Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

I. Konsep Kebutuhan Nutrisi


I.1 Definisi kebutuhan nutrisi
Nutrisi merupakan proses memasukkan dan pengolahan zat makan
oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam
aktivitas tubuh. (A. Aziz Alimul H, 2009).

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah asupan nutrisi yang tidak
mencukupi kebutuhan metabolik tubuh (NANDA, 2012).

I.2 Fisiologi sistem/ fungsi normal sistem pencernaan


Fungsi utama sistem pencernaan adalah memindahkan zat nutrien (zat
yang sudah dicerna), air dan garam yang berasal dari zat makanan
untuk didistribusikan ke sel-sel melalui sistem sirkulasi. Zat makanan
merupakan sumber energi bagi tubuh. Agar makanan dapat dicerna
secara optimal dalam saluran pencernaan, maka saluran pencernaan
harus mempunyai persediaan air, elektrolit dan zat makanan yang
terus-menerus. Untuk ini dibutuhkan:
1. Pergerakan makan melalui saluran pencernaan
2. Sekresi getah pencernaan
3. Absorbsi hasil pencernaan, air dan elektrolit
4. Sirkulasi darah melalui organ gastrointestinal yang membawa zat
yang diabsorbsi.
Proses pencernaan makanan antara lain:
1. Mengunyah
2. Menelan
a. Pengaturan saraf pada tahap menelan
b. Tahap menelan diesofagus
3. Makanan dilambung
4. Pengosongan dilambung
5. Faktor reflex duodenum
6. Pergerakan usus halus
a. Gerakan kolon
b. Gerakan mencampur
c. Gerakan mendorong
7. Defekasi

I.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakseimbangan nutrisi


1. Faktor fisiologis, merupakan faktor yang terkait dengan proses
pencernaan atau intake makanan.
a. Intake nutrisi
Intake nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh menimbulkan
kekurangan nutrisi, demikian juga sebaliknya jika intake

1
nutrisi berlebihan juga menimbulkan ketidakseimbangan
nutrisi seperti: overweight, obesitas.
b. Kemampuan pencernaan dan absorbsi makanan
Kemampuan mencerna dan mengabsorbsi makanan
dipengaruhi oleh adekuatnya fungsi organ pencernaan. Adanya
peradangan saluran cerna atau organ pencernaan seperti
gastritis, kolesistisis, colitis serta adanya obstruksi usus
menimbulkan tidak adekuatnya kebutuhan nutrisi.
c. Kebutuhan metabolic
Meningkatnya kebutuhan nutrisi tubuh pada kondisi tertentu
dapat mempengaruhi status nutrisi seperti pada: masa
pertumbuhan yang cepat seperti bayi, remaja maupun keadaan
hamil. Meningkatnya metabolisme, stress maupun penyakit
tertentu seperti kanker dan AIDS.
2. Gaya hidup dan kebiasaan
Kebiasaan makan seperti waktu makan pada jam tertentu, makan
bersama, cara penyajiaan makanan, jenis makanan pasien, jika
mengalami perubahan maka dapat mempengaruhi selera dan
intake makan.
3. Budaya dan keyakinan
Adanya budaya dan keyakinan yang salah dalam lingkungan
masyarakat tertentu dalam mengonsumsi makanan menimbulkan
tidak adekuatnya status nutrisi.

4. Kemampuan ekonomi atau tersedianya dana


Kemiskinan menimbulkan daya beli makanan menjadi berkurang
dengan demikian intake makanan juga otomatis berkurang.
Pemenuhan kebutuhan nutrisi juga akan terganggu.
5. Penggunaan obat-obatan dan interaksi nutrisi
Penggunaan obat-obatan dalam jangka lama menimbulkan
komplikasi yang dapat menghambat intake makanan maupun
absorbs nutrient. Misalnya obat-obat untuk psikiatri.
6. Jenis kelamin
Kebutuhan nutrisi laki-laki dengan perempuan berbeda. Hal ini
berkaitan dengan meningkatnya aktivitas, BMR, maupun besarnya
masa otot.
7. Pembedahan
Keadaan luka dan proses penyembuhan luka, membutuhkan lebih
banyak nutrient. Demikian juga pada pembedahan saluran
pencernaan juga berpotensi tidak adekuatnya intake makanan.

2
8. Kanker dan pengobatan kanker
Kanker merupakan kondisi dimana sel-sel berpoliferasi dengan
cepat dan tidak terkendali. Pembelahan sel yang cepat
membutuhkan energi yang banyak sehingga metabolism
meningkat. Pengobatan kanker dengan kemoterapi mempunyai
efek mual sehingga dapat mengurangi intake nutrisi.
9. Penggunaan alkohol
Alkohol mempunyai efek tidak nafsu makan sehingga kebutuhan
nutrisi akan berkurang.
10. Status psikologis
Respon stress pada individu berbeda, ada individu yang
mengalami stress akan meningkatkan nafsu makan, namun juga
sebaliknya tidak nafsu makan.

