Anda di halaman 1dari 8

NAMA: HAGI SUGARA PUTRA

KELAS: X IPA 1

1. Basuki abdullah

Basuki abdullah lahir pada tanggal 27 Januari 1915 di Sriwedari, Laweyan, Surakarta

Dan meninggal di Jawa tengah pada tanggal 5 November 1993

Pendidikan formal Basuki Abdullah diperoleh di HIS Katolik dan MULO Katolik di Solo. Berkat
bantuan Pastur Koch SJ, Basuki Abdullah pada tahun 1933 memperoleh beasiswa untuk belajar
di Akademik Seni Rupa (Academie Voor Beeldende Kunsten) di Den Haag, Belanda, dan
menyelesaikan studinya dalam waktu 3 tahun dengan meraih penghargaan Sertifikat Royal
International of Art (RIA). Setelah dari Den Haag, Belanda, Basoeki Abdullah juga mengikuti studi
banding di sejumlah sekolah seni rupa di Paris dan Roma.

Basuki Abdullah banyak mengadakan pameran tunggal baik di dalam negeri maupun di luar
negeri, antara lain karyanya pernah dipamerkan di Bangkok (Thailand), Malaysia, Jepang,
Belanda, Inggris, Portugal dan negara-negara lain. Lebih kurang 22 negara yang memiliki karya
lukisan Basuki Abdullah. Hampir sebagian hidupnya dihabiskan di luar negeri diantaranya
beberapa tahun menetap di Thailand dan diangkat sebagai pelukis Istana Merdeka dan sejak
tahun 1974 Basuki Abdullah menetap di Jakarta.
Lukisan “Balinese Beauty” karya Basuki Abdullah yang terjual di tempat pelelangan Christie’s di
Singapura pada tahun 1996

2. Affandi koesoema

Affandi koessoema lahir pada tanggal 18 Mei 1907 di Cirebon

Dan meninggal di Yogyakarta pada tanggal 23 Mei 1990

Sekitar tahun 30-an, Affandi bergabung dalam kelompok Lima Bandung, yaitu kelompok lima
pelukis Bandung.[1] Mereka itu adalah Hendra Gunawan, Barli, Sudarso, dan Wahdi Sumanta
[su] serta Affandi yang dipercaya menjabat sebagai pimpinan kelompok. Kelompok ini
memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan seni rupa di Indonesia.[1] Kelompok
ini berbeda dengan Persatuan Ahli Gambar Indonesia (Persagi) pada tahun 1938, melainkan
sebuah kelompok belajar bersama dan kerja sama saling membantu sesama pelukis.

Pada tahun 1943, Affandi mengadakan pameran tunggal pertamanya di Gedung Poetera
Djakarta yang saat itu sedang berlangsung pendudukan tentara Jepang di Indonesia. Empat
Serangkai—yang terdiri dari Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan
Kyai Haji Mas Mansyur—memimpin Seksi Kebudayaan Poetera (Poesat Tenaga Rakyat)
untuk ikut ambil bagian. Dalam Seksi Kebudayaan Poetera ini Affandi bertindak sebagai
tenaga pelaksana dan S. Soedjojono sebagai penanggung jawab, yang langsung mengadakan
hubungan dengan Bung Karno.
Poster propaganda Boeng, ajo, Boeng! Karya Affandi, 1945

3. Hendra gunawan

Hendra gunawan lahir pada tanggal 11 Juni 1918 di Bandung

Dan meninggal di Bali pada tanggal 17 Juli 1983

Setelah proklamasi kemerdekaan Hendra Gunawan membuat poster-poster perjuangan dan konsep-
konsepnya dikirim oleh Angkatan Pemuda Indonesia dari kantor pusat Jl. Menteng Raya 31 Jakarta
(kini Gedung Juang]]). Pada tahun 1945 itu juga dia mendirikan Pelukis Front bersama Barli, Abedy,
Sudjana Kerton Kustiwa Suparto dan Turkandi mereka aktif melukis pertempuran langsung di front
terdepan di samping membuat produksi perjuangan untuk seluruh Jawa Barat.

Tahun 1946, ia pertama kali menyelenggarakan pameran tunggal dan menampilkan karya lukisan
revolusinya di Gedung Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) di Jl. Malioboro, Yogyakarta. Pameran
ini disponsori dan dibuka oleh Soekarno, merupakan pameran lukisan pertama kali sejak berdirinya
pemerintah RI.

Lukisan “Bandung lautan api” karya Hendra gunawan

4. Barli sasmitawinata

Barli sasmitawinata lahir pada tanggal 18 Maret 1921 di Bandung

Dan meninggal di Bandung pada tanggal 8 Februari 2007

Awalnya ia menjadi pelukis atas permintaan kakak iparnya pada tahun 1935 agar ia memulai
belajar melukis di studio milik Jos Pluimentz, pelukis asal Belgia yang tinggal di Bandung. Di
sana ia banyak belajar melukis alam benda. Setelah berguru pada pelukis Italia Luigi Nobili
(juga di Bandung), pada tahun 1950-an ia lalu melanjutkan pendidikan seni rupa di Eropa.
Latar belakang pendidikan tingginya di Belanda dan Prancis (Académie de la Grande
Chaumière, Paris, 1950 dan Rijksakademie van beeldende kunsten, Amsterdam, 1956) terwakili
dalam karya-karyanya yang menunjukkan penguasaan teknik menggambar anatomi tubuh
secara rinci.

Tahun 1948 ia mendirikan studio Jiwa Mukti bersama Karnedi dan Sartono. Setelah
menyelesaikan pendidikan di luar negeri, ia mendirikan Sanggar Rangga Gempol di kawasan
Dago, Bandung pada tahun 1958. Ia pernah mengajar seni lukis di Institut Teknologi
Bandung (ITB) dan adalah salah seorang perintis jurusan seni rupa di Institut Kejuruan dan
Ilmu Pendidikan (IKIP) Bandung (kini bernama Universitas Pendidikan Indonesia) pada tahun
1961. Barli lalu kemudian lebih banyak mengajar murid secara informal di sanggar. Tahun
1992 ia mendirikan Museum Barli Bandung.

Lukisan “Penari bali” karya Barli Sasmitawinata

5. Popo iskandar
Popo iskandar lahir pada tanggal 17 Desember 1927 di Garut

Dan meninggal pada tanggal 29 Januari tahun 2000

Popo memulai pendidikan melukisnya pada zaman Jepang berkuasa di Indonesia. Setelah itu, ia
masuk Institut Teknologi Bandung (ITB) 1953. Dia pernah mengajar di IKIP Bandung. Angkama,

kakaknya yang berprofesi sebagai guru gambar HIS, sangat memengaruhi minat Popo terhadap seni
melukis. Popo pernah mendapat bimbingan dari dua orang guru, yakni Hendra Gunawan dan Barli
Samitawinata.

Popo sering mengikuti banyak pameran lukisan, baik di dalam negeri maupun luar negeri.
Pada tahun 1976, ia mengadakan pameran tunggal di Den Haag, Belanda. Tahun 1980, dia
memperoleh penghargaan Anugerah Seni.

Lukisan kucing karya Popo iskandar


HAGI SUGARA PUTRA

Anda mungkin juga menyukai