Anda di halaman 1dari 9

SEJARAH BERBAGAI JENIS WAYANG

Disusun oleh :
Nama : Nur Khansa Indrani
Absen : 21
Kelas : IX – J

SMP NEGERI 1 PATI


TAHUN AJARAN 2023/2024
1. Wayang Purwo

Wayang purwa merupakan nama lain dari wayang kulit, yaitu wayang yang dibuat
dari kulit kerbau atau sapi yang dikeringkan.Wayang purwa atau wayang kulit purwa
adalah wayang Sepuh yang berasal dari Ponorogo yang masih eksis hingga saat ini.
Dalam bahasa Jawa, kata 'purwa' diterjemahkan sebagai 'awal', 'permulaan', 'yang
lebih dahulu'.Artinya, wayang purwa merupakan wayang tertua atau wayang yang
paling terdahulu daripada wayang lainnya.

Wayang purwa untuk kali pertama diciptakan oleh Prabu Jayabaya pada masa
kejayaan kerajaan Hindu-Buddha.Kala itu, Prabu Jayabaya membuat wayang purwa
karena rasa minatnya pada kisah nenek moyangnya yang tertuang dalam serat
Pustakawaja Purwa. Ia lantas melihat Candi Penataran di Blitar dan memandangi arca
para dewa serta ukiran relief yang ada di sekeliling candi.

Prabu Jayabaya kemudian mencoba meniru bentuk yang Ia lihat dengan


menggambarnya di atas daun tal. Sesudahnya, gambar-gambar itu dibentangkan
dengan tali dan dimasukkan ke dalam sebuah peti kecil. Gambar yang sudah jadi
kemudian dipahat dan diberi pegangan dari gagang yang terbuat dari bambu. Tak
tanggung-tanggung, sebanyak 50 wayang berhasil dibuat dan diberi nama wayang
purwa serta sengkalan.

2. Wayang Wong

Wayang wong adalah wayang yang dimainkan dengan menggunakan orang


sebagai tokoh dalam cerita wayang tersebut. Wayang wong diciptakan oleh Sri
Susuhunan Hamangkurat I pada tahun 1731 di Kerajaan Mataram.
Saat Kerajaan Mataram Islam dibagi menjadi Kesultanan Yogyakarta dan
Kasunanan Surakarta pada 1755, Sri Sultan Hamengku Buwono I (1755-1792)
sebagai pendiri dan raja pertama Kesultanan Yogyakarta, mengubah dan menciptakan
ulang kesenian wayang orang.

Tujuan utama penciptaan wayang orang oleh Sultan Hamengku Buwoni I adalah
estetis, yaitu keinginan Sultan untuk menampilkan sebuah pementasan yang
menggambarkan perbuatan kepahlawanan dari para satria yang terdapat dalam epos
Mahabarata. Di Yogyakarta, Wayang Wong ditempatkan di posisi terhormat.

3. Wayang Madya

Wayang madya adalah Wayang kulit yang diciptakan oleh Mangkunegara IV


sebagai penyambung cerita Wayang Purwa dengan Wayang Gedog. Cerita Wayang
madya merupakan peralihan cerita Purwa ke cerita Panji. Salah satu cerita Wayang
Madya yang terkenal adalah cerita Anglingdarma. Wayang madya tidak sempat
berkembang di luar lingkungan Pura Mangkunegaran. Bentuk Wayang Madya adalah
paduan Wayang kulit (Purwa) dengan Wayang Gedhog.

4. Wayang Gedog

Wayang Gedog atau Wayang Panji adalah wayang yang memakai cerita dari serat
Panji. Wayang ini mungkin telah ada sejak zaman Majapahit. Bentuk wayangnya
hampir sama dengan wayang purwa.

Wayang gedog yang kita kenal sekarang, konon diciptakan oleh Girindrawardhana
pada tahun 1485 (gaman naga kinaryeng bathara) . Wayang Gedog baru memakai
keris pada zaman panembahan Senapati di Mataram. Barulah pada masa Pakubuwana
III di Solo wayang gedog diperbarui, dibuat mirip wayang purwa, dengan nama
Kanjeng Kyai Dewakatong dan Kyai Sri Wibawa.

