuk seperti kubah akan berkontraksi
sehingga turun dan dinding perut tampak menonjol. Apabila seseorang mengalami
kesulitan bemapas, maka otot-otot dada dan bahu akan turut berkontraksi sehingga otot-
otot itu dinamakan sebagai otot pemapasan sekunder.

3. Pembentuk Alat-Alat Dalam


Otot pada tubuh manusia juga berfungsi dalam penyusunan dan mendukung kerja
organ-organ dalam pada tubuh manusia. Sebagai contoh yaitu otot jantung akan
berfungsi dalam penyusunan organ jantung dan mendukung kerja organ tersebut talam
menyalurkan darah ke seluruh tubuh. Kerja jantung akan sangat dipengaruhi oleh
kontraksi dari otot jantung tersebut. Selain itu, dalam organ-organ pencernaan seperti
usus atau organ lain seperti lambung, disana terdapat otot yang mendukung pergerakan
atau mekanisme organ pencernaan tersebut dalam proses mencerna makanan. Makanan
akan menjadi halus dan mudah diserap sarinya, salah satunya karena adanya bantuan dari
otot. Otot polos terdapat pada beberapa bagian dalam tubuh di antaranya adalah pada di
dinding usus, dinding lambung, kandung kemih, peranakan, dinding pembuluh darah,
dan organ dalam yang lain.

Gambar 7.12. Anatomi Otot


Sumber: http://bit.ly/2dvdpi8

158
E. OTOT SKELET PEMBENTUK TUBUH MANUSIA
1. Otot Kepala
Otot-otot kepala disebut juga sebagai otot mimik yaitu otot yang memancar kedalam
kulit wajah maupun kepala ketika terjadi kontraksi yang menyebabkan penggeseran kulit.
Penggeseran tersebut akan mengakibatkan lipatan-lipatan dan kerutan yang merupakan
dasar dari ekspresi wajah seseorang. Sehingga kemudian orang dapat memperlihatkan
wajah gembira atau sedih dan lain sebagainya. Ekpresi wajah tersebut bergantung pada
banyak faktor, di antaranya adalah usia, intelektual, dan sifat ras. Pada orang yang masih
berusia muda, kulitnya masih elastis, sehingga sifat kulit masih reversible, tetapi pada
orang yang lebih tua, sifat elastisitas kulit sudah mulai berkurang maka kerutan mungkin
dapat menetap. Otot-otot kulit kepala dalah otot epikranius, yaitu sangat longgar dan
berikatan dengan kulit kepala.
Terutama pada venter anterior, otot tersebut dapat menimbulakn kerutan-kerutan pada
dahi. Selain itu, kontraksi kedua venter frontalis juga dapat mengangkat alis mata dan
kelopak mata atas, hal tersebut yang dapat mengakibatkan ekspresi wajah keheranan.
Sedangkan pada kulit wajah, m orbicularis oculi berfungsi untuk dapat menimbulkan
ekspresi kekhawatiran. Muskulus terdiri dari tiga bagian yaitu pars orbitalis yang
berfungsi untuk penutupan kelopak mata, pars pelpebralis yang berkaitan dengan reflek
mengedip, dan pars lacrimalis yang berfungsi untuk mengeluarkan isi air mata. Karena
hubungan serabut-serabut otot ini sangat erat sekali dengan kulit, maka kemudian
ihasilkan lipatan-lipatan berbentuk radier pada daerah sudut lateral mata.
Pada wajah orang dengan usia lanjut, daerah tersebut pada umumnya terjadi lipatan
yang permanen. Otot pada bagian kepala dibagi atas beberapa bagian di antaranya adalah
otot kulit kepala, otot kulit wajah, otot pengunyah, dan otot lidah.
a. Otot kulit kepala
Sebagian kecil otot kulit kepala yaitu membentuk gales aponeurotika atau disebut juga
muskulus oksipitifrontalis. Muskulus oksipitifrontalis dibagi menjadi dua baigan yaitu
Muskulus frontalis dan Oksipitalis. Muskulus frontalus berfungsi untuk mengerutkan
dahi dan menarik dahi mata. Sedangkan Oksipitalis terletak di bagian belakang yang
fungsinya untuk menarik kulit ke belakang.

159
Gambar 7.13. Anatomi Kulit Kepala
Sumber: http://bit.ly/2sm5x82

b. Otot Kulit Wajah


1) Otot mata, yang terbagi atas:
a) Muskulus oblikus okuli atau otot bola mata sebanyak dua buah, yang berfungsi
untuk memutar mata.
b) Muskulus orbikularis okuli atau otot lingkar mata terdapat di sekliling mata,
yang berfugnsi sebagai penutup mata atau otot sfingter mata.
c) Muskulus levator palpebra superior terdapat pada kelopak mata, yang berfungsi
untuk menarik dan mengangkat kelopak mata atas pada waktu membuka mata.

Gambar 7.14. Anatomi Wajah


Sumber: http://bit.ly/2sm5x82

160
2) Otot mulut bibir dan pipi, yang terbagi atas:
a) Muskulus triangularis dan muskulus orbikularis oris atau otot sudut mulut, yang
berfungsi untuk menarik sudut mulut ke bawah.
b) Muskulus quadratus labii superior, otot bibir atas yang mempunyai origo pinggir
lekuk mata menuju bibir atas dan hidung
c) Muskulus quadratus labii inferior, terdapat pada dagu yang merupakan
kelanjutan pada otot leher. Otot ini berfungsi untuk menarik bibir ke bawah atau
membentuk mimik muka ke bawah.
d) Muskulus buksinator, berfungsi untuk membentuk dinding samping rongga
mulut. Origo pada taju mandibula dan insersi muskulus orbikularis oris, yang
berfungsi untuk menahan makanan waktu mengunyah.
e) Muskulus zigomatikus atau otot pipi, berfungsi untuk mengangkat dagu mulut
ke atas ketika tersenyum.
c. Otot Pengunyah
Otot pengunyah merupakan yang bekerja waktu mengunyah, yang terbagi atas:
1) Muskulus maseter, berfungsi untuk mengangkat rahang bawah pada waktu mulut
terbuka.
2) Muskulus temporalis, yang berfungsi untuk menarik rahang bawah ke atas dan ke
belakang.
3) Muskulus pterigoid internus dan eksternus, yang berfungsi untuk menarik rahang
bawah ke depan.

Gambar 7.15. Anatomi Pengunyah


Sumber: http://bit.ly/2ioiuf6

161
d. Otot Lidah
Otot lidah merupakan otot yang sangat bermanfaat dalam membantu panca indera
untuk menunyah. Otot lidah terbagi atas:
1) Muskulus genioglosus, yang berfungsi untuk mendorong lidah ke depan.
2) Muskulus stiloglosus, yang berfungsi untuk menarik lidah ke atas dan ke belakang.

Gambar 7.16. Anatomi Lidah


Sumber: http://bit.ly/2gzogqd

2. Otot Badan
Otot-otot pembentuk badan terdiri dari beberapa yaitu otot punggung, otot perut, otot
dada, otot leher, dan otot pelvis.
a. Otot Punggung
Otot punggung sejati terdapat dua buah yang susunannya rumit. Otot ini terletak di
sebelah belakang yang terdiri dari musculus intervetrebalis. Otot punggung sejati
dinamakan sebagai penegak batang badan dan sangat penting artinya untuk sikap juga
gerak tulang belakang. Biasanya, otot punggung sejati ditutup oleh otot punggung
sekunder yang sebenarnya termasuk ke dalam otot-otot gerak atas maupun bawah.

162
Gambar 7.17. Otot Punggung
Sumber: http://bit.ly/2T6Ci8S

b. Otot Perut
Otot perut terentang antara gelang panggul dan rangka dada. Otot-otot tersebut
dapat berubah memendek secara aktif. Dinding perut dibentuk oleh otot-otot perut
yang di bagian atasnya dibatasi oleh angulus infrasternalis dan di bagian bawahnya
dibatasi oleh krista iliaka, sulkus pubikus dan sulkus inguinalis. Otot-otot dinding
perut tersebut terbagi lagi menjadi otot-otot dinding perut bagian depan, bagian lateral
dan bagian belakang.
1) Otot Rectus Abdominis
Otot ini berada pada permukaan abdomen menutupi linea alba, bagian depannya
tertutup vagina dan bagian belakangnya terletak di atas kartilago kostalis 6-8.
Origonya pada permukaan anterior kartilago kostalis 5-7, prosesus xyphoideus dan
ligamen xyphoideum. Serabutnya menuju tuberkulum pubikum dan simpisis ossis
pubis. Insertionya pada ramus inferior ossis pubis. Fungsi dari otot ini adalah untuk
flexi trunk dan mengangkat pelvis.

163
Gambar 7.18. Otot Perut
Sumber: http://bit.ly/2sq5vms

2) Otot Piramidalis
Otot ini berada pada bagian tengah di atas simpisis ossis pubis dan di depan otot
rectus abdominis. Origonya pada bagian anterior ramus superior ossis pubis dan
simpisis ossis pubis dan insertio terletak pada linea alba. Otot ini berfungsi untuk
meregangkan linea alba.
3) Otot Transversus Abdominis
Otot ini merupakan tendon menuju linea alba dan bagian inferior vagina musculi
recti abdominis. Origonya pada permukaan kartilago kostalis 7-12, melalui fascia
thoracolumbalis processus transverses vertebrae lumbales, labium internum
(cristae iliacae). Insertionya pada fascia lumbo dorsalis, labium internum krista
iliaka, dan 2/3 lateral ligamen inguinale. Otot ini berupa tendon menuju linea alba
dan bagian inferior vagina muskuli recti abdominis yang bungsi untuk menekan
perut, menegangkan dan menarik dinding perut.
4) Otot Obligus Eksternus Abdominis
Otot ini terletak pada bagian lateral abdomen tepatnya di sebelah inferior
thoraks. Origonya yaitu pada permukaan luas kosta 5-12 dan insertionya terletak
pada vagina musculi recti abdominis. Otot ini berfungsi untuk rotasi thoraks ke
sisi yang berlawanan.

164
5) Otot Obligus Internus Abdominis
Otot ini berada pada anterior dan lateral abdomen, dan tertutup oleh otot obligus
eksternus abdominis. Origonya terletak pada permukaan posterior fascia
lumbodorsalis, linea intermedia krista iliaka, dan 2/3 ligamen inguinale, sedangkan
insertionya terletak pada kartilago kostalis 8-10 untuk serabut ke arah supero
medial. Otot ini berfungsi untuk rotasi thoraks ke sisi yang sama.
c. Otot Dada
Otot dada merupakan otot yang dibentuk oleh otot di sela-sela iga (musculus
intercostalis), berfungsi untuk mempengaruhi gerak iga serta menjaga agar tidak
terjadi tonjolan maupun lekukan sela-sela antar iga yang disebabkan oleh perubahan-
perubahan yang terjadi sesuai dengan fungsinya. Selain itu, musculus intercostalis
juga bermanfaat untuk menyempurna dinding thorax. Otot-otot leher terentang antara
pinggir atas tulang dada dan tulang lidah, ada juga yang melekat pada pangkal tulang
tengkorak. Otot tersebut penting artinya untuk gerakan kepala dan leher, juga untuk
gerak pangkal tengkorak dan tulang lidah untuk menelan. Otot-otot leher yang lain
terletak di depan dandi sisi tulang belakang, sebagian lagi melekat pada tulang rusuk
atas.

Gambar 7.19. Otot Perut


Sumber: http://bit.ly/2t9ubiw

165
d. Otot Leher
Bagian otot lehet dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1) Muskulus platisma, yaitu otot yang terdapat di samping leher menutupi sampai
bagian dada. Otot ini berfungsi untuk menekan mandibula, menarik bibir ke bawah
dan mengerutkan kulit bibir.
2) Muskulus sternokleidomastoid, yaitu otot yang berada di samping kiri kanan leher
pada suatu tendo sangat kuat. Otot ini befungsi untuk menarik kepala ke samping,
ke kiri, dan ke kanan, memutar kepala. Selain itu, otot ini juga berperan sebagai
alat bantu pernapasan.
3) Muskulus longisimus kapitis, yaitu otot yang terdiri dari splenius dan semispinalis
kapitis. Ketiga otot tersebut berada di belakang leher, terbentang dari belakang
kepala ke prosesus spinalis korakoid. Otot tersebut berfungsi untuk menarik kepala
belakang dan menggelengkan kepala.

Gambar 7.20. Otot Leher


Sumber: http://bit.ly/2GA2ZNq

e. Otot Pelvis
Otot pelvis terdiri dari lima bagian, yaitu otot bokong besar (muskulus gluteus
maximus), otot bokong tengah (muskulus gluteus medius), otot bokong kecil
(muskulus gluteus minimus), otot psoas yang melekat pada os coxa, dan otot penegak
selaput otot lebar (muskulus tensor fasciae alata). Ketiga jenis muskulus gluteus
berperan dalam membantu gerakan extensi dari extremitas inferior, sedangkan otot
psoas dan muskulus tensor fasciaealata berperan dalam fleksi dari extremitas inferior.

166
Gambar 7.21. Otot Pelvis
Sumber: http://bit.ly/2bmwfi6

3. Otot Anggota Tubuh


a. Extremitas Superior
Untuk gerakan anggota atas, maka diperlukan beberapa otot seperti otot gelang
bahu, otot lengan atas, otot lengan bawah dan otot tangan. Sebagian dari otot gelang
bahu terentang antara rangka badan, tengkorak dan gelang bahu. Otot-otot tersebut di
antaranya adalah otot belah ketupat (muskulus rhomboideus), otot gergaji depan
(muskulus serratus anterius), otot kerudung (muskulus trapeizeus) dan otot silang
leher (muskulus sternocleidomastoideus). Selain itu, untuk dapat menggerakan lengan
atas terhadap gelang bahu, otot yang dibutuhkan adalah otot deltoid yang terdapat di
sebelah superior lengan atas, otot bulat kecil (muskulus caput breve bicep brachii)
yang terdapat dibawah lengan atas dan otot bulat besar (muskulus caput longum bicep
brachii) yang berada di posterior m caput breve bicep brachii.
Adapun otot-otot yang terentang antara rangka badan dengan lengan juga berperan
penting untuk gerakan abduksi dan adduksi extremitas superior di antaranya adalah
otot dada besar (muskulus pectoralis mayor), otot punggung lebar (muskulus latissium
dorsi). Sedangkan otot yang berfungsi untuk membentuk lengan atas adalah otot
flexor yang terletak didepan bidang, otot bicep brachii, otot brachialis (muskulus
coracobrachialis). Otot extensor yang terletak di bidang belakang lengan atas dan otot

167
tricep brachii. Otot fleksor (ketul) dan otot extensor (kedang) tersebut juga dapat
berfungsi untuk menggerakkan lengan di sendi siku dan sebagian sendi bahu.

Gambar 7.23. Otot Pelvis


Sumber: http://bit.ly/2bmwfi6

Otot penyusun lengan bawah berlekatan dengan telapak tangan dan jari-jari dengan
perantaraan urat-urat panjang yang disebut dengan urat pergelangan tangan yang
melintang di daerah pergelangan tangan (sponeurosis palmaris) yang berfungsi untuk
menggerakkan pergelangan pergelangan tangan dan jari-jari. Sedangkan otot yang
melekat pada os radius bertanggung jawab untuk menggerakkan lengan bawah.
Berdasarkan letak otot dalam hubunganya satu sama lain, maka otot lengan bawah
dengan pembatas tulang ulna dan tulang radius dengan membran osseanya juga dapat
dibagi menjadi beberapa bagian yaitu otot ventral senagai otot flexor dan otot dorsal
sebagai otot extensor.
b. Extremitas Inferior
Otot-otot yang termasuk ke dalam extremitas inferior di antaranya adalah otot pangkal
paha, dan otot tungkai atas serta bawah.
1) Otot Pangkal Paha
Otot pangkal paha adalah otot yang disusun oleh otot yang sama dengan otot pelvis
dan otot yang melekat pada os femoris dan gelang panggul. Otot-otot penyusun
otot pangkal paha di antaranya adalah:

168
a) Otot extensor yang terletak di bidang depan yaitu otot kuadrisep paha
(muskulus quadrisep femoris) dan otot silang paha (muskulus sartorius).
b) Otot fleksor yang terletak di bidang belakang yaitu otot ramping (muskulus
gracilis), otot separuh selaput paha (muskulus semimembranus femoris), dan
otot bisep paha (muskulus bisep femoris).

Gambar 7.24. Extremitas Inferior


Sumber: http://bit.ly/2bmwfi6

2) Otot Tungkai Atas dan Bawah


Semua otot tungkai melekat pada kaki dan jari-jari kaki dengan perantara tendon
atau urat-urat panjang, semuanya diikat di daerah pergelangan kaki. Disana
terdapat tendo yang terbesar yaitu tendo akhiles. Otot-otot yang terdapat di tungkai
di antaranya adalah:
a) Golongan depan yang terdiri dari otot tulang kering depan (muskulus tibialis
anterior) dan otot kedang jari (muskulus extensor digitorium manus)
b) Golongan yang terletak dibidang luar yaitu terdiri dari otot sisi betis panjang
dan pendek ( m peroneus longus dan brevis fibularis).
c) Golongan belakang yaitu berupa otot tricep betis (muskulus trisep fibularis)
yang terdiri dari perut betis (muskulus gastronemius), otot betis (muskulus
soleus), urat kering (tendo akhiles)
d) Golongan bawah terdiri dari otot ketul dalam pada kaki dan jari-jari kaki
(muskulus flexor profundipedis et digitorium pedis).

169
Keempat daerah otot tersebut mempunyai fungsi tertentu, golongan depan
berfungsi untuk mengangkat ujung kaki dan meregangkan jari-jari, golongan
bidang luar (sisi) untuk menggerakan kaki keluar dari sendi loncat bawah. Adapaun
golongan belakang untuk menurunkan ujung kaki, juga untuk mengengkat tubuh
di atas jari-jari kaki dan golongan bawah berfungsi untuk menurunkan ujung kaki,
membengkokan jari kaki dan menggerakan kaki ke dalam.

F. STRUKTUR DAN KOMPONEN OTOT


Hampir seluruh otot rangka menempel pada tulang. Otot mempunyai struktur dan
komponen tersendiri seperti tendon, fascia, sarcolemma, sarcoplasma, miofibril, mioflamen,
sarkoplasma, dan reticulum sarkoplasma.
1. Tendon
Tendon merupakan jaringan ikat fibrosa (tidak elastis), tebal dan berwarna putih yang
menghubungkan otot rangka dengan tulang. Urat-urat ini berbentuk serabut-serabut
simpai yang putih, berkilap, dan tidak elastis. Aponeuroses merupakan lembaran-
lembaran datar atau simpai dari jaringan fibrus dengan maksud untuk memuat kelompok-
kelompok otot dan adakalanya menggandengkan sebuah otot dengan bagian yang
menggerakkannya.

Gambar 7.25. Tendon


Sumber: http://bit.ly/2tzcxe5

170
2. Fascia
Fascia merupakan jaringan ikat gabungan dari jaringan fibrus dan areolar yang
membungkus dan menghimpun otot menjadi satu. Setiap fasciculus biasanya dipisahkan
oleh jaringan ikat perimysium. Di dalam pascicle, endomysium mengelilingi satu berkas
sel otot. Di antara endomysium dan berkas serat otot, tersebar sel satelit yang berfungsi
untuk perbaikan jaringan otot yang rusak. Dalam bagian-bagian tertentu, seperti dalam
telapak tangan, fascia berbetuk sangat padat dan kuat. Sebagai contohnya adalah fascia
palmaris dan fascia plantaris.
3. Sarcolemma (Membran Sel/Serat Otot)
Sarcolemma merupakan unit struktural jaringan otot yang berdiameter sekitar 0,01-
0,1 mm dengan panjang sekitar 1-40 mm, melapisi suatu sel otot dan berfungsi sebagai
pelindung otot. Besar dan jumlah jaringannya terutama jaringan elastis, akan meningkat
sejalan dengan penambahan usia. Setiap satu serat otot, dilapisi oleh jaringan elastis yang
tipis, disebut dengan sarcolemma. Protoplasma serat otot yang berisi materi semicair
disebut dengan sarkoplasma. Di dalam matriks, serat otot terbenam unit fungsional otot
berdiameter 0,001 mm yang disebut dengan miofibril.
4. Miofibril
Miofibril merupakan serat-serat yang terdapat dalam otot. Di bawah mikroskop, dapat
terlihat miofibril tampak seperti pita gelap dan terang yang bersilangan. Pita gelap (thick
filament) dibentuk oleh myosin. Pita terang (thin filament) dibentuk oleh aktin, troponin
dan tropomiosin.
5. Miofilamen
Miofilamen merupakan benang-benang atau filamen halus yang berasal dari miofibril.
Miofilamen terbagi menjadi dua macam yaitu miofilamen homogeny yang terdapat pada
otot polos dan miofilamen heterogen yang terdapat pada otot jantung atau otot kardiak
dan pada otot lurik.
6. Sarkoplasma
Sarkoplasma merupakan cairan sel otot yang berfungsi untuk tempat dimana miofibril
dan miofilamen berada.

171
7. Rektikulum Sarkoplasma
Retikulum merupakan bagian padat dari fascia dalam dan berfungsi untuk
menambatkan tendon-tendon yang berjalan melalui pergelangan dan mata kaki masuk
kedalam tangan dan kaki. Tubulus-tubulus yang sejajar dengan miofibril, yang pada garis
Z dan Zona H bergabung untuk membentuk kantung (lateral sac) yang dekat dengan
sistem tubulus transversal (Tubulus T). Reticulum sarcoplasma berfungsi sebagai tempat
penyimpanan ion Ca2+. Tubulus T mencapai saluran untuk proses berpindahnya cairan
yang mengandung ion. Tubulus T dan retikulum sarkoplasma berperan dalam proses
metabolisme, eksitasi, dan kontraksi otot.

Gambar 7.26. Struktur Otot


Sumber: http://bit.ly/2evd4ng

172
G. MEKANISME KERJA OTOT
Otot manusia bekerja dengan cara berkontraksi sehingga otot dapat memendek, mengeras
dan bagian tengahnya dapat menggelembung atau membesar. Hal tersebut juga melibatkan
kerja saraf. Karena memendek, maka tulang yang dilekati oleh otot-otot tersebut akan
tertarik atau terangkat. Kontraksi satu macam otot hanya dapat menggerakkan tulang ke
satu arah tertentu. Kontraksi dapat berlangsung apabila terdapat rangsangan atau stimulus
baik oleh pengaruh saraf maupun oleh pengaruh yang lain. Kontraksi dapat terjadi karena
adanya energi kimia berupa ATP yang terbentuk pada sel otot. Kontraksi yang terjadi sangat
dipengaruhi oleh dua jenis protein yaitu aktin dan myosin. Interaksi dari kedua protein
tersebut kemudian menyebabkan terjadinya kontraksi pada otot. Agar tulang dapat kembali
ke posisi semula, maka otot tersebut harus mengadakan relaksasi dan tulang harus ditarik
kembali ke posisi semula. Agar dapat seperti itu, maka harus ada otot lain yang berkontraksi
sebagai kebalikan dari kerja otot pertama.

Gambar 7.27. Mekanisme Kerja Otot


Sumber: http://bit.ly/2u9jxaz

173
Jadi, untuk dapat menggerakkan tulang dari satu posisi ke posisi yang lain, kemudian
kembali ke posisi semula dibutuhkan paling sedikit dua macam otot dengan kerja yang
berbeda. Karena itulah, otot dikatakan sebagai bagian dari alat gerak aktif yang tidak dapat
bekerja sendiri-sendiri. Hal tersebut disebabkan apabila bagian otot satu bergerak, maka
bagian lain juga akan ikut terlibat. Otot-otot membentuk penempelan ke struktur lain dengan
tiga cara yaitu tendon menempelkan otot ke tulang, otot menempel secara langsung (tanpa
tendon) ke tulang atau jaringan lunak dan cara terakhir yaitu sebuah fasia yang rata
berbentuk seperti lembaran disebut aponeurosis yang dapat menghubungkan otot ke otot
atau otot ke tulang. Sistem otot memiliki kemampuan dengan karakteristik tersendiri yaitu
kontrakstibilitas, eksitabilitas, ekstensibilitas, dan elastisitas. Kontrakstibilitas merupakan
kemampuan otot untuk memendek atau berkontraksi, eksitabilitas yaitu merespon dengan
kuat jika distimulasi oleh impuls saraf, ekstensibilitas yaitu kemampuan untuk menegang
melebihi panjang otot saat rileks, dan elastisitas yaitu kemampuan kembali ke ukuran
semula setelah berkontraksi atau menegang.

H. KONTRAKSI OTOT
Pada umumnya, otot akan mulai berkontraksi apabila terkena suatu rangsangan. Adapun
kontraksi otot tersebut biasanya disebut dengan model pergeseran filamen (sliding filament
mode). Proses terjadinya kontraksi otot yaitu diawali dengan adanya implus saraf.
Kemudian, setelah asetil kolin ini membereskan ion-ion kalsium (Ca2) ke serabut otot.
Proses yang ketiga adalah ion kalsium akan bersenyawa dengan molekul, troponin, dan
tropomiosin yang akan menyebabkan adanya sisi aktif ada silamen yang tipis (aktin),
kemudian setelah itu, kepala miosin (filamen tebal) akan segera bergabung dengan fialmen
tipis tepat pada sisi aktif. Gabungan sisi aktif dengan kepala miosin tersebut disebut dengan
jembatan penyebrangan (cross bridges).
Setelah terbentuk jembatan penyebrangan tersebut, kemudian akan membebaskna
sejumlah energi dan akan mengirimkan energi tersebut ke arah filamen tipis. Proses itulah
yang menyebababkan filamen tipis tersebut mengerut. Secara keseluruhan, sarkomer akan
ikut mengerut yang mengakibatkan otot juga ikut berkerut. Kemudian kepala miosin
tersebut akan lepas dari filamen tipis, itulah yang membuat terjadinya kontraksi otot. Semua
peristiwa yang berlangsung tersebut disebut dengan model geseran filamen kontraksi otot.
Menurut model tersebut, filamen yang halus dan filamen yang kasar tidak akan mengalami
suatu perubahan ukuran dari panjangnya selama kontraksi otot berlangsung dalam tubuh.

174
Ketika bagian-bagian dari sel otot sedang dalam kondisi istirahat atau relaksasi, maka
tempat yang digunakan untuk mengikat miosin pada bagian filamen yang halus akan
dihambat oleh suatu protein regular bernama tropomiosin. Pada protein regulator lainnya
yaitu troponin yang bersifat komplek, akan melakukan pengontrolan di posisi tropomiosin
yang ada pada bagian filamen halus tersebut. Agar bagian sel pada otot dapat mengalami
kontraksi, maka tempat yang digunakan untuk proses pengikatan miosin di bagian aktin
harus terbuka. Tempat yang digunakan untuk proses pengikatan di aktin dapat terbuka saat
ion kalsium melakukan pengikatan troponin yang akan mengubah suatu interaksi diantara
bagian troponin juga trompomiosin.

Gambar 7.28. Kontraksi Otot


Sumber: http://bit.ly/2gldvwu

175
BAB VIII
SISTEM SARAF

Sistem saraf merupakan suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling
berhubungan satu dengan yang lainnya. Sistem saraf berfungsi untuk mengkoordinasi,
menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan lainnya. Sistem
tubuh yang penting ini juga berperan dalam mengatur berbagai aktivitas sistem-sistem tubuh
lainnya. Karena adanya pengaturan saraf tersebut, maka kemudian terjalin komunikasi antara
berbagai sistem tubuh sehingga menyebabkan tubuh berfungsi sebagai unit yang harmonis.
Dalam sistem inilah kemudian berasal segala fenomena kesadaran, pikiran, ingatan, bahasa,
sensasi juga gerakan. Jadi, kemampuan untuk dapat memahami, belajar dan memberi respon
terhadap suatu rangsangan adalah hasil kerja integrasi dari sistem saraf yang puncaknya dalam
bentuk kepribadian serta tingkah laku individu. Jaringan saraf terdiri Neuroglia dan Sel Schwan
atau sel-sel penyokong serta Neuron atau sel-sel saraf. Kedua jenis sel tersebut berhubungan
erat dan terintegrasi satu sama lainnya sehingga bersama-sama berfungsi sebagai satu unit.
Sebagai alat pengatur dan pengendali alat-alat dalam tubuh, maka sistem saraf memiliki tiga
fungsi utama, yang pertama yaitu sebagai alat komunikasi antara tubuh dengan dunia luar, hal
tersebut dilakukan oleh alat indera, yang meliputi mata, hidung, telinga, kulit dan lidah. Dengan
adanya alat-alat tersebut, maka tubuh akan dengan mudah mengetahui adanya perubahan yang
terjadi disekitarnya. Fungsi kedua yaitu sebagai pengendali atau pengatur kerja alat-alat tubuh,
sehingga kemudian dapat bekerja serasi sesuai dengan fungsinya. Dengan pengaturan yang
dilakukan oleh saraf, semua organ tubuh akan bekerja dengan kecepatan dan ritme kerja yang
akurat. Fungsi yang ketiga yaitu saraf sebagai pusat pengendali atau reaksi tubuh terhadap
perubahan atau reaksi tubuh terhadap perubahan keadaan sekitar. Karena saraf berfungsi
sebagai pengendali atau pengatur kerja seluruh alat tubuh, maka jaringan saraf terdapat pada
seluruh pada seluruh alat-alat tubuh.

176
A. BAGIAN-BAGIAN SISTEM SARAF
1. Neuron
Neuron merupakan unit fungsional sistem saraf yang terdiri dari badan sel dan
perpanjangan sitoplasma.
a. Badan Sel atau Perikarion
Badan sel merupakan suatu bagian pada neuron yang dapat mengendalikan
metabolisme dari keseluruhan neuron. Bagian ini tersusun atas beberapa komponen
berikut:
1) Satu nukleus tunggal, berupa nucleolus yang menanjol dan organel lain seperti
kompleks golgi dan mitochondria, tetapi nucleus ini tidak mempunyai sentriol dan
tidak dapat bereplikasi.
2) Badan nissi, yaitu terdiri dari reticulum endoplasma kasar dan ribosom-ribosom
bebas yang berperan dalam sintesis protein.
3) Neurofibril, yaitu neurofilamen dan neurotubulus yang dapat dilihat menggunakan
mikroskop cahaya apabila diberi pewarnaan dengan perak.
b. Dendrit
Dendrit merupakan perpanjangan sitoplasma yang biasanya berganda dan pendek
dan berfungsi untuk menghantar impuls ke sel tubuh.
c. Akson
Akson merupakan suatu prosesus tunggal yang bentuknya lebih tipis dan lebih
panjang dari dendrit. Bagian ini berfungsi untuk menghantar impuls menjauhi badan
sel ke neuron lain, ke sel lain (sel otot atau kelenjar) atau ke badan sel neuron yang
menjadi asal akson.
Apabila dilihat berdasarkan fungsi dan arah transmisi impulsnya, maka neuron dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, diantaranya yaitu:
a. Neuron Sensorik (Aferen), yaitu neuron yang berfungsi untuknmenghantarkan impuls
listrik dari reseptor pada kulit, organ indera atau suatu organ internal ke SSP (Sistem
Saraf Pusat).
b. Neuron Motorik, yaitu neuron yang berfungsi untuk menyampaikan impuls dari SSP
(Sistem Saraf Pusat) ke efektor.
c. Neuron Konektor, yaitu neuron yang ditemukan seluruhnya dalam SSP (Sistem Saraf
Pusat. Neuron ini berfungsi untuk menghubungkan neuron sensorik dan motorik atau
menyampaikan informasi ke interneuron lain.

