Anda di halaman 1dari 11

jurnal desain komunikasi visual fakultas seni dan desain –unm. vol.5.no.

3-2018

SENIMAN DAN JIWA ZAMAN: Tinjauan Perspektif Ide


dan Proses Kreativitas Popo Iskandar
ACTOR AND EPOCH SOUL: In Perspective Evaluation of Idea
and Process Creativity of Popo Iskandar

Yabu M.1)
1
Fakultas Seni dan Desain, Universitas Negeri Makassar

ABSTRAK

Penelitian ini mengkaji karya-karya Popo Iskandar yang dibuat sejak tahun 1960-an hingga 1990-
an guna menelusuri gagasan yang melandasi penciptaan karyanya, proses kreativitas, citra dan
pemikiran-pemikirannya. Teknik pengumpulan datanya dilakukan melalui penelaahan pustaka,
katalog pameran, dan pengamatan. Analisis datanya menggunakan teknik analisis deskriptif-
kualitatif melalui pendekatan interpretatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) konsep yang
mendasari penciptaan karya-karya Popo Iskandar adalah keteguhannya dalam menerapkan sistem
nilai keabadian seni secara universal, (2) Popo Iskandar melukis berdasarkan ingatan terhadap
pengalaman pribadinya, berdasarkan imajinasi dan perasaannya untuk mengungkap misteri alam
dan kehidupan dengan latar belakang sosial-budaya yang diungkapkan melalui bentuk-bentuk
deformatif, (3) karya-karya Popo Iskandar dapat dikelompokkan ke dalam karya representatif,
abstraksi dan esensi, sedangkan tema utama yang sering muncul dalam karyanya adalah kucing,
macan tutul, ayam jago, kuda, dan sosok manusia, (4) hampir setiap karya Popo Iskandar selalu
terdapat gambar bulan atau matahari sebagai imbangan komposisi – sekaligus sebagai ciri
khasnya.

Kata kunci: Seniman, jiwa zaman, tinjauan, perspektif, proses kreatif.

ABSTRACT

This research study made by Popo Iskandar masterpiece since year 1960-an till 1990-an utilizing
to trace idea which base on creation of masterpiece, its creativity process, image and its ideas. Its
technique data collecting through research study, exhibition catalogue and perception. Its data
analysis use technique analyse descriptive-kualitative through approach of interpretative. Result
of research indicate that (1) concept constitutoing creation of Popo Iskandar masterpiece is its
firmness in applying system assess eternity of art universal, (2) Popo Iskandar paint pursuant to
memory to experience of its person, imagination and its feeling in expressing natural mystery and
life with social-culture background with laid open to through deformatif forms, (3) Popo Iskandar
masterpiece can be grouped into representative masterpiece, esensi and abstract, while especial
theme which often emerge in its masterpiece is cat, leopard, fighting cock, horse, and human
being buttonhole, (4) almost each; every Popo Iskandar masterpiece always there are moon
picture or sun on balance composition - at the same time as its individuality.

Keywords: Artists, soul of the times, reviews, perspectives, creative processes.

