BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seni adalah hasil dari proses pola pikir manusia yang dituangkan dalam
sebuah media dan mempunyai makna. Seni sudah menjadi bagian dari budaya
kehidupan masa lampau seni juga berfungsi sebagai sarana untuk mengabadikan
sebuah peristiwa dalam berbagai bentuk, entah itu ukiran batu yang disebut relief
ataupun dalam bentuk gambar yang biasa disebut lukisan. Hal ini diperkuat
dengan uraian yang dinyatakan oleh Mikke Susanto dalam Noerhadi (2012:42)
bahwa seni mengarah pada persoalan kesanggupan akal manusia baik berupa
kegiatan rohani maupun fisik untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai artistik
(luar biasa).
Karya seni secara teoritis mempunyai tiga macam fungsi yaitu: fungsi
personal, fungsi sosial dan fungsi fisik. Seni memang tidak lepas dari fungsi, di
mana kehidupan manusia tidak bisa lepas dari seni, ini menandakan bahwa kita
adalah makhluk sosial yang sekaligus sebagai makhluk individu. Selain sebagai
keindahan, religius atau benda pakai seni mempunyai fungsi yang sangat
lingkungan, rohani, jasmani dan cara berekspresi dari manusia itu sendiri.
Sebagaimana manusia adalah makhluk yang berakal dan penuh dengan rasa ingin
tahu. Karya seni menjadi sangat penting karena karya seni bisa menjadi pengukur
bagaimana pola pikir manusia itu berkembang. Entah dari sudut sosial maupun
dari sisi kebudayaanya. Seni rupa terbagi menjadi beberapa jenis yaitu Lukis,
Grafis, Patung, Pertunjukan dan Arsitektur. Nilai dalam karya seni ditentukan oleh
Sudjojono dalam Noerhadi (2012:14) bahwa karya seni seorang seniman apabila
yang telah menghasilkan karya, karena hanya jiwa yang besar yang dapat
Seni lukis merupakan salah satu bagian dari seni rupa, seni lukis
merupakan percampuran warna warna cair yang digoreskan di atas media datar
pemandangan atau suasana yang kita lihat. Dalam penciptaan lukisan bahan yang
dipilih oleh seorang seniman akan berpengaruh terhadap karya lukis misalkan
emosional dari si pelukis. Tugas utama dari seorang seniman terutama seni lukis
adalah menciptakan sebuah kehidupan dalam bentuk gambar. Hal itu di tegaskan
oleh Djelantik dalam Noerhadi (2012:14) bahwa isi dan bobot dari benda seni
meliputi tidak hanya pada apa yang dilihat semata-mata, tetapi juga pada apa yang
dengan adanya bukti lukisan dinding gua di Sulawesi Selatan, tepatnya di Gua
sebuah adegan berburu, itulah salah satu fungsi dari seni lukis yaitu merekam
Pada umumnya seni lukis klasik bertemakan agama, mitologi, dan sejarah.
Konsep seni pada masa klasik sangat berbeda, bukan sebagai kesenangan
melainkan sarana yang digunakan kaitanya dengan upacara ritual yang bersifat
sakral. Bentuk, corak atau ragam hias serta warna dari kaya- karya seni ini
perlambangan atau simbol simbol tertentu yang terikat pada adat, kepercayaan dan
mempengaruhi banyaknya corak lukis yang ada. Setiap suku bangsa atau daerah
memiliki corak yang berbeda. Dalam perkembanganya seni klasik sudah melalui
pergesaran seiring dengan berjalanya waktu nilai nilai sepiritualnya pun mulai
Seni lukis sudah melewati setiap masa di Indonesia. Hal tersebut ditandai
Jan Pieterzoon Coen. Pada masa itu Batavia (1619-1942) sendiri merupakan
daerah kekuasaan Belanda sehingga banyak budaya barat yang dibawa oleh orang
galangan kapal, kastil Batavia, kali besar, dan gedung gedung (Noerhadi,
2012:293). Seni lukis mulai mengalami modernisasi pada abad ke-19, diawali
oleh seorang pelukis ternama dari Indonesia yaitu Raden Saleh Syarif Bustaman
kesenian di Batavia dan pusat kegiatan seni di Batavia. Pada masa itu para pelukis
kunjungan orang orang eropa ke Indonesia dan kagum akan alam Indonesia,
cinderamata berbentuk lukisan, dari sinilah lukisan Moii Indie mulai berkembang.
mengenal lukisan.
pada 1 April 1943 sebagai pusat kegiatan kesenian. Sebuah lembaga Poesat
Yogyakarta pada 1946 semua seniman termasuk pelukis pun ikut pindah, karena
itulah Yogyakarta menjadi pusat seni dan banyak sanggar seni bermunculan yang
pada akhirnya melahirkan banyak lembaga belajar dari Akademi Seni Rupa
Indonesia tidak terlepas dari pengaruh kondisi masyarakat, ekonomi, dan politik.
sanggar-sanggar seni yang masih mengusung corak dan tema pemandangan alam.
Berdirinya Jurusan Seni Rupa di IKIP Malang atau yang sekarang disebut
seni lukis di Malang dan menunjukkan kuatnya peran lembaga pendidikan tinggi
Malang banyak ditokohi oleh seniman akademik, tidak seperti sebelumnya yang
seni lukis. Perkembangan seni lukis di atas tahun 1960 ditandai terciptanya
lukisan yang dipengaruhi banyak faktor, seperti ekonomi, sosial, politik ataupun
kreatifitas dari seniman itu sendiri. Banyak seniman mulai meniru lukisan-lukisan
karya maestro dunia yang digandrungi oleh para bangsawan yang berani
membayar mahal untuk sebuah karya lukis. Hal ini lah yang menjadi alasan
Malang.
seniman seakan akan mampu meraup keuntungan yang banyak dalam setiap
Indonesia, sudah selayaknya dan sudah waktunya jika Malang memiliki catatan
sejarah seni lukis, Catatan tersebut diharapkan dapat menjadi referensi pula untuk
sangat menarik untuk mengkaji sejarah perkembangan seni lukis di Kota Malang.
tahun 1968 - 2013 dan dampaknya terhadap kehidupan pada masyarakat yang
bekaitan dengan berkembangya seni lukis di Kota Malang tahun 1968 - 2013.
B. Rumusan Masalah
berikutt:
2013?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini untuk memenuhi Tugas Akhir Skripsi Prodi Ilmu
1968-2013.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Masyarakat
dan pengetahuan terhadap perkembangan budaya dan agar lebih terpacu untuk
karya yang lebih baik lagi. Seni dapat menjadi sarana dalam mengeskpresikan
seniman. Dan kepada para perupa pula untuk menciptakan sebuah karya yang
memiliki nilai positive karena seni dapat mengubah pola pikir seorang individu
dalam bermasyarakat.
acuan atau dasar kajian dalam usaha pelestarian sebuah seni dan kebudayaan
penulisan sejarah ataupun disiplin ilmu lain yang menyangkut dalam kajian
pendidikan
4. Bagi peneliti
ini dilakukan. Menjadikan suatu yang berkesan dalam hidup ketika melakukan
penelitaian sejarah.
E. Definisi istilah
1. Seni adalah segala kegiatan dan hasil karya manusia yang mengutarakan
pengalaman estetis dengan media grafis, warna, tekstur, volume dan ruang
(Sudarmaji, 1979:9).
kolektor dan pengamat seni itu sendiri. Masyarakat merupakan satuan yang
didasarkan pada ikatan-ikatan yang sudah teratur dan boleh dikatakan sudah
penelitian. Hal itu sangat diperlukan karena dengan batasan tersebut sejarawan
dapat terhindar dari hal-hal yang tidak ada relevansinya dengan permasalahan
yang ditulis. Jika piranti ini tidak digunaan akibatnya analisis yang dihasilkan
akan bersifat lemah (Abdullah, 1985:321). Penulis akan menggunakan tiga ruang
dengan Universitas Negeri Malang di tahun 1968 juga memberikan warna dan
kelompok ini lahirlah pemikiran pemikiran baru di dunia seni rupa Kota Malang..
seni rupa lukis di Kota Malang sudah mulai monoton dan tidak lagi mengalami
masyarakat Kota Malang yang sudah mulai merambah ke arah Drawing Art dan
yang dimana di gandrungi oleh masyarakat muda sehingga menjadikan seni rupa
Ruang lingkup sepasial ini adalah tempat lokasi kajian penelitian yaitu
berada di Kota Malang. Kota Malang dipilih sebagai batasan spasial karena tidak
lepas dari berbagai hasil temuan, baik dari berbagi sumber tertulis maupun
wawancara yang mengarah terhadap tempat berkembangnya seni rupa lukis itu
karena hal tersebut sangat mempengaruhi perkembangan seni rupa lukis di Kota
3. Fokus Penelitian.
sejarah, seperti sejarah sosial, sejarah militer, sejarah politik ataupun sejarah
G. Tinjauan Pustaka
1. Seni Rupa
Seni rupa secara sederhana, didefinisikan sebagai seni yang dapat dilihat
atau tampak kasat mata. Dalam bahasa Inggris seni rupa disebut visual art, karena
memang seni rupa hanya dapat dirasakan lewat penglihatan. peranan mata sangat
menentukan apakah dalam proses mencipta sejak dari pengamatan sampai pada
visualisasi, gagasan ataupun dalam proses apresiasi produk visualisasi itu. Orang
yang buta warna walaupun sepintas-lintas matanya nampak beres-beres saja, tidak
akan mampu menjadi perupa atau apresiator karya seni rupa yang kompeten
(Sahman, 1993: 200). Seni memang tidak lepas dari fungsi, di mana kehidupan
manusia tidak bisa lepas dari seni, ini menandakan bahwa kita adalah makhluk
religius atau benda pakai seni mempunyai fungsi yang sangat mendalam
(Dharsono, 2004:31)
kegiatan rohani maupun fisik untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai artistik
Noerhadi (2012:42). Seni sebagai ekspresi hasrat manusia akan keindahan untuk
dinikmati, maka ada dua lapangan besar, yaitu (a) Seni Rupa, atau kesenian yang
dapat dinikmati oleh manusia dengan mata, dan (b) Seni Suara, atau kesenian
yang dinikmati oleh manusia dengan telinga. Dalam lapangan seni rupa ada seni
patung, seni relief (termasuk seni ukir), seni lukis dan gambar, dan seni rias
(Koentjaraningrat, 2009:298). Seni adalah salah satu bentuk upaya manusia dalam
2012:41). Seni adalah manifestasi besar konsepsi spasial, sama-sama orisinal dan
2. Seni Lukis
Seni Lukis merupakan cabang dari seni rupa yang cara pengungkapanya di
wujudkan melalui karya dua dimensional (dwi matra) dimana unsur-unsur pokok
dalam karya dua dimensional adalah garis dan warna (Soedarso, 1990:11). Karya
batin pula pada manusia lain yang menghayatinya (Susanto, 2002:101). Segala
manifestasi batin dan pengalaman estetis dengan media grafis, warna, tekstur,
3. Masyarakat
sudah teratur dan boleh dikatakan sudah stabil. Sehubungan dengan ini, dengan
H. Metode Penelitian
1. Pemilihan Topik
pertama dilakukan. Pada pemilihan topik ini terdapat kedekatan emosional dan
juga kedekatan intelektual untuk menentukan topik yang menarik. Pertama secara
seni lukis di Kota Malang diambil karena penulis sendiri berasal dari Kota
Kedua pendekatan secara ilmiah penulisan ini diambil karena sudah ada
beberapa penelitian atau penulisan terdahulu tentang sejarah seni. Hal ini
sejarah seni lukis di beberapa Kota di Indonesia diharapkan penelitian ini bisa
pengumpulan data yang dianggap sesuai dengan sumber topik yang dipilih.
yang dilakukan dengan mencari perupa atau pekerja seni pada masa yang terkait
sebagai pelaku sejarah. Hal ini dilakukan sebagai pendukung atau pelengkap data
tertulis yang ada. Penggunaan sumber lisan dikarenakan kurun waktu yang
saksi atau pelaku sejarah yang mengetahui perkembangan sejarah seni rupa lukis
yang besangkutan dengan topik perkembangan seni lukis di Kota Malang 1968-
2013. Dengan mencari referensi buku di perpustakan kota dalam hal ini yaitu kota
Malang dan Sanggar Seni Lukis di Kota Malang untuk mendapatkan foto-foto
perkembangan seni rupa lukis di Kota Malang terhadap masyarakat seni di Kota
3. Kritik
baik berupa sumber tertulis maupun sumber lisan, maka tahap selanjutnya adalah
melakukan kritik terhadap sumber yang diperoleh, baik kritik ekstern maupun
sebelumnya. Kritik sumber sejarah adalah upaya untuk mendapatkan otensitas dan
kredibilitas sumber. Adapun cara yaitu dengan melakukan kritik. Yang dimaksud
dengan kritik adalah kerja intelektual dan rasional yang mengikuti metodologi
dokuman, atau arsip adalah kertas dengan sejenis, ukuran, bahan, kualitas, dan
lain-lain (Pranoto 2010:36). Kritik ini dilakuan pada saat proses pengumpulan
data atau sumber dan juga bisa dilakukan setelah pengumpulan sumber dengan
Sumber lisan didapat dengan tehnik wawancara dengan pelukis atau perupa
yang dianggap mengetahui sejarah perkembangan seni rupa lukis di Kota Malang.
mencari data umur pelaku apakah sesuai dengan rentan waktu kejadian sejarah
seni lukis. Kritik selanjutnya dilakukan dari segi kemampuan dan dari kesehatan
pelaku sebagai sumber apakah masih dalam kemampuan ingatan yang baik untuk
menceritakan kejadian yang meraka alami atau ketahui. Dari semua narasumber
dalam pencarian data wawancara ini masih dianggap memiliki kemampuan dalam
meceritakan peristiwa sejarah yang mereka alami sebagai pelaku seni lukis.
Setelah dilakukan kritik lebih lanjut dapat disimpulkan bahwa sumber dari rentan
umur dan kejadian sejarah sudah mendukung serta ingatan narasumber juga
dianggap masih baik untuk mengingat kejadian yang telah mereka alami atau
artinya apakah isi dokumen ini terpercaya, tidak dimanipulasi, mengandung bias,
dikecohkan, dan lain-lain. Kritik internal ditujukan untuk untuk memahami isi
teks. Diperlukan pemahaman terhadap isi teks secara mendalam utuk mengetahui
apa yang tersirat berbeda atau tidak dengan yang tersurat (Pranoto, 2010:37).
Dalam kritik ini penulis bisa melakukan pencarian sumber pembanding dengan
menggunakan prinsip tidak mudah percaya pada suatu dokumen tertentu saja,
dengan melakukan pembandingan data satu dengan data lain yang sesuai.
sejarah yang bisa dipertanggung jawabkan dalam penulisan sejarah. Kritik internal
narasumber satu dengan narasumber lain apakah ada kesamaan atau perbedaan
dalam memberikan pernyataan dari pertanyaan yang sama. Kritik ini juga
wawancara dengan sumber pendukung lain seperti sumber foto lukisan yang
mendukung.
4. Interpretasi
sumber sejarah dalam satu rangkaian fakta. Peneliti melakukan penafsiran dan
yaitu analisis dan sintesis. Data tersebut penulis mencoba menafsirkan sehingga
menghasilkan fakta yang didapat dari sumber dan mendapatkan fakta sejarah.
penulisan ini tahapan interpretasi yaitu upaya untuk mencari dan membuktikan
adanya relasi antara fakta yang satu dengan yang lainya, sehingga terbentuk suatu
rangkaian makna yang faktual dan logis tentang perkembangan seni rupa lukis di
sumber satu dengan sumber lain. Hal ini dilakukan untuk mengurangi
penyimpangan informasi yang berasal dari pelaku sejarah yaitu perupa atau
seniman. Sumber yang telah dilakukan interpretasi dapat menjadikan hasil yang
rupa lukis di Kota Malang terhadap masyarakat di Kota Malang tidak sama
dengan dampak perkembangan seni rupa lukis di Kota-Kota lainya seperti Yogya,
5. Historiografi
seluruh hasil penelitian atau penemuan berupa suatu penelitian yang utuh.
Pada tahap ini, penulis memaparkan dan menyajikan hasil temuanya, dengan cara
menyusun dalam bentuk tulisan dan bentuk tata bahasa yang sederhana serta
penelitian yang baik dan benar. Tulisan ini dituangkan dalam bentuk skripsi
I. Sistematika Penulisan
pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab pertama ini sangat
berkaitan dengan ruang lingkup bidang seni lukis. Tujuan pembahsan ini untuk
mengetahui bentuk kehidupan yang lebih umum dari struktur dan kehidupan
Bab ke tiga. Berisi tentang perkembangan seni lukis di Kota Malang tahun
1968-2013.
Bab ke lima, penutup dan kesimpulan yang berisi kesimpulan dan saran
hasil dari penelitian yang dilakukan terhadap perkembangan seni lukis di Kota