177
Gambar 8.1. Struktur Neuron
Sumber: http://bit.ly/2exdvmm

Selain berdasarkan fungsinya, neuron juga dapat dibagi berdasarkan bentuknya yang
diklasifikasikan menjadi beberapa jenis diantaranya adalah:
a. Neuron Unipolar, merupakan neuron yang hanya memiliki satu serabut yang dibagi
menjadi satu cabang sentral yang berfungsi sebagai satu akson dan satu cabang perifer
yang berguna sebagai satu dendrit. Jenis neuron ini adalah neuron-neuron sensorik
saraf perifer, contohnya seperti sel-sel ganglion cerebrospinalis.
b. Neuron Bipolar, merupakan neuron yang memiliki dua serabut, satu dendrit dan satu
akson. Jenis ini adalah jenis yang banyak ditemukan pada epitel olfaktorius dalam
retina mata dan dalam telinga dalam.
c. Neuron Multipolar, merupakan neuron yang mempunyai banyak dendrit dan satu
akson. Jenis neuron ini adalah yang paling sering ditemukan pada sistem saraf sentral
seperti sel saraf motoris pada cornu anterior dan lateralis medulla spinalis, juga sel-
sel ganglion otonom.

178
2. Sel Neuroglia
Neuroglia mengandung berbagai macam sel yang secara keseluruhan berfungsi untuk
menyokong, melindungi, dan menjadi sumber nutrisi sel saraf pada otak dan medulla
spinalis. Sedangkan sel Schwann, yaitu sebagai pelindung dan penyokong neuron-neuron
di luar sistem saraf pusat. Jumlah dari neuroglia lebih banyak dari sel-sel neuron dengan
perbandingan sekitar sepuluh berbanding satu. Ada empat jenis sel neuroglia yang
berhasil dindentifikasi yaitu astrosit, oligodendrosit, mikroglia, dan sel ependimal.

Gambar 8.2. Struktur Neuroglia


Sumber: http://bit.ly/2echfnb

a. Astrosit
Astrosit adalah sel berbentuk bintang yang mempunyai sejumlah prosesus panjang,
sebagian besar melekat pada dinding kapilar darah melalui pedikel atau kaki vascular.
Astrosit berfungsi sebagai sel pemberi makan bagi neuron yang halus. Badan sel
astroglia memiliki bentuk seperti bintang dengan banyak tonjolan dan kebanyakan
berakhir pada pembuluh darah sebagai kaki perivaskular. Bagian ini juga yang
membentuk dinding perintang antara aliran kapiler darah dengan neuron, sekaligus
yang mengadakan pertukaran zat diantara keduanya.
Dengan kata lain, neuroglia berfungsi untuk membantu neuron mempertahankan
potensial bioelektris yang sesuai untuk konduksi impuls dan transmisi sinaptik.
Dengan cara ini pula, sel-sel saraf dapat terlindungi dari substansi yang berbahaya
yang mungkin saja terlarut dalam darah. Tetapi, fungsi neuroglia sebagai sawar darah
otak tersebut masih membutuhkan pemastian lebih lanjut, karena diduga celah
endothel kapiler darahlah yang lebih berperan sebagai sawar darah otak.

179
b. Oligodendrosit
Oligodendrosit merupakan sel neuroglia yang menyerupai astrosit, tetapi badan
selnya kecil dan jumlah prosesusnya lebih sedikit dan lebih pendek. Sel ini adalah sel
glia yang bertanggung jawab dalam menghasilkan myelin dalam susunan saraf pusat.
Sel ini memiliki lapisan dengan subtansi lemak yang mengelilingi penonjolan atau
sepanjang sel saraf sehingga terbentuk selubung myelin.
c. Mikroglia
Mikroglia ditemukan berada dekat neuron dan pembuluh darah, serta dipercaya
memiliki peran fagositik. Sel jenis ini dapat ditemukan pada seluruh sistem saraf pusat
dan dianggap berperan penting dalam proses melawan infeksi.

Gambar 8.3. Sirkulasi Mikroglia


Sumber: http://bit.ly/2tiasbn

d. Sel ependimal
Sel ependimal membentuk membran spitelial yang melapisi rongga serebral dan
ronggal medulla spinalis. Sel ini merupakan neuroglia yang berfungsi membatasi
sistem ventrikel sistem saraf pusat. Sel-sel inilah yang merupakan epithel dari Plexus
Coroideus ventrikel otak.

180
Gambar 8.4. Mekanisme Saraf Diam
Sumber: http://bit.ly/2ss64rh

3. Selaput Myelin
Selaput myelin merupakan suatu kompleks protein lemak berwarna putih yang
mengisolasi tonjolan saraf. Myelin menghalangi aliran natrium dan kalium yang
melintasi membran neuronal dengan cara yang hampir sempurna. Selubung myelin tidak
kontinu di sepanjang tonjolan saraf, terdapat beberapa celah yang tidak memiliki myelin
yang dinamakan dengan nodus ranvier. Bagian tonjolan saraf pada sumsum saraf pusat
dan tepi dapat bermyelin atau kadang tidak bermyelin. Serabut saraf yang memiliki
selubung myelin dinamakan dengan serabut myelin dan dalam sistem saraf pusat
dinamakan massa putih atau substansia Alba. Serabut-serabut yang tak bermielin tersebut
terdapat pada massa kelabu atau subtansia Grise).
Myelin berfungsi dalam mempercepat penjalaran impuls dari transmisi di sepanjang
serabut yang tak bermyelin karena impuls tersebut berjalan dengan cara melompat dari
nodus ke nodus lain di sepanjang selubung myelin. Cara transmisi seperti itu dinamakan
dengan konduksi saltatorik. Hal terpenting dalam peran myelin pada proses transmisi di
serabut saraf dapat terlihat dengan mengamati hal yang terjadi apabila tidak lagi terdapat
myelin disana. Pada orang-orang dengan Multiple Sclerosis, lapisan myelin yang
mengelilingi serabut saraf tersebut hilang, sehingga orang tersebut mulai kehilangan

181
kemampuan untuk mengontrol otot-otonya dan akhirnya menjadi tidak mampu sama
sekali.

Gambar 8.5. Selaput Myelin


Sumber: http://bit.ly/2btakvt

4. Neurotransmitter
Neurotransmitter merupakan zat kimia yang disintesis dalam neuron kemudian
disimpan dalam gelembung sinaptik pada ujung akson. Zat kimia tersebut dilepaskan dari
ujung akson terminal juga direabsorpsi untuk daur ulang. Neurotransmitter adalah cara
berkomunikasi antar neuron, yaitu setiap neuron akan melepaskan satu transmitter.

Gambar 8.6. Neurotransmitter


Sumber: http://bit.ly/2bshcba

182
Zat-zat kimia tersebut yang menyebabkan terjadinya perubahan permeabilitas sel neuron,
sehingga neuron menjadi kurang dapat menyalurkan impuls. Diketahui bahwa terdapat
sekitar 30 macam neurotransmitter, diantaranya adalah Norephinephrin, Acetylcholin,
Dopamin, Serotonin, Asam Gama-Aminobutirat (GABA) dan Glisin.
5. Synaps
Synaps adalah tempat neuron mengadakan kontak dengan neuron lain atau dengan
organ-organ efektor, dan menjadi satu-satunya tempat dimana suatu impuls dapat lewat
dari suatu neuron ke neuron lainnya atau efektor. Ruang antara satu neuron dan neuron
lainnya dikenal dengan celah sinaptik (Synaptic Cleft). Neuron yang berfungsi untuk
menghantarkan impuls saraf menuju sinaps disebut dengan neuron prasinaptik dan
neuron yang membawa impuls dari sinaps disebut dengan neuron postsinaptik.

Gambar 8.7. Synaps


Sumber: http://bit.ly/2socrql

Sinaps juga sangat rentan terhadap berbagai jenis perubahan kondisi fisiologis yang
terjadi, misalnya diakibatkan oleh beberapa faktor berikut:
a. Alkalosis, yaitu kondisi PH berada diatas angka normal yaitu 7,4 yang memungkina
terjadinya peningkatan eksitabilitas neuronal. Pada PH 7,8, maka konvulsi dapat
terjadi karena neuron sangat mudah tereksitasi sehingga dapat memicu output secara
spontan.

183
b. Asidosis, yaitu kondidi nilai PH dibawah PH normal 7,4 sehingga mengakibatkan
penurunan yang sangat besar pada output neuronal. Penurunan hingga angka 7,0 akan
dapat mengakibatkan koma.
c. Anoksia, atau biasa yang disebut dengan deprivasi oksigen, yang dapat
mengakibatkan penurunan eksitabilitas neuronal hanya dalam beberapa detik.
d. Obat-obatan, dapat menyebabkan peningkatan atau penurunan eksitabilitas neuronal.
Contohnya adlaah kafein yang dapat menurunkan ambang untuk mentransmisi dan
mempermudah aliran impuls. Selain itu, anestetik lokal seperti novokalin dan prokain
yang dapat membekukan suatu area sehingga dapat meningkatkan ambang membran
untuk eksitasi ujung saraf. Contoh lain adalah anastetik umum yang dapat
menurunkan aktivasi neuronal di seluruh tubuh.

B. IMPULS SARAF
Impuls yang telah diterima oleh reseptor kemudian disampaikan ke efektor akan
menyebabkan terjadinya gerakan atau perubahan pada efektor. Gerakan tersebut dapat
berupa gerak sadar atau gerak refleks. Gerak sadar atau gerak biasa adalah gerak yang terjadi
karena disengaja atau disadari. Impuls yang menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui
proses dan jalan yang panjang, yaitu impuls ke reseptor, kemudian ke saraf sensorik,
berlanjut ke otak, lalu ke saraf motorik, dan terakhir ke afektor (otot). Sedangkan gerak
refleks yaitu gerak yang tidak disengaja atau tidak disadari. Impuls yang menyebabkan
gerakan ini disampaikan melalui jalan yang singkat dan tidak melewati otak. Salah satu
contoh gerakan refleks adalah terangkatnya kaki jika menginjak sesuatu tanpa sengaja,
gerakan menutup kelopak mata dengan cepat saat ada benda asing yang masuk ke mata atau
gerakan menutup hidung pada waktu mencium bau yang sangat busuk.
1. Potensial Istirahat
Potensial istirahat merupakan sel saraf yang sedang beristirahat. Sepeti halnya sel lain
dalam tubuh, potensial istirahat ini berfungsi untuk mempertahankan perbedaan potensial
listrik (voltase) pada membran sel diantara bagian dalam sel dan cairan ektraseluler di
sekeliling sel. Voltase dari suatu sel relatif berkisar antara -50 mV sampai -80 mV
terhadap voltase luar. Nilai tersebut bergantung pada kondisi neuron dan ektraseluler
yang mengelilingi sel. Membran sel yang dalam keadaan istirahat akan dianggap
bermuatan listrik atau terpolarisasi. Keadaan ini dapat dibuktikan dengan menempatkan
elektroda menit di dalam sel dan di luar membran. Proses polarisasi atau potensial
istirahat disebabkan oleh konsentrasi ion Natrium dan Kalium yang tidak seimbang di

184
dalam dan di luar sel, serta adanya perbedaan permebilitas membran terhadap ion inti
dan ion lain. Membran neuron sangat permeabel terhadap ion K+ dan Cl- serta relatif
impermiabel terhadap ion Na. Membran ini juga impermiabel terhadap molekul protein
intraseluler besar yang bermuatan negatif. Konsentrasi ion K+ di dalam membran sel
lebih tinggi daripada diluar membran sel, sedangkan konsentrasi ion Na yang berada
diluar membran sel lebih tinggi daripada didalam sel. Karena tingkat permeabilitas
membran terhadap ion K sekitar 75 kali lebih besar daripada ion Na, maka proses difusi
ion K keluar dari sel lebih cepat dibandingkan ion Na ke dalam sel. Saat ion K bermuatan
positif keluar dari sel, maka ion tersebut akan meninggalkan molekul protein bermuatan
negatif yang terlalu besar untuk dapat berdifusi melalui membran. Hal tersebut dapat
mengakibatkan bagian dalam sel mengalami elektronegativitas. Difusi dan transport aktif
bertanggung jawab untuk proses pergerakan ion melewati membran plasma
2. Potensial Aksi
Apabila serabut saraf cukup terstimulasi, maka gerbang Na+ dapat terbuka. Ion
Natrium yang bermuatan positif akan bergerak kedalam sel, kemudian mengubah
potensial istirahat (polarisasi) menjadi potensial aksi (depolarisasi) yang ditunjukkan
dengan pergeseran diferensial dari -65mV ke puncak listrik (potensial puncak) yang
hampir mencapai +40 mV. Depolarisasi juga dapat menyebabkan terbukanya lebih
banyak gerbang natrium, yang kemudian dapat mempercepat respon dalam siklus umpan
balik positif. Potensial aksi yang terjadi sangat singkat, hanya bertahan kurang dari
seperseribu detik. Gerbang Natrium kemudian akan menutup, mengehentikan aliran
deras ion Na+, Gerbang Kalium akan yang akan membuka dan menyebabkan ion K+
mengalir keluar sel dengan deras.
Adapun repolarisasi atau polarisasi balik adalah proses pemulihan daya potensial
untuk kembali pada keadaan istirahat. Pompa natrium-kalium dapat membantu
pengembalian gradient konsentrasi ion asal yang melewati membran sel. Pompa yang
dijalankan dengan energi tersebut akan menghancurkan kelebihan ion Na yang
memasuki sel kemudian mengembalikan ion K yang telah berdifusi keluar sel.

185
Gambar 8.8. Mekanisme Penghantaran Impuls
Sumber: http://bit.ly/2xpiljj

3. Perambatan Impuls Saraf


Setelah terjadi inisiasi, potensial aksi akan menjalar di sepanjang serabut saraf dengan
kecepatan dan amplitude yang tetap. Arus listrik lokal kemudian akan menyebar ke area
membran yang berdekatan. Hal tersebut daoat menyebabkan gerbang natrium membuka
dan mengakibatkan gelombang depolarisasi menjalar di sepanjang saraf. Dengan cara
ini, sinyal atau impuls saraf kemudian ditransmisi dari satu sisi ke dalam sistem saraf sisi
yang lain.

C. SARAF PUSAT MANUSIA


Sistem saraf pusat merupakan pusat dari seluruh kendali dan regulasi pada tubuh, baik
gerakan sadar maupun gerakan otonom. Dua organ utama yang menjadi penggerak dari
sistem saraf pusat adalah otak dan sumsum tulang belakang. Otak manusia adalah organ
vital yang harus dilindungi oleh tulang tengkorak. Sedangkan sumsum tulang belakang
dilindungi oleh ruas-ruas tulang belakang. Otak dan sumsum tulang belakang sama-sama
dilindungi oleh suatu membran yang berfungsi untuk melindungi keduanya. Membran
pelindung tersebut disebut dengan meninges. Meninges jika dilihat dari dalam keluar, maka
terdiri atas tiga bagian, yaitu piameter, arachnoid, dan durameter. Cairan tersebut berfungsi
untuk melindungi otak atau sumsum tulang belakang dari goncangan dan benturan. Piamater

186
merupakan selaput paling dalam yang menyelimuti sistem saraf pusat, dan banyak sekali
mengandung pembuluh darah. Arakhnoid merupakan lapisan yang berupa selaput tipis,
berada di antara piamater dan duramater. Adapun Duramater, merupakan lapisan paling luar
yang terhubung dengan tengkorak. Daerah di antara piamater dan arakhnoid diisi oleh cairan
yang disebut cairan dengan serebrospinal. Dengan adanya lapisan tersebut, otak akan lebih
tahan terhadap goncangan dan benturan dengan kranium. Seseorang dapat mengalami
infeksi pada lapisan meninges, baik pada cairannya ataupun lapisannya yang disebut dengan
meningitis.
1. Otak
Otak adalah organ yang telah terspesialisasi sangat kompleks. Berat total otak dewasa
yaitu sekitar 2% dari total berat badannya atau sekitar 1,4 kilogram dan memiliki sekitar
12 miliar neuron. Pengolahan informasi di otak dilakukan pada bagian-bagian khusus
yang sesuai dengan area penerjemahan neuron sensorik. Permukaan otak tidak rata, tetapi
berlekuk-lekuk berfungsi sebagai pengembangan neuron yang berada didalamnya.
Semakin berkembang otak seseorang, maka akan semakin banyak lekukannya. Lekukan
yang berarah ke dalam atau lembah disebut dengan sulkus dan lekukan yang berarah ke
atas atau gunungan dinamakan dengan girus.

Gambar 8.9. Struktur Otak


Sumber: http://bit.ly/2tlgoig

187
Otak akan mendapatkan impuls dari sumsum tulang belakang dan 12 pasang saraf
kranial. Setiap saraf tersebut kemudian bermuara di bagian otak yang khusus. Otak
manusia terdiri dari tiga bagian utama, yaitu otak depan, otak tengah, dan otak belakang.
Para ahli meyakini bahwa dalam perkembangannya, otak vertebrata terbagi menjadi tiga
bagian yang memiliki fungsi yang khas. Otak belakang berfungsi untuk menjaga tingkah
laku, otak tengah berfungsi dalam penglihatan, dan otak depan berfungsi dalam hal
penciuman.
a. Otak Depan
Otak depan terdiri dari otak besar (cerebrum), talamus, dan hipotalamus. Beberapa
bagian dari hemisfer memiliki tugas yang berbeda terhadap informasi yang masuk.
Bagian-bagian tersebut yaitu temporal yang berperan dalam mengolah informasi
suara, oksipital yang berhubungan dengan pengolahan impuls cahaya dari
penglihatan, parietal yang merupakan pusat pengaturan impuls dari kulit serta
berhubungan dengan pengenalan posisi tubuh serta frontal yang merupakan bagian
yang penting dalam proses ingatan dan perencanaan kegiatan manusia.
1) Otak Besar
Otak besar merupakan bagian terbesar dari otak, yaitu sebesar 85% dari volume
seluruh bagian otak. Bagian tertentu pada otak besar adalah bagian paling penting
dalam penerjemahan informasi yang diterima dari mata, hidung, telinga, dan
bagian tubuh lainnya. Bagian otak besar terdiri atas dua belahan atu hemisfer, yaitu
belahan otak kiri dan otak kanan. Setiap belahan akan mengatur kerja organ tubuh
yang berbeda-beda. Otak kanan sangat berpengaruh terhadap kerja organ tubuh
pada bagian kiri, serta bekerja lebih aktif dalam pengerjaan masalah yang berkaitan
dengan seni atau kreativitas. Bagian otak kiri mempengaruhi kerja organ tubuh
bagian kanan dan bekerja aktif pada saat berpikir logika dan penguasaan bahasa
atau komunikasi. Di antara bagian kiri dan kanan hemisfer otak, terdapat jembatan
jaringan saraf yang menjadi penghubung, disebut dengan corpus callosum.
2) Talamus
Talamus merupakan bagian otak yang mengandung badan sel neuron yang
melanjutkan informasi menuju otak besar. Talamus bertugas untuk memilih data
menjadi beberapa kategori, contohnya semua sinyal sentuhan dari tangan. Talamus
juga mampu menekan suatu sinyal dan memperbesar sinyal lainnya. Setelah itu
talamus dapat menghantarkan informasi menuju bagian otak yang sesuai untuk
diterjemahkan dan ditanggapi.

188
3) Hipotalamus
Hipotalamus merupakan bagian otak yang mengontrol kelenjar hipofisis dan
mengekspresikan berbagai macam hormon. Hipotalamus juga menjadi pengontrol
suhu tubuh, tekanan darah, rasa lapar, rasa haus, dan hasrat seksual. Hipotalamus
dapat disebut sebagai pusat kecanduan karena dapat dipengaruhi oleh obat-obatan
yang menimbulkan kecanduan, seperti amphetamin dan kokain. Pada bagian lain
hipotalamus, terdapat beberapa kumpulan sel neuron yang berfungsi sebagai jam
biologis. Jam biologis berfungsi untuk menjaga ritme tubuh harian, seperti siklus
tidur dan bangun tidur. Di bagian permukaan otak besar, terdapat bagian yang
disebut dengan telensefalon serta diensefalon. Pada bagian diensefalon, terdapat
banyak sumber kelenjar yang bertugas menyekresikan hormon, seperti hipotalamus
dan kelenjar pituitari (hipofisis). Bagian telensefalon adalah bagian luar yang
mudah kita amati dari model torso.
b. Otak Tengah
Otak tengah adalah bagian terkecil otak yang berfungsi dalam proses sinkronisasi
pergerakan kecil, pusat relaksasi dan motorik, serta pusat pengaturan refleks pupil
pada mata. Otak tengah berada di permukaan bawah otak besar (cerebrum). Pada otak
tengah, terdapat lobus opticus yang berfungsi untuk mengatur gerak bola mata. Pada
bagian otak tengah, banyak diproduksi neurotransmitter yang dapat mengontrol
pergerakan lembut. Sebagai pusat relaksasi, bagian otak tengah menghasilkan banyak
neurotransmitter dopamin. Apabila terjadi kerusakan pada bagian ini, biasanya orang
akan mengalami penyakit parkinson.
c. Otak Belakang
Otak belakang terdiri dari otak kecil (cerebellum), medula oblongata, dan pons
varoli. Otak kecil berperan penting dalam ha lkeseimbangan tubuh dan koordinasi
gerakan otot. Otak kecil akan mengintegrasikan impuls saraf yang diterimanya dari
sistem gerak sehingga berperan penting untuk membantu menjaga keseimbangan
tubuh pada saat beraktivitas. Kerja otak kecil berhubungan erat dengan sistem
keseimbangan lainnya, seperti proprioreseptor dan saluran keseimbangan pada telinga
yang menjaga keseimbangan posisi tubuh. Informasi dari otot bagian kiri dan bagian
kanan tubuh yang diolah di bagian otak besar kemudian diterima oleh otak kecil
melalui jaringan saraf yang disebut dengan pons varoli. Di bagian otak kecil, terdapat
saluran yang menghubungkan antara otak dengan sumsum tulang belakang yang
disebut medula oblongata. Medula oblongata juga berperan dalam mengatur

189
pernapasan, denyut jantung, pelebaran serta penyempitan pembuluh darah, gerak
menelan, dan batuk. Batas antara medula oblongata dengan sumsum tulang belakang
tidak terlihat jelas. Oleh karena itu, medula oblongata sering disebut juga sebagai
sumsum lanjutan. Pons varoli dan medula oblongata, selain berfungsi sebagai
pengatur sistem sirkulasi, kecepatan detak jantung, dan pencernaan, juga berperan
dalam pengaturan pernapasan. Bahkan, apabila otak besar dan otak kecil seseorang
rusak, maka ia masih dapat hidup karena detak jantung dan pernapasannya yang masih
normal. Hal tersebut dikarenakan fungsi dari medula oblongata yang masih baik.
Peristiwa tersebut biasa terjadi pada seseorang yang mengalami koma
berkepanjangan. Bersama otak tengah, pons varoli dan medula oblongata akan
membentuk unit fungsional yang disebut dengan batang otak (brainstem).
2. Medulla Spinalis
Sumsum tulang belakang atau medulla spinalis adalah perpanjangan dari sistem saraf
pusat. Seperti halnya dengan sistem saraf pusat yang dilindungi oleh tengkorak kepala
yang keras, sumsum tulang belakang juga dilindungi oleh ruas-ruas tulang belakang.
Sumsum tulang belakang berbentuk memanjang dari pangkal leher, hingga ke
selangkangan. Apabila sumsum tulang belakang ini mengalami cidera ditempat tertentu,
maka kemungkinan akan mempengaruhi sistem saraf yang ada disekitarnya, bahkan
dapat menyebabkan kelumpuhan di area bagian bawah tubuh, seperti anggota gerak
bawah (kaki).

Gambar 8.10. Medulla Spinalis


Sumber: http://bit.ly/2nyjdy8

190
Secara anatomis, sumsum tulang belakang adalah kumpulan sistem saraf yang
dilindungi oleh ruas-ruas tulang belakang. Sumsum tulang belakang ini merupakan
kumpulan sistem saraf dari dan ke otak. Secara rinci, ruas-ruas tulang belakang yang
melindungi sumsum tulang belakang ini yaitu terdiri dari 31 pasang saraf spinalis yang
terdiri dari 7 pasang dari segmen servikal, 12 pasang dari segmen thorakal, 5 pasang dari
segmen lumbalis, 5 pasang dari segmen sacralis dan 1 pasang dari segmen koxigeus.

D. SARAF TEPI
Susunan saraf tepi terdiri dari serabut saraf otak dan serabut saraf sumsum tulang
belakang atau spinal. Serabut saraf sumsum dari otak, akan keluar dari otak sedangkan
serabut saraf sumsum tulang belakang akan keluar dari sela-sela ruas tulang belakang.
Setiap pasang serabut saraf otak akan menuju ke alat tubuh atau otot, seperti ke hidung,
mata, telinga, dan lain sebagainya. Sistem saraf tepi terdiri dari serabut saraf sensorik dan
motorik yang membawa impuls saraf menuju ke dan dari sistem saraf pusat. Berdasarakn
cara kerjanya, sistem saraf tepi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu sistem saraf sadar dan
sistem saraf tak sadar.
1. Sistem Saraf Sadar
Sistem saraf sadar merupakan sistem saraf yang bekerja atas dasar kesadaran dan
kemauan kita. Ketika kita makan, menulis, berbicara, maka saraf inilah yang
mengkoordinirnya. Saraf ini meneruskan impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat,
kemudian meneruskan impuls dari sistem saraf pusat ke semua otot kerangka tubuh.
Sistem saraf sadar terdiri dari 12 pasang saraf kranial, yang keluar dari otak dan 31
pasang saraf spinal yang keluar dari sumsum tulang belakang. Saraf-saraf spinal tersebut
terdiri dari gabungan saraf sensorik dan motorik. Dua belas pasang saraf kranial tersebut
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Saraf olfaktori, saraf optik, dan saraf auditori, yang merupakan saraf sensori.
b. Saraf okulomotori, troklear, abdusen, spinal, hipoglosal, yang merupakan saraf
motorik.
c. Saraf trigeminal, fasial, glossofaringeal, dan vagus, yang merupakan saraf gabungan
dari saraf sensorik dan motorik.

191
Gambar 8.11. Saraf Sadar
Sumber: http://bit.ly/2szqlzg

2. Sistem Saraf Tak Sadar (Otonom)


Sistem saraf tak sadar atau otonom bekerja tanpa disadari, secara otomatis, dan tidak
di bawah kehendak saraf pusat. Contoh dari gerakan tersebut seperti denyut jantung,
perubahan pupil mata, gerak alat pencernaan, pengeluaran keringat, dan lain sebagainya.
Kerja saraf otonom biasanya dipengaruhi oleh hipotalamus di otak. Apabila hipotalamus
mendapat rangsangan, maka akan berpengaruh terhadap gerak otonom Sistem saraf
otonom dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu saraf simpatik dan saraf parasimpatik.
a. Saraf Simpatik
Saraf ini berada di depan ruas tulang belakang. Fungsi utama dari saraf ini dalah
untuk memacu kerja organ tubuh, walaupun ada beberapa yang malah menghambat
kerja organ tubuh. Fungsi memacu, diantaranya seperti mempercepat detak jantung,
memperbesar pupil mata, memperbesar bronkus. Adapun fungsi yang menghambat,
diantaranya seperti memperlambat kerja alat pencernaan, menghambat ereksi, dan
menghambat kontraksi kantung seni.

192
Gambar 8.11. Saraf Tak Sadar
Sumber: http://bit.ly/2imcnlc

b. Sistem Saraf Parasimpatik


Saraf parasimpatik ini memiliki fungsi kerja yang berlawanan apabila dibandingkan
dengan saraf simpatik. Saraf parasimpatik memiliki fungsi utama diantaranya yaitu
menghambat detak jantung, memperkecil pupil mata, memperkecil bronkus,
mempercepat kerja alat pencernaan, merangsang ereksi, dan mepercepat kontraksi
kantung seni. Karena cara kerja kedua saraf itu berlawanan, maka kemudian
mengakibatkan keadaan yang normal pada tubuh manusia.

193
BAB IX
SISTEM ENDOKRIN

A. SISTEM ENDOKRIN PADA MANUSIA


Dalam tubuh manusia terdapat kelenjar, enzim juga beberapa bagian penting lain yang
dapat mempengaruhi kestabilan tubuh. Salah satu kelenjar yang mempunyai pengaruh
dalam tubuh adalah kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin merupakan kelenjar yang tersusun
atas susunan sel mikro yang sangat sederhana yang terdiri dari jaringan ikat halus yang
mengandung pembuluh kapiler. Sistem endokrin pada manusia merupakan sistem yang
mengatur serta menghasilkan hormon-hormon yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Sistem
endokrin pada manusia mempunyai hubungan yang erat dengan sistem saraf pada manusia,
kedua sistem tersebut berfungsi untuk mengontrol serta saling memadukan satu sama lain.
Selain itu, kedua sistem tesebut juga bertugas untuk menjaga homeostatis dalam tubuh.
Walaupun kedua sistem itu saling memberikan pengaruh, tetapi mereka memiliki
karakteristik yang berbeda. Dalam tubuh kita, terdapat banyak kelenjar, yang beberapa di
antaranya memiliki fungsi untuk mendoktrin. Beberapa kelenjar tersebut di antaranya
adalah kelenjar hipofisis, kelenjar tiroid, kelenjar timus, kelenjar paratiroid dan kelenjar
adrenal suprenalis. Secara keseluruhan, masing-masing kelenjar yang ada dalam tubuh
memiliki fungsi yang berbeda-beda, bergantung dari mana kelenjar tersebut dihasilkan.
Secara umum, fungsi dari kelenjar endokrin di antaranya adalah sebagai penghasil hormon,
mengontrol dan merangsang aktivitas, berperan dalam pertumbuhan jaringan, mengatur
metabolisme, serta mempengaruhi proses metabolisme zat. Kelenjar endokrin bertugas
untuk menghasilkan berbagai macam hormon yang kemudian akan disalurkan ke darah jika
diperlukan oleh jaringan tubuh tertentu.
Kelenjar endoktrin juga bertugas untuk mengontrol aktivitas dari kelenjar tubuh agar
dapat berfungsi dengan normal dan maksimal. Selain mengontrol, kelenjar ini juga
berfungsi unuk merangsang aktivitas kelenjar tubuh untuk kemudian disampaikan ke sistem
saraf dan menciptakan suatu efek dari rangsangan tersebut. Kelenjar endoktrin juga berperan
dalam mempengaruhi pertumbuhan jaringan pada manusia agar jaringan tersebut berfungsi
maksimal. Pengaturan metabolisme dalam tubuh, sistem oksidasi tubuh, peningkatan
absorpsi glukosa dalam tubuh dan pada usus halus juga menjadi tugas dari kelenjar
endokrin. Tugas terakhir dari kelenjar endokrin dalah berperan dalam metabolisme zat, yaitu

194
untuk mempengaruhi fungsi metabolisme lemak, vitamin, metabolisme protein, mineral, air
dan hidrat arang dalam tubuh agar dapat optimal.

