Anda di halaman 1dari 16

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/325349020

ANALISIS FORMAL SENI LUKIS KARYA SOEGENG TOEKIO TAHUN 2000-2015

Article · July 2015

CITATIONS READS

0 2,733

1 author:

Satriana Didiek Isnanta


Institut Seni Indonesia Surakarta
15 PUBLICATIONS   2 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

KARAKTERISTIK SENI LUKIS KARYA SOEGENG TOEKO View project

All content following this page was uploaded by Satriana Didiek Isnanta on 13 July 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ISSN : 2087-0795

22 Vol. 7, No. 1, Juli 2015


ISSN : 2087-0795

PENDAHULUAN dengan interaksi antara seniman


Mengevaluasi sebuah karya dengan dirinya sendiri, sehingga
seni lukis, banyak sekali per- terjadi kontemplasi atau perenung-
masalahan terkait kelebihan serta an, yang berhubungan dengan kon-
kekurangan yang bisa diungkap, sep seninya, yaitu tentang apa,
seperti masalah ide, konsep, mengapa, kenapa, bagaimana, dan
bentuk, media dan teknik. Seni untuk apa dia berkarya seni.
rupa secara tidak langsung Keterangan di atas sesuai dengan
merupakan wilayah keilmuan yang bagian terpenting dari pandangan
sarat dengan ide kreatif yang Herbert Mead, tentang “interaksi
didukung kemampuan praktikal diri”.
dalam menyusun atau membuat „Percakapan intern„ yang dilakukan
seseorang dengan dirinya sendiri
visualisasi estetis yang dipengaruhi merupakan bagian pokok dari pan-
oleh perasaan, psikologis, maupun dangan Mead, karena merupakan
sarana dengan mana manusia
keadaan lingkungan seniman. Se- mempertimbangkan dan mengatur
diri sendiri untuk bertindak. Interaksi-
lain hal tersebut seni juga me- diri juga merupakan dasar dalam
rupakan miniatur dari sebuah reali- me-mainkan peranan, yang merupa-
kan jantung dari konsepsi perbuatan
ta yang besar, seperti pendapat manusia”. (Herbert Mead dalam
Zamroni, 1992:60)
Erich Kahler, yang dikutip Humar
Sahman, mengatakan bahwa: Munculnya karakter dalam
“Seni juga merupakan kegiatan karya seni akan menjadi lebih ber-
manusia yang menjelajahi dan
dengan ini menciptakan realitas makna dan berkembang lagi jika
baru dalam suatu cara yang di luar
akal dan berdasarkan penglihatan ada semacam interaksi dengan
serta menyajikan realita itu secara sosial masyarakatnya, sehingga
perlambang atau kiasan sebagai
sebuah kebulatan dunia kecil yang terjalin suatu hubungan antara
mencerminkan sebuah kebulatan
dunia besar”.(Sahman, 1993: 16) seniman, karya seni dan masya-
rakat sebagai penghayat atau
Keahlian dan kemampuan da apresiatornya.
lam menghasilkan realitas baru ter Pengamatan terhadap eksis-
sebut akan lebih menarik dan tensi sebuah karya seni merupakan
apresiatif ketika didukung oleh ada- usaha dalam upaya memahami
nya karakter dalam karya seni yang suatu karya seni, bisa dilakukan
dibuat. Munculnya sebuah karakter dengan beberapa pendekatan yang
dalam karya, biasanya diawali salah satunya adalah melalui kritik

Vol. 7, No. 1, Juli 2015 23


ISSN : 2087-0795

seni. Bahari mengatakan, kritik seni The chief good of art criticism is
understanding. We wish to find a
menjadi penting kehadirannya way of looking at object of art and
dalam upaya untuk memahami thingking about them with will yield
the maximum of knowledge about
esksistensi sebuah karya seni, their real or alleged merits. Work of
art yield information to the trained
yaitu memahami apa yang me- viewer, and this information is useful
latarbelakangi kehadiran suatu kar- in the forming of critical judgements.
But we are not interested in the
ya seni, memahami makna pesan information for its own sake; for the
purpose of criticism, we want to
yang disampaikan dalam karya know how that information is related
seni, dan memahami kelebihan to the excellence of the work. It is for
this reason that archaeological,
serta kekurangan dari sebuah kar- historical, or social information
derived from works of art may be
ya seni yang dihasilkan seniman. fascinating, but not necessarily
Semua hal tersebut tujuan akhirnya useful in art criticism (Feldman,
1967: 444 dalam Dharsono, 2007:
adalah supaya orang yang melihat 49)
karya seni memperoleh informasi
dan pemahaman yang berkaitan Soegeng Toekio adalah se-

