Anda di halaman 1dari 19

Perkembangan Seni Lukis di Kota Malang Tahun 1968-2013

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seni adalah hasil dari proses pola pikir manusia yang dituangkan dalam

sebuah media dan mempunyai makna. Seni sudah menjadi bagian dari budaya

manusia untuk mendalami kehidupan secara individu maupun masyarakat. Dalam

kehidupan masa lampau seni juga berfungsi sebagai sarana untuk mengabadikan

sebuah peristiwa dalam berbagai bentuk, entah itu ukiran batu yang disebut relief

ataupun dalam bentuk gambar yang biasa disebut lukisan. Hal ini diperkuat

dengan uraian yang dinyatakan oleh Mikke Susanto dalam Noerhadi (2012:42)

bahwa seni mengarah pada persoalan kesanggupan akal manusia baik berupa

kegiatan rohani maupun fisik untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai artistik

(luar biasa).

Karya seni secara teoritis mempunyai tiga macam fungsi yaitu: fungsi

personal, fungsi sosial dan fungsi fisik. Seni memang tidak lepas dari fungsi, di

mana kehidupan manusia tidak bisa lepas dari seni, ini menandakan bahwa kita

adalah makhluk sosial yang sekaligus sebagai makhluk individu. Selain sebagai

keindahan, religius atau benda pakai seni mempunyai fungsi yang sangat

mendalam (Dharsono, 2004: 31).

Seni juga dipengaruhi oleh berbagai unsur, mulai dari kehidupan,

lingkungan, rohani, jasmani dan cara berekspresi dari manusia itu sendiri.

Sebagaimana manusia adalah makhluk yang berakal dan penuh dengan rasa ingin

tahu. Karya seni menjadi sangat penting karena karya seni bisa menjadi pengukur

Nur Hidayat , S1 Ilmu Sejarah


Perkembangan Seni Lukis di Kota Malang Tahun 1968-2013

bagaimana pola pikir manusia itu berkembang. Entah dari sudut sosial maupun

dari sisi kebudayaanya. Seni rupa terbagi menjadi beberapa jenis yaitu Lukis,

Grafis, Patung, Pertunjukan dan Arsitektur. Nilai dalam karya seni ditentukan oleh

makna yang di ekspresikan seorang seniman. Seperti yang di utarakan oleh

Sudjojono dalam Noerhadi (2012:14) bahwa karya seni seorang seniman apabila

mengagumkan, sebenarnya yang dikagumi adalah jiwa seniman sebagai pencipta

yang telah menghasilkan karya, karena hanya jiwa yang besar yang dapat

menciptakan kesenian yang besar.

Seni lukis merupakan salah satu bagian dari seni rupa, seni lukis

merupakan percampuran warna warna cair yang digoreskan di atas media datar

berupa kanvas, dinding ataupun kertas. Sebuah lukisan memuat suatu

pemandangan atau suasana yang kita lihat. Dalam penciptaan lukisan bahan yang

dipilih oleh seorang seniman akan berpengaruh terhadap karya lukis misalkan

percampuran warna, karena bahan bahan tersebut merupakan bentuk ekspresi

emosional dari si pelukis. Tugas utama dari seorang seniman terutama seni lukis

adalah menciptakan sebuah kehidupan dalam bentuk gambar. Hal itu di tegaskan

oleh Djelantik dalam Noerhadi (2012:14) bahwa isi dan bobot dari benda seni

meliputi tidak hanya pada apa yang dilihat semata-mata, tetapi juga pada apa yang

di rasakan atau di hayati.

Di Indonesia Seni Lukis sudah ada sejak masa prasejarah, ditandai

dengan adanya bukti lukisan dinding gua di Sulawesi Selatan, tepatnya di Gua

Leang Pattakere di Maros. Pada lukisan dinding gua tersebut menggambarkan

sebuah adegan berburu, itulah salah satu fungsi dari seni lukis yaitu merekam

Nur Hidayat , S1 Ilmu Sejarah


Perkembangan Seni Lukis di Kota Malang Tahun 1968-2013

peristiwa dalam bentuk gambar. Pada umumnya seni prasejarah mengandung

unsur religius, sebagai persembahan ataupun pemujaan terhadap nenek moyang.

Pada umumnya seni lukis klasik bertemakan agama, mitologi, dan sejarah.

Konsep seni pada masa klasik sangat berbeda, bukan sebagai kesenangan

melainkan sarana yang digunakan kaitanya dengan upacara ritual yang bersifat

sakral. Bentuk, corak atau ragam hias serta warna dari kaya- karya seni ini

merfleksikan tuntutan kosmologis yang diaktualisasikan dalam bentuk

perlambangan atau simbol simbol tertentu yang terikat pada adat, kepercayaan dan

tradisi (Noerhadi, 2012:288). Keanekaragaman suku bangsa di Indonesia juga

mempengaruhi banyaknya corak lukis yang ada. Setiap suku bangsa atau daerah

memiliki corak yang berbeda. Dalam perkembanganya seni klasik sudah melalui

pergesaran seiring dengan berjalanya waktu nilai nilai sepiritualnya pun mulai

memudar. Seni lukis klasik mulai memasuki era yang baru.

Seni lukis sudah melewati setiap masa di Indonesia. Hal tersebut ditandai

dengan ditemukanya berbagai macam lukisan di Batavia pada masa pemerintahan

Jan Pieterzoon Coen. Pada masa itu Batavia (1619-1942) sendiri merupakan

daerah kekuasaan Belanda sehingga banyak budaya barat yang dibawa oleh orang

Belanda ke Indonesia. Di masa Hindia – Belanda banyak lukisan yang ditemukan,

lukisan lukisan tersebut menggambarkan keadaan kota, masyarakat, banyak di

temui lukisan yang menggambarkan pelabuhan, umumnya lukisan peninggalan

masa penjajahan Belanda banyak menggambarkan Kota Batavia, diantaranya

galangan kapal, kastil Batavia, kali besar, dan gedung gedung (Noerhadi,

2012:293). Seni lukis mulai mengalami modernisasi pada abad ke-19, diawali

Nur Hidayat , S1 Ilmu Sejarah


Perkembangan Seni Lukis di Kota Malang Tahun 1968-2013

oleh seorang pelukis ternama dari Indonesia yaitu Raden Saleh Syarif Bustaman

yang merupakan didikan orang Belanda.

Seiring berkembangnya seni lukis, kesenian mulai aktif dengan di

bentuknya Bataviasche Kunstkring (lingkar seni) pada 1902 sebagai lembaga

kesenian di Batavia dan pusat kegiatan seni di Batavia. Pada masa itu para pelukis

Belanda yang didatangkan oleh pemerintah mulai memperkenalkan lukisan

pemandangan alam. Sebenarnya awal dari lukisan Hindia-Belanda bermula dari

kunjungan orang orang eropa ke Indonesia dan kagum akan alam Indonesia,

kemudian panorama tersebut di bawa pulang ke negara asalnya sebagai

cinderamata berbentuk lukisan, dari sinilah lukisan Moii Indie mulai berkembang.

Dengan diiringi banyaknya pameran maka penduduk pribumi juga semakin

mengenal lukisan.

Pendudukan Jepang di Indonesia juga mempengaruhi perkembangan seni

lukis. Pemerintah Jepang mendirikan Keimin Bunka Shidoso (Pusat Kebudayaan)

pada 1 April 1943 sebagai pusat kegiatan kesenian. Sebuah lembaga Poesat

Tenaga Kerja Rakjat (POETERA) juga dipimpin 4 serangkai yaitu Soekarno,

Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantara dengan pimpinan kebudayaanya yaitu S.

Sudjojono (Noerhadi, 2012:318). Seni lukis terus berkembang dengan kondisi

masyarakat dari masa ke masa. Bahkan dengan pindahnya pusat pemerintahan ke

Yogyakarta pada 1946 semua seniman termasuk pelukis pun ikut pindah, karena

itulah Yogyakarta menjadi pusat seni dan banyak sanggar seni bermunculan yang

pada akhirnya melahirkan banyak lembaga belajar dari Akademi Seni Rupa

Indonesia hingga Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Berbagai corak lukisan di

Indonesia tidak terlepas dari pengaruh kondisi masyarakat, ekonomi, dan politik.

Nur Hidayat , S1 Ilmu Sejarah


Perkembangan Seni Lukis di Kota Malang Tahun 1968-2013

Di Kota Malang seni lukis mulai berkembang ditandai dengan berdirinya

sanggar-sanggar seni yang masih mengusung corak dan tema pemandangan alam.

Berdirinya Jurusan Seni Rupa di IKIP Malang atau yang sekarang disebut

Universitas Negeri Malang pada 1968 juga menandakan semakin berkembangnya

seni lukis di Malang dan menunjukkan kuatnya peran lembaga pendidikan tinggi

seni rupa IKIP Malang, sehingga hal tersebut menyebabkan kesenirupaan di

Malang banyak ditokohi oleh seniman akademik, tidak seperti sebelumnya yang

lebih banyak digiatkan oleh seniman otodidak.

Kelompok-kelompok seni mulai bermunculan dari orang akademisi

maupun non-akademisi dan membentuk pemikiran-pemikiran baru dalam bidang

seni lukis. Perkembangan seni lukis di atas tahun 1960 ditandai terciptanya

lukisan yang dipengaruhi banyak faktor, seperti ekonomi, sosial, politik ataupun

kreatifitas dari seniman itu sendiri. Banyak seniman mulai meniru lukisan-lukisan

karya maestro dunia yang digandrungi oleh para bangsawan yang berani

membayar mahal untuk sebuah karya lukis. Hal ini lah yang menjadi alasan

banyaknya duplikat lukisan yang beredar di kota-kota besar termasuk kota

Malang.

Dengan penjualan yang harganya melambung tinggi membuat para

seniman seakan akan mampu meraup keuntungan yang banyak dalam setiap

penjualanya. Peran Kota Malang dalam mendukung perkembangan kesenirupaan

di Indonesia sudah tidak bisa diragukan lagi, karena kesenirupaan di Malang

melahirkan sejumlah seniman yang berkaliber Nasional. Yudhoseputro (2005:18)

menjelaskan sebagai berikut :

..Sejarah Seni (Art History) sebagai disiplin ilmu sejarah


mengandung berbagai teori yang menyangkut permasalahan: apakah

Nur Hidayat , S1 Ilmu Sejarah


Perkembangan Seni Lukis di Kota Malang Tahun 1968-2013

ilmu sejarah itu, bagaimana menyusun historiografi seni, dan


sebagainya. Oleh karena itu, sejarah seni membutuhkan pula
metodologi untuk mengkaji perubahan dan pembaruan di bidang seni
dari awal sampai kini hasil penhkajian yang didasarkan pada hasil
penelitian dari berbagai data informasi merupakan jawaban alternativ
atas permasalahan yang telah dirumuskan.

Sebagai sebuah kota yang berpotensi dan tercatat memiliki aktivitas

kesenirupaan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan kesenirupaan di

Indonesia, sudah selayaknya dan sudah waktunya jika Malang memiliki catatan

sejarah seni lukis, Catatan tersebut diharapkan dapat menjadi referensi pula untuk

melacak perkembangan kesenirupaan di Indonesia pada umumnya dan akan

sangat menarik untuk mengkaji sejarah perkembangan seni lukis di Kota Malang.

Skripsi ini akan membahas bagaimana perkembanganseni lukis di Kota Malang

tahun 1968 - 2013 dan dampaknya terhadap kehidupan pada masyarakat yang

bekaitan dengan berkembangya seni lukis di Kota Malang tahun 1968 - 2013.

B. Rumusan Masalah

Dari pembahasan di atas penulis mengambil beberapa rumusan masalah sebagai

berikutt:

1. Bagaimana proses perkembangan seni lukis di kota Malang tahun 1968-

2013?

2. Bagaimana dampak perkembangan seni lukis terhadap masyarakat seni di

Kota Malang 1968-2013?

C. Tujuan Penelitian

Nur Hidayat , S1 Ilmu Sejarah


Perkembangan Seni Lukis di Kota Malang Tahun 1968-2013

Tujuan dari penelitian ini untuk memenuhi Tugas Akhir Skripsi Prodi Ilmu

Sejarah, Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial.

1. Mendeskripsikan sejarah perkembangan seni lukis di kota Malang tahun

1968-2013.

2. Mendeskripsikan dampak perkembangan seni lukis terhadap masyarakat

seni di Kota Malang 1968 – 2013.

D. Manfaat Penelitian

Diharapkan dari penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut

1. Bagi Masyarakat

Manfaat bagi masyarakat yaitu diharapkan bisa memberikan motifasi

dan pengetahuan terhadap perkembangan budaya dan agar lebih terpacu untuk

melestarikan kebudayaan yang sesuai norma dan nilai nilai keberadaban.

Terlebih agar bisa memberikan semangat untuk menciptakan kebudayaan dan

karya yang lebih baik lagi. Seni dapat menjadi sarana dalam mengeskpresikan

emosi dalam kehidupan masyarakat. Diharapkan dapat memberikan informasi

kepada masyarakat terhadap pentingnya sebuah kebudayaan yang dapat

mempengaruhi pola hidup masyarakat terutama dalam ruang lingkup seorang

seniman. Dan kepada para perupa pula untuk menciptakan sebuah karya yang

memiliki nilai positive karena seni dapat mengubah pola pikir seorang individu

dalam bermasyarakat.

2. Bagi Pemerintah Kota Malang

Nur Hidayat , S1 Ilmu Sejarah


Perkembangan Seni Lukis di Kota Malang Tahun 1968-2013

Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai upaya untuk bahan

acuan atau dasar kajian dalam usaha pelestarian sebuah seni dan kebudayaan

dan meningkatan mutu karya para seniman. Peningkatan terhadap publikasi

atau pengenalan karya kepada masyarakat umum untuk meningkatkan taraf

kesejahteraan ekonomi dalam bidang kesenian. Sebagai tanggung jawab

pemerintah Kota Malang untuk mensejahterakan dan mengelola sumber daya

manusia pada bidang kesenian.

3. Bagi jurusan sejarah FIS UM

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan bahan

perbadingan bagi mahasiswa lain. Dapat sebagai rujukan untuk sebuah

penulisan sejarah ataupun disiplin ilmu lain yang menyangkut dalam kajian

perkembangan, seni dan kebudayaan di Kota Malang. Diharapkan sebagai

suatu sumbangan kepustakaan bagi lembaga dimana penulis menempuh

pendidikan

4. Bagi peneliti

Dapat memberikan gambaran terhadap perkembangan seni rupa lukis

dan wawasan mengenai dinamika atau perkembangan kebudayaan sebagai

sebuah kajian sejarah. Dan menjadikan penelitian ini sebagai sebuah

pengalaman dalam mempraktekkan atau aktualisasi pembelajaran yang selama

ini dilakukan. Menjadikan suatu yang berkesan dalam hidup ketika melakukan

penelitaian sejarah.

Nur Hidayat , S1 Ilmu Sejarah


Perkembangan Seni Lukis di Kota Malang Tahun 1968-2013

E. Definisi istilah

1. Seni adalah segala kegiatan dan hasil karya manusia yang mengutarakan

pengalaman batinya yang disajikan secara unik dan menarik. Dan

memungkinkan timbulnya pengalaman atas kegiatan batin pula pada diri

orang lain yang menghayatinya (Soedarso, 2000:2).

2. Seni lukis adalah karya manusia yang mengkomunikasika pengalaman-

pengalaman batinya, pengalaman batin tersebut disajikan secara indah

sehingga merangsang timbulnya pengalaman batin pula pada manusia lain

yang menghayatinya (Susanto, 2002:101). Segala manifestasi batin dan

pengalaman estetis dengan media grafis, warna, tekstur, volume dan ruang

(Sudarmaji, 1979:9).

3. Masyarakat seni terdiri dari beberapa kategori yaitu perupa, penikmat,

kolektor dan pengamat seni itu sendiri. Masyarakat merupakan satuan yang

didasarkan pada ikatan-ikatan yang sudah teratur dan boleh dikatakan sudah

stabil. Sehubungan dengan ini, dengan sendirinya masyarakat merupakan

satuan yang dalam bingkai strukturnya. Dapat dikatakan bahwa masyaratkat

selalu dalam proses sosial, selalu dalam pembentukan. Masyarakat selalu

dalam perubahan, penyesuaian dan pembentukan diri (dalam dunia

sekitarnya) sesuai dengan idenya, (Susanto, 1983:9).

F. Ruang lingkup Penelitian

Perangkat pembatasan, baik temporal maupun sepasial serta fokus

penelitian. Hal itu sangat diperlukan karena dengan batasan tersebut sejarawan

Nur Hidayat , S1 Ilmu Sejarah


Perkembangan Seni Lukis di Kota Malang Tahun 1968-2013

dapat terhindar dari hal-hal yang tidak ada relevansinya dengan permasalahan

yang ditulis. Jika piranti ini tidak digunaan akibatnya analisis yang dihasilkan

akan bersifat lemah (Abdullah, 1985:321). Penulis akan menggunakan tiga ruang

lingkup yaitu ruang lingkup temporal, sepasial, dan fokus penelitian.

1. Ruang lingkup temporal

Berdirinya jusrusan Seni Rupa di IKIP Malang yang sekarang dikenal

dengan Universitas Negeri Malang di tahun 1968 juga memberikan warna dan

perkembangan yang cukup signifikan terhadap perkembangan seni rupa di Kota

Malang. Dalam perkembanganya di Kota Malang berkembang pula kelompok

kelompok seni rupa di kalangan akademisi maupun non Akademisi. Dari

kelompok ini lahirlah pemikiran pemikiran baru di dunia seni rupa Kota Malang..

Tahun 2013 dipilih sebagai batas akhir penelitian karena perkembangan

seni rupa lukis di Kota Malang sudah mulai monoton dan tidak lagi mengalami

perubahan-perubahan yang signifikan. Juga dikarenakan pergeseran ketertarikan

masyarakat Kota Malang yang sudah mulai merambah ke arah Drawing Art dan

banyak media-media baru yang di jadikan sebagai pengaplikasian seni modern

yang dimana di gandrungi oleh masyarakat muda sehingga menjadikan seni rupa

lukis sebagai karya yang umum di mata masyarakat Kota Malang.

2. Ruang lingkup spasial

Ruang lingkup sepasial ini adalah tempat lokasi kajian penelitian yaitu

berada di Kota Malang. Kota Malang dipilih sebagai batasan spasial karena tidak

lepas dari berbagai hasil temuan, baik dari berbagi sumber tertulis maupun

wawancara yang mengarah terhadap tempat berkembangnya seni rupa lukis itu

sendiri. Pembatasan lokasi penelitian dilakukan di Galeri Seni, Instansi dan

Nur Hidayat , S1 Ilmu Sejarah


Perkembangan Seni Lukis di Kota Malang Tahun 1968-2013

Komunitas-komunitas yang berkaitan dengan bidang seni lukis di Kota Malang,

karena hal tersebut sangat mempengaruhi perkembangan seni rupa lukis di Kota

Malang pada masanya.

3. Fokus Penelitian.

Penelitian ini dapat digolongkan sebagai disiplin ilmu sejarah, karena

disiplin ilmu sejarah ini mempelajari dinamika dan perkembangan kehidupan

manusia pada masa lampau (Abdullah:1985:322). Demikian pula ilmu sejarah

mempunyai beberapa lapangan khusus atau tematis dalam mendekati objek

sejarah, seperti sejarah sosial, sejarah militer, sejarah politik ataupun sejarah

teknologi. Mengingat kajian dalam penelitian ini terkait dengan pembahasan

pengaruh perkembangan seni rupa lukis di Kota Malang terhadap lingkungan

masyarakat yang berkaitan dengan kegiatan seni lukis itu sendiri.

G. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka merupakan sebuah pembahsan yang menekankan pada

upaya memposisikan penelitian yang akan dilakukan, dibandingkan dengan hasil-

hasil penelitian terdahulu mengenai tema yang sama (Abdurahman,1999:26).

Penulisan terdahulu dapat mebantu kelancaran jalanya suatu penelitian yang

sejenis dan relevan sesuai dengan penelitian ini adalah:

1. Seni Rupa

Seni rupa secara sederhana, didefinisikan sebagai seni yang dapat dilihat

atau tampak kasat mata. Dalam bahasa Inggris seni rupa disebut visual art, karena

memang seni rupa hanya dapat dirasakan lewat penglihatan. peranan mata sangat

menentukan apakah dalam proses mencipta sejak dari pengamatan sampai pada

Nur Hidayat , S1 Ilmu Sejarah


Perkembangan Seni Lukis di Kota Malang Tahun 1968-2013

visualisasi, gagasan ataupun dalam proses apresiasi produk visualisasi itu. Orang

yang buta warna walaupun sepintas-lintas matanya nampak beres-beres saja, tidak

akan mampu menjadi perupa atau apresiator karya seni rupa yang kompeten

(Sahman, 1993: 200). Seni memang tidak lepas dari fungsi, di mana kehidupan

manusia tidak bisa lepas dari seni, ini menandakan bahwa kita adalah makhluk

sosial yang sekaligus sebagai makhluk individu. Selain sebagai keindahan,

religius atau benda pakai seni mempunyai fungsi yang sangat mendalam

(Dharsono, 2004:31)

Seni mengarah pada persoalan kesanggupan akal manusia baik berupa

kegiatan rohani maupun fisik untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai artistik

Noerhadi (2012:42). Seni sebagai ekspresi hasrat manusia akan keindahan untuk

dinikmati, maka ada dua lapangan besar, yaitu (a) Seni Rupa, atau kesenian yang

dapat dinikmati oleh manusia dengan mata, dan (b) Seni Suara, atau kesenian

yang dinikmati oleh manusia dengan telinga. Dalam lapangan seni rupa ada seni

patung, seni relief (termasuk seni ukir), seni lukis dan gambar, dan seni rias

(Koentjaraningrat, 2009:298). Seni adalah salah satu bentuk upaya manusia dalam

memahami dan memaknai kehidupanya dan kehidupan masyarakatnya (Noerhadi,

2012:41). Seni adalah manifestasi besar konsepsi spasial, sama-sama orisinal dan

ditakdirkan untuk pengembangan lengkap tanpa kebingungan (Langer, 1953:88)

2. Seni Lukis

Seni Lukis merupakan cabang dari seni rupa yang cara pengungkapanya di

wujudkan melalui karya dua dimensional (dwi matra) dimana unsur-unsur pokok

dalam karya dua dimensional adalah garis dan warna (Soedarso, 1990:11). Karya

manusia yang mengkomunikasika pengalaman-pengalaman batinya, pengalaman

Nur Hidayat , S1 Ilmu Sejarah


Perkembangan Seni Lukis di Kota Malang Tahun 1968-2013

batin tersebut disajikan secara indah sehingga merangsang timbulnya pengalaman

batin pula pada manusia lain yang menghayatinya (Susanto, 2002:101). Segala

manifestasi batin dan pengalaman estetis dengan media grafis, warna, tekstur,

volume dan ruang (Sudarmaji, 1973:9).

3. Masyarakat

Masyarakat merupakan satuan yang didasarkan pada ikatan-ikatan yang

sudah teratur dan boleh dikatakan sudah stabil. Sehubungan dengan ini, dengan

sendirinya masyarakat merupakan satuan yang dalam bingkai strukturnya. Dapat

dikatakan bahwa masyaratkat selalu dalam proses sosial , selalu dalam

pembentukan. Masyarakat selalu dalam perubahan, penyesuaian dan pembentukan

diri (dalam dunia sekitarnya) sesuai dengan idenya, (Susanto, 1983:9).

H. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan

metode sejarah. Menurut Kuntowijoyo (1994), metode sejarah memiliki lima

tahap, pemilihan topik, heuristik, kritik, interpretasi,dan historiografi. Penerapan

metode ini meliputi beberapa tahapan sebagai berikut:

1. Pemilihan Topik

Pemilihan topik merupakan salah satu metode penelitian sejarah yang

pertama dilakukan. Pada pemilihan topik ini terdapat kedekatan emosional dan

juga kedekatan intelektual untuk menentukan topik yang menarik. Pertama secara

pendekatan emosional bahwasanya secara emosional penelitian tentang sejarah

seni lukis di Kota Malang diambil karena penulis sendiri berasal dari Kota

Malang. Kedekatan secara tempat tinggalnya yang dekat dengan lingkup

Nur Hidayat , S1 Ilmu Sejarah


Perkembangan Seni Lukis di Kota Malang Tahun 1968-2013

penelitian sehingga diharapkan bisa mempermudah dan memperlancar proses

penelitian ini. Diharapkan kedekatan emosional ini bisa memberikan motivasi

lebih untuk menyelesaikan penelitian ini sebaik mungkin.

Kedua pendekatan secara ilmiah penulisan ini diambil karena sudah ada

beberapa penelitian atau penulisan terdahulu tentang sejarah seni. Hal ini

diharapkan dapat mempermudah bagi peneliti untuk mendapatkan sumber-sumber

yang dibutuhkan. Adanya penulisan terdahulu yang pernah dilakukan terkait

sejarah seni lukis di beberapa Kota di Indonesia diharapkan penelitian ini bisa

didukung dengan bukti-bukti atau data-data yang akurat.

2. Heuristik (Pengumpulan Sumber)

Menurut terminologi heuristik berasal dari bahasa Yunani heuristiken yaitu

memperoleh. Heuristik merupakan proses mencari bahan atau menyelidiki sejarh

untuk mendapatkan sumber (Syamsudin, 1996: 66). Heuristik yaitu tahap

pengumpulan data yang dianggap sesuai dengan sumber topik yang dipilih.

Penulis berusaha mengumpulkan data sebanyak-banyaknya yang berhubungan

dengan penelitian skripsi yang sedang di kaji.

Penggunaan sumber lisan pada penelitian ini masih sangat dibutuhkan

yang dilakukan dengan mencari perupa atau pekerja seni pada masa yang terkait

sebagai pelaku sejarah. Hal ini dilakukan sebagai pendukung atau pelengkap data

tertulis yang ada. Penggunaan sumber lisan dikarenakan kurun waktu yang

diambil dalam penelitian mencakup masa kontemporer, sehingga memerlukan

saksi atau pelaku sejarah yang mengetahui perkembangan sejarah seni rupa lukis

di Kota Malang 1968-2013.

Nur Hidayat , S1 Ilmu Sejarah


Perkembangan Seni Lukis di Kota Malang Tahun 1968-2013

Peneliti akan mencari sumber-sumber buku, arsip, jurnal, dan lain-lain

yang besangkutan dengan topik perkembangan seni lukis di Kota Malang 1968-

2013. Dengan mencari referensi buku di perpustakan kota dalam hal ini yaitu kota

Malang dan Sanggar Seni Lukis di Kota Malang untuk mendapatkan foto-foto

tentang Perkembangan seni rupa lukis di Kota Malang 1968-2013. Melakukan

pencarian sumber tentang kegiatan seni di kota Malang. Melakukan wawancara

terhadap para perupa yang berhubungan dengan berkembangnya seni lukis di

Kota Malang 1968-2013. Wawancara lain dalam pencarian data dampak

perkembangan seni rupa lukis di Kota Malang terhadap masyarakat seni di Kota

Malang yaitu dengan cara melakukan wawancara langsung.

3. Kritik

Setelah melakukan pengumpulan sumber dan data yang telah didapatkan

baik berupa sumber tertulis maupun sumber lisan, maka tahap selanjutnya adalah

melakukan kritik terhadap sumber yang diperoleh, baik kritik ekstern maupun

kritik intern. Lebih awal dilakukan kritik ekstern untuk mempertanyakan

keabsahan sumber dengan mempertimbangkan keaslian sumber yang diperoleh

sebelumnya. Kritik sumber sejarah adalah upaya untuk mendapatkan otensitas dan

kredibilitas sumber. Adapun cara yaitu dengan melakukan kritik. Yang dimaksud

dengan kritik adalah kerja intelektual dan rasional yang mengikuti metodologi

sejarah guna mendapatkan objektifitas suatu kejadian (Pranoto, 2010:35).

Kritik eksternal adalah usaha mendapatkan otensitas sumber dengan

melakukan penelitian fisik pada sumber. Kritik eksternal mengarah pada

pengujian terhadap aspek luar dari sumber.

Nur Hidayat , S1 Ilmu Sejarah


Perkembangan Seni Lukis di Kota Malang Tahun 1968-2013

Otensitas mengarah pada sumber sezaman. Jenis-jenis fisik sumber, cetakan

dokuman, atau arsip adalah kertas dengan sejenis, ukuran, bahan, kualitas, dan

lain-lain (Pranoto 2010:36). Kritik ini dilakuan pada saat proses pengumpulan

data atau sumber dan juga bisa dilakukan setelah pengumpulan sumber dengan

cara pengelompokan data yang sezaman.

Sumber lisan didapat dengan tehnik wawancara dengan pelukis atau perupa

yang dianggap mengetahui sejarah perkembangan seni rupa lukis di Kota Malang.

Narasumber yang telah diwawancara kemudian dilakukan kritik sumber dengan

mencari data umur pelaku apakah sesuai dengan rentan waktu kejadian sejarah

seni lukis. Kritik selanjutnya dilakukan dari segi kemampuan dan dari kesehatan

pelaku sebagai sumber apakah masih dalam kemampuan ingatan yang baik untuk

menceritakan kejadian yang meraka alami atau ketahui. Dari semua narasumber

dalam pencarian data wawancara ini masih dianggap memiliki kemampuan dalam

meceritakan peristiwa sejarah yang mereka alami sebagai pelaku seni lukis.

Setelah dilakukan kritik lebih lanjut dapat disimpulkan bahwa sumber dari rentan

umur dan kejadian sejarah sudah mendukung serta ingatan narasumber juga

dianggap masih baik untuk mengingat kejadian yang telah mereka alami atau

ketahui. Sebagian besar narasumber yang telah diwawancara masih melakukan

pekerjaan sebagai perupa di Kota Malang.

Kritik internal adalah kritik yang mengacu pada kredibilitas sumber,

artinya apakah isi dokumen ini terpercaya, tidak dimanipulasi, mengandung bias,

dikecohkan, dan lain-lain. Kritik internal ditujukan untuk untuk memahami isi

teks. Diperlukan pemahaman terhadap isi teks secara mendalam utuk mengetahui

apa yang tersirat berbeda atau tidak dengan yang tersurat (Pranoto, 2010:37).

Nur Hidayat , S1 Ilmu Sejarah


Perkembangan Seni Lukis di Kota Malang Tahun 1968-2013

Dalam kritik ini penulis bisa melakukan pencarian sumber pembanding dengan

menggunakan prinsip tidak mudah percaya pada suatu dokumen tertentu saja,

dengan melakukan pembandingan data satu dengan data lain yang sesuai.

Diaharapkan dengan dilakukan kritik ini bisa mendapatkan keabsahan dalam

sejarah yang bisa dipertanggung jawabkan dalam penulisan sejarah. Kritik internal

dalam hasil wawancara yaitu dengan cara membandingkan pendapat dari

narasumber satu dengan narasumber lain apakah ada kesamaan atau perbedaan

dalam memberikan pernyataan dari pertanyaan yang sama. Kritik ini juga

menggunakan sumber pendukung untuk mendapatkan kebenaran pernyataan hasil

wawancara dengan sumber pendukung lain seperti sumber foto lukisan yang

mendukung.

4. Interpretasi

Kuntowijoyo, (1994:100) menyatakan bahwa analisis berarti menguraikan

sehingga menghasilkan fakta. Sedangkan sintesis ialah menyatukan beberapa

sumber sejarah dalam satu rangkaian fakta. Peneliti melakukan penafsiran dan

menyimpulkan informasi-informasi yang telah diperoleh atau yang disebut

interpretasi. Interpretasi yang dilakukan oleh peneliti mencakup dua langkah,

yaitu analisis dan sintesis. Data tersebut penulis mencoba menafsirkan sehingga

menghasilkan fakta yang didapat dari sumber dan mendapatkan fakta sejarah.

Upaya interpretasi dalam merekontruksi sejarah dalam penelitian ini yaitu

dengan memberikan kembali hubungan antara fakta-fakta yang ada. Dalam

penulisan ini tahapan interpretasi yaitu upaya untuk mencari dan membuktikan

adanya relasi antara fakta yang satu dengan yang lainya, sehingga terbentuk suatu

Nur Hidayat , S1 Ilmu Sejarah


Perkembangan Seni Lukis di Kota Malang Tahun 1968-2013

rangkaian makna yang faktual dan logis tentang perkembangan seni rupa lukis di

Kota Malang 1968-2013. Interpretasi dilakukan dengan cara pembandingan antara

sumber satu dengan sumber lain. Hal ini dilakukan untuk mengurangi

penyimpangan informasi yang berasal dari pelaku sejarah yaitu perupa atau

seniman. Sumber yang telah dilakukan interpretasi dapat menjadikan hasil yang

relefan dangan keadaan yang sebenarnya.

Contoh dari dilakukanya interpretasi misalnya, dampak perkembangan seni

rupa lukis di Kota Malang terhadap masyarakat di Kota Malang tidak sama

dengan dampak perkembangan seni rupa lukis di Kota-Kota lainya seperti Yogya,

Surabaya dan Madiun. Di karenakan malang memiliki peristiwa dan dinamika

pemasaran tersendiri yang dapat mempengaruhi hasil dan karya dalam

perkembangan seni rupa lukis itu sendiri.

5. Historiografi

Menurut Syamsudin (2007:156), Hitoriografi adalah suatu sintesis dari

seluruh hasil penelitian atau penemuan berupa suatu penelitian yang utuh.

Historiografi merupakan langkah yang terakhir dalam prosedur penelitian sejarah.

Pada tahap ini, penulis memaparkan dan menyajikan hasil temuanya, dengan cara

menyusun dalam bentuk tulisan dan bentuk tata bahasa yang sederhana serta

penelitian yang baik dan benar. Tulisan ini dituangkan dalam bentuk skripsi

dengan judul “Perkembangan Seni Lukis Di Kota Malang Tahun 1968-2013”.

I. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan dalam tulisan penelitian ini, penulis

menyusun secara sistematis dalam bentuk perbab seperti dibawah ini:

Nur Hidayat , S1 Ilmu Sejarah


Perkembangan Seni Lukis di Kota Malang Tahun 1968-2013

Bab pertama. Merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang

masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian, tinjauan

pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab pertama ini sangat

penting karena menguraikan alasan pokok dalam pembahasan perkembangan seni

lukis di Kota Malang 1968-2013.

Bab ke dua. Menguraikan tentang kondisi masyarakat Kota Malang yang

berkaitan dengan ruang lingkup bidang seni lukis. Tujuan pembahsan ini untuk

mengetahui bentuk kehidupan yang lebih umum dari struktur dan kehidupan

sosial Masyarakat Kota Malang.

Bab ke tiga. Berisi tentang perkembangan seni lukis di Kota Malang tahun

1968-2013.

Bab ke empat, membahas tentang dampak perkembangan seni lukis

terhadap masyarakat seni di Kota Malang 1968-2013.

Bab ke lima, penutup dan kesimpulan yang berisi kesimpulan dan saran

hasil dari penelitian yang dilakukan terhadap perkembangan seni lukis di Kota

Malang tahun 1968-2013.

Nur Hidayat , S1 Ilmu Sejarah

Anda mungkin juga menyukai