Gambar 9.1. Sistem Endokrin Manusia


Sumber: http://bit.ly/2h1kjpf

B. KELENJAR HIPOFISIS
Kelenjar hipofisis pada manusia merupakan kelenjar endokrin yang berukuran sebesar
kacang dengan berat sekitar 0,5 gram, terletak di bagian bawah tengkorak dan terjepit di
antara saraf optik. Kelenjar hipofisis disebut juga sebaga kelenjar pituitari yang befungsi
untuk mensekresi hormon. Hormon merupakan bahan kimia yang berjalan melalui aliran
darah. Kelenjar pituitari saat ini disebut sebagai master kelenjar dari sistem endokrin.
Penamaan master kelenjar disbabkan karena kelenjar hiposis bertugas untuk mengontrol
fungsi kelenjar endokrin lainnya, seperti suhu, aktivitas tiroid, pertumbuhan selama masa
awal kelahiran, produksi urin, produksi testosteron pada laki-laki dan memproduksi ovulasi
serta estrogen pada wanita.

195
Pituitari secara fungsional dihubungkan ke hipotalamus yaitu bagian dari otak yang
memiliki sejumlah inti kecil dengan berbagai macam fungsi. Hipofisis fossa, tempat
kelenjar hipofisis berada, terletak di tulang sphenoid yaitu tulang berpasangan yang terletak
di dasar otak. Kelenjar pituitari dapat mensekresi sembilan hormon yang mengatur
homeostasis, baik terbuka maupun tertutup, yang mengatur lingkungan internal dan
cenderung mempertahankan kondisi konstan dan stabil. Kelenjar pituitari sangat penting
karena bertugas untuk menyampaikan pesan dari otak dan memanfaatkan pesan-pesan ini
untuk memproduksi hormon yang mempengaruhi berbagai bagian tubuh kemudian
mengaktifkan semua kelenjar hormon lain untuk menghasilkan hormon mereka sendiri.
Itulah beberapa alasan mengapa kelenjar hipofisis disebut dengan master gland. Kelenjar
pituitari memiliki tiga bagian yaitu lobus anterior, lobus intermedia, dan lobus posterior.

Gambar 9.2. Kelenjar Hipofisis


Sumber: http://bit.ly/2tcwenr

1. Lobus Anterior
Hipofisis Anterior atau bagian depan berfungsi untuk menghasilkan hormon yang
mempengaruhi payudara, adrenal, tiroid, ovarium dan testis, juga beberapa hormon
lainnya. Hipofisis anterior menerima sinyal yang dari neuron parvoselular pada otak.
Hipofisis anterior akan mensintesis serta mengeluarkan hormon endokrin penting,
seperti:

196
Gambar 9.3. Lobus Anterior
Sumber: http://bit.ly/2sxraxz

a. Hormon Adrenokortikotropik (ACTH), yaitu hormon untuk mengaktifkan kelenjar


adrenal. Kortisol, yang disebut dengan hormon stres yang sangat penting untuk
kelangsungan hidup manusia. Hormon ini membantu untuk menjaga tingkat tekanan
serta glukosa darah.
b. Thyroid-Stimulating Hormone (TSH), yaitu hormon yang berfungsi untuk
merangsang kelenjar tiroid.
c. Follicle-Stimulating Hormone (FSH), yaitu hormon untuk merangsang ovarium pada
wanita dan testis pada pria juga untuk merangsang ovarium dalam proses aktivasi
ovulasi pada wanita.
d. Luteinizing Hormone (LH), yaitu hormon untuk merangsang ovarium atau testis.
e. Hormon Pertumbuhan (GH), yaitu hormon untuk membantu dalam pertumbuhan
manusia. GH dapat merangsang pertumbuhan di masa kecil dan sangat penting untuk
menjaga komposisi tubuh yang sehat serta kebahagiaan pada orang dewasa. Pada
orang dewasa, sangat penting untuk menjaga massa otot dan massa tulang. Hal
tersebut juga mempengaruhi distribusi lemak dalam tubuh.
f. Hormon Releasing Hormone (GHRH), yaitu hormon yang berfungsi untuk
melepaskan hormon.

197
g. Prolaktin, yaitu hormon yang berfungsi untuk mengaktifkan produksi susu pada
wanita setelah proses melahirkan. Hal tersebut juga yang mempengaruhi kadar
hormon seks dari ovarium pada wanita dan testis pada pria.
Hormon-hormon tersebut dilepaskan dari hipofisis anterior di bawah pengaruh
hipotalamus. Hormon hipotalamus disekresikan ke lobus anterior dengan cara yang unik
dari sistem kapiler khusus, yang disebut dengan sistem portal hipotalamus-hypophysial.
2. Lobus Intermedia
Lobus intermedia terdapat pada beberapa hewan, tetapi merupakan dasar pada
manusia. Sebagai contoh yaitu diasumsikan untuk mengontrol perubahan warna
fisiologis pada ikan. Pada manusia dewasa, lobus intermedia hanya berupa lapisan tipis
sel antara hipofisis anterior dan posterior. Lobus intermedia dapat menghasilkan
melanocyte-stimulating hormone (MSH) yang berfungsi untuk mengendalikan
pigmentasi kulit.

Gambar 9.4. Sintesis Lobus


Sumber: http://bit.ly/2e7hnum

198
3. Lobus Posterior
Kelenjar utama yang dipengaruhi oleh hipofisis posterior atau belakang adalah ginjal.
Hipofisis Posterior menerima sinyal dari neuron magnoselular yang ada di otak. Hipofisis
Posterior dapat menyimpan kelenjar serta melepaskan hormon, seperti:
a. Oksitosin
Hormon oksitosin memainkan peran utama dalam sistem otak manusia karena
sebagai salah satu dari beberapa hormon yang menghasilkan lingkaran reaksi positif.
Sebagai contoh, kontraksi rahim akan membangkitkan pelepasan oksitosin dari
hipofisis posterior, yang secara berurutan, kemudian akan meningkatkan kontraksi
rahim. Lingkaran reaksi positif ini akan terus berlanjut di seluruh proses persalinan
pada wanita. Oksitosin juga dapat merangsang produksi susu pada wanita.
b. Hormon antidiuretik (ADH)
Hormon ADH diproduksi dan disimpan dalam rangka meningkatkan penyerapan
air ke dalam darah oleh ginjal. ADH juga disebut dengan vasopressin. Hormon ini
adalah hormon yang mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh. Jika hormon ini
tidak dirilis dengan benar, maka dapat menyebabkan hormon minim yang disebut
dengan diabetes insipidus, atau dapat juga menyebabkan terlalu banyak hormon yang
disebut dengan sindrom sekresi ADH. Kedua kondisi tersebut dapat mempengaruhi
ginjal. Diabetes insipidus berbeda dengan diabetes mellitus yang lebih terkenal dan
kadar glukosa dalam tubuh manusia.

C. KELENJAR TIROID
Kelenjar tiroid merupakan kelenjar yang letaknya dibawah jakun. Kelenjar tiroid
bertugas untuk mengatur sistem metabolisme yang ada dalam tubuh. Apabila kelenjar tiroid
terganggu, maka akan membuat individu yang terganggu sulit untuk mengatur dan
mengondisikan tubuhnya. Itulah sebabnya kelenjar teroid berperan yang sangat penting bagi
tubuh kita. Beberapa fungsi dari kelenjar tiroid di antaranya yaitu untuk membantu tubuh
dalam membakar energi, membuat protein, serta mengatur sensitivitas tubuh terhadap
hormon. Dengan adanya kelenjar tiroid yang berfungsi normal, asupan yang dilalui di
kelenjar tiroid akan diubah menjadi suatu energi sehingga dapat memberi kekuatan pada
tubuh. Sedangkan protein dalam kelenjar tiroid dapat bermanfaat untuk membantu laju
kembangnya kelenjar tiroid, sehingga kelenjar tiroid dapat membantu metabolisme tubuh
dengan maksimal.

199
Fungsi kelenjar tiroid yang terakhir yaitu untuk mengatur sensitivitas tubuh terhadap
hormon yang jumlah serta jenisnya banyak dalam tubuh manusia. Kelenjar tiroid dapat
mengatur tinggi rendahnya hormon yang masuk sehingga tidak akan berbahaya bagi
kesehatan tubuh.

Gambar 9.5. Kelenjar Tiroid


Sumber: http://bit.ly/2u8pe09

D. KELENJAR PARATIROID
Kelenjar paratiroid merupakan kelenjar yang berada di leher, bersamaan dengan kelenjar
tiroid. Kelenjar paratiroid sering disebut juga sebagai kelenjar anak gondok. Kelenjar
paratiroid menghasilkan hormon paratiroid atau parathormon. Letak dari kelenjar paratiroid
yaitu di posterior lobus fungsi kelenjar tiroid. Kelenjar paratiroid mempunyai bentuk seperti
biji kacang dan berjumlah dua pasang kelenjar. Hasil sekresi dari hormon paratiroid tidak
diatur oleh tiroid tetapi melalui mekanisme umpan balik, sehingga ketika kadar kalsium
pada tubuh menurun, maka jumlah hormon paratiroid akan banyak. Kemudian saat jumlah
hormon paratiroid menurun, maka jumlah kadar kalsium pada tubuh akan lebih banyak.

200
1. Struktur Kelenjar Paratiroid
Pada kelenjar paratiroid ada dua sel penyusun, yaitu sel oksifil dan sel prinsipal.Sel
oksifil merupakan sel yang memiliki ukuran besar dan terdapat dalam jumlah yang
sedikit. Sel oksifil mengandung granula oksifi juga mitokondria dalam sitoplasma
sebagai salah satu organel selnya. Namun untuk fungsi dari sel oksifil ini, masih banyak
para ahli yang belum mengetahuinya. Kemungkinan, bahwa sel oksifil adalah bentuk
modifikasi dari sel prinsipal. Sel kedua adalah sel prinsipal merupakan sel yang dapat
menghasilkan serta menggetahkan parathormon. Sel prinsipal dapat bekerja karena
terdapat aparatus golgi.

Gambar 9.6. Struktur Paratiroid


Sumber: http://bit.ly/2bs272m

2. Fungsi Kelenjar Paratiroid


Kelenjar paratiroid memiliki peran dan fungsi yang banyak bagi tubuh kita. Beberapa
fungsi yang dapat kita rasakan tanpa kita sadari dari kelenjar paratiroid di antaranya
yaitu:
a. Sebagai pengatur dan pengendali kecepatan metabolismu tulang.
b. Sebagai pengatur kadar serum kalsium tubuh dengan mempengaruhi tulang, ginjal dan
usus dalam resopsi kalsium.
c. Meningkatkan kecepatan remodeling kerangka juga kecepatan resorpsi tulang.
d. Meningkatkan jumlah sel osteoblas dan osteoklas pada permukaan tulang.
e. Berperan dalam peningkatan awal pada proses memasukkan kalsium ke sel-sel
jaringan tertentu.

201
f. Sebagai pengubah keseimbangan asam-basa pada tubuh.
g. Meningkakan kadar kalsium pada plasma.
h. Mengurangi kadar fosfar pada plasma.
i. Meningkatkan absorpsi kalsium dari usus sebagai proses dalam mencerna makanan.

E. KELENJAR TIMUS
Kelenjar timus adalah organ tubuh yang terdiri dari dua bagian dengan ukuran sama dan
mempunyai kedudukan penting dalam metabolisme seperti halnya kelenjar lainnya.
Kelenjar timus masih merupakan bagian dari sistem limfatik yang letaknya berada pada
bagian belakang tulang dada dan jantung. Sistem limfatik merupakan sistem kekebalan
tubuh yang bertugas memproduksi dan menyimpan sel-sel yang melindungi diri kita dari
serangan infeksi juga serangan penyakit.

Gambar 9.7. Struktur Kelenjar Timus


Sumber: http://bit.ly/2vmpgri

202
1. Struktur Kelenjar Timus
Kelenjar timus merupakan organ lembut yang terletak diatas jantung tepatnya setelah
leher pada rongga dada bagian atas. Kelenjar timus terbagi menjadi dua lobus yang
dikelilingi oleh kapsul fibrosa, ketika manusia dilahirkan ukuran kelenjar ini memiliki
panjang sekitar 5 mm, dengan lebar 4 mm dan tebal 6 mm. Kelenjar timus terdiri dari
dua bagian utama yaitu korteks dan medulla.
a. Korteks
Korteks pada kelenjar timus adalah bagian paling luar yang disusun oleh limfosit
dan sel epitel retikular. Bagian ini yang akan berhubungan dengan bagian redulla dan
berfungsi sebagai tempat awal terbentuknya sel T.
b. Medula
Medula merupakan tempat terbentuknya sel T lanjutan. Sel epitel retikullar pada
medula bagian ini lebih kasar, dan sel limfositnya lebih sedikit. Pada bagian medula
juga terdapat hassall’s corpus yaitu struktur berbetuk seperti sarang yang merupakan
tempat berkumpulnya sel epitel retikular.

Gambar 9.8. Korteks dan Medula


Sumber: http://bit.ly/2gmxh66

203
2. Fungsi Kelenjar Timus
a. Menghasilkan Thymosin
Kelenjar timus mempunyai tugas yang penting dalam sistem imun kita, yaitu
memproduksi hormon thymosin yang berfungsi untuk mengolah sel-sel darah putih
yang diproduksi di sum-sum tulang kemudian mengubahnya menjadi sel limfosit-T.
Sel tersebut berperan penting dalam proses pertahanan tubuh ketika melawan infeksi,
cara selnya bekerja yaitu dengan merangsang produksi antibodi pada limfosit lainnya.
Selain itu, juga limfosit-T juga membantu pertumbuhan serta aktivitas vagosit yaitu
sel darah putih besar yang berkontribusi dalam pertahanan kekebalan tubuh dengan
menelan mikroba, partikel asing, dan sel lainnya. Limfosit biasanya dapat menyerang
sel asing atau sel pembunuh sendiri, atau sinyal lain pertahanan tubuh, melalui sinyal
serangan. Serangan tersebut merupakan pengambilan besar sel break down yang
mengidentifikasi sel-sel asing yang tersembunyi atau sel berkembang biak tak
terkendali dalam sistem kekebalan tubuh utuh kemudian menghilangkan mereka atau
membuat mereka tidak berbahaya.
b. Kekebalan Tubuh Manusia
Kelenjar timus juga berfungsi untuk kekebalan tubuh manusia. Kekebalan tubuh
manusia terbagi menjadi dua, yaitu kekebalan seluler dan kekebalan humoral.
Kekebalan seluler diberikan pada saat kita dalam kandungan ibu. Ibu memakan
protein atau disuntik kemudian akan terbentuk antibodi yang akan diberikan ke anak
dalam kandungannya sehingga anak menjadi kebal. Sedangkan kekebalan humoral
diberikan setelah anak dilahirkan atau melalui proses vaksinasi atau imunisasi yang
dimulai dari BCG, polio, hepatitis dan lain sebagainya.

F. KELENJAR ADRENAL
Kelenjar adrenal adalah dua buah kelenjar terpisah yang berada di permukaan alat
ekskresi ginjal. Kelenjar adrenal dikenal juga dengan istilah kelenjar suprenalis. Adarenal
berasal dari istilah yang berasal dari bahasa latin yaitu ad renes yang artinya berada di dekat
ginjal. Kelenjar ini mempunyai peranan yang cukup penting dalam tubuh kita. Salah satu
jenis hormon manusia yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal ini adalah hormon adrenalin.
Hormon adrenalin akan terangsang dan terlepas ketika tubuh kita dalam kondisi fight or
flight atau untuk mepersiapkan reaksi tubuh terhadap keadaan darurat atau menakutkan.
Kedua kelenjar adrenal ini berada di permukaan ginjal, tetapi bentuknya tidak simetris.

204
Salah satu kelenjarnya berbentuk segitiga, sedangkan kelenjar yang lainnya berbentuk
seperti setengah bulan. Panjang serta lebar kedua kelenjar tersebut hanya sekitar 3 inchi.
1. Struktur Kelenjar Adrenal
Kelenjar adrenal terdiri dari dua komponen utama yaitu korteks dan medula adrenal.
a. Korteks Adrenal
Korteks adrenal adalah bagian paling luar dari kelenajr adrenal. Bagian ini merupakan
penyusun terbesar dari kelenjar adrenal, 90% massa kelenjar disusun oleh bagian
korteks. Korteks adrenal dapat dibagi menjadi tiga zona berbeda, yaitu zona
glomerulosa, zona fasikulata, dan zona retikulasi.
b. Medula Adrenal
Medula adrenal adalah bagian dalam dari kelenjar adrenal yang bentuknya tidak
beraturan, berhubungan erat dengan pembuluh darah dan pembuluh saraf. Ada dua
jenis sel sekretori utama yang terdapat pada bagian medula adrenal, yaitu sel yang
mensekresikan hormon epinefrin (adrenalin) dan sel yang mensekresikan hormon
norepinefrin (noradrenalin).

Gambar 9.9. Struktur Adrenal


Sumber: http://bit.ly/2glwpdi

2. Fungsi Kelenjar Adrenal


Kelenjar adrenal mempunyai peran yang cukup penting bagi tubuh manusia, di
antaranya yaitu sebagai berikut:
a. Sebagai kelenjar yang dapat mengatur metabolisme tubuh sebagi penghasil hormon
yang menyebakan stress.
b. Memproduksi serta mengatur hormon seks seperti hormon testosteron yang ada pada
pria dan hormon estrogen pada wanita.

205
c. Mensekresikan hormon-hormon penting untuk menjaga keseimbangan tubuh.
d. Mengatur kadar natrium serta keseimbangan cairan tubuh melalui hormon
mineralokortikoid.
e. Meningkatkan glukosa yang ada dalam darah serta mengurangi terjadinya inflamasi.
f. Mempersiapkan tubuh untuk menghadapi keadaan yang darurat, sehingga jaringan
atau kelenjar yang ada dalam tubuh dapat saling memberikan informasi berupa
rangsangan kepada setiap komponen tubuh yang lainnya.

G. KELENJAR PINEALIS
Kelenjar pinealis merupakan kelenjar yang terletak di dekat pusat otak atau berada di
tengah-tengah otak. Tidak hanya pada manusia, kelenjar pineal juga dapat ditemukan pada
beberapa jenis hewan mamalia dan hewan vertebrata. Pada hewan vertebrata, kelenjar pineal
berada di lapisan germinal embrio vertebrata, tepatnya berada di lapisan ektoderm. Lapisan
ektoderm merupakan lapisan yang menjadi tempat terdapat epidermis kulit dan turunannya.
Kelenjar pinealis ini berperan daalam irama (ritme) biologis tubuh. Reaksi yang dihasilkan
dari kelenjar pineal adalah berupa hormon melantonin dan pinolin. Hormon melantonin dan
pinolin pada kelenjar pineal dapat menimbulkan efek siklus gelap dan terang. Bahan kimia
yang mengatur kerja dari kelenjar pineal adalah amina. Adapun hormon melantonin
berfungsi untuk menginduksi mitosis. Hormon melantonin mempunyai komponen
penyusun berupa asam amino termodifikasi. Pinolin dapat membantu replikasi DNA serta
sebagai aktivator fungsi otak.
1. Struktur Kelenjar Pineal
Kelenjar pineal berwarna kemerahan abu-abu dengan ukuran sekitar 8 mm berbentuk
seperti kacang polong. Struktur kelenjar pineal jika dilihat dari perkembangannya, yaitu
berasal dari perluasan hipotalamus. Kelenjar pineal terbagi menjadi dua belahan dengan
alur badan talamik bulat bergabung yaitu lobular parenkim dari pinealocytes.
Berdasarkan struktur, kelenjar pineal tersusun dari peredaran darah, sistem saraf, dan sel
pembangun simetri. Beberapa sel yang teridentifikasi pada kelenjar pineal yaitu:
a. Pinealocytes, merupakan sel yang terletak di belakang ventrikel ketiga diantara dua
belahan otak. Sel ini berfungsi untuk proses sekresi hormon melantonin.
b. Interstitial cells, merupakan sel yang memberi bentuk pada kelenjar pineal. Bentuknya
memanjang dan sitoplasmanya berwarna gelap.
c. Neuron pineal, merupakan bagian neuron, contohnya yaitu pada hewan vertebrata.

206
d. Peptidergic neuron like-cell, merupakan sel yang mengatur paracrine. Sel ini terdapat
pada beberapa spesies.
e. Perivascular phagocyte, merupakan sel yang terletak dekat pembuluh darah dan
berfungsi sebagai sel antigen. Sel ini dapat ditemukan pada bagian kelenjar pineal
seekor tikus.

Gambar 9.10. Struktur Pineal


Sumber: http://bit.ly/2thnfjc

2. Fungsi dana Cara Kerja Kelenjar Pineal


Kelenjar pineal memiliki beberapa fungsi di antaranya yaitu sebagai tempat untuk
mengatur pigmentasi kulit, berhubungan dengan sel-sel yang sensitif cahaya, membantu
aktivitas seksual, berhubungan dengan saraf mata, sebagai pusat penerima dari seluruh
sensor eterik seperti penglihatan, pendengaran, emosi dan lainnya. Selain itu, kelenjar
pineal juga mengatur waktu biologis yang berhubungan dengan musim dan cahaya, juga
berfungsi sebagai pengatur suhu tubuh. Cara kerja kelenjar pineal ketika waktu tidur
berhubungan dengan waktu malam dan siang. Saat malam hari, hormon melantonin pada
kelenjar pineal akan bekerja lebih lama dibandingkan pada siang hari. Sedangkan cara
kerja kelenjar pineal ketika melakukan aktivtas seksual akan berbeda pada setiap
tingkatan umur. Pada saat kita masih anak-anak, kelenjar pineal dan kelenjar timus akan
berada dalam kondisi yang aktif sehingga akan menghambat perkembangan seksual.
Dengan demikian, pada saat masa pubertas, kelenjar pineal akan mengalami penyusutan
kemudian mengeluarkan sedikit melatonin.

207
Gambar 9.11. Cara Kerja Pineal
Sumber: http://bit.ly/2synepu

H. KELENJAR PANKREAS
Kelenjar pankreas merupakan sekelompok sel yang terletak pada pankreas dan dikenal
dengan pulau-pulau Langerhans. Kelenjar pankreas merupakan salah satu organ yang
terdapat pada sistem pencernaan manusia. Kelenjar pankreas berperan dalam berbagai
macam proses kimiawi yang terjadi dalam tubuh manusia seperti metabolisme protein dan
metabolisme lemak.
1. Struktur Kelenjar Pankreas
Kelenjar pankreas mempunyai pulau-pulau yang disebut dengan Langerhans yang
merupakan sekelompok sel kecil yang tersebar di seluruh area pankreas yang sangat kaya
pembuluh darah.

208
Gambar 9.12. Struktur Pankreas
Sumber: http://bit.ly/2tfc9a6

2. Fungsi Kelenjar Pankreas


Kelenjar pankreas mempunyai beberapa fungsi yang cukup penting dalam tubuh
manusia dalam menjalankan tugasnya untuk menjaga keseimbangan metabolisme tubuh
secara keseluruhan. Beberapa fungsi dari kelenjar pankreas yaitu sebagai berikut:
a. Menghasilkan Getah Kelenjar Pankreas
Setelah getah kelenjar pankreas tersebut dihasilkan, kemudian akan dialirkan ke dalam
saluran pencernaan pada duodenum melalui doctus coledochus bersama dengan cairan
empedu. Getah kelenjar pankreas tersebut mengandung beberapa komponen seperti
lipase, garam karbonat, juga tripsinogen.

209
Gambar 9.13. Fungsi Kelenjar Pankreas
Sumber: http://bit.ly/2ex782q

b. Menghasilkan Hormon Insulin dan Glukagon


Kelenjar pankreas berfungsi untuk menghasilkan hormon yang bernama hormon
insulin dan glukagon. Hormon-hormon tersebut bekerja secara berlawanan untuk
mengatur kadar glukosa dalam darah. Apabila kadar gukosa dalam darah nilainya
tinggi, maka kelenjar pankreas akan mensekresikan hormon insulin tersebut yang
berfungsi sebagai perangsang hati untuk dapat menyerap glukosa kemudian
mengubahnya menjadi glikogen. Namun sebaliknya, apabila kadar glukosa dalam
daarah menurun atau rendah, maka hormon glukagon akan mengubah glikogen
menjadi glukosa.
c. Membantu Proses Produksi Hormon dan Enzim
Selain hormon-hormon yang telah disebutkan sebelumnya, kelenjar pankreas juga
berfungsi sebagai kelenjar yang menghasilkan hormon serta enzim yang berguna
untuk menghancurkan makanan yang ada dalam perut manusia. Ketika kita
memasukkan berbagai jenis makanan dalam perut, maka yang bekerja keras untuk
menghancurkannya sebelum diproses ke proses pencernaan selanjtunya adalah
kelenjar pankreas.

210
I. KELENJAR KELAMIN
Kelenjar kelamin disebut juga dengan istilah gonad. Kelenjar kelamin pada perempuan
disebut dengan ovarium, sedangkan kelenjar kelamin pada pria disebut dengan testis.
Adapun ovarium merupakan alat reproduksi wanita, dan testis adalah alat reproduksi pria.
1. Struktur Kelenjar Kelamin
Struktur kelamin terdiri dari dua bagian, yaitu struktur kelamin wanita dan struktur
kelamin pria.
a. Stuktur Kelamin Wanita (Ovarium)
Kelenjar ovarium hanya terdapat pada kelamin wanita, letaknya ada di bagian
ovarium sebelah kiri dan sebelah kanan dari bagian uterus.

Gambar 9.14. Struktur Kelamin Wanita


Sumber: http://bit.ly/2t3elji

b. Struktur Kelamin Pria (Testis)


Testis adalah kelenjar kelamin yang hanya ada pada pria. Testis berjumlah dua
buah (sepasang) yang terbungkus rapi oleh skroktum. Salah satu hormon yang
dihasilkan oleh kelenjar kelamin pria adalah berupa hormon testosteron yang memiliki
fungsi untuk menimbulkan serta memelihara kelangsungan tanda-tanda kelamin
sekunder. Kelamin sekunder merupakan adanya perubahan suara yang menjadi
membesar sesuai dengan usia dari seorang pria. Selain suara, ciri pertumbuhan
sekunder yaitu adanya perumbuhan kumis yang signifikan serta membesarnya jakun

211
Testis terletak di dalam skoortum, masing-masing testis tersebut berbentuk bulat
yang dilapisi oleh jaringan ikat tebal yang disebut dengan tunika albugenia. Adapun
saluran keluar testis atau duktus eferen adalah saluran yang berjalan dari bagian
superior testis menuju duktus epididimis. Duktus eferen menghubungkan duktus
epididimis dan uretra, naik dari bagian superior skorotum ke dinding perut menembus
kanalis inguinalis. Pada umumnya, ukuran dari testis ini sering dihubungkan dengan
tingkat kejantanan seorang lelaki. Selain itu, testis juga berhubungan dengan fungsi
dari kelenjar prostat dan cowper. Karena kedua kelenjar tersebut juga mendukung
kinerja kelenjar kelamin.

Gambar 9.15. Struktur Kelamin Pria


Sumber: http://bit.ly/2t3elji

2. Fungsi Kelenjar Kelamin


a. Fungsi Kelenjar Ovarium
Kelenjar ovarium ini memiliki fungsi sebagai kelenjar yang memproduksi sel-sel
kelamin. Selain itu, kelenjar kelamin pada wanita ini juga berfungsi sebagai pemberi
sifat kewanitaan. Sifat kewanitaan yang dimaksud adalah bentuk pinggul yang
membesar, perkembangan glandula mamae, bahu yang sempit, pertumbuhan
payudara, dan lain sebagainya.

212
b. Fungsi Kelenjar Testis
Fungsi utama dari kelenjar testis yaitu sebagai penghasil sel-sel kelamin,
contohnya yaitu sperma. Selain itu, kelenjar testis juga memiliki fungsi sebagai
penghasil hormon testosteron. Apabila kelenjar ini tidak dapat bekerja dengan baik,
maka proses pembuahan pada sel telur akan mengalami kendala.

J. KERJA HIPOTALAMUS
Hipotalamus terletak pada lantai otak, mengelilingi bagian bawah ventrikel ketiga. Batas
anteriornya adalah kiasma optika, batas posteriornya korpus mamilaris, batas lateralnya
adalah sulcus lateral; dan batas ventrodorsalnya adalah tuber cinereum yaitu dasar
hipotalamus yang membulat dan memanjang ke arah kaudal sampai tangkai hipofisis.
Bentuk dari hipotalamus memang tidak beraturan, tetapi masih dapat dibedakan menjadi
beberapa bagian, yaitu area hipotalamus dorsal, area hipotalamik anterior, dan area
preoptikus. Menurut Sherwood (2012), hipotalamus merupakan kumpulan nukleus-nukleus
spesifik dan serat-serat terkait yang berada dibawah thalamus. Hipotalamus, memiliki jaras
atau neuron komunikasi dua arah yang berhubungan dengan semua tingkatan sistem limbik.
Sebaliknya, hipotalamus dan struktur-struktur yang berkaitan dengannya akan
mengirimkan sinyal-sinyal keluaran dalam tiga arah. Arah yang pertama yaitu ke belakang
dan ke bawah menuju batang otak terutama menuju area reticular mesenchepalon, pons, dan
medula, dan dari area tersebut ke arah perifer sistem saraf otonom. Arah yang kedua yaitu
ke atas menuju sebagian besar area yang lebih tinggi di diensefalon dan serebrum,
khususnya bagian anterior talamus dan bagian limbik korteks serebri. Arah yang ketiga yaitu
menuju infundibulum hipotalamus untuk mengatur atau mengatur secara sebagian dari
fungsi sekretorik pada bagian posterior dan anterior kelenjar hipofisis.
Hipotalamus terlibat dalam banyak fungsi endokrin seperti dalam pengaturan suhu tubuh,
pemasukan makanan dan berhubungan dengan berbagai bagian sistem saraf. Otak
merupakan bagian yang dipengaruhi oleh efek hormonal secara langsung dan tak langsung.
Selain itu, hormon hipotalamus juga pada ekstrahipotalamus berfungsi sebagai
neurotransmitter atau neurohormon (Baxter, 1998). Fungsi hipotalamus diatur baik oleh
signal mediator-hormon, sebagai contoh yaitu umpan balik negatif maupun positif oleh
input neural dari berbagai sumber. Signal saraf ini diperantarai oleh neurotransmitter
termasuk didalamnya adalah asetilkolin, dopamine, norepinefrin, epinefrin, serotonin,
GABA, dan opioid. Hipotalamus merupakan jalan akhir bersama tempat lewatnya berbagai
signal dari berbagai sistem yang mencapai hipofisis anterior. Sebagai contoh, sitokinin yang

213
memegang peranan dalam respon terhadap infeksi, juga seperti interleukin, yang terlibat
dalam pengaturan aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal.

