Anda di halaman 1dari 16

Representasi Budaya dalam Novel...

(Ichsan Mantovani, Wildan, & Yusri Yusuf) 203

REPRESENTASI BUDAYA DALAM NOVEL PUTROE NENG


KARYA AYI JUFRIDAR
oleh

Ichsan Mantovani*, Wildan**, & Yusri Yusuf**


ichsan_mantovani@gmail.com, wildan@fkip.unsyiah.ac.id,
& yusri.yusuf@fkip.unsyiah.ac.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan unsur-unsur budaya yaitu, (1) kepercayaan, (2)
nilai, (3) norma dan sanksi, (4) teknologi, (5) simbol, (6) bahasa, dan (7) kesenian. Selain
itu,peneliti juga mendeskripsikan teknik representasi melalui penyampaian langsung dan
tidak langsung. Sumber data penelitian ini adalah novel Putroe Neng karya Ayi Jufridar.
Selanjutnya, data penelitian ini yaitu unsur-unsur budaya dan teknik representasi yang
terdapat dalam novel Putroe Neng karya Ayi Jufridar. Penelitian ini tergolong dalam
penelitian jenis kualitatif dan menggunakan metode deskriptif. Teknik pengambilan data
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik analisis isi. Hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa Ayi Jufridar merepresentasikan budaya dalam novelnya yang berjudul
Putroe Neng secara apik. Peneliti menemukan tujuh unsur kebudayaan pada novel tersebut,
yaitu unsur kekepercayaan, nilai, norma dan sanksi, teknologi, simbol, bahasa dan
kesenian. Dalam novel ini teknik representasi budaya disampaikan secara langsung dan
tidak langsung. Representasi tidak disajikan secara gamblang/langsung tetapi disajikan
melalui ikon, indeks, dan simbol melalui kata yang memiliki makna konotasi.
Kata Kunci: Novel, Representasi, Unsur-unsur Budaya, Teknik Representasi

ABSTRACT

This study aims to describe the elements of culture that is, (1) belief, (2) values, (3) norms
and sanctions, (4) technology, (5) symbol, (6) Language, and (7) art. In addition,
researchers also describe representational techniques through direct and indirect delivery.
The source of this research data is novel Putroe Neng by Ayi Jufridar. Furthermore, this
research data is the elements of culture and representational techniques contained in novel
Putroe Neng by Ayi Jufridar. This research belongs to qualitative type research and use
descriptive method. The data retrieval technique used in this research is content analysis
technique. The results of this study can be concluded that Ayi Jufridar represents culture in
his novel Putroe Neng nicely. Researchers found the seven elements of culture in the
novel, the element of trust, values, norms and sanctions, technology, symbols, language,
and art. In this novel the technique of cultural representation is delivered directly and
indirectly. Representations are not presented explicitly but presented via icons, indexes,
and symbols through words that have connotation meaning.
Keywords: Novel, Representation, Cultural Elements, Representation Technique

*
Mahasiswa Jurusan PBSI FKIP Unsyiah
**
Dosen Jurusan PBSI FKIP Unsyiah
204 JIM PBSI Vol. 3 No. 3; Juni 2018:203-218

Pendahuluan Representasi dapat berwujud kata,


Penelitian ini berkenaan dengan gambar, sekuen, cerita, dan sebagainya
representasi budaya. Representasi yang mewakili ide, emosi, fakta.
budaya yang dimaksudkan dalam Representasi tidak terlepas daripada
kajian ini terkait dengan unsur budaya tanda dan citra yang sudah ada dan
dan teknik representasi. Penelitian ini dipahami secara kultural. Dalam
dilakukan untuk mendeskripsikan pembelajaran bahasa dan penandaan
unsur-unsur budaya dan budaya yang yang bermacam-macam atau sistem
terepresentasi dalam karya sastra, yaitu tekstual secara timbal
novel Putroe Neng karya Ayi Jufridar. balik.Representasi merupakan
Karya sastra merupakan karya manusia hubungan antara konsep-konsep dan
yang memuat pengalaman hidup bahasa yang menunjuk pada dunia
dengan berbagai problematika yang yang sesungguhnya dari suatu objek,
dihadapi dan dirasakan. Sesuai dengan realitas atau pada dunia imajiner
hakikatnya, tiap-tiap karya seni tentang obyek fiktif, manusia atau
merepresentasikan dimensi-dimensi peristiwa (Hermawan, 2011:234).
kebudayaan tertentu. Karya sastra, Karya sastra disampaikan dengan
melalui medium bahasa metaforis menggunakan bahasa, baik lisan
konotatifnya, berfungsi untuk maupun tulis. Sastra merupakan suatu
menampilkan kembali berbagai “seni bahasa”, yakni cabang seni yang
peristiwa kehidupan manusia. menggunakan bahasa sebagai
Tujuannya adalah agar manusia dapat mediumnya. Selanjutnya, sastra adalah
mengidentifikasikan dirinya dalam karya fiksi yang merupakan hasil
rangka menciptakan suatu kehidupan kreasi berdasarkan luapan emosi yang
yang lebih bermakna (Ratna, 2005: spontan yang mampu mengungkapkan
424). aspek estetik baik yang didasarkan
Permasalahan budaya dalam aspek kebahasaan maupun aspek
karya sastra adalah hal yang menarik makna (Fananie, 2002:7). Melalui
untuk dibahas. Alasan penulis meneliti karya sastra, penulis mampu
budaya dalam novel Putroe Neng karya memberikan pemahaman, dan wawasan
Ayi Jufridar karena novel tersebut kepada pembaca terhadap lingkungan
menceritakan pengaruh dua manusia dengan memenuhi kebutuhan
kebudayaan antara pihak Nian Nio estetis.Hal ini dikarenakan dalam karya
Liang Khie dengan pihak Sultan sastra terkandung nila-nilai yang
Meurah Johan. Pengaruh kebudayaan menarik minat pembaca untuk
yang dibawa oleh Nian Nio Liang Khie menikmati suatu karya sastra.
secara tidak langsung sudah dianut Budaya adalah suatu cara hidup
oleh masyarakat Aceh dengan tetap yang berkembang dan dimiliki bersama
menyesuaikannya dengan aturan oleh sebuah kelompok orang dan
Islam. Oleh karena itu, penulis diwariskan dari generasi ke generasi.
tertarik meneliti kajian tentang Budaya terbentuk dari banyak unsur
representasi budaya pada novel rumit, termasuk sistem agama, politik,
tersebut. Jadi penulis ingin melihat adat istiadat, bahasa, pakaian, bangunan,
bagaimana Ayi Jufridar dan karya seni. Para pakar antropologi
merepresentasikan budaya dalam budaya Indonesia umumnya sepakat
karyanya. bahwa kata “Kebudayaan” berasal dari
Representasi yaitubahasa sebagai kata sansekerta buddhayah yang
media dalam mengungkapkan merupakan bentuk jamak dari buddhi
sesuatuyang bermakna atau yang berarti “budi”, atau “kekal”. Secara
mempresentasikan kepada orang lain. etimologi kata “kebudayaan” berarti hal
Representasi Budaya dalam Novel... (Ichsan Mantovani, Wildan, & Yusri Yusuf) 205

