I. PENGERTIAN
Gagal ginjal kronik merupakan penurunan faal ginjal yang menahun yang
umumnya tidak riversibel dan cukup lanjut. (Suparman, 1990: 349).
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan
lambat, biasanya berlangsung dalam beberapa tahun (Lorraine M Wilson,
1995: 812).
II. ETIOLOGI
1. Gout menyebabkan nefropati gout.
2. Diabetes Mellitus yang menyebabkan nefropati DM.
3. SLE yang menyebabkan nefropati SLE.
4. Riwayat batu yang menyebabkan penyakit ginjal glomerular.
5. Riwayat edema yang mengarah ke penyakit ginjal glomerular.
6. Riwayat penyakit ginjal dalam keluarga (yang diduga mengarah ke
penyakit ginjal genetik).
III. PATOFISIOLOGI
Penurunan fungsi nefron
Mekanisme kompensasi dan adaptasi asimptomatik
BUN dan creatinin meningkat
Penumpukan toksin uranik
Gangguan gagal ginjal kronik simptomatik
Hematologis Neurologis
Gastrointestinal Endokrin
1
Glomerulo Obstruksi Neprotik Nepritis Nepritis
Nepritis Kronik dan Infeksi Diabetik Hypertensi Lupus
Angiopati
Iskemi dan sehingga Kerusakan
infeksi Vaskularisasi jaringan
Penurunan Jaringan jar. Ginjal <
fungsi nefron ginjal < O dan Nefron
glomerulus nefron dan nutrisi ginjal
ginjal
Gagal Ginjal
Kronik
2
IV. GEJALA DAN TANDA
1. Hematologik
Anemia normokrom, gangguan fungsi trombosit, trombositopenia,
gangguan lekosit.
2. Gastrointestinal
Anoreksia, nausea, vomiting, fektor uremicum, hiccup, gastritis erosiva.
3. Syaraf dan otot
Miopati, ensefalopati metabolik, burning feet syndrome, restless leg
syndrome.
4. Kulit
Berwarna pucat, gatal-gatal dengan eksoriasi, echymosis, urea frost,
bekas garukan karena gatal.
5. Kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada dan sesak nafas, gangguan irama jantung, edema.
6. Endokrin
Gangguan toleransi glukosa, gangguan metabolisme lemak, gangguan
seksual, libido, fertilitas dan ereksi menurun pada laki-laki, gangguan
metabolisme vitamin D.
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan menilai derajat dari
komplikasi yang terjadi.
2. Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal (batu a/
obstruksi)
Dehidrasi akan memperburuk keadaan ginjal oleh sebab itu penderita
diharapkan tidak puasa.
3. IVP (Intra Vena Pielografi) untuk menilai sistem pelviokalises dan ureter
Pemeriksaan ini mempunyai resiko penurunan faal ginjal pada keadaan
tertentu, misalnya : usia lanjut, DM, dan Nefropati Asam Urat.
4. USG untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal,
kepadatan parenkim ginjal, antomi sistem pelviokalises, ureter
proksimal, kandung kemih serta prostat.
5. Renogram untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari
gangguan (vaskuler, parenkim, ekskresi ), serta sisa fungsi ginjal.
6. Pemeriksaan radiologi jantung untuk mencari kardiomegali, efusi
perikardial.
7. Pemeriksaan Radiologi tulang untuk mencari osteodistrofi (terutama
untuk falanks jari), kalsifikasi metastasik.
8. Pemeriksaan radilogi paru untuk mencari uremik lung; yang terkhir ini
dianggap sebagai bendungan.
9. Pemeriksaan Pielografi Retrograd bila dicurigai obstruksi yang
reversibel.
10. EKG untuk melihat kemungkinan :hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda
perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia).
11. Biopsi ginjal :
12. Pemeriksaan Laboratorium yang umumnya dianggap menunjang,
kemungkinan adanya suatu Gagal Ginjal Kronik :
3
- Laju Endap Darah : Meninggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan
hipoalbuminemia.
- Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang rendah.