Gambar 9.16. Struktur Hipotalamus


Sumber: http://bit.ly/2udg3vu

Sistem interaksi immuneuroendokrin merupakan hal yang penting bagi kehidupan


organisme dalam menghadapi stress (Baxter, 1998). Hipotalamus juga mengirim signal ke
bagian lain dari sistem saraf. Sebagai contoh, neuron saraf mayor neuro magnoselular yang
mengandung vasopresin dan oksitosin berakhir di hipofisis posterior, serat saraf dari nukleus
paraventrikel dan supraoptik menyebar kebanyak bagian lain dari sistem saraf. Pada batang
otak, neuron vasopresinnergik berperan dalam aktivitas pengaturan otonomik tekanan
darah. Neuron yang sama kemudian menyebar ke substansia grisea dan berimplikasi pada
fungsi kortikal yang lebih tinggi.
Serat-serat saraf akan berakhir di eminensia mediana sehingga memungkinkan terjadinya
pelepasan ADH dalam sistem portal hipofiseal. Pengiriman ADH dalam konsentrasi tinggi
ke hipofisis anterior dapat meningkatkan keterlibatannya dalam pengaturan sekresi ACTH.
Neuron magnoselular juga akan menyebar pleksus koroideus yang kemudian melepaskan
ADH ke dalam cairan serebrospinal. Di samping neuron magnoselular, nukleus
paraventrikel juga mengandung sel yang lebih kecil dari badan sel yang disebut
periviseluler. Neuron yang seperti itu juga ditemukan di bagian sistem saraf lainnya dan
terdiri dari peptida-peptida seperti CRH dan TRH.

214
Hormon hipotalamus dapat dibagi menjadi dua, yaitu yang mengsekresi hormon ke
dalam pembuluh darah hipofiseal portal dan yang mengsekresikannya lewat neurohipofisis
ke dalam sirkulasi umum. Hormon hipotalamus yang telah disekresikan ke dalam pembuluh
darah hipofiseal portal dalam bentuk hormon hipofisiotropik yang merangsang sekresi
hormon-hormon hipofisis anterior, di antaranya yaitu:
1. Growth Hormone Releasing Hormone (GRH), yang berfungsi untuk merangsang sekresi
hormon pertumbuhan (GH) oleh somatotrof.
2. Somatostatin, yang berfungsi untuk menghambat sekresi GH dan TSH.
3. Dopamine, merupakan hormon penghambat prolaktin primer (PIH) yang ditemukan pada
sirkulasi portal dan terikat pada reseptor dopamine dalam laktotrof.
4. Prolaktin Releasing Factor, merupakan hormon yang merangsang sekresi prolaktin.
5. Thyrotropin Releasing Hormone (TRH), merupakan faktor hipotalamus mayor dalam
sekresi TSH.
6. Corticotropin Releasing Hormone (CRH), merupakan hormon yang merangsang sekresi
Adrenokortikotropik Hormone (ACTH).
7. Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH), merupakan hormon yang mengontrol sekresi
Luteinizing Hormone (LH) dan Follicle Stimulating Hormone (FSH).
Sedangkan beberapa hormon yang disekresikan lewat neurohipofisis (hipofisis posterior)
menurut di antaranya yaitu Antidiuretik Hormone (ADH) yang berfungsi sebagai pengatur
keseimbangan penting, juga vasokonstriktor kuat dan berperan penting pada regulasi sistem
kardiovaskuler. Hormon kedua yaitu Oksitosin yang menyebabkan kontraksi otot polos
uterus untuk membantu mengeluarkan janin selama persalinan, dan merangsang ejeksi susu
dari kelenjar mamaria selama menyusui. Hipotalamus dan hipofisis posterior akan
membentuk suatu sistem neuroendokrin yang terdiri dari populasi neuron neuroskretoris
yang badan selnya terletak pada dua kelompok di hipotalamus yaitu pada nukleus supraoptik
dan nukleus paraventrikel.
Akson dari neuron-neuron tersebut turun melalui tangkai penghubung tipis untuk
kemudian berakhir di kapiler pada hipofisis posterior. Hipofisis posterior terdiri dari ujung-
ujung saraf dan sel penunjang mirip glia. Secara fungsional dan anatomis, hipofisis
posterior sebenarnya hanya perpanjangan dari hipotalamus. Aktivitas endokrin dikontrol
secara langsung dan tak langsung oleh hipotalamus, yang menjadi penghubung sistem
persarafan dengan sistem endokrin. Dalam merespons terhadap input dari area lain dalam
otak dan dari hormon dalam dalam darah, neuron dalam hipotalamus mensekresi beberapa
hormon jenis realising dan inhibiting.

215
Gambar 9.17. Kerja Hipotalamus
Sumber: http://bit.ly/2ieh3qs

Hipotalamus sebagai bagian dari sistem endokrin mampu mengontrol sintesa dan sekresi
hormon-hormon hipofissi. Hipofisis anterior dikontrol oleh kerja hormonal, sedangkan
bagian posteriornya dikontrol melalui kerja saraf. Setiap hormon yang mempengaruhi organ
juga jaringan berada jauh dari tempat kelenjar induknya. Sebagai contoh adalah oksitosin,
yang dilepaskan dari lobus posterior kelenjar hipofisis yang dapat menyebabkan kontraksi
uterus.

216
BAB X
SISTEM KARDIOVASKULER

Sistem peredaran darah manusia atau sistem kardiovaskular merupakan suatu sistem organ
tubuh manusia yang berguna sebagai sistem transportasi zat dari dan menuju sel. Selain itu,
sistem peredaran darah manusia juga berguna untuk mengatur keseimbangan suhu juga nilai
pH pada tubuh. Sistem peredaran darah manusia mempunyai peran yang sangat penting dalam
dalam menjaga keberlangsungan proses metabolisme tubuh. Melalui sistem ini, zat makanan
yang dihasilkan oleh sistem pencernaan dapat disalurkan ke seluruh bagian tubuh. Tidak hanya
zat makanan, zat-zat penting lainnya seperti oksigen dan karbon dioksida juga didistribusikan
ke seluruh tubuh melalui sistem peredaran darah.
Pada sistem pernapasan, gas oksigen yang didapatkan melalui paru-paru kemudian akan
disebarkan ke seluruh tubuh. Sedangkan gas karbon dioksida sebagai gas sisa dari proses
metabolisme akan dibawa ke paru-paru melalui sistem peredaran darah manusia. Dalam sistem
peredaran darah manusia, darah merupakan alat pengangkut atau transportasi utama yang
sangat penting bagi tubuh. Beberapa fungsi peredaran darah yang menunjukkan betapa
pentingnya darah bagi manusia yaitu berguna untuk mengangkut sari-sari makanan yang
berasal dari usus ke seluruh bagian tubuh manusia dan berfungsi sebagai pengangkut oksigen
yang berasal dari organ pernapasan paru-paru kemudian mendistribusikannya ke seluruh tubuh.
Selain itu, sistem peredaran darah juga akan mengangkut karbon dioksida dari seluruh tubuh
menuju ke paru-paru. Sistem peredaran darah juga berfungsi untuk mengangkut hormon dari
tempat produksinya menuju ke bagian-bagian tubuh yang membutuhkannya, berguna untuk
mengangkut zat-zat sisa hasil proses metabolisme sel menuju ke organ ekskresi yaitu ginjal,
serta bermanfaat untuk menjaga kestabilan temperatur tubuh agar tetap stabil. Hal tersebut
dikarenakan temperatur tubuh manusia tidak dapat dipengaruhi oleh lingkungannya, namun
dapat dijaga melalui sistem peredaran darah. Cara menjaga kestabilan suhu tubuh yaitu dengan
menyebarkan energi panas dalam tubuh secara merata ke seluruh tubuh. Darah juga berfungsi
sebagai pembunuh kuman yang masuk ke dalam tubuh.

217
A. ORGAN-ORGAN SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA
Darah tidak mungkin dapat mengalir dan menyebar dengan sendirinya ke seluruh tubuh.
Dibutuhkan suatu mesin pemompa agar darah dapat mengalir di dalam tubuh, organ tersebut
adalah jantung. Darah yang ada dalam tubuh, akan tetap terus berada di dalam pembuluh-
pembuluh darah, yaitu pada pembuluh darah besar dan pembuluh darah kecil.
1. Jantung
Jantung merupakan organ berotot pada manusia yang bertugas untuk memompa darah
kemudian mengalirkannya melalui pembuluh darah pada sistem peredaran darah
manusia. Darah akan mengangkut oksigen dan nutrien yang bermanfaat bagi tubuh, juga
mengangkut zat sisa metabolisme. Jantung berada di antara paru-paru, yaitu di tengah
dada. Pada manusia, jantung dibagi menjadi empat ruang. Pada bagian atas, terdapat
atrium (serambi) kiri dan kanan, sedangkan pada bagian bawah terdapat ventrikel (bilik)
kiri dan kanan. Pada umumnya, bagian kanan bilik dan serambi, dianggap bergabung
menjadi bagian kanan jantung dan bagian kiri bilik dan serambinya, menjadi kiri jantung.
Pada organ jantung yang sehat, darah akan mengalir satu arah melewati jantung
dengan katup, yang mencegah aliran balik. Jantung ditutupi oleh kantung pelindung,
yang disebut dengan perikardium, yang juga mengandung sedikit cairan. Dinding jantung
terdiri dari tiga lapisan berbeda, yaitu epikardium, miokardium, dan endokardium.
Jantung akan memompa darah dengan irama yang ditentukan oleh sekelompok sel di
nodus sinoatrial. Sel-sel tersebut yang menghasilkan aliran sehingga menyebabkan
kontraksi pada jantung, kemudian melewati nodus antrioventrikuler dan sepanjang
sistem konduksi jantung.
Jantung akan menerima darah yang rendah oksigen dari sistem sirkulasi, memasuki
serambi kanan dari vena cava superior dan inferior kemudian menuju bilik kanan. Dari
sana, darah kemudian dipompa ke sirkulasi paru-paru, yaitu tempat darah menerima
oksigen dan melepas karbon dioksida. Darah yang beroksigen kemudian akan kembali
ke serambi kiri, menuju ke bilik kiri dan dipompa ke sistem sirkulasi melalui aorta. Darah
yang beroksigen akan menuju ke setiap sel untuk digunakan dalam proses metabolisme
dan menghasilkan karbon dioksida kemudian kembali lagi ke jantung. Detak jantung
dalam keadaan istirahat biasannya mendekati 72 detak per menit. Olahraga dapat
meningkatkan detak, namun menurunkan detak jantung dalam jangka panjang, dan hal
tersebut baik bagi kesehatan jantung.

218
Jantung manusia terletak pada pertengahan mediastinum, di tulang punggung T5
sampai dengan T8. Dua kantung membran yang disebut perikardium mengelilingi
jantung dan melekat pada mediastinum. Permukaan belakang jantung membentang di
kolom tulang belakang, dan permukaan depan menempel di belakang tulang dada juga
kartilago tulang rusuk. Bagian atas jantung menjadi tempat melekatnya beberapa
pembuluh darah besar seperti vena cava, aorta, juga batang paru-paru. Bagian terbesar
dari jantung biasanya sedikit ke sisi kiri dada, karena bagian kiri jantung lebih kuat dan
lebih besar.

Gambar 10.1. Struktur Jantung


Sumber: http://bit.ly/2nvppzv

Karena letak jantung berada di antara paru-paru, maka paru-paru kiri berukuran lebih
kecil dibandingkan paru-paru kanan, juga memiliki tekukan jantung di pinggirannya
untuk mengakomodasi bentuk jantung. Jantung memiliki bentuk seperti kerucut terbalik.
Jantung pada orang dewasa memiliki massa sekitar 250-350 gram. Jantung pada
umumnya berukuran sebesar kepalan tangan yaitu 12 cm panjang, 8 cm lebar, dengan
ketebalan 6 cm. Atlet yang terlatih biasanya memiliki jantung yang berukuran lebih besar
karena efek olahraga pada otot jantung yang mirip dengan otot rangka.

219
a. Ruang Jantung
Jantung manusia mempunyai empat ruang, yaitu dua serambi atas, yang merupakan
ruang penerima, dan dua bilik di bawahnya, yang menjadi ruang pelepas. Serambi
terbuka menuju ke arah bilik melalui katup atrioventrikular pada sekat
atrioventrikular. Perbedaan juga dapat dilihat pada permukaan jantung sebagai sulcus
coronarius. Terdapat struktur berbentuk seperti telinga pada bagian atas serambi kanan
yang disebut dengan apendiks atrium kanan, sedangkan di sebelah kirinya disebut
apendiks atrium kiri. Serambi kanan dan bilik kanan biaanya dianggap sebagai satu
kesatuan yaitu jantung kanan, begitupun sebaliknya untuk bagian kiri.
Bilik terpisah antar satu sama lain yang dipisahkan oleh sekat interventrikuler yang
terlihat pada permukaan jantung sebagai sulcus anterior membujur dan sulcus
interventrikuler posterior. Rangka pada jantung terdiri dari jaringan ikat padat, yang
memberikan bentuk pada jantung. Jaringan ikat padat juga akan membentuk sekat
atrioventrikuler yang membatasi serambi dan bilik, serta cincin fibrosa yang menjadi
dasar dari empat katup jantung. Kerangka kardiak juga menjadi batas untuk sistem
konduksi elektrik jantung, karena kolagen tidak dapat mengonduksi elektris. Sekat
interatrial menjadi pembatas serambi, sedangka sekat interventrikuler membatasi
bilik. Sekat interventrikular ukurannya lebih tebal dibandingkan sekat interatrial
karena bilik perlu menekan lebih kuat ketika berkontraksi.
b. Katup Jantung
Jika serambi dan sebagian besar pembuluh pada jantung dihilangkan, maka
keempat katup jantung dapat terlihat dengan jelas. Jantung mempunyai empat katup,
yang membatasi ruangnya. Satu katup terbentang antara masing-masing serambi dan
bilik, dan satu katup lagi berada pada pintu keluar masing-masing bilik. Katup yang
berada diantara serambi dan bilik disebut dengan katup atrioventrikular. Antara
serambi dan bilik kanan terdapat katup yang memisahkan, yaitu trikuspid. Katup
trikuspidalis mempunyai tiga katup lagi, yaitu katup mitral yang terbentang antara
serambi kiri dan bilik kiri.
Katup mitral juga dikenal dengan katup bikuspid karena memiliki dua katup yakni
katup anterior dan posterior. Pada jantung juga terdapat otot papiler yang terbentang
dari dinding jantung ke katup yang dihubungakan kartilagi yang disebut dengan
chorda tendinae. Otot tersebut dapat mencegah katup jatuh terlalu jauh ketika
menutup. Selama fase relaksasi, otot papiler akan berelaksasi dan keregangan chorda
tendineae menjadi sedikit. Ketika ruang jantung berkontraksi, maka otot papiler juga

220
berkontraksi dan meregangkan chorda tendineae, membantu menjaga katup
atrioventrikular pada tempatnya serta mencegah darah kembali ke serambi. Terdapat
dua katup semilunar yang berada pada pintu keluar masing-masing bilik. Katup
tersebut memiliki tiga katup yang tidak menempel dengan otot papiler. Ketika bilik
berelaksasi, maka aliran darah mengalir ke bilik dari arteri dan darah mengalir mengisi
katup, kemudian menekan katup yang dekat dengan segel katup.
c. Dinding Jantung
Dinding jantung terdiri dari tiga lapisan yaitu endokardium di dalam, miokardium
di tengah, dan lapisan epikardium di luar. Semua lapisannya dikelilingi oleh kantung
membran ganda yang disebut dengan perikardium. Lapisan terdalam jantung disebut
dengan endokardium. Endokardium terdiri dari lapisan epitel pipih selapis yang
menutup dinding juga katup jantung. Kemudian berlanjut dengan endoteloum pada
vena dan arteri jantung, yang bergabung dengan miokardium dengan lapisan tipis
jaringan ikat. Endokardium dengan cara mensekresi endotelin, juga berperan untuk
mengatur kontraksi pada miokardium. Pola berputar pada miokardium dapat
membantu jantung memompa dengan lebih efektif.
Lapisan tengah dinding jantung disebut dengan miokardium, berupa otot jantung
yang dikelilingi oleh kolagen. Pola otot jantung elegan namun kompleks, otot tersebut
berputar dan membentuk spiral di sekitar ruang pada jantung. Dengan pola yang
seperti itu, dapat membantu jantung memompa darah lebih efektif. Terdapat dua jenis
sel pada otot jantung, yaitu sel otot yang mampu berkontraksi dengan mudah, dan sel
pacemaker yang termasuk ke dalam sistem konduksi jantung. Sel otot mengisi hampir
99% sel di serambi dan bilik. Sel kontraktil tersebut terhubung dengan cakram
interkalar yang dapat memberikan respon cepat terhadap impuls potensial aksi dari sel
pacemaker.
Sedangkan sel pacemaker mengisi hanya sekitar 1% dari sel dan membentuk sistem
konduksi pada jantung. Sel tersebut berukuran lebih kecil daripada sel kontraktil dan
memiliki sedikit miofilbril sehingga sel ini kontraktibilitasnya terbatas. Adapun
perikardium merupakan lapisan yang mengelilingi jantung, terdiri dari dua membran
yaitu membran serosa dalam yang disebut epikardium, dan membran fibrosa luar.
Pembuluh darah dan sel saraf dapat mencapai otot jantung melalui epikardium. Hal
tersebut akan membantu mempengaruhi denyut jantung. Perikardium juga terdiri dari
rongga perikardium berisi cairan perikardium yang dapat melumasi permukaan
jantung.

221
d. Siklus Jantung
Siklus jantung terdiri atas dua periode yaitu kontraksi (sistol) dan relaksasi
(diastol). Ketika jantung selama dalam periode sistol, jantung akan memompa darah
keluar dan selama dalam periode diastol, jantung akan terisi kembali oleh darah.
Periode sistol ventrikel terdiri dari dua fase dan terjadi setelah penutupan katup-katup
mitral dan trikuspid. Kedua fase tersebut yaitu fase awal dan fase akhir.
1) Fase awal sistol terbagi lagi menjadi dua bagian, yaitu fase kontraksi isovolumetrik
dan fase ejeksi. Fase kontraksi isovolumetrik yaitu keadaan ketika naiknya tekanan
ventrikel akibat adanya kontraksi setelah penutupan katup mitral dan tricuspid,
sehingga kontraksi ini tidak akan merubah volume darah dalam ventrikel.
Sedangkan fase ejeksi (rapid ventricular ejection) adalah fase yang terjadi saat
tekanan dalam ventrikel melebihi tekanan dalam aorta dan arteri pulmonalis. Hal
tersebut dapat menyebabkan darah dipompa ke luar dari ventrikel dengan cepat.
2) Fase akhir sistol, yaitu fase yang terjadi saat ventrikel menurun dan tekanan aorta
dan arteri pulmonalis melebihi tekanan ventrikel sehingga terjadi penutupan katup
aorta dan katup pulmonal.
Adapun periode diastol ventrikel yaitu terjadi setelah penutupan katup aorta dan
pulmonal. Periode diastol terbagi dari tiga fase yaitu:
1) Fase pertama yang terdiri dari dua bagian, yaitu relaksasi isovolumetrik dan fase
pengisian cepat. Relaksasi isovolumetrik, yaitu keadaan saat terjadinya relaksasi
ventrikel tanpa merubah volume darah dalam ventrikel karena semua katup jantung
dalam kondisi tertutup. Sedangkan fase pengisian cepat (rapid filling phase), yaitu
fase yang terjadi ketika tekanan atrium melebihi tekanan ventrikel sehingga katup
mitral dan tricuspid akan membuka dan darah dari atrium dengan cepat masuk ke
ventrikel.
2) Fase kedua, yaitu fase yang terjadi pada sepertiga tengah periode diastol yang
disebut juga sebagai fase diastasis karena aliran masuk ke dalam ventrikel hampir
tidak ada. Pada keadaan tersebut, atrium dan ventrikel sama-sama relaksasi.
3) Fase ketiga, yaitu fase yang terjadi pada akhir diastol, yaitu saat terjadinya
kontraksi atrium (atrial kick) sehingga menyebabkan darah yang tersisa diatrium
didorong ke ventrikel, fase ini disebut juga dengan fase pengisian akhir (late filling
phase).

222
Gambar 10.2. Sistem Kerja Jantung
Sumber: http://bit.ly/2xpuxfl

2. Pembuluh Darah
Pembuluh darah berfungsi sebagai jalur mengalirnya darah yang berasal dari jantung
menuju ke jaringan tubuh maupun sebaliknya. Pembuluh darah dapat dibagi menjadi tiga
jenis, yaitu pembuluh kapiler, pembuluh vena dan pembuluh nadi.
a. Pembuluh Kapiler
Pembuluh darah kapiler adalah cabang dari saluran halus yang berhubungan
langsung dengan jaringan. Saluran halus tersebut merupakan bagian dari pembuluh
nadi yaitu arteriol. Pembuluh darah kapiler mempunyai ukuran yang sangat kecil
sehingga dindingnya juga berukuran tipis. Hal tersebut dikarenakan dalam pembuluh
darah kapiler hanya terdapat satu lapis sel saja. Pembuluh darah kapiler memiliki ciri-
ciri yang berbeda dari pembuluh darah lainnya diantaranya yaitu memiliki ukuran

223
garis tengah 1/100 milimeter, tekanan darah sangat kecil, dinding pembuluh darah
tipis, jaring-jaring pembuluh ada di seluruh tubuh, saat tubuh aktif maka kulit tampak
kemerahan, dan merupakan pembuluh darah yang paling dapat dilihat pada retina
mata. Struktur pembuluh darah kapiler terdiri dari endothelium yang bentuknya lebih
kecil dari pembuluh darah arteri dan pembuluh darah vena.

Gambar 10.3. Pembuluh Kapiler


Sumber: http://bit.ly/2xpuxfl

Endotelium merupakan sel yang berada di bagian dalam rongga pembuluh darah
kapiler. Sel endotelium dilapisi oleh dinding yang bersifat dapat dipengaruhi oleh
tekanan osmotik dan hidrostatik. Tekanan osmotik merupakan tekanan yang
mempertahankan zat pelarut dengan tidak memindahkannya ke larutan berkonsentrasi
tinggi. Sedangkan hidrostatik merupakan tekanan yang dipengaruhi oleh luas bidang
tekan dengan kedalaman tetentu sehingga pergerakannya tergantung pada jenis zat,
massa jenis dan percepatan gravitasi. Pembuluh darah kapiler berfungsi untuk
mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Cara kerja pembuluh darah kapiler diawali dari
sistem peredaran darah yang mengalir dari jantung menuju paru-paru.
Darah ini kemudian melepaskan sisa metabolisme berupa karbondioksida dan
menyerap oksigen melalui pembuluh arteri pulmonalis. Setelah itu, darah akan dibawa
kembali ke jantung melalui vena pulmonalis. Sesampainya darah di jantung, darah
kemudian dialirkan ke seluruh tubuh. Pada saat darah dialirkan ke seluruh tubuh, maka
pembuluh darah kapiler baru dapat bekerja. Ketika darah yang berasal dari peredaran

224
darah jantung maka tekanan darah tersebut dalam keadaan yang kurang. Oleh karena
itu, untuk dapat meningkatkan tekanan darah agar darah yang sudah sampai jantung
dapat kembali lagi, maka harus ada tekanan darah dari bagian bawah tubuh. Kemudian
darah yang kembali dari seluruh tubuh menuju jantung akan melewati saluran
pembuluh darah vena cava superior dan vena cafa inferior.
b. Pembuluh Vena
Pembuluh vena merupakan bagian dari sistem sirkulasi tubuh yang bertugas untuk
mengangkut komponen darah ke seluruh tubuh. Pembuluh vena berada di seluruh
tubuh, memiliki bentuk serta ukuran yang berbeda dengan pembuluh darah lainnya.
Jika dilihat dari permukaan tubuh, maka pembuluh darah vena akan tampak seperti
berwarna kebiru-biruan. Dinding pembuluh darah vena merupakan sebuah lapisan
tipis yang berperan dalam menjaga tekanan serta aliran darah agar tetap normal.
Struktur dari pembuluh darah vena yaitu bercabang-cabang, memiliki ukuran yang
kecil yang memungkinkan darah hanya mengalir ke jantung.
Di sekitar pembuluh vena terdapat otot-otot yang menyelimuti, karena pembuluh
darah ini memiliki tugas yang lebih serta membutuhkan lebih banyak dibandingkan
dengan pembuluh darah lainnya seperti pembuluh darah arteri atapun kapiler.
Pembuluh vena mempunyai lapisan luar berupa jaringan ikat dengan serat yang elatis,
lapisan tengah yang terdapat otot di sekelilingnya dan bersifat elastis pula, serta
lapisan dalam berupa jaringan tipis dan elastis. Selain lapisan tersebut, pembuluh vena
juga memiliki otot berupa serabut kolagen dan jaringan ikat untuk membantu
memperlancar tugas dan fungsinya.
Pembuluh vena yang ada pada tubuh manusiaterdiri dari beberapa jenis, yaitu
pembuluh vena inferior, superior, dan pulmonalis. Pembuluh vena inferior yaitu
pembuluh yang terdapat pada bagian kanan yang membawa darah dengan banyak
karbondioksida dari tubuh bagian atas. Pembuluh superior merupakan pembuluh yang
bertugas untuk membawa darah yang penuh sisa metabolisme dari tubuh bagian
bawah. Adapun pembuluh pulmonalis meruupakan jenis pembuluh vena yang berada
dalam organ paru-paru yang terdiri dari dua saluran di paru paru kanan dan kiri yang
bertugas membawa darah dari bagian bagian paru paru menuju jantung.

225
Gambar 10.4. Pembuluh Arteri dan Vena
Sumber: http://bit.ly/2u7ieez

c. Pembuluh Nadi
Pembuluh nadi atau pembuluh arteri adalah pembuluh darah pembuluh darah yang
membawa darah yang kaya oksigen dari jantung ke seluruh tubuh. Tubuh
membutuhkan pembuluh arteri karena pembuluh ini merupakan pusat kelancaran
sirkulasi oksigen dalam tubuh, ketika manusia sedang dalam kondisi sadar dan
melakukan aktifivitasnya, maupun saat dalam kondisi tidak sadar seperti tidur,
pembuluh darah arteri terus bekerja untuk menyebar darah bersih yang kaya oksigen
ke seluruh organ dan bagian tubuh mulai dari kepala hingga kaki. Pembuluh arteri
dalam tubuh manusia terdiri dari beberapa jenis yang saling mendukung dan terpadu,
yaitu arteri pulmonalis, arteri sistematik, aorta, dan arteriol.
Arteri pulmonalis merupakan pembuluh yang dilewati darah dari bilik menuju paru
paru. Pembuluh tersebut mengandung banyak karbondioksida yang akan dibawa ke
bagian bagian paru-paru, yaitu alveolus. Jenis kedua, yaitu arteri sistematik
merupakan pembuluh yang mengantarkan darah ke arteriol setelah itu ke pembuluh
darah kapiler tempat dimana zat nutrisi dan oksigen ditukarkan. Sedangkan aorta
merupakan pembuluh terbesar dalam tubuh dan keluar dari ventrikal yang
mengandung banyak oksigen. Adapun arteriol yaitu paembuluh nadi yang paling kecil
yang berhubungan dengan pembuluh kapiler.

226
B. DARAH
Darah adalah cairan tubuh yang berfungsi untuk memberikan zat-zat yang dipelukan oleh
sel-sel seperti nutrisi dan oksigen serta mengangkut produk sisa metabolisme dari sel-sel
tersebut. Ketika darahmencapai paru-paru, maka akan terjadi pertukanran gas ketika karbon
dioksida menyebar ke luar dari darah ke dalam alveoli dan oksigen menyebar ke dalam
darah. Darah yang mengandung oksigen ini kemudian akan di pompa ke sisi kiri jantung
dalam pembuluh darah paru dan memasuki atrium kiri. Sementara itu, jaringan darah di
temukan di dalam pembuluh darah seperti arteri, arterior, kapiler, venula, dan vena juga
terdapat dalam bilik jantung. Selain itu, beberapa sel darah putih juga ditemukan dalam
jaringan-jaringan tubuh seperti limfosit yang ditemukan dalam sistem limfatik. Komponen
darah pada manusia secara umum terbagi menjadi dua komponen penting, yaitu plasma
darah dan sel darah.
1. Plasma Darah
Plasma darah adalah komponen darah berupa cairan berwarna kuning yang terdiri atas
90% air, 7% protein plasma, 0,9% berbagai jenis garam dan 0,1% merupakan glukosa.
Warna kuning pada plasma darah dapat ditemukan pada darah yang mengendap,
walaupun biasanya warna kuning tersebut dapat berubah menjadi kuning keruh
disebabkan terlalu banyaknya lemak yang tertimbun. Adapun pH yang dimiliki oleh
plasma darah adalah sekitar 6,8-7,7 dan tingkat kekentalannya sekitar 1,7-2,2 kali dari
kekentalan air, sedangkan massa jenisnya yaitu sekitar 1,025-1,034. Protein plasma yang
terkandung dalam plasma darah mempunyai berat sekitar 200-300 gram dari total berat
seluruh plasma darah dalam tubuh. Protein tersebut nantinya akan membentuk koloid
yang berfungsi untuk memberikan pengaruh terhadap tingkat kekentalan pada darah.
Adapun jenis-jenis protein yang terkandung dalam plasma darah diantaranya adalah
albumin, beta globulin dan fibrinogen. Albumin ini biasanya disebut dengan serum
albumin memiliki volume yang besar dibandingkan jenis asam yang lainnya, yaitu
sebesar 4-5%. Protein dalam plasma darah memiliki beberapa fungsi, diantaranya adalah
sebagai cadangan protein dalam tubuh apabila tubuh mengalami kekurangan protein
akibat makanan yang dikonsumsi kurang sehat atau kurang nutrisi. Selain berfungsi
sebagai cadangan protein, protein plasma ini juga dapat dijadikan sebagai penyeimbang
asam basa darah atau pH darah.