dengan mutu karya seni, dan me- orang pelukis yang aktif sejak tahun

numbuhkan apresiasi serta tang- 1980-an. Pada awalnya, Soegeng

gapan terhadap karya seni tersebut Toekio membuat karya lukis

(Bahari, 2003: 3). wayang beber sesuai pakemnya di

Oleh karena itu, ketika ingin atas kain dan kaca, yang terus

memahami eksistensi seni lukis berkembang sampai sekarang.

Soegeng Toekio pada tahun 2000- Gaya lukisannya sekarang sudah

2015, maka penelitian ini menggu- ditemukannya sejak tahun 2000.

nakan pendekatan kritik seni, Lukisannya unik, ber-gaya dekoratif

karena tujuan lritik seni adalah yaitu penampilan karya yang lebih

pengertian atau pemahaman, da- mengutamakan keindahan garis,

lam hal ini dimaksudkan kita dapat bidang warna. Warna pada bidang

menemukan suatu cara untuk tidak memiliki kesan terang gelap,

menelaah suatu karya seni agar tetapi rata/datar saja. Garis di-

dapat memberikan pengetahuan usahakan lancar, rapi. Bentuk tidak

yang maksimal tentang realisasi menuruti benda aslinya, tetapi di-

serta pemanfaatannya. Feldman rekayasa demi keindahan (Kusnadi,

dalam “Art as image and idea” 1976: 29). Lukisan Soegeng Toekio

menyatakan: seperti gaya lukisan wayang beber

24 Vol. 7, No. 1, Juli 2015


ISSN : 2087-0795

yang sudah disederhanakan deng- tika visual dari karya seni lukis
an tema bebas (tidak terikat pakem Soegeng Toekio pada periode
wayang beber), yang bertolak dari tahun tersebut. Bila memperhatikan
khasanah budaya Jawa, baik hasil karya Soegeng Toekio yang
perupaan dari sumber verbal mau- menjadi topik penelitian ini, me-
pun non verbal seperti kesejarahan, munculkan bentuk-bentuk figur
mitos, legenda, wayang, cerita rak- yang menyerupai bentuk figur da-
yat, dan juga berbagai perupaan lam wayang beber yang mence-
peninggalan kuno. Keunikan karya ritakan tentang legenda, mitos,
Soegeng Toekio inilah yang akhir- cerita rakyat atau budaya dan
nya menarik perhatian untuk tradisi yang berkembang di masa
dianalisis menggunakan teori De lalu, serta pilihan komposisi dari
Witt H. Parker. pengorganisasian unsur rupa da-
lam karyanya, maka penelitian ini
cen-derung memilih teori estetika
dari De Witt H. Parker untuk
menganalisis karya Soegeng Toe-
kio pada tahun 2000-2015 tersebut.
Teori estetika De witt H.
Parker, menyebut ada 6 asas
terkait aesthetics form, yaitu : The
Principle Of Organic Unity (asas
kesatuan or-ganik), The principle of
theme (asas tema), The principle of
Gambar 01. thematic variation (asas variasi
“Panahan”, Sugeng Tukio, 90x70 cm,
akrilik di atas kanvas, 1996 tema), The principle of balance

Foto: Dok. Soegeng Toekio, 1996 (asas keseim-bangan), The


principle of evolution (asas
perkembangan), The principle of
PEMBAHASAN hierarchy (asas tata jenjang). Maka
Menjelaskan analisis formal karya seni bisa dilihat es-tetisnya
karya seni lukis Soegeng Toekio jika terkandung enam asas tersebut
pada tahun 2000-2015, maksudnya di dalam karyanya. (Gie, 1996: 34-
adalah menjelaskan tentang este- 35)

