Anda di halaman 1dari 8

PENDAHULUAN

Kesenian merupakan produk budaya suatu bangsa, semakin tinggi nilai kesenian satu bangsa
maka semakin tinggi nilai budaya yang terkandung didalamnya. Kesenian sebagai salah satu
bagian penting dari kebudayaan tidak pernah lepas dari masyarakat, sebab kesenian merupakan
sarana untuk mewujudkan segala bentuk ungkapan kreatifitas manusia.
Ensiklopedia Indonesia “seni merupakan penciptaan dari segala macam hal atau benda yang
karena keindahan bentuknya senang orang melihat dan senang mendengarnya” (Soedarso Sp,
2006: 66).
Sedangkan menurut Soedarso Sp (dalam Mikkes Susanto, 2002:102)  “Seni adalah karya
manusia yang mengkomunikasikan pengalaman batin disajikan secara indah atau menarik hingga
merangsang timbulnya pengalaman batin pula pada manusia lain yang menikmati”
Pendapat di atas menjelaskan bahwa seni adalah ungkapan batin manusia berupa ide/gagasan
yang diwujudkan dalam sebuah karya. Bentuknya baik dalam wujud rupa, suara maupun wujud
gerak. Seni juga suatu wujud benda yang memiliki nilai keindahan di dalamya baik penglihatan
maupun pendengaran. Jadi, seorang seniman dalam melahirkan karya seni harus mampu
melahirkan nilai keindahan dalam karyanya.
Ada dua pengertian seniman; seniman diartikan sebagai nama profesi seseorang dalam
menciptakan atau menyusun karya seni. Seniman dapat juga diartikan sebagai manusia yang
mengalami proses kreatifitas atau proses imajinasi, yaitu proses interaksi antara persepsi memori
dan persepsi luar. Sedangkan persoalan pengkarya seni (seniman) adalah persoalan asas dalam
konteks kreatifitas dan expresi seniman yang sering diperbincangkan ialah soal gaya karyanya
pribadinya menjadi persoalan dalam penghasilan karyanya. Disamping itu perbincangan juga
menyentuh mengenai zaman dan bermulanya karya seni yang dihasilkan (Iryan Syair, 2011: 8)
Seni sangat erat hubungannya dengan kreatifitas, dalam menciptakan suatu karya seniman
dituntut memiliki kreatifitas agar karya yang dilahirkan berkualitas. Berkualitas adalah karya
seni yang kreatif, inovatif dan tidak pernah diwujudkan sebelumnya dan dapat diterima oleh
masyarakat. Kreatifitas merupakan kegiatan mental yang sangat individual, merupakan
manifestasi kebiasaan manusia sebagai individu. Manusia yang kreatif adalah manusaia yang
menghayati dan menjalankan kebebasan dirinya secara mutlak. Orang yang kreatif selalu dalam
kondisi kacau, ricuh, kritis, gawat, mencari-cari, mencoba menemukan sesuatu yang pernah dari
tanan budaya yang pernah dipelajarinya (Jakob Sumardjo, 2000: 80).
A.A.M Djelantik mengatakan
Kreativitas menyangkut penemuan sesuatu yang “seni” nya belum pernah terwujud sebelumnya.
Apa yang dimaksud dengan “seni” nya tidak mudah di tangkap karena ini menyangkut sesuatu
yang prensipil dan konseptual. Yang dimaksudkan bukanlah hanya “wujud” yang baru, tetapi
adanya pembaharuan dalam konsep-konsep estetikanya sendiri, atau penemuan konsep yang baru
sama sekali. (1999: 80).
Kreatifitas bertolak dari yang sudah ada, dari kebudayaan, tradisi. Secara dikotomis, kebudayaan
merupakan sesuatu yang sudah tersedia, sudah ada sebelum individu kreatifitas. Kebudayaan
sifatnya statis, tertutup, aman, imanen- manusia dapat hidup dan aman di dalamnya. Seseorang
harus belajar, mengkondisikan daripada kebudayaan tempatnya dilahirkan dan hidup. Sementara
itu kreativitas bersifat dinamis, terbuka, bebas, tidak biasa, penuh resiko (tidak aman dan
nyaman) serta transeden (Jakob Sumardjo, 2000: 80).