227
Gambar 10.5. Komposisi Plasma Darah
Sumber: http://bit.ly/2eylomq

2. Sel Darah
Jika dalam plasma darah terdapat tiga jenis protein penting, maka pada sel darah juga
terbagi menjadi tiga macam, yaitu eritrosit, leukosit dan trombosit. Setiap jenis sel darah
tersebut memiliki fungsi masing-masing dalam tubuh manusia.
a. Eritrosit
Sel darah merah adalah sel darah yang paling banyak berada dalam tubuh kita yang
berfungsi untuk membawa oksigen dan zat-zat lainnya. Sel darah merah merupakan
sel-sel mikroskopis dan tidak memiliki inti sel. Sel darah merah berbentuk seperti
cakram kecil yang memiliki permukaan cekung atau seperti lempeng bikonkaf.
Eritrosit merupakan nama lain dari sel darah merah yang berasal dari bahasa Yunani,
yaitu erythros yang berarti merah dan kytos yang berarti selubung sel darah. Warna
merah dari sel darah merah berasal dari warna hemoglobin yang unsur pembuatnya
terdiri dari zat besi.
Sel darah merah terbentuk di dalam sumsum tulang belakang yang nantinya akan
diedarkan ke seluruh bagian tubuh melalui pembuluh darah. Usia dari sel darah merah
hanya 120 hari sebelum nantinya akan dihancurkan. Sel darah merah yang sudah tua
akan dibongkar di sistem pencernaan manusia yaitu pada hati dan limpa, hemoglobin
kemudian akan diubah menjadi zat warna empedu yang nantinya akan ditampung di
kantong empedu. Bilirubin akan berguna untuk memberi warna pada feses, zat besi

228
yang terdapat dalam hemoglobin kemudian dilepaskan dan difungsikan sebagai
pembentuk sel darah merah yang baru.
b. Leukosit
Leukosit atau sel darah putih berbeda dengan sel darah merah, ukuran sel darah
putih lebih besar disbanding sel darah merah dan memiliki bentuk yang bervariasi
khususnya pada saat menembus kapiler darah. Sel darah putih memiliki nucleus yang
dapat bergerak secara bebas serta dapat menembus dinding kapiler yang disebut juga
dengan diapedesis. Dalam setiap 1 mm3 darah, terkandung 6.000 sampai 9.000 sel
darah putih. Apabila jumlah sel darah putih kurang dari 6.000 mm3, maka disebut
dnegan leucopenia, akan tetapi apabila jumlahnya lebih dari 9.000/mm3, maka akan
disebut dengan leukosihosis.
Apabila dalam darah jumlah leukositosis menjadi sangat besar, maka disebut
dengan leukimia yang juga dikenal sebagai penyakit kanker darah. Sel darah putih
berfungsi untuk melawan kuman yang masuk ke dalam tubuh seseorang dengan cara
memakannya. Sel darah putih dibentuk dalam jaringan dari sumsum merah tulang. Sel
darah putih dibedakan menjadi dua kelompok yaitu leukosit granulosit dan
agranulosit. Apabila plasmanya bergranuler, maka disebut dengan leukosit granulosit,
sedangkan apabila plasmanya tidak bergranuler maka disebut dengan agranulosit.
c. Trombosit
Trombosit adalah komposisi darah yang sangat penting dalam proses pembekuan
atau penggumpalan darah. Jumlah normal trombosit yang ada dalam tubuh adalah
200.000-400.000/mm3. Apabila kadar trombosit dalam tubuh dibawah normal, maka
tubuh akan kesulitan dalam proses pembekuan darah.

C. MEKANISME SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA


Kerja dari sistem peredaran darah manusia dikendalikan oleh organ jantung yang
berfungsi untuk memompa darah agar mampu mengalir ke semua tubuh. Ketika otot jantung
berelaksasi, maka jantung dalam keadaan mengembang, volumenya besar, dan tekanannya
kecil. Keadaan tersebut menyebabkan darah dari vena kava (darah kotor dari tubuh) akan
masuk ke dalam serambi kanan, katup AV terbuka kemudian darah akan terus masuk ke
dalam bilik kanan. Sementara itu, di belahan jantung sebelah kiri, darah dari vena
pulmonalis (darah bersih dari paru-paru) akan masuk ke dalam bilik kiri. Ketika otot jantung
berkontraksi, maka jantung dalam keadaan mengerut. Darah yang telah ada dalam bilik
kanan kemudian dipompa masuk ke arteri pulmonalis. Dalam kondisi tersebut, katup AV

229
menutup sedang katup ke arteri pulmonalis membuka. Di bagian jantung sebelah kiri, darah
di dalam bilik kiri akan dipompa masuk ke aorta. Sementara itu, katup AV menutup,
sedangkan katup ke aorta akan membuka. Pada sistem peredaran darah manusia, terdapat
dua lintasan peredaran darah, yaitu peredaran darah besar dan peredaran darah kecil. Kedua
peredaran darah ini disebut dengan peredaran darah ganda.
1. Peredaran Darah Besar (Sistemik)
Peredaran darah besar adalah peredaran darah yang mengalirkan darah yang kaya
oksigen dari bilik kiri jantung kemudian diedarkan ke semua jaringan tubuh. Oksigen
akan bertukar dengan karbondioksida dalam jaringan tubuh. Kemudian, darah yang
banyak mengandung karbondioksida melalui vena akan dibawa menuju serambi kanan
jantung.
2. Peredaran Darah Kecil (Pulmonal)
Peredaran darah kecil adalah peredaran darah yang mengalirkan darah dari jantung ke
paru-paru dan ke jantung jantung. Darah yang kaya karbondioksida dari bilik kanan akan
dialirkan ke paru-paru melalui arteri pulmonalis, di alveolus paru-paru darah kemudian
akan bertukar dengan darah yang kaya akan oksigen yang nantinya akan dialirkan ke
serambi kiri jantung melalui vena pulmonalis.

Gambar 10.6. Mekanisme Sistem Peredaran Darah


Sumber: http://bit.ly/2srvmk4

230
BAB XI
SISTEM IMUN

A. PENGERTIAN SISTEM IMUN


Sistem kekebalan tubuh atau sistem imun adalah sistem perlindungan tubuh dari berbagai
pengaruh luar biologis. Perlindungan tersebut dilakukan oleh sel dan organ khusus sehingga
tubuh tidak akan mudah terkena penyakit. Apabila sistem imun dalam tubuh bekerja dengan
benar, maka sistem ini dapat melindungi tubuh dari berbagai infeksi bakteri dan virus, serta
menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Sebaliknya, apabila sistem imun
melemah, maka kemampuannya dalam melindungi tubuh akan berkurang, sehingga
menyebabkan patogen, termasuk virus penyebab demam dan flu, dapat berkembang dalam
tubuh. Sistem imun juga berfungsi untuk memberikan pengawasan terhadap pertumbuhan
sel tumor. Beberapa fungsi dari sistem imun pada manusia diantaranya adalah untuk
melindungi tubuh dari serangan benda asing atau bibit penyakit yang masuk ke dalam tubuh,
menghilangkan jaringan sel yang mati atau rusak untuk perbaikan jaringan, untuk mengenali
dan menghilangkan sel yang abnormal serta menjaga keseimbangan homeostatis dalam
tubuh.

Gambar 11.1. Komponen Sistem Imun Manusia


Sumber: http://bit.ly/2eaipfi

231
B. PENGGOLONGAN SISTEM IMUN
1. Berdasarkan Cara Mempertahankan Diri dari Penyakit
a. Sistem Pertahanan Tubuh Non Spesifik
Sistem pertahanan tubuh non spesifik adalah jenis pertahanan tubuh yang tidak
membedakan mikrobia patogen satu dengan yang lainnya. Ciri-ciri dari pertahanan
tubuh non spesifik yaitu tidak selektif, tidak mampu mengingat infeksi yang terjadi
sebelumnya, eksposur menyebabkan respon maksimal segera, serta memiliki
komponen yang dapat menangkal benda untuk masuk ke dalam tubuh. Sistem
pertahanan jenis ini didapatkan melalui beberapa cara, diantaranya adalah:
1) Pertahanan yang Terdapat di Permukaan Tubuh
a) Pertahana Fisik
Pertahanan secara fisik yaitu pertahanan yang dilakukan oleh bagian terluar
tubuh yaitu kulit dan membran mukosa. Lapisan terluar tubuh berfungsi untuk
menghalangi jalan masuk patogen ke dalam tubuh. Bagian terluar kulit terdiri
dari sel-sel epitel yang tersusun rapat sehingga tidak mudah ditembus oleh
patogen. Lapisan terluar dari kulit mengandung keratin juga sedikit air sehingga
dapat menghambat pertumbuhan mikrobia. Adapun membran mukosa yang ada
pada saluran pencernaan, saluran pernapasan, dan saluran kelamin juga
berfungsi untuk menghalangi masuknya patogen ke dalam tubuh.
b) Pertahanan Mekanis
Pertahanan secara mekanis adalah perlindungaan yang dilakukan oleh
rambut hidung dan silia pada trakea. Rambut hidung berfungsi untuk menyaring
udara yang dihirup dari berbagai partikel berbahaya serta mikrobia. Sedangkan
silia berfungsi untuk menyapu partikel berbahaya yang terperangkap dalam
lendir untuk kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh.
c) Pertahanan Kimiawi
Pertahanan secara kimiawi merupakan perlindungan tubuh yang dilakukan
oleh sekret yang dihasilkan oleh kulit serta membran mukosa. Sekret tersebut
mengandung zat-zat kimia yang mampu menghambat pertumbuhan dari
mikrobia. Contoh dari sekret yang dihasilkan kulit serta membran mukosa
adalah minyak dan keringat. Minyak dan keringat dapat memberikan suasana
asam karena memiliki nilai pH 3-5, sehingga dapat mencegah pertumbuhan
mikroorganisme yang ada pada kulit. Sedangkan air liur (saliva), air mata, dan
sekresi mukosa (mukus) mengandung enzim lisozim yang mampu membunuh

232
bakteri dengan cara menghidrolisis dinding sel bakteri sehingga kemudian
pecah dan bakteri mati.
d) Pertahanan Biologi
Pertahanan secara biologi yaitu perlindungan tubuh yang dilakukan oleh
populasi bakteri tidak berbahaya yang hidup di kulit dan membran mukosa.
Bakteri tersebut melindungi tubuh dengan cara berkompetisi dengan bakteri-
bakteri patogen dalam mendapatkan nutrisi.
2) Respon Peradangan (Inflamasi)
Inflamasi atau peradangan adalah suatu respons tubuh terhadap kerusakan
jaringan, misalnya akibat tergores atau terkena benturan keras. Proses inflamasi
berupa kumpulan dari empat gejala sekaligus, yaitu dolor (nyeri), rubor
(kemerahan), calor (panas), dan tumor (bengkak). Inflamasi berfungsi untuk
mencegah penyebaran infeksi dan mempercepat penyembuhan luka. Reaksi
inflamasi juga dapat berfungsi sebagai sinyal bahaya serta sebagai perintah agar sel
darah putih melakukan fagositosis terhadap mikrobia yang menginfeksi tubuh.
Mekanisme dari inflamasi dimulai dari adanya erusakan jaringan sebagai akibat
dari luka, sehingga mengakibatkan patogen mampu melewati pertahanan tubuh
kemudian menginfeksi sel-sel tubuh. Jaringan yang terinfeksi tersebut kemudian
akan merangsang mastosit untuk mengekskresikan histamin dan prostaglandin.
Setelah itu, akan terjadi pelebaran pembuluh darah yang meningkatkan kecepatan
aliran darah sehingga permeabilitas pembuluh darah meningkat. Kemudian terjadi
perpindahan sel-sel fagosit (neutrofil dan monosit) menuju jaringan yang
terinfeksi, hingga sel-sel fagosit akhirnya memakan patogen.
3) Fagositosis
Fagositosis adalah suatu mekanisme pertahanan yang dilakukan oleh sel-sel
fagosit dengan cara mencerna mikrobia atau partikel asing. Ada dua jenis sel
fagosit, yaitu fagosit mononuklear dan fagosit polimorfonuklear. Contoh dari
fagosit mononuklear adalah monosit, apabila bermigrasi ke jaringan, maka akan
berperan sebagai makrofag. Sedangkan contoh dari fagosit polimorfonuklear
adalah granulosit, yaitu neutrofil, eosinofil, basofil, dan mastosit. Sel-sel fagosit
akan bekerja sama setelah mendapatkan sinyal kimiawi dari jaringan yang
terinfeksi patogen. Proses fagositosis terdiri dari beberapa tahapan dari mulai
pengenalan sampai dengan pengeluaran. Beberapa tahapan fagositosis yaitu
sebagai berikut:

233
a) Pengenalan (recognition), yaitua tahapan ketika mikrobia atau partikel asing
terdeteksi oleh sel-sel fagosit.
b) Pergerakan (chemotaxis), yaitu tahapan berupa pergerakan sel fagosit menuju
patogen yang telah terdeteksi. Pergerakan sel fagosit tersebut dipacu oleh zat
yang dihasilkan oleh patogen.
c) Perlekatan (adhesion), yaitu tahapa ketika partikel melekat dengan reseptor pada
membran sel fagosit.
d) Penelanan (ingestion), yaitu tahapan ketika membran sel fagosit menyelubungi
seluruh permukaan patogen dan menelannya ke dalam sitoplasma yang terletak
dalam fagosom.
e) Pencernaan (digestion), yaitu tahapan ketika lisosom yang berisi enzim-enzim
bergabung dengan fagosom membentuk fagolisosom dan mencerna seluruh
permukaan patogen hingga hancur. Setelah infeksi hilang, maka sel fagosit akan
mati bersama dengan sel tubuh dan patogen. Hal tersebut ditandai dengan
terbentuknya nanah.
f) Pengeluaran (releasing), yaitu tahapan ketika produk sisa patogen yang tidak
dicerna akan dikeluarkan oleh sel fagosit.

Gambar 11.2. Proses Fagositosis


Sumber: http://bit.ly/2spkzvs

234
4) Protein Antimikrobia
Protein antimikrobia adalah protein yang berperan dalam sistem pertahanan
tubuh non spesifik berupa protein komplemen dan interferon. Protein komplemen
dapat membunuh patogen dengan cara membentuk lubang pada dinding sel dan
membran plasma bakteri tersebut. Hal tersebut dapat menyebabkan ion Ca2+ keluar
dari sel, sedangkan cairan dan garam-garam dari luar bakteri akan masuk
kedalamnya kemudian akan menghancurkan sel bakteri tersebut. Interferon adalah
zat yang dihasilkan oleh sel yang terinfeksi virus. Interferon dihasilkan ketika virus
memasuki tubuh melalui kulit dan selaput lendir. Interferon kemudian akan
berikatan dengan sel yang tidak terinfeksi. Sel yang berikatan ini nantinya akan
membentuk zat yang mampu mencegah replikasi virus sehingga serangan virus
dapat dicegah.
b. Sistem Pertahanan Tubuh Spesifik
Sistem pertahanan tubuh spesifik adalah sistem pertahanan tubuh terhadap patogen
tertentu yang masuk ke dalam tubuh. Sistem ini bekerja ketika patogen telah berhasil
melewati sistem pertahanan tubuh non spesifik. Ciri-ciri dari sistem pertahanan tubuh
spesifik yaitu bersifat selektif, tidak memiliki reaksi yang sama terhadap semua jenis
benda asing, dapat mengingat infeksi yang terjadi sebelumnya, melibatkan
pembentukan sel-sel tertentu dan zat kimia (antibodi), serta adanya perlambatan waktu
antara eksposur dan respons maksimal. Sistem pertahanan tubuh spesifik terdiri dari
dua komponen yaitu limfosit dan antibodi.
1) Limfosit
a) Limfosit B (Sel B)
Proses pembentukan dan pematangan limfosit B terjadi dalam sumsum tulang.
Sel B berperan penting dalam proses pembentukan kekebalan humoral dengan
membentuk antibodi. Sel B dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu sel B
plasma, pengingat, dan pembelah. Sel B plasma, merupakan limfosit yang
berfungsi membentuk antibodi. Sel B pengingat, yaitu limfosit yang berfungsi
untuk mengingat antigen yang pernah masuk ke dalam tubuh serta menstimulasi
pembentukan sel B plasma jika terjadi infeksi kedua. Adapun Sel B pembelah,
yaitu limfosit yang berfungsi untuk membentuk sel B plasma dan sel B
pengingat.

235
b) Limfosit T (Sel T)
Proses pembentukan sel T terjadi dalam sumsum tulang, sedangkan proses
pematangannya terjadi dalam kelenjar timus. Sel T berperan penting dalam
pembentukan kekebalan seluler, yaitu dengan menyerang sel penghasil antigen
secara langsung. Sel T juga berfungsi untuk membantu produksi antibodi oleh
sel B plasma. Sel T dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu Sel T pembunuh,
pembantu, dan supresor. Sel T pembunuh, berfungsi untuk menyerang patogen
yang masuk dalam tubuh, sel tubuh yang terinfeksi, serta sel kanker secara
langsung. Sel T pembantu, yaitu limfosit yang berfungsi untuk menstimulasi
pembentukan sel B plasma dan sel T lainya serta mengaktivasi makrofag untuk
melakukan fagositosis. Adapun Sel T supresor, yaitu berfungsi untuk
menurunkan dan menghentikan respons imun dengan cara menurunkan
produksi antibodi dan mengurangi aktivitas sel T pembunuh. Sel T supresor
akan bekerja setelah infeksi berhasil ditangani.
2) Antibodi
Antibodi akan dibentuk ketika ada antigen yang masuk ke dalam tubuh. Antigen
merupakan senyawa protein yang ada pada patogen sel asing atau sel kanker.
Antibodi disebut juga sebagai immunoglobulin atau serum protein globulin, karena
berfungsi untuk melindungi tubuh melalui proses kekebalan. Antibodi yaitu berupa
senyawa protein yang berfungsi melawan antigen dengan cara mengikatnya, untuk
kemudian ditangkap dan dihancurkan oleh makrofag. Suatu antibodi dapat bekerja
secara spesifik untuk antigen tertentu. Karena jenis antigen pada setiap kuman
penyakit bersifat spesifik, maka dibutuhkan antibodi yang berbeda untuk jenis
kuman yang berbeda. Oleh karena itu, manusia membutuhkan berbagai jenis
antibodi untuk melindungi tubuh dari berbagai kuman penyakit.
Antibodi tersusun atas dua rantai polipeptida yang identik, yaitu dua rantai yang
ringan dan dua rantai yang berat. Keempat rantai tersebut kemudian dihubungkan
satu sama lain oleh ikatan disulfida dan bentuk molekulnya seperti huruf Y. Setiap
lengan dari molekul tersebut mempunyai tempat pengikatan antigen. Beberapa
mekanisme kerja antibodi dalam menginaktivasi antigen yaitu netralisasi,
aglutinasi, presipitasi, dan fiksasi. Netralisasi adalah mekanisme antibodi dalam
menghalangi tempat pengikatan virus, membungkus bakteri dan atau opsonisasi.
Mekanisme selanjutnya adalah aglutinasi partikel yang mengandung antigen,
seperti mikrobia. Setelah itu, terjadi presipitasi atau pengendapan antigen yang

236
dapat larut. Mekanismes terakhir yaitu fiksasi komplemen atau aktivasi
komplemen. Antibodi dibedakan menjadi lima tipe seperti pada tabel di bawah ini:
Tabel 11.1. Tipe-Tipe Antibodi Beserta Karakteristiknya
No. Tipe Antibodi Karakteristik
Pertama kali dilepaskan ke aliran darah pada saat terjadi
1. IgM
infeksi yang pertama kali (respons kekebalan primer)
Paling banyak terdapat dalam darah dan diproduksi saat
terjadi infeksi kedua (respons kekebalan sekunder).
2. IgG
Mengalir melalui plasenta dan memberi kekebalan pasif
dari ibu kepada janin.
Ditemukan dalam air mata, air ludah, keringat, dan
membran mukosa. Berfungsi mencegah infeksi pada
3. IgA permukaan epitelium. Terdapat dalam kolostrum yang
berfungsi untuk mencegah kematian bayi akibat infeksi
saluran pencernaan
Ditemukan pada permukaan limfosit B sebagai reseptor dan
4. IgD berfungsi merangsang pembentukan antibodi oleh sel B
plasma.
Ditemukan terikat pada basofil dalam sirkulasi darah dan
cell mast (mastosit) di dalam jaringan yang berfungsi
5. IgE
memengaruhi sel untuk melepaskan histamin dan terlibat
dalam reaksi alergi.
Sumber: (Arrynugrah, 2013)

2. Berdasarkan Mekanisme Kerja


a. Kekebalan Humoral
Kekebalan humoral merupakan kekebalan tubuh yang melibatkan aktivitas sel B
dan antibodi yang beredar dalam cairan darah dan limfe. Pada saat antigen masuk ke
dalam tubuh untuk pertama kali, sel B pembelah akan membentuk sel B pengingat dan
sel B plasma. Selanjutnya, Sel B plasma akan menghasilkan antibodi yang mengikat
antigen sehingga makrofag akan mudah menangkap dan menghancurkan patogen.
Setelah infeksi berakhir, sel B pengingat akan tetap hidup dalam waktu yang lama.
Serangkaian respons tersebut disebut dengan respons kekebalan primer. Apabila
antigen yang sama masuk kembali dalam tubuh, maka sel B pengingat akan
mengenalinya kemudian menstimulasi pembentukan sel B plasma yang akan
memproduksi antibodi. Respons tersebut dinamakan dengan respons kekebalan
sekunder. Respons kekebalan sekunder terjadi lebih cepat, konsentrasi antibodi yang
dihasilkan juga lebih besar bila dibandingkan dengan respons kekebalan primer. Hal

237
tersebut disebabkan adanya memori imunologi, yaitu kemampuan sistem imun untuk
mengenali antigen yang pernah masuk ke dalam tubuh.
b. Kekebalan Seluler
Kekebalan seluler yaitu kekebalan tubuh yang melibatkan sel T yang bertugas
menyerang sel asing atau jaringan tubuh yang terifeksi secara langsung. Pada saat sel
T pembunuh terkena antigen pada permukaan sel asing, maka sel T pembunuh akan
menyerang dan menghancurkan sel tersebut dengan cara merusak membran sel asing.
Apabila infeksi tersebut berhasil ditangani, selanjutnya sel T supresor akan
mengehentikan respons kekebalan dengan cara menghambat aktivitas sel T pembunuh
dan membatasi produksi antibodi.

Gambar 11.3. Kekebalan Spesifik dan Non Spesifik


Sumber: http://bit.ly/2vmfjij

3. Berdasarkan Cara Memperoleh


a. Kekebalan Aktif
Kekebalan aktif adalah sistem kekebalan yang dihasilkan oleh tubuh kita sendiri.
Kekebalan aktif didapatkan secara alami maupun buatan. Kekebalan aktif alami
diperoleh seseorang setelah mengalami sakit akibat adanya infeksi dari suatu kuman
penyakit. Setelah sembuh, orang tersebut akan menjadi kebal terhadap penyakit yang
pernah dialaminya. Sebagai contoh, seseorang yang pernah sakit campak tidak akan
terkena penyakit tersebut untuk kedua kalinya. Sedangkan kekebalan aktif buatan
yaitu kekebalan aktif yang didapatkan melalui vaksinasi atau imunisasi. Vaksinasi
merupakan proses pemberian vaksin ke dalam tubuh. Vaksin adalah suatu siapan
antigen yang dierikan secara oral maupun melalui suntikan untuk merangsang
terjadinya mekanisme pertahanan tubuh terhadap patogen. Vaksin dapat berupa

238
suspensi dari mikroorganisme yang telah dilemahkan atau dimatikan. Vaksin juga
dapat berbentuk toksoid atau ekstrak antigen dari suatu patogen yang telah
dilemahkan. Vaksin yang dimasukkan ke dalam tubuh kemudian akan menstimulasi
pembentukan antibodi untuk melawan antigen, sehingga tubuh akan kebal terhadap
penyakit yang menyerangnya.
Kekebalan yang didapatkan karena vaksinasi biasanya memiliki jangka waktu
tertentu, sehingga permberian vaksin harus diulang kembali setelah beberapa lama.
Hal tersebut dilakukan karena jumlah antibodi dalam tubuh akan semakin berkurang
sehingga imunitas tubuh juga akan menurun. Beberapa jenis penyakit yang dapat
dicegah dengan menggunakan cara vaksinasi diantaranya adalah cacar, tuberkulosis,
dipteri, hepatitis B, pertusis, tetanus, polio, tifus, campak, dan demam kuning. Vaksin
untuk penyakit tersebut biasanya diproduksi dalam skala yang besar sehingga
harganya dapat terjangkau oleh masyarakat. Secara umum, vaksin dapat
dikelompokkan menjadi empat jenis yaitu:
1) Vaksin Bacille Calmette-Guerin (BCG), polio jenis sabin, juga campak. Vaksin-
vaksin tersebut terbuat dari mikroorganisme yang telah dilemahkan.
2) Vaksin pertusis dan polio jenis salk, yaitu berasal dari mikroorganisme yang telah
dimatikan.
3) Vaksin tetanus toksoid dan difteri, yaitu berasal dari toksin (racun) mikrooganisme
yang telah dilemahkan atau diencerkan konsentrasinya.
4) Vaksin hepatitis B, yaitu terbuat dari protein mikroorganisme.
b. Kekebalan Pasif
Kekebalan pasif adalah system kekebalan yang berkebalikan dengan kekebalan
aktif. Kekebalan pasif didapatkan setelah menerima antibodi dari luar tubuh, baik
secara alami maupun buatan.
1) Kekebalan Pasif Alami, yaitu kekebalan yang dapat ditemukan pada bayi setelah
menerima antibodi dari ibunya melalui plasenta ketika masih berada dalam
kandungan. Kekebalan ini juga didapatkan melalui pemberian ASI pertama
(kolostrum) yang mengandung banyak antibodi.
2) Kekebalan Pasif Buatan, yaitu kekebalan pasif yang didapatkan dengan cara
menyuntikkan antibodi yang di ekstrak dari suatu individu ke tubuh orang lain
sebagai serum. Kekebalan pasif buatan ini berlangsung singkat, akan tetapi dapat
menyembuhkan dengan cepat. Sebagai contohnya adalah pemberian serum antibisa
ular kepada orang yang dipatuk oleh ular berbisa.

239
BAB XII
SISTEM PERNAPASAN

Secara umum, pengertian dari pernapasan yaitu suatu proses menghirup atau pergerakan
udara dari luar yang mengandung oksigen ke dalam tubuh atau paru-paru kemudian
menghembuskan udara yang banyak mengandung karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi
ke luar dari tubuh (Syaifuddin, 1997). Proses pernapadan atau respirasi dapat dibedakan
menjadi dua jenis, yang pertama yaitu respirasi luar, merupakan pertukaran antara oksigen dan
karbondioksida antara darah dan udara. Jenis kedua yaitu respirasi dalam, merupakan
pertukaran oksigen dan karbondioksida dari aliran darah ke sel-sel tubuh. Dalam proses
mengambil nafas ke dalam tubuh serta membuang napas ke udara, dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut.
Pernapasan dada terjadi ketika otot antar tulang rusuk luar berkontraksi atau mengerut,
tulang rusuk akan terangkat ke atas, rongga dada membesar yang akan mengakibatkan tekanan
udara dalam dada kecil sehingga udara akan masuk ke dalam tubuh. Jenis yang kedua yaitu
pernapasan perut, yaitu terjadi ketika otot difragma pada perut mengalami kontraksi, diafragma
menjadi datar, volume rongga dada menjadi besar yang mengakibatkan tekanan udara pada
dada mengecil sehingga udara akan masuk ke dalam paru-paru. Dalam kondisi yang normal,
manusia membutuhkan setidaknya 300 liter oksigen setiap harinya. Apabila dalam keadaan
tubuh bekerja berat, maka oksigen yang dibutuhkan akan menjadi berkali-kali lipat, bisa
sampai 10 hingga 15 kali lipat dari jumlah dalam keadaan normal.
Ketika oksigen menembus selaput alveolus, hemoglobin akan mengikat oksigen yang
jumlahnya akan disesuaikan dengan besar kecilnya tekanan udara pada pembuluh darah arteri,
tekanan oksigen dalam pembuluh arteri biasanya sekitar 100 mmHg dengan kebutuhan oksigen
sejumlah 19 cc. Sedangkan pada pembuluh darah vena tekanannya hanya 40 milimeter air raksa
dengan kebutuhan oksigen sejumlah 12 cc. Oksigen yang kita hasilkan dalam tubuh sebanyak
200 cc. Setiap liter darah dapat melarutkan sejumlah 4,3 cc karbondioksida. Karbondioksiada
yang dihasilkan akan keluar dari jaringan kemudian menuju paru-paru dengan bantuan darah.
Proses kimiawi yang terjadi selama respirasi pada tubuh manusia yaitu ketika terjadinya
pembuangan CO2 dari paru-paru, pengikatan oksigen oleh hemoglobin, pemisahan oksigen dari
hemoglobin ke cairan sel, serta dalam proses pengangkutan karbondioksida di dalam tubuh.
Alat-alat pernapasan berfungsi untuk memasukkan udara yang mengandung oksigen dan
mengeluarkan udara yang mengandung karbondioksida juga uap air. Tujuan utama dari proses

240
pernapasan adalah untuk memperoleh energi. Sistem pernapasan pada tubuh manusia terdiri
dari hidung, faring, trakea, bronkus, bronkiolus, dan paru-paru.

A. HIDUNG
Hidung adalah tempat masuknya udara, mempunyai dua lubang atau kavum nasi dan
dipisahkan oleh sekat hidung atau septum nasi. Rongga hidung memiliki permukaan yang
dilapisi oleh jaringan epithelium. Epithelium mengandung banyak kapiler darah dan sel
yang dapat mensekresikan lendir. Rongga hidung memiliki fungsi sebagai panyaring udara
pernapasan oleh bulu hidung serta untuk menghangatkan udara pernapasan oleh mukosa.
Udara yang masuk melalui hidung akan mengalami beberapa perlakuan, seperti diatur
kelembapan serta suhunya. Selain itu, dalam hidung udara juga akan mengalami
penyaringan oleh rambut atau bulu-bulu getar.
Secara umum hidung berfungsi sebagai jalan napas, pengatur udara, pengatur
kelembaban udara atau humidifikasi, pengatur suhu, pelindung dan penyaring udara, indera
pencium, serta sebagai resonator suara. Fungsi hidung sebagai pelindung dan penyaring
dilakukan oleh bagian vibrissa, lapisan lendir, juga enzim lisozim. Vibrisa merupakan
rambut pada vestibulum nasi yang berfungsi sebagai penyaring debu dan kotoran atau
partikel berukuran besar. Debu-debu kecil dan partikel kecil lainnya yang masih dapat
melewati vibrissa akan melekat pada lapisan lendir hingga kemudian akan dikeluarkan oleh
refleks bersin. Apabila dalam udara masih terdapat bekteri atau partikel yang sangat kecil,
maka enzim lisozom yang akan menghancurkannya (Soemantri, 2008).

Gambar 12.1. Anatomi Hidung


Sumber: http://bit.ly/2t4s3oo

241
B. FARING
Faring atau tekak adalah tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan
makanan. Faring atau tekak berada di bawah dasar tengkorak, di belakang rongga hidung
dan mulut setelah depan ruas tulang leher. Adapun nasofaring merupakan bagian dari faring
yang letaknya di belakang hidung, di atas palatum yang lembut. Dalam dinding posterior,
terdapat lintasan jaringan limfoid yang disebut dengan tonsil faringeal atau biasanya disebut
sebagai adenoid. Jaringan tersebut kadang-kadang membesar dan menutup faring. Tubulus
auditorium akan terbuka dari dinding lateral nasofaring dan melalui tabung tersebut
kemudian udara dibawa kebagian tengah telinga. Nasofaring dilapisi oleh membran mukosa
bersilia berupa lanjutan dari membran yang dilapisi bagian hidung. Adapun orofaring
letaknya yaitu di belakang mulut, di bawah palatum lunak, yang dinding lateralnya saling
berhubungan. Diantara lipatan dinding tersebut, ada yang disebut dengan arkus palato-
glosum berupa kumpulan jaringan limfoid yang disebut dengan tonsil palatum. Dalam faring
juga terdapat tuba eustachi yan bermuara pada nasofaring. Tuba tersebut berfungsi untuk
menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi membran timpani, dengan cara menelan
pada daerah laringofaring, maka sistem pernapasan dan pencernaan akan bertemu. Udara
kemudian akan melalui bagian anterior ke dalam laring, sedangkan makanan akan
melewati posterior ke dalam esofagus melalui epiglotis yang fleksibel.

