Anda di halaman 1dari 2

ESSAI ALIRAN KEBATINAN

Nama : Mohammad Firstyan Khoirussidqi Aziz

NIM : E97218079

Matkul/kelas : AKK/F3

Aliran kebatinan Bratakesawa mengajarkan bahwa keberadaan Tuhan yang ditulis dalam
buku “kunci suwarga” menyebutkan menyebutkan bahwa sifat-sifat Tuhan (Pangeran) yang
harus ada adalah 20; sifat mustahil 20, dan jaiz (kekuasaan) 1.20 Selain itu, Bratakesawa juga
menekankan: Tuhan Tuhan dapat dibedakan sebagai Tuhan individu (Ikheid = Rabbi = Purusha)
dan Tuhan Umum (umat) yang disebut Iswara. Perbedaan antara keduanya dijelaskan dengan
perumpamaan, terkadang Purusha diibaratkan seperti matahari yang muncul di air dalam
tempayan (jembangan). Sedangkan Iswara digambarkan sebagai matahari yang bayangannya
muncul di air dalam tempayan. Dalam hal ini, Harun Hadiwijono menyatakan bahwa ajaran
Bratakesawa tentang Tuhan dekat dengan ajaran Tuhan sebagai pribadi; hal ini dapat dilihat dari
penekanannya bahwa Allah bukanlah makhluk.

Sedangkan dalam aliran kebatinan Pangestu mengajarkan Tri Purusha (sama halnya
dengan keagamaan kristen yang disebut “Trimurti” atau tiga tuhan menjadi satu), artinya
keadaan Yang Esa yang Tiga, yaitu: 1) Sukma Kawekas (Pangeran Sejati), yaitu Allah Ta'ala; 2)
Jiwa Sejati (Model Peran Sejati), yaitu Pemandu Sejati, Guru Sejati atau Utusan Sejati; 3) Roh
Kudus (manusia suci) tidak lain adalah Jiwa Manusia Sejati.
Tri Purusha disebutkan sebagai pangeran yang maha tunggal, dalam litelatur lain
menyebutkan bahwa Suksma Sejati (sifat kedua, disamakan dengan Nur Muhammad = Kristus
yang merupakan sifat Tuhan yang diturunkan dan menjadi pusat nyala api segala cahaya iman.
Jadi Nur Muhammad atau Suksma Sejati atau Kristus juga bisa menjadi disebut Pangeran yang
menjelma, menjelma) (kababar), karena keberadaan itu berasal dari Dzat-Ku (Ingsun Esensial),
yang tidak berwarna dan tidak berbentuk dan bahwa Tuhan hanya dapat diketahui sebagian dari
sifat-sifat-Nya.

Dari penjelasan Sasangka Jati, tampak adanya kesamaan dengan salah satu prinsip
panteisme, yaitu gambaran bagaimana Yang Mutlak (Yang Tak Terbatas) menjadi yang terbatas
(bentuk nyata atau lahiriah). Atau menyerupai proses bagaimana Brahman menjelma menjadi
alam atau manusia melalui avatarnya (sakti) yang dalam Pangestu disebut alam kedua (Tuhan
sebagai Suksma Sejati). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pemahaman Pangestu tentang
ketuhanan pada dasarnya bersifat panteistik. Dan, sebagaimana dijelaskan pada bab sebelumnya,
konsepsi panteisme selalu menolak kepribadian Tuhan.

Ajaran ketuhanan Paryana juga tampaknya tidak jauh berbeda dengan ajaran Pangestu.
Paryana menggambarkan alam Lahur yang hanya dihuni oleh esensi Tuhan. Alam Lahut awalnya
bernama Alam Ahadiat, kemudian timbul kesadaran dalam diri-Nya sehingga muncul Alam
Wahdat. Kesadaran Tuhan akan diri-Nya memunculkan realisasi Ingsun atau I yang pertama.
Pertumbuhan ini disebut Wahdaniat dan alamnya disebut Alam Wahdaniat.22 Jika kita
memperhatikan pergeseran dari alam ke alam lain di Alam Ilahi, maka ajaran Paryana bisa Dapat
dipahami bahwa sistem pemikiran dalam pemahaman Paryana tentang ketuhanan juga memiliki
ciri-ciri pemikiran panteistik. Dalam hal ini, Harun Hadiwijono menyatakan bahwa Paryana
mengikuti ajaran tujuh martabat yang tidak lain adalah bentuk panteisme. Jadi kesimpulannya,
itu bukan Tuhan pribadi.

Dari beberapa pandangan tentang keberadaan Tuhan dalam berbagai aliran kepercayaan
dan tasawuf tersebut di atas, kita dapat mengkritisi bahwa secara umum pemahaman tentang
ketuhanan yang dianut oleh aliran kepercayaan dan kebatinan sebagian besar tidak untuk
mengatakan bahwa keseluruhan adalah panteisme. Dengan demikian lebih menyatakan bahwa
Tuhan telah memanifestasikan dirinya ke dalam seluruh alam dan manusia itu sendiri.
Sedangkan atribusi ketuhanan yang dianut sebagian besar bersifat non-personal. Karena Tuhan
itu sama dengan alam atau terbentang ke alam semesta termasuk manusia di dalamnya.

Anda mungkin juga menyukai