Kebudayaan adalah bentuk jamak dari kata budi dan daya yang berarti cinta, karsa dan rasa. Kata
budaya berasal dari bahasa Sangsekerta yaitu budhayah-buddhi (budi/akal). Dalam bahasa
Inggris culture, belanda cultur, bahasa latin colera (mengolah, mengerjakan, mengembangkan
tanah). Menurut E.B. Tylor, budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat-istiadat dan kemampuan
yang dimiliki oleh anggota masyarakat. Sedangkan Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan
adalah keseluruhan sistem gagasan , milik diri manusia dengan belajar (M. Setia Elly,  2008).
Kreatifitas, seni serta kebudayaan saling berkaitan dan berhubungan. Walaupun kreativitas
bertolak belakang dengan kebudayaan, dalam proses penciptaan karya seni kebudayaan dapat
dijadikan sebagai ide/gagasan dalam berkreatifitas mewujudkan karya. Terutama seniman di
kalangan akademis  seperti mahasiswa jurusan seni, budaya dijadikan sebagai ide dalam
perwujudan karya seni. Melalui budaya seniman berkreatifitas akan melahirkan karya yang lebih
tinggi nilainya. Karena karya tersebut akan menggambarkan realitas sosial, tradisi, adat istiadat
dan sistem pemerintahan suatu daerah.
 PEMBAHASAN
Kreatifitas Seniman dalam Berkarya
Menurut Jakob Sumardjo dalam buku Filsafat Seni (2000) menjelaskan kreativitas muncul kalau
muncul obsensi dalam diri manusia kreatif. Obsensi muncul kalau yang diinginkan individu tak
sesuai dengan kenyataan di luar dirinya. Manusia kreatif bukanlah manusia kosong mental.
Manusia kreatif adalah manusia yang memiliki gambaran suatu sikap baru, pandangan baru,
konsep baru, sesuatu yang sifatnya esensial. Semua merupakan gambaran invidual bertabrakan
dengan kenyataan yang tak sesuai. Maka terjadilah kondisi gelisah, tak nyaman,  tak sesuai, tidak
senang. Ketenangan jiwa akan tercapai apabila ada kesesuian, di sinilah orang yang kreatif
menemukan apa yang dicarinya, disingikan secara intuisi, nalar dan rasa indrawi. Kreatifitas
muncul tidak hanya dorongan perasaan tetapi melibatkan kebenaran intuitif. Jadi kreatifitas
selalu dimulai dengan ketidakpuasan batin.
Proses kreatif dimulai dari dalam diri manusia berupa pikiran, perasaan atau imajinasi kreatif
manusia kemudian dituangkan menggunakan media dan teknik tertentu, sehingga melahirkan
karya-karya kreatif . Utami Munandar  menyatakan bahwa secara luas kreativitas bisa berarti
sebagai potensi kreatif, proses kreatif dan produk kreatif. Proses kreativitas melalui kegiatan seni
adalah jalan sebaik-baiknya yang dapat dilakukan sebab melakukan kegiatan seni berarti terjadi
suatu proses kreatif (Eny Kusumastut, 1990).
Dorongan kreatifitas pada dasarnya berasal dari tradiisi itu sendiri atau masyarakat
lingkungannya. Setiap seniman dilahirkan dalam masyarakat tertentu dengan tradisi tertentu.
Tradisi seni telah ada sebulum adanya seniman. Setiap karya merupakan kekayaan tradisi seni
atau masyarakat pada mulanya juga karya yang kreatif pada zamannya. Seniman kreatif adalah
seniman yang peka terhadap lingkungan hidunya. Baik tradisi budaya maupun kekayaan fakltual
lingkungan (Jakob Sumardjo, 2000).
Berdasarkan pendapat di atas menurut Herman Von Helmholtz (dalam Winardi dalam Bastomi
1990) proses kreasi melalui tiga tahapan, yaitu : Pertama, tahap saturation yaitu pengumpulan
fakta-fakta, data-data serta sensasi-sansasi yang digunakan oleh alam pikiran sebagai bahan
landasan untuk melahirkan ide-ide baru. Hal ini, semakin banyak pengalaman atau informasi
yang dimiliki oleh seniman mengenai masalah atau tema yang digarapnya semakin memudahkan
dan melancarkan dirinya dalam proses menciptakan karya seni.