Gambar 12.2. Anatomi Faring


Sumber: http://bit.ly/2xzlusi

242
C. LARING
Laring merupakan sebuah saluran yang berbentuk tabung tak beraturan. Letak dari laring
yaitu diantara faring dan trakea, antara pangkal lidah dan trakea. Otot serta ligamen yang
mengikat tulang rawan yang kemudian membentuk struktur laring. Laring terdiri dari
beberapa otot intrinsik serta tiga kartilago besar yang tidak berpasangan, yaitu thyroid,
cricoid, dan epiglotis. Selai itu, laring juga terdiri dari tiga kartilago kecil yang saling
berpasangan yaitu corniculate, aryrenoids, dan cuneiform. Ciri seksual sekunder pria juga
akan tampak pada laring, yaitu berupa sebuah tonjolan yang bernama jakun. Laring terdiri
dari dua bagian, yaitu epiglotis dan pita suara. Epiglotis adalah salah satu bagian dari laring
yang menjulur ke arah faring. Epiglotis tersusun atas tulang rawan yang elastis, dengan sel-
sel pipih dan silindris, serta berbatasan dengan trakea.
Adapun pita suara yaitu bagian dari laring yang tersusun dari tulang rawan hialin,
letaknya di bawah epiglotis. Ligamen vokal merupakan bagian yang tersusun dari jalinan
serat elastin dan tegangannya diatur oleh otot lurik. Pada saat udara melewati tegangan
ligamen, maka akan terbentuk getaran yang akhirnya menghasilkan suara. Pita suara terdiri
dari dua bagian, yaitu pita suara palsu dan pita suara asli. Pita suara palsu terbentuk dari
pasangan pita suara bagian atas dan dilapisi oleh kelenjar mukosa serta lapisan epitel
bersilia. Sedangkan pita suara sejati, yang berfungsi untuk memproduksi suara, terbentuk
dari pasangan tulang bagian bawah. Fungsi utama dari laring diantaranya adalah sebagai
penghasil suara, pelindung saluran pernapasan, pengarah makanan masuk ke trakea,
penghubung antara faring dan trakea, serta untuk melindungi tabung trakea.

Gambar 12.3. Anatomi Laring


Sumber: http://bit.ly/2xzlusi

243
D. TRAKEA
Trakea adalah adalah satu organ yang berada di leher, berbentuk seperti pipa yang
memanjang. Bila diukur, panjang dari trakea dapat mencapai lebih dari 10 cm, bergantung
pada struktur leher seseorang. Tenggorokan atau trakea memiliki cabang di ujungnya yang
membentuk bronkus. Tenggorokan memiliki tiga lapisan berbeda, yaitu lapisan luar, tengah,
dan dalam. Lapisan luar merupakan lapisan yang berada paling luar dan terdapat jaringan
ikat. Pada lapisan tengah, letaknya berada di tengah dan terdapat otot polos juga cincin
tulang rawan yang tersusun dari 16-20 ruas cincin. Ruas cincin tersebut berbentuk mirip
dengan huruf C. Karena bentuknya seperti itu, maka pada bagian belakang cincin tulang
rawan ini tidak tersambung antara satu sama lain.
Fungsi dari tulang tersebut adalah untuk membantu mempertahankan trakea agar tetap
dalam kondisi terbuka. Adapun lapisan dalam dari trakea, letaknya paling dalam dan pada
bagian ini terdapat banyak jaringan epitelium yang bersilia. Hal tersebut membuat lapisan
dalam terkesan lengket karena banyaknya lendir. Fungsi dari lendir tersebut adalah untuk
menangkap debu dan kotoran yang berhasil masuk ke dalam tubuh ketika menghirup udara.
Mikroorganisme yang berhasil masuk juga akan terperangkap dalam trakea yang kemudian
akan di dorong oleh silia. Keberadaan kotoran hingga mikroorganisme tersebut harus di
keluarkan dari mulut dengan cara mengirimkan sinyal pada otak agar dapat batuk.

Gambar 12.4. Trakea


Sumber: http://bit.ly/2thuh0p

244
E. BRONKUS
Bronkus atau cabang tenggorokan letaknya meneruskan dari trakea. Jumlah bronkus ada
dua, yaitu berada di paru-paru kanan dan paru-paru kiri. Apabila di lihat dari struktur
anatomi, bagian paru-paru yang ada di kiri akan lebih panjang, tetapi salurannya lebih
sempit dan lebih mendatar. Sedangkan bagian kanan, terlihat lebih pendek, tetapi cabangnya
lebih meninggi. Hal itulah yang menyebabkan paru-paru sebelah kanan biasanya lebih
rentan terkena penyakit. Apabila dibandingkan dengan trakea, struktur bronkus dengan
trakea memang hampir serupa. Perbedaannya adalah dinding pada trakea lebih tebal
dibandingkan pada bronkus. Setelah melewati bronkus, selanjutnya udara yang
mengandung oksigen akan melewati bronkiolus, yaitu cabang dari bronkus. Pada bronkus
bagian kanan, terdapat tiga cabang bronkiolus. Sedangkan pada bronchus kiri, hanya
terdapat dua cabang bronkiolus.

Gambar 12.5. Bronkus


Sumber: http://bit.ly/2eyui3n

245
F. PULMO
Pulmo atau paru-paru adalah bagian utama dari proses pernapasan manusia yang terletak
di dalam rongga dada dan di batasi oleh sekat. Nama sekat tersebut adalah diafragma. Setiap
manusia, memiliki dua paru-paru, yaitu paru-paru kanan dan paru-paru kiri. Di sebelah paru
paru kanan, ada tiga lobus atau gelambir, yaitu gelambir atas, gelambir tengah, dan gelambir
bawah. Sedangkan pada bagian paru-paru kiri, terdapat dua gelambir, yaitu gelambir atas
dan gelambir bawah. Setiap paru-paru, selalu diselimuti oleh pelindung yang bernama
pleura. Kapasitas total pada paru-paru manusia yaitu mampu menampung udara sekitar 3,5
liter. Ketika manusia mengambil udara atau oksigen dari luar, maka paru-paru akan
berkontraksi. Hal tersebut yang membuat dada naik dan terangkat ke atas. Sehingga
membuat udara yang dari luar dapat masuk ke dalam tubuh. Sedangkan ketika kita
menghembuskan napas, maka paru-paru akan berelaksasi. Hal tersebut yang membuat dada
turun ke bawah, sehingga udara yang ada di dalam tubuh akan ke luar.

Gambar 12.6. Pulmo


Sumber: http://bit.ly/2bvsg7b

246
G. FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN
1. Fisiologi Ventilasi Paru
Pergerakan udara ke dalam dan ke luar paru disebabkan oleh tekanan pleura, alveolus,
dan transpulmonal.
a. Tekanan Pleura
Tekanan pleura merupakan tekanan cairan dalam ruang sempit antara pleura paru
juga pleura dinding dada. Tekanan pleura dalam kondisi normal yaitu sekitar -5 cm
H2O, yang merupakan nilai isap yang dibutuhkan untuk mempertahankan paru agar
tetap terbuka sampai nilai istirahatnya. Kemudian ketika proses inspirasi normal,
maka pengembangan rangka dada akan menarik paru ke arah luar dengan kekuatan
yang lebih besar sehingga menyebabkan tekanan menjadi lebih negatif yaitu sekitar
-7,5 cm H2O.

Gambar 12.7. Sistem Pernapasan


Sumber: http://bit.ly/2e9qotg

b. Tekanan Alveolus
Tekanan alveolus adalah tekanan udara di bagian dalam alveoli paru. Ketika glotis
terbuka serta tidak ada udara yang mengalir ke dalam atau keluar paru, maka tekanan
pada semua jalan nafas sampai alveoli, semuanya akan sama dengan tekanan atmosfer
yaitu tekanan 0 cm H2O. Agar udara dapat masuk, maka tekanan alveoli nilainya harus
sedikit di bawah tekanan atmosfer. Tekanan sedikit ini yaitu sekitar -1 cm H2O dapat
menarik sejumlah 0,5 liter udara ke dalam paru selama 2 detik. Selama proses
ekspirasi, akan terjadi tekanan yang berlawanan.

247
Gambar 12.8. Tekanan Alveolus
Sumber: http://bit.ly/2c4ulsx

c. Tekanan Transpulmonal
Perbedaan antara tekanan alveoli dan tekanan pada permukaan luar paru, serta
tekanan transpulmonal adalah adanya nilai daya elastis dalam paru yang cenderung
mengempiskan paru pada setiap pernafasan, yang disebut dengan tekanan daya lenting
paru.
2. Fisiologi Kendali Persarafan pada Pernafasan
Dalam sistem pernapasan manusia, terdapat dua mekanisme neural terpisah bagi
pengaturan pernafasan. Mekanisame pertama yaitu mekanisme yang berperan pada
kendali pernafasan volunter. Pusat volunter berada pada cortex cerebri dan impuls akan
dikirimkan ke neuron motorik otot pernafasan melalui jaras kortikospinal. Adapun
mekanisme yang kedua yaitu mekanisme yang mengendalikan pernafasan otomatis.
Pusat pernafasan otomatis ini berapa pada di pons dan medulla oblongata. Keluaran
eferen dari sistem ini yaitu terletak pada rami alba medulla spinalis di antara bagian
lateral dan ventral jaras kortikospinal.
Serat saraf yang meneruskan impuls inspirasi, akan berkumpul pada neuron motorik
N.Phrenicus pada kornu ventral C3-C5 serta neuron motorik intercostales externa pada
kornu ventral sepanjang segmen toracal medulla. Serat saraf yang membawa impuls
ekspirasi, akan bersatu terutama pada neuron motorik intercostales interna sepanjang
segmen toracal medulla. Neuron motorik untuk otot ekspirasi selanjutnya akan dihambat
apabila neuron motorik untuk otot inspirasi diaktifkan, begituoun sebaliknya. Meskipun
refleks spinal ikut berperan dalam persarafan timbal-balik atau reciprocal innervation,
tetapi aktivitas pada jaras descendensl adalah yang berperan utama. Impuls melalui jaras
descendens kemudian akan merangsang otot agonis dan menghambat yang antagonis.

248
Satu pengecualian kecil dalam proses inhibisi timbal balik ini yaitu terdapatnya
sejumlah kecil aktivitas pada akson N.Phrenicus untuk jangka waktu yang singkat setelah
proses inspirasi. Fungsi keluaran pasca inspirasi ini sepertinya berfungsi untuk meredam
daya rekoil elastik jaringan paru serta menghasilkan pernafasan yang halus.

Gambar 12.9. Kendali Persarafan pada Pernapasan


Sumber: http://bit.ly/2eb2irr

3. Pengaturan aktivitas pernafasan


Peningkatan nilai PCO2 maupun penurunan PO2 dalam darah arteri akan memperbesar
derajat aktivitas neuron pernafasan dalam medulla oblongata. Sedangkan perubahan ke
arah yang berlawanan, akan mengakibatkan efek inhibisi ringan. Pengaruh perubahan
kimia darah terhadap pernafasan akan berlangsung melalui kemoreseptor pernafasan
pada glomus karotikum dan aortikum serta sekumpulan sel di medulla oblongata ataupun
di lokasi lain yang peka terhadap perubahan kimiawi dalam darah. Reseptor tersebut
selenjutnya akan membangkitkan impuls yang merangsang pusat pernafasan. Bersamaan
dengan dasar pengendalian pernafasan kimiawi, berbagai aferen lain akan menimbulkan
pengaturan non-kimiawi yang dapat memengaruhi pernafasan pada keadaan tertentu.
Untuk dapat melihat berbagai rangsang yang memengaruhi pusat pernafasan dapat dilihat
pada tabel dibawah ini:

249
Tabel 12.1. Rangsang Yang Mempengaruhi Pusat Pernapasan

Sumber: (Soemantri, 2008)

4. Pengendalian Kimiawi Pernafasan


Mekanisme dari pengaturan kimiawi akan menyesuaikan ventilasi sedemikian rupa
sehingga PCO2 alveoli pada keadaan normal dapat dipertahankan pada nilai yang tetap.
Dampak kelebihan nilai H+ dalam darah akan dilawan, kemudian PO2 akan ditingkatkan
apabila terlihat adanya penurunan yang mencapai tingkat membayakan. Volume
pernafasan satu menit berbanding lurus dengan laju metabolisme, tetapi penghubung
antara metabolisme dan ventilasi adalah CO2, bukanlah O2. Reseptor dalam glomus
karotikum dan aortikum akan terangsang oleh peningkatan PCO2 maupun konsentrasi
H+ darah arteri atau oleh penurunan PO2. Setelah proses denervasi kemoreseptor
karotikum, maka respons terhadap penurunan PO2 akan hilang, efek utama hipoksia
setelah denervasi glomus karotikum yaitu berupa penekanan langsung pada pusat
pernapasan. Respon terhadap adanya perubahan konsentrasi H+ darah arteri pada pH 7,3-
7,5 juga dihilangkan, walaupun perubahan yang lebih besar masih dapat menimbulkan
efek. Sebaliknya, respons terhadap perubahan kadar PCO2 dalam darah arteri hanya
sedikit dipengaruhi.

250
5. Pengangkutan oksigen ke jaringan
Sistem pengangkut oksigen dalam tubuh terdiri dari paru dan sistem kardiovaskuler.
Pengangkutan oksigen menuju jaringan tertentu akan bergantung pada jumlah oksigen
yang masuk ke dalam paru, adanya pertukaran gas dalam paru yang adekuat, aliran darah
menuju jaringan serta kapasitas darah untuk mengangkut oksigen. Aliran darah akan
bergantung pada derajat konstriksi jalinan vaskular dalam jaringan serta curah jantung.
Jumlah oksigen yang ada dalam darah ditentukan oleh jumlah oksigen yang larut, jumlah
hemoglobin dalam darah serta afinitas hemoglobin terhadap oksigen.
6. Proses Biokimia dalam Pernapasan
Dinamika reaksi pengikatan oksigen oleh hemoglobin, kemudian menjadikam
hemoglogin sebagai pembawa oksigen yang sangat serasi. Hemoglobin merupakan
protein yang dibentuk dari empat sub unit, masing-masing mengandung gugus heme
yang melekat dalam sebuah rantai polipeptida. Pada seorang manusia dewasa yang
normal, sebagian besar hemoglobin mengandung dua rantai α dan dua rantai β. Heme
merupakan kompleks yang dibentuk dari suatu porfirin dan satu atom besi fero. Masing-
masing dari keempat atom besi tersebut dapat mengikat satu molekul oksigen secara
reversibel. Atom besi akan tetap berada dalam bentuk fero, sehingga kemudian reaksi
pengikatan oksigen merupakan suatu reaksi oksigenasi, bukanlah reaksi oksidasi.

Gambar 12.10. Biokimia Respirasi


Sumber: http://bit.ly/2u5x8lt

251
H. VOLUME DAN KAPASITAS PARU
Udara yang keluar dan masuk paru-paru ketika kita melakukan proses pernapasan biasa
disebut dengan udara pernapasan atau udara tidal. Volume udara pernapasan pada orang
dewasa sekitar 500 ml. Ketika proses menarik napas dalam-dalam, maka volume udara yang
dapat kita tarik mencapai 1500 ml yang dinamakan dengan udara komplementer. Ketika kita
menarik napas sekuat-kuatnya, maka volume udara yang dapat diembuskan juga sekitar
1500 ml, yang dinamakan dengan udara suplementer. Walaupun telah mengeluarkan napas
sekuat-kuatnya, tetapi biasanya masih ada sisa udara dalam paru- paru yang volumenya
sekitar 1500 mL, yang dinamakan dengan udara residu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
kapasitas paru-paru total yaitu kapasitas vital ditambah dengan volume residu yaitu sekitar
4500 ml pada wanita dan 5500 ml pada pria.

Gambar 12.11. Volume dan Kapasitas Paru-paru


Sumber: http://bit.ly/2t6tnw1

I. MEKANISME PERNAPASAN
1. Pernapasan Dada
Dalam mekanisme pernapasan dada, otot yang berperan penting adalah otot antar
tulang rusuk. Otot tulang rusuk dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu otot tulang
rusuk luar dan otot tulang rusuk dalam. Otot tulang rusuk luar berperan dalam
mengangkat tulang-tulang rusuk, sedangkan oto tulang rusuk dalam berfungsi untuk
menurunkan atau mengembalikan tulang rusuk ke dalam posisi semula. Apabila otot
antar tulang rusuk luar berkontraksi, maka tulang rusuk akan terangkat sehingga volume

252
dada membesar. Pertambahan besar volume dada akan menyebabkan tekanan dalam
rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan rongga dada luar. Karena tekanan
udara yang kecil pada rongga dada, maka akan menyebabkan aliran udara mengalir dari
luar tubuh dan masuk ke dalam tubuh, proses itulah yang disebut dengan proses inspirasi.
Sedangkan proses espirasi, akan terjadi apabila adanya kontraksi dari otot dalam,
sehingga tulang rusuk kembali ke posisi semula sehingga menyebabkan tekanan udara
di dalam tubuh meningkat. Selanjutnya udara dalam paru-paru akan tertekan dalam
rongga dada, kemudian aliran udara terdorong ke luar tubuh.

Gambar 12.12. Pernapasan Dada


Sumber: http://bit.ly/2stmgb1

2. Pernapasan Perut
Pada mekanisme pernapasan perut, otot yang berperan aktif adalah otot diafragma
juga otot dinding rongga perut. Ketika otot diafragma berkontraksi, posisi diafragma
akan mendatar. Hal tersebut yang menyebabkan volume rongga dada membesar sehingga
tekanan udaranya mengecil. Penurunan tekanan udara inilah yang menyebabkan
mengembangnya paru-paru, sehingga udara akan mengalir masuk ke paru- paru (proses
inspirasi). Pernapasan merupakan suatu proses yang terjadi secara otomatis walau dalam
keadaan tertidur sekalipun. Hal tersebut dikarenakan sistem pernapasan dipengaruhi oleh
susunan saraf otonom.

253
Menurut tempat terjadinya pertukaran gas, maka pernapasan dapat dibedakan atas dua
jenis, yaitu pernapasan luar dan pernapasan dalam. Pernapasan luar merupakan proses
pertukaran udara yang terjadi antara udara dalam alveolus dengan darah dalam kapiler,
sedangkan pernapasan dalam merupakan proses pernapasan yang terjadi antara darah
dalam kapiler dengan sel-sel tubuh. Proses keluar masuknya udara dalam paru-paru
dipengaruhi oleh perbedaan tekanan udara dalam rongga dada juga tekanan udara di luar
tubuh. Apabila tekanan di luar rongga dada lebih besar, maka udara akan masuk.
Begitupun sebaliknya, apabila tekanan dalam rongga dada lebih besar maka udara akan
keluar.

J. PERTUKARAN O2 DAN CO2 DALAM PERNAPASAN


Jumlah oksigen yang diambil melalui udara dalam proses pernapasan bergantung pada
kebutuhan dan hal tersebut biasanya dipengaruhi oleh jenis pekerjaan, ukuran tubuh, serta
jumlah maupun jenis bahan makanan yang dikonsumsi. Pekerja-pekerja berat, juga
termasuk atlet, akan lebih banyak membutuhkan oksigen dibandingkan dengan pekerja
ringan. Demikian juga seseorang yang mempunyai ukuran tubuh yang lebih besar, akan
membutuhkan oksigen lebih banyak. Selain itu, seseorang yang mempunyai kebiasaan
memakan lebih banyak daging juga akan membutuhkan lebih banyak oksigen daripada
seorang vegetarian. Dalam keadaan normal, manusia membutuhkan sekitar 300 cc oksigen
selama 24 jam atau sekitar 0,5 cc setiap menitnya. Kebutuhan tersebut berbanding lurus
dengan volume udara inspirasi dan ekspirasi yang biasa kecuali apabila dalam keadaan
tertentu saat konsentrasi oksigen udara inspirasi berkurang atau karena penyebab lainnya,
seperti konsentrasi hemoglobin darah yang berkurang.
Oksigen yang dibutuhkan akan berdifusi masuk ke darah melalui kapiler darah yang
menyelubungi alveolus. Selanjutnya, sebagian besar oksigen tersebut diikat oleh zat warna
darah atau pigmen darah untuk kemudian diangkut ke sel-sel jaringan tubuh. Hemoglobin
yang ada dalam butir darah merah atau eritrosit tersusun oleh senyawa hemin atau hematin
yang mengandung unsur besi dan globin yang berupa protein. Gangguan terhadap
pengangkutan CO2 akan mengakibatkan munculnya gejala asidosis karena turunnya kadar
basa dalam darah. Hal tersebut dapat disebabkan oleh keadaan Pneumoni. Sebaliknya,
apabila terjadi akumulasi garam basa dalam darah maka akan muncul gejala alkalosis.

254
Gambar 12.13. Pertukaran O2 dengan CO2
Sumber: http://bit.ly/2ubvvb8

K. ENERGI DAN PERNAPASAN


Energi yang dihasilkan selama proses pernapasan dalam tubuh, akan digunakan untuk
membentuk molekul berenergi, yaitu ATP (Adenosin Tri Phospate). Selanjutnya, molekul
ATP tersebut akan disimpan dalam sel dan menjadi sumber energi utama untuk berbagai
aktivitas tubuh. ATP merupakan molekuk yang berasal dari perombakan senyawa organik
seperti karbohidrat, protein dan lemak. Gula atau glukosa dari pemecahan karbohidrat dalam
tubuh akan diubah terlebih dahulu menjadi senyawa fosfat yang dikatalisis oleh bantuan
enzim glukokinase. Selanjutnya, senyaw fosfat akan diubah menjadi asam piruvat dan
kemudian akan dibebaskan dalam bentuk H₂O dan CO₂ sebagai hasil samping dari proses
oksidasi tersebut. Proses respirasi sel dari bahan glukosa secara umum meliputi tiga
tahapan, yaitu proses glikosis, siklus Krebs, serta transfer elektron. Pada pekerja berat atau
para atlet yang memiliki aktivitas tinggi, pembentukan energi dapat dilakukan secara
anaerobik.

255
BAB XIII
SISTEM PENCERNAAN

Sistem pencernaan terdiri dari saluran pencernaan dan kelenjar-kelenjar pencernaan. Fungsi
dari sistem pencernaan yaitu untuk memperoleh zat-zat makanan yang dibutuhkan bagi tubuh.
Saluran pencernaan pada umumnya memiliki sifat truktural tertentu yang terdiri dari empat
lapisan utama yaitu lapisan mukosa, submukosa, lapisan otot, serta lapisan serosa. Lapisan
mukosa terdiri dari epitel pembatas, lamina propria yang terdiri dari jaringan penyambung
jarang yang kaya akan pembuluh darah kapiler serta limfe dan sel-sel otot polos. Kadang-
kadang lapisan mukosa juga mengandung kelenjar-kelenjar serta jaringan limfoid, dan
muskularis mukosae. Adapun submukosa, yaitu terdiri dari jaringan penyambung jarang
dengan banyak pembuluh darah dan limfe, pleksus saraf submukosa yang dinamakan
meissner, serta kelenjar-kelenjar atau jaringan limfoid.
Dalam lapisan otot, tersusun dari sel-sel otot polos yang berdasarkan susunannya dapat
dibedakan menjadi dua sublapisan menurut arah utama sel-sel otot yaitu sebelah dalam yang
dekat lumen. Bagian dalam tersebut biasanya tersusun secara melingkar atau sirkuler.
Sedangkan pada sublapisan luar, kebanyakan berbentuk memanjang atau longitudinal. Lapisan
otot juga tersusun atas kumpulan saraf yang disebut dengan pleksus mienterik atau Auerbach,
yang letaknya berada diantara dua sublapisan otot. Penyusun ketiga dari lapisan otot yaitu
pembuluh darah dan limfe. Adapun lapisan keempat dari saluran pencernaanm yaitu serosa,
merupakan lapisan tipis yang terdiri dari jaringan penyambung jarang yang kaya akan
pembuluh darah dan jaringan adiposa serta epitel gepeng selapis atau mesotel. Fungsi utama
epitel mukosa pada saluran pencernaan adalah untuk menyelenggarakan sawar atau embatas
yang bersifat permeabel selektif antara isi saluran dan jaringan tubuh.
Selain itu, fungsi epitel mukosa adalah untuk mempermudah transpor dan pencernaan
makanan serta meningkatkan absorpsi hasil-hasil pencernaan. Sel-sel pada lapisan ini selain
menghasilkan mukus juga dapat berperan dalam pencernaan atau absorpsi makanan.
Muskularis mukosae dan lapisan otot berfungsi untuk pergerakan lapisan mukosa secara
independen dari pergerakan saluran pencernaan lain, sehingga dapat meningkatkan kontak
dengan makanan. Kontraksi lapisan mukosa dapat mendorong atau peristaltik dan mencampur
makanan (segmentasi) dalam saluran pencernaan. Sedangkan pleksus-pleksus saraf dapat
mengatur kontraksi muskuler ini, yang selanjutnya akan membentuk gangglia parasimpatis.
Banyaknya jala-jala serabut pre dan post ganglionik sistem saraf otonom dan beberapa serabut-

256
serabut sensoris viseral dalam ganglia ini, dapat memungkinkan adanya komunikasi diantara
mereka. Kenyataan bahwa saluran pencernaan manusia menerima banyak persarafan dari
sistem saraf otonom, dapat memberikan penjelasan anatomik mengenai besarnya pengaruh
gangguan emosi terhadaop saluran pencernaan.

A. SALURAN PENCERNAAN
1. Rongga Mulut
Mulut adalah suatu rongga terbuka yang menjadi tempat masuknya makanan dan air
pada manusia. Mulut merupakan bagian awal dari keseluruhan sistem pencernaan
lengkap yang nantinya akan berakhir di anus. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh
selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang ada di permukaan lidah.
Pengecapan yang dirasakan relatife sederhana, yaitu terdiri dari manis, asam, asin dan
pahit. Mulut atau oris terdiri atas dua bagian yaitu bagian luar dan bagian rongga mulut
dalam. Bagian luar merupakan bagian yang sempit atau vestibula yang disana terdapat
gusi, gigi, bibir dan pipi. Bagian kedua yaitu bagian rongga mulut dalam berupa rongga
mulut yang dibatasi sisinya oleh tulang maksilaris, platum dan mandubularis di sebelah
belakang bersambung dengan faring. Di bagian luar, mulut ditutupi oleh kulit dan bagian
dalamnya ditutupi oleh selaput lendir atau mukosa. Di dalam rongga mulut terdapat gigi,
kelenjar ludah, juga lidah.

Gambar 13.1. Anatomi Rongga Mulut


Sumber: http://bit.ly/2stntbz

257
a. Gigi
Terdapat dua macam gigi pada manusia, yaitu gigi sementara atau gigi susu yang
mulai tumbuh ketika umur 6-7 bulan dan lengkap pada umur 2,5 tahun. Gigi susu
berjumlah 20 buah terdiri dari 8 buah gigi seri (dens insisivus), 4 buah gigi taring
(dens kaninus), dan 8 buah gigi geraham (molare). Jenis gigi keuda yaitu gigi tetap
atau permanen yang tumbuh pada umur 6-18 tahun dan berjumlah 32 buah. Fungsi
dari gigi bergantung dari jenis giginya, gigi seri berfungsi untuk memotong makanan,
gigi taring untuk memutuskan makanan yang keras dan liat sedangkan gigi geraham
untuk mengunyah makanan yang sudah dipotong-potong
b. Kelenjar Ludah
Kelenjar ludah adalah kelenjar yang memiliki duktus yang bernama duktus wartoni
dan stensoni. Terdapat dua jenis kelenjar ludah, yaitu kelenjar submaksilaris dan
sublingualis. Kelenjar submaksilaris atau kelenjar ludah bawah rahang yang terdapat
di bawah tulang rahang atas pada bagian tengah. Kelenjar kedua yaitu kelenjar
sublingualis atau kelenjar ludah bawah lidah yang terdapat di bagian depan dibawah
lidah. Kelenjar ludah dihasilkan dalam rongga mulut.
c. Lidah
Lidah terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir, dan kerja otot
lidah yaitu dapat digerakkan ke segala arah. Lidah dibagi menjadi tiga bagian yaitu
radiks lingua atau pangkal lidah, dorsum lingua atau punggung lidah, dan apeks lingua
atau ujung lidah. Pada bagian pangkal lidah belakang, terdapat epiglottis yang
berfungsi untuk menutup jalannya napas ketika menelan makanan. Sedangkan pada
bagian punggung lidah, terdapat puting-puting pengecap atau disebut dengan ujung
saraf pengecap. Bagian frenulum lingua merupakan selaput lendir yang ada pada
bagian tengah, ketika lidah digerakkan ke atas maka akan terlihat selaput lendir. Pada
pertengahan flika sublingual terdapat saluran dari glandula parotis, submaksilaris serta
glandula sublingualis. Secara umum, fungsi dari lidah yaitu untuk membersihkan gigi
serta rongga mulut antara pipi dan gigi, mencampur makanan dengan ludah, menolak
makanan dan minuman kebelakang, untuk berbicara, untuk mengecap manis, asin dan
pahit serta untuk merasakan dingin dan panas.

258
2. Kerongkongan
Kerongkongan adalah bagian dari system pencernaan yang berupa tabung atau tube
berotot yang dilalui ketika makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung.
Makanan akan berjalan melewati kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik.
Kerongkongan sering juga disebut dengan esofagus yang berasal dari bahasa Yunani
yaitu oeso artinya membawa dan phagus artinya memakan. Esofagus akan bertemu
dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut histologi, esofagus dibagi
menjadi tiga bagian yaitu bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka), bagian
tengah (campuran otot rangka dan otot halus), serta bagian inferior (terutama terdiri dari
otot halus).