5. Wayang Menak

Wayang Golek Menak atau disebut juga Wayang Menak merupakan wayang
berbentuk boneka kayu yang diyakini muncul pertama kali di daerah Kudus pada
masa pemerintahan Sunan Paku Buwana II. Sumber cerita Wayang Menak berasal
dari Kitab Menak, yang ditulis oleh Ki Carik Narawita menantu Waladana. atas
kehendak Kanjeng Ratu Mas Balitar, permaisuri Sunan Pakubuwana I pada tahun
1717 M. Saat penulisannya adalah hari Jumat, tanggal 17 bulan Rajab, tahun Dal,
wuku Marakeh, mangsa Kasa, dengan sengkalan: Lenging welut rasa purun (1639 AJ
atau 1717 AD)

Wayang ini diciptakan oleh Ki Trunadipura, seorang dalang dari Baturetno,


Surakarta, pada zaman pemerintahan Mangkunegara VII (1916 – 1944). Induk
ceritanya bukan diambil dari Kitab Ramayana dan Mahabarata, melainkan dari Kitab
Menak. Latar belakang cerita Menak adalah negeri Arab, pada masa perjuangan Nabi
Muhammad SAW menyebarkan agama Islam.

6. Wayang Po The Hi

Wayang potehi merupakan seni pertunjukan boneka tradisional asal Fujian,


Tiongkok Selatan. “Potehi” berasal dari akar kata “pou” (kain), “te” (kantong), dan
“hi” (wayang). Secara harfiah bermakna wayang yang berbentuk kantong dari kain –
meski beberapa bagiannya terbuat dari kayu. Kesenian ini dikenal masyarakat
Tiongkok pada abad ke-7 sampai abad ke-9 semasa Dinasti Tang.

Menurut cerita tutur, wayang potehi dibuat oleh lima terpidana mati yang sedang
menunggu hari eksekusi. Untuk menghilangkan kesedihan, mereka membuat boneka
dari potongan kain dan memainkannya dengan musik pengiring dari barang-barang
seadanya. Pertunjukan itu ternyata bukan hanya menghibur mereka, tapi tahanan lain
dan para sipir penjara. Keberadaan pertunjukan itu sampai ke telinga raja yang
kemudian meminta mereka bermain di istana. Mereka pun dibebaskan dari hukuman
mati, karena berhasil menghibur raja.
7. Wayang Kancil

Wayang kancil adalah wayang yang lakonnya kancil. Pada abad ke-15, Sunan Giri
menciptakan wayang kancil sebagai media untuk menyiarkan agama Islam di pulau
Jawa. Pada saat itu, wayang kancil tidak dapat berkembang pesat. Perkembangan
mulai terjadi pada tahun 1925 saat dipopulerkan oleh seorang Tionghoa yang bernama
Bo Liem.

Wayang kancil memiliki figur-figur tokoh binatang berupa binatang buruan,


binatang merangkak, binatang merayap, binatang yang terbang yang termasuk dalam
dongeng Kancil dan beberapa manusia seperti Pak tani dan Bu Tani. Kehadiran
wayang kancil membuat anak-anak mulai kembali menggemari kesenian tradisional.
Hal ini juga dimanfaatkan sebagai media pendidikan.

8. Wayang Beber

Wayang Beber adalah seni wayang yang muncul dan berkembang di Jawa pada
masa Islam. Dinamakan Wayang Beber karena berupa lembaran yang dibentuk
menjadi tokoh tokoh dalam cerita wayang. Kesenian ini awalnya digunakan para Wali
untuk melakukan dakwah.

Wayang beber adalah seni pertunjukan wayang yang penyajiannya diwujudkan


dalam bentangan lembaran kertas atau kain bergambar dengan stilisasi wayang (kulit)
disertai narasi oleh seorang dalang. Pertunjukan wayang beber muncul dan
berkembang di Jawa bagian Wengker (sekarang Ponorogo dan Pacitan) pada masa
pra-Islam karena Ponorogo masa itu sudah dapat membuat Daluwang atau kertas
Ponoragan, tetapi terus berlanjut hingga masa kerajaan-kerajaan Islam (seperti
Kesultanan Mataram).

Saat Zaman Majapahit, tepatnya ketika Jaka Susuruh menjadi rajanya terdapat
perkembangan wayang beber lagi berupa tambahan tongkat panjang yang digunakan
untuk menggulung dan memperlihatkan cerita dari tiap scene dalam Wayang Beber.
Ketika saat itulah muncul nama Wayang Beber yang berarti wayang yang
pementasannya dengan cara dibentangkan.

9. Wayang Wahyu

Wayang wahyu merupakan kreasi baru dari pertunjukkan wayang dengan cerita
atau lakon berdasarkan dari ajaran kitab suci kristiani. Ceritanya diambil berdasarkan
kisah keagamaan Katolik dan awalnya dikenal dengan nama Wayang Katolik.
Penyebutan ini berubah menjadi Wayang Wahyu karena kisah pertunjukkan wayang
ini menceritkan penyebaran wahyu yang diturunkan oleh Tuhan kepada umat-Nya.

Wayang Wahyu diciptakan oleh Bruder Timotius pada tahun 1960 silam. Saat itu
Wayang Wahyu sengaja dibuat untuk menyebarkan ajaran agama yang bersumber dari
Alkitab. Saat itu wayang menjadi salah satu seni budaya yang banyak disukai oleh
masyarakat Jawa.

10. Wayang Suket


Wayang Suket merupakan bentuk tiruan dari berbagai figur wayang kulit yang
terbuat dari rumput. Wayang Suket ini biasanya dibuat sebagai alat permainan atau
penyampaian cerita perwayangan pada anak-anak di desa-desa dataran Jawa.

Keberadaan wayang suket tidak lepas dari peranan Mbah Gepuk, sebagai
penemunya. Wayang suket pertama kali diperkenalkan kepada masyarakat melalui
ajang Perkemahan Wira Karya Nasional (PWN) pada tahun 1990.

11. Wayang Santri

Wayang santri dapat diartikan sebagai salah satu jenis 6 pertunjukan wayang yang
berbentuk boneka dan terbuat dari kayu serta dihiasi oleh kostum sesuai karakternya.
Wayang santri merupakan sebuah bentuk inovasi dalam dunia pewayangan yang
diciptakan oleh dalang nyleneh asli Tegal yaitu Ki Enthus Susmono pada tahun 2006.

Setiap pementasan wayang santri yang banyak mengandung nilai-nilai ajaran


islam, Ki Enthus Susmono lebih menekankan kepada "mengaji bersama", bukan
untuk menggurui siapapun. Konsep "mengaji bersama" inilah yang kemudian
menjadikan Ki Enthus Susmono siap dikoreksi oleh para kyai atau ulama apabila
terdapat kesalahan dalam penyampaiannya.

12. Wayang Golek

Wayang golek merupakan seni pertunjukan tiga dimensi berbahan dasar kayu yang
diukir menyerupai manusia, kemudian didandani dengan kain-kain sebagai busana
yang membuatnya menjadi lebih menarik. Pertunjukan wayang golek biasanya
dimainkan oleh seorang dalang yang diiringi oleh alat musik gamelan.
Umumnya wayang ini dipentaskan di wilayah Parahyangan, Jawa Barat dengan
menggunakan Bahasa Sunda.Aliran wayang golek ini diperkirakan mulai berkembang
di Jawa Barat sejak abad ke-19 M, dipelopori oleh Bupati Bandung Wiranatakusumah
III.

Pertunjukan seni wayang golek merupakan seni pertunjukan teater rakyat yang
banyak dipagelarkan. Selain berfungsi sebagai pelengkap upacara selamatan atau
ruwatan, pertunjukan seni wayang golek juga menjadi tontonan dan hiburan dalam
perhelatan tertentu.
13. Wayang Klithik

Wayang klithik adalah wayang yang terbuat dari kayu. Berbeda dengan wayang
golek yang mirip dengan boneka, wayang klitik berbentuk pipih seperti wayang kulit.

Wayang ini pertama kali diciptakan oleh Pangeran Pekik, adipati Surabaya, dari
bahan kulit dan berukuran kecil. Dalam riwayat lain juga disebutkan jika wayang
klithik diciptakan oleh Sunan Kudus pada kurun abad 16-17 dan dipergunakan
sebagai sarana dakwah Islam.

14. Wayang Krucil

Wayang Klithik/Krucil adalah seni pertunjukan wayang mirip wayang kulit namun
menggunakan wayang yang terbuat dari kayu pipih dengan tangan terbuat dari kulit
sehingga mudah digerak-gerakkan oleh dalang. Wayang krucil adalah kesenian dari
bahan kulit dan berukuran kecil sehingga lebih sering disebut dengan Wayang Krucil.
Wayang ini dalam perkembangannya menggunakan bahan kayu pipih (dua dimensi).
Konon wayang krucil diciptakan oleh Pangeran Pekik dari Surabaya, namun
sumber lain menyebut Sunan Kudus, Sunan Bonang atau juga ada yang mengatakan
diciptakan oleh Raja Brawijaya V.

15. Wayang Thithi

Wayang kulit Cina - Jawa atau yang lebih dikenal dengan sebutan Wayang Thithi
mulai dikenal di Yogyakarta pada tahun 1925 hingga sekitar tahun 1967. Istilah thithi
sendiri didapat dari suara alat musik yang terbuat dari kayu berlubang yang biasa
mengiringi setiap pertunjukan wayang kulit China yang jika dipukul akan
mengeluarkan suara thek…thek…thek.. Suatu bunyi yang terdengar di telinga orang
Jawa sebagai thi… thi… thi… .

Wayang Thithi yang diangkat dari kisah Tiongkok Kuno, Sie Jin Kui atau lebih
dikenal dengan nama Wacinwa singkatan Wayang Cina Jawa yang diciptakan oleh
Dwi Woro Retno Mastuti.

Anda mungkin juga menyukai