yang berkaitan dengan akal. Dengan yang berarti “budi”, atau “kekal”. Ada
demikian kebudayaan dapat diartikan sarjana lain yang mengupas kata budaya
sebagai “hal-hal yang bersangkutan sebagai suatu perkembangan dari
dengan budi atau akal”, jadi “ budaya” majemuk budi-daya, yang berarti “budi
adalah “daya dari budi” yang berupa dari daya”. Karena itu mereka
cipta, karsa dan rasa. (Koentjaraningrat, membedakan “budaya” dari
2002 : 181). Tylor turut mentakrifkan “kebudayaan”. Demikianlah budaya
budaya seperti berikut: “Satu adalah “daya dari budi” yang berupa
keseluruhan yang kompleks cipta, karsa dan rasa itu. Dalam istilah
mengandung pengetahuan, “antropologi-budaya” perbedaan itu
kepercayaan, kesenian, akhlak, ditiadakan. Kata budaya di sini hanya
undang-undang, adat dan kebolehan dipakai sebagai suatu singkatan dari
serta tabiat lain yang diperoleh oleh kebudayaan dengan arti yang sama.
manusia sebagai anggota masyarakat (Koentjaraningrat, 2002 : 181).
(dalam Morgan G, 1994). Pakar lain seperti Edward B.
Selanjutnya Maran (2007:38) Tylor mentakrifkan budaya seperti
berpendapatbahwa ada tujuh unsur berikut: “suatu keseluruhan yang
kebudayaan yang dapat ditemukan pada kompleks mengandungi pengetahuan
semua bangsa di dunia. Diantaranya, kepercayaan, kesenian, akhlak, undang-
kekepercayaan, nilai, norma dan sanksi, undang, adat, dan kebolehan serta tabiat
teknologi, simbol, bahasa dan kesenian. lain yang diperoleh oleh manusia
Berdasarkan uraian di atas, sebagai anggota masyarakat”(dalam
masalah dalam penelitian ini terbagi Sikana, 2008:423). Budaya juga dapat
menjadi dua, yaitu : (1) Unsur-unsur dilihat sebagai proses sosial. Penciptaan
budaya dalam novel Ayi Jufridar yang dan penggunaan makna serta lambang
berjudulPutroe Neng;(2)Teknik Ayi sudah tentu tidak berlaku secara
Jufridar merepresentasikan budaya perseorangan (Sikana, 2008:428).
dalam novel yang berjudulPutroe Budaya tidak hanya berlaku secara
Neng. Adapun tujuan penelitian yaitu: (1) individualis tetapi kelompok. Budaya
Mendeskripsikan unsur-unsur budaya akan lahir sesuai dengan kebiasaan
dalam novel Putroe Neng karya Ayi suatu masyarakat. Dapat dikatakan
Jufridar; (2) Mendeskripsikan teknik bahwa budaya antar daerah sudah pasti
representasi budaya dalam novel berbeda. Selanjutnya, Geetz,
Putroe Neng karya Ayi Jufridar. mentakrifkan budaya sebagai satu
Menurut KBBI (2003:169) budaya pensejarahan pemindahan pola-pola
berarti pikiran; akal,budi atau sesuatu makna yang terkandung dalam
yang sudah menjadi kebiasaan suatu lambang-lambang itu manusia
masyarakat yang sudah sukar diubah. berhubungan, melanjutkan dan
Budaya adalah suatu cara hidup yang membangun pengetahuan serta sikapnya
berkembang dan dimiliki bersama oleh terhadap kehidupan (dalam Sikana,
sebuah kelompok orang dan diwariskan 2008: 427).
dari generasi ke generasi. Budaya Maran (2007:38) berpendapat
terbentuk dari banyak unsur yang rumit, bahwa ada tujuh unsur kebudayaan yang
termasuk sistem agama dan politik, adat dapat ditemukan pada semua bangsa di
istiadat, bahasa, pakaian, bangunan, dan dunia. Tujuh unsur budaya itu mencakup
karya seni. Para pakar antropologi (1) kepercayaa, (2) nilai, (3) norma dan
budaya Indonesia umumnya sepakat sanksi, (4) teknologi, (5) simbol, (6)
bahwa kata “Kebudayaan” berasal dari bahasa, dan (7) kesenian.
kata sansekerta buddhayah yang Representasi merupakan
merupakan bentuk jamak dari buddhi perbuatan mewakili atau keadaan yang
206 JIM PBSI Vol. 3 No. 3; Juni 2018:203-218

diwakili. Representasi berasal dari orang yang dapat merasakannya, namun


bahasa Inggris, yaitu representation. mungkin pula ada yang agak langsung
Representasi adalah perbuatan dan seperti ditonjolkan. Selanjutnya, ada
mewakili, keadaan diwakili, apa yang dua penjelasan mengenai penyampaian
mewakili, atau perwakilan langsung dan tidak langung:
(Depdiknas,2008:1167).Hermawan(201 (1) Penyampaian Langsung
1:234) dalam pandangannya Penyampaian langsung adalah
mendefinisikanrepresentasi yaitu penulis secara eksplisit menyampaikan
menggunakan bahasa untuk maksudnya. Cara pelukisan watak tokoh
menyatakan sesuatu secara bermakna yang bersifat uraian, telling, atau
atau mempresentasikan kepada orang penjelasan, expositori. Pembaca bisa
lain. Representasi dapat berwujud kata, dengan mudah menangkap maksud yang
gambar, sekuen, cerita, dan sebagainya disampaikan penulis melalui karyanya.
yang mewakili ide, emosi, fakta dan Teknik penyampaian itu bersifat
sebagainya. Representasi bergantung komunikatif, tetapi hanya pembaca
pada tanda dan citra yang sudah ada awam saja yang menyukai kaya sastra
dan dipahami secara kultural, dalam dengan teknik penyampaian langsung
pembelajaran bahasa dan penandaan tersebut. Dilihat dari karyanya, bentuk
yang bermacam-macam atau sistem pesan yang hendak di sampaikan
tekstual secara timbal pengarang sangatlah gamblang dan lugas.
balik.Representasi merupakan Pembaca tidak harus menafsirkan secara
hubungan antara konsep-konsep dan mendetail pesannya karena pengarang
bahasa yang menunjuk pada dunia tidak membuat makna implisit dalam
yang sesungguhnya dari suatu objek, karyanya.
realitas atau pada dunia imajiner Karya sastra berfungsi sebagai
tentang obyek fiktif, manusia atau hiburan, memberikan kenikmatan
peristiwa. emosional kepada pembaca serta
Hall (1997:15) mengemukakan inteltual, oleh karena itulah karya sastra
bahwa representasi adalah sebuah berada dalam tataran karya seni yang
produksi konsep dalam pikiran melalui estetis. Apabila suatu pesan di sampaikan
bahasa. Representasi merupakan salah secara langsung, kesan pengarang terlalu
satu praktik penting yang menggurui pembaca. Penikmat karya
memproduksi kebudayaan. sastra “tingkat tinggi” kurang menyukai
Selanjutnya, Hall juga mengemukakan karya sastra seperti ini. kebutuhan
bahwa ada dua proses representasi. pengarang dari segi penyampain pesan
Pertama, representasi mental, yaitu secara langsung memang sangat
konsep tentang sesuatu yang ada di komunikatif.
kepala masing-masing individu dan
bersifat abstrak. Kedua, bahasa yang (2) Penyampaian tak Langsung
berperan penting dalam proses Pesan yang ingin disampaikan
konstruksi makna. Konsep abstrak penulis tidak secara serta merta,
yang ada di kepala harus diterjemahkan melainkan membutuhkan proses
dalam bahasa yang lazim. Setelah pengahayatan lebih intensif. Pada
kedua proses tersebut, maka kita dapat dasarnya bentuk penyampaian tak
menghubungkan konsep dan ide-ide langsung ini kurang komunikatif, karena
tentang suatu tanda tertentu. pembaca belum tentu dapat menangkap
Nurgiyantoro (1995:336) dalam apa yang sesungguhnya dimaksud
sebuah novel sendiri mungkin sekali pengarang paling tidak kemungkinan
ditemukan adanya pesan yang benar- terjadinya kesalahan tafsir berpeluang
benar tersembunyi sehingga tak banyak besar. Pembaca memiliki kesempatan
Representasi Budaya dalam Novel... (Ichsan Mantovani, Wildan, & Yusri Yusuf) 207

