net/publication/325349020
CITATIONS READS
0 2,733
1 author:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Satriana Didiek Isnanta on 13 July 2018.
seni. Bahari mengatakan, kritik seni The chief good of art criticism is
understanding. We wish to find a
menjadi penting kehadirannya way of looking at object of art and
dalam upaya untuk memahami thingking about them with will yield
the maximum of knowledge about
esksistensi sebuah karya seni, their real or alleged merits. Work of
art yield information to the trained
yaitu memahami apa yang me- viewer, and this information is useful
latarbelakangi kehadiran suatu kar- in the forming of critical judgements.
But we are not interested in the
ya seni, memahami makna pesan information for its own sake; for the
purpose of criticism, we want to
yang disampaikan dalam karya know how that information is related
seni, dan memahami kelebihan to the excellence of the work. It is for
this reason that archaeological,
serta kekurangan dari sebuah kar- historical, or social information
derived from works of art may be
ya seni yang dihasilkan seniman. fascinating, but not necessarily
Semua hal tersebut tujuan akhirnya useful in art criticism (Feldman,
1967: 444 dalam Dharsono, 2007:
adalah supaya orang yang melihat 49)
karya seni memperoleh informasi
dan pemahaman yang berkaitan Soegeng Toekio adalah se-
dengan mutu karya seni, dan me- orang pelukis yang aktif sejak tahun
Oleh karena itu, ketika ingin atas kain dan kaca, yang terus
karena tujuan lritik seni adalah yaitu penampilan karya yang lebih
lam hal ini dimaksudkan kita dapat bidang warna. Warna pada bidang
menelaah suatu karya seni agar tetapi rata/datar saja. Garis di-
dalam “Art as image and idea” 1976: 29). Lukisan Soegeng Toekio
yang sudah disederhanakan deng- tika visual dari karya seni lukis
an tema bebas (tidak terikat pakem Soegeng Toekio pada periode
wayang beber), yang bertolak dari tahun tersebut. Bila memperhatikan
khasanah budaya Jawa, baik hasil karya Soegeng Toekio yang
perupaan dari sumber verbal mau- menjadi topik penelitian ini, me-
pun non verbal seperti kesejarahan, munculkan bentuk-bentuk figur
mitos, legenda, wayang, cerita rak- yang menyerupai bentuk figur da-
yat, dan juga berbagai perupaan lam wayang beber yang mence-
peninggalan kuno. Keunikan karya ritakan tentang legenda, mitos,
Soegeng Toekio inilah yang akhir- cerita rakyat atau budaya dan
nya menarik perhatian untuk tradisi yang berkembang di masa
dianalisis menggunakan teori De lalu, serta pilihan komposisi dari
Witt H. Parker. pengorganisasian unsur rupa da-
lam karyanya, maka penelitian ini
cen-derung memilih teori estetika
dari De Witt H. Parker untuk
menganalisis karya Soegeng Toe-
kio pada tahun 2000-2015 tersebut.
Teori estetika De witt H.
Parker, menyebut ada 6 asas
terkait aesthetics form, yaitu : The
Principle Of Organic Unity (asas
kesatuan or-ganik), The principle of
theme (asas tema), The principle of
Gambar 01. thematic variation (asas variasi
“Panahan”, Sugeng Tukio, 90x70 cm,
akrilik di atas kanvas, 1996 tema), The principle of balance
1. Sang Mantengga
Gambar. 02
Bagan Pengamatan Estetika Visual
Karya Soegeng Toekio
ini juga dibentuk oleh unsur figur siklus alam sebagai penopang
yang dibentuk dalam gaya dan kehidupan. Keterkaitan antara air
teknik yang sama, serta tampilan dan pohon dengan siklus keber-
warna yang hampir sama. Soegeng langsungan sebuah kehidupan. Po-
Toekio menggunakan warna yang hon sebagai tema utamanya, ke-
satu tone, yaitu warna-warna pastel mudian didukung oleh awan yang
yang cenderung kalem dan di- memberi hujan dan para binatang
dukung oleh sapuan kuas yang yang berlindung di bawahnya.
halus. Tunas baru muncul menggam-
Asas keseimbangan karya ini barkan sebuah harapan baru atas
betul-betul simetris. Bagian kiri dan kerberlangsungan hidup.
kanan lukisan benar-benar sama.
Pohon pisang berada tepat di 3. Ismaya Maitri
tengah lukisan dengan posisi dan
jumlah daun yang sama persis
antara bagian kiri dan kananya. Di
bawahnya, masing-masing di se-
belah kiri maupun kanan, ada
burung berkepala kerbau dan babi
hutan dalam posisi yang sama
juga. Di atas pohon sebelah kiri dan
kanan terdapat awan berarak
dalam jumlah dan posisi yang sa-
ma. Rintik hujanpun juga demikian,
berjumlah 13, dengan satu bagian
berada tepat di tengah-tengah Gambar. 05.
“Ismaya Maitri”,
bidang lukisan dan sebelah kiri akrilik di atas kain 60 X 60 cm, 2002
maupun kanan terdapat masing- Foto: Dok. Soegeng Toekio (2002)