Anda di halaman 1dari 49

UJIAN TENGAH SEMESTER

DESIGN AND INDONESIAN CULTURE


“Analisis Karya Desain Komunikasi Visual”

DKV212-A-HB

Dosen Pembimbing:
Dr. Ratna Cahaya, S.Sos., M.Ds.

Nama : Cecilia Muliawan

NIM : 00000065157

Program Studi : Desain Komunikasi Visual

Fakultas : Seni dan Desain

UNIVERSITAS MULTIMEDIA NUSANTARA


TANGERANG
2023
Analisis Karya Desain Komunikasi Visual
Materi Week ke-1 sampai ke-7

Week 1 “Silang Budaya Nusantara, Wujud dan Unsur Kebudayaan Indonesia”


❖ Lukisan pada Dinding Gua
A. Informasi Dasar Karya

Gambar 1. Lukisan Cap Tangan pada Dinding Gua di Maros


Sumber: mmc.tirto.id

Jenis karya : Lukisan


Judul karya : Lukisan Cap Tangan pada Dinding Gua di Maros
Seniman :Manusia Purba pada Zaman Prasejarah periode
Paleo-Mezolithikum (Homo Sapiens)
Tahun Pembuatan : ± Sekitar 40.000 Tahun yang Lalu
Media : Dinding Gua
Ditemukan Oleh :Kerja sama antara Pusat Penelitian Arkeologi Indonesia,
Universitas Wollongong dan Universitas Griffith Australia pada tahun 1950 silam.
Lokasi saat ini :Kawasan Leang-leang, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan
Lukisan pada dinding gua ini merupakan salah satu karya desain
komunikasi visual zaman prasejarah. Selain di Eropa, Lukisan cap tangan di
dinding gua di Indonesia ini juga menjadi salah satu lukisan gua paling tua yang
pernah dibuat manusia. Kemungkinan besar lukisan gua muncul dan
berkembang saat manusia modern awal menyebar ke luar Afrika, termasuk
Eropa dan Asia Tenggara. Hal ini disebabkan, sebelum adanya penelitian di
Maros, arkeolog menganggap lukisan gua di Eropa merupakan satu-satunya
yang tertua di dunia. Arkeolog tidak menyangka akan muncul lukisan gua tertua
lainnya di luar Eropa, apalagi berasal dari daerah tropis seperti Indonesia.
Lukisan ini juga menunjukkan umur yang tidak jauh berbeda dengan yang
ditemukan di Eropa, hal ini memberikan gambaran bahwa manusia modern awal
yang telah menghuni kawasan Sulawesi Selatan telah mengenal seni cadas
(rock art) sebagaimana yang terjadi di Eropa pada waktu yang hampir
bersamaan.

B. Latar Belakang Ide atau Gagasan Awal Karya


Secara umum kegiatan manusia melibatkan simbolisme, oleh sebab itu
manusia dijuluki sebagai animal symbolicum yaitu makhluk yang bermain
dengan simbol-simbol. Hanya dengan menggunakan simbol-simbol, manusia
dapat mencapai potensi dan tujuan hidupnya yang tertinggi. Simbol merupakan
alat untuk memperluas penglihatan manusia, merangsang daya imajinasi, dan
memperdalam pemahamannya. Bentuk simbolis ini digunakan untuk menjadi alat
komunikasi untuk berinteraksi dengan orang lain atau untuk keturunan yang
akan datang. Maka dari itu, lukisan pada zaman prasejarah ini dianggap sebagai
rites magic, yaitu simbol kepercayaan pada yang transenden dan yang kudus.
Simbol merupakan suatu cara untuk dapat sampai pada pengenalan akan yang
kudus dan yang transenden
Arkeolog asal Eropa, yaitu C.J.H. Franssen, HR van Heekeren, dan
C.H.M. Heeren Palm pun telah meneliti lukisan-lukisan purba yang ada pada
gua-gua di kawasan Leang-leang, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Van
Heekeren juga berpendapat bahwa latar belakang pembuatan cap tangan ini
oleh manusia prasejarah untuk menggambarkan sebuah perjalanan arwah dari
orang yang telah meninggal yang sedang meraba-raba menuju ke alam arwah.
Di samping itu, cap tangan juga diyakini sebagai tanda bela sungkawa dari
orang-orang yang semasa hidupnya dekat dengan orang yang telah meninggal.
Sedangkan, menurut Salomon Reinach, seorang arkeolog Prancis yang meneliti
agama dan seni Palaeolitik, makna lukisan tersebut ada hubungannya dengan
kesuburan alam dan manusia yang menjadi harapan. Dan, Begeuen
berpendapat bahwa lukisan-lukisan gua prasejarah memiliki kaitan dengan
adanya ritual atau upacara yang berhubungan dengan dunia magis atau
kekuatan gaib.
Pada intinya, latar belakang pembuatan lukisan cap tangan di dinding
gua ini itu yaitu sebagai simbol eksistensi manusia prasejarah pada waktu
itu dan menggambarkan bagaimana kehidupan mereka. Serta, Ide melukis
dinding gua pada awalnya merupakan suatu permohonan kepada kekuatan
tertentu agar apa yang diinginkan dapat tercapai sesuai dengan apa yang
dilukis. Diperkirakan, bahwa cap tangan tersebut merupakan cap tangan kiri
perempuan. Ada pun cap-cap tangan tangan ini dibuat dengan cara
merentangkan jari-jari tangan itu di dinding gua kemudian ditaburi dengan cat
merah.

C. Ide, Konsep, dan Tujuan Karya


➢ Komunikasi atau Persuasi
● Sebagai bentuk media komunikasi melalui visual dengan
mengimajinasikan lukisan gua yang terdapat banyak tangan
sebagai penanda kehadiran dari anggota masyarakat penghuni goa
tersebut (sehingga kita bisa membayangkan ada berapa banyak
manusia prasejarah pada masa itu).
● Media komunikasi mereka adalah lewat visual, masih terkesan
responsif, tanpa perancangan, dan masih terasa natural/apa
adanya.
● Menjelaskan bahwa nenek moyang kita telah menggunakan seni
rupa dan seni pertunjukan untuk menyampaikan pemikiran yang
abstrak dan imajinatif.
● Dikategorikan sebagai awal komunikasi visual, karena
gambar-gambar ini dibuat dan berfungsi untuk kegunaan hidup dan
tujuan ritual. Tradisi untuk menggambarkan pengalaman kehidupan
lewat berbagai bentuk dan media (pictorialism) ini mirip dengan
tradisi seni rupa dan tradisi DKV.
● Hubungannya dengan praktek desain komunikasi visual masa kini
adalah keduanya sama-sama bertujuan untuk berkomunikasi atau
menyampaikan informasi kepada orang yang melihatnya secara
visual.
● Pada intinya lukisan telapak tangan di gua merupakan bukti bahwa
manusia prasejarah (purba) menyatakan dirinya “ada” sebagai
makhluk yang bereksistensi, yang mempunyai identitas.
➢ Estetika dan Keunikan
● Proses pembuatannya menggunakan teknik oles yaitu
menggunakan jari.
● Menggunakan dinding gua sebagai media berkarya.
● Di dominasi oleh warna merah dan hitam, yang yang diperkirakan
berasal dari oker (batuan teroksidasi besi) merah dan kuning,
hematit, oksida mangan dan arang.
● Memiliki Simbol Ekspresif (proyeksi dari “gejolak perasaan”) =>
Karya lukis prasejarah gua ini telah memperlihatkan estetis &
mampu mendeformasi imajinasi ke dalam bentuk karya seni lukis.
Lalu, dalam lukisan ini telah ada teknik pewarnaan dan perspektif
(merupakan suatu ungkapan estetis yang alami). Dengan
menggambarkan telapak tangan, hal ini lah yang menjadi suatu
bentuk simbol ekspresi bagi persepsi masyarakat. Hal yang
diekspresikan adalah perasaan manusia prasejarah yang mampu
menangkap fenomena alam yang sulit diungkapkan.
● Memiliki Simbol Presentasional => Lukisan ini menjadi simbol dari
rambu-rambu moral dan tata ibadah, yaitu menjadi alat kontrol
dalam setiap aktivitas warga masyarakat prasejarah dalam
melakukan perburuan. Pada masa itu, lukisan prasejarah diyakini
memiliki jiwa yang dianggap lebih super daripada manusia itu
sendiri (Manusia tunduk atas lukisan).
● Memiliki Virtual Space => Lukisan ini merupakan virtual space, atau
gambaran dari mitos-mitos yang dipercayai dalam kehidupan
masyarakatnya. Konsep mitos ini di visiualkan dengan bentuk
lukisan meliputi garis, bentuk, dan pewarna yang menggambarkan
realita pasa wakti itu. Kekuatan/kemagisan cerita mitos yang hidup
didalam masyarakatnya, berasal dari
tanggapan/sangkaan-sangkaan dalam pikiran masyarakat
pendukungnya itu sendiri bukan pada lukisan.
● Memiliki Simbol Seni => Simbol-simbol dalam lukisan di memiliki
arti seperti: kesucian, kekuatan, kebersamaan, pengharapan,
kegigihan, dan lain sebagainya.
➢ Elemen Desain
● Titik, untuk memulai suatu garis maka terdapat elemen titik satu
dengan titik yang lain membentuk elemen garis nongeometri
berbentuk wujud telapak tangan manusia.
● Line/Garis, untuk memulai suatu bentuk maka terdapat
kumpulan-kumpulan garis didalamnya sehingga terdapat unsur
garis didalam karya ini.
● Shape/Bentuk, dari kumpulan garis maka akan membentuk sebuah
bentuk lalu bidang seperti wujud telapak tangan manusia pada
karya ini.
● Size/Ukuran, ukuran wujud telapak tangan manusia pada karya ini
memiliki ukuran yang berbeda-beda yang menunjukkan perbedaan
usia manusia tersebut.
● Space/ruang, terdapat positive dan negative space (prinsip gestalt)
yang merupakan elemen ruang pada karya tersebut.
● Color/Warna, bentuk telapak tangan manusia membentuk pigmen
warna yang berwarna merah kehitaman di bagian pinggir bentuk
tangan serta pigmennya berasal dari bahan alami seperti oker
merah dan kuning, hematit, oksida mangan dan arang.
● Texture/Tekstur, tekstur pada karya ini dapat dilihat pada media
alami berkarya yakni dinding gua.
➢ Prinsip Desain
● Contrast/Kontras, pigmen warna yang membentuk telapak tangan
(merah dan hitam) kontras dengan latar belakang yaitu dinding
gua.
● Rhythm/Ritme, terdapat pengulangan pada bentuk telapak tangan.
● Unity/Kesatuan, terlihat dari dari bagaimana tampilan visual karya
tersebut tetap memiliki nilai estetika meskipun tujuan awalnya
bukan untuk fungsi artistik. Setiap elemen-elemen visual pada
karya tersebut juga membuat karya tersebut menjadi suatu
kesatuan. Pemilihan warna dan dinding gua sebagai media karya
juga membuat karya tersebut selaras.
➢ Objek atau Subjek Penting
Bentuk telapak tangan manusia sebagai cetakan lukisan menjadi
objek yang paling penting dalam karya tersebut.
➢ Tujuan Pembuatan
Tujuan dari pembuatan lukisan Gua itu berkaitan dengan
kepercayaan yang bersifat religius, dan dibuat tidak semata-mata hanya
berkaitan dengan nilai artistik atau sekedar untuk keindahan, melainkan
sebagai media komunikasi visual pada zaman purba (terhadap
arwah-arwah orang yang telah meninggal dalam bentuk ritual atau
upacara, dsb) dan sebagai simbol peninggalan sejarah bagi zaman
sekarang ini. Hal ini, secara tidak langsung menjadi bukti adanya
kehidupan manusia di gua kawasan Leang-leang, Sulawesi pada zaman
purba saat beribu-ribu tahun yang lalu. Tujuan pembuatan lukisan tersebut
yang sebenarnya tentu tidak diketahui, oleh sebab itu ada ahli-ahli yang
mencoba menafsirkan tujuan dibuatnya lukisan telapak tangan pada
dinding gua tersebut.
➢ Segmen Target Sasaran yang Dituju
● Pada zaman prasejarah => ditujukan kepada arwah-arwah nenek
moyang atau orang-orang terdekat yang telah meninggal dunia
karena mereka mempercayai adanya arwah-arwah atau hal-hal
gaib tersebut.
● Pada masa kini => sebagai simbol eksistensi manusia prasejarah
pada waktu itu dan menggambarkan bagaimana kehidupan mereka
beribu-ribu tahun sebelum manusia di zaman sekarang ini.

D. Pengaruh Budaya terhadap Karya


Pada zaman prasejarah diketahui adanya kepercayaan animisme dan
dinamisme. Jika dilihat dari pendapat para ahli, maka orang-orang di masa
prasejarah yang membuat lukisan telapak tangan tersebut lebih condong
menganut kepercayaan animisme. Animisme adalah kepercayaan akan adanya
makhluk halus atau roh manusia yang sudah meninggal. Tak hanya itu,
kepercayaan animisme juga mempercayai adanya roh atau jiwa pada alam,
bahkan terdapat kewajiban untuk menghormati benda-benda tersebut agar
benda-benda tersebut tidak mengganggu manusia.
Berbeda dengan animisme, dinamisme merupakan keyakinan adanya
kekuatan gaib pada benda-benda yang dianggap sakral dan diyakini
mengandung unsur yang dapat membantu/menguntungkan manusia dalam
menjalankan kehidupan sehari-hari. Oleh sebab pengaruh kepercayaan
animisme dan dinamisme tersebut dari zaman sebelumnya, lukisan telapak
tangan tersebut diyakini digunakan untuk kepentingan ritual atau upacara yang
berkaitan dengan kekuatan gaib dan arwah orang-orang yang telah meninggal.
Week 2 “Raden Saleh & Seni Indonesia Masa Kolonial”
❖ Lukisan Penangkapan Diponegoro Karya Raden Saleh
A. Informasi Dasar Karya

Gambar 2. Lukisan Penangkapan Diponegoro Karya Raden Saleh


Sumber: commons.wikimedia.org

Jenis karya : Lukisan


Judul karya : Penangkapan Diponegoro
Seniman : Raden Saleh (1807/1811 - 1880)
Tahun Pembuatan : 1857
Ukuran karya : 112 cm × 178 cm (44 in × 70 in)
Media : Oil on canvas (cat minyak pada kanvas)
Lokasi saat ini : Museum Kepresidenan, Yogyakarta, Indonesia

B. Latar Belakang Ide atau Gagasan Awal Karya


Lukisan Penangkapan Diponegoro karya Raden Saleh dibuat sebagai
bentuk tanggapan dari lukisan Penangkapan Diponegoro karya seniman
Belanda, Nicolaas Pieneman, yang sudah dibuat lebih dahulu pada tahun 1835.
Lukisan Penangkapan Diponegoro yang dibuat Nicolaas Pieneman berjudul De
onderwerping van Diepo Negoro aan luitenant-generaal Hendrik Merkus Baron
de Kock, 28 maart 1830, waarmee de Java-oorlog (1825-1830) werd beëindigd
yang dalam bahasa Indonesia memiliki arti Penyerahan Diepo Negoro ke Letnan
Jenderal Hendrik Merkus Baron de Kock, 28 Maret 1830, mengakhiri Perang
Jawa (1825-1830). Pada waktu itu Nicolaas Pieneman diberi tugas oleh
pemerintah Belanda untuk mendokumentasikan peristiwa penculikan Pangeran
Diponegoro.
Sejarah penculikan Pangeran Diponegoro diawali dengan Belanda yang
mengundang Pangeran Diponegoro ke Magelang pada 28 Maret 1830 dengan
dalih untuk membahas gencatan senjata. Namun, tidak sesuai dengan
perjanjian, Jenderal De Kock malah menangkap pasukan Pangeran Diponegoro.
Sebelum ditangkap dan diasingkan Pangeran Diponegoro melakukan
perlawanan terhadap Belanda, karena tidak setuju dengan campur tangan
Belanda terhadap urusan internal keraton Yogyakarta dan pemasangan patok di
tanah pribadi. Pada saat kejadian tersebut, Raden Saleh sedang menempuh
pendidikan beasiswa di Belanda, sehingga ia baru mengetahui peristiwa
ditangkapnya Pangeran Diponegoro lewat lukisan karya Nicolaas Pieneman.

Gambar 3. Sketsa lukisan Penangkapan Diponegoro Karya Raden Saleh


Sumber: wikipedia.org
Pada tahun 1856, Raden Saleh membuat sketsa awal lukisan
Penangkapan Diponegoro pada kertas ukuran 43,5 × 58 cm menggunakan tinta.
Saat ini, sketsa yang dibuat Raden Saleh tersebut disimpan di museum Atlas
van Stolk di Rotterdam, Belanda. Setahun kemudian, Raden Saleh baru
menyelesaikan lukisan Penangkapan Diponegoro dengan cat minyak pada
media kanvas. Diketahui, judul lukisan yang diberikan Raden Saleh berbeda
dengan judul yang diberikan oleh Pieneman. Selain judul yang diberikan antara
Raden Saleh dan Pieneman, ada perbedaan pandangan lain mengenai
Nasionalisme pada lukisan tersebut.
Pada awalnya, Raden Saleh menghadiahkan lukisan ini kepada Raja
William III dari Belanda sebagai "tanda terima kasih" karena pemerintah Belanda
telah membayar pendidikannya di Eropa dan sempat dipindahkan ke rumah para
veteran Militer Kolonial Kerajaan Belanda di Bronbeek. Namun, Yayasan Oranje
Nassau memutuskan agar karya tersebut dikirim ke pemerintah Indonesia
berdasarkan Undang-Undang Kebudayaan tahun 1969. Sekarang, lukisan
Penangkapan Pangeran Diponegoro ditempatkan di Museum Istana
Kepresidenan Yogyakarta dan masih menjadi lukisan populer oleh Raden Saleh
hingga saat ini.

C. Ide, Konsep, dan Tujuan Karya


➢ Komunikasi atau Persuasi
● Perasaan yang diungkapkan Raden Saleh dalam lukisannya ialah
perasaan bimbang dan gelisah.
● Seniman berusaha mengungkapkan sebuah peristiwa sejarah
sekaligus kecamannya terhadap pihak Belanda.
● Seniman mengomunikasikan semangat kebangkitan nasional
sebagai bentuk kemarahan terhadap pengkhianatan Belanda.
➢ Estetika dan Keunikan
Aliran romantisme dan realisme Raden Saleh dalam lukisan
Penangkapan Diponegoro ini, membuat adanya perasaan yang membuat
timbulnya simpati atau empati pada para penikmatnya sehingga memiliki
nilai estetika yang cukup tinggi. Proporsi setiap orang yang terdapat pada
lukisan benar-benar dipikirkan dan sempurna sehingga tampak realis.
Orang-orang yang menikmati karya tersebut dapat menghayati
seakan-akan merasakan kejadian tersebut. Selain itu, pemilihan warna
Raden Saleh memberikan nuansa romantisme sehingga memberikan
kesan emosional yang cukup dalam, terlebih lagi lukisan ini menceritakan
sejarah Indonesia. Penggambaran tersebut juga melukiskan bahwa
Raden Saleh seakan menempatkan dirinya sebagai saksi dari peristiwa
memilukan itu.
Meskipun lukisan Penangkapan Diponegoro versi Raden Saleh
mirip dengan versi Nicolaas Pieneman, namun terdapat beberapa
perbedaan yang memiliki makna penting di dalamnya. Hal-hal yang
menjadi pembeda antara lukisan Penangkapan Diponegoro versi
Indonesia (Raden Saleh) dengan versi Belanda (Nicolaas Pieneman)
adalah:

● Lukisan Pangeran Diponegoro yang digambar oleh Pieneman


menampilkan wajah Pangeran Diponegoro dengan keadaan lesu
dan pasrah. Namun, pada lukisan karya Raden Saleh, wajah
Pangeran Diponegoro digambarkan dengan raut yang tegas dan
menahan amarah.

● Tampilan kepala Jenderal De Kock dan orang-orang Belanda yang


menangkap Pangeran Diponegoro digambarkan dengan proporsi
yang lebih besar dibandingkan normalnya, sedangkan kepala
orang Indonesia tetap digambar seperti proporsi yang sewajarnya.
Kepala orang Belanda yang digambar lebih besar memiliki arti
bahwa orang-orang Belanda keras dan besar kepala.

● Lalu perbedaan selanjutnya terletak pada judul lukisan yang


diberikan keduanya. Judul lukisan yang diberikan Pienaman adalah
"Penyerahan Diri Diponegoro", sedangkan Raden Saleh menamai
lukisannya dengan judul 'Penangkapan Diponegoro'.
● Perbedaan selanjutnya terdapat pada penggambaran bendera
Belanda. Raden Saleh tidak menampilkan bendera Belanda seperti
lukisan yang dibuat Pieneman.

➢ Elemen Desain
● Titik, untuk memulai suatu garis maka terdapat kumpulan-kumpulan
titik didalamnya sehingga terdapat unsur titik didalam lukisan ini.
● Line/Garis, untuk memulai suatu bentuk maka terdapat
kumpulan-kumpulan garis didalamnya sehingga terdapat unsur
garis didalam lukisan ini.
● Shape/Bentuk, dari kumpulan garis maka akan membentuk sebuah
bentuk lalu bidang yang menjadi subjek penting atau latar pada
lukisan tersebut.
● Size/Ukuran, ukuran kanvas yang dipilih Raden Saleh, yaitu 112 cm
× 178 cm atau 44 in × 70 in.
● Space/ruang, pada bagian kanan atas lukisan tersebut terdapat
langit biru yang dianggap sebagai elemen ruang karena
memberinya ruang kosong pada lukisan.
● Color/Warna, lukisan ini menggunakan warna dengan teknik
kontras terang-gelap agar lebih dramatis.
● Texture/Tekstur, tekstur yang ada dalam lukisan ini terlihat dari
detail lipatan kain pakaian yang digunakan Pangeran Diponegoro
dan pengikutnya, serta Jenderal De Kock dan pasukannya.
➢ Prinsip Desain
● ​Contrast/Kontras, pencahayaan dari lukisan tersebut menciptakan
kekontrasan bayangan pada objek yang ada di dalam lukisan,
khususnya pada bagian wajah orang-orang.
● Balance/Keseimbangan, pemilihan tone warna latar belakang yang
harmonis, membuat iklan tersebut enak dilihat.
● Emphasis/Tekanan, penggunaan teknik pewarnaan gelap terang
dan elemen cahaya juga mendukung adanya prinsip penekanan.
Gambar Pangeran Diponegoro yang diletakkan di tengah
seakan-akan seperti menggunakan rule of third pada fotografi,
disertai dengan warna yang lebih terang membuat sosok Pangeran
Diponegoro mencolok dan menjadi center of interest.
● Proporsi, proporsi tubuh manusia dalam lukisan ini dibuat
sesempurna mungkin dan sengaja membuat kepala orang Belanda
lebih besar daripada sewajarnya.
● Rhythm/Ritme, iklan ini menggunakan gaya yang sama yang
digunakan dalam penggambaran lukisannya dan terdapat
kesamaan jarak antara teks atas serta bawah yang membuat
adanya ritme.
● Unity/Kesatuan, terlihat bahwa lukisan ini enak dipandang dan
memiliki nilai estetika yang tinggi karena elemen-elemennya yang
dipadukan menjadi kesatuan. Pewarnaan pada karya tersebut dan
aliran romantisme dengan gaya realisme juga menimbulkan
keselarasan.
➢ Objek atau Subjek Penting
● Pangeran Diponegoro yang tegak sambil membusungkan dada
mencerminkan bahwa ia gagah dan tidak takut dengan Belanda
(pemeran utama/center of interest).
● Jenderal De Kock dan pasukannya dengan anatomi kepala yang
lebih besar menggambarkan bahwa orang Belanda besar kepala.
● Rakyat Jawa (pribumi) sebagai saksi peristiwa penangkapan
Pangeran Diponegoro.
● Di antara beberapa orang saksi penangkapan Pangeran
Diponegoro, terdapat potret Raden Saleh yang ia gambarkan
sendiri. Keterlibatan potret dirinya dalam lukisan tersebut
menegaskan identitasnya sebagai seorang seniman.
➢ Tujuan Pembuatan
● Untuk mengabadikan momen sejarah serta memperingati
perjuangan pangeran Diponegoro dalam memperjuangkan
persatuan dan keadilan bagi rakyat Jawa.
● Untuk mengungkapkan sebuah peristiwa sejarah sekaligus
kecamannya terhadap pihak Belanda.
● Sebagai semangat kebangkitan nasional sebagai bentuk
kemarahan terhadap pengkhianatan Belanda. Hal ini karena pada
lukisannya, Raden Saleh menggambarkan peristiwa pengkhianatan
pihak Belanda terhadap Pangeran Diponegoro yang mengakhiri
Perang Jawa tahun 1830.
➢ Segmen Target Sasaran yang Dituju
Target lukisan ini terutama adalah bangsa Indonesia, termasuk
seluruh rakyatnya serta bangsa asing. Lukisan nasionalis tersebut
diharapkan dapat memperingati sejarah perjuangan Indonesia pada
zaman dahulu dan mengungkapkan sebuah peristiwa sejarah sekaligus
semangat kebangkitan nasional sebagai bentuk kemarahan terhadap
pengkhianatan Belanda.

D. Pengaruh Budaya terhadap Karya


Budaya lokal Indonesia dapat dilihat dari kisah yang diangkat Raden
Saleh yang menjadi poin utama lukisan tersebut, yaitu peristiwa penangkapan
Pangeran Diponegoro. Proporsi dan anatomi tubuh rakyat Jawa yang digambar
juga benar-benar sesuai dengan ciri khas fisik orang Jawa, seperti dari warna
kulit dan struktur wajahnya. Latar tempat lukisan tersebut juga benar-benar
sesuai dengan kejadian nyatanya, yaitu di sebuah rumah di Magelang yang kini
dijadikan sebagai museum. Di belakangnya, juga terdapat gambar gunung yang
cukup mencolok yang diyakini sebagai Gunung Merbabu yang terletak di Jawa
Tengah.
Lalu, terdapat pengaruh budaya Eropa yang dapat terlihat pada lukisan
karya Raden Saleh, yaitu gaya lukis romantisme pada lukisan ini. Ketika Raden
Saleh berada di Eropa, di sana sedang tren gaya seni romantisme. Gaya
romantisme identik dengan karya-karya seni yang dibuat dengan warna
gelap-terang yang dramatis. Sosok-sosok yang digambarkan dalam karya seni
juga digambarkan lebih dramatis dan emosional, misalnya Pangeran Diponegoro
yang postur tubuhnya gagah dengan dada yang membusung atau orang-orang
Belanda dengan kepala yang lebih besar. Gaya melukis romantisme memiliki
karakter yang memberikan ruang pada emosi, intuisi, dan irasional. Hal tersebut
yang membuat lukisan Penangkapan Diponegoro dapat memberikan emosi yang
cukup dalam.

❖ Poster Iklan Tembakau


A. Informasi Dasar Karya

Gambar 4. Poster Iklan Tembakau karya Van Nelle


Sumber: liputan6.com

Jenis karya : Poster Iklan


Judul karya : Iklan Tembakau karya Van Nelle
Desainer : De Erven Wed. J. van Nelle
Tahun Pembuatan : 1925
Ukuran karya : 112 cm × 178 cm (44 in × 70 in)
Media : Oil on canvas (cat minyak pada kanvas)
B. Latar Belakang Ide atau Gagasan Awal Karya
Pada masa kejayaan Hindia-Belanda, wilayah di kaki gunung berapi,
Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah diberkahi tanah vulkanik yang begitu
subur. Rempah-rempah, tebu, kopi, hingga tembakau dibudidayakan di wilayah
lereng Gunung Slamet. Dampak dari Politik Etis pun turut mendorong maju dan
berkembangnya dunia iklan pada.
Oleh sebab itu, banyak perusahaan berlomba-lomba agar produknya laku
di pasaran, maka mereka memanfaatkaan media iklan untuk mewujudkan
tujuannya. Situasi ini dimanfaatkan pula oleh perusahaan Belanda yaitu Van
Nelle dengan mengimpor produknya ke Hindia-Belanda. Penggunaan sosok
pribumi dalam iklan Tembaco Van Nelle salah satunya memiliki tujuan untuk
menarik hati kaum tersebut agar mau membeli produk yang ditawarkan. Dari
sana dapat dilihat citra yang berusaha dibangun oleh perusahaan berkaitan
dengan sosok pribumi yang ditampilkan dalam iklan poster. Iklan tersebut dibuat
oleh orang Belanda (dilihat dari namanya) dengan sudut pandang mereka
terhadap masyarakat Indonesia, yang mana masyarakatnya mayoritas bekerja
sebagai petani.

C. Ide, Konsep, dan Tujuan Karya


➢ Komunikasi atau Persuasi
Mempersuasikan kaum pribumi agar mau membeli produk Tembaco
Van Nelle tersebut.
➢ Estetika dan Keunikan
● Memiliki gara vintage atau terkesan retro, sehingga menarik untuk
dilihat.
● Illustrasi gambar yang dihasilkan terlihat sangat realistis walaupun
kuno.
● Terdapat perbedaan status jika dilihat dari pakaian serta atribut
yang dipakai subjek tersebut.
● Adanya efek kertas lusuh/vintage yang membuat kesan tradisional
& tua beserta robekan kertas yang tertera dekat tulisan “DE
ERVEN DE WED.J.VAN. NELLE”.
➢ Elemen Desain
● Titik, untuk memulai suatu garis maka terdapat kumpulan-kumpulan
titik didalamnya sehingga terdapat unsur titik didalam iklan ini.
● Line/Garis, untuk memulai suatu bentuk maka terdapat
kumpulan-kumpulan garis didalamnya sehingga terdapat unsur
garis didalam iklan ini. Pada karya ini, garis-garis juga disusun
membentuk sebuah persegi panjang berupa frame pada gambar
yang menjadi batasan untuk foto dan juga latar.
● Shape/Bentuk, dari kumpulan garis maka akan membentuk sebuah
bentuk lalu bidang seperti adanya sosok manusia, hewan, gunung,
sawah yang memiliki diameter, tinggi, dan lebar.
● Size/Ukuran, terdapat judul “Tembaco Van Nelle” yang memiliki size
paling besar diantara elemen tulisan yang lain agar pembaca dapat
membaca sesuai hirarki, diikuti “NJANG PALING BAIK” dengan
ukuran yang lebih kecil dan tulisan dibawah foto menunjukkan sang
penulis, terdapat pula tulisan paling kecil di kiri sebagai peringatan
dan sisi kanan merupakan penerjemah dalam bahasa Belanda.
Lalu, terlihat 2 tokoh utama laki-laki yang terlihat lebih besar di
depan dan wanita di belakang lebih kecil serta terlihat jelas bahwa
ukuran gambarlah yang paling besar bertujuan untuk penekanan
objek utama.
● Space/ruang, ruang antara elemen dalam iklan tersebut nyaman
untuk dipandang karena penempatan antar elemen yang tidak
terlalu dekat, namun tetap tidak membiarkan ada ruang kosong
sehingga seluruh ruang memiliki proporsi yang sama rata.
● Color/Warna, warna yang dipakai pada pembuatan iklan tersebut
memiliki tone cokelat yang menunjukkan kesan jadul, memiliki sifat
alami/natural, dan warna cokelat ini kerap digunakan untuk
menggambarkan daerah pegunungan. Lalu, iklan ini juga terdapat
warna pendukung yaitu hitam pada garis dan tulisan, warna hitam
memberi kesan dominan bagi para pembaca.
● Texture/Tekstur, tekstur yang ada dalam iklan tersebut yaitu adanya
efek kertas lusuh/vintage yang membuat kesan tradisional & tua
beserta robekan kertas yang tertera dekat tulisan “DE ERVEN DE
WED.J.VAN. NELLE”. Selain itu, ada juga tekstur yang bisa dilihat
di dalam illustrasi gambar yaitu genangan air dan tanah.
➢ Prinsip Desain
● ​Contrast/Kontras, warna kotak tembakau, baju adat laki-laki
sebelah kanan, beserta warna frame memiliki warna yang
menyentrik yaitu biru tau dan oranye dibandingkan latar belakang
yang cenderung memiliki tone pudar.
● Balance/Keseimbangan, pemilihan tone warna latar belakang yang
harmonis, membuat iklan tersebut enak dilihat.
● Emphasis/Tekanan, terdapat warna komplementer pada kotak
tembakau dan subjek yang berdiri di sebelah kanan menggunakan
baju berwarna biru tua dan memegang objek berwarna oranye. Hal
itulah yang membuat adanya kontras dalam iklan tersebut.
● Proporsi, tata letak gambar, garis, dan tulisan menimbulkan kesan
adanya jarakl serta dimensi dalam karya yang dapat membuat
penikmat karya merasa nyaman ketika membaca iklan tersebut.
● Rhythm/Ritme, iklan ini menggunakan gaya yang sama yang
digunakan dalam penggambaran lukisannya dan terdapat
kesamaan jarak antara teks atas serta bawah yang membuat
adanya ritme.
● Unity/Kesatuan, terlihat bahwa masing-masing elemen yang ada
pada karya ini membentuk sebuah kesatuan sehingga iklan ini
terbentuk estetikanya.
➢ Objek atau Subjek Penting
● Dua orang laki-laki (Para petani), yang berada di tengah
persawahan, di mana orang yang di sebelah kanan sedang
merokok dan orang yang berada di sebelah kiri menunjukkan
wadah tembakau merek Van Nelle.
● Terdapat petani lain yang sedang membajak sawah menggunakan
kerbau (dibelakang tokoh utama).
● Dan ada seorang perempuan dan seorang petani lain yang
memegang tampah dan sedang membajak sawah dengan
menggunakan kerbau.
➢ Tujuan Pembuatan
Penggunaan sosok pribumi dalam iklan Tembaco Van Nelle salah
satunya memiliki tujuan untuk menarik hati kaum tersebut agar mau
membeli produk yang ditawarkan. Dari sana dapat dilihat citra yang
berusaha dibangun oleh perusahaan berkaitan dengan sosok pribumi
yang ditampilkan dalam iklan poster. Tulisan "Njang Paling Baik " juga
berarti sahabat kerja yang baik, maka iklan ini menunjukkan relasi yang
baik dan menunjukkan orang pribumi yang ramah.
➢ Segmen Target Sasaran yang Dituju
Target audiensnya adalah orang pribumi (khususnya para petani),
yang nyatanya memang banyak orang Indonesia bekerja sebagai petani
di era penjajahan Belanda. Juga tokoh utama dalam iklan tersebut adalah
petani.

D. Pengaruh Budaya terhadap Karya


1. Ikat Kepala
Terdapat pengaruh Budaya Jawa terlihat dari ikat kepala yang dikenakan
atau disebut Blangkon yang merupakan kelengkapan pakaian tradisional
Jawa, fungsinya sebagai penutup kepala juga terkandung maksud
simbolik berupa pengharapan dalam bobot nilai-nilai hidup.
2. Rokok/Cerutu
Terdapat orang yang merokok dalam iklan ini, namun rokok sendiri
merupakan budaya asli suku Indian atau kelompok penduduk pribumi
benua Amerika, budaya tersebut kemudian dikenalkan ke bangsa Eropa
sekitar 3000 tahun lalu tepat-nya saat Columbus tiba di benua Amerika.
Dari sinilah, budaya merokok kemudian menyebar ke seluruh dunia
termasuk salah satunya yaitu Indonesia.
3. Bajak Sawah menggunakan Kerbau
Selain itu, terdapat tampilan membajak sawah dengan kerbau yang
merupakan kearifan lokal di Indonesia pada masa itu yang merupakan
pengaruh dari budaya di India. Maka, Belanda melihat keseharian
masyarakat Indonesia yang umumnya memiliki profesi sebagai petani
sebagai target marketnya.
4. Kain Batik Lilit
Terdapat kain lilit yang bercorak batik digunakkan oleh subjek sebelah kiri,
batik mulai populer pada abad ke-19 dan ditemukan pada zaman
Majapahit. Namun, sarung batik yang digunakan oleh 2 subjek di sebelah
kanan dipengaruhi oleh budaya China, Arab dan Belanda.
5. Gunung Slamet Jawa Tengah
Terdapat latar belakang Gunung slamet yang berada di Jawa tengah,
yang menambah pengaruh bahwa budaya yang disajikan merupakan
budaya Jawa selain dari atribut yang digunakan.
6. Selendang
Terdapat selendang yang dikenakan oleh wanita di belakang merupakan
pengaruh dari budaya China.
7. Bahasa dalam Text
Terdapat campuran antara dua bahasa yakni bahasa Jawa dan Belanda.
Week 3 “Polemik Kebudayaan”
❖ Poster Boeng Ajo Boeng karya Affandi
A. Informasi Dasar Karya

Gambar 5. Poster Boeng, Ajo Boeng karya Affandi


Sumber: muralmedan.com

Jenis karya : Poster propaganda


Judul karya : Boeng, Ajo Boeng
Desainer : Affandi
Tahun Pembuatan : 1945
Ukuran : 80 cm x 100 cm
B. Latar Belakang Ide atau Gagasan Awal Karya
Setelah membacakan proklamasi kemerdekaan Indonesia, Ir. Soekarno
mencetuskan ide pembuatan poster kepada kepala bagian seni rupa Sekretariat
Menteri Negara Urusan Pemuda saat itu, S. Sudjojono. “Kau, buatlah
gambar-gambar yang sekiranya dapat menebar semangat juang rakyat,” begitu
kira-kira ucap Ir. Soekarno pada S. Sudjono. Kemudian segeralah Sudjono
menuju rekannya sesama seniman untuk menyampaikan maksud Soekarno
tersebut.
Meski penggarap visualnya adalah Affandi, tetapi poster tersebut
merupakan wujud kolaborasi dari beberapa seniman lainnya. Figur pria dari
poster yang digambar oleh Affandi adalah wajah dari Dullah, yang juga
merupakan pelukis. Sedangkan, yang memprakarsai teks bertuliskan "Boeng,
Ajo Boeng" merupakan gagasan dari Chairil Anwar, sang penyair ulung.
C. Ide, Konsep, dan Tujuan Karya
➢ Komunikasi atau Persuasi
Untuk mengajak semangat juang rakyat dan menggencarkan
propaganda perjuangan.
➢ Estetika dan Keunikan
● Gambar orang digambar secara tradisional dengan pemilihan
warna hitam putih sehingga sangat kontras.
● Warna yang mencolok yaitu ada pada bendera Indonesia, yakni
merah-putih, yang digambarkan dengan warna sesuai.
● Kalimat “Boeng, Ajo Boeng” yang menggunakan penulisan jadul
membuat karya tersebut unik.
● Tulisan tangan "Boeng, Ajo Boeng" yang dibuat manual oleh
Affandi.
● Kalimat “Boeng, Ajo Boeng” yang digagas Chairil Anwar tersebut
datang dari para Pekerja Seks Komersial yang saat itu sering
menawarkan jasa dengan memanggil "Bung..sini Bung..!"
● Poster tersebut diperbanyak dan disebarluaskan oleh banyak
seniman muda dengan tujuan propaganda.
➢ Elemen Desain
● Titik, untuk memulai suatu garis maka terdapat kumpulan-kumpulan
titik didalamnya sehingga terdapat unsur titik didalam poster ini.
● Line/Garis, untuk memulai suatu bentuk maka terdapat
kumpulan-kumpulan garis didalamnya sehingga terdapat unsur
garis didalam poster ini.
● Shape/Bentuk, dari kumpulan garis maka akan membentuk sebuah
bentuk lalu bidang yang menjadi gambar orang berteriak dengan
kedua tangan dikepal yang terangkat beserta rantai yang putus,
bentuk bendera, dan juga tulisan “Boeng, Ajo Boeng”.
● Size/Ukuran, ukuran poster ini yaitu 80 cm x 100 cm.
● Space/ruang, terdapat ruang kosong di bagian bawah poster
digunakan untuk meletakkan tulisan “Boeng, Ajo Boeng”.
● Color/Warna, lukisan ini menggunakan warna dengan teknik
kontras terang-gelap agar lebih dramatis yaitu warna merah, putih,
dan hitam.
● Texture/Tekstur, tekstur yang ada dalam lukisan ini terlihat dari
noise yang dihasilkan dari pigmen warna hitam. Hal ini menujukkan
adanya segi pencahayaan dapat dilihat bayangan pada wajah
orang pada poster tersebut yang menandakan arah datangnya
cahaya berasal dari kiri.
➢ Prinsip Desain
● Contrast/Kontras, pencahayaan dari lukisan tersebut menciptakan
kekontrasan bayangan pada objek yang ada di dalam lukisan,
khususnya pada bagian wajah orang-orang.
● Balance/Keseimbangan, posisi orang di tengah yang di
belakangnya terdapat bendera merah putih.
● Emphasis/Tekanan, penggunaan teknik pewarnaan gelap terang
dan elemen cahaya juga mendukung adanya prinsip penekanan.
Gambar Pangeran Diponegoro yang diletakkan di tengah
seakan-akan seperti menggunakan rule of third pada fotografi,
disertai dengan warna yang lebih terang membuat sosok Pangeran
Diponegoro mencolok dan menjadi center of interest.
● Proporsi, penataan teks dengan gambar pada poster (layout)
sangat rapi.
● Rhythm/Ritme, iklan ini menggunakan gaya yang sama yang
digunakan dalam penggambaran lukisannya dan terdapat
kesamaan jarak antara teks atas serta bawah yang membuat
adanya ritme.
● Unity/Kesatuan, terlihat bahwa elemen-elemen pada poster yang
harmonis dan enak dipandang mata. Pemilihan pewarnaan hitam
putih dan warna merah di bendera membuat poster tersebut
selaras dengan tujuan poster, yakni sebagai poster propaganda
kemerdekaan Indonesia.
➢ Objek atau Subjek Penting
● Seorang pemuda berbaju kemeja putih sedang berteriak dengan
ekspresi yang menunjukkan semangat. Orang tersebut merupakan
Dullah, seorang seniman juga.
● Di tangan orang tersebut terpasang borgol rantai yang sudah
putus. Hal ini menandakan bahwa Indonesia sudah lepas dari
ikatan penjajahan.
● Bendera merah putih.
● Kata "Boeng, Ajo Boeng" yang berasal dari Chairil Anwar,
merupakan teks persuasif yang mengajak rakyat Indonesia untuk
semangat meramaikan kemerdekaan Indonesia.
➢ Tujuan Pembuatan
Saat itu, Indonesia baru saja merdeka. Oleh sebab itu, dibutuhkan
poster-poster yang disebar ke masyarakat untuk menciptakan suasana
dan semangat kemeredekaan. Poster Boeng, Ajo Boeng yang didesain
oleh Affandi ini memiliki tujuan untuk menyebarkan berita kemerdekaan ke
seluruh Indonesia dan menebarkan semangat kemedekaan bahwa
Indonesia sudah lepas dari penjajahan. Pada intinya, poster Boeng, Ajo
Boeng digunakan pemerintah Indonesia untuk tujuan propaganda.
➢ Segmen Target Sasaran yang Dituju
Poster Boeng, Ajo Boeng ditujukan kepada masyarakat Indonesia
di segala wilayah tempat poster tersebut dipajang agar mengetahui bahwa
Indonesia kini telah terlepas dari penjajah.

D. Pengaruh Budaya terhadap Karya


Indonesia sempat dijajah oleh Belanda dan terakhir sebelum merdeka
dijajah oleh Jepang. Kedua bangsa yang menjajah Indonesia tentunya juga
menyebarkan poster propagandanya di Indonesia. Oleh sebab itu, ketika
Indonesia merdeka, pemerintahan Indonesia juga gencar dalam pembuatan dan
penyebaran poster propaganda di era kemerdekaan. Pengaruh budaya lokal
juga terdapat pada poster tersebut, yaitu kalimat “Boeng, Ajo Boeng” sendiri.
Panggilan "Bung" sendiri pada revolusi kemerdekaan memiliki arti keberanian,
kebebasan, dan kemerdekaan, atau melepaskan diri dari penjajah.
Week 4 “Kemerdekaan Indonesia Diproklamasikan”

❖ Lukisan Para Pejuang Karya Affandi


A. Informasi Dasar Karya

Gambar 6. Lukisan Para Pejuang karya Affandi


Sumber: kompasiana.com

Jenis karya : Lukisan


Judul karya : Para Pejuang
Seniman : Affandi
Tahun Pembuatan : 1972
Ukuran karya : 100 cm x 135 cm
Media : Oil on canvas (cat minyak pada kanvas)
Lokasi saat ini : Museum Affandi

B. Latar Belakang Ide atau Gagasan Awal Karya


Konsep pemikiran yang mendasari penipta karya membuat karya ini
adalah semangat para Pemuda Indonesia dalam memperjuangkan
Kemerdekaan, dengan mengorbankan jiwa dan raganya untuk Ibu pertiwi
tercinta. Lukisan yang bisa dibilang semi-abstrak ini juga menggambarkan
semangat para pejuang Indonesia untuk meraih kemerdekaan Indonesia dengan
jiwa patriotisme yang tinggi dan mengorbankan jiwa dan raga mereka untuk
Indonesia. Dan lukisan karya Affandi ini mengandung nilai sejarah yang tinggi,
dimana karya ini menceritakan semangat baja para Pejuang Indonesia dalam
merebutkan kemerdekaan Indonesia di medan tempur dengan mempertaruhkan
nyawa mereka.
C. Ide, Konsep, dan Tujuan Karya
➢ Komunikasi atau Persuasi
Untuk menceritakan para pejuang Indonesia untuk
memperjuangkan kemerdekaan kepada pemuda-pemudi di zaman ini.
➢ Estetika dan Keunikan
● Goresan kuas bercat minyak pada lukisan ini menjadi satu dalam
sebuah perpaduan warna dan bentuk yang sempurna dan bernilai
seni serta jual yang tinggi.
● Bentuk yang diciptakan dari perpaduan garis dan warna sangat
unik, karena garis nya sedikit abstrak tapi dapat membentuk lekuk
tubuh manusia dan bentuk-bentuk yang lain.
➢ Elemen Desain
● Titik, untuk memulai suatu garis maka terdapat kumpulan-kumpulan
titik didalamnya sehingga terdapat unsur titik didalam lukisan ini.
● Line/Garis, untuk memulai suatu bentuk maka terdapat
kumpulan-kumpulan garis didalamnya sehingga terdapat unsur
garis didalam lukisan ini.
● Shape/Bentuk, dari kumpulan garis maka akan membentuk sebuah
bentuk lalu bidang yang menjadi subjek/objek penting (3 pemuda,
bendera merah putih, bambu runcing) dan latar pada lukisan
tersebut.
● Size/Ukuran, memakai kanvas berukuran 100 cm x 135 cm.
● Space/ruang, pada bagian kanan atas lukisan tersebut terdapat
langit biru yang dianggap sebagai elemen ruang karena
memberinya ruang kosong pada lukisan.
● Color/Warna, gradasi warna yang digunakan beragam dan gelap
terang yang diciptakan dari perpaduan warna (oranye, kuning,
hitam, coklat, dan putih yang membentuk suatu goresan seperti
kobaran api) membuat karya seni tersebut hidup dan seolah-olah
nyata.
● Texture/Tekstur, tekstur yang ada dalam lukisan ini halus dan rinci,
sehingga setiap detail goresan menciptakan arti sendiri.
➢ Prinsip Desain
● Contrast/Kontras, pencahayaan dari lukisan tersebut menciptakan
kekontrasan bayangan pada objek yang ada di dalam lukisan,
khususnya pada bagian wajah orang-orang.
● Balance/Keseimbangan, penepatan subjek/objek di lukisan ini
sudah seimbang antara kanan dan kiri serta tidak berat sebelah.
● Emphasis/Tekanan, fokus yang diiptakan membuat mata
memandang ke bendera dan bambu runcing.
● Proporsi, proporsi tubuh manusia dalam lukisan ini cukup abstrak
namun masih dapat dipahami.
● Rhythm/Ritme, lukisan ini mengandung variasi warna dan bentuk
yang mirip namun terkesan menarik.
● Unity/Kesatuan, terlihat bahwa lukisan ini memiliki perbedaan yang
tercipta dari berbagai macam unsur seni yang membuat karya
tersebut menjadi satu kesatuan utuh.
● Harmonis, keharmonisan karya tersebut dapat dinikmati dengan
unsur warna dan keragaman bentuk yang selaras.
➢ Objek atau Subjek Penting
● Tiga pemuda yang menggambarkan pejuang kemerdekaan serta
memakai ikat kepala sebagai ciri khas para pejuang bangsa
Indonesia.
● Bambu Runcing sebagai senjata dalam melawan penjajah.
● Bendera Merah Putih sebagai simbol Negara Indonesia.
➢ Tujuan Pembuatan
● Untuk menceritakan para pejuang Indonesia untuk
memperjuangkan kemerdekaan. Para pejuang rela mengorbankan
jiwa dan raga demi tanah air.
● Akan menjadi koleksi kebanggaan tak ternilai bagi siapapun yang
mengkoleksi Karya Lukisan hebat ini.
➢ Segmen Target Sasaran yang Dituju
Lukisan Para Pejuang ditujukan kepada masyarakat Indonesia
untuk setiap generasinya agar mengetahui semangat baja para Pejuang
Indonesia dalam merebutkan kemerdekaan Indonesia di medan tempur
dengan mempertaruhkan nyawa mereka.

D. Pengaruh Budaya terhadap Karya


Budaya lokal Indonesia dapat dilihat dari kisah yang diangkat Affandi yang
menjadi poin utama lukisan tersebut, yaitu peristiwa para pejuang Indonesia
untuk memperjuangkan kemerdekaan. Proporsi dan anatomi tubuh yang
digambar juga benar-benar sesuai dengan ciri khas fisik orang pribumi, seperti
dari warna rambutnya yang hitam. Lalu, juga terdapat Bendera Merah Putih yang
merupakan benda pusaka Bangsa Indonesia serta bambu runcing.
Setelah Itu, terdapat pengaruh budaya Eropa yang dapat terlihat pada
lukisan karya Affandi, yaitu gaya lukis ekspresionisme pada lukisan ini. Aliran
ekspresionisme merupakan aliran seni rupa yang lebih memperlihatkan curahan
batin pembuatnya secara general dan bebas, baik dari imajinasi, dalam batin,
ataupun perasaannya. Gerakan aliran Ekspresionisme berlangsung dari sekitar
1905 hingga 1920 dan menyebar ke seluruh Eropa bahkan seluruh dunia.
Week 5 “Realisme Sosial dan Manifes Kebudayaan”

❖ Lukisan Lelang Ikan karya Itji Tarmizi


A. Informasi Dasar Karya

Gambar 7. Lukisan Lelang Ikan karya Itji Tarmizi


Sumber: historia.id

Jenis karya : Lukisan


Judul karya : Lelang Ikan
Seniman : Itji Tarmizi (1939-2001)
Tahun Pembuatan : 1963
Ukuran karya : 140 cm x 195 cm
Media : Oil on canvas (cat minyak pada kanvas)

B. Latar Belakang Ide atau Gagasan Awal Karya


Lukisan Lelang Ikan karya Itji Tarmizi merupakan lukisan koleksi Istana
Negara yang dipamerkan di Galeri Nasional, Jakarta pada tanggal 2-20 Agustus
2017 lalu. Lukisan ini menggambarkan seorang tengkulak yang hendak membeli
ikan tangkapan para nelayan. Berdasarkan KBBI, tengkulak adalah pedagang
perantara (yang membeli hasil bumi dan sebagainya dari petani atau pemilik
pertama). Dilihat dari ekspresinya, para nelayan terlihat pasrah karena
ikan-ikannya dibeli sang tengkulak dengan harga yang terlalu rendah, sementara
sang tengkulak terlihat seenaknya saja menawarkan harga yang tidak masuk
akal.
Pada saat Itji menggambarkan sang tengkulak pada lukisan Lelang Ikan,
ia ditemani anak atau cucunya yang berkulit terang yang kala itu sedang
mengenakan pakaian bagus/rapi, mengenakan kalung mutiara, dan mengenakan
peci hitam. Pakaian anak atau cucunya yang dijadikan inspirasi atau model pada
saat itu seperti pakaian ala penguasa dengan bawahan kain, disertai ikat
pinggang besar. Lukisan Lelang Ikan tersebut tergolong dalam jenis lukisan
realisme sosialis karena cerita yang diangkat oleh Itji adalah realita pahit para
rakyat kalangan bawah seperti nelayan. Aliran realisme sosialis ini mengambil
tema wong cilik atau berorientasi pada rakyat bawah (rakyat kecil). Seni realisme
sosialis memiliki pendekatan visual realis dengan modus “turun ke bawah” yang
artinya dekat dengan realita kehidupan masyarakat kecil.

C. Ide, Konsep, dan Tujuan Karya


➢ Komunikasi atau Persuasi
Mengkomunikasikan kampanye untuk memperjuangkan nasib para
nelayan yang diperlakukan tidak adil bagi para tengkulak.
➢ Estetika dan Keunikan
Gaya lukisan yang memiliki pendekatan realisme sehingga
mendramatisasi realita pahit sehingga perasaan yang dituangkan Itji
Tarmizi dalam lukisan Lelang Ikan dapat tersampaikan kepada para
penikmat seninya. Tak hanya gaya realisme, pemilihan warna yang
cenderung redup, gelap, dan kontras membuat kisah yang digambarkan
pada lukisan tersebut menjadi lebih hidup seperti realitanya.
➢ Elemen Desain
● Titik, untuk memulai suatu garis maka terdapat kumpulan-kumpulan
titik didalamnya sehingga terdapat unsur titik didalam lukisan ini.
● Line/Garis, untuk memulai suatu bentuk maka terdapat
kumpulan-kumpulan garis didalamnya sehingga terdapat unsur
garis didalam lukisan ini.
● Shape/Bentuk, dari kumpulan garis maka akan membentuk sebuah
bentuk lalu bidang yang menjadi wujud orang-orang dan objek
yang penting pada lukisan tersebut.
● Size/Ukuran, ukuran kanvas lukisan ini yaitu 140 cm x 195 cm.
● Space/ruang, pada bagian kanan atas lukisan tersebut terdapat
langit biru yang dianggap sebagai elemen ruang karena
memberinya ruang kosong pada lukisan.
● Color/Warna, lukisan ini menggunakan pemilihan warna cenderung
redup dan gelap agar lebih dramatis menggambarkan realitas
sosial para nelayan.
● Texture/Tekstur, tekstur yang ada dalam lukisan ini terlihat dari
lipatan baju orang-orang pada lukisan.
➢ Prinsip Desain
● Contrast/Kontras, pencahayaan dari lukisan tersebut menciptakan
kekontrasan bayangan pada objek yang ada di dalam lukisan,
khususnya pada bagian kepala orang-orang.
● Balance/Keseimbangan, pemilihan tone warna latar belakang yang
harmonis, membuat iklan tersebut enak dilihat.
● Emphasis/Tekanan, dilihat dari bayangan yang dilukiskan, dapat
dilihat bahwa cahaya berasal dari arah kiri dan spot light atau
center of interestnya terletak pada sang tengkulak karena
warnanya lebih cerah/jelas.
● Proporsi, dilihat dari susunan peletakkan orang-orang pada lukisan.
● Rhythm/Ritme, iklan ini menggunakan gaya yang sama yang
digunakan dalam penggambaran lukisannya dan terdapat
kesamaan jarak antara teks atas serta bawah yang membuat
adanya ritme.
● Unity/Kesatuan, dilihat dari elemen-elemen yang ada pada karya
tersebut, kemudian pemilihan warna membuat munculnya prinsip
keselarasan.

➢ Objek atau Subjek Penting


● Seorang tengkulak yang digambarkan dengan wujud sosok pria
berpeci hitam dengan baju kain warna putih menggunakan ikat
pinggang yang ukurannya besar, terlihat sudah tua dan memegang
kacamata, disertai dengan senyuman dan tatapan tajam kepada
para nelayan.
● Para nelayan yang digambarkan bertelanjang dada yang menjual
ikan hasil tangkapannya kepada sang tengkulak.
● Sosok perempuan menggunakan kutang (pakaian dalam bagian
atas) dan bawahan kain yang diyakini merupakan istri dari salah
satu nelayan.
● Anak kecil yang diyakini sebagai anak dari nelayan di sana.
➢ Tujuan Pembuatan
Lukisan realisme sosial Lelang Ikan karya Itji Tarmizi dibuat untuk
menaikkan ke publik tentang penderitaan para nelayan sebagai rakyat
kecil yang sering kali mendapatkan upah terlalu rendah dari para
tengkulak.
➢ Segmen Target Sasaran yang Dituju
Lukisan tersebut seakan-akan seperti kampanye memperjuangkan
nasib para nelayan yang diperlakukan tidak adil. Lukisan tersebut secara
tersirat ditujukan untuk para tengkulak yang sering kali bersikap tidak adil
kepada para nelayan sehingga tumbuhlah rasa simpati atau empati agar
para nelayan mendapat timbal balik yang adil dan layak.
D. Pengaruh Budaya terhadap Karya
Aliran realisme sosialis pada lukisan Lelang Ikan karya Itji Tarmizi ternyata
merupakan pengaruh dari Rusia atau Uni Soviet. Pandangan realisme sosialis
ternyata ditanamkan di dalam paham komunisme, sehingga ketika ajaran
komunis sampai ke Indonesia lewat Belanda, konsep realisme sosialis juga
tersebar di Indonesia. Sementara itu, pengaruh budaya lokal nusantara dapat
dilihat dari latar tempat lukisan tersebut. Menurut Mikke Susanto, seorang
kurator pameran, detail perahu-perahu para nelayan di belakangnya dapat
disimpulkan bahwa tempat yang dilukiskan Itji berlokasi di pesisir timur Pulau
Jawa, antara Jawa Timur atau Pulau Madura.
Week 6 “Sejarah Percetakan di Indonesia”

❖ Poster Film Gundala


A. Informasi Dasar Karya

Gambar 8. Poster Film Gundala


Sumber: KINCIR.com

Jenis karya : Poster film


Judul film : Gundala
Desainer : Caravan Studio, John Nugroho, Rio Sabda, Bagus Satria
Fotografer : Eriekn Juragan
Tahun rilis : 2019
B. Latar Belakang Ide atau Gagasan Awal Karya
Gundala pertama kali diciptakan pada tahun 1969 dalam bentuk komik
oleh seorang komikus terkenal Indonesia bernama Harya Suryaminata atau yang
dikenal dengan sebutan Hasmi. Hasmi terinspirasi dari komik luar negeri seperti
Marvel dan DC yang menciptakan komik tentang superhero. Ia berharap dapat
menciptakan superhero versi kearifan lokal Indonesia.
Joko Anwar, sutradara ternama di Indonesia, menggarap hasil karya
Hasmi, komik Gundala, menjadi sebuah film pahlawan atau superhero Indonesia
karena ia merasa komik Gundala adalah bagian dari masa kecil dia. Membuat
film dari komik Gundala ternyata sudah merupakan cita-cita Joko Anwar sejak
kecil dan itu juga menjadi alasan bagi Joko Anwar untuk menjadi sutradara.
Setelah berhasil mewujudkan komik Gundala menjadi sebuah film yang akan
tayang, maka dibutuhkan poster untuk mempromosikan film tersebut.
Berdasarkan credits pada film Gundala, dapat diketahui bahwa Art
Department film tersebut adalah Chris Lie. Pada caption unggahan instagram
Chris Lie pada 28 Mei 2019 diketahui bahwa pihak atau orang yang terlibat
dalam pembuatan desain poster adalah Caravan Studio, John Nugroho, Rio
Sabda, dan Bagus Satria yang ia tag di instagram, “Poster by
@caravanstudio_artwork @john_nugroho @kepondang @baguuy”. Tak hanya
itu, di dalam poster tersebut tentu ada foto karakter Gundala yang difoto oleh
Eriekn Juragan yang ia tag di instagtram, “Foto by @ejstudio.official”.

C. Ide, Konsep, dan Tujuan Karya


➢ Komunikasi atau Persuasi
Untuk mengajak atau menarik para masyarakat Indonesia yang
gemar nonton bioskop atau menonton film, khususnya film genre action
agar menonton film Gundala.
➢ Estetika dan Keunikan
● Postur kepahlawanan sosok Gundala dengan background langit
berpetir yang sangat menunjukkan karakteristik Gundala sendiri.
● Latar tempat seperti digang-gang sempit disertai dengan
orang-orang yang berbaris di atas gedung membuat poster
tersebut unik dan memiliki nilai estetika sendiri.
● Tulisan tipografi “Gundala” yang dibuat miring (italic) dan dengan
sudut yang tajam menggambarkan karakter Gundala yang cepat
seperti kilat.
➢ Elemen Desain
● Titik, untuk memulai suatu garis maka terdapat kumpulan-kumpulan
titik didalamnya sehingga terdapat unsur titik didalam poster film ini.
● Line/Garis, untuk memulai suatu bentuk maka terdapat
kumpulan-kumpulan garis didalamnya sehingga terdapat unsur
garis didalam poster film ini.
● Shape/Bentuk, dari kumpulan garis-garis geometris cenderung
membentuk bentuk bangunan pada latar atau background,
sedangkan garis nongeometris membentuk wujud tokoh Gundala.
Tak hanya itu, garis-garis juga membentuk tulisan-tulisan pada
poster.
● Size/Ukuran, ukuran kanvas yang dipilih Raden Saleh, yaitu 112 cm
× 178 cm atau 44 in × 70 in.
● Space/ruang, dapat dilihat dari ruang kosong yang diberikan untuk
peletakkan teks agar teks dapat terbaca dengan jelas.
● Color/Warna, poster film ini didominasi oleh warna abu- abu
sebagai warna latar, warna ini memiliki arti keseriusan,
kemandirian, kurang percaya diri, dan bertanggung jawab, serta
mewakili sikap dari Gundala itu sendiri, Gundala memiliki
keseriusan untuk menolong orang lain. Selain itu, elemen cahaya
dapat dilihat dari lighting yang berpusat pada karakter Gundala di
tengah poster.
● Texture/Tekstur, tekstur yang ada dalam lukisan ini terlihat dari
lipatan-lipatan yang terdapat pada permukaan kostum Gundala di
bagian badannya. Selain itu, tekstur air hujan yang sedang turun
juga terlihat.
➢ Prinsip Desain
● Contrast/Kontras, pencahayaan dari lukisan tersebut menciptakan
kekontrasan bayangan pada objek yang ada di dalam lukisan,
khususnya pada bagian wajah orang-orang.
● Balance/Keseimbangan, posisi karakter Gundala yang berada di
tengah jalanan dengan background gedung-gedung dengan
perspektif satu titik hilang. Bagian gedung dan orang-orang di atas
gedung terdapat pada bagian kiri dan kanan sehingga prinsip
keseimbangan pada poster Gundala sangat dipertimbangkan.
● Emphasis/Tekanan, ukuran tulisan “Gundala” yang lebih besar
dibandingkan tulisan lainnya untuk menekankan judul film tersebut.
Tak hanya itu, gambar sosok Gundala juga dapat disebut sebagai
penekanan karena ia merupakan center of interest dan ukurannya
lebih besar dan berada di tengah. Poster film ini juga layout
simetris, yaitu berat visual dari elemen-elemen desain terbagi
secara merata baik dari segi horizontal, vertikal, maupun radial.
Dengan menggunakan layout simetris, memunculkan efek
penekanan pahlawan di dalam poster tersebut dari pada objek di
sekitarnya.
● Proporsi, terdapat perspektif sehingga lebih menarik, yaitu adanya
dua sisi bangunan kokoh yang membelah dibelakangnya membuat
proporsi tokoh Gundala terlihat semakin besar dan bersifat kuat
sebagaimana ia digambarkan di dalam filmnya.
● Rhythm/Ritme, iklan ini menggunakan gaya yang sama yang
digunakan dalam penggambaran lukisannya dan terdapat
kesamaan jarak antara teks atas serta bawah yang membuat
adanya ritme.
● Unity/Kesatuan, Seluruh elemen-elemen yang yang bergabung
menjadi satu karya poster dengan visual yang menarik dan
proporsi penataan tulisan membuat terlihatnya prinsip kesatuan
dan keselarasan pada karya.
➢ Objek atau Subjek Penting
● Karakter pahlawan super Gundala yang merupakan tokoh utama
film tersebut.
● Tipografi tulisan “Gundala” yang ditulis miring (italic) sebagai judul
film juga menggambarkan karakteristik dari tokoh Gundala
tersebut, yakni kecepatan dan sambaran petir yang dapat dilihat
dari hurufnya yang tajam.
● Orang-orang yang berbaris di atas gedung.
➢ Tujuan Pembuatan
Poster film Gundala dibuat untuk mempromosikan dan memberikan
informasi mengenai film Gundala yang akan segera tayang di bioskop
pada waktu itu. Melalui poster tersebut, maka dapat diketahui gambaran
besarnya tentang apa atau genre apa film tersebut, siapa saja
pemerannya, kapan film tersebut mulai tayang di bioskop, siapa
sutradaranya, hingga siapa yang mensponsori atau mensupport film
tersebut.
➢ Segmen Target Sasaran yang Dituju
Target yang dituju dari poster film Gundala tersebut adalah
orang-orang di Indonesia yang gemar nonton bioskop atau menonton film,
khususnya film genre action.

D. Pengaruh Budaya terhadap Karya


Film-film pahlawan super (superhero) sudah lebih dahulu diproduksi oleh
perusahaan film luar negeri seperti dari Amerika Serikat. Contoh film-film
superhero yang sangat terkenal yaitu superhero dari Marvel (Avengers) dan juga
DC (Justice League). Budaya barat di dalam industri perfilman ternyata juga
mempengaruhi industri film di Indonesia untuk terus mengikuti tren dan
perkembangan. Desain poster film Gundala juga sangat dipengaruhi oleh desain
poster film-film superhero terkenal dari Amerika, yakni ala-ala poster Avengers
atau Justice League. Meskipun terinspirasi dari superhero luar negeri, Gundala
tetaplah hasil karya orang Indonesia, yaitu Hasmi, seorang komikus pencipta
Gundala. Barulah Joko Anwar menjadikan karakter Gundala sebagai film yang
dirilis tahun 2019.
Week 7 “Psychedelic, Instant lettering Dry Transfer, Komik”

❖ Poster The Byrds karya Wes Wilson


A. Informasi Dasar Karya

Gambar 9. Poster The Byrds karya Wes Wilson


Sumber: wolfgangs.com

Jenis karya : Poster


Judul karya : The Byrds
Aliran Karya : Psychedelic
Desainer : Wes Wilson
Tahun Pembuatan : 1967
B. Latar Belakang Ide atau Gagasan Awal Karya
Ciri khas poster psychedelic yang sering muncul adalah pelesetan visual
pada nama band. Salah satu contoh paling awal dari ini adalah burung merak di
poster The Byrds ini. Ada tiga burung yang bersembunyi di montase berbulu ini
dan The Byrds juga diberi tagihan tiga kali lipat. Untuk beberapa waktu di akhir
1965, Byrds sama populernya dengan Beach Boys dan The Beatles, memelopori
suara folk-rock dan menjembatani kesenjangan antara instrumen akustik dan
listrik. Karena Byrds berbasis di L.A., kunjungan ini merupakan peristiwa besar.
Dua bulan sebelumnya mereka telah merilis album ke-4 mereka, Younger Than
Yesterday,” dengan single hit, “So You Want to be a Rock and Roll Star.” Bermain
dengan mereka adalah Moby Grape, dalam produksi album eponymous pertama
mereka.
Merak besar Wilson adalah gambaran yang mencolok dari grup utama,
The Byrds, dan memproyeksikan lebih banyak kegembiraan daripada
kesombongan dalam bentuk liniernya yang menukik. Burung itu, studi angka
delapan, melompat dari halaman dengan detailnya, dan tulisannya tampak surut
sebelum kembali ke fokus di bagian bawah poster. Ini adalah desain klasik Wes
Wilson yang mengalir menggunakan tulisan bergaya Albert Roller-nya, karya ini
dikatakan sebagai favorit seniman dari hampir 60 poster yang ia rancang untuk
Graham pada tahun 1966 dan 1967.

C. Ide, Konsep, dan Tujuan Karya


➢ Komunikasi atau Persuasi
Untuk memelopori suara folk-rock dan menjembatani kesenjangan antara
instrumen akustik dan listrik.
➢ Estetika dan Keunikan
● Abstraksi bentuk-bentuk yang meliuk-liuk.
● Persinggungan warna-warna komplementer.
● Susunan garis-garis yang menimbulkan efek vibrasi optik.
● Komposisi huruf-huruf dipaksakan mengikuti shape tertentu.
➢ Elemen Desain
● Titik, untuk memulai suatu garis maka terdapat kumpulan-kumpulan
titik didalamnya sehingga terdapat unsur titik didalam poster ini.
● Line/Garis, untuk memulai suatu bentuk maka terdapat
kumpulan-kumpulan garis didalamnya sehingga terdapat unsur
garis didalam poster ini.
● Shape/Bentuk, dari kumpulan garis maka akan membentuk sebuah
bentuk lalu bidang hingga menjadi subjek penting atau latar pada
lukisan tersebut yang membentuk sebuah burung dan komposisi
huruf.
● Color/Warna, lukisan ini menggunakan warna dengan teknik
kontras terang-gelap dan komplementer yaitu warna merah, biru,
hitam, dan putih.
● Texture/Tekstur, tekstur yang ada dalam lukisan ini terlihat dari
detail goresan yang membentuk bulu sayap burung tersebut.
➢ Prinsip Desain
● Contrast/Kontras, penggunaan warna hitam dan putih dalam
memebentuk sebuah burung.
● Balance/Keseimbangan, pemilihan tone warna latar belakang yang
harmonis, membuat iklan tersebut enak dilihat.
● Emphasis/Tekanan, penggunaan teknik pewarnaan gelap terang
membuat burung tersebut mencolok dan menjadi center of interest.
● Rhythm/Ritme, poster ini menggunakan gaya yang sama yang
digunakan dalam penggambaran lukisannya dan terdapat
pengulangan pola dalam membentuk sayap burung serta huruf.
● Unity/Kesatuan, terlihat bahwa lukisan ini enak dipandang dan
memiliki nilai estetika yang tinggi karena elemen-elemennya yang
dipadukan menjadi kesatuan.
➢ Objek atau Subjek Penting
● Bentuk abstrak seekor burung.
● Komposisi pengulangan huruf.
➢ Tujuan Pembuatan
Untuk mempromosikan sebuah grup band atau singlenya yang
berjudul “The Byrds” guna memelopori suara folk-rock dan menjembatani
kesenjangan antara instrumen akustik dan listrik.
➢ Segmen Target Sasaran yang Dituju
Kalangan masyarakat pada masa itu yang menyukai suara
folk-rock dan instrumen.

D. Pengaruh Budaya terhadap Karya


Kata psychedelic itu sendiri berasal dari bahasa Yunani, Psycho, artinya
pikiran, jiwa, dan mental, dan Delic atau Delein, artinya memanifestikan,
mewujudkan/merealisasikan. Bisa dikatakan psychedelic itu suatu manifesti jiwa
atau merealisasikan visi dari suatu pikiran. Secara lebih luas psychedelic juga
dapat diartikan sebuah hal atau sifat yang berkaitan tentang mewujudkan
pola-pikir, menerjemahkan jiwa. Suatu kemampuan dalam memvisualisasikan
apa yang ada di pikiran menjadi vision (penglihatan), yang akan terasa sangat
nyata. Psychedelic lahir sebagai subkultur kaum Hippie di distrik Haight-Ashbury,
San Francisco. Burung Merak dalam poster ini, diperkirakan adalah burung
merak putih yang berasal dari dalam dam sekitar India serta Ceylon (Sri Lanka)
tetapi ketika kerajaan Inggris menaklukkan India, mereka menyebar ke seluruh
Eropa dan Amerika. Maka, dapat disimpulkan bahwa poster ini memiliki
pengaruh budaya global.
SUMBER:
https://elearning.umn.ac.id/pluginfile.php/100907/mod_folder/content/0/Materi-DKV212-
M01-Design%20n%20Indonesian%20Culture%20%28DATI%29.pptx?forcedownload=1
https://elearning.umn.ac.id/pluginfile.php/100908/mod_folder/content/0/Materi-DKV212-
M02-Design%20n%20Indonesian%20Culture%20%28DATI%29.pdf?forcedownload=1
https://elearning.umn.ac.id/pluginfile.php/100909/mod_folder/content/0/Materi-DKV212-
M03-Design%20n%20Indonesian%20Culture%20%28DATI%29.pptx?forcedownload=1
https://elearning.umn.ac.id/pluginfile.php/100910/mod_folder/content/0/Materi-DKV212-
M04-Design%20_n%20Indonesian%20Culture%20%28DATI%29.pptx?forcedownload=
1
https://elearning.umn.ac.id/pluginfile.php/100911/mod_folder/content/0/Materi-DKV212-
M05-Design%20n%20Indonesian%20Culture%20%28DATI%29.pptx?forcedownload=1
https://elearning.umn.ac.id/pluginfile.php/100912/mod_folder/content/0/Materi-DKV212-
M06-Design%20_n%20Indonesian%20Culture%20%28DATI%29.pdf?forcedownload=1
https://elearning.umn.ac.id/pluginfile.php/100913/mod_folder/content/0/Materi-DKV212-
M07-Design%20n%20Indonesian%20Culture%20%28DATI%29.pptx?forcedownload=1
https://tirto.id/sejarah-penelitian-lukisan-pada-dinding-gua-di-maros-f9zU
https://news.republika.co.id/berita/nd7e3u/wow-lukisan-gua-di-maros-sulsel-termasuk-te
rtua-di-luar-eropa
https://news.republika.co.id/berita/nd7gnk/peneliti-apakah-ada-hubungan-eropamaros-d
i-masa-lalu
http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bkborobudur/misteri-bahan-lukisan-prasejarah-maro
s-pangkep/
https://nationalgeographic.grid.id/read/13294651/makna-tersingkapnya-usia-lukisan-din
ding-gua-di-maros?page=all
https://www.republika.co.id/berita/nd7pwb54/lukisan-cap-tangan-tertua-berasal-dari-mar
os
Jurnal Imaji Vol. 15, No. 1, April 2017: 57 - 67 (Muhammad Gazali)
https://www.bbc.com/indonesia/majalah/2014/10/141008_iptek_gua_sulawesi
https://www.kompas.tv/article/137800/penelitian-lukisan-gua-di-maros-jadi-yang-tertua-d
i-dunia-berumur-45-500-tahun
https://www.insertlive.com/lifestyle/20220922153220-210-291252/sejarah-lukisan-penan
gkapan-pangeran-diponegoro-yang-muncul-di-mencuri-raden-saleh#:~:text=Lukisan%2
0Pangeran%20Diponegoro%20karya%20Raden,Pangeran%20Diponegoro%20oleh%2
0pemerintah%20Belanda.
https://www.kompas.com/skola/read/2022/08/16/183000069/makna-lukisan-penangkap
an-pangeran-diponegoro-karya-raden-saleh?page=all
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/dpk/lukisan-penangkapan-pangeran-diponegoro-p
erlawanan-raden-saleh-atas-karya-nicolaas-pieneman/
https://id.wikipedia.org/wiki/Penangkapan_Pangeran_Diponegoro
https://www.kompas.com/stori/read/2022/09/03/090000079/dua-versi-lukisan-penangka
pan-diponegoro?page=all
https://www.popbela.com/career/inspiration/zikra-mulia-irawati/9-fakta-lukisan-penangka
pan-pangeran-diponegoro-karya-raden-saleh
https://edukasi.okezone.com/read/2022/09/07/624/2662639/sejarah-di-balik-lukisan-pen
angkapan-pangeran-diponegoro-karya-raden-saleh?page=2
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2021/11/29/telaah-lukisan-penangkapan-panger
an-diponegoro-cara-raden-saleh-membalas-dengan-karya
https://setkab.go.id/mengenal-koleksi-benda-seni-kenegaraan-bag-3/
https://lontar.ui.ac.id/detail?id=20478869&lokasi=lokal
https://www.liputan6.com/regional/read/4008820/menelusuri-jejak-kejayaan-tembakau-n
usantara-di-kaki-gunung-slamet
http://fajarleger.blogspot.com/2015/12/iklan-tembaco-van-nelle-njang-paling.html
https://jateng.tribunnews.com/2019/07/09/menelurusi-jejak-kejayaan-industri-tembakau-
di-kabupaten-purbalingga?page=all
https://www.volkpop.co/pendidikan/pr-2102327928/kisah-di-balik-poster-propaganda-bo
eng-ajo-boeng-garapan-seniman-perjuangan-indonesia
https://dgi.or.id/dgi-archive/1945-poster-boeng-ayo-boeng
https://www.neliti.com/id/publications/177991/kajian-ikonologi-poster-perjuangan-boeng-
ajo-boeng-karya-affandi-tahun-1945
https://voi.id/memori/7563/panggilan-para-pelacur-senen-yang-menginspirasi-poster-ma
syhur-boeng-ajo-boeng
https://sitinursifah.wordpress.com/2013/09/29/apresiasi-seni-rupa-murni/
https://www.scribd.com/document/437490593/Apresiasi-Seni
https://kopikeliling.com/news/lukisan-kemerdekaan-indonesia-karya-seniman-ternama.h
tml#:~:text=Affandi%20pernah%20membuat%20sebuah%20lukisan,warna%20terang%
20yang%20melambangkan%20semangat.
https://senirupasmasa.wordpress.com/2012/09/15/apresiasi-2-karya-lukisan-affandi/co
mment-page-1/
https://www.academia.edu/10830541/NAMA_REZHI_SYLVIA_KELAS_XI_MIA_1_NO_
ABSEN_21
https://www.armaila.com/2015/10/lukisan-karya-affandi-lengkap-terkenal-beserta-ketera
ngan-penjelasannya.html
http://fransisca-ola.blogspot.com/2014/09/mengapresiasi-karya-seni-rupa_14.html
https://www.scribd.com/doc/82384224/Afandi
https://dgi.or.id/dgi-archive/1945-poster-boeng-ayo-boeng
https://www.volkpop.co/unpopuler/pr-2104182925/5-fakta-dibalik-poster-revolusi-boeng-
ajo-boeng-kontribusi-seniman-dalam-kemerdekaan-republik-indonesia
https://www.volkpop.co/pendidikan/pr-2102327928/kisah-di-balik-poster-propaganda-bo
eng-ajo-boeng-garapan-seniman-perjuangan-indonesia
https://www.neliti.com/id/publications/177991/kajian-ikonologi-poster-perjuangan-boeng-
ajo-boeng-karya-affandi-tahun-1945
https://indoartnow.com/artists/itji-tarmizi
https://historia.id/kultur/articles/menyuarakan-nasib-nelayan-melalui-lukisan-6l75Y/page/
1 https://www.dictio.id/t/lukisan-lelang-ikan/46341
https://www.studocu.com/id/document/universitas-indraprasta-pgri/desain-komunikasi-vi
sual/kelompok206-poster20film20gundala/39810136
https://www.imdb.com/title/tt8237172/fullcredits
https://elearning.umn.ac.id/pluginfile.php/130216/mod_resource/content/1/Materi-DKV2
12-M06-Design%20_n%20Indonesian%20Culture%20%28DATI%29.pdf
https://id.wikipedia.org/wiki/Psikedelik
https://musebycl.io/design/how-wes-wilsons-psychedelic-concert-posters-steeped-past-
soared-future
https://collections.vam.ac.uk/item/O75994/byrds-byrds-byrds-poster-wilson-wes/
https://www.bahrgallery.com/band-items/byrds-byrds-byrds-1967
https://www.wolfgangs.com/posters/the-byrds/poster/BG057.html
https://99designs.com/blog/design-history-movements/tripping-history-psychedelic-desi
gn/
https://posterhouse.org/blog/wes-wilson-from-art-nouveau-to-psychedelic/

Anda mungkin juga menyukai