untuk menafsirkan secara bebas sesuai instrumen, maka peneliti harus memilki
dengan dirinya sendiri. bekal teori dan wawasan yang luas,
Kalangan pembaca menengah sangat sehinnga mampu bertanya, menganalisis,
menyukai karangan seperti ini. karena memotret, dan mengkontruksi situasi
meraka menyukai tantangan interpretasi. sosial yang diteliti menjadi lebih jelas
Hubungan antara pengarang dan pembaca dan bermakna.
adalah hubungan tidak langsung atau Sumber data penelitian ini adalah
tersirat. Kebiasaan dari karya yang novel Putroe Neng karya Ayi Jufridar.
menyampaikan pesan secara tidak Selanjutnya data penelitian ini adalah
langsung lebih menuntut kecerdasan unsur-unsur budaya dan teknik
kepada pembacanya. representasi yang terdapat dalam novel
Melalui penjelesan di atas, dapat Putroe Nengkarya Ayi Jufridar.Teknik
disimpulkan bahwa teknik representasi pengambilan data yang digunakan dalam
dibagi menjadi dua bagian. pertama penelitian ini yaitu teknik analisis isi.
teknik langsung, yaitu pemaparan Teknik analisis isi pada dasarnya
mengenai budaya dipaparkan secara jelas merupakan suatu teknik sistematik yang
oleh pengarangnya baik melalui dialog digunakan untuk menganalisis isi pesan
tokoh maupun deskripsi keadaannya. dan mengolah pesan dari suatu data
Sedangakan teknik tidak langsung, yaitu (Budd dalam Bungin, 2001:187). Adapun
cara pengarang menyampaikan maksud langkah-langkah dalam pengambilan data
dan tujuan secara tersirat melalui tanda- dengan cara menandai kosa kata, frasa,
tanda atau simbol. Hal ini dibutuhkan klausa, kalimat dan paragaf yang
kecerdasan pembaca maupun peneliti mengandung unsur budaya. Selanjutnya
dalam menginterpretasi karangannya. data yang sudah diperoleh, dimasukkan
Misalnya seseorang yang hendak dalam tabel. Subialto (dalam Bungin,
menyampaikan perasasaannya secara 2001:185) mengatakan tahap tabulasi
langsung melalui ucapan sedangkan dengan istilah coding Sheet. Pada tahap
secara tak langsung pengungkapan ini data-data yang telah ditandai dan
perasaan malalui tanda atau simbol yang diidentifikasi dimasukkan ke dalam tabel
di wakili dengan sekuntum bunga atau untuk diklarifikasi berdasarkan aspek-
tanda lainnya. aspek budaya dan representasi budaya,
yaitu penyampaian secara langsung dan
Metode Penelitian tidak langsung.
Penelitian ini tergolong dalam Sesuai dengan metode yang
penelitian kualitatif dan menggunakan digunakan, penganalisisan atau
metode deskriptif. Hal itu dikarenakan pengolahan data penelitian ini
data yang dikumpulkan dalam penelitian mengunakan teknik analisis kualitatif.
ini berupa kata-kata dalam suatu Analisis kualitatif adalah menganalisis
dokumen tertulis. Menurut Ratna data melalui hasil novel. Penelitian ini
(2004:46)metode kualitatif pada dasarnya bermaksud mendeskripsikan bagaimana
memanfaatkan cara penafsiran dengan budaya terepresentasi pada novel Putroe
penyajian dalam bentuk deskripsi. Neng karya Ayi Jufridarberdasarkan
Penelitian kualitatif adalah penelitian fakta-fakta yang tampak sebagaimana
yang mempertahankan hakikat dan nilai- adanya. Untuk itu metode penelitian yang
nilai yang terkandung dalam objek yang digunakan adalah metode deskriptif
diteliti. kualitatif. Dalam menganalisis data,
Dalam pengertian lainnya, penulis menempuh tiga langkah sebagai
Sugiyono (2010:15) mengatakan bahwa berikut:
dalam penelitian kualitatif, peneliti
disebut instrumen. Untuk menjadi
208 JIM PBSI Vol. 3 No. 3; Juni 2018:203-218

1. mengklasifikasikan data berdasarkan dalam novel “Putroe Neng” lebih


unsur-unsur budaya dan cenderung teknik tidak langsung. Berikut
representasi budaya; ini tabel klarifikasi unsur budaya dan
2. mendeskripsikan data; teknik representasi budaya. Serta
3. menarik kesimpulan. penjelasan lebih rinci dapat dilihat pada
pengklasifikasian dan analisis data di
Hasil Penelitian bawah ini.
Penelitian ini memilih salah satu
novel karangan Ayi Jufridar yang 4.1.1 Representasi budaya
berjudul Putroe Neng. Novel yang kaya berdasarkan unsur
akan nilai budaya ini dikemas sangat 1) Unsur Kepercayaan
menarik. Perpaduan beberapa budaya Unsur kepercayaan meliputi pegangan
menjadi suspen dalam karyanya. Tidak dalam tatanan kehidupan bermasyarakat.
hanya itu, penggambaran keadaan Hal ini juga berhubungan dengan panutan
dideskrpsikan sangat jelas. Seolah-olah dalam sosial, cultural maupun religi.
pembaca turut mengalami setiap Berikut data yang ditemukan untuk unsur
kejadian. Kejadian demi kejadian kepercayaan.
dikemas rapi. Novel ini menceritakan Data 1
tentang peperangan yang bertujuan Langit diselubungi biru permadani,
memperebutkan kekuasaan Aceh. lambang kejayaan Indra Purba.
Kegagahan beberapa raja dan prajurit Sepenuhnya biru. Siang itu tak ada
Aceh digambarkan secara gamblang. lapisan gumpalan awan-awan putih
Namun, kegagahan tersebut mampu bersisik yang menjadi tanda bagi
dikalahkan oleh seorang panglima wanita nelayan akan melimpahnya ikan
yang bernama Putroee Neng. Putroe tuna. Pertanda baik dari dewa untuk
Neng adalah seorang gadis keturunan sebuah persembahan. Pintu-pintu
Cina. Keberaniannya dalam berperang langit yang terbuka menuju surga.
telah diwariskan oleh ibunya. Putroe (hlm.11)
Neng ikut bersama ibunya untuk
berperang memperluas kekuasaan ke Kutipan di atas menunjukkan bahwa
Aceh. Takdir berkata lain, ibunda Putroe pengarang menggambarkan kebiasaan
Neng wafat sebelum berperang. Namun, masyarakat tempo dulu yang
Putroe Neng berniat tetap melanjutkan mempercayai bahwa untung baik dan
keinginan terakhir ibundanya untu tetap untuk jahat bisa diprediksi melalui cuaca.
berperang. Kali ini, Putroe Neng yang Sebagai rasa syukur, mereka melakukan
memimpin pasukan perang. ritual persembahan kepada dewa.
Ayi Jufridar merepresentasikan Selain cukplikan di atas, teks yang
budaya dalam novelnya yang berjudul menggambarkan unsur kepercayaan
“Putroe Neng” secara apik. Representasi terdapat juga pada cuplikan di bawah ini.
budaya tidak disajikan secara Data 7
gamblang/langsung, tetapi disajikan “Kami siap menerima uluran
melalui icon, indeks, dan simbol lewat persaudaraan dari siapapun
kata-kata yang memiliki makna konotasi. termasuk darinya. Tapi, kami tidak
Peneliti menemukantujuh unsur budaya akan tunduk pada siapa pun selain
yang direpresentasikan dalam novel kepada dewa.”(hlm. 35)
“Putroe Neng” yang diklasifikasikan
dalam unsur kepercayaan, unsur nilai, Cuplikan tersebut menggambarkan
unsur norma dan sanksi, unsur teknologi, ketekunan mereka terhadap dewa sangat
unsur simbol, unsur bahasa dan unsur kuat. Mereka enggan mempercayai selain
kesenian. Selanjutnya teknik representasi dewa yang diagungkan, meskipun telah
Representasi Budaya dalam Novel... (Ichsan Mantovani, Wildan, & Yusri Yusuf) 209