Gambar 13.2. Sistem Kerja Kerongkongan


Sumber: http://bit.ly/2tcrbl7

3. Lambung
Lambung merupakan bagian system pencernaan yang berawal dari esofagus dan
berakhir pada duodenum usus halus. Lambung terdiri dari tiga bagian yaitu kardia di
sekitar sfingter esophageal bawah, fundus pada bagian puncak dan antrum pada bagian
bawah. Ketika kita makan, makanan akan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan
melalui otot berbentuk cincin (sfinter), yang dapat membuka dan menutup. Dalam
keadaan yang normal, sfinter akan menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam
kerongkongan. Lambung memiliki fungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi
secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi
lambung dapat menghasilkan tiga zat penting yaitu lender, asam klorida, dan precursor
pepsin. Lendir dapat melindungi sel-sel lambung dari kerusakan yang diakibatkan oleh

259
asam lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, dapat menyebabkan kerusakan
yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung. Zat kedua yaitu asam klorida yang
dapat menciptakan suasana sangat asam.
Zat ini dibutuhkan oleh pepsin utnuk memecah protein. Kondisi keasaman lambung
yang tinggi juga dapat berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara
membunuh berbagai bakteri. Adapun zat ketiga yaitu prekursor pepsin atau disebut juga
sebagi enzim yang memecahkan protein. Di dalam lambung, terjadi beberapa proses
pencernaan kimiawi dengan bantuan enzim. Enzim-enzim yang membantu proses
tersebut diantaranya adalah amylase, pepsin, lipase, dan rennin. Enzim amylase saliva
berfungsi untuk melanjutkan pencernaan amilum di bagian fundus. Sedangkan enzim
pepsin berfungsi untuk membantu pemecahan protein. Enzim lipase dapat membantu
pemecahan lipid susu terutama pada bayi dan anak, dan enzim rennin berfungsi untuk
membantu pencernaan susu pada bayi. Rennin dan kalsium dapat menyebabkan
koagulasi susu, sehingga biasanya berada lebih lama di lambung untuk dicerna.

Gambar 13.3. Anatomi Lambung


Sumber: http://bit.ly/2ezxtmo

260
4. Usus Halus
Usus halus atau usus kecil merupakan bagian dari saluran pencernaan yang berada di
antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang berfungsi
untuk mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus akan
melepaskan lendir yang melumasi isi usus dan air yang dapat membantu melarutkan
pecahan-pecahan makanan yang dicerna. Dinding usus juga akan melepaskan sejumlah
kecil enzim yang berfungsi untuk mencerna protein, gula dan lemak. Lapisan usus halus
terdiri dari lapisan mukosa yang ada di sebelah dala, lapisan otot melingkar, lapisan otot
memanjang, dan lapisan serosa yang ada di sebelah luar. Usus halus terdiri dari atas tiga
bagian, yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus
penyerapan (ileum).

Gambar 13.4. Anatomi Usus Halus


Sumber: http://bit.ly/2bqztk4

a. Usus Dua Belas Jari (Duodenum)


Usus dua belas jari atau duodenum merupakan bagian dari usus halus yang letaknta
berada setelah lambung dan terhubung ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua
belas jari adalah bagian terpendek dari usus halus, yaitu dimulai dari bulbo duodenale
dan berakhir di ligamentum Treitz. Usus dua belas jari memiliki panjang sekitar 25
cm dan berbentuk seperti sepatu kuda yaitu melengkung ke kiri, yang pada
lengkungan tersebut terdapat pankreas. Pada bagian kanan duodenum, terdapat
selaput lendir membukit yang disebut dengan papila vateri. Pada papila vateri inilah

261
bermuara saluran empedu atau duktus koledokus dan saluran pancreas atau duktus
pankreatikus. Usus dua belas jari adalah organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus
seluruhnya oleh selaput peritoneum.
Jumlah pH pada usus dua belas jari yang normal yaitu sekitar 9. Pada usus dua
belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas serta kantong empedu. Nama
duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang artinya dua belas jari.
Secara umum, cara kerja dari usus duodenum yaitu lambung akan melepaskan
makanan ke dalam usus dua belas jari, yang merupakan bagian pertama dari usus
halus. Selanjutnya, makanan akan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus
dalam jumlah yang dapat di cerna oleh usus halus. Ketika penuh, duodenum akan
megirimkan sinya pada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.
b. Usus Kosong (Jejunum)
Usus kosong atau jejunum merupakan bagian kedua dari usus halus, yang terletak
diantara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia
dewasa, panjang keseluruhan usus halus sekitar 2 sampai 8 meter, 1 sampai 2 meter
dari total panjangnya adalah berupa bagian usus kosong. Usus kosong dan usus
penyerapan digantung dalam tubuh dengan menggunakan mesenterium. Permukaan
dalam usus kosong yaitu berupa membran mukus dan didalamnya terdapat jonjot usus
(vili), yang dapat memperluas permukaan dari usus. Secara histologis, perbedaan usus
kosong dengan usus dua belas jari, yaitu pada berkurangnya kelenjar Brunner. Secara
hitologis pula, perbedaan antara ussu kosong dan dengan usus penyerapan, yaitu
sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri. Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang
berarti lapar dalam bahasa Inggris modern. Arti aslinya berasal dari bahasa Latin,
jejunus yang artinya kosong.
c. Usus Penyerapan (Ileum)
Usus penyerapan atau ileum merupakan bagian terakhir dari usus halus. Pada
sistem pencernaan manusia, usus penyerapan memiliki panjang sekitar 2-4 m, terletak
setelah duodenum dan jejunum, kemudian dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum
memiliki pH antara 7 dan 8 dan berfungsi untuk menyerap vitamin B12 dan garam-
garam empedu.

262
5. Usus Besar
Usus besar atau kolon dalam anatomi tubuh manusia, merupakan bagian antara usus
buntu dan rektum. Fungsi utama dari usus besar adalag untuk menyerap air dari feses.
Usus besar terdiri dari usus buntu (sekum), kolon asendens, kolom transversum, kolon
desendens dan kolon sigmoid. Usus buntu atau sekum dalam istilah anatomi merupakan
suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta merupakan bagian kolon
menanjak dari usus besar. Organ ini biasanya ditemukan pada mamalia, burung, dan
beberapa jenis reptil. Sebagian besar makhluk herbívora, mempunyai sekum yang besar,
sedangkan karnivora memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya
digantikan dengan umbai cacing. Umbai cacing atau apendiks merupakan organ
tambahan dalam usus buntu.

Gambar 13.5. Anatomi Usus Besar


Sumber: http://bit.ly/2sujh21

Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau vermiform appendix merupakan ujung
buntu tabung yang tersambung dengan caecum. Umbai cacing terbentuk dari caecum
ketika tahap embrio. Dalam tubuh orang dewasa, umbai cacing biasanya berukuran
sekitar 10 cm tetapi dapat bervariasi dari 2 sampai 20 cm. Walaupun lokasi dari apendiks
selalu tetap, tetapi lokasi ujung umbai cacing dapat berbeda. Bagian lain dari usus besar
yaitu kolon asendens (kanan) yang panjangnya sekitar 13 cm terletak di bawah abdomen
sebelah kanan, membujur keatas dari dari ileum ke bawah hati.

263
Adapun bagian kolon transversum yaitu bagian yang panjangnya sekitar 38 cm,
membujur dari kolon desendens berada dibawah abdomen, yang sebelah kanannya
terdapat fleksura hepatica dan sebelah kiri terdapat fleksura lienalis. Bagian kolon
desendens (kiri), merupakan bagian usus besar yang panjangnya sekitar 25 cm, letaknya
berada di bawah abdomen bagian kiri membujur dari atas ke bawah dan fleksura lienalis
sampai ke depan ileum kiri bersambung dengan kolon sigmoid. Sedangkan bagian
terakhir, yaitu kolon sigmoid merupakan lanjutan kolon desendens, yang letaknya miring
dalam rongga pelvis sebelah kiri, berbentuk menyerupai huruf S, dan ujung bawahnya
berhubungan dengan rectum.

6. Anus
Anus adalah bagian akhir sistem pencernaan yang berbentuk lubang tempat bahan
limbah keluar dari tubuh. Anus berada pada dasar pelvis, dindingnya diperkuat oleh tiga
sfingter. Ketiga sfingter tersebut yaitu sfingter ani internus (sebelah atas), yang bekerja
tidak menuruti kehendak. Sfingter kedua yaitu levator ani, dan yang ketiga adalah
Sfingter ani eksternus yang bekerja menuruti kehendak. Sebagian dari anus terbentuk
dari permukaan tubuh atau kulit, dan sebagiannya lagi dari terbentuk dari usus. Proses
membuka dan menutup pada anus diatur oleh otot sfingter. Feses dibuang dari tubuh
melalui proses defekasi atau buang air besar, yang merupakan fungsi utama dari anus.

Gambar 13.6. Anatomi Anus


Sumber: http://bit.ly/2id2ukx

264
B. SALURAN PENGELUARAN LIMBAH
A. HATI
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar dalam tubuh manusia dan memiliki
berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan erat dengan pencernaan. Hati berada
di bawah diafragma. Hati dibagi menjadi dua lobus utama, yaitu lobus kanan dan lobus
kiri. Hati juga dihubungkan oleh rangkaian duktus. Bermula dari duktus hepatikus kanan
dan kiri, kemudian bergabung menjadi satu pada duktus hepatikus utama. Duktus
hepatikus utama kemudian akan bergabung dengan duktus kistikus dari kandung
empedu, keduanya akan membentuk duktus empedu. Duktus empedu menuju duodenum
dan bermuara pada ampula hepatopankreatikus bersama dengan duktus pankreatikus.
Dalam hubungannya dengan sistem pencernaan, hati memiliki beberapa fungsi pokok,
diantaranya yaitu untuk menghasilkan garam empedu, yang digunakan oleh usus halus
untuk dapat mengemulsikan dan menyerap lipid.

Gambar 13.7. Anatomi Hati


Sumber: http://bit.ly/2sr4s0d

265
Hati juga dapat menghasilkan antikoagulan heparin dan protein plasma seperti
protrombin, fibrinogen, dan albumin. Sel-sel retikuloendotelial dalam hati, memfagosit
atau memangsa sel-sel darah yang telah rusak, juga bakteri. Hati dapat menghasilkan
enzim yang memecah racun atau mengubahnya menjadi struktur yang tidak berbahaya.
Contohnya yaitu ketika asam amino hasil pemecahan protein dipecah lagi menjadi energi,
maka akan dihasilkan sampah-sampah nitrogen beracun seperti ammonia yang akan
diubah menjadi urea. Selanjutnya urea tersebut akan dibuang melalui ginjal dan kelenjar
keringat. Nutrient yang baru akan diserap dan dikumpulkan di hati, bergantung dari
kebutuhan tubuh. Kelebihan glukosa kemudian akan diubah menjadi glikogen atau lipid
untuk disimpan. Sebaliknya, hati juga dapat mengubah glikogen juga lipid menjadi
glukosa kembali ketika dibutuhkan. Selain itu, hati juga dapat menyimpan glikogen,
tembaga, besi, vitamin A, B12, D, E, dan K, serta menyimpan racun yang tak dapat
dipecah dan dibuang seperti DDT.

B. PANKREAS
Dari lambung, kimus akan dilanjutkan ke usus halus untuk dicerna secara lebih lanjut.
Sekret yang dapat membantu pencernaan tidak hanya berasal dari usus halus sendiri,
tetapi juga dari berasa dari pankreas, hati, serta kandung empedu. Pankreas merupakan
organ pada sistem pencernaan yang mempunyai dua fungsi utama yaitu untuk
menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti insulin. Pankreas
berada pada bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan duodenum (usus dua
belas jari). Pankreas terdiri dari dua jaringan dasar yaitu asini yang menghasilkan enzim-
enzim pencernaan dan pulau pankreas yang menghasilkan hormone.
Pankreas akan melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan
hormon ke dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas selanjutnya akan
mencerna protein, karbohidrat juga lemak. Enzim proteolitik akan memecah protein ke
dalam bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh kemudian dilepaskan dalam bentuk
inaktif. Enzim tersebut hanya akan aktif apabila telah mencapai saluran pencernaan.
Pankreas juga dapat melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat, yang berfungsi
untuk melindungi duodenum dengan cara menetralkan asam lambung.

266
Gambar 13.8. Anatomi Pankreas
Sumber: http://bit.ly/2eqaapj

C. KANDUNG EMPEDU
Kandung empedu atau gallbladder merupakan organ yang berbentuk seperti buah pir
yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses
pencernaan. Pada manusia, panjang dari kandung empedu adalah sekitar 7-10 cm dengan
warna hijau gelap yang disebabkan oleh warna cairan empedu yang dikandungnya.
Kandung empedu terhubung dengan hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu.
Bagian-bagian dari kandung empedu diantaranya adalah fundus vesika felea, korpus
vesika felea, leher kandung kemih, duktus sistikus, dan duktus koledokus.

Gambar 13.9. Kantong Empedu


Sumber: http://bit.ly/2thym6k

267
BAB XIV
SISTEM URINARI

Sistem urinari atau perkemihan adalah suatu sistem tempat terjadinya proses penyaringan
darah. Penyaringan tersebut dimaksudkan agar dapat menyerap zat-zat yang masih digunakan
oleh tubuh dan dapat bebas dari zat-zat yang sudah tidak dapat lagi digunakan oleh tubuh. Zat-
zat yang sudah tidak dapat tidak digunakan oleh tubuh akan larut dalam air kemudian
dikeluarkan berupa urin atau air kemih (Speakman, 2008). Susunan dari sistem perkemihan
manusia terdiri dari dua buah ginjal yang dapat menghasilkan urin, dua ureter yang berfungsi
membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih), satu vesika urinaria tempat urin
dikumpulkan, serta satu uretra tempat urin dikeluarkan dari vesika urinaria.

A. GINJAL
1. Mekanisme Kerja Ginjal
Ginjal adalah salah satu bagian organ dalam yang memiliki fungsi utama sebagai alat
ekskresi penting bagi manusia. Ginjal berada di bagian sebelah kiri dan juga bagian
sebelah kanan antara ruas tulang pinggang yang ada pada bagian dalam perut, sehingga t
ginjal juga disebu dengan istilah buah pinggang. Ginjal sebelah kiri letaknya terlihat lebih
tinggi dibandingkan dengan ginjal sebelah kanan, hal tersebut disebabkan karena pada
bagian atas ginjal sebelah kanan ada organ hati yang menempati hampir seluruh bagian
di dalam rongga perut. Ginjal tersusun dari dua lapisan yaitu lapisan luar dan dalam.
Lapisan luar disebut korteks, dan lapisan disebut medula.
Ginjal terbentuk dari sekitar kurang lebih satu juta nefron, yaitu unit yang digunakan
untuk alat penyaring terkecil pada ginjal. Satu nefron terbentuk dari simpai bowman,
glomerulus, ansa henle, saluran berkelok-kelok, juga saluran pengumpul ginjal. Seluruh
zat dalam tubuh seperti gula, garam, air dan juga zat sampah yang berasal dari darah akan
masuk ke bagian nefron. Selanjutnya ketika sudah masuk ke bagian dalam nefron, maka
tekana darah akan berubah menjadi lebih tinggi. Darah akan bekerja dengan cepat
mengalir ke bagian kapiler yang ada dalam nefron. Kumpulan dari kapiler-kapiler yang
ada di dalam nefron disebut dengan glomerulus yang dapat kita ditemukan pada bagian
dalam dari korteks.

268
Akibat dari kondisi tekanan darah yang tinggi, maka zat-zat seperti vitamin, glukosa,
air, asam urat, protein berukuran kecil, garam, asam amino, urea, serta ion-ion lainnya
akan berusaha menembus bagian kapiler untuk kemudian masuk ke bagian dalam nefron
yang dinamakan dengan simpai bowman. Simpai bowman adalah suatu bangunan yang
berbentuk menyerupai mangkuk yang berfungsi untuk membungkus seluruh bagian
glomerulus. Pada proses ini, bagian dari sel-sel darah serta sebagian besar dari protein
tidak akan dapat melakukan aktivitas menembus bagian dinding kapiler karena
ukurannya yang terlalu besar. Akibat yang terjadi yaitu bagian sel-sel darah serta protein
akan tertinggal di bagian dalam kapiler.

Gambar 14.1. Anatomi Ginjal


Sumber: http://bit.ly/2xzqixq

Selanjutnya, cairan yang ada di dalam simpai bowman akan mengalir ke bagian
saluran yang bentuknya berkelok-kelok juga ke bagian ansa henle. Ansa henle adalah
saluran sempit yang berbentuk seperti huruf U. Selama cairan tersebut masih berada di
sepanjang bagian saluran-saluran ini, maka sebagian besar dari ion, glukosa, air, asam
amino, serta protein yang mempunyai ukuran kecil secara otomatis akan diserap kembali
ke bagian dalam dari aliran darah. Proses terjadinya penyerapan kembali terhadap zat-
zat yang masih digunakan dan dimanfaatkan oleh tubuh dinamakan sebagai proses
reabsorbsi. Molekul kecil seperti air akan diserap kembali ke bagian kapiler dengan cara
difusi. Difusi merupakan suatu gerakan dari molekul-molekul zat dari suatu tempat yang
memiliki konsentrasi relatif tinggi ke tempat yang memiliki konsentrasi relative lebih
rendah.

269
Zat lain seperti ion-ion, akan secara otomatis dikembalikan ke bagian kapiler melalui
cara transport aktif, yaitu suatu gerakan yang dilakukan oleh molekul-molekul dari satu
larutan ke larutan lainnya dengan menggunakan bantuan energi. Banyak kapiler yang
didalamnya terdapat isi zat yang selanjutnya akan diserap kembali dan bersatu kemudian
akan mengalami pembentukan vena kecil. Vena-vena kecil tersebut akan mengalami
tahap berikutnya yaitu membentuk vena ginjal yang kemudian akan mengembalikan
darah dalam kondisi sudah disaring ke bagian sistem peredaran darah. Setelah proses
penyerapan kembali selesai, cairan tersisa yang berada di bagian dalam saluran
dinamakan sebagai urine, yang didalamnya terdapat kandungan garam dan juga zat-zat
sampah lainnya. Selanjutnya cairan urin tersebut akan mengalir ke bagian saluran
pengumpul yang terdapat di ginjal yang posisinya berada di bagian medula.
Keseluruhan dari proses penyaringan terhadap cairan urine yang sedang berlangsung
di dalam masing-masing bagian saluran pengumpul kemudian akan mengalir ke suatu
tempat yang berbentuk menyerupai cerobong asap. Bagian tersebut disebut sebagai
pelvis atau piala ginjal. Saluran ini kemudian akan berlanjut ke bagian ureter. Ureter
merupakan suatu saluran yang memiliki pangkal mulai dari ginjal dan akan bergerak
menuju bagian kantung kemih. Jumlah urin yang dihasilkan atau dikeluarkan oleh tubuh
akan sesuai dengan banyaknya cairan yang diminum. Pada orang dewasa, urin yang
dihasilkan rata-rata sekitar satu liter setiap harinya.
2. Struktur Ginjal
Pada umumnya struktur dari ginjal pada anatomi ginjal dibagi menjadi tiga bagian
penting yaitu kulit ginjal, rongga ginjal dan sumsum ginjal.
a. Kulit Ginjal
Kulit ginjal atau sering disebut dengan korteks, pada bagian ini dapat ditemukan
bagian glomerulus juga bagian simpai bowman. Glomerulus dan simpai bowman akan
mulai melakukan pembentukan menjadi satu kesatuan yang dinamakan dengan badan
malpighi. Pada bagian badan malpighi inilah proses penyaringan terhadap darah
dimulai dan akan terus berlangsung. Badan malpighi dapat dikatakan sebagai awal
dari nefron yang merupakan satuan dalam bentuk struktural dan juga fungsional. Dari
bagian badan malpighi inilah akan mulai membentuk suatu saluran yang digunakan
untuk menuju ke bagian medula atau seering disebut dengan sumsum ginjal.

270
Gambar 14.2. Mekanisme Pembentukan Urin
Sumber: http://bit.ly/2nugr68

b. Rongga Ginjal
Rongga ginjal atau sering disebut dengan pelvis renalis merupakan bagian yang
akan bermuara ke bagian saluran yang bernama saluran pengumpul. Dari bagian
rongga tersebut, urin akan mulai keluar dari bagian saluran ureter untuk selanjutnya
menuju ke bagian vesika urinaria atau kandung kemih. Dari bagian kandung kemih,
selanjutnya urin akan mulai keluar dari bagian tubuh melewati bagian yang bernama
saluran uretra.
c. Sumsum Ginjal
Sumsum ginjal atau medulla terbentuk dari bagian saluran-saluran yang dapat
dikatakan sebagai kelanjutan dari bagian badan malphigi dan bagian saluran yang
terdapat pada bagian dalam korteks. Rongga ginjal adalah rongga yang berfungsi
untuk menampung semua urin yang ada dalam waktu tertentu atau penyimpanan
sementara sebelum proses pengeluaran dilakukan melalui bagian ureter.

271
B. URETER
Ureter merupakan tabung fibromuskular yang berfungsi untuk mendorong urin dari
ginjal ke kandung kemih. Otot-otot halus yang terdapat pada ureter dapat membuat
gelombang tidak secara sadar seperti kontraksi hingga kemudian mendorong urin menuju
kandung kemih. Rangkaian kontraksi otot yang teratur dikenal dengan istilah gerakan
peristaltik. Pada orang dewasa, ureter mempunyai panjang sekitar 25-30 cm dengan
diameter sekitar 3-4 mm. Bagian atas dari ureter berada tepat pada perut sedangkan bagian
bawah berada pada dinding panggul lateral. Pada laki-laki, ureter berada pada lipatan
sacrogenital dan menyilang medial oleh duktus deferens.
Sedangkan pada wanita, ureter berada pada ligamentum uterosakral dan menyilang
anterior oleh arteri uterina. Ureter dalam tubuh kita tertanam sekitar 2 cm di sisi dinding
belakang kandung kemih. Lumen ureter merupakan bagian paling sempit dan berotot
dengan selubung dari ureter dan kandung kemih yang kontinu. Tiga fungsi utama dari ureter
yaitu menjadi penghubung antara ginjal dan kandung kemih, mempercepat pergerakan urin
dengan bantuan kontraksi (gerak peristaltik) dari otot polos serta untuk mencegah
kembalinya urin dari kandung kemih dengan bantuan katup (valvula).

Gambar 14.3. Anatomi Ureter


Sumber: http://bit.ly/2nvmvxp

272
C. KANDUNG KEMIH
Kandung kemih atau kantong kandung kemih ini memiliki fungsi utnuk menampung urin
sementara sebelum nantinya dibuang atau dikeluarkan melalui proses buang air kecil.
Kandung kemih yang kosong pada orang dewasa berada pada dalam pelvis. Apabila
kandung kemih tersebut terisi, maka dinding atasnya akan masuk ke daerah abdomen atau
hypogastrium. Dalam kondisi yang normal, kandung kemih dapat menampung sekitar 600
ml urin. Saat volume urin dalam kandung kemih sudah mencapai sekitar 400 ml, maka
respon sistem saraf pusat akan terpicu sehingga akan menimbulkan ensasi penuh. Saat
sensasi itu terasa, otot kandung kemih tersebut kemudian secara perlahan akan berkontraksi
dan katup sfingter internal akan terbuka. Selanjutnya, urin yang sebelumnya ditampung di
dalam kandung kemih, akan dikeluarkan melalui uretra. Adapun beberapa fungsi dari
kandung kemih dalam tubuh kita antara lain adalah sebagai organ yang berfungsi untuk
membantu proses buag air kecil dengan cara mengontraksikan otot-otot detrusornya, juga
sebagai organ yang berfungsi untuk mengarahkan urin agar bsia kelaur dari dalam tubuh
kita dengan sempurna.

Gambar 14.4. Anatomi Kandung Kemih


Sumber: http://bit.ly/2tcopt8

273
D. URETRA
Uretra merupakan tabung fibromuskular yang berfungsi untuk mengelurakan urin dari
kandung kemih ke luar. Proses pengeluaran urin ini dimulai dari leher kandung kemih dan
berakhir di lubang uretra eksternal. Uretra dilapisi oleh lapisan sel yang dapat mengeluarkan
lendir, serta lapisan otot penting untuk dilalui urin melalui tabung. Secara umum, ada
beberapa perbedaan antara uretra pada laki-laki dan perempuan. Uretra yang ada pada laki-
laki lebih panjang daripada uretra pada perempuan karena panjang penis yang meluas.
Uretra laki-laki memiliki ukuran panjang sekitar 20 cm yang terdiri dari tiga bagian yaitu
prostat, membran, dan spon.
Uretra prostat berjalan dari kandung kemih ke bagian dari uretra tempat vas deferens
terhubung. Membran uretra akan berjalan melalui sfingter kemih, dan bagian terakhir, uretra
spons akan berjalan sepanjang penis. Uretra spons dapat melar, karena memungkinkan
untuk ereksi penis ketika dalam proses reproduksi. Berbeda dengan uretra perempuan, uretra
laki-laki dapat dianggap sebagai bagian dari kedua sistem kemih dan reproduksi. Uretra
pada perempuan memiliki ukuran panjang sekitar 4 cm dan menyatu dengan dinding
anterior vagina.

Gambar 14.5. Anatomi Uretra


Sumber: http://bit.ly/2eqcflx

274
BAB XV
SISTEM REPRODUKSI

Salah satu ciri makhluk hidup khususnya manusia adalah mampu berkembang biak.
Manusia berkembang biak dengan tujuan untuk melestarikan keturunannya. Untuk dapat
berkembang biak, manusia memerlukan alat reproduksi. Alat reproduksi bisa dijelaskan
sebagai alat yang digunakan untuk proses reproduksi manusia. Alat reproduksi manusia terdiri
dari beberapa bagian yang tergabung dalam satu sistem reproduksi. Sistem reproduksi
merupakan rangkaian dan interaksi dari organ dan zat dalam organisme yang digunakan untuk
berkembang biak. Tanpa adanya alat reproduksi, tidak akan dapat terjadi penerusan generasi
dalam sebuah keluarga. Melalui sistem reproduksi, blueprint genetik yang kompleks pada
setiap spesies dapat dipertahankan di dunia ini.
Sistem reproduksi memang tidak berkontribusi secara langsung pada homeostasis dan tidak
berperan langsung secara fungsional sebagaimana sistem kardiovaskular dalam
mempertahankan hidup. Kemampuan reproduksi sangat bergantung pada hubungan antara
hipotalamus, hipofisis bagian anterior, organ reproduksi, dan sel target hormon. Proses biologis
dasar termasuk perilaku seksual sangat dipengaruhi oleh faktor emosidan kondisi sosiokultural
masyarakat. Sistem reproduksi meliputi kelenjar (gonad) dan saluran reproduksi. Gonad terdiri
dari sepasang testes pada pria dansepasang ovarium pada wanita.
Gonad yang sudah dewasa atau matur berfungsi untuk menghasilkan gamet dan
menghasilkan hormon seks. Hormon seks yang dihasilkan adalah testosteron pada pria dan
estrogen dan progesteron pada wanita. Setelah gamet diproduksi oleh gonad, gamet tersebut
akan melalui saluran reproduksi (sistem duktus). Pada wanita, juga terdapat payudara yang
termasuk organ pelengkap dalam sistem reproduksi. Bagian eksternal sistem reproduksi biasa
disebut genitalia eksternal. Adapun karakteristik seksual sekunder tidak akan secara langsung
masuk dalam sistem reproduksi, tetapi merupakan karakteristik eksternal yang membedakan
antara pria dan wanita, sebagaimana konfigurasi tubuh dan distribusi rambut.

275
A. SISTEM REPRODUKSI PRIA
Organ reproduksi pria memiliki fungsi untuk menghasilkan sel sperma dan
menyalurkannya ke dalam liang vagina wanita sehingga dapat terjadi pembuahan di dalam
rahim wanita. Keberhasilan fungsi reproduksi tidak hanya tergantung pada kesehatan organ
reproduksi wanita, tetapi juga bergantung pada alat reproduksi pria. Agar proses reproduksi
dapat berjalan dengan baik, maka keadaan fungsi dan struktur alat kelamin dari pria juga
harus dalam keadaan normal. Secara umum, alat reproduksi yang ada pada pria terbagi
menjadi dua yaitu organ reproduksi dalam dan organ reproduksi luar.
1. Organ Reproduksi Pria Bagian Luar
a. Penis
Penis merupakan salah satu organ penting dari sistem reproduksi pria yang
berbentuk silinder yang di dalamnya terdapat saluran kencing. Penis mempunyai dua
fungsi utama yaitu sebagai saluran keluarnya air seni pada sistem urinari, sebagai
tempat keluarnya cairan semen atau biasa disebut dengan sperma, serta alat untuk
kopulasi. Walaupun penis memiliki dua fungsi tersebut, sperma dan air seni tidak akan
keluar bersamaan. Pada saat terjadinya ejakulasi (pengeluaran sperma), otot-otot yang
ada pada kandung kemih akan mengerut untuk mencegah sperma masuk, sehingga
urine yang berada di dalam kandung kemih tidak akan ikut keluar bersama sperma
Penis merupakan organ reproduksi pria yang memiliki sifat erektil yang tersusun
atas tiga tabung erektil yaitu terdiri atas sepasang corpora cavernosa dan sebuah
corpora spongiosa yang ketiganya akan berakhir pada gland penis. Di sekeliling
tabung tersebut diliputi oleh jaringan ikat dan sejumlah otot polos. Ketiga tabung
inilah yang akanberperan dalam proses ereksi dan ejakulasi pada pria. Permukaan
penis dilapisi oleh kulit yang tipis dan halus dengan bagian ujung melipat yang disebut
dengan preputium. Bagian inilah yang dipotong saat dilakukan khitan pada penis.
Selain itu, pada kulit penis juga terdapat kelenjar keringat, kelenjar lemak, serta
folikel rambut. Di dalam penis terdapat bagian yang disebut dengan korpus
kavernosum atau badan rongga, yaitu dua korpus kavernosum penis di sisi uretra dan
satu korpus kavernosum penis di bawah uretra. Apabila terjadi rangsangan, maka
rongga ini akan terisi darah, sehingga dapat menyebabkan ukuran penis membesar dan
memanjang serta membuat mengeras dan menegang atau yang biasa dikenal sebagai
proses ereksi. Setelah penis mengalami ereksi, maka akan dengan mudah memasuki
liang vagina. Proses inilah yang disebut dengan hubungan seksual penetratif. Setelah
penis mendapakan rangsangan yang cukup lama melalui penetrasi tadi, maka akan

276
terjadi ejakulasi yaitu proses dimasukkannya cairan sperma ke dalam liang vagina
wanita. Setelah ejakulasi selesai, ukuran penis akan kembali seperti semula karena
kadar darah balik yang tadi dihambat di dalam penis kembali mengalir.
b. Skrotum
Skrotum adalah bagian berupa kantung yang menjadi pembungkus luar dari testis.
Kantung ini terdiri dari lapisan-lapisan seperti subkutan, otot polos, serta lapisan kulit.
Kulit pada skrotum memiliki lipatan-lipatan yang menjadikan skrotum mampu
mengendur menjauhi tubuh secara otomatis pada saat cuaca panas, serta dapat
mengerut mendekati tubuh pada saat suhu rendah (dingin). Fungsi dari mengendur
dan mengerut ini yaitu untuk mempertahankan suhu dari testis agar tetap stabil
sehingga spermatogenesis dapat tetap terjadi.