Vol. 7, No. 1, Juli 2015 25


ISSN : 2087-0795

Adapun bagan pengamatan 2000-2004 dan selanjutnya, pada


ter-kait estetika visual karya seni tahun 2005-2015.
lukis Soegeng Toekio pada tahun Oleh karena itu, dalam dalam
2000-2015 ini sebagai berikut: artikel ini akan dibagi menjadi dua
sub bab yang akan mendes-
kribsikan hasil dari analasis formal
karya Soegeng Toekio, yaitu masa
pen-carian dan masa dimana Soe-
geng Toekio telah mampu mene-
mukan gaya visual pribadinya.

A. Karya Masa Pencarian


Tahun 2000-2004

1. Sang Mantengga

Gambar. 02
Bagan Pengamatan Estetika Visual
Karya Soegeng Toekio

Setelah melakukan observasi


terhadap karya-karya Soegeng
Toekio dari tahun 2000-2015, karya
tersebut dapat dikelompokkan men-
Gambar. 03.
jadi dua bagian besar, pertama “Sang Matengga”,
akrilik di atas kain 52 X 61cm, 2000
adalah masa pencarian, dimana Foto: Dok. Soegeng Toekio (2000)
Soegeng Toekio mulai mencoba
melepaskan diri dari pakem wa- Karya berjudul Sang Ma-
yang beber dan mencari bentuk tengga ini merupakan karya pe-
gaya visualnya sendiri dan kedua, riode awal dalam usahanya untuk
adalah karya-karya yang sudah melepaskan dari pakem lukisan
mampu merepresentasikan gaya wayang beber sekaligus periode
visual Soe-geng Toekio. Pada awal karya lukis-nya yang meng-
periode pertama, berkisar tahun gunakan akrilik di atas kain. Asas

26 Vol. 7, No. 1, Juli 2015


ISSN : 2087-0795

kesatuan organis pada karya ini mencari kehidupan dari pohon


dibangun dari per-paduan berbagai tersebut, bahkan binatang pemang-
unsur bentuk figur yang ada pada sa sekalipun.
lukisan tersebut yang menggam- Komposisi dalam lukisan ini
barkan pohon hayat yang sudah simetris, Sugeng Toekio membagi
direinterpretasikan oleh Soegeng bidangnya menjadi empat bagian
Toekio. Subjek Matter karya ini yang sama, Posisi pohon hayat
adalah pohon hayat, hal ini terlihat yang diletakkan tepat di tengah-
dari posisi pohon yang terletak tengah lukisan dengan sulur yang
tepat di tengah-tengah bidang sama panjang dan dalam bentuk
lukisan. Di bawahnya ada empat yang sama pula. Posisi kuda
burung garuda dengan kepala terbang di atas pohon berada di
burung dan binatang buas. Di tengah-tengah sulur pohon dalam
pohon tersebut ada kuda bersayap posisi agal menukik, kalau dilihat
dalam posisi menukik turun ke arah dari kepala sampai kakinya tepat
pohon. Di sebelah kiri kuda ter- berada di tengah-tengah pohon. Di
sebut ada rangkaian bunga melati bawah pohon ada empat burung
yang tertata melengkung yang garuda yang letaknya berada di kiri
posisinya hampir sejajar dengan dan kanan pohon dalam posisi
bentuk awan yang ada di sebelah yang sama pula. Di dekat pohon
kanan kuda bersayap tersebut. seekor burung garuda yang
Kesatuan karya ini selain ditampilkan secara utuh dengan
dibentuk oleh komposisi figur yang warna merah bata dan di sebelah-
ada juga dibentuk oleh komposisi nya ada burung garuda berkepala
warna. Soegeng Toekio mengguna- binatang buas. Demikian juga di
kan warna yang satu tone, yaitu sebelah kananya.
warna-warna pastel yang cen- Setiap unsur yang tampak
derung kalem yang didukung oleh pada karya di atas hadir bersifat
sapuan kuas yang halus. Ide induk saling melengkapi dan memiliki
dari karya ini adalah pohon ke- fungsi masing-masing. Unsur-unsur
hidupan (hayat), yaitu pohon yang tersebut disusun dan dimunculkan
mampu memberi kehidupan bagi oleh Soegeng Toekio untuk mem-
mahkluk yang lain. Banyak bina- bangun artistika dan narasi yang
tang yang berusaha berlindung dan menyeluruh terkait dengan tema