membantu. Bagi mereka bisnis adalah Kutipan tersebut menggambarkan bahwa


bisnis, meskipun berbisnis dengan bunga adalah simbol kedudukan
musuh, tetapi jika bisnis ada maksud lain masyarakat Tiongkok pada saat itu.
untuk merugikan mereka, segalanya Pengarang merepresentasikan nilai
tunduk kepada dewa. keindahan dari sebuah bunga melalui
Hal yang sama juga ditemukan anak buah Laksamana Liang Khie. Pada
pada data (2), (14), dan (15) yang saat itu, mereka tidak hanya memikirkan
menceritakan tentang unsur kepercayaan. masalah makanan, tetapi lingkungan juga
harus diperhatikan guna keindahan
2) Unsur Nilai semata.
Nilai berhubungan dengan sudut pandang
masyarakat setempat. Hal yang akan Data 41
menjadi nilai akan ditentukan oleh “Itulah yang disebut salat
masyarakat. Tidak semua hal yang berjamaah. Pahalanya lebih besar
menjadi nilai pada satu masyarakat akan dibandingkan dengan salat sendiri.”
menjadi nilai pada masyarakat lain. (hlm.197)
Berikut data yang ditemukan berdasarkan Cuplikan di atas menggambarkan sebuah
unsur nilai. nilai dari salat berjamaah. Masyarakat
Data 2 lebih memilih salat berjamaah
Sampai di titik tujuan, mereka dibandingkan dengan salat sendiri. Nilai
melihat kepala kerbau sudah pahala dari salat berjamaah besar.
tenggelam mengikuti buah-buahan. Unsur nilai dalam budaya juga terdapat
Tetapi, nasi ketan masih terayun- pada data (2), (3), (4), (7), (8), (10), (12),
ayun di dalam wadahnya dan (17), (18), (19), (24), (25), (28), (29),
sebentar lagi juga akan menyusul (30), (31), (32), dan (34). Semua itu
kepala kerbau setelah air menceritakan sebuah nilai budaya yang
memberatinya.(hlm.19) terkandung dalam masyarakat saat itu.
Sebuah nilai memang sangat di junjung
Kutipan di atas menunjukkan bahwa tinggi, guna kemaslahatan masyarakat.
bentuk rasa syukur kepada dewa dengan
mempersembahkan sesajen. Hal itu juga 3) Unsur Norma dan Sanksi
dilakukan untuk mengusir roh jahat. Setiap masyarakat mempunyai peraturan.
Dalam sesajen itu ada beberapa makanan. Peraturan tersebut berdasarkan
Rutinitas itu sudah menjadi nilai bagi kesepakatan bersama. Tentu apabila
mereka, cinta dan kepatuhan terhadap peraturan tersebut dilanggar akan ada
dewa harus seimbang dengan yang dewa sanksi. Berikut data berdasarkan unsur
berikan kepada mereka. norma dan sanksi.
Selanjutnya kutipan teks yang Data 5
menggambarkan unsur nilai budaya Namun, di dalam istana, Raja Indra
sebagai berikut. Sakti membuat kebijakan khusus.
Data 10 Ia memerintahkan lumbung selalu
Sebelumya, mereka hanya penuh untuk menghadapi
menanam tumbuhan yang bisa kemungkinan terjadinya bencana.
dimakan atau menghasilkan buah. Bahkan setelah panen beberapa
Tetapi anak buah Laksamana Liang pekan ke depan, ia meminta
Khie menanam beberapa jenis petugas rumah tangga istana
bunga, bukan untuk dimakan mengumpulkan upeti dari petani
melainkan hanya penambahan dalam lumbung lainnya yang kini
keindahan semata. (hlm. 54) sedang dipersiapkan di Mampreh,
di luar kota Lamuri.(hlm. 29)
210 JIM PBSI Vol. 3 No. 3; Juni 2018:203-218

perjuangannya. Raja Gunali tidak mau


Kutipan di atas menunjukkan bahwa Raja petaka menimpa kerajaanya, seperti yang
Indra Sakti membuat aturan khusus. di alami oleh kerajaan lainnya karena
Yaitu setelah panen ia meminta petugas tidak bersyukur atas apa yang berikan
rumah tangga istana mengumpulkan upeti Tuhan kepada mereka. Meskipun
dari petani dalam lumbung. Hal itu kerajaan itu begitu kaya dan jaya, tetapi
dilakukan agar masyarakatnya tetap bila tidak ada rasa syukur kepada Tuhan,
hidup sejahtera. Apabila aturan itu tidak petaka akan datang kepada mereka.
dijalankan, kemungkinan-kemungkinan Pada data (6), (16), (27), (39) dan
terburuk akan menimpa Raja Indra Sakti (40) juga menceritakan tentang sanksi
dan masyarakatnya. dan norma. Sebuah kesalahan aka nada
hukumanya, begitu juga dengan
Data 13 kebudayaan. Kebudayaan ada untuk
Raja Gunali sudah membekali para keselarasan dalam kehidupan, apabila ada
putranya dengan ilmu dunia dan yang melanggar akan ada sanksinya.
akhirat. Keterampilan bermain
pedang, ilmu pertanian dan 4) Teknologi
pemerintahan. Sebagai Kemajuan zaman membuat suatu
keseimbangan Keempat putri dan masyarakat tidak ingin tertinggal. Secara
putranya juga dibekali dengan ilmu tidak langsung masyarakat dituntut untuk
agama. Mengaji, pengetahuan terus berpikir. Dengan demikian
tentang akhlak, akidah, tata cara masyarakat tersebut akan maju. Begitu
beribadah yang benar, dan ilmu- juga dalam hal budaya, suatu masyarakat
ilmu pengetahuan dunia. Semua itu tidak ingin ketinggalan zaman. Segala
bukan semata-mata sebagai bekal daya dan upaya terus dilakukan demi
bagi keempat buah hatinya untuk kamajuan bersama. Berikut data yang
menghadapi masa depan yang serba menunjukan unsur teknologi.
tak menentu, tetapi juga untuk Data 9
menjadi bekal menjaga Lingga Demam lampu juga membuka
tetap berdiri di bumi ini. Raja lahan baru. Seorang warga
Gunali sudah banyak mendengar Tiongkok yang ikut bersama
kehancuran yang dialami berbagai rombongan Laksamana Liang Khie
kerajaan. Mereka pernah jaya, membuat lampu itu dalam jumlah
memiliki kekayaan seluas langit banyak untuk ditukarkan dengan
dan bumi. Kunci-kunci gudang berbagai hasil bumi yang ada di
mereka terbuat dari emas dan harus Seudu.(hlm.53)
di angkut kuda karena sebegitu Cuplikan tersebut mengambarkan
beratnya. Namun, kejayaan dan teknologi baru dikembangkan yang di
kekayaan mereka tidak bertahan bawa dari kebudayaan Tiongkok.
lama. Tuhan, Allah mengirimkan Rombongan Laksamana Liang Khie
kemurkaannya karena mereka tidak membuat lampu itu dengan maksud
pandai bersyukur. Kekayaan dan timbal balik, yaitu ditukarkan dengan
kejayaan mereka tenggelam, dan hasil bumi yang ada di Seudu. Kita bisa
tak bersisa sampai sekarang. melihat pengaruh Tiongkok dalam hal
(hlm.62) teknologi melalui lampu-lampu khas
mereka.
Kutipan di atas menggambarkan Data 26
antisipasi Raja Gunali menghadapi Mereka akan membangun sebuah
musibah. Dia mempersiapkan putra dan dinasti baru dengan peradaban baru
putrinya untuk tetap melanjutkan yang belum dimiliki manusia yang
Representasi Budaya dalam Novel... (Ichsan Mantovani, Wildan, & Yusri Yusuf) 211