Gambar 15.1. Organ Reproduksi Pria


Sumber: http://bit.ly/2vm4por

277
2. Organ Reproduksi Pria Bagian Dalam
a. Testis
Dalam sistem reproduksi pria, organ yang memiliki fungsi sebagai penghasil
sperma adalah testis. Testis merupakan bagian berupa kelenjar eksokrin sekaligus
endokrin. Fungsi dari kelenjar eksokrin yaitu untuk memproduksi sel-sel dari alat
kelamin pria, sedangkan fungsi dari kelenjar endokrin adalah untuk memproduksi
hormon. Testis dibungkus oleh kapsula testikularis yang terdiri dari selapis mesotel,
sel-sel otot polos, dan jala-jala kapiler yang terbenam pada jaringan ikat. Kapsula
testikularis inilah yang akan menimbulkan terjadinya kerutan secara berkala. Hal ini
yang berguna untuk mempertahankan tekanan di dalam testis, untuk mengatur keluar-
masuknya cairan ke dalam kapiler-kapiler, serta untuk mendorong pengeluaran
sperma. Proses pembentukan sperma terjadi di dalam tubulus seminiferous yaitu
berupa saluran panjang yang berlekuk-lekuk dan terletak di dalam testis. Pada bagian
epitel tubulus terdapat dua jenis sel yang berbeda, yaitu:
1) Sel yang pertama disebut dengan sel spermatogenik adalah sel yang termasuk cikal
bakal dari sel spermatozoa. Sel benih ini pada awalnya berkromosom diploid,
kemudian sel tersebut memerlukan waktu selama 64 hari untuk mengalami proses
diferensiasi dan juga proses spermatogenesis sampai akhirnya memiliki kromosom
haploid. Sel spermatogonium ini terdiri dari sekitar 4-8 lapis sel.
2) Sel yang kedua disebut dengan sel sertoli yang jumlahnya tidak sebanyak sel
spermatogenik. Sel ini terletak di antara sel-sel spermatogonium dan memiliki
peran sebagai sel penyokong dan berfungsi untuk memberi makan sel-sel
spermatogenik lainnya, serta untuk menghilangkan sisa sitoplasma spermatid yang
merupakan bahan residu. Dua sel sertoli yang berada berdekatan bersama-sama
dengan jaringan peritubuler akan membentuk sawar darah (blood testis barrier).
Testis juga diisi oleh sel-sel interstitial yang berada di antara tubulus seminiferus.
Sel interstitial atau sel Leydig tersebut terdiri atas jaringan ikat kendor, serta diisi
oleh sel-sel fibroblast, mast sel, makrofag, pembuluh darah, limfe, sel
mesenchyme, dan saraf. Fungsi dari sel interstitial adalah untuk menghasilkan
hormon testosteron.

278
Gambar 15.2. Kerja Testis
Sumber: http://bit.ly/2go8hex

b. Sistem Saluran Genital (Saluran Kelamin)


Saluran kelamin merupakan bagian organ reproduksi pria yang berfungsi untuk
menyalurkan cairan sperma dari testis ke luar tubuh melalui penis. Saluran kelamin
pada organ reproduksi pria terdiri dari epididimisi, vas deferens, saluran ejekulasi, dan
uretra.
1) Epididimisi adalah saluran dengan bentuk yang berkelok-kelok dalam bagian
skrotum yang keluar dari testis. Terdapat dua buah atau sepasang epididimis yang
berada pada testis kiri dan kanan. Epididimis memiliki fungsi sebagai tempat
penyimpanan sementara cairan sperma. Sementara itu, sperma yang sudah matang
akan disalurkan menuju bagian vas deferens.
2) Vas deferens merupakan bagian saluran yang mengarah ke atas serta merupakan
lanjutan dari bagian epididimis. Pada pertemuan uretra dan vas deferens terdapat
sebuah kelenjar prostat dan sebuah kelenjar vesikula seminalis atau biasa juga
disebut dengan kantong sperma.

279
3) Saluran ejakulasi adalah bagian saluran yang merupakan penghubung antara
vesikula seminalis dengan uretra. Fungsinya adalah untuk mengeluarkan cairan
sperma menuju uretra.
4) Uretra merupakan bagian terakhir yang berfungsi sebagai saluran kelamin dari
vesikula seminalis dan juga sebagai saluran urine dari kandung kemih.
c. Kelenjar Genital (Kelenjar Kelamin)
1) Vesikula seminalis adalah bagian berupa tonjolan dari duktus deferens yang masih
berbentuk saluran dan letaknya berada di belakang prostat. Saluran ini memiliki
ukuran panjang sekitar 5-10cm. Kelenjar dalam saluran ini dapat menghasilkan
sekret yang mengandung fruktosa, asam askorbat, protein globulin, serta
prostaglandin yang dapat memberi pengaruh saat proses fertilisasi di dalam saluran
reproduksi wanita. Sekret yang dihasilkan oleh vesikula seminalis mempunyai
ukuran pH sekitar 7,3 sehingga termasuk ke dalam golongan basa. Cairan ini
memiliki sifat kental dan kemudian bergabung menjadi bagian dari cairan semen
yang keluar bersamaan dengan sperma saat proses ejakulasi. Meski kelenjar ini
memiliki ukuran yang lebih kecil dari ukuran kelenjar prostat, tetapi vesikula
seminalis ini menyumbang sebanyak 60% dari total volume cairan semen.
2) Kelenjar prostat merupakan kelenjar terbesar pada sistem reproduksi pria jika
dibandingkan dengan kelenjar lainnya. Kelenjar prostat terletak di bawah bagian
vesika urinaria. Sekret yang dihasilkan oleh kelenjar prostat memiliki sifat yang
encer dan berwarna putih seperti warna susu. Pada cairan ini terdapat banyak enzim
acid-phosphatase, asam sitrat, dan juga fosfolipid. Jumlah cairan yang dihasilkan
oleh kelenjar prostat mencapai 30% dari total volume cairan semen.
3) Kelenjar bulbo-urethralis dikenal juga sebagai kelenjar cowpery. Kelenjar ini
memiliki ukuran sebesar kacang hijau dan berjumlah sepasang. Kelenjar bulbo-
urethralis berada di belakang uretra pars membranacea. Cairan yang dihasilkan
oleh kelenjar cowpery bersifat kental seperti lendir serta nampak jernih.

280
B. SISTEM REPRODUKSI WANITA
Wanita memiliki banyak perbedaan karakteristik fisik dari pria karena peran pentingnya
dalam reproduksi. Terdapat dua fungsi dari sistem reproduksi yang ada pada wanita yaitu
untuk memungkinkan terjadinya pembuahan dari pertemuan sperma dan sel telur, serta
untuk melindungi organ dalam kewanitaan dari patogen penyebab infeksi. Organ reproduksi
yang ada pada wanita harus dalam kondisi kesehatan yang baik agar bisa mendapatkan
keturunan. Apabila di dalam salah satu organ reproduksi wanita terdapat suatu penyakit atau
sedang dalam kondisi yang tidak normal, maka kemungkinan besar akan terjadi gangguan-
gangguan dalam proses mendapatkan keturunan.
Secara umum, alat reproduksi yang ada pada wanita terdiri atas dua bagian, yaitu alat
reproduksi bagian luar (genitalia eksternal) dan bagian dalam (genitalia internal).
1. Organ Reproduksi Wanita Bagian Luar
Organ reproduksi wanita yang berada di bagian luar terdiri dari tujuh bagian, yaitu
mons venerin (tundun), labia mayora, labia minora, klitoris, vestibulum (serambi), himen
(selaput dara), serta perineum (kerampang).
a. Mons Veneris
Mons veneris merupakan salah satu bagian dari organ reproduksi wanita bagian
luar yang berbentuk sedikit menonjol serta terlihat jelas dari luar. Bagian ini memiliki
fungsi untuk menutupi tulang kemaluan (simfisis pubis). Penyusun dari bagian mons
veneris merupakan jaringan lemak dengan sedikit jaringan ikat. Mons veneris juga
dikenal sebagai gunung venus. Ketika seorang wanita mengalami pubertas dan
beranjak dewasa, maka daerah ini akan tertutupi oleh rambut-rambut kemaluan.
Rambut kemaluan yang menutupinya akan membentuk pola seperti bentuk segitiga
yang terbalik.
b. Labia Mayora
Karena berbentukseperti bibir, bagian ini disebut labia yang artinya bibir. Bagian
luar dari labia mayora ini tersusun atas jaringan lemak dan kelenjar keringat. Ketika
wanita sudah mengalami pubertas dan memasuki usia dewasa, biasanya bagian ini
tertutup oleh rambut kemaluan yang berasal dari bagian mons veneris. Rambut
kemaluan tersebut tidak berada pada labia mayora bagian dalam yang merupakan
selaput yang mengandung kelenjar sebasea (lemak), tetapi berada banyak di ujung-
ujung saraf sehingga menyebabkan wanita menjadi sensitif saat melakukan hubungan
seksual. Pada umumnya, labia mayora yang ada pada wanita dewasa memiliki panjang

281
berkisar 7-8 cm dengan lebar antara 2–3 cm dan tebal antara 1-1,5 cm, sedangkan
pada anak-anak kedua bagian labia mayora berada sangat berdekatan.

Gambar 15.3. Alat Reproduksi Wanita


Sumber: https://www.tanyadok.com

c. Labia Minora
Bagian ini memiliki bentuk yang mirip dengan labia mayora, tetapi labia minora
memiliki ukuran yang lebih kecil dan berada di dalam labia mayora atau terlihat
seperti lipatan serta tidak memilikirambut kemaluan. Bagian yang menjadi
penyusun dari labia minora berupa jaringan lemak yang memiliki banyak
pembuluh darah sehingga dapat menambah gairah pada saat melakukan hubungan
seksual. Labia minora ini berada mengelilingi sekitar lubang kemaluan atau
orifisium vagina. Labia minora memiliki fungsi yang mirip dengan kulit skrotum
pada alat reproduksi pria.

282
d. Klitoris
Klitoris merupakan bagian penting dari alat reproduksi luar pada wanita yang
mempunyai sifat erektil. Bagian ujung klitoris mengandung banyak pembuluh
darah dan serat saraf sensoris sehingga membuatnya sangat sensitif apabila terkena
rangsangan. Rangsangan yang dialami klitoris ini biasa terjadi pada saat wanita
melakukan hubungan seksual. Klitoris merupakan bagian erektil yang mirip seperti
penis yang merupakan bagian dari alat reproduksi pria.

Gambar 15.4. Klitoris


Sumber: http://bit.ly/2ea2kyo

e. Vestibulum (Serambi)
Vestibulum merupakan bagian yang berbetuk rongga yang menjadi pembatas
antara sisi kanan dan kiri labia minora. Pada vestibulum terdapat enam buah
lubang, yaitu orifisium urethra eksterna, introitus vagina, dua buah muara kelenjar
bartholini, serta dua buah muara kelenjar paraurethral. Kelenjar bartholini
merupakan kelenjar yang berfungsi untuk mensekresikan cairan mukoid yang
berbentuk seperti lendir pada lubang saluran bartholini dan skene yang bertujuan
untuk memudahkan masuknya penis saat wanita melakukan hubungan seksual.
Kelenjar bartholini juga berfungsi untuk menghalangi masuknya bakteri Neisseria
gonorrhoeae maupun bakteri-bakteri patogen lainnya.
f. Perineum (Kerampang)
Perineum merupakan bagian dari alat reproduksi wanita bagian luar yang berupa
area kulit antara vulva (liang vagina) dengan anus (dubur) dengan panjang sekitar
4cm. Perineum dibatasi oleh otot-otot muskulus levator ani, juga oleh otot-otot
muskulus coccygeus. Perineum merupakan bagian yang dapat robek pada saat
melahirkan atau secara sengaja digunting untuk melebarkan jalan keluar bayi.

283
g. Himen (Selaput Dara)
Himen atau yang biasa kita kenal dengan istilah selaput dara merupakan rongga
pembatas antara sisi kanan dan kiri labia minora. Himen terdiri atas jaringan ikat
kolagen dan juga elastis. Selaput dara ini merupakan lapisan tipis sehingga
memiliki sifat yang sangat mudah robek. Hal inilah yang oleh sebagian orang
digunakan sebagai aspek penilaian terhadap keperawanan seorang wanita. Pada
keadaan dan kondisi yang normal, himen pada wanita mempunyai lubang di
tengahnya dengan bentuk cukup besar yang berfungsi sebagai jalan keluarnya
cairan atau darah pada saat wanita mengalami menstruasi. Himen atau selaput dara
wanita biasanya akan robek serta mengeluarkan darah pada saat pertama kali
melakukan hubungan seksual. Sementara pada wanita yang telah melahirkan akan
terdapat sisa-sisa himen yang disebut sebagai carancula hymenalis. Setiap wanita
memiliki bentuk himen yang berbeda, ada yang memiliki bentuk seperti bulan
sabit, ada yang kaku dan ada juga yang lunak. Selain bentuknya, ukuran lubangnya
juga berbeda, ada yang hanya seujung jari, ada juga yang dapat dilalui satu jari.
2. Organ Reproduksi Wanita Bagian Dalam
Alat reprodusi wanita bagian dalam terdiri atas vagina, uterus (rahim), tuba fallopi
(oviduk), serta ovarium (indung telur) seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 15.5. Alat Reproduksi Wanita Bagian Dalam


Sumber: (Syaifuddin, 2006)

284
a. Vagina
Vagina merupakan salah satu bagian penting dari organ reproduksi wanita
bagian dalam yang berbentuk otot selaput yang berfungsi untuk menghubungkan
rahim dengan organ bagian luar. Jaringan muskulus dari vagina merupakan
kelanjutan dari muskulus sfingter ani dan muskulus levator ani, sehingga otot
vagina dapat dikendalikan. Vagina berada di antara kandung kemih dan rektum.
Panjang bagian depan dari vagina sekitar 9cm sedangkan untuk bagian dinding
belakangnya sekitar 11cm. Dinding vagina memiliki bentuk berlapis-lapis yang
lapisan terluarnya berupa selaput lendir.
Pada bagian dalam vagina, bagian serviks yang menonjol ke dalam vagina
disebut dengan portio. Portio uteri membagi puncak vagina menjadi empat bagian
yaitu forniks anterior, forniks dekstra, forniks posterior, serta forniks sinistra. Sel
dinding vagina merupakan bagian yang memiliki banyak kandungan glikogen yang
dapat menghasilkan asam susu dengan pH 4,5. Dengan nilai keasaman tersebut,
vagina mampu memberikan proteksi terhadap infeksi. Vagina memiliki tiga fungsi
utama yaitu sebagai sarana dalam melakukan hubungan seksual, sebagai jalan
untuk bayi pada saat proses melahirkan, serta sebagai tempat mengalirnya lendir
atau darah pada saat wanita mengalami menstruasi.
b. Uterus (Rahim)
Uterus atau rahim merupakan organ reproduksi wanita bagian dalam berupa
jaringan otot yang terletak di pelvis minor di antara kandung kemih dan rektum.
Dinding belakang, depan, serta bagian atas dari uterus merupakan bagian yang
tertutup oleh peritonium, sedangkan bagian bawah dari uterus merupakan bagian
yang berhubungan dengan kandung kemih. Uterus mempunyai bentuk seperti buah
pir tapi pipih dan mempunyai berat sekitar 30 gram. Uterus mempunyai ruang
dengan bentuk segitiga yang bagian atasnya lebih besar dari bagian bawahnya
dengan fungsi utama yaitu sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya janin.
Otot-otot yang ada pada uterus ini memiliki sifat elastis yang berfungsi untuk
menyesuaikan serta untuk menjaga janin pada saat berlangsungnya proses
kehamilan selama 9 bulan. Agar posisi uterus tetap terjaga dengan baik, uterus
disangga oleh ligamentum, jaringan ikat, serta parametirum. Ukuran dan berat
uterus berbeda-beda tergantung dari usia dan paritas wanita. Anak-anak memiliki
uterus dengan ukuran sekitar 2-3cm; nullipara memiliki ukuran sekitar 6-8cm;

285
sedangkan multipara memiliki ukuran sekitar 8-9cm. Pada wanita yang sedang
hamil, uterus dapat memiliki berat lebih dari 80 gram.
Dinding uterus terdiri atas tiga lapisan, yaitu:
1) Perimetrium
Perimetrium merupakan lapisan terluar uterus. Lapisan ini juga sering
disebut lapisan serosa. Perimetrium adalah membran berlapis ganda yang
kemudian akan berlanjut ke abdomen dan disebut sebagai peritoneum.
Perimetrium memiliki fungsi sebagai pelindung uterus.
2) Myometrium
Myometrium adalah lapisan otot yang tersusuan atas kumpulan otot polos.
Bagian dalam dari lapisan ini lebih banyak disusun oleh otot yang berbentuk
sirkuler (melingkar), sedangkan bagian luarnya berbentuk longitudinal. Di
antara kedua lapisan tersebut terdapat lapisan lagi yang disebut oblik yang
merupakan lapisan paling kuat dan mengandung banyak pembuluh darah.
Myometrium merupakan lapisan dari dinding uterus yang paling tebal
dibandingkan dengan lapisan lainnya. Fungsi dari lapisan myometrium juga
sangat penting terutama pada masa pertumbuhan dan perkembangan janin
selama proses kehamilan.
3) Endometrium
Endometrium merupakan bagian dari dinding uterus yang berupa lapisan
selaput lendir yang disusun oleh jaringan epitel, kelenjar, dan banyak pembuluh
darah. Epitel yang menjadi penyusunnya adalah epitel selapis silindris.
Sebanyak dua pertiga bagian atas dari uterus dalam dilapisi oleh epitel silindris
dengan selaput lendir, sedangkan sepertiga bawah dilapisi oleh epitel berlapis
gepeng yang menyatu dengan epitel vagina. Endometrium merupakan bagian
lapisan dari dinding uterus yang memegang peran dan fungsi penting selama
wanita mengalami proses menstruasi.
Lapisan endometrium inilah yang nantinya akan mengalami peluruhan
bersamaan dengan sel ovum matang yang tidak dibuahi oleh sperma saat masa
menstruasi. Adapun uterus terdiri dari tiga bagian yaitu korpus uteri yang
merupakan bagian dengan bentuk seperti segitiga pada bagian atasnya; bagian
serviks uteri dengan bentuk seperti silinder; dan fundus uteri yang merupakan
bagian pada korpus yang letaknya di atas kedua pangkal tuba fallopi. Uterus
atau rahim adalah jalan lahir yang sangat penting dalam proses persalinan. Otot

286
rahim akan mampu mendorong janin untuk keluar sedangkan otot uterus mampu
menutupi darah yang keluar akibat proses persalinan tersebut. Hal ini dapat
mencegah terjadinya pendarahan setelah proses persalinan selesai. Rahim akan
kembali pada bentuk normal dalam waktu sekitar enam minggu setelah proses
melahirkan.
c. Tuba Fallopi (Oviduk)
Tuba fallopi atau oviduk merupakan organ bagian dalam wanita yang
menghubungkan uterus dengan indung telur. Karena tuba fallopi memiliki bentuk
seperti saluran, makatuba fallopi sering juga disebut saluran telur. Tuba fallopi
berjumlah dua buah dan masing masingnya memilikipanjang sekitar 8-20cm
dengan diameter sekitar 3-8mm. Tuba fallopi memiliki fungsi yang sangat penting,
yaitu untuk menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi, sebagai saluran dari
spermatozoa dan ovum, dan sebagai tempat terjadinya pembuahan atau fertilisasi.
Selain itu tuba fallopi juga berfungsi sebagai tempat pertumbuhan dan
perkembangan hasil konsepsi sampai mencapai bentuk blastula yang siap
melakukan implantasi sebelum nantinya masuk ke bagian dalam dari uterus atau
rahim.
d. Ovarium (Indung Telur)
Ovarium merupakan kelenjar reproduksi utama pada wanita yang memiliki
bentuk oval seperti buah kenari dengan panjang sekitar 2,5-4cm. Ovarium terdiri
dari dua bagian yang terletak di sebelah kanan dan kiri uterus serta berada di bawah
tuba uterina dan terikat oleh ligamentum latum uterus pada bagian belakangnya.
Ovarium memiliki fungsi untuk menghasilkan ovum atau sel telur. Selain itu,
ovarium juga berfungsi sebagai penghasil hormon seks utama yaitu estrogen dan
progesteron yang berperan penting dalam proses menstruasi.
Pada wanita yang sudah dewasa, dalam setiap bulan ada sebuah folikel yang
berkembang dan sebuah ovum yang dilepaskan oleh ovarium kiri dan kanan secara
bergantian. Proses pelepasan itu terjadi sekitar hari ke-14 pada siklus menstruasi.
Ovarium yang ada pada wanita yang sudah pubertas memiliki jumlah sel terlur
sekitar 300.000. Namun, banyak dari sel telur ini yang mengalami kegagalan,
kerusakan, bahkan juga mati, sehingga sel telur sehat yang tersisa hanya berjumlah
sekitar 300-400 saja. Apabila benih telur pada wanita telah habis, maka seorang
wanita dinyatakan telah memasuki masa menopause.

287
C. PROSES PEMBUAHAN
1. Fertilisasi
Konsepsi atau yang biasa disebut dengan istilah fertilisasi atau pembuahan merupakan
peristiwa bertemunya sel telur dan sperma. Peristiwa konsepsi ini terjadi di ampula tuba.
Pada hari ke-11 hingga hari ke-14, terjadi proses ovulasi dari siklus menstruasi normal
seorang wanita. Ovulasi adalah peristiwa pada saat sel telur matang sehingga sudah siap
untuk dibuahi. Pada saat terjadi coitus, 3-5cc cairan semen yang ditumpahkan ke dalam
forniks posterior terdapat spermatozoon yang berjumlah sekitar 200-500 juta. Sperma
yang bergerak dari serviks terus melintasi uterus hingga menuju tuba fallopi. Apabila
tidak terjadi proses pembuahan, maka sel telur akan mengalami kemunduran
(degenerasi), kemudian meluruh dan keluar melalui vagina bersamaan dengan darah
menstruasi. Jika terjadi proses pembuahan, maka sel telur yang telah dibuahi oleh sperma
akan mengalami proses pembelahan kemudian tumbuh menjadi bakal janin (embrio).
Spermatozoa bergerak sangat cepat dari vagina ke dalam rahim, kemudian masuk ke
dalam tuba. Gerakan ini dipengaruhi oleh peranan kontraksi dari miometrium dan
dinding tuba yang juga terjadi pada saat senggama. Ovum yang telah dikeluarkan oleh
ovarium, kemudian akan ditangkap oleh fimbrae dengan umbai pada ujung proksimalnya
dan kemudian dibawa ke dalam tuba fallopi. Ovum yang telah dikelilingi oleh
perivitelina akan diselubungi oleh bahan opak yang memiliki tebal sekitar 5-10 μm, yang
disebut dengan zona pelusida. Sekali ovum dikeluarkan, maka folikel akan mengempis
dan berubah menjadi kuning, kemudian membentuk korpus luteum. Dalam kondisi
seperti itu, ovum sudah siap dibuahi apabila sperma mampu mencapainya.
Dari jumlah sperma yang berkisar 60-100 juta yang diejakulasikan ke dalam vagina
pada saat proses ovulasi, beberapa juta sperma akan berhasil menerobos saluran heliks
di dalam mucus serviks dan kemudian mencapai rongga uterus. Dari beberapa juta
sperma tersebut, hanya beberapa ratus sperma yang dapat melewati pintu masuk tuba
fallopi yang sempit dan dapat bertahan hidup sampai mencapai ovum di ujung fimbrae
tuba fallopi. Hal ini disebabkan karena dalam waktu beberapa jam, protein plasma dan
likoprotein yang ada dalam cairan semen akan diluruhkan. Reaksi inilah yang disebut
dengan reaksi kapasitasi. Setelah terjadi reaksi kapasitasi, sperma akan mengalami reaksi
akrosom, yaitu reaksi yang terjadi setelah sperma berada dekat dengan oosit. Sel sperma
yang telah mengalami proses kapasitasi ini akan terpengaruh oleh beberapa zat dari
korona radiata ovum, sehingga isi akrosom yang berasal dari daerah kepala sperma akan
terlepas dan berkontak dengan lapisan korona radiata.

288
Pada saat inilah hialuronidase dilepaskan. Hialuronidase adalah enzim yang dapat
melarutkan korona radiata, yaitu lapisan sel yang mengelilingi sel telur setelah ovulasi.
Pelepasan hialuronidase ini membantu sperma melewati zona pelusida dan dapat
mencapai ovum. Pada akhirnya, hanya ada satu sperma yang mempunyai kemampuan
untuk membuahi ovum. Hal itu karena sperma tersebut memiliki konsentrasi DNA yang
tinggi di dalam nukleusnya, dan kaput sperma tersebut lebih mudah menembus karena
diduga dapat melepaskan zat hialuronidase. Sekali saja sebuah spermatozoa menyentuh
zona pelusida, maka akan terjadi perlekatan yang kuat dan proses penembusan yang
sangat cepat. Setelah itu terjadi, maka akan terjadi reaksi khusus di zona pelusida yang
memiliki tujuan untuk mencegah terjadinya penembusan lagi oleh sperma lainnya.
Dengan demikian, sangat jarang terjadi penembusan zona pelusida oleh lebih dari satu
sperma.

Gambar 15.6. Proses Pembuahan


Sumber: (Syaifuddin, 2006)

289
2. Implantasi
Proses implantasi atau bisa juga disebut nidasi adalah proses masuknya atau
tertanamnya hasil dari proses konsepsi ke dalam endometrium. Pada periode akhir
minggu pertama, yaitu hari ke-5 sampai dengan hari ke-7, zigot akan mencapai cavum
uteri. Pada saat itu, uterus sedang berada dalam fase sekresi lendir yang terjadi akibat
pengaruh progesteron dari korpus luteum yang masih aktif. Sehingga pada lapisan
endometrium, dinding rahim akan menjadi kaya pembuluh darah dan akan ada banyak
muara kelenjar selaput lendir rahim yang terbuka dan aktif.
Kontak yang terjadi antara zigot stadium blastokista dengan dinding rahim dalam
keadaan tersebut kemudian akan mencetuskan berbagai reaksi seluler, sehingga sel-sel
trofoblast zigot tersebut akan menempel dan mengadakan proses infiltrasi pada lapisan
epitel endometrium uterus. Peristiwa itulah yang disebut dengan proses implantasi.
Setelah proses implantasi terjadi, sel-sel trofoblas yang tertanam di dalam endometrium
akan terus berkembang dan membentuk jaringan bersama dengan sistem pembuluh darah
maternal untuk berubah menjadi plasenta. Plasenta tersebut kemudian berfungsi sebagai
sumber nutrisi dan oksigenasi bagi jaringan embrioblas yang akan tumbuh menjadi janin.
3. Plasentasi
Plasentasi merupakan proses pembentukan struktur dan jenis dari plasenta. Setelah
terjadi proses nidasi embrio ke dalam endometrium, maka proses plasentasi dimulai.
Pada wanita dalam kondisi normal, proses plasentasi akan berlangsung sekitar 12-18
minggu setelah terjadi proses fertilisasi. Selama dua minggu pertama, perkembangan
hasil proses konsepsi, trofoblas invasit akan melakukan penetrasi ke pembuluh darah di
endometrium. Setelah hal itu terjadi, maka akan terbentuk sinus intertrofoblastik berupa
ruangan-ruangan yang berisi darah maternal dari pembuluh-pembuluh darah yang telah
dihancurkan. Pertumbuhan ini berjalan terus-menerus sampai kemudian timbul ruangan-
ruangan interviler di mana saat itu vili korialis seolah-olah terapung-apung di antara
ruangan-ruangan tersebut sampai terbentuknya plasenta.
Tiga minggu pasca proses fertilisasi, sirkulasi pada darah janin dini dapat
diidentifikasi dan kemudian dimulai pembentukan vili korialis. Sirkulasi pada darah janin
ini akan berakhir di lengkung kapilar (capillary loops) di dalam vili korialis. Ruang
intervili yang ada telah dipenuhi oleh darah maternal yang dipasok dari arteri spiralis dan
kemudian dikeluarkan melalui vena uterine. Vili korialis inilah yang akan bertumbuh
menjadi suatu massa jaringan yang disebut dengan plasenta. Lapisan desidua yang
meliputi hasil proses konsepsi ke arah kavum uteri disebut dengan desidua kapsularis,

290
sedangkan lapisan desidua yang terletak di antara hasil konsepsi dan dinding uterus
disebut dengan desidua basalis. Pada lapisan desidua basalis itulah plasenta kemudian
akan dibentuk. Lapisan desidua yang meliputi dinding uterus di bagian lain adalah
desidua parietalis.
Hasil proses konsepsi akan diselubungi oleh jonjot-jonjot yang dinamakan dengan vili
korialis dan berpangkal pada korion. Korion ini dibentuk oleh sel-sel fibroblas
mesodermal yang tumbuh di sekitar embrio dan melapisi trofoblas bagian dalam. Korion
inilah yang kemudian disebut dengan korion frondosum. Sementara itu, korion yang
berhubungan dengan desidua kapsularis akan kurang mendapat makanan karena hasil
dari konsepsi bertumbuh ke arah kavum uteri sehingga lambat laun akan menghilang.
Korion yang akan menghilang inilah yang disebut dengan korion laeva. Darah yang
dimiliki oleh ibu dan janin dipisahkan oleh dinding pembuluh darah janin dan juga
lapisan korion. Plasenta tersebut dinamakan plasenta jenis hemokorial. Maka dari itu,
tidak akan ada percampuran darah antara darah janin dan darah ibu. Selain itu, ada juga
sel-sel desidua yang tidak dapat dihancurkan oleh trofoblas. Sel-sel ini akhirnya akan
membentuk lapisan fibrinoid yang disebut dengan lapisan nitabuch. Saat proses
melahirkan terjadi, plasenta akan terlepas dari endometrium pada lapisan nitabuch ini.

Gambar 15.7. Lokasi Pembuahan


Sumber: (Syaifuddin, 2006)

291
DAFTAR PUSTAKA

Anne, A. (Anatomi Klinik Dasar). 2002. Jakarta: Hipokrates.

Arrynugrah, M. B. (2013). Anatomi dan Fisologi Tubuh Manusia. Yogyakarta: Bhafana


Publishiing.

B. Tortora, D. G. (2011). Principles of Anatomy & Physiology 13th. United States of America:
John Wiley & Sons, Inc. .

Baxter, G. (1998). Ovarium Dalam Buku Endokrinologi Dasar dan Klinik, Edisi Ke-4. Jakarta:
EGC.

Djuanda, A. (2007). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelami Edisi Kelima. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.

Guyton, A. C. (2002). Fisiologi Tubuh Manusia Jiliid Satu. Binarupa Aksara: Tangerang .

MS, M. S. (2004). HOMEOSTATIS: Keseimbangan yang Halus dan Dinamis. Jakarta:


Departemen Ilmu Faal FK UI.

Pearce, E. C. (2002). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia.

Sherwood, L. (2012). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC.

Snell, R. (2012). Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Jakarta: EGC.

Soemantri, I. (2008). Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan Pasien Dengan


Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Merdeka.

Soewolo, et.al. (2005). Fisiologi Manusia. Malang: UM Malang.

Speakman, M. (2008). Lower Urinary Tract Symptom Suggestive of Benign Prostate


Hyperplasia (LUTS/BPH) : More Than Treating Symptoms. New York: European
Urology Supplements 7th Edition.

Syaifuddin. (1997). Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat Cetakan I. Jakarta: EGC.

292

Anda mungkin juga menyukai