Kedua, tahap incubation yaitu tahap pengendapan. Semua data informasi serta pengalaman-
pengalaman yang telah terkumpul kemudian diolah dan diperkaya dengan masukan-masukan
dari alam prasadar seperti intuisi, di sinilah seniman berimajinasi tinggi untuk mendapatkan
karya yang baru.
Ketiga, tahap illumination, merupakan tahap terakhir dalam kreasi, apabila informasi dan
pengalaman sudah lengkap, penyusunan sempurna. Maka tahap ini mengekpresikan wujud karya
seni yang diinginkan.
Menciptakan karya seni dalam konteks kreasi baru tidak selalu adanya perubahan sedemikian
radikal. Perubahan itu harus merupakan suatu perubahan yang mendasar, yang prinsipil.
Perubahan itu bias berupa perubahan komposisi, bentuk, penampilan, konsep atau tujuan karya
(A.A. M Djelantik, 1999).
Jadi proses kretifitas dalam melahirkan karya seni tidak selamanya harus melahirkan sesuatu
yang belum ada. Aka tetapi kreatifitas menuntut seniman menciptkan sesuatu yang berbeda dari
sebelumnya. Pada dasarnya karya seni berangkat dari realitas sosial. Begitu juga dengan
kreatifitas seniman dalam berkarya, mewujudkan karya berangkat dari realita, lingkungan,
budaya yang telah dialami akan tetapi dalam kreasi yang baru. Kreasi yang baru merupakan
proses kreatif seniman dalam mencari ide dan mewujudkan karya seni.
 Budaya Sebagai Ide Kreatifitas Seniman Berkarya
Hubungan manusia dengan kebudayaan dijelaskan Hari Poerwanto (2000: 50) “Bahwa manusia
dan kebudayaan merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan, sementara itu pendukung
kebudayaan mahkluk manusia itu sendiri. Sekalipun makhluk manusia akan mati, tetapi
kebudayaan yang dimilkinya akan diwariskan pada keturunannya, demikian seterusnya”.
Kroeber dan Kluckhohn (dalam Endaswara, 2006:4) menyebutkan definisi kebudayaan dapat
digolongkan menjadi tujuh hal, yaitu Pertama, kebudayaan sebagai keseluruhan hidup manusia
yang komplek, meliputi hukum, seni, moral, adat istiadat dan segala kecakapan lain, yang
diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kedua, menekankan sejarah kebudayaan, yang
memandang kebudayaan sebagai warisan tradisi. Ketiga, menekankan kebudayaan yang bersifat
normatif, yaitu kebudayaan dianggap sebagai cara dan aturan hidup manusia, seperti cita-cita,
nilai dan tingkah laku. Keempat, pendekatan kebudayaan dari aspek psikologis, kebudayaan
sebagai langkah penyesuaian diri manusia kepada lingkungan sekitarnya. Kelima kebudayaan
dipandang sebagai struktur, yang membicarakan pola-pola dan organisasi kebudayaan serta
fungsinya. Keenam, kebudayaan sebagai hasil perbuatan atau kecerdasan. Ketujuh, definisi
kebudayaan yang tidak lengkap dan kurang bersistem.
Kebudayaan sebagai salah suatu sistem yang melingkupi manusia pendukungnya, dan
merupakan suatu faktor yang menjadi dasar tingkah laku manusia. Baik kaitannya dalam
lingkungan fisik maupun lingkungan sosial budaya. Bagaimanapun keadaan suatu lingkungan
akan menggambarkan kebudayaannya (Hari Poerwanto, 2000: 60)
Seni sebagai ungkapan kreativitas manusia akan tumbuh dan hidup apabila masyarakat masih
memilihara dan mengembangkannya sampai lahirnya budaya baru dari kesenian tersebut. Seni
sebagi produk budaya yang selalu berhadapan dengan masyarakat, karena kesenian selalu
memberikan pesan atau amanat tentang kehidupan. Sehingga karya seni yang diciptakan mampu
berkomunikasi dengan penikmatnya.
Suatu karya seni memiliki kekuatan untuk menyampaikan pesan kehidupan, yang biasa
tersimpan di balik wujud fisiknya. Telah dikemukakan, karya seni yang hidup adalah karya seni
yang memiliki kekuatan berdialog dengan penikmatnya, bisa membangkitkan komunikasi, bisa
mendendangkan cerita visi dan misi yang diembannya, sungguh dialog itu adalah komunikasi
antara seniman dengan penikmatnya (Gustami, 2004:13).
Proses penciptaan sebuah karya seni selalu berhubungan dengan aktifitas manusia yang disadari
atau disengaja. Kesengajaan orang mencipta seni mungkin melalui persiapan yang lama dengan
perhitungan-perhitungan yang matang dan proses penggarapannya pun mungkin memakan waktu
yang cukup lama pula. Hasil seni yang dicapai melalui proses penciptaan yang melalui
perhitungan teknis biasanya bersifat rasional. Hasil seni yang dicapai melalui proses penciptaan
yang melalui perhitungan rasional akan mengandung estetika intelektual. Sementara itu hasil seni
yang diciptakan berdasarkan perasaan biasanya bersifat emosional. Estetika yang ada pada hasil
seni yang diperoleh dari aktifitas perasaan dikatakan estetika emosional (Bastomi 1990: 80).
            Karya seni yang dapat berkomunikasi dengan penikmatnya adalah karya seni yang
memilki nilai mencakup keseluran kehidupan manusia. Hal tersebut terdapat pada kebudayaan
seperti dijelaskan di atas hubungan manusia dan kebudayaan. Kesenian itu sendiri kreativitas
manusia yang tidak pernah terlepas dari konteks budaya. Jadi, proses kreatif dalam karya seni
dalam konteks budaya akan lebih mudah dinikmati oleh masyarakat dibandingkan dengan
konteks lainnya.
 Pendorong Seniman Berkreatifitas dalam Karya Seni
Proses Kreatifitas seniman muncul kerena adanya obsensi dari seniman yang kreatif.
Kemampuan obsensi tersebut muncul dalam diri individu seniman tampa di sadari. Seniman
yang kreatif akan selalu berusaha melahirkan ide yang sikapnya baru, pandangannya baru,
konsepnya baru, dan tidak pernah puas dengan yang ada.
Berdasarkan kondisi itulah seorang seniman yang kreatif akan selalu gelisah dengan keadaan,
tidak nyaman dan tidak senang apa yang sudah ada. Seniman kreatif akan selalu berusaha
mencari kesesuian dan ketenangan berdasarkan kepuasan batinnya. Apabila kepuasan batin itu
tidak tercapai, maka seniman kreatif akan terus mencari-cari ide terbaru.
Proses kreatif melahirkan ide baru dimulai dari proses berfikir, perasaan berimajinasi. Berfikir
kreatif berarti berjerih payah memproses untuk memahami ide atau konsep yang baru. Sehingga
berfikir kreatif dapat digolongkan kepada tinggkatan berpikir yang paling tinggi. Karena tidak
ada pemikiran yang lebih tinggi nilainya selain memikirkan sesuatu yang baru.
Kemudian proses kreatif tidak cukup dengan berfikir saja, akan tetapi harus diimbangi dengan
perasaan atau imajinasi. Karya seni lahir sebagian besar karena imajiansi yang tinggi, prosesnya
berupa perenugan dan menghayalkan sesuatu yang belum pernah terlihat. Sehingga sering orang
mengatakan kreatifitas seniman itu mendekati orang gila, Karena karya yang diwujudkan, sikap
yang ditampilkan dan teori yang diungkapkan di luar kebiasaan orang banyak.
Penjelasan di atas secara umum merupakan dorongan kenapa seniman ditunutut untuk
berkreativitas. Selain itu, faktor tardisi dan lingkungan juga memberikan motivasi kepada
seniman untuk kreatif dalam segala bidang. Tradisi dan lingkungan selalu ada pada diri seniman,
terkadang orang tidak menyadari lingkungan di sekeliling adalah ide yang bagus dalam
pengangkatan karya, tergantung bagaimana proses perwujudannya. Seandainya Seniman
akedimis sebagai seniman yang terdidik dan professional mampu membaca realita dan peka
terhadap lingkungan, karya yang diwujudkan akan mudah diterima oleh masyarakat.
Secara psikologis ada sepuluh pendorong kreatifitas seniman dalam menciptakan karya seni
1. Naluri: merupakan dorongan dari dalam diri individu untuk melalukan sesuatu. Seniman
dalam dirinya melahirkan kreasi-kreasi baru merupakan salah satu dari dorongan
nalurinya.
2. Ego: yaitu suatua usaha untuk melakukan suatu kegiatan sebab adanya dorongan dari
naluri. Berusaha dengan sekuat tenaga seorang seniman untuk mewujudkan karya yang
sesuai dengan konsep yang diingikan merupakan bagian dari dorongan ego terhadap diri
individu.
3. Penguatan: yaitu suatu pengokohan berupa dorongan yang kuat baik datangnya dari luar
maupun dari diri sendiri. Ketika seorag seniman berkarya, kemudian karyanya mendapat
pujian atau pemberian hadiah. Pujian dan hadiah tersebut akan memotivasi seniman
untuk mengulangi kegiatan itu lagi. Itulah yang dikatkan sebagai penguat berdasarkan
kebaiakan. Begitu juga sebaliknya, apabila mendapat kritikan terhadapa karya. Seniman
akan berusaha untuk untuk lebih baik lagi dalam berkarya.
4. Berpikir tidak biasa: merupkan suatu pola pikir di luar kebiasaan. Cara berpikir tidak
biasa memiliki tiga karakteristik, yaitu : Fluency (Kelancaran mencari
ide) Flexibility (Kelenturan dalam proses) Originality ( menampilkan keaslian karya) .
5. Kecerdasan: merupakan kemampuan untuk mengolah pikiran, emosional dan kecakapan.
Seniman yang cerdas akan berusaha melahirkan ide-ide yang lebih baik dan dapat
diterima oleh orang lain.
6. Penemuan masalah: merupakan kemampuan untuk memecahkan masalah dalam segala
kesulitan. Kesulitan yang biasanya dihadapi seniman adalah dalam proses perwujudan
karya, seniman yang kreatif tidak pernah buntu dengan ide-ide.
7. Bakat: merupakan kemampuan individu melakukan tugas atas dorongan dirinya. Orang
yang berbakat akan lebih mudah mendapat ide untuk melahirkan suatu karya.
8. Proses berpikir kreatif: merupakan suatua usaha seniman untuk menciptakan suatu ide
dan karya yang baru dan belum pernah ada yang serupa dengannya.
9. Pengeraman tidak sadar: yaitu kemampuan yang mendorong seniman untuk berkarya
dalam keadaan di alam bawa sadar.
10.  Pengeraman sadar : kemampuan yang mendorong seniman untuk berkaraya dalam
keadaan sadar.

Itulah sepuluh yang mendorong seniman untuk berkreatifitas dalam karya seni. Sangat jarang ada
pada diri seniman kesepuluh komponen tersebut. Salah satu komponen saja ada pada diri
seniman, ia telang dianggap sebagia orang yang kreatif.
Keunggulan Budaya dalam Ide Penciptaan Karya Seni
Seni sebagai ungkapan ekpresi manusia yang berangkat dari pengalaman pribadi dan realitas
sosial. Pengalaman pribadi yang mendasar dan melakat adalah tradisi atau kebiasaan sehari-hari.
Sedangkan realitas sosial terbagi dua yaitu realitas sekarang dan kejadian masa lalu (tradisi
budaya). ide seorang seniman tidak pernah lepas dari kebudayaan, kehidupan sosial, dan
pengalaman pribadi.
Manusia sebagi pencipta seni tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan, begitu juga dengan
kebudayaan merupakan hacil cipta dan karsa manusia. Meskipun manusia mati budaya akan
tetap apabila diwariskan kepada ketuturunannya. Salah satu  tempat  pewarisan budaya adalah
melalui seni. baik pengangkatan dalam kontek tradisi, atau dalam konteks modern akan tetapi
budaya tradisi tetap sebagai ide dan konsep penciptaan.
Ada beberapa unsur budaya yang dapat dijadikan sebagai landasan ide penciptaan karya seni.
1. Kehidupan sosial: Sarya seni dalam kontek sosial masa lalu, akan lebih cepat dipahami
oleh penikmat seni. karena penikmat seolah-olah merasakan apa yang wujudkan oleh
seniman. sehingga komunikasi seniman sampai kepada penikmatnya.
2. Religi/kepercayaan: Salah satu bagian terpenting dari budaya adalah kepercayaan. Karena
dapat mempengeruhi seluruh sistem budaya. Karya seni dalam konteks religi akan
mengingatkan pengkarya dan penikmat seni kepada penciptanya
3. Nilai moral: salah satu unsur budaya ini apabila dijadikan sebagai ide, karya seni akan
memberi nasehat dan amanat kepada masyarakat.