140
Yabu M, SENIMAN DAN JIWA ZAMAN: Tinjauan Perspektif Ide dan Proses Kreativitas Popo Iskandar

PENDAHULUAN “pengungkapan suatu kebenaran yang


menyentuh perasaan yang dalam, yakni
Diantara banyak pelukis Indonesia sesuatu yang tersirat di balik karya” (Catatan
yang cukup populer namanya dalam dunia harian Popo Iskandar, 8 November 1995
seni lukis modern, salah satunya adalah Popo dalam Mamannoor, 1998). Pernyataan tersebut
Iskandar. Tidak saja karena ia muncul dalam juga mengundang perlunya pengetahuan yang
pameran-pameran lukisannya secara teratur menyeluruh terhadap dunia seni lukis Popo
serta dengan frekuensi yang cukup banyak, Iskandar lebih jauh. Penelitian ini bertujuan
tetapi juga karena bobot karyanya. Pengkajian untuk menelusuri gagasan yang melandasi
terhadap setiap perupa (seniman) menjadi penciptaan karya, proses kreativitas, citra dan
bagian dari wacana pemahaman seni rupa pemikiran Popo Iskandar lewat karya-
modern. Sedangkan setiap seniman pada karyanya ditinjau dari perspektif ide, terutama
dasarnya memiliki kekuatan pribadi yang mengenai perspektif dunia kekaryaan Popo
berbeda-beda, sehingga logis jika setiap Iskandar sebagai seorang seniman, pendidik,
seniman memiliki keunikan sebagai ciri kritikus, dan sekaligus budayawan.
khasnya - sekaligus sebagai identitas (jati
diri). Demikian pula halnya dengan pribadi Hasil penelitian ini diharapkan dapat
Popo Iskandar sebagai tokoh seni lukis bermanfaat sebagai bahan wacana apresiasi
modern .yang telah lama bergelut dalam dunia seni bagi mahasiswa seni rupa dan para
seni lukis dan pendidikan. pengamat seni pada umumnya, terutama
dalam kerangka memposisikan Popo Iskandar
Popo Iskandar memulai kariernya sebagai tokoh seni rupa modern yang telah
sebagai perupa sejak.tahun 1943 hingga 2000 lama mengabdikan dirinya dalam dunia seni
– adalah sebuah proses perjuangan panjang lukis dan pendidikan.
dalam pergulatan kreatif yang bisa disorot dari
berbagai aspek. Aspek internal dan eksternal Untuk memahami lebih jauh
sedikit banyaknya telah mempengaruhi serta bagaimana seorang seniman menanggapi
menempatkan Popo Iskandar sebagai seorang dunia sekitarnya terlebih dahulu perlu
tokoh seni lukis modern. Tinjauan kekaryaan, dipahami kepribadiannya sebagai seorang
peran dan kontribusinya bagi percaturan seni seniman yang cenderung memiliki kebebasan
rupa modern Indonesia seperti yang telah pribadi. Ini didasarkan pada asumsi bahwa
disajikan dalam pameran retrospektifnya dapat kebebasan merupakan iklim yang kondusif
dijadikan barometer tentang kariernya. untuk bertumbuhnya sifat interpreneurship
Melalui pameran retrospektif tersebut, kita dan kreatif pada diri manusia. Seorang yang
dapat mengamati dan mengukur dalam memiliki sifat interpreneurship tinggi dan
berbagai dimensi. Salah satu dimensi yang kreatif, memiliki pula persepsi terhadap
dimaksud dalam tulisan ini adalah manusia (image of man) sebagai subjek,
memposisikan Popo Iskandar dalam konstelasi sebagai pelaku-pelaku sejarah. Di dalam
dunia seni lukis modern. hidupnya ia selalu mengembangkan dan
mengabdikan seluruh potensinya dalam
Citra dan pemikiran-pemikiran Popo profesinya secara exellent. Orang semacam ini
Iskandar tentang dunia seni lukis dapat mempunyai keyakinan dan kebenaran
disimak dari catatan hariannya. Salah satunya mendobrak tradisi, sedangkan sifat kreatifnya
adalah keteguhannya dalam “prosesi”. akan memunculkan produk-produk
Menurutnya, prosesi merupakan landasan baru/penemuan-penemuan baru dalam
penting dalam berkarya. Karena itu, bidangnya (Katalog Pameran Seni Rupa
kepercayaan pada “proses” telah Yogyakarta, Juni 1990). Karena itu,
membawanya pada pergulatan terus-menerus memahami atas kesadaran kemampuan
untuk sampai kepada apa yag ia sebut sebagai seniman itu sendiri dalam berpikir sehingga

141
jurnal desain komunikasi visual fakultas seni dan desain –unm. vol.5.no.3-2018

setiap sikap kritisnya pun berkembang. Dalam di kota Bandung yang mencerminkan adanya
pengertian lain bahwa setiap manusia yang pengaruh telaah budaya kesundaan.
memiliki sifat interpreneurship dan kreatif
yang tinggi, bisa mengantisipasi tantangan Dengan latar belakang budaya dan
zaman. tradisi yang kuat, Bandung telah digamit oleh
tangan sejarah untuk menjadi kota seni,
Suatu karya seni akan selalu budaya, dan pendidikan. Sebagian besar
merupakan hasil interpretasi seniman dalam pelukis Bandung sebagaimana halnya dengan
menanggapi objeknya, baik karya yang pelukis Yogya sejak dasawarsa ke-6 abad ke-
bersifat realistis maupun abstrak. Hakikat 20, telah digodok dalam suatu masyarakat
objek yang diresapi oleh otak berlainan akademis yang memiliki asset of principles
dengan apa yang dicerminkan oleh yang disebut ilmu, yang tidak dimiliki oleh
penglihatan semata. Persepsi seseorang masyarakat lain. Sejak zaman kolonial, kota
terbentuk atas dasar stimulus dari objek yang Bandung disebut sebagai kota seni, budaya,
langsung di tangkap oleh mata dan diramu dan pusat modernisasi. Khususnya dalam
dengan faktor intelegensia serta pengalaman dunia seni rupa, Bandung disebut oleh Popo
sipengamat (Nathan Knobler, 1966 dalam Iskandar sebagai pemukiman seniman dan
Katalog Pameran Seni Rupa Yogyakarta, Juni pelukis-pelukis asing seperti Belanda, Swis,
1990). Sementara itu, pengalaman itu sendiri Jerman, Italia, dan lain-lain. Karena itu, bukan
adalah merupakan objek dari memori, suatu kebetulan apabila Bandung akhirnya
sedangkan memori adalah merupakan suatu menjadi salah satu pusat perkembangan seni
kesadaran seseorang. rupa, setidaknya sejak akhir zaman kolonial
hingga kini. Pertumbuhan seni rupa di
Selain itu, kondisi lingkungan dimana Bandung kian merebat setelah masa
seniman itu berada sangat potensial kemerdekaan, tepatnya setelah berdirinya
berpengaruh dalam karya seseorang. Dalam lembaga pendidikan tinggi seni rupa yang
konteks ini, kondisi Bandung dapat dikatakan serta-merta menyuburkan persemaian dan
telah membuka peluang dan menjadi membangkitkan iklim persaingan dalam
persemaian benih-benih seni lukis modern, bentuk pemikiran maupun kekaryaan. Seiring
yang pada akhirnya memunculkan seniman- dengan itu, arus pengaruh seni rupa modern
seniman (baca: pelukis) dengan tingkat dari Barat tidak hanya mampu dicerap sebagai
inovasi yang tinggi, karena persepsi pelukis informasi baru, tetapi juga ditransformasikan
tentang manfaat inovasi itu dan persepsinya ke dalam bentuk pembaharuan, pemikiran, dan
tentang sikap kelompok terhadap manfaat karya.
inovasi seni lukis. Popo Iskandar sebagai
seorang pelukis yang lahir dan dibesarkan di Dalam kaitan ini Sanento Yuliman
kota Bandung tidak lepas dari asumsi tersebut. menggambarkan Bandung biasa disebut-sebut
Nuansa kehidupan kota Bandung setidaknya orang sebagai salah satu kota pusat seni rupa
telah memberikan andil besar bagi perjalanan modern di Indonesia. Kenyataan tersebut perlu
hidup Popo Iskandar sebagai pelukis maupun dikemukakan sebagai latar penggambaran dan
penulis esai seni rupa. Sebagai seorang alasan untuk mendasari sejauhmana seni rupa
seniman berdarah Sunda, Popo Iskandar tidak di Bandung memiliki berbagai corak
mengingkari bahwa latar lingkungan perkembangan. Tak bisa dipungkiri bahwa
penghayatan berkeseniannya. Karena itu, pada kenyataan perkembangan seni rupa di
bagian pengungkapan bahasa estetik dalam Bandung merupakan bagian yang tak
lukisan-lukisannya - unsur musikal Sunda terpisahkan dari pengaruh seni rupa Barat di
menyentuh langsung karya-karyanya – adalah satu sisi, dan upaya pencarian corak jatidiri
satu contoh dari sekian banyak karya seniman yang dilakukan oleh setiap pribadi seniman
Bandung di sisi yang lain. Dalam hal ini,

142
Yabu M, SENIMAN DAN JIWA ZAMAN: Tinjauan Perspektif Ide dan Proses Kreativitas Popo Iskandar

orientasi budaya ditunjukkan untuk dimaksudkan untuk mengklasifikasikan karya


kepentingan ilmu, teknologi, dan pendidikan Popo Iskandar yang dibuat pada periode tahun
modern. Wiyoso Yudoseputro (1999) tertentu, yakni karya-karya yang dibuat sejak
mengemukakan bahwa keakraban dengan tahun 1960-an hingga 1990-an. Analisis
acuan kaidah-kaidah estetika Barat melalui datanya menggunakan teknik analisis
para pelukis asing dengan didirikannya deskriptif-kualitatif melalui pendekatan
akademi Eropa itulah merupakan awal interpretatif, kemudian ditransformasi ke
kepedulian pada kebanyakan seniman dalam pemahaman secara konprehensif.
Bandung terhadap akar tradisi seni rupa Barat
dalam merintis perkembangan seni rupa PEMBAHASAN
Indonrsia Baru. Namun pada kenyataannya,
Lebih awal perlu dikemukakan di sini
terutama dengan hadirnya lembaga pendidikan
bahwa (a) karya-karya sketsa Popo Iskandar
itu, rintisan perkembangan seni rupa modern
yang dibuat di atas kertas (seketsa dan grafis)
di Indonesia makin jelas sosoknya sebagai
dapat dijadikan sebagai pembanding terhadap
hasil dari pengajaran yang bersumber dari
karya-karyanya yang dibuat pada kanvas -
teori-teori, konsep, dan wawasan seni rupa
dimana karya-karya sketsanya merupakan
modern Barat.
hasil studinya yang dimulai sejak awal
kariernya sebagai seniman sekaligus sebagai
METODE PENELITIAN
dapat dipandang sebagai bagian dari studinya
terhadap fenomena garis, irama, dan bidang.
Penelitian ini merupakan penelitian Asumsi ini nampak ketika kita jumpai karya-
deskriptif-kualitatif yang mengkaji karya- karyanya pada kertas di sekitar tahun 1950-an
karya Popo Iskandar. Karya-karya yang dipilih hingga 1990-an.
adalah karya yang dianggap dapat mewakili
kronologi waktu (1960-an hingga 1990-an),
kecenderungan tema, dan media ungkap. Dibandingkan dengan lukisan cat
Teknik penelusuran datanya dilakukan melalui minyaknya, karya-karya Popo Iskandar yang
studi pustaka, penelusuran katalog pameran dibuat di atas kertas memiliki tema yang lebih
resrospektif Popo Iskandar dan dari sumber- beragam, dan memiliki kemungkinan lebih
sumber lain yang memuat data tentang karier luas untuk dikaji dalam berbagai kemungkinan
dan kekaryaannya. Penelusuran data tentang pendekatan. Namun pada kesempatan ini,
karya dan biodata Popo Iskandar dilakukan penelitian ini tidak secara khusus mengambil
melalui katalog pameran retrospektifnya, perspektif tertentu pada karya Popo Iskandar
sedangkan penelusuran pemikiran-pemikiran yang dibuat di atas kertas, tetapi lebih sebagai
dan pandangan-pandangannya mengenai dunia upaya untuk memberikan pandangan terhadap
seni lukis dilakukan melalui penelusuran pada karya Popo Iskandar di atas kertas.
catatan harian dan dari artikel-artikel yang
tersedia. 1. Konsep Dasar Penciptaan Karya

Hasil pendataan dan dokumentasi Prinsip dari konsep yang mendasari


karya Popo Iskandar dalam jumlah yang penciptaan karya-karya Popo Iskandar adalah
banyak, tentu tidak dapat seluruhnya keteguhannya dalam menerapkan rumusan
dilakukan sehinga diperlukan proses kurasi. (sistem nilai) keabadian seni atau keindahan
Sebagai langkah awal, dilakukan pemilihan yang berlaku universal. Ia menempatkan seni
dan pemilahan karya secara seksama. lukisnya dalam kerangka seni lukis modern
Pemilihan dilakukan melalui pertimbangan secara keseluruhan yang semakin membuat
bahwa karya-karya yang pernah dipamerkan jatidiri perorangan. Tidaklah menjadi masalah
merupakan karya terbaiknya pada kurun mengenai gaya apapun yang hendak dipilih
waktu tertentu, sedangkan pemilahan oleh senimannya, namun baginya satu hal

143
jurnal desain komunikasi visual fakultas seni dan desain –unm. vol.5.no.3-2018

yang perlu diingat bahwa apapun yang yang terkadang mengalami sekian kali
diciptakan manusia, termasuk seni tidak bisa sentuhan ulang dalam rangka perbaikan
lepas dari sistem nilai. Selain itu, dalam seni ‘nuansa ekspresi’. Dalam arti mengalami
apapun (musik, tari, sastra, maupun seni rupa) sekian kali perubahan komposisi dan
sepanjang sejarahnya tidak bisa lepas dari pertimbangan artistik (baca: nuansa emosi
nilai-nilai abadi, yakni komposisi, ritme, estetika) setelah ia melakukan kritik atau
keseimbangan, harmonisasi, kesatuan, serta analisa terhadap karyanya sendiri
bobot ekspresi (penghayatan). Dalam hal ini, (Mamannoor, 1998).
dapat dikatakan bahwa setiap kali Popo
Iskandar akan melukis, maka penjabaran Diantara contoh karyanya yang
gagasan (subject-matter) atau mengolah mengalami sentuhan ulang/diperbaharui yang
elemen visual (bentuk, bidang, warna, ruang dapat disebutkan di sini adalah karyanya yang
dan lain-lain) mempertimbangkan aspek-aspek berjudul “Potret Kucing” (1971/1987),
tersebut secara cermat. “Kucing dan Matahari” (1997/1998). Dalam
karya tersebut terlihat dengan jelas pada pojok
2. Proses Kreatif Popo Iskandar kanan atas tertera dua angka tahun
pembuatannya yang berbeda. Ini
Telah disinggung terdahulu bahwa mengindikasikan bahwa karya tersebut dibuat
setiap seniman pada dasarnya memiliki pada tahun 1971, kemudian mengalami
kekuatan pribadi yang berbeda-beda, sehingga perubahan (dalam arti perbaikan kembali)
logis jika setiap seniman memiliki keunikan pada tahun 1987 untuk lukisan “Potret
sebagai ciri khasnya sekaligus sebagai Kucing”, sedangkan lukisan yang berjudul
identitas atau jatidirinya. Selain itu, setiap “Kucing dan Matahari” yang dibuat pada
seniman, juga tak luput dari pengaruh yang tahun 1997, kemudian diulangi lagi pada
membentuk persepsi dan konsepsi bagi citra tahun 1998. Hal ini dilakukannya yang
dirinya. Demikian pula halnya dengan diri mungkin disebabkan oleh ketidakpuasannya
Popo Iskandar dalam menekuni karier dan terhadap objek yang pertama.
kekaryaannya sebagai tokoh seni lukis
modern. Menurut Popo Iskandar bahwa karya
seni bagi seorang seniman adalah mitra dialog
Menurut Popo Iskandar bahwa sebuah dan studi terhadap penemuan jati dirinya
karya lukisan merupakan pernyataan dari citra sebagai sebuah pribadi. Tidaklah menjadi
pelukis yang selalu mengambang, sedangkan masalah mengenai gaya apapun yang hendak
“prosesi” merupakan landasan penting dalam dipilih oleh senimannya, namun baginya satu
berkarya, yakni pengungkapan suatu hal yang perlu diingat bahwa apapun yang
kebenaran yang menyentuh perasaan yang diciptakan manusia, termasuk seni, tidak bisa
dalam, serta sesuatu yang tersirat di balik lepas dari sistem nilai.
karya. Fenomena ini terlihat pada bagaimana
ia melakukan sentuhan-sentuhan pembaharuan Dalam kaitan ini, proses kreatifnya
pada karya yang sudah selesai, kemudian didasari oleh perenungan (kontemplasi) yang
dikerjakannya kembali pada waktu yang lain sering memakan waktu yang cukup lama.
dalam rentang waktu yang berbeda. Kadang tidak spontan dan seringkali berhenti,
merenung bahkan sering mengubah sebuah
Berdasarkan analisis data tentang lukisan lama ditumpuki dengan objek lain.
proses kreativitas Popo Iskandar diperoleh Melukis objek, namun ia bekerja tanpa objek
informasi bahwa proses kreativitas seni Popo itu berada di depan mata. Dengan kata lain
Iskandar yang jika diartikan sebagai cara Popo Iskandar melukis berdasarkan ingatan
kerja, juga merupakan sebuah proses. dari pengalaman-pengalaman pribadinya, daya
Fenomena ini terlihat pada beberapa karyanya khayal, dan perasaan - yang pada akhirnya