mendiami pulau ruja ini. Kemajuan Kutipan tersebut merepresentasikan unsur


tata cara pertanian mereka tularkan simbol dengan Lada. Meskipun lada
kepada rakyat di pulau Ruja, adalah rempah, tetapi ia sudah menjadi
demikian juga dengan pengobatan simbol atau tanda yang dikenal di
dan tata cara penarikan upeti dari berbagai penjuru. Dalam kutipan di atas
rakyat. (hlm. 172) misalnya, ketika ada yang menyebutkan
Kutipan di atas menggambarkan Peureulak, orang-orang akan terbayang
peradaban manusia sudah sangat maju. Lada. Begitu juga sebaliknya. Karena
Ditandai dengan inisiatif membangun pada masa itu, penghasil lada berasal dari
sebuah dinasti, hal ini menunjukkan Peureulak dan lada adalah bahan rempah
kemajuan berpikir dan berbuat. Tidak yang dibutuhkan untuk penyedap
hanya itu, kemajukan tata cara pertanian masakan.
juga mereka tularkan kepada rakyat di Data 23
pulau Ruja. Demikian juga masalah Kuil terasa sangat sunyi meskipun
kesehatan dan peraturan lainnya. Hal ini tidak sesunyi seperti sebelum ada
membuktikan bahwa teknologi pada kuil di sana. Bau dupa terasa lebih
masa itu sudah sangat maju. kuat dibandingkan hari-hari
Hal senada juga ditemukan pada sebelumnya. Orang yang tidak
data (11), (20), (22), (36), (37) dan (38). melihat pun bisa memastikan bahwa
Pada data tersebut juga menceritakan sedang ada pemujaan di sana. (hlm.
unsur teknologi. Kemajuan berfikir dan 135)
pengalaman akan mempengaruhi manusia
untuk berbuat lebih baik, tidak hanya Cupilkan di atas menggambarkan unsur
dalam bidang nilai dan kepercayaan, simbol melalui bau dupa. Ketika orang
dalam bidang pembangunan juga mencium bau dupa, mereka memastikan
demikian. sedang adanya pemujaan di suatu tempat.
Dalam hal ini, dupa berasa dari kuil.
5) Unsur Simbol Penguatan dupa sebagai simbol adalah
Kehidupan bermasyarakat adakalanya aromanya yang tercium apabila tidak
suatu hal tidak bisa dinilai dengan kasat terlihat. Seseorang sudah memastikan itu
mata, misalkan tentang pengorbanan, adalah lambang ketika adanya pemujaan.
kesetiaan, benda, tempat dan hal lainnya. Selain pada data di atas, hal lain
Dengan demikian, kita sebagai yang menceritakan unsur simbol terdapat
masyarakat harus peka dengan tanda. juga pada data (1), (2) (42), (44) dan (45)
Bagaimana dan apa yang akan terjadi . Simbol atau tanda yang terdapat dalam
maupun yang sudah terjadi. Sesuatu akan cerita tersebut sudah dikonfesonalkan
menjadi tanda. Tanda itulah yang oleh masyarakat pada masa itu.
kemudian melekat dan menjadi sebuah
simbol. Berikut data yang berhubungan 6) Unsur Bahasa
dengan simbol. Bahasa adalah media untuk keselarasan
Data 21 kehidupan bermasyarakat. Melalui
Lada adalah salah satu rempah yang bahasa segala hal bisa menjadi mudah,
paling dikenal di berbagai negeri adakalanya menjadi lebih sulit.
seberang samudra, ketika menyebut Komunikasi akan lebih teratur dan urusan
lada, orang langsung teringat menjadi lancar melalui bahasa. Berikut
Peurelak. Ketika menyebut Peurelak, data yang menunjukkan unsur bahasa.
yang terbayang dalam setiap benak Data 38
orang adalah lada. Keduanya tidak Laskar Syiah Hudam juga
bisa dipisahkan. (hlm. 119) mengajarkan bahasa Arab kepada
rakyat Indra Purba baik secara tutur
212 JIM PBSI Vol. 3 No. 3; Juni 2018:203-218

maupun dalam bentuk tulisan. ucapan selamat datang, dalam kutipan ini
Sementara Annisa bersama untuk parjurit sejati di Bandar Lamuri.
sejumlah perwira lainnya, Musik disuguhkan untuk menyuarakan
mengajarkan ilmu pengobatan kesyahduan irama pada telinga. Cuplikan
dengan memanfaatkan berbagai di atas membuktikan bahwa masyarakat
tumbuhan yang ada di sekitarnya. Indra Purba tetap menjaga keutuhan
(hlm.195 kesenian daerah.
Kutipan di atas mengambarkan Data 43
bahasa adalah alat komunikasi, yakni Sebelum Yupie Tan naik ke kapal,
dalam hal ini bahasa arab. Akan tetapi ia menyerahkan kertas kulit
bahasa yang di ajarkan oleh Laskar Syiah kambing kepada Putroe Neng.
Hudam bukan sebagai komunikasi sehari- “Saya bukan seorang penyair
hari, melainkan bahasa untuk ,Putroe. Selama bertahun-tahun,
mempelajari agama. Bahasa tutur yang saya sudah belajar mengubah syair
dimaksudkan di sini adalah bahasa yang khusus untuk Putroe Neng. Saya
digunakan untuk mudah mengucapkan yakin syair ini tidak bagus karena
hafalan atau bacaan Al-quran. saya tidak pernah belajar dari
Selanjutnya, sebagai sarana komunikasi seorang guru. Tapi, syair ini saya
ketika menyampaikan petuah atau hadist tulis dengan sepenuh hati, sebagai
dalam bahasa Arab dan hal-hal lain yang wujud kesetiaan saya kepada
berkenaan dengan agama. Jadi, cuplikan Putro.” (hlm. 375)
tersebut menggambarkan bahwa seluruh Cuplikan di atas menggambarkan
masyarakat Indra Purba sudah mengenal bahwa Yupie Tan adalah seorang yang
bahasa Arab. romantis, dia adalah seorang penyair.
Meskipun dia tidak pernah belajar dalam
7) Unsur Kesenian menulis sebuah karya sastra tapi dia
Kesedehanaan terbentuk dari sebuah yakin bahwa seni itu lahir dari hati
kedisiplinan, kesenian mengajarkan nurani.
kedisiplinan. Kesenian juga bahasa yang
fitrah. Melalui kesenian, keindahan- 4.1.2 Representasi budaya
keindahan jelas tampaknya. Setiap berdasarkan teknik
masyarakat tidak dituntut untuk penyampaiannya
berkesenian, tetapi berkesenian akan Pengarang menyampaikan sesuatu secara
menuntut kita untuk bermasyarakat, eksplisit dalam hal ini mengenai
karena kesenian tidak terlepas dari hidup representasi budaya. Kedua, pengarang
bermasyarakat. Berikut data yang menyampaikannya secara implisit atau
menunjukkan unsur kesenian. tidak langsung. Nurgiyantoro (1995:336)
Data 35 dalam sebuah novel sendiri mungkin
Ribuan rakyat Indra Purba sekali ditemukan adanya pesan yang
menyemuti Bandar Lamuri. Saat benar-benar tersembunyi sehingga tak
kapal itu berlabuh, musik yang banyak orang yang dapat merasakannya,
terbuat dari kulit kambing pun namun mungkin pula ada yang agak
terdengar bersahutan sebagai langsung dan seperti ditonjolkan. Selain
ucapan selamat datang bagi prajurit itu, sebagian pengarang malah memilih
sejati di Bandar Lamuri. (hlm.191) menggunakan teknik penyampaian
Cuplikan tersebut menggambarkan langsung. Teknik penyampaian langsung
rakyat Indra Purba masih sangat kental cenderung lebih ringan dalam proses
dengan keseniannya, yakni musik. Alat memahami makna.
musik yang digunakan berbahan kulit (1) Penyampaian Langsung
kambing. Musik juga sebagai pengantar
Representasi Budaya dalam Novel... (Ichsan Mantovani, Wildan, & Yusri Yusuf) 213

Penyampaian langsung adalah penulis tanda-tanda atau simbol. Hal ini


secara eksplisit menyampaikan dibutuhkan kecerdasan pembaca maupun
maksudnya. Cara pelukisan watak tokoh peneliti dalam menginterpretasi
yang bersifat uraian, telling, atau karangannya
penjelasan, expositori. Pembaca bisa Data 1
dengan mudah menangkap maksud yang Langit diselubungi biru permadani,
disampaikan penulis melalui karyanya. lambang kejayaan Indra Purba.
Teknik penyampaian itu bersifat Sepenuhnya biru. Siang itu tak ada
komunikatif. lapisan gumpalan awan-awan putih
Data 7 bersisik yang menjadi tanda bagi
“Kami siap menerima uluran nelayan akan melimpahnya ikan
persaudaraan dari siapapun termasuk tuna. Pertanda baik dari dewa untuk
darinya. Tapi, kami tidak akan sebuah persembahan. Pintu-pintu
tunduk pada siapa pun selain kepada langit yang terbuka menuju surga.
dewa.”(hlm. 35) (hlm.11)
Data di atas merepresentasikan unsur Cuplikan di atas tergolong dalam unsur
kepercayaan dan nilai. Penulis novel kepercayaan. Penulis novel tersebut
tersebut menggambarkan budaya dari menggambarkan unsur kepercayaan
nilai dan kepercayaan secara lugas. Hal secara tidak langsung, dibuktikan dengan
ini ditandai melalui dialog tokoh yang kata
menyatakan mereka tidak akan percaya ‘Langit diselubungi biru permadani‘ dan
kepada siapapun kecuali kepada dewa. “Pertanda baik dari dewa”. Maksud dari
Nilai itu mereka pegang teguh kepada kata tersebut adalah, mereka percaya
dewa. bahwa dewa memberikan pertanda
Selanjutnya dipaparkan cuplikan melalui cuaca. Keyakinan itu terus
representasi budaya secara langsung berlanjut pada masyarakat saat itu hingga
dalam novel Putroee Neng karya Ayi melakukan persembahan kepada dewa.
Jufridar. Kemudian, penulis tidak serta merta
Data 25 mengatakan bahwa masyarakat Indra
Untuk menjadi penguasa sekaligus Purba mempercayai untung baik dan
panglima, Khie Nai-nai jahat ditandai melalui cuaca.
mengingatkan Nian Nio agar Selanjutnya bentuk representasi
memiliki sifat yang jujur, arif, budaya secara tidak langsung dalam
tulus, melindungi, berani, dan cuplikan sebagai berikut.
tegas. (hlm.156) Data 5
Cuplikan di atas merepresentasikan nilai Namun, di dalam istana, Raja Indra
sebuah budaya secara lugas dan terbuka. Sakti membuat kebijakan khusus.
Hal ini ditandai oleh kata “Menjadi Ia memerintahkan lumbung selalu
pengusa” dan “memiliki sifat jujur, arif , penuh untuk menghadapi
tulus, melindungi, berani dan tegas”. kemungkinan terjadinya bencana.
Dalam kutipan tersebut. Khie Nai-nai Bahkan setelah panen beberapa
ingin menjadi penguasa. Akan tetapi, hal pekan ke depan, ia meminta
yang harus dia teladani terlebih dahulu petugas rumah tangga istana
adalah jujur, tulus, berani, tegas dan lain mengumpulkan upeti dari petani
sebagainya. Penulis novel tersebut secara dalam lumbung lainnya yang kini
jelas menggambarkan nilai dari sebuah sedang dipersiapkan di Mampreh,
pemimpin. di luar kota Lamuri.(hlm.29)
(2) Penyampaian Tak Langsung Cuplikan di atas merepresentasikan
Cara pengarang menyampaikan norma dan sanksi. Hal itu dibuktikan oleh
maksud dan tujuan secara tersirat melalui perintah raja kepada masyarakatnya
214 JIM PBSI Vol. 3 No. 3; Juni 2018:203-218

mengisi lumbung selalu penuh dengan Bagi mereka bisnis adalah bisnis,
upeti dari petani. Maksud dari perintah meskipun berbisnis dengan musuh, tetapi
raja adalah untuk menjamin jika bisnis ada maksud lain untuk
kesejahteraan masyarakat secara merugikan mereka, segalanya tunduk
menyeluruh apabila ada bencana yang kepada dewa. Menurut Maran (2007:39)
akan datang. Seluruh masyarakat saling jika kepercayaan menjelaskan apa itu
gotong royong untuk meringankan beban sesuatu, nilai menjelaskan apa yang
bersama. seharusnya terjadi. Nilai itu luas,
abstrak, standar kebenaran yang harus
4.2 Pembahasan dimiliki, yang diinginkan, dan yang
Berdasarkan hasil penelitian layak dihormati. Meskipun mendapat
representasi budaya dalam novel Putroe pengakuan luas, nilai-nilai pun jarang
Neng karya Ayi Jufridar terdapat tujuh ditaati oleh setiap anggota masyarakat.
unsur budaya. Adapun yang pertama Unsur nilai sering dianggap sepele oleh
adalah unsur kepercayaan. Unsur masyarakat bahkan sebagian
kepercayaan berkaitan erat dengan nilai masyarakat tidak memahaminya.
budaya sutu masyarakat. Dalam novel Namun, tidak dipungkiri bahwa
tersebut digambarkan bahwa kebiasaan manusia dan masyarakat mana pun
masyarakat tempo dulu yang memercayai umumnya memperjuangkan dan
untung baik dan untung jahat bisa membela nilai-nilai dasar yang sama,
diprediksi melalui cuaca. Oleh karena itu, seperti cinta, kebaikan, keindahan,
sebagai rasa syukur mereka melakukan keadilan, persaudaraan, persahabatan,
ritual persembahan kepada dewa. Hal persatuan, perdamaian, dan sebagainya.
tersebut merupakan ungkapan terima Sedangkan menurut Koentjaraningrat
kasih kepada dewa atas keberkahan yang (1987:85) nilai budaya terdiri dari
diperoleh. Sebaliknya, jika ramalan konsepsi-konsepsi yang hidup dalam
berdasarkan cuaca buruk mereka akan alam fikiran sebahagian besar warga
memberikan persembahan sebagai masyarakat mengenai berbagai hal yang
permohanan keselamatan dari segala mereka anggap amat mulia. Sistem nilai
bencana dan marabahaya yang akant yang ada dalam suatu masyarakat
terjadi. Menurut Maran (2007:38) dijadikan rujukan dalam bertindak.
kepercayaan berkaitan dengan pandangan Adapun unsur yang ketiga
tentang bagaimana dunia ini beroperasi. adalah unsur norma dan sanksi. Norma
Kepercayaan itu bisa berupa pandangan- dan sanksi dijadikan sebagai tonggak
pandangan atau interpretasi-interpretasi perdamaian dalam kehidupan
tentang masa lampau, bisa berupa masyarakat. Setiap masyarakat
penjelasan-penjelasan tentang masa diharapkan agar tunduk pada norma dan
sekarang, bisa berupa prediksi-prediksi sanksi yang sudah disepakati bersama.
tentang masa depan, dan bisa juga Dalam hal ini, Raja Indra Sakti
berdasarkan common sense, akal sehat, membuat aturan khusus. Yaitu setelah
kebijaksanaan yang dimiliki suatu panen ia meminta petugas rumah tangga
bangsa, agama, ilmu pengetahuan, atau istana mengumpulkan upeti dari petani
suatu kombinasi antara semua hal dalam lumbung. Hal itu dilakukan agar
tersebut. masyarakatnya tetap hidup sejahtera.
Unsur kebudayaan kedua adalah Apabila aturan itu tidak dijalankan,
unsur nilai. Dalam novel tersebut kemungkinan-kemungkinan terburuk
digambarkan ketekunan mereka terhadap akan menimpa Raja Indra Sakti dan
dewa sangat kuat. Mereka enggan masyarakatnya. Menurut Maran
mempercayai selain dewa yang (2007:40) norma adalah standar yang
diagungkan, meskipun telah membantu. ditetapkan sebagai garis pedoman bagi
Representasi Budaya dalam Novel... (Ichsan Mantovani, Wildan, & Yusri Yusuf) 215

setiap aktivitas manusia - lahir dan bau tersebut menandakan sedang


kematian, bercinta dan berperang, apa berlansungnya sebuah pemujaan.
yang harus dimakan dan apa yang harus Simbol-simbol lain seperti tanda-tanda
dipakai, kapan dan di mana orang bisa lalu lintas mempunyai arti yang lebih
bercanda, melucu, dan sebagainya. Oleh sempit dan spesifik. Douglas, (dalam
karena itu, seluruh masyarakat Maran, 2007:38). Simbol bisa berupa
diharapkan untuk menaati segala norma barang sehari-hari, barang berguna yang
dan sanksi yang sudah disepakati. sudah memperoleh arti khusus. Mobil-
Keempat, unsur teknologi dalam mobil tertentu menunjukkan kekayaan;
novel tersebut menggambarkan kemajuan mobil-mobil lain menunjukkan
berfikir masyarakat Tiongkok. Hasil kemudaan, keberanian, atau gaya hidup
budaya yang buat adalah lampu dan pemiliknya. Sementara di lingkungan
beberapa perkembangan lainnya kepada kebudayaan lain, seekor sapi atau
masayarakat Aceh. Akan tetapi, jauh seekor babi dengan wama tertentu yang
sebelum teknologi semacam itu, pola membangkitkan perasaan serupa. Objek
pikir masyarakat Aceh masa itu, yang sama, bahkan kalau dipakai untuk
khusunya di pulau Ruja juga sudah tujuan yang sama pun bisa berbeda
sangat maju dibuktikan dengan sekali artinya dalam lingkungan
pembangunan dinasti untuk peradaban kebudayaan yang berbeda. Oleh karena
baru. Menurut Menurut Maran (2007:40) itu, pengaruh kebudayaan pada
teknologi adalah cara kerja manusia. masyarakat masa itu juga dengan unsur
Dengan teknologi manusia secara intensif simbol.
berhubungan dengan alam dan Selanjutnya unsur keenam
membangun kebudayaan dunia sekunder adalah bahasa, diceritakan dalam novel
yang berbeda dengan dunia primer tersebut pengaruh bahasa juga sangat
(alam). Dewasa ini teknologi mempunyai kuat. Dalam hal ini bahasa Arab, karena
pengaruh yang besar terhadap manusia, Laskar Syiah Hudam tidak ingin
tidak hanya terhadap cara hidup manusia masyarakatnya bodoh dan tertinggal.
tetapi juga menentukan teknologi Bahasa Arab digunakan untuk
berikutnya. Hal serupa mengenai mempelajari ilmu-ilmu agama yang ada
teknologi berdasarkan pandangan Ngafifi di dalam Al-quran dan Hadist. Selain itu
(2014:36), suatu kerangka bagi bahasa Arab juga dijadikan sebagai
kebudayaan nonmaterial ditetapkan sarana komunikasi untuk menyampaikan
oleh suatu kelompok. Ketika teknologi petuah-petuah dalam masyarakat.
sudah mengalami perubahan, pola pikir Sebagaimana pendapat Koentjaraningrat
manusia juga mengalami perubahan (1990:341), bahasa dari suatu suku
tentunya sesuai dengan perkembangan bangsa yang besar, yang terdiri dari
zaman.Oleh karena itu, masyarakat Aceh berjuta-juta penduduk, selalu
pada masa itu sudah mengenal banyak memerlihatkan suatu variasi yang
teknologi guna peradaban kebudayaan ditentukan oleh perbedaan daerah secara
mereka. geografi maupun oleh lapisan serta
Unsur budaya yang kelima adalah lingkungan sosial dalam masyarakat suku
unsur simbol. Diceritakan dalam novel bangsa. Bahasa merupakan alat
tersebut, masyarakat sudah mengenal komunikasi sehari-hari yang digunakan
tanda atau simbol. Simbol dalam cerita oleh manusia untuk berinteraksi.
itu berbentuk lada. Orang-orang apabila Selanjutnya menurut Sasangka
mendengar kata lada, terlintas di benak (2014:99) menyatakan sikap terhadap
mereka daerah Peureulak, begitu juga bahasa merupakan hal yang penting
sebaliknya. Seakan-akan, lada sama yang harus dipertimbangkan dalam
dengan Peureulak. Selanjutnya bau dupa, merencanakan sebuah bahasa. Sebagai
216 JIM PBSI Vol. 3 No. 3; Juni 2018:203-218

warga negara Indonesia sudah sepatutnya diprediksi melalui tanda atau simbol
kita harus bersikap positif terhadap cuaca.
bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia. Selanjutnya pada data 5
Dengan demikian, kebudayaan digambarkan bahwa gotong royong
masayarakat tempo dulu dalam hal sangat berguna bagi masyarakat untuk
bahasa juga sangat kental, dalam hal ini menghadapi kemungkinan-kemungkinan
bahasa Arab. bencana yang akan datang. Nurgiyantoro
Unsur ketujuh adalah unsur (1995:336) menjelaskan teknik
kesenian. Digambarkan dalam cerita representasi tidak langsung adalah pesan
tersebut bahwa untuk melaksanakan yang ingin disampaikan penulis tidak
penyambutan tamu kerap di iringi oleh secara serta merta, melainkan
musik. Alat musik digunakan masih membutuhkan proses pengahayatan lebih
tradisional, yaitu alat musik dari kulit intensif. Pembaca memiliki kesempatan
kambing. Masyarakat Indra Purba untuk menafsirkan secara bebas sesuai
menyuguhkan musik itu sebagai dengan dirinya sendiri. Dengan demikian,
petanda, bahwa kehidupan juga harus pada data 1 dan data 21 menunjukkan
ada irama dan kesyahduan yang bahwa teknik untuk mengkaji
selarasdalam bentuk kesenian. representasi budaya harus melalui
Selanjutnya melalui syair digambarkan tafsiran peneliti.
bahwa masyarakat tempo dulu sudah Sedangkan cara kedua untuk
mengenal karya sastra. Seperti teknik representasi budaya adalah teknik
penjelasan Bakker (dalam Maran langsung. Pada teknik ini, peneliti
2007:37)melalui karya-karya seni, melihat beberapa kutipan novel tersebut
seperti seni sastra, musik, tari, lukis, yang disajikan secara langsung, seperti
dan drama, manusia mengekspresikan pada data 7. Dalam data tersebut
ide-ide, nilai-nilai, cita-cita, serta digambarkan bahwa nilai dan
perasaan-perasaannya. Banyak hal, kepercayaan kepada dewa menjadi
pada pengalaman manusia yang tak prioritas utama masyarakat tersebut. Hal
terungkapkan dengan bahasa rasional, ini ditandai melalui dialog tokoh yang
dan hanya dapat diungkapkan dengan mengatakan mereka tidak akan percaya
bahasa simbolik: seni. Itu tidak berarti kepada siapapun kecuali kepada dewa.
bahwa karya seni bersifat irrasional Selain itu, teknik representasi langsung
atau anti rasional, melainkan bahwa di juga dapat dilihat pada data 25. Dalam
dalamnya direalisasikan nilai yang tak data tersebut, perepresentasian nilai
mungkin diliputi oleh fungsi akal. Oleh sebuah budaya disampaikan secara lugas
karena itu fungsi kesenian guna dan terbuka. Hal ini ditandai oleh kata
menyelaraskan nilai-nilai keindahan “Menjadi pengusa” dan “memiliki sifat
dalam kehidupan sehari-hari. jujur, arif , tulus, melindungi, berani dan
Selain analisis unsur budaya tegas”. Dalam kutipan tersebut. Khie Nai-
dalam novel Putroe Neng karya Ayi nai ingin menjadi penguasa. Akan tetapi,
Jufridar, peneliti juga mengkaji teknik hal yang harus dia teladani terlebih
representasi budaya. Adapun teknik dahulu adalah jujur, tulus, berani, tegas
representasi budaya dapat dilakukan dan lain sebagainya. Penulis novel
dengan dua cara. Pertama, teknik tidak tersebut secara jelas menggambarkan
langsung, peneliti melihat pengarang nilai dari seorang pemimpin.
novel tersebut merepresentasi budaya Nurgiyantoro (1995:336) Penyampaian
secara implisit, seperti pada data 1 langsung adalah penulis secara eksplisit
digambarkan bahwa masyarakat menyampaikan maksudnya. Cara
mempercayai untung baik dan jahat pelukisan watak tokoh yang bersifat
uraian, telling, atau penjelasan,
Representasi Budaya dalam Novel... (Ichsan Mantovani, Wildan, & Yusri Yusuf) 217

expositori. Oleh karena itu, teknik


representasi langsung bisa diketahui Daftar Pustaka
secara langsung tanpa harus dicerna lebih
dalam. . Pembaca bisa dengan mudah Arikunto, Siharsimi. 1986. Prosedur
menangkap maksud yang disampaikan Penelitian Suatu Pendekatan
penulis melalui karyanya. Praktek. Jakarta: Bina Aksara.

Penutup Barker, Chris. 2005. Cultural Studies:


Berdasarkan hasil penelitian pada Teori dan Praktik. Yogyakarta:
novel Putroe Neng karya Ayi Jufridar Bentang Pustaka.
mengenai representasi budaya, dapat
disimpulkan sebagai berikut. Bungin, Burhan. 2001. Metodelogi
(1) Peneliti menemukan tujuh unsur Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT.
kebudayaan pada novel tersebut. Rajagrafindo Persada.
Pertama unsur kepercayaan, pada
unsur tersebut terdapat 7 data yang Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa
menceritakan kepercayaan Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
masyarakat masa itu. Ke dua unsur
nilai, data yang diperoleh sebanyak Dewi, Heristina dkk. 2008. Masyarakat
19 data. Ke tiga unsur norma dan Kesenian di Indonesia. Medan: Studi
sanksi, hanya ditemukan 7 data pada Kultura.
novel tersebut. Ke empat unsur
teknologi, ditemukan 8 data. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Selanjutnya ke lima unsur symbol, Universitas Syiah Kuala. 2015.
peneliti menemukan 7 data. Ke enam Pedoman Penulisan Skripsi. Banda
unsur bahasa, pada novel tersebut Aceh: FKIP Unsyiah.
hanya ditemukan 1 unsur. Ke tujuh
unsur kesenian, sama halnya dengan Fananie, Zainuddin. 2002. Telaah Sastra.
unsur bahasa hanya ditemukan 2 Surakarta: Muhammadiyah
data. Dengan demikian, unsur nilai University Pres.
menjadi paling dominan dalam novel
Putroe Neng dibandingkan dengan Faruk. 2010. Pengantar Sosiologi Sastra:
unsur lain. dari Strukturalisme Genetik sampai
(2) Melalui teknik representasi budaya Post- modernise. Yogyakarta :
penyampain langsung, data yang Pustaka Pelajar.
diperoleh dikemas secara gamblang
oleh penulis novel Putroe Neng tanpa Hall, Stuart. 1997. Representation
harus melakukan penafsiran Cultural Representations And
mendalam. Data yang peroleh Signifying Practice. The
berdasarkan teknik penyampaian Open University. Sage Publication.
langsung sebanyak 16. Ltd.
(3) Representasi budaya berdasarkan
teknik penyampaian tidak langsung Hermawan, Anang. 2011. Mix
ditemukan 25 data pada novel Methodology Dalam Penelitian
tersebut. Keseluruhan data itu di kaji Komunikasi. Yogyakarta: Mata
berdarkan penafsiran interpretasi Padi Pressindo.
peneliti berdasarkan kata-katanya.
Jufridar, Ayi. 2011. Putroe Neng.
218 JIM PBSI Vol. 3 No. 3; Juni 2018:203-218

Koentjaraningrat 2000. Pengantar Ilmu Suroto. 1989. Apresiasi Sastra Indonesia.


Antropologi. Jakarta: Rineke Cipta. Jakarta: Erlangga
Teeuw. A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra,
Maran, Rafael Raga. 2007. Manusia dan Pengantar Teori Sastra. Jakarta: PT
Kebudayaan dalam Perspektif Ilmu Dunia Pustaka Jaya.
Budaya Dasar. Jakarta: Rineka
Cipta. Saputra, Rangga. 2013, Representasi
Budaya Populer dalam Novel B-
Moleong, Lexy. J. 2004. Metode Jell Cheers Karya Thalia
Penelitian Kualitatif. Remaja Salsabila. Repository. upi. edu.
Rosdakarya. Bandung.
Putri, Estetika. 2015. Representasi
Ngafifi, Muhammad. 2014. “Kemajuan Budaya Kutai dalam Video Clip
teknologi dan Pola Hidup Lagu Lambuswana.
Manusia dalam Muthofifin, Arief.
2010. “Christian Snouck Widodo, Rando. 2016. Representasi
Hurgronje Arsitek Urusan Budaya Indonesia dalam Video
Perdata Kolonialistik Hindia Komunikasi Politik Joko Widodo
Belanda”. Skripsi Institut Agama pada Pemilihan Presiden Tahun
Islam Negeri Wali Songo. 2014.
Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori
Pengkajian Fiksi. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.

Prastya, Joko Tri dkk. 2013. Ilmu Budaya


Dasar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori,


Metode, dan Teknik Penelitian
Sastra. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Sasangka, Wisnu & Sugiyono. 2014.


“Sikap Bahasa Masyarakat
perkotaan di Kalimantan: Jurnal
Widya Parwa, Volume 42, (2):
99-109.
Sikana, Mana. 2008. Teori Sastera
Kontemporari(Edisi III). Selangor:
Pustaka Karya.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian


Pendidikan. Bandung: Alfabet.

Sumardjo, Trisno. 2000. Seni sebagai


Tanggung Jawab dalam Sejarah
Sastra Indonesia Abad XX.
Jakarta: Kepustakaan Populer
Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai