Anda di halaman 1dari 12

Subscribe to DeepL Pro to translate larger documents.

Visit www.DeepL.com/pro for more information.

p-ISSN 2541-1683|e-ISSN 2541-2426


Harmonia: Jurnal Penelitian dan Pendidikan Seni 23 (1) (2023), 132-140
Tersedia secara daring di
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/harmonia DOI:
http://dx.doi.org/10.15294/harmonia.v23i1.37716

Ikonografi: Kaligrafi Sunda sebagai Ekspresi Artistik Identitas

Agung Zainal Muttakin Raden1,2🖂, Rustopo Rustopo1, Timbul Haryono3, Dendi


Pratama4

Seni Indonesia Surakarta, Indonesia


1Institut

2Universitas Indraprasta PGRI Jakarta,


Indonesia 3Universitas Gadjah Mada, Indonesia
4Politeknik
Bina Madani, Indonesia

Diajukan: 2022-07-17. Direvisi: 2023-02-12. Diterima: 2023-04-06

Abstrak

Aksara Sunda merupakan salah satu aksara tradisional Indonesia. Keberadaan aksara Sunda
masih terus dilestarikan oleh para pegiat budaya dan komunitas literasi aksara Sunda, salah
satunya melalui kaligrafi aksara Sunda. Artikel ini akan menganalisis kaligrafi aksara Sunda
karya Edi Dolan yang diposting di media sosialnya. Kaligrafi Sunda yang akan dibahas adalah
kaligrafi yang berbentuk wayang, hewan, dan manusia. Kaligrafi Sunda tersebut akan ditinjau
melalui pendekatan ikonografi. Ikonografi memiliki tiga tingkatan dalam menganalisis objek,
yaitu (1) Pra-ikonografi, yaitu mendeskripsikan aspek formal objek; (2) Ikonografi, yaitu
menginterpretasikan citra, cerita, dan metafora; (3) Analisis isi melalui pengungkapan seluk-
beluk objek. Hasil penelitian menguraikan aspek-aspek formal yang terdapat pada objek
kaligrafi Sunda, sehingga menghasilkan pemaknaan multidimensi yang dibangun dari gambar,
cerita, dan makna objek yang bersifat multidimensi, sehingga menunjukkan korelasi yang utuh
dari semua aspek tersebut dalam mengekspresikan identitas Sunda.

Kata kunci: artistik, kaligrafi, ekspresi, identitas, aksara Sunda

Bagaimana cara mengutip: Raden, A. Z. M., Rustopo, R., Haryono, T. & Pratama, D. (2023). Ikonografi: Kaligrafi Sunda
sebagai Ekspresi Artistik Identitas. Harmonia: Jurnal Penelitian dan Pendidikan Seni Rupa, 23(1), 132-140

PENDAHULUAN artefak budaya dikumpulkan, lalu lihatlah


untuk pola-pola yang mendasari formasi
Bahasa dan etnisitas berkaitan tetap.
dengan identitas yang melekat, dengan Orang Sunda adalah orang yang
bahasa sebagai pembeda dengan etnis bahasa ibunya adalah bahasa Sunda.
lain. Suku Jawa dan Sunda adalah dua Melalui bahasa Sunda nilai-nilai budaya
etnis yang mendiami pulau Jawa, dan Sunda diekspresikan. Masyarakat Sunda
keduanya memiliki kemiripan. Suku Jawa mengungkapkan nilai-nilai tersebut
dan Sunda memiliki budaya, bahasa, dan melalui perilaku sehari-hari, melalui
masakan yang sangat mirip, dan suku benda-benda yang mereka ciptakan.
Sunda merupakan suku yang mendiami Bahasa dan artefak merupakan manifestasi
wilayah Jawa bagian barat (Syam et al., dari nilai-nilai kolektif masyarakat Sunda.
2021). Karakteristik tersebut dapat dilihat Wujud budaya dianalisis untuk
ketika seluruh orang Sunda menemukan pola-pola dasar yang menjadi
gagasan dan nilai yang diharapkan dapat
🖂Penulis yang berkorespondensi: diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari
E-mail: agung.zainalmr@unindra.ac.id (Su

132
Agung Zainal Muttakin Raden dkk., Ikonografi: Kaligrafi Sunda sebagai Eksistensi Seni 133

Mardjo, 2003, hlm. 297). bentuk boneka. Kaligrafi


Salah satu koleksi masyarakat Sunda
adalah aksara. Aksara Sunda yang
berkembang saat ini berbeda dengan
aksara Sunda pada abad ke-14 hingga
abad ke-18, namun memiliki fungsi yang
sama sebagai representasi visual bahasa.
Aksara Sunda memiliki perbedaan bentuk
dengan aksara daerah lain di Indonesia.
Aksara Sunda dapat diekspresikan dalam
berbagai media dan bentuk, termasuk di
dalamnya adalah font dan kaligrafi Sunda.
Kaligrafi Sunda merupakan objek seni
yang terlihat menarik dan indah.
Dalam menulis kaligrafi, bagian
tubuh seniman termasuk kepala, mata,
tangan, jari, dan lengan. Pergerakannya
real-time dan sangat dinamis. Kaligrafi
dengan bentuk geometris dapat
memengaruhi emosi dan karakter,
sehingga menciptakan karya seni yang
indah secara estetika (Kao et al., 2021).
Huruf kaligrafi adalah bentuk seni
rupa yang berupa instrumentasi dan
figurasi (Meliha, 2013). Kaligrafi
merupakan salah satu bentuk seni yang
ditampilkan dalam berbagai budaya dan
bahasa. Kaligrafi adalah teknik bentuk
untuk membuat tulisan tangan yang indah
(Raden et al., 2019). Setiap kaligrafi memiliki
ciri khas dan tampilan yang berbeda yang
menunjukkan keaslian budaya dan bahasa.
Kaligrafi adalah sebuah kerajinan
yang memiliki hubungan dengan
kehidupan, manusia, agama, dan
komunikasi sejak zaman gua. Dengan
demikian, kaligrafi telah berfungsi sebagai
kendaraan di mana pandangan,
pengetahuan, identitas, dan kehidupan
telah tertanam kuat di seluruh genetika
(Boukerroui, 2013). Kaligrafi adalah
sebuah bentuk desain kreatif. Berbagai
macam ekspresi komposisi yang
melibatkan bentuk dan penggambaran
berulang yang bertujuan untuk
mengembangkan, mengadaptasi, dan
menyempurnakan. Komposisi kaligrafi
terdiri dari elemen-elemen (huruf-huruf)
dan relasi (susunan relatif dari huruf-
huruf) yang mendefinisikan keseluruhan
organisasi (Moustpha & Krishnamurti,
2001).
Kaligrafi adalah kaligrafi yang
membentuk suatu objek. Objek-objek ini
termasuk benda-benda yang hidup,
makhluk khayalan, dan bangunan dalam
134 Harmonia: Jurnal Penelitian dan Pendidikan Seni 23 (1) (2023): 132-140

atau kaligrafi figuratif paling sering


dikaitkan dengan seni Turki pada abad
ke-16 (Meliha, 2013). Kaligrafi figuratif
terdiri dari banyak gaya dan bentuk.
Jenis-jenis kaligrafi figuratif antara lain:
(1) Kaligrafi antropomorfis, manusia
sebagai objek dalam kaligrafi; (2)
Kaligrafi zoomorfis, hewan sebagai objek
dalam kaligrafi;
(3) Kaligrafi Botani, tumbuhan sebagai
objek dalam kaligrafi; (4) Kaligrafi
Arsitektur, bangunan dan benda buatan
manusia sebagai objek dalam kaligrafi;
(5) Kaligrafi Lanskap, bumi, gunung, dan
lautan sebagai objek dalam kaligrafi; dan
(6) Kaligrafi Arab, elemen geometris dan
bentuk asimetris sebagai objek dalam
kaligrafi.
Kaligrafi aksara Sunda yang akan
dianalisa dalam artikel ini adalah karya
seorang kaligrafer bernama Edi Dolan.
Selain sebagai kaligrafer, Edi Dolan juga
merupakan seorang seniman. Karya-
karya kaligrafinya banyak diunggah di
media sosialnya. Selain menampilkan
keindahan, karya kaligrafi aksara Sunda
ini juga mengenalkan identitas Sunda
dari huruf dan figur yang terbentuk.

METODE

Artikel ini menggunakan analisis


ikonografi dari Erwin Panofsky.
Panofsky berpendapat bahwa ikonografi
adalah cabang dari teori seni yang
berkaitan dengan subjektivitas atau
makna dari karya seni, bukan bentuknya
(Panofsky, 1972, hlm. 3). Teori ini terdiri
dari tiga tingkatan pendekatan dalam
melakukan kajian. Ketiga tingkatan
pendekatan tersebut dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1 menjelaskan berbagai
tingkatan yang digunakan Panofsky
untuk menganalisis ikonografi.
Ikonografi memiliki tiga tingkatan untuk
menganalisis sebuah karya seni. Tingkat
pertama disebut analisis materi pokok
atau analisis pra-ikonografi. Level ini
didasarkan pada aspek formalistik seperti
garis, bentuk, warna, dan tekstur. Selain
aspek formalistik, level ini juga
menggunakan aspek perseptual seperti
harmoni, ritme, keseimbangan, dan
proporsi.
Agung Zainal Muttakin Raden dkk., Ikonografi: Kaligrafi Sunda sebagai Eksistensi Seni 135

Tabel 1. Analisis Erwin Panofsky titas, dan budaya Sunda. Dalam dunia
Objek Interpretasi Tindakan Penafsiran media sosial, budaya Sunda mendapatkan
Subjek utama atau De- skrip pra- perhatian dan penekanan penting dalam
alami, (A) faktual, (B) ikonografi (Dan setiap pembahasannya. Hal ini didasari
ekspresif yang analisis formal semu.) oleh aktivitas pengguna media sosial yang
membentuk dunia
dibangun berdasarkan unsur budaya
motif artistik.
Sunda (Iskandar, 2012, h. 111).
Materi pelajaran Analisis ikonografi
sekunder/konvensional dalam arti kata y a n g
Media sosial memberikan
, merupakan dunia lebih sempit pengalaman dan cara baru bagi sebuah
gambar, cerita, dan komunitas untuk berinteraksi,
alegori. berkomunikasi, dan bertukar informasi.
Makna atau konten Interpretasi ikonografis Semua itu dapat menciptakan identitas
intrinsik, merupakan dalam arti yang lebih visual untuk mengirimkan identitas Sunda
dunia "simbolis". dalam (Ikonografis
nilai " cal". sintesis).
di dalam komunitas. Umumnya, orang
Sumber: (Musa & Abdullah, 2017) Sunda bangga dengan identitas budaya
daerahnya. Namun, Sumardjo
Aspek perseptual diperlukan untuk berpendapat, masyarakat Sunda tidak akan
mendukung aspek formalistik. sepakat ketika ditanya apa identitas
Tingkat kedua disebut analisis budaya Sunda itu. (Sumardjo, 2003, h.
subjek sekunder atau konvensional, yang 297).
juga dikenal sebagai analisis deskriptif
ikonografis. Tingkat ini mengungkapkan Jampe (Mantra)
makna kedua: interpretasi terhadap Karya pertama berjudul jampe, atau
gambar, stilasi, dan metafora. yang dikenal sebagai mantra. Jampe
Subjeksubjek sekunder adalah studi adalah sebuah kata berupa mantra yang
tentang kaligrafi Sunda dengan teks, dianggap memiliki energi yang bersifat
gambar, dan hubungan multidimensi. alamiah.
Tingkat ketiga adalah analisis
intrinsik atau analisis konotatif atau
interpretasi ikonologi. Interpretasi
ikonologi bertujuan untuk mengungkap
makna intrinsik dan nilai-nilai yang
terkandung dalam sebuah fenomena seni
(Panofsky, 1972, hlm. 6-7). Makna yang
terkandung dalam setiap kaligrafi Sunda
dalam artikel ini akan dianalisis.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kaligrafi Sunda
Bentuk-bentuk kaligrafi Sunda yang Gambar 1. Karakter Semar disusun dalam
akan dianalisis diambil dari media sosial kaligrafi aksara Sunda dengan kata-kata yang
Edi Dolan. Karya-karya kaligrafi Edi disusun sebagai "jampe"
Dolan sangat banyak dengan berbagai
aksara, misalnya aksara Jawa, Pe- gon, Gambar 1 menunjukkan sebuah
dan aksara Sunda. Namun, hanya kaligrafi kaligrafi Sunda yang disebut jampe
Sunda yang akan dianalisis dalam artikel (mantra). Teks jampe yang berbunyi
ini. Alasan pemilihan karya seni ini adalah jampe-jampe harupat, geura cageur geura
melihat keterkaitan antara bentuk, aksara, tobat (mantra pengharapan, lekas sembuh,
dan identitas Sunda. Identitas Sunda di lekas bertobat) terdiri dari tokoh-tokoh
media sosial memiliki keterkaitan dengan pewayangan. Kaligrafi figuratif tersebut
segala aspek seperti aspek wilayah, terbentuk dari garis-garis lengkung
identitas dengan kontras tipis dan tebal. Tekstur
yang terdapat pada kaligrafi adalah tekstur
semu yang halus. Warna latar belakang
dari kaligrafi ini
136 Harmonia: Jurnal Penelitian dan Pendidikan Seni 23 (1) (2023): 132-140

berwarna coklat muda dengan tinta hitam. kebenaran. Figur Semar dipilih untuk
Penyusunan aksara Sunda untuk bentuk ini karena Semar merupakan tokoh
membentuk figur menghasilkan yang paling dihormati. Semar juga
keselarasan sehingga bentuk figur dapat merupakan tokoh yang memiliki sifat yang
diekspresikan. Irama terdiri dari
pengulangan garis lengkung pada bagian
depan dan belakang. Keseimbangan
simetri terlihat pada Kaligrafi Sunda ini
dengan sumbu yang terletak di tengah-
tengah kertas, membuat kaligrafi ini
terlihat proporsional. Kontras tipis-tebal
pada goresan yang membentuk kepala dan
tangan memberikan gambaran proporsi
yang lengkap. Bentuk Semar dalam
kaligrafi morfis wayang mudah dikenali.
Hal ini dapat dilihat dari anatomi
tubuhnya yang memiliki identitas yang
jelas (Raden & Qeis, 2019).
Kaligrafi Sunda ini membentuk
sosok Semar. Semar adalah tokoh
punakawan dalam cerita pewayangan.
Kaligrafi figuratif ini disebut kaligrafi
morfis wayang. Gaya yang digunakan
dalam morfis wayang ini adalah kaligrafi
eksperimental yang dilakukan oleh para
seniman, menciptakan gaya kaligrafi
kontemporer (Raden & Qeis, 2019).
Spiritual Jawa menempatkan Semar
sebagai sosok yang sangat bijaksana dan
memiliki banyak keahlian (Halimah et al.,
2020). Semar juga memiliki pemahaman
tentang budaya Triloka (tiga dunia), yang
terdiri dari dunia dewa, raksasa, dan
manusia (Raden & Qeis, 2019). Semar
adalah sosok yang setia mendampingi
Pandawa. Semar merupakan sosok yang
bijaksana dan juga mendampingi
Pandawa, sehingga sering dimintai nasihat
dan pertimbangan atas permasalahan yang
terjadi.
Semar, terkadang juga disebut Ki
Lu- rah Semar yang juga dikenal sebagai
guru atau pemimpin agung (Pamong Agung)
atau Kyai Semar, juga merupakan guru atau
pemimpin agung bagi orang lain. Se- mar
merupakan seorang guru dan pemimpin,
penuntun jasmani dan rohani para ksatria
(Hab- sy, 2017).
Wujud Semar yang digambarkan
dalam kaligrafi ini terdiri dari kata-kata
jampe-jampe harupat geura cageur geura
tobat. Mantra ini memiliki makna untuk
menyembuhkan jiwa yang disebabkan
oleh perilaku seseorang yang bertentangan
dengan ajaran Tuhan. Bertaubat berarti
kembali ke jalan Tuhan atau ke jalan
Agung Zainal Muttakin Raden dkk., Ikonografi: Kaligrafi Sunda sebagai Eksistensi Seni 137

dianggap sebagai wahyu i l a h i (cahaya


ilahi) untuk membentuk moral yang baik
(welas asih, gotong royong), penyayang,
dan berorientasi pada manusia (Habsy,
2017).
Interpretasi dari kaligrafi ini adalah
refleksi diri. Penyembuhan jiwa hanya
dapat dilakukan dengan melakukan
penebusan dosa yang sesungguhnya,
dengan tidak mengulanginya lagi.
Mantra ini sangat populer di kalangan
masyarakat Bali. Jampé-jampé harupat
adalah mantra atau nyanyian yang
biasanya dinyanyikan atau diucapkan
oleh orang tua kepada anaknya. Mantra
ini biasanya diucapkan agar anak kecil
segera tumbuh besar dan bisa berlari.
Tumbuh besar dan bisa berlari di sini
berarti seorang anak yang siap
menghadapi kehidupan di masa depan,
namun dalam kaligrafi ini, seniman
sedikit mengubah mantra tersebut untuk
merespon fenomena yang terjadi di
Indonesia saat ini. Mantra dianggap
memiliki kekuatan magis, orang yang
membacanya memiliki kekuatan
spiritual, dan orang yang membaca
mantra tersebut akan merasakan
dampaknya. Mantra ini
ditransformasikan ke dalam bentuk
kaligrafi Semar. Bentuk ekspresi ini
berasal dari kearifan lokal Indonesia dan
perwujudan ketuhanan.

Edun (Gila)
Karya kedua berjudul edun. Edun
adalah sebuah kekaguman terhadap
sesuatu yang po- sitif atau untuk
mengekspresikan sesuatu yang kacau
dalam masyarakat.

Gambar 2. Karakter Rahwana disusun


dalam kaligrafi aksara Sunda dengan
pupuh asmarandana berjudul "Edun"
138 Harmonia: Jurnal Penelitian dan Pendidikan Seni 23 (1) (2023): 132-140

Gambar 2 menunjukkan sebuah mon) raja.


kaligrafi Sunda yang dibentuk dari teks Interpretasi antara teks dan
edan- edan jaman akhir, banyak yang visualisasi sosok Rahwana memiliki
bertingkah gila, yang sakit jiwa melongo, keterkaitan. Rahwana sebagai raja dari
kalah saing jatah pe- ran, jin setan jingkrak para raksasa dan raksasa memiliki sifat
jingkrak, tambah teman sorak seru, sang yang serakah. Kata-kata yang membentuk
alim takut kuwalat (Gila di zaman akhir, sosok Rahwana merupakan puisi
banyak yang bertingkah gila, sakit jiwa tradisional Sunda yang dikenal dengan
melongo, kalah saing jatah, tambah teman sebutan pupuh. Pupuh adalah puisi dalam
sorak seru, sang alim takut kuwalat). Jin bahasa Sunda yang dibawakan dalam
setan berjingkrak-jingkrak, tambah teman bentuk tembang (sekar) sesuai dengan
sorak-sorai. Orang alim takut berbuat jahat), aturan pola kalimat tertentu (Damayanti &
terdiri dari tokoh pewayangan. Nurgiyantoro, 2018).
Kaligrafi figuratif ini terbentuk dari Kaligrafi ini menggambarkan
lekukan dan garis lurus dengan kontras sebuah feno-mena yang terjadi saat ini.
tipis-tebal. Tekstur yang terdapat pada Lemahnya budaya literasi membuat
kaligrafi ini adalah tekstur halus semu, masyarakat mudah terprovokasi.
sapuan kuas dan motif pada bagian Sehingga, banyak orang yang bersaing
kepala. Warna latar belakang kaligrafi ini secara tidak sehat, mudah tertipu, yang
adalah coklat muda, dengan tinta hitam pada akhirnya membuat situasi menjadi
dan tinta merah. Aksara Sunda disusun kacau. Tafsir kaligrafi Dasamu- ka Sunda
menjadi sebuah bentuk yang ini berlawanan dengan kaligrafi Semar
menghasilkan keselarasan sehingga yang berasal dari Jawa Tengah. Di sisi
bentuk figur dapat terekspresikan. Irama lain, Semar menekankan kerja sama yang
dalam kaligrafi adalah pengulangan penuh kasih sayang, sementara Dasamuka
lekukan pada sisi kiri dan kanan tubuh dan menekankan kebencian dan perpecahan.
tangan. Keseimbangan simetri terlihat
pada gambar ini dengan sumbu di tengah Jago (Ayam Jantan)
kertas. Kontras tipis-tebal pada goresan Karya ketiga berjudul Jago. Jago
kepala dan tangan menunjukkan proporsi diartikan sebagai ayam jantan. Ayam jago
yang lengkap. merupakan simbol hewan dalam berbagai
Sosok yang dibentuk dalam kaligrafi budaya, kepercayaan, dan agama.
ini adalah Dasamuka (sepuluh wajah),
atau dikenal sebagai Rahwana. Rahwana,
Raja Alengka dalam cerita pewayangan
Nusantara, adalah raja dari tiga dunia. Jin,
setan mendiami dunia bawah, dunia tengah
dihuni oleh manusia, dan dunia atas
adalah tempat tinggal para Dewa.
Rahwana adalah seorang pertapa dan
penyembah Siwa yang setia (Murtana,
2018). Rahwana adalah simbol otoritas
dengan karakter raksasa sekaligus
antagonis dalam cerita Ramayana.
Rahwana juga terkenal di India dan
Sri Lanka. Rahwana di Sri Lanka selain Gambar 3. Karakter Ayam Jago digambarkan
sebagai raksasa dan raja iblis juga dalam kaligrafi aksara Sunda dengan teks
dikatakan sebagai penutur bahasa hela, berjudul "Jago".
yang merupakan bahasa asli non-
Sanskerta yaitu bahasa Sinhala, dan juga Gambar 3 menunjukkan sebuah
penguasa Lanka, yang berkali-kali lipat kaligrafi Sunda yang dibentuk dari teks
lebih besar daripada pulau Sri Lanka Aing Ja- gona Jago, Cag (Saya adalah
(Sanmugeswaran et al., 2019). Dalam juara dari semua guru, ingatlah itu).
mitologi Hindu, Rahwana juga dikenal Kaligrafi ini
sebagai rakshasa berkepala banyak (de
Agung Zainal Muttakin Raden dkk., Ikonografi: Kaligrafi Sunda sebagai Eksistensi Seni 139

ligrafi termasuk ke dalam kaligrafi Jaipongan (Tarian Sunda)


zoomorphic. Dalam kaligrafi zoomorphic, Karya keempat berjudul Jaipongan.
hewan dijadikan sebagai objek kaligrafi Jaipongan berakar dari ketuk tilu, sebuah
(Raden et al., 2019). istilah umum untuk berbagai tradisi tarian
Kaligrafi figuratif terbentuk dari pergaulan di Jawa Barat (Spiller, 2011).
garis lengkung dengan kontras tebal-tipis.
Tekstur yang terdapat pada kaligrafi ini
adalah tekstur semu yang halus. Warna
latar belakang kaligrafi ini adalah coklat
muda dengan tinta hitam. Aksara Sunda
disusun menjadi sebuah bentuk yang
menghasilkan keselarasan sehingga
bentuk figur dapat terekspresikan. Irama
dalam kaligrafi adalah pengulangan
lekukan pada bagian ekor. Tombak
asimetri yang ditunjukkan pada gambar
ini dengan bobot visual sebagian besar
berada di sebelah kanan gambar. Goresan Gambar 4. Karakter perempuan yang sedang
pada kepala, paruh, jengger, sayap, ekor, menari jaipon- gan disusun dalam kaligrafi
dan kaki menunjukkan proporsi yang aksara Sunda dengan teks berjudul
lengkap. Kaligrafi Sunda ini dibentuk dari "Jaipongan".
teks Aing Jagona Jago, Cag (Aku adalah
juara dari semua guru, ingatlah itu). Gambar 4 menunjukkan kaligrafi
Interpretasi dari ayam jantan adalah aksara Sunda yang dibentuk dari teks
bahwa ada berbagai macam budaya, Jaipongan (tarian Sunda). Jaipongan
kepercayaan, dan agama. Menurut cerita adalah kombinasi dari tarian ketuk tilu dan
rakyat di Chiangrai, orang Achaea pen- cak silat. Jaipongan adalah murni
membagi ayam menjadi tiga klasifikasi; Indonesia atau, lebih tepatnya, berasal dari
yang pertama adalah ayam hutan merah, dan bergaya Sunda (Manuel & Baier,
yaitu ayam dari dunia roh untuk 1986).
dikonsumsi, bukan untuk ritual; yang Kaligrafi figural ini terlihat seperti
kedua adalah ayam umpan yang memiliki ikon yang sedang menari. Kaligrafi ini
status lebih tinggi karena berada di antara dibuat dari garis-garis lengkung dengan
dunia roh dan manusia; yang ketiga kontras yang tipis dan tebal. Tekstur yang
adalah ayam kampung, yaitu ayam dari terdapat pada kaligrafi ini adalah tekstur
dunia manusia. Ayam jenis ini sering semu yang halus. Warna latar belakang
digunakan untuk konsumsi dan kaligrafi ini adalah coklat muda dengan
persembahan dalam ritual yang berfungsi tinta hitam. Aksara Sunda disusun
sebagai perantara antara suku Akha menjadi sebuah bentuk yang
dengan roh leluhur (Sujachaya & Sitisarn, menghasilkan keselarasan sehingga
2005). bentuk figur dapat terekspresikan. Irama
Budaya Tionghoa percaya bahwa dalam kaligrafi adalah pengulangan garis
ayam adalah makhluk yang tidak salah lengkung pada bagian tangan dan kaki.
lagi, percaya diri, berani, dan perfeksionis. Keseimbangan simetri terlihat pada
Secara historis, simbolisme ayam gambar ini dengan sumbu di tengah
menghadirkan makna sakral sebagai kertas. Kontras tipis-tebal pada goresan
representasi kekuatan. Masyarakat kepala, tangan dan kaki menunjukkan
Nusantara memelihara ayam jantan dalam proporsionalitas yang lengkap. Kaligrafi
cerita-cerita rakyat yang menarik seperti figuratif ini dibentuk dari kata jaipongan.
Cindelaras, Ciung Wanara, dan I La Interpretasi dari jaipongan adalah
Galigo. Masyarakat Nusantara sebuah tarian yang memiliki nilai estetika,
memandang ayam jantan sebagai hewan gerakan yang dinamis dan intens yang
yang melambangkan kekuatan, kekuasaan, mencerminkan karakter wanita Sunda.
dan keberanian. Tari jaipongan merupakan media
pergaulan yang dibentuk
140 Harmonia: Jurnal Penelitian dan Pendidikan Seni 23 (1) (2023): 132-140

oleh situasi hiburan rakyat yang terdiri interaksi manusia termasuk interaksi dan
dari penyaji dan penonton secara pemikiran dalam saluran teknologi (Jenks,
bersamaan (Nurhasanah, 2018). Jaipongan 2017, h. 10).
selalu diidentikkan dengan tarian yang Teknologi informasi telah
sensual dan erotis. Tari jaipongan menyebabkan
merupakan ungkapan rasa syukur dan
kesabaran yang diasosiasikan dengan
masyarakat agraris dengan proses melak
(menanam) dan metik (memetik atau
memanen). Gerakan-gerakan dalam
jaipongan terdiri dari gerakan cepat dan
lambat. Gerakan cepat merupakan simbol
dari rasa syukur, sedangkan gerakan
lambat merupakan simbol dari kesabaran.
Tari jaipongan merupakan simbol kesuburan.
Selain sebagai ekspresi artistik,
keempat foto karya Edi Dolan ini juga
berfungsi sebagai ekspresi identitas
Sunda. Upaya mempertahankan budaya
lokal di era global perlu dilakukan,
sehingga wacana tentang identitas
menjadi penting. Fenomena budaya saat
ini muncul ketika media layar menyebar
dalam kehidupan manusia. Tampilan layar
ingin memotivasi bahwa gambar memiliki
keunggulan dibandingkan teks.
Transformasi dari budaya berbasis tulisan
menjadi budaya berbasis gambar
membuka babak baru dalam komunikasi
yang disebut dengan bahasa hiper-visual
(Song, 2012, h. 12). Media sosial
merupakan sarana baru untuk
mengekspresikan dan mengapresiasi
identitas diri di tengah masyarakat global.
Mirzoeff berpendapat, yang dimaksud
dengan teknologi visual adalah semua
peralatan yang didesain untuk dilihat atau
untuk meningkatkan penglihatan alamiah,
mulai dari lukisan cat minyak hingga
televisi dan internet (Mirzoeff, 2009, hlm.
3). Penemuan kembali budaya Sunda yang
telah lama hilang.
re dan identitas secara tidak sadar muncul
di media sosial dan muncul dari ide
individu hingga fenomena yang
berkembang. Dalam menyampaikan ide-
ide visual, media sosial menjembatani
kesenjangan antara masa lalu dan masa
kini. Media sosial juga memberikan
pengalaman estetis bagi penggunanya,
bertukar gambar dan informasi, serta
membangun komunikasi linier antara
pemilik akun dan jaringan pertemanan di
dalamnya. Jenks berpendapat bahwa
budaya adalah kategori yang lebih nyata
dan kolektif. Budaya yang dihasilkan dari
Agung Zainal Muttakin Raden dkk., Ikonografi: Kaligrafi Sunda sebagai Eksistensi Seni 141

budaya era digital yang disebut dengan perupa, dan relasi antara teks dan figur.
budaya siber. Lebih jauh lagi, Selain
komunikasi dan interaksi dibangun
melalui ruang-ruang virtual (dunia
maya). Aksara Sunda dikirim di media
sosial sebagai bentuk penemuan kembali
identitas di era global. Cyber-cultu- re
menjadi wahana transfer budaya nyata
untuk mengakses artefak- artefak tersebut
secara langsung.

KESIMPULAN

Orang Sunda adalah orang yang


menggunakan bahasa ibu bahasa Sunda.
Aksara dan bahasa mereka berbeda
dengan aksara etnis lainnya. Aksara
Sunda memiliki bentuk yang kaku,
berbeda dengan aksara Jawa yang
memiliki bentuk yang dinamis. Aksara
ini dapat digunakan pada perangkat di-
gital untuk berkomunikasi dan sebagai
sarana ekspresi seni.
Huruf kaligrafi berbentuk
instrumentasi seni visual dan figuratif.
Kaligrafi adalah kerajinan yang memiliki
hubungan dengan kehidupan, manusia,
agama, dan komunikasi sejak zaman gua.
Kaligrafi aksara Sunda yang akan
dianalisis dalam artikel ini adalah karya
seorang kaligrafer bernama Edi Dolan.
Karya-karya Edi Dolan di atas
membuktikan eksistensi, identitas, dan
ekspresi kaligrafi Sunda di media sosial.
Penggunaan aksara Sunda dalam
kaligrafi lebih mengedepankan aspek
estetika dan nilai artistik yang merupakan
pencapaian akhir dari sebuah karya. Di
sisi lain, dalam bidang bahasa dan
komunikasi aspek informasi dan
kejelasan pesan menjadi hal yang sangat
penting. Untuk itu, aturan penulisan yang
ketat diatur untuk mencegah terjadinya
disinformasi dan miskomunikasi.
Penggunaan aksara Sunda dalam
karya kaligrafi dimaksudkan untuk
mencapai nilai artistik. Oleh karena itu,
aturan penulisan yang ketat tidak
diperlukan. Perajin bereksperimen dan
bereksplorasi dengan bentuk, ukuran, dan
karakter. Hasil eksperimen dan eksplorasi
tersebut berupa figur. Hasil
eksperimentasi dan eksplorasi adalah
figur. Eksplorasi dilakukan untuk
menciptakan visual yang terinspirasi dari
fenomena kekinian, pengalaman estetik
142 Harmonia: Jurnal Penelitian dan Pendidikan Seni 23 (1) (2023): 132-140

Selain pencapaian artistik dan estetika, Manuel, P., & Baier, R. (1986).
identitas yang lebih mengedepankan Jaipongan: Musik Populer Asli Jawa
penyajian melalui kaligrafi aksara Sunda Barat. Asian Music, 18(1), 91.
adalah nilai yang lebih penting. https:// doi.org/10.2307/834160
Meliha, T. (2013). Representasi figural
UCAPAN TERIMA KASIH dalam kaligrafi Arab. Epiphany
Jurnal Kajian Transdisipliner, 6(2).
Kami mengucapkan terima kasih Mirzoeff, N. (2009). Pengantar budaya vi-
kepada Edi Dolan, seorang kaligrafer sual. Routledge.
aksara Sunda, Jawa, Ca- rakan, Pegon, Moustpha, H., & Krishnamurti, R. (2001).
dan Arab atas kontribusinya dalam Kaligrafi Arab: Sebuah Eksplorasi
mendiskusikan fenomena budaya ini dan Komputasi. Konferensi Internasional;
karya-karyanya yang ditampilkan dan 3, Matematika dan Desain, Januari
dikaji dalam artikel ini. 2001, 294-306.
Murtana, I. N. (2018). Implikasi Plus dan
REFERENSI Minus Perilaku Rahwa- na Terhadap
Kehidupan Sosial Moden Indonesia.
Boukerroui, M. T. (2013). Kaligrafi: A Ve- Dalam E. T. Sulistyo,
hicle untuk Refleksi Diri. H. Ardi, D. A. Nugraha, & R. A.
Damayanti, D., & Nurgiyantoro, B. Bu- diman (Eds.), 3rd International
(2018). Kearifan Lokal sebagai Con- ference on Art, Language, and
Bahan Pembelajaran: Nilai-Nilai Culture (pp. 30-36). Universitas
Pendidikan Karakter dalam Pupuh Sebelas Ma- ret.
Sunda. Jurnal Pendidikan dan https://jurnal.uns.ac.id/icalc/
Pembelajaran (EduLearn), 12(4), article/view/28306
676. https://doi.org/10.11591/edu- Musa, E. I., & Abdullah, S. (2017). Analisis
learn.v12i4.9291 Ikonologi Gaya Hidup Peranakan In-
Habsy, B. A. (2017). Model konseling timate: Studi Kasus Lukisan Seri
wayang semar. COUNS-EDU: The Woman, Oh! Karya Sylvia Lee Goh.
International Journal of Counseling Wacana Seni Jurnal Wacana Seni, 16,
and Education, 2(1), 19. https://doi. 135-162. https://
org/10.23916/002017024410 doi.org/10.21315/ws2017.16.6
Halimah, L., Arifin, R. R. M., Yuliariat- Nurhasanah, E. (2018). Analisis Situasi
iningsih, M. S., Abdillah, F., & Su- Pertunjukan pada Tari Jaipong
tini, A. (2020). Mendongeng melalui sebagai Tradisi Lisan di Desa
pertunjukan wayang golek: Cara Tanjungme- kar, Karawang. KnE
praktis dalam memasukkan Social Sciences, 3(9), 38.
pendidikan karakter pada anak usia https://doi.org/10.18502/
dini. Cogent Education, 7(1), kss.v3i9.2608
1794495. https://doi. Panofsky, E. (1972). Studi Ikonologi: Tema-
org/10.1080/2331186X.2020.1794495 tema Humanistik dalam Seni pada
Iskandar, S. (2012). Identitas Visual Masa Reformasi (B. Nelson, Ed.).
Kesenian dalam Ranah Media Sosial. Westview Press.
In Visual Budaya Sunda dan esai-esai Raden, A. Z. M., Andrijanto, M. S., & Su-
lainnya mengenai kebudayaan Sunda karwo, W. (2019). Kaligrafi Figuratif:
(pp. 108-120). Yayasan Pusat Studi Aspek Artistik, Magis, dan Religius
Sunda. dalam Lukisan Kaca Cirebon. 1(1), 1-
Jenks, C. (2017). Studi Kebudayaan 13.
(R. Kusmini P, Ed.). Pustaka Raden, A. Z. M., & Qeis, M. I. (2019). Anak
Pelajar. Kao, H. S. R., Xu, M., & Kao, T. anjing
T. (2021). petmorfik: Memadukan Budaya
Kaligrafi, Psikologi, dan Pribadi Lokal untuk Mencapai Struktur
Sastrawan Konghucu. Psikologi dan yang Berbeda dalam Kaligrafi
Masyarakat Berkembang, 33(1), 54- Figuratif. Ty-
72. https://doi.
org/10.1177/0971333621990449
Agung Zainal Muttakin Raden dkk., Ikonografi: Kaligrafi Sunda sebagai Eksistensi Seni 143

poday 2019 - Tipografi Eksperimental, Sujachaya, S., & Sitisarn, C. (2005). Makna
1-10. dan Peran Anak Ayam dalam
Sanmugeswaran, P., Fedricks, K., & Henry, Pandangan Hidup Akha. MANUSYA,
J. W. (2019). Merebut kembali 8(3), 62-79. https://doi.
Rahwana di Sri Lanka: Pendewaan org/10.1163/26659077-00803005
Rahwana oleh Buddha Sinhala dan Sumardjo, J. (2003). Simbol-Simbol Artefak
Tanggapan Tamil. Asia Selatan: Budaya Sunda: Tafsir-Tafsir Pantun
Jurnal Studi Asia Selatan, 42(4), 796- Sunda. Kelir.
812. https://doi. Syam, A. F., Waskito, L. A., Rezkitha, Y.
org/10.1080/00856401.2019.1631900 A. A., Simamora, R. M., Yusuf, F.,
Song, H. (2012). Penciptaan Perso- na Danchi, K. E., Bakry, A. F., Arnelis,
Digital : Identitas Visual di Facebook Mulya, E., Siregar, G. A., Sugihar-
melalui Layar. Lund University. tono, T., Maulahela, H., Doohan, D.,
Spiller, H. (2011). Tari Sunda sebagai Miftahussurur, M., & Yamaoka, Y.
Praktik atau Tontonan: Semuanya (2021). Helicobacter pylori pada
Hap- pening di Kebun Binatang. keturunan Melayu Indonesia mungkin
Dalam B. Abels (Ed.), Austronesian diimpor dari etnis lain. Gut
Soundscapes Per- formasi Seni di Pathogens, 13(1), 36. https://doi.
Oseania dan Asia Tenggara (hlm. 45- org/10.1186/s13099-021-00432-6
70). Amsterdam University Press.
https://doi.
org/10.1515/9789048508112-005

Anda mungkin juga menyukai