Vol. 7, No. 1, Juli 2015 27


ISSN : 2087-0795

yang diangkat, yaitu pohon hayat/ usaha Soegeng Toekio dalam


kehidupan. Kehadiran pohon yang usahanya untuk melepaskan
melindungi mahkluk hidup, kehadir- karyanya dari pakem lukisan
an kuda terbang yang seakan wayang beber sekaligus periode
meminta perlindungan dan burung- awal karya lukisnya yang
burung sebagai penjaga pohon menggunakan akrilik di atas kain.
tersebut. Asas kesatuan organis pada karya
Kumpulan awan yang berarak ini dibangun dari perpaduan
berwarna abu-abu mengingatkan berbagai unsur bentuk figur yang
kita kepada awan mendung yang ada pada lukisan tersebut yang
memberi harapan akan hadirnya menggambarkan pohon hayat.
hujan dan kehidupan yang akan Secara fisik, kalau dilihat dari
terus berkembang (disimbolkan bentuk batang dan daunnya mirip
oleh kehadiran rangkaian bunga dengan pohon pisang. Ide induk
yang berjajar). karya ini adalah pohon tersebut, hal
ini terlihat dari posisi pohon yang
2. Pohon Hayat terletak tepat di tengah-tengah
bidang lukisan dengan ukuran yang
paling besar. Pohon hayat
digambarkan dalam bentuk pohon
pisang dengan enam tangkai daun
melengkung ke bawah. Di
bawahnya ada empat burung
berkepala kerbau dan babi hutan,
dua berada di sisi kiri dan dua di
sisi kanan pohon tersebut. Di atas
pohon pisang tersebut ada awan
berarak ke atas, lima berada di
selah kiri dan lima ada di sebelah
Gambar. 04.
“Pohon Hayat”, kanan pohon. Tepat di atas pohon
akrilik di atas kain 200 X 80 cm, 2004
tersebut ada awan besar yang
Foto: Dok. Soegeng Toekio (2004)
sedang menurun-kan hujan.
Karya berjudul Pohon Hayat Seperti halnya lukisan se-
ini termasuk karya periode awal belumnya, kesatuan organis lukisan

28 Vol. 7, No. 1, Juli 2015


ISSN : 2087-0795

ini juga dibentuk oleh unsur figur siklus alam sebagai penopang
yang dibentuk dalam gaya dan kehidupan. Keterkaitan antara air
teknik yang sama, serta tampilan dan pohon dengan siklus keber-
warna yang hampir sama. Soegeng langsungan sebuah kehidupan. Po-
Toekio menggunakan warna yang hon sebagai tema utamanya, ke-
satu tone, yaitu warna-warna pastel mudian didukung oleh awan yang
yang cenderung kalem dan di- memberi hujan dan para binatang
dukung oleh sapuan kuas yang yang berlindung di bawahnya.
halus. Tunas baru muncul menggam-
Asas keseimbangan karya ini barkan sebuah harapan baru atas
betul-betul simetris. Bagian kiri dan kerberlangsungan hidup.
kanan lukisan benar-benar sama.
Pohon pisang berada tepat di 3. Ismaya Maitri
tengah lukisan dengan posisi dan
jumlah daun yang sama persis
antara bagian kiri dan kananya. Di
bawahnya, masing-masing di se-
belah kiri maupun kanan, ada
burung berkepala kerbau dan babi
hutan dalam posisi yang sama
juga. Di atas pohon sebelah kiri dan
kanan terdapat awan berarak
dalam jumlah dan posisi yang sa-
ma. Rintik hujanpun juga demikian,
berjumlah 13, dengan satu bagian
berada tepat di tengah-tengah Gambar. 05.
“Ismaya Maitri”,
bidang lukisan dan sebelah kiri akrilik di atas kain 60 X 60 cm, 2002
maupun kanan terdapat masing- Foto: Dok. Soegeng Toekio (2002)

masing enam rintik hujan.


Dengan komposisi yang sime-
Berbeda dengan karya lu-
tris antara kiri dan kanan yang
kisan Soegeng Toekio lainnya,
sama pesrsis, Soegeng Toekio
karya berjudul Ismaya Maitri ini,
seolah-olah ingin menggambarkan
secara visual rasa tradisinya masih
sebuah keteraturan, seperti halnya

Vol. 7, No. 1, Juli 2015 29


ISSN : 2087-0795

cukup kental. Figur yang ditam- Asas keseimbangan dalam


pilkan adalah tokoh wayang purwa, karya ini menggunakan pembagian
dewa Ismaya atau biasa disebut bidang yang simetris. Induk tema
Semar. Asas kesatuan organis berupa Semar yang berbentuk
dalam karya ini dibentuk oleh wajah diletakkan dipojok kiri bawah
bentuk dan warna yang senada. se-dangkan figur Semar utuh ber-
Bentuk yang ditampi-lkan dalam jajar di antara awan diletakkan
karya ini menampilkan figur wajah pada bidang lukisan sebelah kanan
Semar dan tokoh Semar secara agak ke atas. Pada sisi kanan
utuh yang direpitisi sebanyak tiga bawah untuk mengisi kekosongan
kali. Munculnya bentuk awan dan Soegeng Toekio meletakkan ta-
sulur-suluran tanaman di antara naman sulur-suluran yang hampir
wajah Semar dan figur Semar menjangkau tepi sisi kanan bidang
secara utuh justru menyatukan lukisan. Hal ini diseimbangkan
unsur bentuk yang ada pada lu- dengan bentuk gulungan awan
kisan tersebut. Komposisi bentuk yang diletakkan pada sisi kiri atas
tersebut didukung dengan perpadu- lukisan.
an warna-warna kalem dengan Semar bagi orang jawa
aksen warna satu tone yang kalem adalah tokoh yang bersifat sabar,
pula. pengasih, tidak pernah susah atau
Ide induk atau tema utama mengeluh dan pengayom. Tiga
karya ini adalah tokoh Semar yang buah wajah Semar yang melihat ke
ditampilkan secara berulang-ulang atas dengan gradasi warna yang
sebagai pengembangan tema. semakin lama semakin memudar
Pertama adalah wajah Semar yang seperti gambaran perjalanan hidup
diletakkan pada budang bawah seseorang yang pada akhirnya
lukisan, menghadap ke atas dan akan menghilang meninggalkan
direpetisi sebanyak tiga kali dengan dunia yang fana ini.
warna yang berbeda, dari warna Di sisi yang lain, di atasnya
merah bata, oranye dan coklat tampak tiga Semar yang berbaris
muda sekali. Seolah-olah sedang bergerak melangkah ke depan.
melihat Tiga Semar lain dengan Berbaris, melangkah, bergerak atau
warna yang berbeda-beda di atas maju ke depan pada intinya adalah
awan sedang berjalan beriringan. gerak atau dalam bahasa jawa

30 Vol. 7, No. 1, Juli 2015


ISSN : 2087-0795

adalah “obah”. Obah dalam ideom 4. Perang Tanding


jawa juga berarti kerja, “ora obah
ora mamah”, kalau tidak bergerak
(kerja) maka orang tidak dapat
mamah (makan). Maka bagi orang
jawa, kerja adalah daya hidup
sekaligus bentuk kemandirian,
Gambar. 06
karena untuk hidup orang jawa “Perang Tanding ”, akrilik di atas
kertas 60 X 60 cm, 2 panel, 2000
tidak bergantung pada belas Foto: Dok. Soegeng Toekio (2000)
kasihan orang lain tetapi dari obah-
nya sendiri.
Karya bertajuk “Perang Tan-
Berdiri berbaris berurutan
ding” ini adalah periode awal
secara rapi, mengisyaratkan bahwa
Soegeng Toekio membuat figur-
dalam obah-nya orang jawa juga
figur manusia dengan gaya visual
harus teratur atau mengikuti aturan
wayang beber. Induk tema pada
yang ada tidak bisa seenaknya
lukisan ini adalah peperangan
sendiri. Semua ada aturannya, ada
antara tentara VOC Belanda
urutannya, ada waktunya, maka
dengan prajurit mataram. Karya
tidak boleh gege mangsa atau
yang terdiri dua panel ini,
terburu-buru karena semua itu
meletakkan prajurit Ma-taram pada
pada waktunya akan menerima
satu panel dan tentara VOC
rejekinya sendiri-sendiri. Seperti
Belanda pada panel yang lain.
penggambaran tanaman yang se-
Kesatuan organis karya ini
dang berbunga dalam lukisan ini,
terletak dari bagaimana Soegeng
dimana bunga pada waktunya pasti
Toekio membuat posisi hadap para
akan mekar dengan sendirinya,
prajurit Mataram yang menghadap
tidak perlu tergesa-gesa.
ke kanan dan tentara VOC meng-
hadap ke kiri sehingga berkesan
berhadap-hadapan. Meskipun ber-
beda panel tetap terasa bahwa
karya tersebut menjadi satu ke-
satuan.

Vol. 7, No. 1, Juli 2015 31


ISSN : 2087-0795

Tema karya tersebut dikem- membawa tombak. Di atasnya


bangkan dengan kemunculan figur berjajar figur-figur satria dalam
tokoh-tokoh wayang di atas prajurit wayang purwa.
Mataram dan tentara VOC. Di atas Sedangkan di panel kedua,
prajurit Mataram berjejer tokoh- komposisinya sama. Ada beberapa
tokoh satria pada wayang purwa tetara sedang jongkok dengan me-
sedang-kan di atas tentara Kom- megang senapan. Di sebelah
peni berjejer para raksasa. kanan-nya agak ke depan ada
Karyanya cukup detil, meski- meriam dan bendera Belanda. Di
pun penggambaran figure manusia belakang me-riam tersebut ada
menggunakan teknik penggambar- Jenderal atau komandan pasukan
an pada wayang beber yang pipih, yang sedang member arahan dan
tetapi kalau diamati lebih dekat di belakangnya berbaris sambil
setiap tokoh yang ditampilkan membawa senapan. Di atas tentara
mempunyai wajah yang berbeda- tersebut berjajar figur-figur buto/
beda. Teknik pewarnaannya meng- raksasa dalam wa-yang purwa.
gunakan teknik sungging yang Secara keseluruhan, dalam
menggunakan gradasi (hal ini akan karya ini, Soegeng Toekio seakan
hilang pada karya Soegeng Toekio ingin menceritakan tentang pe-
yang sekarang). perangan antara kebaikan dan
Asas keseimbangan pada keburukan, antara yang baik dan
kar-ya ini masih seperti pada karya- yang jahat. Dalam karya ini ada
karya Soegeng Toekio lainnya, satu kejanggalan, yaitu pada
yaitu membagi bidang secara penggam-baran prajurit Mataram
simetris. Panel pertama sekum- yang sedang jongkok dengan
pulan prajurit yang sedang jongkok membawa perisai dan tombak.
dengan membawa perisai dan Perisai dibawa oleh tangan kanan
tombak, tampak palung depan dan tombak dibawa dengan tangan
tombaknya diberi panji-panji simbol kiri. Seolah-olah, para prajurit yang
kerajaan Mataram. Di belakangnya sedang jongkok itu semuanya
ada senapati atau panglima perang kidal. Ini bukan sesuatu yang
yang naik kuda sedang memberi lumrah dalam budaya jawa.
arahan dan di belakangnya ber-
baris prajurit yang siaga sambil

32 Vol. 7, No. 1, Juli 2015


ISSN : 2087-0795

B. Karya Soegeng Toekio organis dalam karya ini dibentuk


Tahun 2005-2015
dari berbagai citraan visual yang
mendukung suasana proses ritual
1. Ruwatan
ruwatan. Ada tiga nasi tumpeng
ber-ada di tengah bidang kanvas,
dan di sekelilingnya bewrkumpul
orang-orang yang duduk bersila
ditikar. Dengan santai merek meng-
obrol. Di kejauhan ada seseorang
yang duduk di lincak (kursi panjang
dan lebar untuk duduk, biasanya
terbuat dari bambu). Orang ter-
sebut seperti menunjuk ke arah
anglo kecil yang di atasnya berisi
kemenyan yang dibakar di atas
arang. Apinya menyala, membum-
bung tinggi ke atas. Di atasnya ada
sosok kepala raksasa yang meng-
hadap ke bawah.
Ide induk dari karya ini adalah
ruwatan. Ide induk ini kemudian di-
kuatkan dengan kehadiran ber-
bagai macam bentuk visual dan
suasana yang mereferensikan pe-
ristiwa ruwatan, seperti keberadan
tiga nasi tumpeng, membakar
Gambar. 07
kemenyan yang dikuatkan dengan
“Ruwatan ”,
akrilik di atas kertas 120 X 60 cm, 2008 tepas (alat untuk mengipasi bara
Foto: Dok. Soegeng Toekio (2008) agar tetap menyala) yang terge-
letak di dekatnya.

Karya bertajuk “Ruwatan” ini Selain itu, keberadaan orang-

diciptakan oleh Soegeng Toekio orang yang ada di sekitar tumpeng

pada tahun 2008. Menceritakan sedang duduk bersila dan seorang

tentang prosesi ruwatan. Kesatuan yang duduk sendirian seperti se-

Vol. 7, No. 1, Juli 2015 33


ISSN : 2087-0795

dang memberi arahan. Diperjelas duduk sendirian tepat berada di


lagi dengan kehadiran kepala garis tengah bidang gambar.
raksasa (batara kala) di atas ke- Dengan begitu, asas keseim-
menyan yang menyala. bangan dalam karya Soegeng
Keseimbangan dalam kompo- Toekio ini tetap menggunakan asas
sisi karya ini terbangun dari cara simetris, antara bawah dan atas.
meletakkan beberapa figur yang Oleh karena itu, kedudukan orang
ada dan warna yang digunakan. Di yang sedang duduk sendirian
ba-gian bawah lukisan terdapat be- dengan anglo yang menyala di
berapa figur orang yang sedang depannya seolah-olah menjadi
duduk santai mengitari tiga nasi jembatan atau penghubung antara
tumpeng berwarna putih. Ini diper- bidang bawah dan atas, antara
bandingkan dengan bagian atas dunia materi dan dunia imateri.
kanvas yang hanya diisi oleh
kepala raksasa dengan surainya 2. Palagan
berbentuk api yang menyala-nyala
berukuran besar untuk mengim-
bangi kekuatan bidang bawah
kanvas.
Asas keseimbangan itu juga
tercipta dari pilihan warna yang
dugunakan oleh Soegeng Toekio.
Pada bagian bawah warna latar
belakangnya cenderung lebih tua
Gambar. 08
(coklat tua) dari bagian atas (merah “Palagan”, 70x90 cm,
akrilik di atas kanvas, 2012
tua). Tetapi pada bidang tengah
Foto: Repro dari katalog (didiek, 2015)
muncul warna pengantara bidang
bawah dan atas (coklat), sehingga
kekontrasan warna bidang bawah Karya seni lukis yang berjudul
dan atas terjembatani oleh warna Palagan ini menceritakan tentang
bidang tengah yang intensitasnya sebuah peperangan. Ide induknya
di tengah-tengah antara bidang adalah peristiwa penyerbuan ten-
bawah dan atas. Keberadaan anglo tara Mataram terhadap benteng
yang menyala dan orang yang VOC di Batavia. Hal ini dapat dilihat

34 Vol. 7, No. 1, Juli 2015


ISSN : 2087-0795

dari pakaian prajuritnya. Pakaian SIMPULAN


para pemimpin yang berkuda Karya-karya Soegeng Toekio
semuanya meggunakan sorban bertemakan tentang legenda, mi-
dan pakaian serba putih, seperti tos, wayang, sejarah dan cerita
pakaian Pangeran Diponegara. rakyat yang berkembang dalam
Nampak nun jauh di sana, masya-rakat jawa. Kesatuan or-
ada benteng yang berdiri kokoh ganis karya Soegeng Toekio di-
terletak dipinggir pantai. Dari jauh susun berdasarkan warna yang
tampak kapal perang yang sedang hampir senada, dan bentuk figur
bersandar. yang ditampilkan meng-gunakan
Masih menggunakan warna teknik sungging wayang beber. Ide
pastel dan teknik pewarnaan induk karya Soegeng Toekio ada
dengan sapuan yang halus dan pada tema yang diangkat dalam
merata, Soegeng Toekio lebih karya tersebut, yang kemudian di-
berani dalam mengembangkan tek- kembangkan dengan kemunculan
nik penggambaran tinggi-rendah- figur-figur yang membangun se-
nya tanah, Tiga perempat bidang buah suasana yang terangkai da-
gambar pada karya ini sebetulnya lam sebuah peristiwa.
untuk menggambar-kan perjalanan Keseimbangan karya Soe-
pasukan Mataram ini. Jalan yang geng Toekio dibangun atas dasar
berliku, dan turun-naik. Ada sua- kom-posisi yang simetris, baik
sana dinamis, pergerakan pasukan horizontal maupun vertikal. Asas
melalui jalan berliku dan turun naik. tata jenjang karya Soegeng Toekio
Keseimbangan dalam karya sebagain besar menampilkan visual
ini justru dibangun oleh dua hal ide induknya lebih menonjol dan
yang diperlawankan. Pertama ada- dipo-sisikan di tengah bidang gam-
lah gerak dinamis pasukan me- bar.
lawan posisi statis benteng dan Pemilihan warna yang cen-
kapal yang sedang bersandar. derung kalem di semua karyanya,
Pasukan besar yang bergerak memang membuat karya Soegeng
dengan menggunakan tiga perem- Toekio menjadi indah. Kelihatan-
pat bidang gambar mampu di- nya, Soegeng Toekio lebih fokus
imbangi dengan kemasifan benteng pada rasa keindahannya sehingga
yang terasa sangat mis-terius. kadang-kadang kurang memper-

Vol. 7, No. 1, Juli 2015 35


ISSN : 2087-0795

hatikan suasana yang ingin di- Tahun 2011-2012”, dalam Jurnal


Brikolase Vol. 5 No. 2 Desember
bangun dalam karyanya. Misalnya,
2013. hal. 89-100
suasana perang (palagan) ditam-
Dharsono, Kritik Seni, Bandung,
pilkan dengan dominan warna lem-
Rekayasa Sains, 2007
but kehijauan. Membuat karya ter-
Humar Sahman, Mengenali Dunia
sebut menjadi tenteram tidak me-
Seni Rupa, Tentang Seni, Karya
nakutkan. Seni, Aktivitas Kreatif, Apresiasi,
Kritik dan Estetika, IKIP Semarang
Press. 1993. hlm 16
*Penulis adalah dosen Prodi.
Seni Rupa Murni ISI Surakarta Kusnadi (1976), Warta Budaya.
Dit.Jen. Kebudayaan Deprtemen P
dan K No.l dan ll th.l, 1976.

The Liang Gie, Filsafat Keindahan;


Yogyakarta: Pusat Belajar Ilmu
DAFTAR PUSTAKA
Berguna (PUBIB), 1996, hlm. 76-
78.
Bahari, Nooryan. Kritik Seni,
Zamroni. Pengantar Pengem-
Wacana Apresiasi dan Kreasi,
bangan Teori Sosial. Yogyakarta:
Penerbit Pustaka pelajar
Tiara Wacana, 1992.
Yogyakarta, 2008. hlm 3

Choidir, M, “Kajian Visual Gambar


Beber Karya Soegeng Toekio

36 Vol. 7, No. 1, Juli 2015

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai