Anda di halaman 1dari 45

1 ANALISIS KARAKTERISTIK GAMBAR ANAK

BAB1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan Seni dipakai sebagai mata pelajaran pada pendidikan sekolah
didasarkan pada pemikiran bahwa, pertama, pendidikan seni memiliki sifat
multilingual, multidimensional, dan multikultural. Multilingual berarti melalui
pendidikan seni dikembangkan kemampuan mengekspresikan diri dengan berbagai
bahasa rupa, bunyi, gerak, dan paduannya. Multidimensional berarti dengan seni
dapat dikembangkan kompetensi dasar anak yang mencakup persepsi, pengetahuan,
pemahaman, analisis, evaluasi, apresiasi, dan produktivitas dalam menyeimbangkan
fungsi otak kanan dan kiri, dengan memadukan unsur logika, etika dan estetika.
Multikultural berarti pendidikan seni bertujuan menumbuh kembangkan
kesadaran dan kemampuan berapresiasi terhadap keragaman budaya lokal dan global
sebagai pembentukan sikap menghargai, toleran, demokratis, beradab, dan hidup
rukun dalam masyarakat dan budaya yang majemuk (Depdiknas 2001:7). Pendidikan
seni meliputi semua bentuk kegiatan tentang aktivitas fisik dan nonfisik yang
tertuang dalam kegiatan berekspresi, bereksplorasi, berkreasi dan berapresiasi melalui
bahasa rupa, bunyi, gerak dan peran. (Rohidi 2000:7).
Melalui pendidikan seni anak dilatih untuk memperoleh keterampilan dan
pengalaman mencipta yang disesuaikan dengan lingkungan alam dan budaya
setempat serta untuk memahami, menganalisis, dan menghargai karya seni. Tegasnya
pendidikan seni di sekolah dapat menjadi media yang efektif dalam mengembangkan
pengetahuan, keterampilan, kreativitas, dan sensitivitas anak. Tujuan pendidikan seni
juga dapat dilihat sebagai upaya untuk mengembangkan sikap agar anak mampu
berkreasi dan peka terhadap seni atau memberikan kemampuan dalam berkarya dan
berapresiasi seni. Kedua jenis kemampuan ini menjadi penting artinya karena
dinamika kehidupan sosial manusia dan nilai-nilai estetis mempunyai sumbangan
terhadap kebahagiaan manusia di samping mencerdaskannya.
Pendidikan seni, dapat dijadikan sebagai salah satu sarana dalam membentuk
jiwa dan kepribadian anak. Hal ini sejalan dengan apa yang dinyatakan oleh Plato
(dalam dalam Rohidi, 2000, h.79) bahwa pendidikan seni dapat dijadikan dasar untuk
membentuk kepribadian. Dalam hubungan ini seni merupakan bidang ilmu yang
perlu dipelajari dan diapresiasi oleh peserta didik karena mengandung nili-nilai dan

2 ANALISIS KARAKTERISTIK GAMBAR ANAK


bermanfaat dalam kehidupan manusia. Oleh karenanya diperlukan rancangan yang
berkaitan dengan proses pelaksanaan pembelajaran seni, baik kurikulum, metode,
sarana maupun alat penunjangnya, dan juga tidak meninggalkan lingkungan sosial
budaya setempat.
Dalam menunjang kebutuhan dan untuk mengetahui serta memahami
karakteristik anak, maka seorang pendidik seni perlu mempelajari karakteristik
gambar anak berdasarkan periodisasi perkembangan yang dikemukakan oleh para
ahli di bidang pendidikan seni rupa anak. Pembagian masa atau periodisasi
dimaksudkan untuk lebih mengenal karya seni rupa anak dalam hal melakukan
kegiatan dan penilaian . Pada umumnya, semua periodisasi yang dikemukakan oleh
para ahli memiliki kesamaan, misalnya selalu dimulai dari usia dua tahun.
Periodisasi karakteristik gambar anak tersebut dalam dunia pendidikan, bagi
pengajar perlu mengenal latar belakang anak didiknya. Agar seorang pengajar dapat
memilih strategi pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa dan siswinya.
Khususnya bagi anak Sekolah Dasar (SD) berusia sekitar 6 - 12 tahun. Berdasarkan
teori tahap-tahap perkembangan menggambar atau seni rupa secara garis besar dapat
dibedakan dua tahap karakteristik, yaitu kelas I sampai dengan kelas III ditandai
dengan kuatnya daya fantasi-imajinasi, sedangkan kelas VI sampai dengan kelas VI
ditandai dengan mulai berfungsinya kekuatan rasio. Perbedaan kedua karakteristik ini
tampak pada gambar-gambar anak (karya dua dimensi) atau gambar model, karya
patung, dan perwujudan karya tiga dimensi lainnya.
Periodisasi yang digunakan dalam menganalisis karakteristik gambar anak pada
karya tulis paper ini adalah periodisasi masa perkembangan seni rupa anak menurut
Viktor Lowenfeld dan Lambert Brittain dalam buku Creative and Mental Growth.
Dengan mengetahui tahapan-tahapan perkembangan seni rupa melalui teori
Lowenfeld dan Brittain, pengajar dapat memahami perkembangan seni rupa
anak-anak didasarkan pada usia dan karakteristik hasil gambarnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep pendidikan seni rupa anak?
2. Bagaimana karakteristik gambar anak berdasarkan Viktor Lowenfeld dan Lambert
Brittain dalam bukunya Creative and Mental Growth ?
3. Mengapa penting bagi seorang pendidik seni untuk memahami karakteristik dan

3 ANALISIS KARAKTERISTIK GAMBAR ANAK


ciri-ciri gambar anak?
4. Bagaimana contoh-contoh karakteristik gambar anak menurut Viktor Lowenfeld
dan Lambert Brittain dalam bukunya Creative and Mental Growth ?
5. Bagaimana peran pendidikan seni rupa dalam memahami karakteristik gambar
anak?
6. Bagaimana hubungan karakteristik gambar anak dengan periodisasi anak?
7. Bagaimana pendekatan pembelajaran dalam pendidikan seni rupa?
8. Bagaimana pentingnya pendidikan seni rupa terhadap perkembangan otak anak?
9. Bagaimana periodisasi perkembangan seni rupa anak?

1.3 Tujuan
Menganalisis dan memahami karakteristik (ciri khas) gambar anak berdasarkan
periodisasi perkembangan anak dalam teori Viktor Lowenfeld dan Lambert Brittain
dalam bukunya Creative and Mental Growth.

1.4 Manfaat
Dapat menganalisis karakteristik gambar anak dan mengidentifikasi periodisasi
perkembangan usia anak berdasarkan karakter visual dari karya gambar yang
dibuatnya serta menghubungkannya dengan unsur-unsur rupa dan prinsip-prinsip
desain.

4 ANALISIS KARAKTERISTIK GAMBAR ANAK


BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Pendidikan Seni Rupa Anak
Kata seni adalah sebuah kata yang semua orang dipastikan mengenalnya,
walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda. Konon kabarnya kata seni berasal
dari kata “sani” yang kurang lebih artinya “Jiwa Yang Luhur/ Ketulusan jiwa”.
Menurut kajian ilmu di eropa mengatakan “ART” (artivisial) yang artinya kurang
lebih adalah barang/ atau karya dari sebuah kegiatan. Seni adalah proses yang sengaja
mengatur unsur-unsur dalam suatu cara yang menarik indra atau emosi. Ini mencakup
berbagai macam kegiatan manusia, ciptaan, dan cara berekspresi, termasuk musik,
sastra, film, patung, dan lukisan. Makna seni ini dibahas dalam cabang filsafat yang
dikenal dengan estetika.
Seni memiliki sifat dasar kreatif, individual, perasaan, abadi, dan universal.
Pengertian kreatif adalah kemampuan seseorang untuk mengubah sesuatu yang ada
menjadi baru dan orisinil. Contohnya batu yang diubah menjadi patung, tanah liat
dapat menjadi keramik, suara diubah menjadi musik, gerakan menjadi sebuah tarian,
dan sebagainya. Sifat individual memiliki pengertian bahwa suatu karya seni
memiliki ciri perseorangan dari penciptanya. Lagu-lagu yang diciptakan Ebit G. Ade,
sangat berbeda dengan lagu-lagu Rhoma Irama, Titik Puspa, atau pun yang lainnya.
Ada juga dalam seni murni seperti lukisan Afandi, sangat berbeda dengan
lukisan-lukisan Basuki Abdullah, Raden Saleh, Popo Iskandar, Piccaso, Van Googh,
maupum pelukis lainnya. Ciri khas pribadi inilah yang merupakan identitas dari karya
mereka.
Seni memiliki sifat perasaan, artinya dalam membuat karya seni selalu melibatkan
emosi dan jiwa. Oleh sebab itu, untuk dapat menikmati sebuah karya harus
menggunakan kepekaan perasaan yang paling dalam. Sebuah lagu yang diciptakan
melalui perasaan seorang seniman, kemudian dibawakan seorang penyanyi yang
menjiwai isi lagu itu. Tampil dalam suara dan penampilan yang seirama, maka para
pendengar lagu itu akan tergugah hatinya. Semua itu jika ada kesungguhan dalam
menggunakan indera rasa seperti yang dilakukan pencipta dan penyanyinya.Seni
memiliki sifat abadi atau keabadian. Sesungguhnya semua yang dibuat oleh manusia
memiliki sifat demikian, dimana perbuatan baik maupun tercela yang sudah
dilakukan tidak dapat dibatalkan.

5 ANALISIS KARAKTERISTIK GAMBAR ANAK


Jika membuat karya seni yang memiliki tujuan estetik atau keindahan, hendaknya
orang yang menikmatinya turut berlatih juga untuk berbuat sesuatu yang indah dan
terpuji. Maka sesungguhnya seorang seniman mendapat penghargaan ketika ada anak
yang berbuat sesuatu kebaikan jika terpengaruh (menangkap amanat) cerita film,
novel, syair lagu, dan sebagainya. Seni bersifat universal, artinya seni tidak mengenal
batasan waktu, bangsa, bahasa, dan sebagainya. Sebagai contoh, semua orang yang
berlainan bahasa akan tertawa terbahak-bahak ketika melihat tingkah laku badut
sirkus yang sangat lucu atau seorang yang melihat gambar karikatur akan tersenyum
tanpa mengetahui siapa pembuatnya.
Pembahasan konsep seni rupa meliputi struktur bentuk dan ungkapan (ekspresi)
dalam seni murni dan hubungan bentuk, fungsi, dan elemen estetik dalam seni rupa
terapan. Pembahasan tentang media seni rupa meliptui ciri-ciri media, proses, dan
teknik pembuatan karya seni rupa. Selain itu, apresiasi seni juga perlu memberikan
pemahaman hubungan antara seni rupa dengan bentuk-bentuk seni yang lain,
bidang-bidang studi yang lain, serta keberadaan seni rupa, kerajinan, dan desain
sebagai bidang profesi.
Berkarya seni rupa pada dasarnya adalah proses membentuk gagasan dan
mengolah media seni rupa untuk mewujudkan bentuk-bentuk atau
gambaran-gambaran yang baru. Untuk membentuk gagasan, siswa perlu dilibatkan
dalam berbagai pendekatan seperti menggambar, mengobservasi, mencatat, membuat
sketsa, berekperimen, dan menyelidiki gambar-gambar atau bentuk-bentuk lainnya.
Selain itu, siswa juga perlu dilibatkan dalam proses pengamatan terhadap masalah
pribadi, realitas sosial, tema-tema universal, fantasi, dan imajinasi.
Mengolah media pada dasarnya adalah menggunakan bahan dan alat untuk
menyusun unsur-unsur visual seperti garis, bidang, warna, tekstur, dan bentuk dalam
mengolah media, siswa perlu diperkenalkan dengan teknik penggunaan berbagai
bahan, dengan memperhatikan keterbatasan-keterbatasan maupun kelebihannya.
Dalam menyusun bentuk, siswa perlu diberi kesempatan untuk mengembangkan
bentuk sehingga menjadi gaya yang bersifat pribadi.

2.2 Seni Sebagai Media Pendidikan


Pendidikan Seni dipakai sebagai mata pelajaran pada pendidikan sekolah
didasarkan pada pemikiran bahwa, pertama, pendidikan seni memiliki sifat

6 ANALISIS KARAKTERISTIK GAMBAR ANAK


multilingual, multidimensional, dan multikultural. Multilingual berarti melalui
pendidikan seni dikembangkan kemampuan mengekspresikan diri dengan berbagai
bahasa rupa, bunyi, gerak, dan paduannya. Multidimensional berarti dengan seni
dapat dikembangkan kompetensi dasar anak yang mencakup persepsi, pengetahuan,
pemahaman, analisis, evaluasi, apresiasi, dan produktivitas dalam menyeimbangkan
fungsi otak kanan dan kiri, dengan memadukan unsur logika, etika dan estetika.
Multikultural berarti pendidikan seni bertujuan menumbuhkembangkan
kesadaran dan kemampuan berapresiasi terhadap keragaman budaya lokal dan global
sebagai pembentukan sikap menghargai, toleran, demokratis, beradab, dan hidup
rukun dalam masyarakat dan budaya yang majemuk (Depdiknas 2001:7). Pendidikan
seni meliputi semua bentuk kegiatan tentang aktivitas fisik dan non-fisik yang
tertuang dalam kegiatan berekspresi, bereksplorasi, berkreasi dan berapresiasi melalui
bahasa rupa, bunyi, gerak dan peran (Rohidi 2000:7).
Melalui pendidikan seni anak dilatih untuk memperoleh keterampilan dan
pengalaman mencipta yang disesuaikan dengan lingkungan alam dan budaya
setempat serta untuk memahami, menganalisis, dan menghargai karya seni. Tegasnya
pendidikan seni di sekolah dapat menjadi media yang efektif dalam mengembangkan
pengetahuan, keterampilan, kreativitas, dan sensitivitas anak. Tujuan pendidikan seni
juga dapat dilihat sebagai upaya untuk mengembangkan sikap agar anak mampu
berkreasi dan peka terhadap seni atau memberikan kemampuan dalam berkarya dan
berapresiasi seni. Kedua jenis kemampuan ini menjadi penting artinya karena
dinamika kehidupan sosial manusia dan nilai-nilai estetis mempunyai sumbangan
terhadap kebahagiaan manusia di samping mencerdaskannya.
Pendidikan seni, dapat dijadikan sebagai salah satu sarana dalam membentuk
jiwa dan kepribadian anak. Hal ini sejalan dengan apa yang dinyatakan oleh Plato
(dalam dalam Rohidi 2000:79) bahwa pendidikan seni dapat dijadikan dasar untuk
membentuk kepribadian. Dalam hubungan ini seni merupakan bidang ilmu yang
perlu dipelajari dan diapresiasi oleh peserta didik karena mengandung nili-nilai dan
bermanfaat dalam kehidupan manusia. Oleh karenanya diperlukan rancangan yang
berkaitan dengan proses pelaksanaan pembelajaran seni, baik kurikulum, metode,
sarana maupun alat penunjangnya, dan juga tidak meninggalkan lingkungan sosial
budaya setempat.

7 ANALISIS KARAKTERISTIK GAMBAR ANAK


2.3 Peranan Seni Dalam Pendidikan
Pendidikan Seni, khususnya seni rupa hadir sebagai bagian integral dari prinsip
pendidikan. Artinya, pendidikan seni rupa sebagai bagian dari pendidikan umum
yang mendapat kewajiban (tugas) utama untuk melatih kepekaam rasa: estetis
(keindahan), maupun apresiasi seni, melalui pembelajaran praktik berkarya seni rupa.
Pembelajaran seni rupa yang dimaksudkan adalah pendidikan untuk anak yang
didasari oleh pembinaan intelegensi rupa (visual intelligence) dengan kemampuan
memahami objek secara komprehensif maupun detail.
Pemahaman terhadap objek dengan kinerja belajarnya melalui pengamatan,
asosiasi, pemahaman bentuk akhirnya berekspresi. Lingkup seni sebagai hasil
aktivitas artistik yang meliputi seni suara, seni gerak dan seni rupa sesuai dengan
media aktivitasnya. Media dalam hal ini mempunyai arti sarana yang menentukan
batasan-batasan dari lingkup seni tersebut. Pemahaman tentang seni adalah
merupakan ekspresi pribadi dan seni adalah ekspresikeindahan. Seperti yang
dikemukakan oleh Cut Kamaril Wardani Surono (2000:3), pendidikan seni yaitu:
1. Pendidikan seni adalah sebuah cara atau strategi menamkan pengetahuan dan
keterampilan, dengan cara mengkondisikan anak atau siswa menjadi kreatif, inovatif,
dan mampu mengenali potensi dirinya secara khas (karakteristiknya) serta memiliki
sensitivitas terhadap berbagai perubahan sosial budaya dan lingkungan.
2. Pendidikan kesenian adalah kegiatan membuat manusia agar mampu bertahan
hidup dan mampu menunjukkan jati dirinya di masa depan. Maka, kemampuan
beragam bahasa (multi Language) perlu dikembangkan melalui pendidikan untuk
menghadapi pesatnya perkembangan kemampuan berbahasa non verbal: bunyi, gerak,
rupa dan perpaduannya. Melalui kemampuan beragam bahasa seni (artistik), manusia
diharapkan mampu memahami dan berekspresi terhadap citra budaya sendiri dan
budaya lain (multi cultural). Pendidikan seni juga memiliki wacana multidimensional
artinya pendidikan seni memiliki cakupan yang luas baik yang berkaitan dengan
masalah budaya ataupun ilmu pengetahuan.

2.4 Tujuan Pendidikan Seni Sekolah Dasar


 Tujuan diberikanya pendidikan seni di Sekolah Dasar diantaranya sebagai
berikut:
1. Memberikan fasilitas yang sebesar-besarnya untuk dapat mengemukakan

8 ANALISIS KARAKTERISTIK GAMBAR ANAK


pendapatnya (ekspresi bebas)
2. Melatih imajinasi anak, ini merupakan konskwensi logis dan kegiatan ekspresi.
3. Memberikan pengalaman estetik dan mampu memberi umpan balik penilaian
(kritik dan saran) terhadap suatu karya seni sesuai dengan mediumnya.
4. Pembinaan keterampilan, diarahkan dengan membina kemampuan praktik
berkarya seni dan kerajinan.
5. Seni sebagai alat pendidikan dalam arti pendidikan seni dapat dilakukan melalui
kegiatan permainan. Tujuan pendidikan seni dapat dilakukan melalui kegiatan
permainan. Tujuan pendidikan seni bukan untuk membina anak-anak menjadi
seniman, melainkan untuk mendidik anak menjadi kreatif. Seni merupakan
aktivitas permainan, melalui permainan kita dapat mendidik anak dan membina
kreativitasnya sedini mungkin. Dengan demikian, dapat dikatakan seni dapat
digunakan sebagai alat pendidikan.
 Peran pendidikan kesenian dalam konstelasi kurikulum pendidikan adalah:
1. Seni sebagai bahasa visual anak pada usia SD dalam kehidupannya sangat dekat
dengan berkarya seni. Hampir bisa dikatakan bahwa perilaku anak dekat dengan
kegiatan berkesenian; tiada hari tanpa berseni. Berseni merupakan, kebutuhan anak
dalam mengutarakan pendapat, berkhayal-berimajinasi, bermain, belajar memahami
bentuk yang ada di sekitar anak, merasakan: kegembiraan, kesedihan, dan rasa
keagamaan.
2. Seni membantu pertumbuhan mental ternyata contoh di atas merupakan
perkembangan simbol rupa yang terjadi pada saat anak ingin menyatakan bentuk
yang dipikirkan, dirasakan atau dibayangkan. Bentuk-bentuk tersebut hadir
bersamaan dengan perkembangan usia mental anak. Pada suatu ketika anak
pertumbuhan badan (biological age) lebih cepat daripada perkembangan pikiran
(mental age). Ketidaksejajaran perkembangan anak tersebut menyebabkan pula
perkembangan gambar anak dengan anak lain yang normal, oleh karena itu terjadi
variasi gambar anak. Hal ini seiring dengan perkembangan nalar pada diri anak. Bagi
anak yang mempunyai perkembangan berbeda, dimana fungsi nalar sudah
berkembang lebih cepat dari pada ekspresinya, maka peristiwa tersebut berpengaruh
juga dalam gambar.

9 ANALISIS KARAKTERISTIK GAMBAR ANAK


2.5 Pendekatan Pembelajaran Seni Rupa
Pembelajaran Pendidikan Seni dilaksanakan baik dengan pendekatan terpisah
dan terpadu. Pendekatan terpisah ialah melaksanakan pembelajaran setiap bidang seni,
sesuai dengan ciri-ciri khusus dan kesatuan substansi masing-masing. Pendekatan
terpadu ialah melaksanakan pembelajaran yang memadukan bidang-bidang seni
dalam bentuk seni pertunjukan, seni multimedia, atau kolaborasi seni. Pembelajaran
pendidikan seni secara terpadu meliputi pembelajaran apresiatif dan produktif.
Pembelajaran apresiatif secara terpadu dilaksanakan dengan kegiatan apresiasi
terhadap karya seni yang merupakan perpaduan antara dua atau lebih bidang seni,
baik secara langsung maupun melalui media audio-visual, misalnya pertunjukan
musik, tari, teater, atau film.
Pembelajaran produktif secara terpadu dilaksanakan dengan kegiatan berkarya
dan penyajian seni yang melibatkan dua atau lebih bidang seni, misalnya dalam
bentuk seni pertunjukan atau kolaborasi antar bidang seni. Alternatif pelaksanaan
mata pelajaran pendidikan seni sebagai berikut. Sekolah yang memiliki lebih dari
satu guru bidang seni, masing-masing guru memberikan pembelajaran seni sesuai
dengan bidangnya secara terpisah. Siswa memilih salah satu bidang seni sesuai
dengan minatnya. Pembelajaran secara terpadu dilaksanakan dengan kerja sama
antara guru-guru bidang seni yang bersangkutan. Sekolah yang hanya memiliki guru
salah satu bidang seni, guru tersebut melaksanakan pembelajaran seni sesuai dengan
bidangnya, tetapi sedapat mungkin juga melaksanakan pembelajaran seni secara
terpadu, sesuai dengan kemampuannya.
Materi pokok yang bersifat teoritik tidak diberikan secara terpisah, tetapi secara
integratif dengan materi kegiatan apresiasi seni, berkarya seni, kritik seni, dan
penyajian seni. Pembelajaran yang bersifat praktek (berkarya) lebih berorientasi pada
proses dari pada hasil, sehingga lebih menekankan usaha membentuk dan
mengungkapkan gagasan kreatif dari pada kualitas komposisi yang dihasilkan.Dalam
pembelajaran Pendidikan Seni, pengembangan sikap memiliki kedudukan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan keterampilan, dan pengetahuan. Untuk menunjang
pembelajaran materi yang mengarah pada penguasaan keahlian profesional, termasuk
menggambar dengan mistar (menggambar konstruksi), perlu ditunjang dengan
program ekstrakurikuler, sesuai dengan bakat dan minat siswa.
Menurut riset Prof. Regar Sperry menyatakan otak cenderung membagi aktivitas

10 ANALISIS KARAKTERISTIK GAMBAR ANAK


menjadi dua yaitu aktivitas otak kiri dan aktivitas otak kanan. Bila yang satu aktif
yang lain cenderung in-aktif. Otak kiri berhubungan dengan logika, urutan bahasa
angka, angka dan analisa. Sedangkan otak kanan akan aktif bila berhubungan dengan
ritme, kreativitas, warna, imajinasi, dan dimensi. Namun dalam riset yang berbeda
oleh Prof. Robert Ormstein. Dr. Robert Bloch dan Tony Iluxan membuktikan bahwa
mengembangkan aktivitas otak kiri dan kanan secara harmonis dan simultan akan
menggandakan kemampuan dasar secara sinergi. Potensi belahan otak kiri dan kanan.
Pertumbuhan otak anak paling pesat terjadi pada usia 0-2 tahun, dimana volume
otak akan mencapai 80%. Akan tetapi, tidak berarti bahwa perkembangan otak
berhenti hanya sampai disitu saja. Volume otak anak terus berjalan hingga usia 12
tahun. Hal ini membuat pemberian nutrisi dan stimulasi bagi perkembangan otak
masih tetap sangat dibutuhkan, bahkan setelah usia 12 tahun. Perlu pro-aktif orang
tua dalam membentuk perkembangan otak kiri dan kanan secara seimbang untuk
kecerdasan yang optimal.
Orang tua memiliki peran yang sangat strategis untuk mendukung perkembangan
kecerdasan anak secara optimal. Di samping gizi yang seimbang sudah tentu
menciptakan kondisi lingkungan yang mensimulasi aktivitas otak kiri dan kanan.
Memperkenalkan anak sedini mungkin dengan warna, kosa kata, cerita dan
berkreativitas. Pendidikan seni berperan penting untuk perkembangan belahan otak
bagian kanan. Banyak masyarakat kita (para orang tua) yang menganggap bahwa
pelajaran seni khususnya seni rupa, bukanlah pelajaran penting. Apalagi bila ditinjau
dari segi ekonomisnya. Karena pelajaran seni rupa selalu dihentikan dengan biaya
yang besar. Sementara di pihak lain, secara praktis pendidikan seni rupa dianggap
tidak menghasilkan keuntungan material yang memadai.
Pendidikan seni rupa mampu memberikan kebebasan tanpa paksaan dalam
pengalaman batin anak. Pendidikan seni rupa merupakan pendidikan ekspresi sebagai
upaya pencerdasan anak dalam membentuk mental yang sehat jasmani dan rohani,
berdisiplin penuh tanggung jawab, kritis bijaksana, berbudaya, dan memiliki perasaan
halus terhadap berbagai persoalan yang lahir di sekitarnya. Pendidikan seni rupa
mampu menghidupkan fantasi, melatih ketangkasan berpikir diiringi ketajaman
penghayatan terhadap alam sekitar serta lingkungan dimana anak-anak berada.
Pendidikan seni rupa mampu mendatangkan jiwa dan raga anak-anak hingga kelak
mencintai daerahnya dengan dilandasi nilai estetis dan artistik.

11 ANALISIS KARAKTERISTIK GAMBAR ANAK


2.6 Karakteristik Gambar Anak
Tulisan mengenai perkembangan kemampuan persepsi anak ini dilakukan
berdasarkan percobaan dengan menggunakan Terman-Merril Test dan percobaan
yang dilakukan oleh Piaget dan Vernon (1977:207), yang dijelaskan sebagai berikut:
1. Perkembangan Persepsi Anak terhadap Bentuk
Pada mulanya anak-anak sukar membuat bentuk-bentuk yang hampir serupa.
Kemauan untuk membedakan baru mulai tampak berkembang pada umur 4 tahun.
Dalam test yang dilakukan pada anak-anak yang berumur 4 tahun, ternyata mereka
dapat membedakan delapan sampai sepuluh bentuk-bentuk seperti jajaran genjang,
segitiga, trapesium, segiempat tak beraturan, dan lain-lain. Mereka dapat
membedakan bentuk-bentuk tersebut tetapi tidak dapat mengingat bentuk itu sendiri.
Pada umur 5 tahun, anak-anak mulai dapat membedakan bentuk-bentuk yang lebih
sulit.
Pada umur 6-7 tahun, penguasaan kegiatan persepsi semakin berkembang.
Pengamatan mereka mulai sistematis dan mempunyai perasaan yang lebih baik
mengenai hubungan bentuk. Daya khayal yang berlebihan mulai berkurang. Mereka
mengamati bentuk keseluruhan dan bagian detail secara terpisah, dan hanya dapat
mengamati bagian yang lebih menonjol. Pada umur 8-9 tahun, sudah dapat melihat
hubungan-hubungan bagian bentuk menjadi satu kesatuan yang utuh. Masih ada
perbedaan kemampuan secara individu pada anak seusia ini. Mereka belum bisa
melihat hal-hal yang berhubungan dengan ruang, objek hanya dilihat tanpa melihat
dimana objek itu diletakkan. Pada umur 9-11 tahun, mereka sudah mengenal benda
nyata dengan bentuk-bentuk yang benar. Perhatian pada objek sudah mendetail,
demikian pula kemampuan dalam mengamati ruang. Pada umur 11-12 tahun,
anak-anak sudah mulai dapat merasakan gambargambar seperti suasana sebenarnya.
2. Perkembangan Persepsi Anak Terhadap Warna
Pada mulanya anak dapat membedakan warna-warna primer secara psikologis. Pada
umur 2 tahun sudah dapat sudah dapat membedakan warna merah, biru, kuning, dan
hijau. Pada umumnya perkembangan mengenai nama warna berkembang setelah usia
tersebut dan tergantung pendidikan lingkungannya. Warna dikenal dari benda-benda
yang sering mereka lihat, misalnya kuning seperti telur, hijau seperti rumput, dan
sebagainya. Demikian pula pada usia 4-7 tahun, asosiasi warna mereka masih belum
lepas dari benda-benda nyata yang sering dilihat sehari-hari. Bila menggambar pohon

12 ANALISIS KARAKTERISTIK GAMBAR ANAK


digunakan warna coklat, biru untuk langit, hijau untuk daun, dan sebagainya. Anak
sulit menerima warna yang mempunyai arti perlambangan, tetapi masih dihubungkan
dengan warna-warna dalam kehidupan sehari-hari.
3. Perkembangan Persepsi Anak terhadap Gambar
Pada umur 2-3 tahun anak-anak mampu manyatakan satu objek yang terdapat
pada sebuah gambar. Umur 3-4 tahun, dapat menyatakan dengan benar tiga objek
yang terdapat pada gambar yang lebih rumit. Umur 5-6 tahun, sudah dapat
mengamati objek secara mendetail. Umur 7 tahun, anak-anak sudah dapat
menyatakan kegiatan atau aktivitas dari objek yang ada dalam sebuah gambar. Tetapi
pada gambar yang mempunyai arti perlambangan mereka masih sulit menangkap
makna dan arti dari lambang tersebut.
Umur 11 tahun, mulai tampak kemampuan untuk menangkap arti gambar dan
suasana gambar (sepi, sedih, marah, dan sebagainya). Sedangan anak-anak di bawah
umur 11 tahun masih sulit untuk menangkap dan membayangkan gambar yang
melukiskan kehidupan orang di daerah yang berbeda dengan lingkungan tempat
tinggal mereka. Artinya mereka masih sulit membayangkan hal-hal baru yang belum
pernah dilihatnya. Pada umur 12 tahun kemampuan ini semakin lebih mapan.
Diantara usia 6-10 tahun merupakan masa keemasan ekspresi yang kreatif dan
jika pada masa ini ada anak yang tidak suka menggambar maka dianggap sebagai
penyimpangan dari perkembangannya, demikian pendapat Piere Duquet (1953)
(dalam Ziegfeld, ed., 1953). Menggambar merupakan kegiatan ekspresi yang kreatif
yang populer di kalangan anak-anak, karena menggambar tidak terlalu banyak
tuntutan dalam penciptaannya. Sebaiknya dalam kegiatan menggambar tidak
diberikan latihan-latihan yang bersifat teknis, karena akan menjadikan penghambat
dan anak menjadi tidak wajar dalam berekspresi. Pengalaman batin yang sederhana
pada anak-anak merupakan kenangan indah dan hangat yang sewaktu-waktu bisa
diungkapkan dengan berekspresi serta merupakan pendorong baginya.
Memahami dunia kesenirupaan anak-anak berarti kita harus memahami
kehidupan anak secara menyeluruh. Sebagian besar kehidupan anak-anak dipenuhi
dengan permainan, permainan sebagai bagian yang menyeluruh dalam kehidupan
anak. Dalam permainnya anak senantiasa meniru-niru orang dewasa, mereka
membuat rumah-rumahan, membersihkannya, mengecatnya, menatanya layaknya
orang dewasa. Semua perbuatan itu dilakukan secara spontan, demikian juga dalam

13 ANALISIS KARAKTERISTIK GAMBAR ANAK


hal berkeseniannya termasuk di dalamnya kegiatan menggambar.
Menggambar/melukis sebagai kegiatan yang bersifat konstruktif dimasukkan
dalam kategori permainan sesuai dengan pendapat Hurlock (1978). Permainan yang
pertama dilakukan anak adalah menghasilkan kembali sesuatu yang pernah dilihat
dalam kehidupan sehari-hari. Media yang digunakan biasanya tanah, balok-balok
kayu kecil, lumpur, tanah liat, cat, kertas, lem, dan sebagainya. Ketika seorang ayah
sedang menulis, si anak akan menirunya dengan mengambil kertas dan membuat
goresan-goresan, sekalipun goresan-goresan itu bagi kita tidak bermakna, tetapi
nampak anak mendapat kepuasan. Jadi bukan makna dari goresan itu yang berarti
bagi anak, tetapi kepuasan yang lebih diutamakan. Buktinya anak akan semakin
senang dan semakin rajin menggores.
Hal tersebut bukan tanpa arti, tetapi merupakan langkah awal bagi anak dalam
melakukan gerak motoriknya, gerak kordinasi antara tangan dan mata. Ini akan
merupakan langkah yang penting dalam kehidupan selanjutnya walaupun dilakukan
secara santai sambil bermain-main. Oleh karena itulah, dalam memimbing anak
ketika menggambar harus diciptakan suasana santai, dimana anak dapat
mengembangkan imajinasinya secara bebas tanpa paksaan. Menggambar bagi anak
adalah bagian dari permainan, dimana mereka dapat mengembangkan daya
imajinasinya.
Menurut Kellogg dalam Papalia (1990), seorang pelukis besar Pablo Picasso
(1881-1972) menyatakan bahwa orang dewasa sebaiknya jangan mengajar anak-anak
untuk menggambar, sebaiknya orang dewasalah yang harus belajar dari anak-anak.
Jadi, tugas guru dan orang tua sebaiknya tidak mengajarkan konsep pendidikan
seperti di masa lalu, dimana anak dianggap sebagai makhluk yang lemah, serba tidak
tahu. Tugas orang dewasa hanyalah mengembangkannya secara alami.
Kegiatan menggambar bagi anak tidak selalu dilatarbelakangi dengan semangat
berkesenian, melainkan lebih didorong bahwa kegiatan menggambar merupakan
bagian dari permainan. Sehingga, menggambar bagi anak adalah bagian dari
permainan, dimana mereka dapat mengembangkan daya imajinasinya. Pada
anak-anak kreativitas sedang menonjol perkembangannya, dengan dorongan bermain
dan keinginan hendak tahu yang membludak, hingga mudah tercapai penghayatan.
Tuhan memberikan anugerah pada anak, hingga baginya bermain adalah pula belajar,
bereksperimen, berekspresi dan berkreasi: Belajar sambil bermain, bermain sambil

14 ANALISIS KARAKTERISTIK GAMBAR ANAK


belajar (Tabrani, 2001: 95).
“Membebaskan” anak menggambar sama dengan membebaskan anak dalam
menuangkan imajinasi dan mengungkapkan dirinya melalui gambar. Melalui
menggambar, tanpa disadari anak dapat belajar memecahkan persoalan yang dihadapi.
Dengan menggambar anak dapat bermain dan berekspresi dengan sepuas-puasnya.
Oleh karena itu, gambar anak sangat menarik dan bersifat universal sesuai hasil
penelitian yang dilakukan Rodha Kellog dengan bukunya Analyzing Children’s Art
(1970) seorang peneliti dari Amerika Serikat yang menghimpun tidak kurang sejuta
gambar buatan anak-anak dari berbagai usia dengan tingkatan sosial dan kebangsaan
yang berbeda yang meliputi 31 negara di 5 benua selama lebih kurang 20 tahun.
Children’s Art berkembang dari usia 2 tahun dan berakhir sekitar usia 10 tahun.
Viktor Lowenfeld dalam bukunya Creative and Mental Growth (1982) meneliti
tingkat perkembangan menggambar anak berdasarkan usia, menganalisis tentang
periodisasi yang menjadi ciri umum lukisan anak-anak sesuai waktu (usia) dan tahap
perkembangan sosial intelektual mereka.

2.7 Tujuan dan Peranan Pendidik Mengenal Periodisasi Perkembangan Seni Rupa
Anak-Anak
Pemahaman dunia kesenirupaan anak-anak diperlukan dalam kegiatan belajar
mengajar seni rupa terutama untuk:
1. memilih pendekatan dalam membina interaksi belajar mengajar yang baik
2. merancang bahan pengajaran, baik tahunan, semesteran, harian
3. memilih dan menentukan jenis kegiatan yang sesuai dengan pusat minat
(perangsang daya cipta) pada saat-saat tertentu
4. memilih dan menetukan metode yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran
5. mengadakan evaluasi agar kita tidak keliru dalam menggunakan tolok ukur,
agar ciri-ciri keberhasilan gambar buatan orang dewasa tidak digunakan untuk
mengukur keberhasilan gambar buatan anak kecil

2.8 Perkembangan Seni Rupa Anak Sekolah Dasar


Setiap guru SD perlu mengenal latar belakang anak didiknya, khususnya
landasan teori tentang dunia kesenirupaan anak yang telah dikembangkan oleh para

15 ANALISIS KARAKTERISTIK GAMBAR ANAK


ahli, agar ia dapat memilih strategi pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa.
Anak Sekolah Dasar (SD) berusia sekitar 6 - 12 tahun. Berdasarkan teori tahap-tahap
perkembangan menggambar/seni rupa secara garis besar dapat dibedakan dua tahap
karakteristik, yaitu kelas I sampai dengan kelas III ditandai dengan kuatnya daya
fantasi-imajinasi, sedangkan kelas IV sampai dengan kelas VI ditandai dengan mulai
berfungsinya kekuatan rasio. Perbedaan kedua karakteristik ini tampak pada
gambar-gambar (karya dua dimensi) atau model, patung dan perwujudan karya tiga
dimensi lainnya.
Ada dua cara untuk memahami perkembangan seni rupa anak-anak diantaranya:
1. mengkaji teori-teori yang berkaitan dengan perkembangan seni rupa anak
menurut para ahli.
2. mengamati dan mengkaji karya anak secara langsung. Hal ini dapat dilakukan
dengan mengumpulkan karya anak berdasarkan rentang usia yang relevan
dengan teori yang telah kita pelajari. Melalui kegiatan ini, diharapkan kita
bisa memahami perkembangan seni rupa anak secara komprehensif.
Dalam psikologi perkembangan dinyatakan baha pada rentang kehidupan
manusia khususnya anak ada yang disebut masa keemasan yang dikenal dengan masa
peka. Hal ini dipertegas oleh Piere Duquet (1953: 41) bahwa: “A childre who does
not draw is an anomaly, and particulary so in the years between 6 an 10, which is
outstandingly the golden age of creative expression”. Pada masa peka atau keemasan
ini anak harus diberi kesempatan agar potensi yang dimilikinya berfungsi secara
maksimal. Masa peka tiap orang berbeda-beda. Secara umum, masa peka
menggambar ada pada masa lima tahun, sedangkan masa peka perkembangan ingatan
logis pada umur 12 dan 13 tahun (Muharam dan Sundaryati, 1991: 33).
Selanjutnya, untuk terciptanya kesempatan bagi siswa agar dapat melakukan
ekspresi kreatif, maka guru perlu melakukan kegiatan berupa:
1) memberi perangsang (stimulasi) kepada siswa/i
2) guru dapat mempertajam imajinasi dan memperkuat emosi siswa dengan
menggunakan metode pertanyaan yang dikembangkan Sokrates.
Kemampuan siswa kelas rendah dalam membuat gambar tampak lebih spontan
dan kreatif dibandingkan dengan siswa kelas tinggi. Hal ini terjadi karena semakin
tinggi usia anak, maka kemampuan rasionya semakin berkembang sehingga dapat
berpikir kritis. Kondisi ini akan mempengaruhi anak dalam hal spontanitas dan

16 ANALISIS KARAKTERISTIK GAMBAR ANAK


kreatifitas karya. Bila rasionya sudah berfungsi dengan baik, maka dalam membuat
karya seni, misalnya menggambar, mereka selalu mempertimbangkan objek gambar
secara rasional misalnya bentuk yang baik, proporsi yang tepat, penggunaan warna
yang cocok sesuai dengan benda yang dilihatnya.
Sejalan dengan pendapat di atas, sebagai guru pendidikan seni rupa perlu
memahami perkembangan artistik (artistic development) peserta didik. Sehubungan
dengan itu, Dennie Wolf dan Howard Gardner (Hausman, 1980: 56) mendeskripsikan
perkembangan artistik anak sebagai berikut:
Tabel 2.8.1 PERKEMBANGAN ARTISTIK (Artistic Development)
CHALLENGE FOR
PHASE AGE MAJOR FEATURE EDUCATION IN THE ART

Child as Drect 0-18-24 Fundamental forms of Transition from direct bodily


Communicator month direct communication; expression to more “distant”
acquisition of a trusting and rigorous symbolic
relation with other expressions (i.e., from crying
Awareness of a stable to asking, from grabbing to
object world to pointing)-with the convidence
communicate about that tht audience of “other”
will watch, listen, and respond
Child as 18-24 Understanding the Transition from aspontaneous
Symbol User months fundamentals of symbol and idiosyncratic to
5-7 years use: creating an “reading” socioculturally dictated forms
of representation (i.e., from
subjective portrayals to
realism) Still preserving
spontaneity originality,
individuality
Youth as 5-7-11-13 Socialization of Transition from strict
Craftsman years selfexpression; emergence competence to a
of conscience Urge for recombination of craft with
competence; impluence of self expression; the
peers Emergence of basic acquisition of critical tools as

17 ANALISIS KARAKTERISTIK GAMBAR ANAK


categoris of adult thought; well as articulated personal
decline in egocentrism tastes and standards without
paralyzing feelings of
inadequacy
PHASE AGE MAJOR FEATURE CHALLENGE FOR
EDUCATION IN THE ART
Youth as Critic 11-13 The internalization of
and Full years on thougt Reflectivity
Participant in Capacity to think -
the Artistic hypotetically and to
Process confron choices

Berdasarkan pandangan pada tabel di atas, anak usia sekolah dasar (7-13 tahun)
memiliki kompetensi untuk memadukan karya kerajinan (craft) dengan kemampuan
ekpresi diri. Selain itu pula kemampuan kritik juga dimiliki sejalan dengan
perkembangan intelektualnya. Secara khusus, karakteristik anak pada usian 11- 13
tahun ini adalah memiliki kemampuan berpikir kritis dan ikut terlibat dalam proses
artistik.
Secara umum dapat dikatakan bahwa karya seni rupa anak bersifat ekspresif dan
dinamis (Camaril, dkk. 1999). Apa yang digambarkan anak mencerminkan
pribadinya, mengungkapkan apa yang diketahuinya dan tidak menggambar sesuai
dengan kenyataan. Kesukaan akan gerak digambarkan dengan warna tajam mencolok
serta objek-objek penuh gerak seperti binatang, orang, kendaraan. Tetapi, jika dikaji
ternyata bahwa secara umum terjadi pentahapan (periodisasi) dalam perkembangan
dunia kesenirupaan anak.

2.9 Periodisasi Perkembangan Seni Rupa Anak-Anak


Pengelompokan periodisasi karya seni rupa anak dimaksudkan agar kita mudah
mengenali karakteristik perkembangan anak berdasarkan tingkat usianya. Dalam
mengungkapkan gagasannya, anak masih memandang gambar sebagai satu ungkapan
keseluruhan. Hal ini belum tampak bagian demi bagian secara rinci. Yang tampak
hanyalah bagian-bagian kecil yang menarik perhatian, terutama yang menyentuh
perasaan dan keinginannya.

18 ANALISIS KARAKTERISTIK GAMBAR ANAK


Ada beberapa tokoh yang telah melakukan kajian yang seksama berkenaan
dengan periodisasi karya seni rupa anak, di antaranya Corrado rici dari Italia (1887),
Kemudian dilanjutkan oleh Sully, Kerchensteiner, William Stern, Cyrul Burt,
Margaret Meat, Victor Lowenfeld dan Brittain, Rhoda Kellogg, Scot, Langsing, dan
lain-lain.
1. Perodisasi menurut Kerchensteiner (Muharam dan Sundaryati, 1991: 34)
Upaya yang telah dilakukan Kerchensteiner adalah mengadakan penyelidikan
pada anak-anak dari masa bayi sampai empat belas tahun. Dari 100.000 buah gambar
ia menggolongkannya dalam beberapa periode, masa, yaitu:
 Masa Mencoreng : 0 - 3 tahun
 Masa bagan : 3 - 7 tahun
 Masa bentuk dan garis : 7 - 9 tahun
 Masa bentuk dan garis : 7 - 9 tahun
 Masa bayang-bayang : 9 - 10 tahun
 Masa persfektif : 10 - 14 tahun
2. Periodisai menurut Cyrl Burt (Lowenfeld, 1975: 118-119)
Membagi periodisasi gambar menjadi tuju tingkatan, yaitu:
 Masa mencoreng : 2 - 3 tahun
 Masa garis : 4 tahun
 Masa simbolisme deskriptif : 5 - 6 tahun
 Masa realisme deskriptif : 7 - 8 tahun
 Masa realisme visual : 9 - 10 tahun
 Masa represi : 10 – 14 tahun
 Masa pemunculan artistic : masa adolesen
3. Periodisasi masa perkembangan seni rupa anak menurut Viktor Lowenfeld dan
Lambert Brittain adalah penyelidikan yang dilakukan terhadap anak-anak usia 2
sampai 17 tahun menghasilkan periodisasi sebagai berikut:
 Masa mencoreng (scribbling) : 2-4 tahun
 Masa Prabagan (preschematic) : 4-7 tahun
 Masa Bagan (schematic period) : 7-9 tahun
 Masa Realisme Awal (Dawning Realism) : 9-12 tahun
 Masa Naturalisme Semu (Pseudo Naturalistic) : 12-14 tahun
 Masa Penentuan (Period of Decision) : 14-17 tahun

19 ANALISIS KARAKTERISTIK GAMBAR ANAK


4. Periodisasi masa perkembangan seni rupa anak menurut Rhoda Kellog dan Scott
(Muharam dan Sundaryati, 1991: 34-35). Beliau melakukan penelitian di 30 negara
dengan lukisan/gambar anak yang diteliti lebih dari 1.000.000 gambar. Hasil
penelitiannya terhadap gambar anak-anak menghasilkan periodisasi gambar anak
sebagai berikut:
 Coretan dan corengan (Scribble and Scribling) : 2 - 3 tahun
 Rahasia bentuk (The Secrets of Shape) : 2 - 4 tahun
 Seni Kontur (Art in Outline) : 2 - 4 tahun
 Anak dan desain (The Child and Design) : 3 - 5 tahun
 Mandala, matahari dan Radial : 3 - 5 tahun
(Mandlas, Suns, and Radials)
 Manusia (People) : 4 - 5 tahun
 Mirip Gambar (Almost Pictures) : 4 – 6 tahun
 Gambar (Pictures) : 5 –7 tahun
5. Periodisasi masa perkembangan seni rupa anak menurut Lansing (Kamaril, 1999:
2.38)
 Masa coreng-moreng : 2-4 tahun
 Masa/tahap figurative : 3-12 tahun
 Subtahap permulaan figuratif : 3 -7 tahun
 Subtahap pertengahan figuratif : 9-10 tahun
 Subtahap akhir figuratif : 9-12 tahun
 Tahap artistik : 12 tahun ke atas
Periodisasi yang dikemukakan oleh Viktor Lowenfeld dan Brittain menjadi acuan
dalam mengenal karakteristik gambar anak dalam menganalisis gambar anak yang
akan saya paparkan karena pembagian usia anak lebih lengkap dan dipandang
mewakili, sesuai dengan jenjeng pendidikan di negara kita, yaitu usia 7 – 12 tahun
(SD), 13 – 15 tahun (SMP), dan usia 16 –18 tahun (SMA).
Tahap perkembangan menurut Viktor Lowenfeld dan Lambert Brittain (1970)
dalam: Creative and Mental Growth membagi periodisasi perkembangan seni rupa
anak sebagai berikut:
a. Periode Coreng-moreng (Scribbling Stage)
Periode ini berlaku bagi anak berusia 2 sampai 4 tahun (masa pra-sekolah).
Gambar yang dibuat tanpa makna, hanya perbuatan meniru orang lain, tetapi

20 ANALISIS KARAKTERISTIK GAMBAR ANAK


merupakan latihan gerak motorik dari koordinsai gerakan tangan dan mata, gambar
berupa goresan tipis tebal dengan arah yang belum terkendali. Kesenangan membuat
goresan pada anak-anak usia dua tahun bahkan sebelum dua tahun sejalan dengan
perkembangan motorik tangan dan jarinya yang masih menggunakan motorik kasar.
Hal ini dapat kita temukan anak yang melubangi atau melukai kertas yang
digoresnya.
Goresan-goresan yang dibuat anak usia 2-3 tahun belum menggambarkan suatu
bentuk objek. Pada awalnya, coretan hanya mengikuti perkembangan gerak motorik.
Biasanya, tahap pertama hanya mampu menghasilkan goresan terbatas, dengan arah
vertikal atau horizontal. Hal ini tentunya berkaitan dengan kemampuan motorik anak
yang masih mengunakan motorik kasar. Kemudian, pada perekmbangan berikutnya
penggambaran garis mulai beragam dengan arah yang bervariasi pula. Selain itu
mereka juga sudah mampu mambuat garis melingkar. Periode ini terdiri dari 3 fase,
hanya setiap fase jaraknya sangat singkat sekali, sehingga dianggap satu fase. 3 fase
tersebut akan dijabarkan sebagai berikut:
1. Goresan Tak Beraturan

Gambar 2.9.1. Goresan tak beraturan, pena tidak lepas dari kertas, 2016,
Diperoleh dari Lowenveld, Viktor dan Britani Lambert W. 1975. Creative and
Mental Growth Edisi VII, New York: Mc Millan.

Ciri-ciri gambar yang dihasilkan anak pada tahap corengan tak beraturan adalah:
 Bentuk gambar garis yang sembarang
 Mencoreng tanpa melihat ke kertas
 Belum dapat membuat corengan berupa lingkaran
 Memiliki semangat yang tinggi
 Gambar tanpa makna, karena anak melakukannya hanyalah meniru orang lain
 Belum dapat membuat coretan berupa lingkaran, karena hanya merupakan
latihan gerak motorik antara mata dengan gerak tangan
 Merupakan fase yang paling awal dalam tahap perkembangan menggambar anak

21 ANALISIS KARAKTERISTIK GAMBAR ANAK


2. Goresan Terkendali

Gambar 2.9.2. Goresan terkendali memperlihatkan gerakan yang bervariasi,


dengan ditambah menggunakan gerakan otot kecil, 2016, Diperoleh dari
Lowenveld, Viktor dan Britani Lambert W. 1975. Creative and Mental
Growth Edisi VII, New York: Mc Millan.

Ciri-ciri gambar yang dihasilkan anak pada tahap corengan terkendali adalah:
 Berupa goresan-goresan tegak, mendatar, lengkung bahkan lingkaran, coretan
dilakukan berulang-ulang.
 Nampak anak mulai memerlukan kendali visual terhadap coretan yang dibuatnya,
disini koordinasi antara perkembangan visual (gerak mata) dengan gerak motorik
(tangan) semakin lengkap.
 Goresan dibuat dengan penuh semangat.
 Corengan terkendali ditandai dengan kemampuan anak menemukan kendali
visualnya terhadap coretan yang dibuatnya.
 Telah adanya kerjasama antara koordiani antara perkembangan visual dengan
perkembangan motorik.
 Adanya pengulangan coretan garis baik yang horizontal, vertikal, lengkung,
bahkan lingkaran.
3. Goresan Bermakna

Gambar 2.9.3. Anak usia 4 tahun menggambar dengan maksud tertentu, 2016,
Diperoleh dari Lowenveld, Viktor dan Britani Lambert W. 1975. Creative and
Mental Growth Edisi VII, New York: Mc Millan.

22 ANALISIS KARAKTERISTIK GAMBAR ANAK


Ciri-ciri gambar yang dihasilkan anak pada tahap corengan bermakna adalah:
 Biasanya terjadi menjelang usia 3-4 tahun
 Pengalaman anak dalam membuat goresan semakin lengkap
 Gambar anak mulai terwujud menjadi satu kesatuan
 Bentuk yang semakin bervariasi
 Anak mulai memberi nama pada hasil coretannya dan mulai menggunakan
warna.
 Dalam menggambar, anak belum mempunyai tujuan untuk menggambar sesuatu,
karena fase ini lebih didasari oleh perkembangan fisik dan jiwa anak. Anak yang
normal pasti suka menggambar.
 Sejalan dengan perkembangan bahasanya anak mulai mengontrol goresannya
bahkan telah memberinya nama, misalnya: “rumah”, “mobil”, “kuda”. Hal ini
dapat digunakan oleh orang tua atau guru pada jenjang pendidikan usia dini (TK)
dalam membangkitkan keberanianan anak untuk mengemukakan kata-kata
tertentu atau pendapat tertentu berdasarkan hal yang digambarkannya.
 Anak-anak memiliki jiwa bebas, ceria. Mereka sangat menyenangi warnawarna
yang cerah misalnya dari crayon. Kesenangan menggunakan warna biasanya
setelah ia bisa memberikan judul terhadap karya yang dibuatnya.
 Penggunaan warna pada masa ini lebih menekankan pada penguasaan
teknik-mekanik penempatan warna berdasarkan kepraktisan penempatannya
dibandingkan dengan kepentingan aspek emosi.
Pada masa mencoreng, bila anak difasilitasi oleh orang tua maka akan memiliki
peluang untuk melakukan kreasi dalam hal garis dan bentuk, mengembangkan
koordinasi gerak, dan mulai menyadari ada hubungan gambar dengan
lingkungannnya. Hal terpenting yang harus dilakukan oleh orang tua dan guru pada
masa ini adalah dengan memberi perhatian terhadap karya yang sedang dibuat anak
sehingga tercipta kemampuan komunikasi anak dengan orang dewasa melalui bahasa
visual.

23 ANALISIS KARAKTERISTIK GAMBAR ANAK


Gambar 2.9.4. Setiap anak (usia 2-3 tahun) pada umumnya senang menggoreskan
sesuatu (pensil, pena dan sejenisnya). Goresannya tak beraturan, 2016, Diperoleh dari
Bandi Sobandi (2011).

b.Periode Pra Bagan (Pre Schematic Stage)

Gambar 2.9.5. Bentuk dasar yang paling esensi terdapat pada gambar anak ini,
yaitu jari kaki dimana dianggap bagian yang penting, 2016, Diperoleh dari
Lowenveld, Viktor dan Britani Lambert W. 1975. Creative and Mental
Growth Edisi VII, New York: Mc Millan.

Usia anak pada tahap ini bisanya berada pada jenjang pendidikan TK dan SD
kelas awal atau berlaku bagi anak berusia 4-7 tahun. Kecenderungan umum pada
tahap ini, objek yang digambarkan anak biasanya berupa gambar kepala-berkaki.
Sebuah lingkaran yang menggambarkan kepala kemudian pada bagian bawahnya ada
dua garis sebagai pengganti kedua kaki. Sejalan dengan meningkatnya perkembangan
anak, pengalaman anakpun makin bertambah, lingkup sosial makin luas, anak
berkesempatan mencipta, bereksperimen, menjelajah, dan berbagai hal baru yang erat
dengan perkembangan jiwa, rasa maupun emosinya. Anak mulai mengenal dunia
baru, mengenal sekolah, teman sebaya, guru, dan lingkungan baru.

Gambar 2.9.6. Objek yang penting, “Bapak” dan “Ibu” dibuat lebih besar,
2016, Diperoleh dari Bandi Sobandi (2011).

24 ANALISIS KARAKTERISTIK GAMBAR ANAK


Ciri-ciri gambar yang dihasilkan anak pada tahap pra bagan adalah:
 Gambar yang dibuat oleh anak mulai menggambar bentuk-bentuk yang
berhubungan dengan dunia sekitar mereka
 Rumah, manusia pohon dan lingkungan sekitarnya menjadi obyek yang menarik
perhatian anak
 Terutama gambar manusia, jarang anak seusia ini menggambar manusia dari
samping, mereka lebih menyukai gambar dari arah depan, karena dapat memuat
unsur wajah yang lebih lengkap
 Unsur warna kurang diperhatikan, anak lebih tertuju pada hubungan antara
gambar dan obyek gambar
 Warna menjadi subyektif karena tidak mempunyai hubungan dengan obyek
 Konsep ruang tak lain adalah apa yang ada di sekitar dirinya, menjadikan tidak
logisnya antara obyek yang satu dengan obyek lainnya
 Telah menggunakan bentuk-bentuk dasar geometris untuk memberi kesan objek
dari dunia sekitarnya
 Koordinasi tangan lebih berkembang
 Aspek warna belum ada hubungan tertentu dengan objek, orang bisa saja
berwarna biru, merah, coklat atau warna lain yang disenanginya
 Penempatan dan ukuran objek bersifat subjektif, didasarkan kepada
kepentingannya
 Jika objek gambar lebih dikenalinya seperti ayah dan ibu, maka gambar dibuat
lebih besar dari yang lainnya. Ini dinamakan dengan “perspektif batin”
 Penempatan objek dan penguasan ruang belum dikuasai anak pada usia ini

Gambar 2.9.7. Kepala berkaki, ciri umum gambar anak usia 2-4 tahun, 2016,
Diperoleh dari Bandi Sobandi (2011).

25 ANALISIS KARAKTERISTIK GAMBAR ANAK


c. Periode Bagan (Schematic Stage)
Periode ini berlaku bagi anak berusia 7 sampai 9 tahun. Sejalan dengan tahap
perkembangan anak, pada akhir tahap ini perkembangan akal sudah mulai
mempengaruhi gambar anak. Anak sudah mulai menggambar obyek dalam suatu
hubungan yang logis dengan gambar lain. Konsep ruang mulai nampak dengan
adanya pengaturan antara hubungan obyek dengan ruang, gambar mulai realistis,
mulai mengarah ke bentuk-bentuk yang mendekati kenyataan.

Gambar 2.9.8. Empat bentuk yang serupa, seluruhnya menghadap ke depan,


2016, Diperoleh dari Lowenveld, Viktor dan Britani Lambert W. 1975.
Creative and Mental Growth Edisi VII, New York: Mc Millan.

Ciri-ciri gambar yang dihasilkan anak pada tahap bagan adalah:


 Adanya garis dasar yang merupakan tempat obyek atau benda-benda berdiri,
merupakan suatu perkembangan yang wajar
 Muncul gejala yang disebut “folding over”, yakni cara menggambar obyek tegak
lurus pada garis dasar, meskipun obyek akan nampak terbalik
 Adanya gambar yang disebut “sinar X” (X-ray), yakni gambar yang berisi benda
atau obyek lain dalam suatu ruang yang sebenarnya tidak kelihatan
 Gambar dibuat berdasarkan ide anak itu sendiri, misalnya gambar rumah yang
kelihatan bagian dalamnya seolah-olah rumah tersebut terbuat dari kaca bening
 Warna mulai obyektif, artinya anak menyadari adanya hubungan antara warna
dengan obyek
 Anak telah menemukan konsep tertentu mengenai warna, yakni bahwa obyek
tertentu akan memiliki warna tertentu pula
 Gambar nampak lebih kaku dan tidak dinamis
 Anak cenderung mencontoh gambar orang lain, hal ini karena berkembangnya

26 ANALISIS KARAKTERISTIK GAMBAR ANAK


sifat kooperatif di antara mereka
 Konsep bentuk mulai tampak lebih jelas
 Anak cenderung mengulang bentuk
 Gambar masih tetap berkesan datar dan berputar atau rebah (misalnya, tampak
pada penggambaran pohon di kiri kanan jalan yang dibuat tegak lurus dengan
badan jalan, bagian kiri rebah ke kiri, bagian kanan rebah ke kanan)
 Pada perkembangan selanjutnya kesadaran ruang muncul dengan dibuatnya garis
pijak (base line)

Gambar 2.9.9. Penempatan objek gambar terletak pada garis dasar gambar
(base line) 2016, Diperoleh dari Bandi Sobandi (2011).

Penafsiran ruang bersifat subjektif, tampak pada gambar “tembus pandang”


(contoh: digambarkan orang makan di ruangan, seakan-akan dinding terbuat dari
kaca). Gejala ini disebut dengan idioplastis (gambar terawang, tembus pandang).
Misalnya gambar sebuah rumah yang seolah-olah terbuat dari kaca bening, hingga
seluruh isi di dalam rumah kelihatan dengan jelas. Seperti pada gambar di bawah ini:

Gambar 2.9.10. Idioplastis, objek yang digambar tampak tembus pandang

27 ANALISIS KARAKTERISTIK GAMBAR ANAK


2016, Diperoleh dari Bandi Sobandi (2011).

Kenyataan di atas diperkuat oleh pandangan Max Verworm (Zulkifli, 2002: 45)
bahwa anak menggambar benda-benda menurut apa yang dilihatnya. Hasil karya
anak-anak itu disebutnya gambar fisioplastik. Anak yang belum berumur 8 tahun
belum mampu menggambar apa yang dilihatnya tetapi mereka menggambar
maenurut apa yang sedang dipikirkannya. Hasil karya mereka itu disebut gambar
ideoplastik. Pada masa ini, kadang-kadang dalam satu bidang gambar dilukiskan
berbagai peristiwa yang berlainan waktu. Hal ini dalam tinjauan budaya dinamakan
continous narrative, anak sudah bisa memahami ruang dan waktu. Objek gambar
yang dilukiskan banyak dan berulang menggambarkan apa yang sedang dilakukan.

d. Periode Realisme Awal (Early Realism Stage)


Periode ini berlaku bagi anak berusia 9 sampai 12 tahun (kelas IV SD-VI SD)
disebut pula “usia pembentuk kelompok”.

Gambar 2.9.11. Anak usia 10 tahun membuat gambar dengan menggunakan


berbagai garis dasar. Dahan yang rumit bertumpukdengan tumbuhan lain,
matahari muncul di balik awan, 2016, Diperoleh dari Lowenveld, Viktor dan
Britani Lambert W. 1975. Creative and Mental Growth Edisi VII, New York:
Mc Millan.

Ciri-ciri gambar yang dihasilkan anak pada tahap realisme awal adalah:
 Masa ini ditandai oleh besarnya perhatian anak terhadap obyek gambar yang
dibuatnya
 Bentuk-bentuk gambar mulai mengarah ke bentuk realistis, tetapi nampak lebih
kaku, hal ini sebagai akibat perkembangan sosial yang meningkat, mereka lebih
memikirkan bentuk gambar yang dapat diterima oleh lingkungannya, akibatnya
spontanitas berkurang
 Anak mulai mengekspresikan obyek gambar dengan karakter tertentu, lelaki atau

28 ANALISIS KARAKTERISTIK GAMBAR ANAK


wanita secara jelas
 Karakteristik warna mulai mendapat perhatian, walaupun belum adanya
penampilan dalam hal perubahan efek warna seperti gelap terang dan bayangan
 Dalam gambar adanya penemuan penggambaran bidang dasar sebagi tempat
pijakan (ground) benda dan obyek gambar
 Adanya garis horizon, walaupun fungsinya belum dimengerti, sehingga kesan
perspektif akan kelihatan janggal
 Terlihat adanya menghias (mendekorasi ) obyek gambar
 Karya anak lebih menyerupai kenyataan
 Kesadaran perspektif mulai muncul, namun berdasarkan penglihatan sendiri
 Anak-anak lebih menyatukan antara objek yang digambar dengan lingkungan
 Kesadaran untuk berkelompok dengan teman sebaya dialami pada masa ini
 Perhatian kepada objek sudah mulai rinci
 Dalam menggambarkan objek, proporsi (perbandingan ukuran) belum dikuasai
sepenuhnya
 Pemahaman warna sudah mulai disadari, misalnya anak sudah mulai mampu
membedakan antara warna biru langit berbeda dengan biru air laut
 Penguasan konsep ruang mulai dikenalnya sehingga letak objek tidak lagi
bertumpu pada garis dasar, melainkan pada bidang dasar sehingga mulai
ditemukan garis horizon
 Penguasaan unsur desain seperti keseimbangan dan irama mulai dikenal pada
periode ini
 Ada perbedaan kesenangan umum, misalnya: anak laki-laki lebih senang kepada
menggambarkan kendaraan, anak perempuan kepada boneka atau bunga

Gambar 2.9.12. Objek Bunga sering digambar oleh anak perempuan, 2016
Diperoleh dari Bandi Sobandi (2011).

29 ANALISIS KARAKTERISTIK GAMBAR ANAK


Gambar 2.9.13. Gambar pemandangan, upaya anak dalam meniru bentuk
alam, tampak sudah mendekati kenyataan (realitas), 2016, Diperoleh dari
Bandi Sobandi (2011).

e. Periode Naturalistik/Naturalisme Semu (Pseudo Naturalistic Stage)


Periode ini berlaku bagi anak berusia 12 sampai 14 tahun. Masa pra puber.
Gambar yang dibuat sesuai dengan obyek yang dilihatnya, sehingga timbul minat
terhadap naturalisme, terutama pada anak yang bertipe visual. Oleh karena itu, pada
periode ini merupakan akhir dari aktivitas spontanitas.

Gambar 2.9.14. Gambar lebih detail, memperhatikan lingkungan di sekitarnya,


2016, Diperoleh dari Lowenveld, Viktor dan Britani Lambert W. 1975.
Creative and Mental Growth Edisi VII, New York: Mc Millan.

Ciri-ciri gambar yang dihasilkan anak pada tahap naturalistik semu adalah:
 Anak mulai menggambar sesempurna mungkin, sehingga detail lebih
diperhatikan, akibatnya spontanitas hilang
 Anak menjadi kritis terhadap karyanya sendiri. Ia mulai memperhitungkan
kualitas tiga dimensi (perspektif)
 Kemampuan berpikir abstrak serta kesadaran sosialnya makin berkembang

30 ANALISIS KARAKTERISTIK GAMBAR ANAK


 Perhatian kepada seni mulai kritis, bahkan terhadap karyanya sendiri
 Pengamatan kepada objek lebih rinci
 Tampak jelas perbedaan anak-anak bertipe haptic dengan tipe visual
 Tipe visual memperlihatkan kesadaran rasa ruang, rasa jarak dan lingkungan,
dengan fokus pada hal-hal yang menarik perhatiannya. Sedangkan tipe haptic
memperlihatkan tanggapan keruangan dan objek secara subjektif, lebih banyak
menggunakan perasaannya
 Penguasaan rasa perbandingan (proporsi) serta gerak tubuh objek lebih
meningkat
 Gambar-gambar gaya kartun dan tokoh-tokoh kartun banyak digemari oleh anak
untuk dijadikan objek gambarnya

Gambar 2.9.15. Tokoh kartun banyak digemari anak-anak, 2016, Diperoleh


Bandi Sobandi (2011).

Ada sesuatu yang unik dan menarik untuk dibahas pada masa ini, di mana pada
satu sisi anak ekspresi kreatifnya sedang muncul sementara kemampuan
intelektualnya berkembang dengan sangat pesatnya. Sebagai akibatnya, rasio anak
seakan-akan menjadi penghambat dalam proses berkarya. Misalnya, ketika anak
diusia ini menggambar objek lumba-lumba. Maka anak dengan sendirinya akan
bertanya dalam hatinya apakah gambar ini seperti lumba-lumba? Sementara
kemampuan menggambar lumba-lumba kurang. Sehingga, sebagai akibatnya mereka
malu kalau memperlihatkan karyanya kepada sesamanya karena merasa gambarnya
kurang bagus dari yang lainnya.

f. Periode Penentuan
Periode ini muncul saat anak berada di usia 15-17 tahun (SMP dan SMA). Pada

31 ANALISIS KARAKTERISTIK GAMBAR ANAK


periode ini tumbuh kesadaran akan kemampuan diri. Perbedaan tipe individual makin
tampak. Anak yang berbakat cenderung akan melanjutkan kegiatannya dengan rasa
senang, tetapi yang merasa tidak berbakat akan meninggalkan kegiatan seni rupa,
apalagi tanpa bimbingan. Dalam hal ini peranan guru banyak menentukan, terutama
dalam meyakinkan bahwa keterlibatan manusia dengan seni akan berlangsung terus
dalam kehidupan. Seni bukan urusan seniman saja, tetapi urusan semua orang dan
siapa pun tak akan terhindar dari sentuhan seni dalam kehidupannya sehari-hari.

Gambar 2.9.16. Contoh karya anak 17 Tahun, 2016, Diperoleh Bandi Sobandi
(2011).

2.10 Deskripsi dan Analisis Karakteristik Gambar Anak


Deskripsi & Analisis Karya I

Gambar 2.10.1. Gambar Anak Sekolah Dasar Usia 9 tahun, 2016, Diperoleh
dari https://aqilasalmakamila.files.wordpress.com. (2008), oleh Aqila Salma
Kamila.

32 ANALISIS KARAKTERISTIK GAMBAR ANAK


Spesifikasi Karya Gambar Anak
Nama pembuat : Aqila Salma Kamila
Judul karya : Es Krim
Ukuran karya : 30 x 40 cm
Tahun dibuat : 2004
Media : watercolor pencil dan spidol

Gambar di atas merupakan gambar yang dibuat oleh Aqila Salma Kamila siswa
Sekolah Dasar usia 9 tahun. Gambar yang dibuat oleh Aqila Salma Kamila berjudul
Es Krim. Dapat dideskripsikan berdasarkan elemen-elemen rupa yang pertama dari
segi garis, garis yang tampak pada gambar yang dibuat oleh Aqila adalah garis nyata.
Terlihat goresan dan lengkungan-lengkungan outline atau bentuk global yang
membentuk objek yang nyata. Meskipun garis yang digoreskan oleh Aqila tidak
begitu terlihat tebal sehingga kesan yang diperoleh dari garis-garis lengkung maupun
garis lurus yang digoreskan oleh Aqila bersifat lemah lembut, luwes meskipun sedikit
kaku. Garis yang dibuat Aqila pada karyanya yang berjudul ‘Es Krim’ lebih bersifat
ekspresif.
Dilihat dari elemen rupa yang kedua yaitu bidang, terlihat bidang yang
divisualisasikan oleh Aqila adalah bidang geometris, dimana bidang yang dibuat
Aqila lebih terukur. Hal tersebut, dapat dibuktikan dari banyaknya bentuk-bentuk
geometris yang digunakan Aqila yang memenuhi bidang gambarnya seperti bentuk
persegi panjang dari garis lurus yang digoreskan, bentuk segitiga yang diberi warna
coklat, bentuk setengah lingkaran yang diposisikan dibagian background belakang
objek, bidang persegi/bujur sangkar yang diposisikan dibagian dalam garis lurus
kemudian disimbolkan dengan penggunaan warna biru. Bidang-bidang geometris
yang dibentuk mengesankan kekakuan dan statis.
Selanjutnya dari segi ruang. Pada karya gambar yang dibuat Aqila sudah mampu
menampilkan ruang. Terbukti dari ruang positif yang dibuat Aqila menggambarkan
objek es krim di dalam gelas panjang yang diletakkan di atas meja dengan buah jeruk
yang diletakkan di bawah gelas berisi es krim pada sisi kanan maupun kiri.
Sedangkan dari segi ruang negatif (background), Aqila mampu menampilkannya
dengan menggunakan pergantian warna dan pergantian bentuk serta ukuran yang
mendominasi pada bagian latar/background gambar. Tampak pada gambar Aqila

33 ANALISIS KARAKTERISTIK GAMBAR ANAK


meggunakan bentuk-bentuk geometris dengan penggunaan warna-warna yang
berlainan pada bagian latar gambar, seperti pemberian warna coklat untuk bentuk
segitiga, pemberian warna biru untuk bentuk persegi, pemberian warna merah muda,
warna hijau, warna orange, dan warna kuning untuk bentuk setengah lingkaran. Garis
lurus yang digoreskan Aqila dibagian belakang objek sebenarnya dimaksudkan untuk
memberikan perspektif ruang pada gambar, namun Aqila belum mampu membuat
perspektif secara benar dan sempurna sehingga yang terlihat hanyalah bentuk persegi
panjang yang di bagian dalamnya berisi bentuk-bentuk geometris salah satunya
bentuk persegi dan segitiga.
Pemberian perspektif bidang meja juga belum tergambarkan secara sempurna
oleh Aqila sehingga yang terlihat hanyalah garis sejajar dengan bagian
latar/background. Namun, pada dasarnya Aqila sudah mengenal mengenai perspektif
pada gambar, meskipun belum dapat merealisasikannya secara benar. Tekstur yang
ditampilkan oleh gambar Aqila adalah tekstur nyata. Dimana dalam karya gambarnya
Aqila menggunakan media watercolor pencil dan spidol sehingga tekstur yang
terlihat maupun ketika diraba sama yaitu teksturnya halus. Karakteristik warna mulai
mendapat perhatian, walaupun Aqila belum menampilkan value (efek gelap terang
warna) yang memberikan efek bayangan pada objek. Warna-warna yang ditampilkan
oleh Aqila lebih menekankan pada hue warnaa, dimana warna-warna yang
ditekankan adalah warna-warna analogus (hubungan warna-warna yang saling
bersebelahan) seperti warna hijau dengan kuning, orange dengan kuning, warna
orange dengan merah pada bagian list tempat buah dimana dibuat bentuk segitiga
yang disusun berderet, dan sebagainya.
Selain warna analogus/analog, Aqila juga menampilkan warna-warna turunan
meskipun belum dapat mencampurkannya secara tepat sehingga terkesan tidak
bergradasi tetapi hanya batas-batas yang dipisahkan oleh warna-warna turunan saja.
Dapat kita lihat pada pemberian warna objek gelas dimana Aqila menggunakan
turunan warna orange mulai dari orange yang lebih muda sampai orange yang lebih
tua, selain itu terlihat dari pemberian warna turunan biru pada objek es krim, begitu
juga pada objek jeruk bagaimana Aqila memberi warna orange tua melingkar
dibagian tengah sedangkan dibagian pinggirnya diberi warna orange muda, dan
sebagainya.
Berdasarkan prinsip-prinsip desain dapat dideskripsikan yang pertama dari segi

34 ANALISIS KARAKTERISTIK GAMBAR ANAK


kesatuan (unity), kesatuan pada gambar Aqila tampak pada kesatuan warna-warna
turunan yang digunakan walaupun Aqila belum mampu untuk menyatukannya secara
tepat, pemberian warna merah muda dengan warna merah merupakan simbol dari
kesatuan warna yang tidak saling bersimpangan jauh. Kesatuan tekstur juga
ditampilkan pada karya Aqila dimana teksturnya secara universal adalah tektur nyata
karena secara keseluruhan media yang digunakan Aqila untuk mewarnai objek sama.
Keseimbangan yang ditampilkan dalam karya Aqila adalah keseimbangan simetris
dimana jumlah objek yang berada disebelah kiri maupun kanan seimbang, tidak ada
bidang kosong yang terlihat baik itu background-nya maupun jumlah subject
matter-nya. Dimana wujud dan jumlah yang sama kuatnya.
Irama yang ditampilkan pada karya Aqila adalah irama monotone, karena adanya
pengulangan goresan warna yang menghasilkan bentuk/wujud yang sama. Dapat
diketahui pada gaya pewarnaan Aqila yang membentuk lekukan-lekukan yang sama
dari pewarnaan sebelumnya sehingga terkesan statis dan monoton, tetapi ekspresif.
Proporsi warna yang ditampilkan sudah proporsional dalam arti Aqila sudah
memahami komposisi pada sentuhan-sentuhan warna turunan sehingga tidak ada
yang mendominasi.
Keserasian sangat dominan pada karya ini, karena Aqila mampu menserasikan
warna-warna seperti penggunaan warna-warna yang bersifat karib (analog) yaitu
penggunaan warna kuning dengan orange, warna merah muda dengan warna merah,
dan penggunaan warna-warna turunan yang sangat dominan dalam karya ini.
Meskipun dari segi proporsi ukuran objek belum dikuasai sepenuhnya, terlihat pada
ukuran gelas maupun ukuran wadah buah yang dibuat tidak proporsi karena goresan
garis yang tidak lurus/rata saat membentuk objek gambar. Pusat perhatian (center of
interest) tampak pada gambar wadah berwarna biru yang berisi buah-buahan karena
dibuat dengan ukuran yang lebih besar dari ukuran gelas yang berisi es krim maupun
objek lainnya.
Dengan demikian, berdasarkan deskripsi yang telah dipaparkan dapat dianlisis
bahwa karakteristik gambar yang dibuat oleh Aqila termasuk ke dalam periode
realisme awal (usia 9-12 tahun), dapat dibuktikan pada gambar Aqila dalam membuat
objek buah jeru, objek gelas yang mendekati/mengarah ke bentuk realistis, sebagai
akibat dari perkembangan sosial Aqila yang meningkat, selain itu perhatian Aqila
pada karakteristik warna-warna yang digunakannya seperti penggunaan warna-warna

35 ANALISIS KARAKTERISTIK GAMBAR ANAK


karib (analog) maupun warna-warna turunan meskipun belum adanya penampilan
dalam penggunaan efek warna yang menghasilkan gelap terang/ bayangan. Adanya
garis horizontal yang dibuat oleh Aqila pada latar background gambar dimana diberi
warna coklat (bagian atas) dan warna biru (bagian bawah), walaupun fungsinya
belum dimengerti, sehingga kesan perspektif yang sebenarnya ingin ditampilkan oleh
Aqila terkesan janggal. Begitupun ketika Aqila sedang membuat perspektif pada
objek meja terlihat datar dan sejajar dengan garis yang berada di belakangnya. Pada
gambar Aqila juga tampak adanya menghias (mendekorasi) bagian latar background
dengan objek-objek geometris dengan berbagai warna sehingga tampilan background
objek terlihat penuh dengan dekorasi-dekorasi bentuk melalui pemberian
warna-warna yang berbeda.
Aqila juga mulai mengenal konsep ruang sehingga letak objek gelas maupun
wadah yang berisi buah-buahan serta objek jeruk tidak lagi bertumpu pada garis dasar,
melainkan pada bidang dasar sehingga mulai ditemukan garis horizon ketika Aqila
menggambarkan perspektif meja meskipun belum memiliki makna atau arti yang
jelas. Aqila juga telah menguasai prinsip-prinsip desain seperti keseimbangan
simetris yang ditampilkan pada karyanya dan irama monotone dari penggunaan
goresan-goresan warna. Perhatian Aqila dalam memahami objek yang digambar
sudah mulai rinci terlihat dari penambahan objek daun pada buah jeruk, penambahan
bentuk-bentuk segitiga pada bagian objek wadah yang berisi buaha-buahan.
Meskipun Aqila belum menguasai ukuran proporsi objek dalam menggambarkannya
secara penuh.
Deskripsi & Analisis Karya II

Gambar 2.10.2. Gambar Anak Sekolah Dasar Usia 9 tahun, 2016, Diperoleh
dari https://aqilasalmakamila.files.wordpress.com. (2008), oleh Aqila Salma
Kamila.

36 ANALISIS KARAKTERISTIK GAMBAR ANAK


Spesifikasi Karya Gambar Anak
Nama pembuat : Aqila Salma Kamila
Judul karya : Kue Tart
Ukuran karya : 30 x 40 cm
Tahun dibuat : 2004
Medium : watercolor pencil dan spidol

Gambar kedua merupakan karya Aqila juga, namun dengan judul karya yang
berbeda yaitu berjudul ‘Kue Tart’. Dapat dideskripsikan berdasarkan elemen-elemen
rupa yang pertama adalah garis. Garis-garis yang membentuk objek gambar yang
dibuat Aqila adalah jenis garis nyata. Pada karya kedua dari Aqila ini sifat goresan
garis-garis yang ditimbulkan lebih tebal dibandingkan karya sebelumnya yang
berjudul ‘Es Krim’. Tampak outline gambar yang jelas. Seperti pada objek kue tart
dimana Aqila memberikan goresan-goresan garis untuk memberikan aksen dari objek
kue tart. Garis-garis nyata yang dibuat membentuk persegi dengan ukuran
berbeda-beda. Garis-garis yang ditampilkan masih terkesan kaku dan statis. Warna
hitam digunakan untuk mempertebal garis pada objek.
Bidang-bidang yang ditampilkan pada bagian background gambar adalah bidang
organik dimana pada bagian bawah background terdapat garis lengkung bebas yang
dibuat repetitif (secara berulang-ulang) yang mengesankan keceriaan dan
pertumbuhan. Selain itu bidang yang ditampilkan juga terdapat bidang geometris
dimana pada bagian atas terdapat garis diagonal yang membentk segitiga sama kaki
dan diberi warna kuning dan orange. Ruang yang ditampilkan pada karya Aqila yang
kedua tampak pada pemberian warna-warna yang berbeda. Sedangkan untuk tekstur
yang ditampilkan pada karya kedua masih sama seperti karya sebelumnya yaitu
tekstur nyata. Dimana baik ketika dilihat maupun ketika dirata tekstur yang dirasakan
adalah tekstur halus dan licin karena penggunaan media watercolor pencil yang
mendominasi.
Warna-warna yang ditampilkan pada karya Aqila yang kedua lebih menekankan
pada warna-warna turunan seperti pada objek semangka terdiri dari warna hijau tua
dan muda, pada objek apel terdiri dari warna merah dan merah muda, warna botol
ada yang diberi warna ungu tua dan ungu muda, ada juga yang diberi warna hijau tua

37 ANALISIS KARAKTERISTIK GAMBAR ANAK


dan hijau muda, dan sebagainya. Meskipun ada beberapa penggunaan warna-warna
karib (analog) seperti pada background bagian atas pemberian warna kuning dengan
orange. Selain berdasarkan elemen-elemen rupa juga dapat dideskripsikan dari segi
prinsip-prinsip desain yaitu kesatuan (unity), prinsip kesatuan pada karya kedua Aqila
terdapat pada kesatuan warna dimana penggunaan warna-warna turunan dan
warna-warna karib yang bersebrangan (analog) memberikan kesan yang menyatu
dengan objek-objek yang digambarkan.
Keseimbangan yang ditampilkan pada karya kedua Aqila adalah keseimbangan
simetris tampak pada jumlah objek gambar sebelah kanan maupun kiri sama rata
meskipun ukuran dan bentuk objek berbeda-beda, akan tetapi tidak ada ruang kosong
(white space) yang tampak pada bidang gambar. Proporsi warna yang ditampilkan
pada karya kedua ini sudah sesuai artinya Aqila menggunakan intensitas yang sama
antara warna-warna tua dengan warna-warna muda. Meskipun pada proporsi ukuran
objek belum dipahami secara penuh seperti pada penggambaran objek semangka
yang berada disebelah kiri kurang proporsional dan pada objek jeruk yang diberi
warna hijau memiliki ukuran yang terlalu besar dari objek-objek buah-buahan yang
lainnya.
Pusat perhatian (center of interest) pada karya kedua Aqila terdapat dari objek
gambar kue tart yang difokuskan dengan pemberian warna-warna yang lebih kontras
seperti warna kuning dengan orange dan diletakkan dibagian tengah bidang gambar.
Meskipun ada bagian objek yang berukuran besar yaitu gambar jeruk, namun karena
diberi warna gelap maka titik fokusnya menjadi berkurang sehingga lebih berpusat
pada objek kue tart-nya. Keserasian dalam karya kedua Aqila adalah keserasian karib
yang terletak pada warna dimana aqila mendampingkan warna kuning dengan orange
dibagian background atas maupun pada objek kue tart-nya. Keserasian tersebut
menimbulkan keselarasan dan keharmonisan dari segi warna dengan bentuk-bentuk
objek yang digambarkan.
Analisis saya terhadap karya kedua Aqila masih sama yang mana karakteristik
gambar Aqila ini termasuk ke dalam periodisasi realisme awal dimana pemahaman
Aqila terhadap perspektif sudah mulai dipahami meskipun cara merealisasikannya
dalam gambar belum sempurna sehingga kesan perspektif yang ditampilkan oleh
Aqila masih terkesan janggal. Seperti pada pemberian perspektif meja yang dibuat
Aqila dengan kaki-kaki meja yang diberi warna merah muda terkesan janggal dan

38 ANALISIS KARAKTERISTIK GAMBAR ANAK


maksud yang digambarkan pun menjadi kurang dimengerti orang lain yang
melihatnya. Sebenarnya pada gambar Aqila terdapat meja yang diwarnai dengan
warna ungu namun karena pemahaman perspektif Aqila belum sepenuhnya maka
yang terjadi gambar terlihat melayang, padahal sebenarnya tidak. Pada karya gambar
kedua ini, perhatian Aqila terhadap detail-detail objek yang digambarkan lebih rinci
dibandingkan karya sebelumnya, terlihat dari pemberian detail-detail pada objek
strawberry diberi bulatan-bulatan, pada bagian toples diberi ornamen-ornamen seperti
bentuk bulan sabit maupun bentuk bintang, pemberian aksen-aksen garis-garis
horizontal maupun vertikal pada bagian objek kue tart sehingga membentuk persegi
dalam jumlah banyak, dan sebagainya.

Deskripsi & Analisis Karya III

Gambar 2.10.3. Gambar Bertema Kebudayaan Nasional dari Sanggar Azalia,


2016, Diperoleh dari https://sanggargambarazalia.blogspot.com. (2014), oleh
Sanggar Gambar Azalia.

Spesifikasi Karya Gambar Anak


Tema karya : Kebudayaan Nasional
Judul Karya : Bhineka Tunggal Ika
Ukuran karya : A4 (21,0 x 29,7 cm)
Tahun dibuat : 2014
Media : crayon

39 ANALISIS KARAKTERISTIK GAMBAR ANAK


Karya gambar di atas merupakan karya dari salah satu peserta didik Sanggar
Gambar Azalia. Karya gambar ini memiliki tema Kebudayaan Nasional dengan judul
gambar Bhineka Tunggal Ika. Media yang digunakan untuk mewarnainya dengan
menggunakan crayon. Karya ini menggambarkan ikon-ikon kebudayaan dari
berbagai daerah yang berada dalam satu dasar negara yaitu pancasila diman pada
gambar dibuat goresan garis melingkar dengan posisi burung garuda sebagai lambang
negara yang bertuliskan kebudayaan indonesia.
Dalam lingkaran tersebut terdapat ikon-ikon budaya beberapa daerah seperti ikon
ondel-ondel yang merupakan warisan budaya betawi, objek manusia yang sedang
menarikan tari merak dengan busana seperti burung merak yang merupakan warisan
budaya Sunda (Jawa Barat), ada pula gambar reog ponorogo yang dikenakan oleh
anak laki-laki berbaju biru garis-garis yang menyimbolkan kebudayaan dari Jawa
Timur, ada juga objek anak laki-laki yang mengenakan pakaian adat Jawa Tengah
dengan mengenakan blankon di atas kepalanya. Background di bagian dalam
menggambarkan objek bangunan-bangunan sebagai simbol perkotaan yang berada
disisi kanan dan kiri dimana mengapit objek gunung yang berada diposisi tengah
sebagai simbol dari pedesaan.
Di bagian luar lingkaran terdapat lima karakter hewan yang juga ikut bergembira
dengan kebudayaan indonesia. Objek-objek hewan tersebut terdiri dari jerapah, gajah,
monyet, singa, dan burung dengan penggambaran ekspresi wajah yang ceria juga
riang menyambut kekayaan budaya Indonesia. Di bagian atas background terdapat
berbagai bangunan bersejarah seperti dibagian kanan penggambaran objek candi
borobudur dan monas, sedangkan dibagian kiri terdapat ikon pemandangan alam
berupa objek gunung. Berdasarkan elemen-elemen rupa dapat di deskripsikan dari
segi garis, garis yang ditampilkan pada gambar adalah garis nyata, terlihat dari
objek-objek yang digambar terlihat jelas. Pemilihan warna hitam dipilih untuk
membuat outline objek.
Bidang yang ditampilkan karya gambar di atas adalah jenis bidang organik yang
mana menggunakan garis-garis lengkungan yang sifatnya bebas dan menekankan
pada kesan yang ceria, kegembiraan, dan natural. Pencapaian ruang pada karya
gambar tersebut ditampilkan dengan adanya teknik pergantian warna seperti pada
gambar penggunaan warna-warna dingin akan terlihat memudar di bagian objek
gambar matahari sedangkan warna panas yaitu warna orange akan terlihat mendekat.

40 ANALISIS KARAKTERISTIK GAMBAR ANAK


Pencapaian ruang pada karya gambar di atas juga ditampilkan pada teknik
penggradasian warna yang maksimal sehingga objek-objek yang digambar terkesan
hidup, indah, dan terjadi pergerakan-pergerakan warna yang bersifat dinamis. Tekstur
yang ditampilkan pada karya di atas adalah tekstur nyata. Warna-warna yang
ditampilkan adalah penggunaan warna-warna turunan dengan pemberian unsur value
penggunaan warna putih yang menciptakan intensitas warna dan gelap terang warna
pada gambar yang memberikan kesan estetik dan harmonis.
Irama yang ditampilkan pada gambar di atas adalah irama dinamis, dimana
terdapat pengulangan bentuk yang sangat variatif dari goresan-goresan warna-warna
turunan yang digunakan. Proporsi warna yang digunakan sudah sesuai dengan konsep
tema, judul, dan objek yang digambarkan. Sedangkan untuk proporsi ukuran objek
sudah memahami proporsi meskipun belum secara sepenuhnya karena ada beberapa
objek seperti pada objek gajah, objek monyet, dan sebagainya.
Pusat perhatian (Center of Interest) pada gambar di atas terdapat pada objek
garuda yang diposisikan dibagian tengah dengan lingkaran garis yang menyertainya.
Penggambaran objek burung garuda yang realis dengan simbol-simbol visual yang
terdapat pada kelima sila pancasila (seperti simbol kapas, rantai, pohon beringin,
timbangan, perisai, dan bulir-bulir padi) juga digambarkan realis seperti bentuk
aslinya meskipun warna-warnanya masih ekspresif. Keserasian ditunjukkan dari
penggunaan warna-warna turunan yang menimbulkan gradasi warna sehingga
menciptakan keselarasan dan keharmonisan antara objek yang digambar dengan
warna-warna yang digunakan.
Dengan demikian, berdasarkan deskripsi yang telah dijelaskan dapat dianalisis
bahwa karya berjudul ‘Bhineka Tunggal Ika’ yang dibuat oleh salah satu peserta didik
di Sanggar Azalia termasuk ke dalam periodisasi realisme (9-12 tahun, sekitar kelas
IV SD-VI SD), dimana anak sudah mulai rinci menggambarkan detail-detail objek
akan tetapi berbeda dengan realisme awal yang belum memahami proporsi ukuran,
penggradasian warna, dan perspektif secara sepenuhnya. Pada tahap realisme ini anak
sudah lebih maju memahami teknik penggradasian warna secara optimal, meskipun
bentuk objek yang digambar sudah realis, masih kurang kuat dalam arti realitik tetapi
masih ada kekurangan sedikit dalam bentuknya. Berbeda denga realisme awal, pada
realisme semu ini kontur garis yang dibuat lebih terkesan luwes, pemahaman
perspektif lebih maju, dan dinamis sedangkan pada realisme awal yaitu karya Aqila

41 ANALISIS KARAKTERISTIK GAMBAR ANAK


sebelumnya kontur garis lebih terkesan lebih kaku dan pemahaman perspektif mulai
muncul meskipun berdasarkan pada penglihatannya sendiri.

Deskripsi & Analisis Karya IV

Gambar 2.10.4. Juara III Lomba Menggambar Tingkat SMP, 2016, Diperoleh
dari http://binaciptacendekia.com.(2014) oleh Bina Cipta Cendekia.

Spesifikasi Karya Gambar Anak


Nama pembuat : Nurhabiba Firdausi
Tema karya : Sekolah
Judul Karya : Budaya Membaca
Ukuran karya : A4 (21,0 x 29,7 cm)
Tahun dibuat : 2014
Medium : Komputer (digital)

Gambar di atas merupakan karya Nurhabiba Firdausi juara III lomba


menggambar digital tingkat SMP. Karya gambar digital di atas dengan tema sekolah
dapat dideskripsikan bahwa gambar tersebut memvisualisasikan anak sekolah tingkat
SMP yang sedang belajar dan membaca disekitar taman sekolah.
Terlihat objek manusia yang digambarkan sudah realis dan pergerakan objek
yang digambarkan lebih meningkat terlihat dari pergerakan-pergerakan tangan pada
objek lebih terkesan luwes. Penggunaan menggambar dengan teknik digital ini
sedikit, tetapi Nurhabiba menggambarkan objeknya secara sempurna. Penggunaan
efek-efek warna yang gradasi lebih ekspresif. Penggunaan warna juga sudah mulai
dipahami dimana didasarkan pada realitas objek aslinya. Terlihat objek daun yang
diberi warna hijau dan langit diberi warna biru langit. Berdasarkan elemen-elemen
rupa dapat diketahui garis-garis yang ditampilkan adalah garis nyata. Garis-garis

42 ANALISIS KARAKTERISTIK GAMBAR ANAK


nyata tersebut terkesan dinamis, tidak kaku, dan lebih luwes. Tekstur yang
ditampilkan pada karya Nurhabiba adalah tekstur nyata. Warna-warna yang
digunakan pada oleh Nurhabiba dalam karyanya lebih menekankan pada
warna-warna hue dan value dengan intensitas pengaturan oppacity cahaya yang
disesuaikan dengan karakteristik dari warna. Bidang yang digambarkan adalah jenis
bidang organik berupa garis-garis melengkung yang sifatnya bebas, sehingga
memberikan kesan keceriaan dan dinamis. Kesatuan warna, garis, dan bidang
terdapat pada gambar karya Nurhabiba. Seperti penggunaan warna-warna yang
disesuaikan dengan realitas objek aslinya. Warna kulit manusia yang diwarnai cream
kecoklatan.
Keseimbangan yang ditekankan pada gambar karya Nurhabiba adalah
keseimbangan simetris dimana jumlah objek dibidang gambar sebelah kanan maupun
kiri memiliki porsi dan kuantitas yang sama. Irama yang ditekankan pada karya
Nurhabiba adalah irama dinamis yang memberikan pengulangan bentuk-bentuk yang
variatif. Proporsi ukuran tubuh manusia mulai dari ukuran kepala dengan tinggi
badan, leher bahu, atau torso yang digambarkan memiliki ukuran yang proporsional
dan sesuai. Proporsi dari segi gelap terang warna yang disesuaikan dengan oppacity
pencahayaan sehingga memberikan kesan estetik. Warna-warna terang dan cerah
yang menyimbolkan keceriaan lebih mendominasi gambar karya Nurhabiba. Pusat
perhatian dari objek yang digambar Nurhabiba terletak pada objek pelajar SMP yang
sedang belajar, terlihat dari pemberian warna-warna yang lebih kontras dari objek
lainnya sehingga menjadi titik fokus.
Berdasarkan deskripsi yang telah dijelaskan dapat dianalisis bahwa karakteristik
gambar yang dibuat oleh Nurhabiba termasuk ke dalam periodisasi naturalisme semu.
Dapat dibuktikan dari kemampuannya dalam membuat gambar digital dengan
proporsi dari objek anak-anak SMP yang sesuai dengan proporsi anak SMP pada
umumnya serta gerakan-gerakan objek yang dibuat lebih banyak seperti
gerakan-gerakan tangan yang ekspresif, luwes, dan tidak kaku. Dimana kesadaran
akan perspektif mulai meningkat dari penggambaran objek gedung dengan tingkat
kemiringan yang sesuai. Pemilihan warna-warna objek yang sesuai dengan realitas
aslinya. Pengamatan terhadap objek lebih rinci seperti penggambaran detail pohon
yang dibuat juga objek buahnya yang bergelantung dipohon.

43 ANALISIS KARAKTERISTIK GAMBAR ANAK


BAB 3
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan deskripsi dan analisis yang telah dijelaskan pada Bab 2 dapat
disimpulkan bahwa mengenal perkembangan karakteristik anak diperlukan untuk
melakukan pendekatan, perencanaan pembelajaran, memilih dan mentukan media,
metode dan evaluasi. Anak Sekolah Dasar (SD) berusia sekitar 6 - 12 tahun sebagai
masa sekolah, perlu didukung oleh guru agar masa peka ini dapat dimanfaatkan
secara maksimal oleh para siswa . Tahap-tahap perkembangan menggambar/seni rupa
secara garis besar dapat dibedakan dua tahap karakteristik, yaitu kelas I sampai
dengan kelas III ditandai dengan kuatnya daya fantasi-imajinasi, sedangkan kelas IV
sampai dengan kelas VI ditandai dengan mulai berfungsinya kekuatan rasio.
Ada dua cara untuk memahami perkembangan seni rupa anak-anak. Pertama,
mengkaji teori-teori yang berkaitan dengan perkembangan senirupa anak menurut
para ahli. Kedua, mengamati dan mengkaji karya anak secara langsung. Hal ini dapat
dilakukan dengan mengumpulkan karya anak berdasarkan rentang usia yang relevan
dengan teori yang telah kita pelajari. Melalui kegiatan ini, diharapkan kita bisa
memahami perkembangan seni rupa anak secara komprehensif. Pembagian
masa/periodisasi dimaksudkan untuk lebih mengenal karya seni rupa anak dalam hal
melakukan kegiatan dan penilaian.
Pada umumnya semua periodisasi yang dikemukakan oleh para ahli memiliki
kesamaan, misalnya dimulai dari dua tahun. Dengan adanya pembagian periodisasi
karakteristik gambar anak menurut Viktor Lowenfeld dan Lambert Brittain dalam
kecenderungan gambar anak, maka diharapkan kita sebagai pendidik nantinya dapat
lebih peka dalam menanggapi karakteristik karya gambar anak dari berbagai
tingkatan usia dan jenjang pendididikan (TK-SMA). Sehingga, untuk selanjutnya
tugas guru adalah membimbing dan mengarahkan tiap anak didiknya yang
mempunyai kecenderungan secara umum khususnya dalam merangsang kecerdasan
visual spasial anak didik. Dengan demikian tujuan pendidikan seni dalam
mengembangkan kreativitas dan daya imajinasi peserta didik serta dalam pemenuhan
kebutuhan siswa di bidang seni akan tercapai secara optimal.

44 ANALISIS KARAKTERISTIK GAMBAR ANAK


DAFTAR PUSTAKA
Duquet, Piere. (1953). “Creative Communication”. Education and Art. A Symposium.
Paris: UNESCO.
Hurlock, B. Elizabeth.1978. Children Development, Sixth Edition, Mc Graw-Hill
International Editions.
E, Muharam dan Sundaryati, Warti. (1991). Pendidikan Kesenian II Seni Rupa.
Jakarta: Departeman Pendidikan dan Kebudyaaan Direktorat Jendral Pendidikan
Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.
Kamaril, C. Dkk. (1999). Pendidikan Seni Rupa/Kerajinan Tangan. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Lowenfeld, Victor dan Brittain, W. Lambert. (1975). Creative and Mental Growth.
Six Edition. New York: Macmillan Publishing Co., Inc.

45 ANALISIS KARAKTERISTIK GAMBAR ANAK

Anda mungkin juga menyukai