- Ureum dan kreatinin : Meninggi, biasanya perbandingan antara ureum
dan kreatinin lebih kurang 20 : 1. Ingat perbandingan bisa meninggi
oleh karena perdarahan saluran cerna, demam, luka bakar luas,
pengobatan steroid, dan obstruksi saluran kemih.
Perbandingan ini berkurang : Ureum lebih kecil dari Kreatinin, pada
diet rendah protein, dan Tes Klirens Kreatinin yang menurun.
- Hiponatremi : umumnya karena kelebihan cairan.
- Hiperkalemia : biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama dengan
menurunnya diuresis.
- Hipokalsemia dan Hiperfosfatemia : terjadi karena berkurangnya
sintesis 1,24 (OH)2 vit D3 pada GGK.
- Fosfatase lindi meninggi akibat gangguan metabolisme tulang, terutama
Isoenzim fosfatase lindi tulang.
- Hipoalbuminemis dan Hipokolesterolemia; umumnya disebabkan
gangguan metabolisme dan diet rendah protein.
- Peninggian Gula Darah , akibat gangguan metabolisme karbohidrat
pada gagal ginjal, (resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan
ferifer)
- Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolisme lemak, disebabkan,
peninggian hiormon inslin, hormon somatotropik dan menurunnya
lipoprotein lipase.
- Asidosis metabolik dengan kompensasi respirasi menunjukan pH yang
menurun, BE yang menurun, HCO3 yang menurun, PCO2 yang
menurun, semuanya disebabkan retensi asam-asam organik pada gagal
ginjal.
VI. PENATALAKSANAAN
1. Tentukan dan tatalaksana terhadap penyebab.
2. Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam.
3. Diet tinggi kalori rendah protein.
4. Kendalikan hipertensi.
5. Jaga keseimbangan eletrolit.
6. Mencegah dan tatalaksana penyakit tulang akibat GGK.
7. Modifikasi terapi obat sesuai dengan keadaan ginjal.
8. Deteksi dini terhadap komplikasi dan berikan terapi.
9. Persiapkan program hemodialisis.
10. Transplantasi ginjal.
4
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
GAGAL GINJAL KRONIK
I. PENGKAJIAN
1. Biodata
Gagal Ginjal Kronik terjadi terutama pada usia lanjut (50-70 th), usia muda,
dapat terjadi pada semua jenis kelamin tetapi 70 % pada pria.
2. Keluhan utama
Kencing sedikit, tidak dapat kencing, gelisah, tidak selera makan (anoreksi),
mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, nafas berbau (ureum), gatal
pada kulit.
3. Riwayat penyakit
a. Sekarang: Diare, muntah, perdarahan, luka bakar, rekasi anafilaksis,
renjatan kardiogenik.
b. Dahulu: Riwayat penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih,
payah jantung, hipertensi, penggunaan obat-obat
nefrotoksik, Benign Prostatic Hyperplasia, prostatektomi.
c. Keluarga: Adanya penyakit keturunan Diabetes Mellitus (DM).
4. Tanda vital: Peningkatan suhu tubuh, nadi cepat dan lemah, hipertensi,
nafas cepat dan dalam (Kussmaul), dyspnea.
5. Body Systems :
a. Pernafasan (B 1 : Breathing)
Gejala : nafas pendek, dispnoe nokturnal, paroksismal, batuk
dengan/tanpa sputum, kental dan banyak,
Tanda ; takhipnoe, dispnoe, peningkatan frekuensi, Batuk produktif
dengan / tanpa sputum.
b. Cardiovascular (B 2 : Bleeding)
Gejala : Riwayat hipertensi lama atau berat. Palpitasi nyeri dada atau
angina dan sesak nafas, gangguan irama jantung, edema.
Tanda : Hipertensi, nadi kuat, oedema jaringan umum, piting pada kaki,
telapak tangan, Disritmia jantung, nadi lemah halus, hipotensi
ortostatik, friction rub perikardial, pucat, kulit coklat kehijauan,
kuning.kecendrungan perdarahan.
c. Persyarafan (B 3 : Brain)
Kesadaran : Disorioentasi, gelisah, apatis, letargi, somnolent sampai
koma.
5
e. Pencernaan-Eliminasi Alvi (B 5 : Bowel)
Anoreksia, nausea, vomiting, fektor uremicum, hiccup, gastritis erosiva
dan Diare
f. Tulang-Otot-Integumen (B 6 : Bone)
Gejala : Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki, (memburuk
saat malam hari), kulit gatal, ada/berulangnya infeksi.
Tanda : Pruritus, demam (sepsis, dehidrasi), ptekie, area ekimoosis pada
kulit, fraktur tulang, defosit fosfat kalsium,pada kulit, jaringan
lunak, sendi keterbatasan gerak sendi.
c. Pola Eliminasi
Eliminasi uri :
Kencing sedikit (kurang dari 400 cc/hari), warna urine kuning tua dan
pekat, tidak dapat kencing.
Gejala : Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut)
abdomen kembung, diare atau konstipasi.
Tanda: Perubahan warna urine, (pekat, merah, coklat, berawan) oliguria
atau anuria.
Eliminasi alvi : Diare.
e. Pola Aktivitas dan latihan : Klien mudah mengalami kelelahan dan lemas
menyebabkan klien tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari
secara maksimal.
Gejala : kelelahan ektremitas, kelemahan, malaise,.
6
Tanda : Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.
7. Pemeriksan fisik :
a. Kepala: Edema muka terutama daerah orbita, mulut bau khas ureum.
b. Dada: Pernafasan cepat dan dalam, nyeri dada.
c. Perut: Adanya edema anasarka (ascites).
d. Ekstrimitas: Edema pada tungkai, spatisitas otot.
e. Kulit: Sianosis, akaral dingin, turgor kulit menurun.
7
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL DAN
INTERVENSI
1. Resiko tinggi terjadinya penurunan curah jantung berhubungan dengan
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, gangguan frekuensi, irama,
konduksi jantung, akumulasi/penumpukan urea toksin, kalsifikasi jaringan
lunak.
8
1. Resiko tinggi terjadinya penurunan curah jantung berhubungan dengan
ketidak seimbangan cairan dan elektrolit, gangguan frekuensi, irama,
konduksi jantung, akumulasi/penumpukan urea toksin, kalsifikasi jaringan
lunak.
Tujuan : Tidak terjadi penurunan curah jantung,
Kriteria: tekanan darah sistole antara 100 140 dan diastole antara 70 90
mmHg , frekuensi nadi antara 60 - 100, nadi perifer yang kuat,
capilary refill time yang baik.
Rencana:
a. Auskultasi suara jantung dan paru. Evaluasi adanya edema, perifer,
kongesti vaskuler dan keluhan dispnoe.
R/ Adanya edema paru, kongesti vaskuler, dan keluhan dispnea
manunjukan adanya renal failure.
b. Monitor tekanan darah, nadi, catat bila ada perubahan tekanan darah
akibat perubahan posisi.
R/ Hipertensi yang signifikan merupakan akibat dari gangguan renin
angiotensin dan aldosteron. Tetapi ortostatik hipotensi juga dapat
terjadi akibat dari defisit intravaskular fluid.
e. Kolaborasi dalam:
Pemeriksaan laboratorium (Na, K), BUN, Serum kreatinin, Kreatinin
klirens.
Pemeriksaan thoraks foto.
Pemberian obat-obatan anti hipertensi.
Siapkan Dialisis
2. Resiko tinggi terjadi cedera (profil darah abnormal) berhubungan dengan
penekanan, produksi/sekresi eritpoietin, penurunan produksi Sel Darah Merah
gangguan faktor pembekuan, peningkatan kerapuhan vaskuler.
Tujuan : Tidak terjadi cedera
Kriteria : Tidak mengalami tanda-tanda perdarahan,lab. Dalam batas normal.
Rencana:
a. Perhatikan keluhan peningkatan kelelahan, kelemahan, takikardia,
mukosa / kulit pucat, dispnoe, nyeri dada.
R/ Dapat menunjukan anemia, dan respon jantung untuk
mempertahankan oksigensi sel.
b. Awasi tingkat kesadaran dan prilaku.
R/ Anemia dapat menyebabkan hipoksia, serebral, perubahan prilaku
mental dan orientasi.
c. Evaluasi respon terhadap aktivitas.
9
R/ Anemia menurunkan oksigenasi jaringan, meningkatkan kelelahan,
memerlukan perubahan aktivitas (istirahat).
d. Observasi perdarahan terus menerus dari tempat penusukan, atau pada
area mukosa.
R/ Mengalami kerapuhan kapiler.
e. Awasi haematemesis atau sekresi GI / darah feses.
R/ Stress dan abnormalitas hemostatik dapat mengakibatkan perdarahan
GI track.
f. Berikan sikat gigi halus, pencukur elektrik, gunakan jarum kecil pada
saat penyuntikan, lakukan penekanan lebih lama setelah penyuntikan.
R/ Menurunkan resiko perdarahan / pembentukan hematoma.
Kolaborasi :
g. Pemeriksaan Laboratorium Darah Lengkap, Thrombosit, Faktor
Pembekuan dan Protrombin.
R./ Uremia, menurunkan produksi eritropoetin, menekan produksi Sel
Darah Merah. Pada gagal ginjal kronik, Hb, hematokrit biasanya
rendah.
h. Pemberian transfusi.
R./ Mengatasi anemia simtomatik.
i. Pemberian obat obatan :
Sediaan besi, asam folat, sianokobalamin.
R./ Memperbaiki gejala anemi.
Cimetidin (Actal).
R./ Profilaksis menetralkan asam lambung.
Hemostatik (Amicar).
R./ Menghambat perdarahan.
Pelunak feses.
R./ Mengurangi perdarahan mukosa.
10
R./ Meningkatkan penolakan terhadap kenyataan.
f. Komunikasikan informasi dalam kalimat pendek.
R./ Komunikasi akan dipahami/diingat.
g. Tingkatkan istirahat adekuat dan tidak mengganggu periode tidur.
R./ Gangguan tidur dapat mengganggu kemampuan kognitif.
Kolaborasi :
h. Pemberian tambahan oksigen.
R./ Perbaikan hipoksia dapat memperbaiki kognitif.
i. Hindari penggunaan barbiturat/opiat.
R./ Memperburuk kekacauan.
d. Ganti posisi tiap 2 jam sekali, beri bantalan pada tonjolan tulang ,
pelindung siku dan tumit..
R/ Mengurangi/ menurunkan tekanan pada daerah yang edema, daerah
yang perfusinya kurang baik untuk mengurangi/menurunkan iskemia
jaringan.
f. Anjurkan pada klien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan kering
yang menyerap keringat dan bebas keriput.
R/ Mencegah iritasi kulit dan meningkatkan evaporasi.
11
R/ Mencegah penekanan yang terlalu lama pada jaringan yang dapat
membatasi ferfusi seluler, sehingga dapat mengurangi iskemik
jaringan.
5. Resiko tinggi perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan
penurunan saliva, pemabatasan cairan, perubahan urea dalam saliva menjadi
amonia.
Tujuan : Mempertahankan membran mukosa.
Kriteria : Mukosa lembab, inflamasi, ulserasi tidak ada, bau amonia
berkurang/hilang.
Rencana :
a. Inspeksi rongga mulut, perhatikan kelembaban, karakter saliva adanya
inflamasi dan ulserasi.
R./ Deteksi untuk mencegah infeksi.
c. Berikan perawatan mulut sering cuci dengan larutan Asam asetik 25%,
berikan permen karet, permen keras antara makan.
R./ Perawatan mulut menyejukan, melumasi, dan membantu
menyegarkan mulut yang tidak menyenangkan karena uremia.
d. Anjurkan hygiene yang baik setelah makan dan saat akan tidur.
R./ Menurunkan pertumbuhan bakteri.
Kolaborasi :
f. Pemberian obat-obatan sesuai dengan indikasi Antihistamin,
Kiproheptadin.
R./ Menghilangkan gatal.
6. Anemia berhubungan dengan menurunnya produksi eritropeitin.
Tujuan : Terjadi peningkatan kadar Hb.
Kriteria : Kadar Hb dalam batas normal, perfusi jaringan baik, akral hangat,
merah dan kering.
Rencana :
a. Pertahankan kebersihan tanpa menyebabkan kulit kering.
R/ kekeringan meningkatkan sensitivitas kulit dengan merangsang ujung
saraf.
12
c. Anjurkan tidak menggaruk.
R/ Garukan merangsang pelepasan histamin.
e. Kolaborasi dalam:
Pemberian transfusi
Pemeriksaan laboratorium Hb.
7. Ganguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada kepala.
Tujuan : Gangguan pola tidur pasien akan teratasi.
Kriteria : Klien mudah tidur dalam waktu 30 40 menit.
Klien tenang dan wajah segar.
Klien mengungkapkan dapat beristirahat dengan cukup.
Rencana :
a. Kaji tanda-tanda kurangnya pemenuhan kebutuhan tidur pasien.
R./ Untuk mengetahui terpenuhi atau tidaknya kebutuhan tidur pasien akibat
gangguan pola tidur sehingga dapat diambil tindakan yang tepat
c. Kaji adanya faktor penyebab gangguan pola tidur yang lain seperti cemas,
efek obat-obatan dan suasana ramai.
R./ Mengetahui faktor penyebab gangguan pola tidur yang lain dialami dan
dirasakan pasien.
13
c. Gunakan komunikasi terapeutik.
R./ Agar terbina rasa saling percaya antar perawat-pasien sehingga pasien
kooperatif dalam tindakan keperawatan.
d. Beri informasi yang akurat tentang proses penyakit dan anjurkan pasien untuk
ikut serta dalam tindakan keperawatan.
R./ Informasi yang akurat tentang penyakitnya dan keikutsertaan pasien
dalam melakukan tindakan dapat mengurangi beban pikiran pasien.
e. Berikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, dokter, dan tim kesehatan lain
selalu berusaha memberikan pertolongan yang terbaik dan seoptimal
mungkin.
R./ Sikap positif dari timkesehatan akan membantu menurunkan kecemasan
yang dirasakan pasien.
c. Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan pada pasien
dengan bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti.
R./ Agar informasi dapat diterima dengan mudah dan tepat sehingga tidak
menimbulkan kesalahpahaman.
14
d. Jelasakan prosedur yang kan dilakukan, manfaatnya bagi pasien dan libatkan
pasien didalamnya.
R./ Dengan penjelasdan yang ada dan ikut secra langsung dalam tindakan
yang dilakukan, pasien akan lebih kooperatif dan cemasnya berkurang.
15
DAFTAR PUSTAKA
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. W
Umur : 68 Tahun.
Jenis Kelamin : Laki-laki.
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Status Marieta : Kawin
Pekerjaan : Pensiunan PNS.
Pendidikan : SMA.
Alamat : Jl. Bromo Tuban.
Kiriman dari : Rumah Sakit Tuban
Tanggal MRS : 26 Februari 2004.
Cara Masuk : Lewat IRD RSU Dr. Soetomo Surabaya
Diagnosa Medis : Gagal ginjal kronik + Asidosis Metabolik.
Keluhan Utama : Pusing sejak lama karena mempunyai riwayat
Hipertensi, mual mual terutama pada pagi hari,
Muntah (+) sejak 3 hari sebelum Masuk Rumah
Sakit. Badan lemas, tidak selera makan (anoreksi),
sesak nafas (+), batuk-batuk dengan sputum
berwarna putih sejak 1 bulan yang lalu.
Upaya yang telah dilakukan : Berobat ke Rumah Sakit Tuban.
2) Tanda-tanda vital
Suhu : 36,8 0C
Nadi : 88 X/menit. Kuat dan teratur
Tekanan darah : 170/120 mmHg.
Respirasi : 28 x/menit
3) Body Systems
(1) Pernafasan (B 1 : Breathing)
Pernafasan melalui hidung. Frekuensi 28 x/menit, cepat dan dalam, nafas
berbau (ureum), tidak terlihat gerakan cuping hidung, tidak terlihat
Cyanosis, tidak terlihat keringat pada dahi, tidak terdengar suara nafas
tambahan, dentuk dada simetris, batuk-batuk dengan sputum berwarna
putih, hasil foto Thorax foto tanggal 27 Februari 2004
Cardiomegali dan Congestive Pulmonum.
TERAPI :
- CaCO3 3 x 1. Captopril 3 x 1.
- Nabic 3 x 1. Nifedipin 3 x 1.
- Ranitidin 3 x 1. Diet TKRPRG
- Ca Gluconat 10 % dalam D10 % + 2 unit insulin sebanyak 3 kali
ANALISA DAN SINTESA DATA
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.berhubungan dengan
ketidakmampuan ginjal dalam melakukan fungsi pengaturan dan ekskresi.
2. Resiko tinggi Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan gangguan metabolisme protein.
RENCANA TINDAKAN
DIAGNOSA
TUJUAN RENCANA TINDAKAN RASIONAL
KEPERAWATAN
Ketidakseimbangan Tujuan : Mempertahankan 1. Auskultasi bunyi jantung dan paru. Evaluasi 1. Adanya bunyi jantung S3.S4 , takikardia,
cairan dan cairan dan elektrolit dalam adanya edema, perifer, kongesti vaskuler dan frekuensi jantung tak teratur, takipnoe,
elektrolit. batas normal. keluhan dispnoe. dispnoe, mengi, gemerisik, edema, distensi
Kriteria : JVP. Menunjukan GGK.
Data Laboratorium : 2. Monitor tekanan darah, nadi, catat bila ada 2. Hipertensi bermakna dapat terjadi karena
- Natrium : perubahan tekanan darah akibat perubahan gangguan pada sistem Renin angiotensin
136- 155 mmol/l posisi.
- Kalium : 3. Monitor produksi urin setiap jam. 3. Deteksi dini perubahan yang terjadi setelah
3,8 - 5,5 mmol/l dilakukan tindakan
Pemeriksaan EKG dalam Kolaborasi :
batas normal. 4. Koreksi hiperkalium dengan Ca Gluconat 10 % 4. Pemberian Ca Gluconat 10 % dalam D10 %
Tidak ada tanda-tanda dalam D10 % + 2 unit insulin sebanyak 3 kali + 2 unit insulin sebanyak 3 kali akan
kejang 5. Pemeriksaan cito laboratorium Na, K post memudahkan kalium masuk ke intrasel dan
Tidak ada tanda-tanda diharapkan keseimbangan dapat terjadi.
koreksi hiperkalemi
kelebihan cairan: 5. Mengidentifikasi efek pemberian dari koreksi
- Tidak ada edema
6. Pemeriksaan EKG. hiperkalemi
- Suara nafas tidak ada
ronkhi dan edema paru
6. Deteksi dini adanya kelainan irama jantung
7. Siapkan Dialisis dari efek hiperkalemi
- Membran mukosa
lembab. 7. Penurunan ureum toksik, memperbaiki
- Mulut dan ketidakseimbangan elektrolit dan kelebihan
kerongkongan tidak cairan, mencegah manifestasi jantung,
kering. termasuk hipertensi dan efusi perikardial
.
Resiko nutrisi Tujuan : 1. Kaji/catat pemasukan diet status nutrisi dan 1. Untuk mengetahui tentang keadaan dan
kurang dari Mempertahankan kebiasaan makan. kebutuhan nutrisi pasien sehingga dapat
kebutuhan tubuh pemenuhan nutrisi diberikan tindakan dan pengaturan diet
berhubungan sesuai kebutuhan. yang adekuat.
dengan Gangguan Kriteria : 2. Berikan makanan sedikit dan sering 2. Meminimalkan anoreksia dan mual.
metabolisme 1. Klien tidak 3. Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang 3. Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah
protein. mengalami telah diprogramkan. komplikasi terjadinya hipertensi yang
kehilangan BB lebih berat.
lebih lanjut. 4. Timbang berat badan setiap seminggu 4. Mengetahui perkembangan berat badan
2. Pasien mematuhi sekali. pasien (berat badan merupakan salah satu
dietnya. indikasi untuk menentukan diet).
3. Mual berkurang 5. Berikan cairan peroral sepanjang 24 jam 5. Mencegah kekeringan mulut.
dan muntah tidak dalam abatas yang ditentukan.
ada. 6. Kolaborasi: konsul dengan dokter untuk 6. CaCo3 untuk mengoreksi hiperkalemia.
pemberikan obat sesuai dengan indikasi; Nabic dapat memperbaiki asidosis dan
CaCo3 Nabic dan Anti emetik. anti emitik akan mencegah mual/muntah.
7. Kolaborasi: konsul dengan ahli gizi untuk 7. Tinggi Kalori diperlukan untuk
pemberian diet tinggi kalori, rendah memenuhi kebutuhan energi, Rendah
protein, rendah garam (TKRPRG). Protein disesuaikan dengan fungsi ginjal
yang menurun. Rendah Garam dapat
mempercepat penurunan tekanan darah
dan mencegah komplikasi.
TINDAKAN KEPERAWATAN DAN EVALUASI (SOAP)
DIAGNOSA
TANGGAL TINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI (SOAP)
KEPERAWATAN
Ketidakseimbangan 1 Maret 2004 3 Maret 2004 jam 14.30
cairan dan elektrolit. 1. Auskultasi bunyi jantung dan paru. Evaluasi adanya S:-
edema, perifer, kongesti vaskuler dan keluhan dispnoe. O:
2. Monitor tekanan darah, nadi, catat bila ada perubahan 1. Tekanan darah 140/80 mmHg.
tekanan darah akibat perubahan posisi. 2. Natrium : 136 mmol/l (135 145
3. Monitor produksi urin setiap jam. mmol/l)
Kolaborasi : 3. Kalium : 4,9 mmol/l (3,5 5,5 mmol/l)
3. Koreksi hiperkalium dengan Ca Gluconat 10 % dalam 4. Produksi urine 1800 ml/24 jam
D10 % + 2 unit insulin sebanyak 3 kali
4. Pemeriksaan cito laboratorium Na, K post koreksi A : Masalah hiperkalemi teratasi
hiperkalemi
5. Pemeriksaan EKG. P : Intervensi dihentikan, klien dipindahkan ke
6. Hemodialisis Ruang Interna .
Resiko tinggi 1 Maret 2004 1. Mengkaji/mencatat pemasukan diet status nutrisi dan S:-
Gangguan pemenuhan kebiasaan makan. O:
nutrisi kurang dari 2. Mengidentifikasi perubahan pola makan. Klien tidak mengalami kehilangan BB lebih
kebutuhan tubuh 3. Memberikan makanan sedikit dan sering lanjut.
berhubungan gangguan 4. Menganjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah Masukan makanan dan cairan meningkat.
metabolisme protein. diprogramkan. Pasien mematuhi dietnya.
5. Memberikan cairan peroral sepanjang 24 jam dalam Mual berkurang dan muntah tidak ada.
abatas yang ditentukan. Membran mukosa lembab.
6. Mengkolaborasikan : konsul dengan ahli gizi untuk A : Tujuan tercapai sebagian
pemberian diet tinggi kalori, rendah protein, rendah P : Intervensi terus dilakukan.
garam (TKRPR).
CATATAN PERKEMBANGAN
2 Maret 2004
14.00 10. Evaluasi adanya edema paru (-) Ronkhi -/- dan keluhan
dispnoe (+).
11. Monitor produksi urin 100 ml/24 jam
12. Monitor tekanan darah 220/120 mmHg, nadi 76 x/mnt
14.30 13. Kolaborasi untuk dilakukan hemodialisa
19.00 14. Pemeriksaan cito laboratorium Na, Kalium post
dilakukan hemodialisa
3 Maret 2004
14.00 15. Evaluasi adanya edema paru (-) Ronkhi -/- dan keluhan
dispnoe (+).
16. Monitor produksi urin 1800 ml/24 jam
17. Monitor tekanan darah 140/80 mmHg, nadi 76 x/mnt
14.30 18. Memindahkan klien ke Ruang Interna