144
Yabu M, SENIMAN DAN JIWA ZAMAN: Tinjauan Perspektif Ide dan Proses Kreativitas Popo Iskandar

mengungkap misteri alam dan kehidupan, hemat dengan unsur visual, terutama dalam
nilai-nilai kemanusiaan dengan latar belakang hal eskspresi, ritme, garis dan bentuk yang
sosio-budaya yang diungkapkan melalui elementer.
bentuk-bentuk deformatif.
Perwujudan karya berikutnya
Bagian lain yang tak dapat dipisahkan menampilkan kecenderungan kepada bentuk-
dari kepribadian Popo Iskandar adalah wujud- bentuk geometris (linear kubistik) yang
wujud ekspresi yang banyak dipengaruhi oleh sebelumnya dikenal sebagai ciri khas karya
lingkungan, pengalaman, dan pengamatannya seniman lukis Perancis, Jacques Villon. Popo
terhadap suatu objek. Sebagai contoh, hasil Iskandar juga mendapat pengaruh dari Barat,
pengamatan Popo Iskandar tentang kucing, terutama mengenai gaya “linear kubistik”
macan tutul, dan ayam jago telah
menyodorkan puluhan lukisan dalam tema- Dalam hal-hal tertentu, terutama
tema tersebut. dalam proses berkarya, Popo Iskandar relatif
memiliki persamaan dengan pelukis Ahmad
Dapat disimpulkan bahwa (a) setiap Sadali, yang sama-sama esensialis, perenung
kali Popo Iskandar akan melukis, maka yang menghasilkan lukisan abstrak. Hanya
penjabaran gagasan (subject-matter) atau saja Popo Iskandar lebih menekankan pada
mengolah elemen visual (bentuk, bidang, optimalisasi unsur visual (garis, warna,
warna, dan ruang) sangat memperhatikan bentuk, dan lain-lain), serta intensitas irama.
nilai-nilai abadi seni, yakni komposisi, ritme, Demi optimalisasi dan intesitas irama, terlihat
keseimbangan, harmonisasi, kesatuan, serta bahwa ia melakukan pertimbangan yang
bobot ekspresi (penghayatan). secara cermat; matang tentang harmoni dan keseimbangan
dan (b) perjalanan panjang Popo Iskandar sehingga unsur garis, warna, dan bentuk
tidak saja merefleksikan upayanya berkreasi menjadi objek utama dalam karyanya.
dalam berbagai ekspresi medium, tetapi juga
mempertegas bahwa ia bukanlah seniman Bertolak dari asumsi bahwa suatu
yang bergerak pada satu alur yang lurus dan karya seni itu adalah refleksi si seniman pada
ajen. kondisi lingkungan dan jamannya, lalu
bagaimana dengan karya-karya akmarhum
3. Citra dan Pemikiran-pemikiran Popo Popo Iskandar yang relatif tidak banyak
Iskandar: Tinjauan visualisasi bentuk mengalami perubahan sejak awal hingga akhir
gagasan kariernya. Untuk sementara dapat disimpulkan
bahwa hal tersebut menjadi salah satu
keunikan yang sekaligus sebagai ciri khasnya.
a. Citra awal pencapaian identitas
Sebuah perubahan (inovasi) dalam
Popo Iskandar adalah salah seorang proses kreatif hanya merupakan salah satu
seniman yang pernah memperoleh pendidikan bagian dari upaya dari proses perkembangan
dari pelukis senior, seperti Angkama, Barli, yang terjadi dengan sendirinya - dimana.
Hendra Gunawan. Dari sini ia menghasilkan kreativitas memerlukan penyegaran (inovasi).
teknik dan karakteristik tersendiri. Popo Karena itu, pada setiap karya Popo Iskandar,
Iskandar yang melakukan eksplorasi medium terutama pada unsur gaya (style) dan tema,
ekspresi dan menambah pada karya cetak relatif tidak mengalami perubahan yang
(grafis). Tambahan pula bahwa pada karya drastis, tetapi masih dalam konteks dan sistem
grafisnya tampak memiliki kemampuan yang nilai yang menjadi bagian integral dari konsep
sama bobotnya dengan medium seni lukis cat estetikanya.
minyak. Dalam beberapa karya eksperimental
periode awal tahun 1943-1950-an terlihat

145
jurnal desain komunikasi visual fakultas seni dan desain –unm. vol.5.no.3-2018

b. Kecenderungan tema/objek, teknik, dan Matahari Senja (1998), dan banyak lagi
gaya lainnya.

Tema (subject-matter) adalah Dapat disimpulkan bahwa tema-tema


semacam hal ikhwal yang hendak tersebut adalah hasil olah pikir Popo Iskandar
diketengahkan oleh seniman dalam karyanya. dari suatu bentuk sifat, karakter, dan intuisi
Bagi para pelukis representational, tema dari kenangan tertentu terhadap suatu objek.
adalah segala-galanya. Akan tetapi dari sejak Selain itu, tema-tema lukisan Popo Iskandar
akhir abad ke-19 pandangan ini mulai juga dapat dikelompokkan dalam proses
berubah. Bahkan sebagian pelukis pengungkapan representatif, abstraksi dan
menganggap tema itu boleh saja ditiadakan. esensi. Karya-karya representasinya dapat
Kecenderungan tema/objek, teknik/media dan dilihat pada awal–awal ia menyodorkan tema
gaya serta pengaruh-pengaruh yang tampak tertentu pada tahun-tahun pertengahan 1940-
dalam karya-karya Popo Iskandar dapat dilihat an. Di samping itu, Popo Iskandar juga terus
karya-karyanya. Kenderungan tersebut terlihat melakukan studi yang lebih pada persoalan
jelas dalam setiap karyanya dari periode ke membedah bentuk. Dalam beberapa karyanya,
periode. terlihat bahwa ia bergelut melakukan
eksperimentasi pembedahan bentuk dalam
Dengan mengamati tema karya Popo rangka menemukan esensi bentuk. Karya-
Iskandar dari periode ke periode terlihat karya studinya memperlihatkan hal itu. Karya-
bahwa tema/objek yang sering muncul karya lama Popo Iskandar, terutama yang
berulang kali adalah tema kucing, macan tutul, dibuat sejak tahun 1950-an hingga 1990-an
ayam jago, sosok manusia, pemandangan alam merupakan bahan kuat untuk mengutarakan
dan pantai. Tema/objek tersebut diungkapkan perkembangan linear seni lukis Popo Iskandar.
lewat berbagai media/teknik (cat minyak,
acrylic, cat air, pastel minyak, dan tinta cina di Melalui pendekatan tematik diperoleh
atas kertas, serta teknik grafis). Objek alam gambaran bahwa karya-karya Popo Iskandar
yang juga tak luput dari pikiran Popo Iskandar dapat dikelompokkan ke dalam tiga tema
ialah bulan dan matahari. Eksistensinya tidak utama, yakni (1) kucing, (2) ayam jago, dan
sekedar pelengkap/pengisi bidang kosong, (3) macan tutul. Ini didasarkan atas
tetapi memegang peran penting sebagai pertimbangan tematik tersebut bahwa Popo
imbangan komposisi untuk mendukung Iskandar cenderung berada pada seputar tema-
keharmonisan karya secara keseluruhan. Jika tema tertentu yang tampak ditekuninya dari
kita mengamati karya-karya Popo Iskandar, tahun ke tahun hingga akhir hayatnya.
akan kita dapati bahwa bulan dan matahari Tema kucing misalnya ditekuni sejak awal
adalah objek yang selalu muncul hampir pada 1960-an hingga 1990-an, ayam jago sejak
setiap karyanya, seperti pada lukisan yang 1970-an, dan macan tutul sejak 1980-an.
berjudul tersebut Jago (1986), Jago (1987), Mengapa Popo Iskandar tertarik dengan tema-
Jago Hitam Putih (1989), Kucing (1993), tema tersebut. Menurut senimannya, kucing
Kucing dan Langit Membara (1994), Dua menjadi sumber gagasan dalam bereksplorasi.
Kucing dan Bulan Jauh (1995), Kucing dan Objek-objek tersebut mampu menggugah
Matahari (1997/1998), Kucing dan Matahari getaran-getaran seni yang hakiki dalam
Pagi (1998), Kucing dan Bulan (1998), Jago dirinya. Diakuinya bahwa dalam melukis
dan Bulan (1998), Jago Berkokok (1998), kucing misalnya ia tidak hanya menampilkan
Jago dan Senja Cerah, Macan Lodaya (1984), objek fisiknya saja, tetapi ia berusaha untuk
Tiga Macan dan Bulan (1997), Macan dan mengungkapkan kesan dan makna
Bulan (1997), Dua Macan dan Bulan (1998), keperiadaannya. Diakuinya bahwa ia melihat
Macan dan Senja Cerah (1998), Macan dan kucing tidak hanya dengan mata kepala saja,
tetapi juga dengan mata hatinya.

146
Yabu M, SENIMAN DAN JIWA ZAMAN: Tinjauan Perspektif Ide dan Proses Kreativitas Popo Iskandar

Dapat dikatakan bahwa kucing bagi pelukis. Ia tidak berdiri sendiri, tetapi
Popo Iskandar adalah suatu totalitas merupakan bagian integral dari setiap upaya
penghayatan yang tidak terlepas dari suatu pelukis dari masa lalu, masa kini, dan yang
situasi kejiwaannya. Ia memaknai bagian- akan datang. Ia bukanlah rekaman dari apa
bagian yang tersembunyi dibalik perangai yang ia lihat, melainkan subject-matternya.
binatang tersebut melalui analisis yang Sebuah karya lukisan menurut pandangan
mendalam. Itulah sebabnya penampilan Popo Iskandar adalah suatu pernyataan dari
kucing dalam karya Popo Iskandar citra pelukis yang selalu mengambang,
menampilkan karakter yang sama, namun kontinyu, dan luwes (Catatan harian Popo
dalam pengungkapannya ada daya tarik yang Iskandar, 9 Oktober 1995 dalam Mamannoor,
berbeda dari karya yang satu dengan lainnya 1998).
sekalipun masih dalam periode yang sama.
Karya-karya seputar tahun 1970-an hingga Tentang seni lukis abstrak, Popo
1980-an merupakan lanjutan pemanfaatan Iskandar mengaku kurang tertarik, sekalipun
warna–warna kelam, keras dan kuat untuk ia juga pernah melukis dengan gaya abstrak
menunjang tema-tema yang dipaparkan pada dalam rangka studi penjajakannya. Menurut
tema-tema vas bunga dan awal lukisan potret. Popo Iskandar bahwa karya seni meskipun
Karya-karya tahun 1990-an kembali pada diilhami oleh alam, namun hanyalah suatu
tema yang lebih mudah dikenali seperti ayam interpretasi pelukis tentang alam itu. Ia
jago, kucing, dan macan. Catatan penting menegaskan bahwa sebuah objek yang
lainnya adalah kehadiran unsur penggambaran terungkapkan semata-mata karena ia mampu
waktu yang ditandai dengan munculnya menggugah getaran seni yang hakiki dan
bentuk bulatan (matahari atau bulan) dan timbul dari dalam diri seniman itu sendiri,
warna-warna yang diidentikkan dengan karena seni adalah ekspresi getaran dari
suasana. Bahkan ia kerap memunculkan latar dalam.
terang (dominan putih) atau gelap (dominan
hitam). Sementara sosok yang dihadirkan kaya Dari uraian di atas, dapat disimpulkan
dengan warna. Periode ini ibarat bahwa seni (baca: karya seni) dalam
pengembalian esensi bentuk dan bentuk pandangan Popo Iskandar adalah suatu
esensial yang lebih jelas, terkadang abstraksi kenyataan atau ungkapan yang bermakna.
yang ditekuni tidak hanya merepresentasikan Itulah sebabnya Popo Iskandar pada akhirnya
objek-objek, tetapi di balik objek-objek yang menolak seni lukis abstrak karena menurutnya
sudah dikuasai itu, ia menyatakan dirinya. Di seni abstrak tidak mengungkapkan sesuatu,
sini terlihat Popo Iskandar bergulat mencari sekalipun dalam beberapa karya studinya
keseimbangan dan merumuskan identitas memperlihatkan kecenderungan abstrak.
diantara arus budaya yang melanda dirinya.
Ditinjau dari segi teknik, penggarapan karya- KESIMPULAN DAN SARAN
karya Popo Iskandar terlihat sangat leluasa
mentransformasikan bentuk melalui gayanya Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sendiri (baca: bentuk-bentuk deformatif). prinsip dari konsep yang mendasari
penciptaan karya-karya Popo Iskandar adalah
c. Pemikiran-pemikiran Popo Iskandar keteguhannya dalam menerapkan rumusan
tentang dunia seni lukis (sistem nilai) keabadian seni atau keindahan
yang berlaku universal, sehingga dapat
Popo Iskandar dalam sebuah dikatakan bahwa Popo Iskandar menempatkan
catatannya mengungkapkan bahwa sebuah seni lukisnya dalam kerangka seni lukis
lukisan adalah sebuah bagian dari serangkaian modern. Dilihat dari segi dimensi dan bobot
lukisan-lukisan yang merupakan manifestasi karyanya, Popo Iskandar dapat disorot dari
dari pengejawantahan gagasan dan citra berbagai aspek, diantaranya adalah aspek

147
jurnal desain komunikasi visual fakultas seni dan desain –unm. vol.5.no.3-2018

idealisme penciptaan (idea koseptual), aspek DAFTAR PUSTAKA


internal dan eksternal. Lingkungan kesundaan
juga ikut mempengaruhi karyanya serta
Kahar Wahid, Abd., 1979. Apresiasi Seni:
membentuk visi kesenimanannya.
Sebuah pengantar, P2T IKIP Ujung
Pandang.
Dilihat dari segi kecenderungan
perulangan pada tema-tema tententu dalam Mamannoor, 1998. Lima Puluh Tiga Tahun
perkembangan seni lukis Popo Iskandar sejak Seni Lukis Popo Iskandar: Citra
tahun 1963 hingga 1990-an dapat dikatakan dan pemikiran, Bandung: Yayasan
bahwa posisi seni lukis Popo Iskandar sebagai Matra Bandung.
seni lukis representatif, namun tetap Mamannoor, 1998. Katalog Pameran
mempunyai ruang bagi penafsiran lain. Dari Retrospektif Popo Iskandar, GSPI
segi gaya, terlihat ada dua kecenderungan Bandung, 17 November s.d. 8
pada seni lukis Popo Iskandar, yaitu Desember 2000.
kecenderungan ekspresif figuratif dan
kecenderungan kubistik. Kecenderungan Popo Iskandar 2000. Alam Pikiran Seniman.
ekspresif figuratif dapat dibaca sebagai Bandung: Yayasan Popo Iskandar.
kecenderungan representatif, penyajian ulang Soedarso. SP, 1990. Tinjauan Seni.
merupakan khas dan beropini - yang Yogyakarta: Saku Dayar Sana.
merupakan kecenderungan dominan dalam
perkembangan seni rupa Indonesia, sedangkan Sudarmaji, 1979. Dasar-dasar Kritik Seni
kecenderungan kubistik pada lukisan Popo Rupa, Jakarta: Dinas Museum dan
Iskandar dapat dibaca sebagai kecenderungan Sejarah.
memperhitungkan bentuk (formalisme). Sudjojono 2000. Seni Lukis, Kesenian dan
Berdasakan kecenderungan perkembangan Seniman. Yogyakarta: Yayasan
linear dalam dunia seni lukis Popo Iskandar, Aksara Indonesia.
dapat dipandang bahwa Popo Iskandar adalah
pelukis modernis yang mencari esensi rupa Yudoseputro, Wiyoso, 1999. Materi Kuliah
melalui eksplorasi dan ekperimentasi. Dalam Sejarah Seni Rupa Indonesia, FSRD
beberapa karyanya yang juga cukup penting Instirut Teknologi Bandung.
dipahami bahwa Popo Iskandar mengajak kita Yuliman, Sanento, 1988. Pengantar Katalog
untuk membaca tanda-tanda alam atau simbol- Pameran Tunggal Popo Iskandar.
simbol untuk memahami kesan dan makna
dibalik karya-karyanya yang memungkinkan ------------, Mimbar Pendidikan Bahasa dan
terjadinya kontenplasi dan dialog secara Seni No. XXVI, Th. 1999.
kontinyu. ------------, Katalog Pameran Popo Iskandar,
17 November – 8 Desember 2000.
------------, Katalog Pameran Seni Rupa
Yogyakarta, Juni 1990.
------------, Katalog Pameran Jejak Perjalanan
G. Sidharta Soegijo, 31 Oktober –
16 November 2002 di Bentara
Budaya Jakarta.

148
Yabu M, SENIMAN DAN JIWA ZAMAN: Tinjauan Perspektif Ide dan Proses Kreativitas Popo Iskandar

Lampiran:

Gambar 2
Kucing di atas Permadani, 1998,
cat minyak, 49 X 41 cm.
Gambar 1 (Sumber: Mamannoor, 1998: 98).
Kucing, 1981, cat minyak, 100 X 65 cm.
(Sumber: Mamannoor, 1998: 97).

Gambar 4
Kucing dan Matahari, 1979, cat minyak, 55,5 X 45,4 cm
Gambar 3
(Sumber: Katalog pameran retrospektif Popo Iskandar,
Kucing dan Matahari, 1977/1998,
GSPI Bandung, 17 Nov. s.d. 8 Des. 2000, hlm. 36).
cat minyak, 141 X 151 cm.
(Sumber: Mamannoor, 1998: 101).

Gambar 5
Kucing Balon, 1993, cat minyak, 31 X 31 cm. Gambar 6
(Sumber: Katalog pameran retrospektif Popo Iskandar di Kucing, 1975, cat minyak, 141X151 cm
GSPI Bandung, 17 Nov. s.d. 8 Des. 2000, hlm. 24). (Sumber: Mamannoor, 1998: 91).
1
jurnal desain komunikasi visual fakultas seni dan desain –unm. vol.5.no.3-2018

Gambar 7
Gambar 8
Kucing, 1998, cat minyak, 95 X 145 cm.
Jago, 1987, cat minyak, 137 X 142 cm.
(Sumber: Mamannoor, 1998).
(Sumber: Mamannoor, 1998: 119).

Gambar 9
Jago Berkokok, 1998, cat minyak, 100 X 145 cm. Gambar 10
(Sumber: Mamannoor, 1998) Jago Hitam Putih, 1989, cat minyak
(Sumber: Mamannoor, 1998: 117).

Gambar 11 Gambar 12
Dua Macan dan Matahari Senja, 1998, Boats Bali, 1984, cat minyak, 61 X 48 cm.
cat minyak, 72 X 95 cm. (Sumber: Mamannoor, 1998: 122).
(Sumber: Mamannoor, 1998: 109).
Dua macan memandang bulan, 1997.

Anda mungkin juga menyukai