4. Adat istiadat: pada zaman globalisasi ini adat sudah mulai punah, masyarakat sudah
mengalami perubahan budaya disebabkan masuknya budaya asing. Karya seni yang
mampu mempebaiki adat istiadat di lahirkan dalam bentuk simbol-simbol.
5. Sistem pemerintahan: sebagai unsur budaya yang selalu mengikuti perkembagan zaman.
Karya seni dalam kontek sistem pemerintahan akan memberikan keritikan kepada para
pemimpin bangsa.

Itulah beberapa unsur kebudayaan yang dapat dijadikan sebagai landasan ide untuk mewujukan
karya seni.
Kesimpulan dan Saran
Seniman menciptakan  karya berangkat dari konsep tradisi kebudayaan secara tidak disadari
seorang seniman telah mengabdi kepada masyarakat. Hal ini tentu melalui karya seni telah
membangkitkan kembali nilai budaya tradisi yang sudah mulai punah. Ide penciptaan dalam
konteks budaya yang diterapkan dalam  karya seni tersebut menjadi lebih tinggi nilainya
daripada karya biasa. Tingginya nilai budaya sebuah karya akan menggambarkan pengetahuan
pengkaryanya. Dengan demikian karya seni akan mampu menembus pasar global dan dunia
industri kreatif. Kita dapat meneruskan dengan membuat nilai-nilai seni yang indah, yang paling
penting adalah melakukannya dengan penuh ketekunan dan sepenuh hati
PENUTUP
Seni sebagai ungkapan batin manusia, tidak pernal lepas dari kreatifitas dan kebudayaan.
Kreatifitas sebagai proses mencari ide seniman untuk menciptakan karya. Sedangkan
kebudayaan sebagai ide kreatif untuk mewujudkan karya, agar mudah diterima oleh masyarakat.
Proses kreatifitas mencari ide baru dan menghasilkan karya yang baru akan melahirkan
kebudayan baru juga. Sehingga seni dapat membentuk budaya melalui kreativitas seniman.
Komponen yang mendorong seniman berkreatifitas adalah adanya keinginan untuk menciptakan
sesuatu yang baru, dibekali dengan bakat, dorongan dari dalam diri dan orang lain, pemikiran
kreatif dan menyebar, dan adanya kemampuan dan keyakinan untuk mewujudkan suatu benda
seni.
Budaya sebagai landasan ide seniman dalam berkreativitas akan memudahkan seniman
berkomunikasi dengan penikmatnya. Sehingga ungkapan batin si pengkarya dapat dipahami oleh
masyarakat umum. Karya seni yang berhasil adalah karya seni yang mampu berkomunikasi
dengan penikmatnya.
Daftar Pustaka
Agam, Rameli. 2009, Menulis Karya Ilmiah, Familai Pustaka Keluarga: Yogyakarta.
Bastomi, Suwaji. 1990, Wawasan Seni Semarang, IKIP Semarang Press: Semarang.
Djelantik, A.A.M. 1999, Estettika sebuah pengantar, Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia:
Bandung.
Eny Kusumastuti, 2009, Proses Penciptaan dan Kreativitas dalam Seni dalam
jurnal humaniora proses penciptaan dan kreativitas dalam.
Iryan Syair, 2011  Tabloit Pituluik Pers ISI Padangpanjang: Padangpanjang
Koentjaningrat. 1990, Pengantar Ilmu Antropologi, PT Rineka Cipta: Jakarta.
Sumardjo, Jakob. 2000,  Filsafat Seni, penerbit ITB: Bandung.
Poerwanto, Hari. 2000. Kebudayaan dan Lingkungan dalam Perspektif Antropologi, Pustaka
Pelajar anggota IKAPI: Yogyakarta.
Tim Redaksi.1995, Kamus Besar Bahasa Indonesia,  Balai Pustaka: Jakarta
Yandri. 2009. Pengaruh Budaya Global dalam Lokalitas Budaya Tradisi. Sebuah makalah
M. Setia, Ellly dkk 2008, Ilmu Sosiial Dan Budaya Dasar, Kencan Prenada Media Group:
Jakarta.
 

Anda mungkin juga menyukai