I.4 Macam-macam gangguan yang berkaitan dengan ketidakseimbangan


nutrisi
1. Kelebihan berat badan atau overweight
Overweight merupakan kelebihan berat badan dibandingkan
dengan berat badan ideal. Untuk menentukan status overweight
dipakai dengan ukuran Indeks Masa Tubuh (BMI atau IMT) serta
dengan membandingkan perhitungan berat badan ideal.
Overweight diidentifikasi dengan kriteria untuk orang Asia jika
BMI antara 23,0-24,9 (normal: 18,5-22,9) atau kelebihan berat
badan antara 10-20% dari berat badan ideal.
2. Obesitas
Merupakan kondisi dimana terjadi penimbunan lemak tubuh
dalam jumlah yang berlebihan dalam tubuh sehingga berat badan
jauh melebihi dari normal. Obesitas menurut WHO (2006)
dikelompokkan menjadi : preobesitas dengan BMI antara 30-34,9
kg/m2, obesitas II dengan BMI 35,0-39,9 kg/m2 dan obesitas III
dengan BMI lebih dari 40,0 kg/m2.
3. Berat badan kurang atau underweight
Underweight merupakan kondisi dimana berat badan kurang dari
berat badan normal, yaitu kurang dari 10% berat badan ideal atau
BMI kurang dari 18,5. Kondisi yang menyebabkan berat badan
kurang adalah asupan nutrisi yang kurang seperti pembatasan
makanan, ketidakmampuan menyediakan makanan, pecandu
alkohol dan obat terlarang serta berbagai penyakit seperti
hipertiroid, cacingan, TBC paru, penyakit kanker dan penyakit
infeksi.

3
II. Rencana Asuhan Klien dengan Gangguan Kebutuhan Nutrisi
II.1Pengkajian
II.1.1 Riwayat keperawatan
a. Anggaran makan, makanan kesukaan, waktu makan
b. Apakah ada diet yang dilakukan secara khusus?
c. Apakah ada penurunan dan peningkatan berat badan dan
berapa lama periode waktunya?
d. Apakah ada status fisik pasien yang dapat meningkatkan
diet seperti luka bakar dan demam?
e. Apakah ada toleransi makanan/minuman tertentu?
II.1.2 Pemeriksaan fisik: data focus
a. Keadaan fisik: apatis, lesu
b. Berat badan: obesitas, kurus.
c. Otot: flaksia atau lemah, tonus kurang, tidak mampu
bekerja
d. Sistem saraf: bingung, rasa terbakar, reflek menurun
e. Fungsi gastrointestinal: anoreksia, konstipasi, diare,
pembesaran liver atau limpa
f. Kardiovaskuler: denyut nadi > 100x/menit, irama
abnormal, tekanan darah rendah/tinggi
g. Rambut: kusam, kering, pudar, kemerahan, tipis,
pecah/patah-patah
h. Kulit: kering, pucat, iritasi, petekhie, lemak disubkutan
tidak ada
i. Bibir: kering, pecah-pecah, bengkak, lesi, stomatitis,
membrane mukosa pucat
j. Gusi: pendarahan, peradangan
k. Lidah: edema, hiperemasis
l. Gigi: karies, kotor
m. Mata: konjungtiva pucat, kering, exoftalmus
n. Kuku: mudah patah
o. Pengukuran antopometri:
a. Berat badan ideal: (TB-100) 10%.
b. Lingkar pergelangan tangan
c. Lingkar lengan atas (MAC):
Nilai normal: Wanita: 28,5 cm
Laki-laki: 28,3 cm
d. Lipatan kulit pada otot trisep (TSF):
Nilai normal: Wanita: 16,5 18 cm
Pria: 12,5 16,5 cm
II.1.3 Pemeriksaan penunjang
Laboratorium:
a. Albumin: (N:4-5,5 mg/100 ml)
b. Transferin: (N:170-25 mg/100 ml)
c. Hb: (N: 12 mg%)
d. BUN: (N: 10-20 mg/100 ml)

4
e. Ekskresi kreatinin untuk 24 jam (N: laki-laki 0,6-1,3
mg/100 ml. Wanita: 0,5-1,0 mg/ 100 ml)

II.2Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa 1: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
(NANDA, 2012).
II.2.1 Definisi
Keadaan dimana intake nutrisi kurang dari kebutuhan
metabolisme tubuh (NANDA, 2012).
II.2.2 Batasan Karakteristik
Penggunaan diagnosis ini hanya jika terdapat satu diantara tanda
NANDA berikut:
- Berat badan kurang dari 20% atau lebih dibawah berat badan
ideal untuk tinggi badan dan rangka tubuh
- Asupan makanan kurang dari kebutuhan metabolik, baik
kalori total maupun zat gizi tertentu
- Kehilangan berat badan dengan asupan makanan yang
adekuat
- Melaporkan asupan makanan yang tidak adekuat kurang dari
recommended daily allowance (RDA).
Subjektif:
- kram abdomen
- nyeri abdomen
- menolak makan
- indigesti
- persepsi ketidakmampuan untuk mencerna makanan
- melaporkan perubahan sensasi rasa
- melaporkan kurangnya makanan
- merasa cepat kenyang setelah mengkonsumsi makanan
Objektif:
- pembuluh kapiler rapuh
- diare
- adanya bukti kekurangan makanan
- kehilangan rambut yang berlebihan
- bising usus hiperaktif
- kurang informasi, informasi yang salah
- kurangnya minat terhadap makanan
- membrane mukosa pucat
- tonus otot buruk
- menolak untuk makan
- rongga mulut terluka (inflamasi)
- kelemahan otot yang berfungsi untuk menelan atau
mengunyah
II.2.3 Faktor yang berhubungan
- ketergantungan zat kimia
- penyakit kronis
- kesulitan mengunyah atau menelan

5
- faktor ekonomi
- intoleransi makanan
- kebutuhan metabolik tinggi
- refleks mengisap pada bayi tidak adekuat
- kurang pengetahuan dasar tentang nutrisi
- akses terhadap makanan terbatas
- hilang nafsu makan
- mual dan muntah
- pengabaian oleh orang tua
- gangguan psikologis

Diagnosa 2: Gangguan menelan


II.2.4 Definisi
Fungsi mekanisme menelan yang tidak normal, berhubungan
dengan defisit struktur atau fungsi mulut, faring atau esophagus.
II.2.5 Batasan Karakteristik
Gangguan fase faring:
- ketidaknormalan fase faring pada pemeriksaan menelan
- perubahan posisi kepala
- tersedak, batuk, dan muntah
- penundaan menelan
- penolakan makanan
- suara serak
- elevasi laring yang tidak adekuat
- menelan berulang-ulang
- refluks hidung
- infeksi paru berulang
- demam yang tidak jelas penyebabnya
Gangguan fase esofagus:
- ketidaknormalan fase esofagus pada pemeriksaan menelan
- napas berbau asam
- gemeretak
- keluhan adanya sesuatu yang tersangkut
- penolakan makanan atau membatasi volume
- nyeri epigastrik atau nyeri ulu hati
- hematemesis
- hiperekstensi kepala (misalnya, mendongak ketika atau
setelah makan)
- bangun atau batuk dimalam hari
- tampak mengalami kesulitan dalam menelan
- regurgitasi isi lambung atau sendawa
- menelan berulang-ulang
- iritabilitas yang tidak dapat dijelaskan saat makan
- muntah
- muntah pada bantal

Gangguan fase mulut


- ketidaknormalan fase mulut pada pemeriksaan menelan
- batuk, tersedak, dan muntah sebelum menelan

6
- makanaan jatuh dari mulut
- makanan dikeluarkan dari mulut
- ketidakmampuan membersihkan rongga mulut
- penutupan bibir tidak sempurna
- kurang mengunyah
- kurangnya aktivitas lidah untuk membentuk bolus
- waktu makan lama dengan konsumsi sedikit
- refluks hidung
- menelan sedikit demi sedikit
- genangan pada sulkus lateral
- pemasukan bolus lambat

II.2.6 Faktor yang berhubungan


Defisit congenital
- masalah perilaku pemberian makan
- masalah hipotonia yang signifikan
- penyakit jantung kongenital
- riwayat pemberian makan melalui slang
- obstruksi mekanis (misalnya edema, slang trakeostomi,
tumor)
- gangguan neuromuscular (misalnya penurunan atau
ketiaadaan refleks muntah, gangguan perseptual, paralisis
wajaha)
- gangguan pernapasan
- anomali jalan napas atas
Masalah neurologis
- kelainan anatomis dapatan
- paralisis serebri
- keterlibatan saraf cranial
- penyakit refluks gastroesofagus
- abnormalitas laring atau orofaring
- defek rongga hidung atau nasofaring
- defek trakea, laring, atau esofagus
- trauma
- cedera kepala akibat trauma
- anomali jalan napas atas

II.3Perencanaan
Diagnosa 1: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
II.3.1 Tujuan dan kriteria hasil (outcome criteria): berdasarkan NOC
- Memperlihatkan status gizi: asupan makanan dan cairan,
yang dibuktikan oleh indikator sebagai berikut: (sebutkan 1-
5: tidak adekuat, sedikit adekuat, cukup adekuat, sangat
adekuat).
a. Makanan oral atau pemberian makanan lewat selang
b. Asupan cairan oral atau IV
- Mempertahankan massa tubuh dan berat badan dalam batas
normal

7
II.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC
Mandiri
1) Kaji faktor yang mungkin menjadi penyebab kekurangan
nutrisi
- Banyak faktor yang mempengaruhi kekurangan nutrisi
sehingga identifikasi faktor penyebab menjadi penting
sebagai bahan intervensi
2) Tanyakan kebiasaan makan, pantangan makan, alergi dan
jenis makanan yang disukai
- Data untuk perencanaan makan pasien
3) Timbang berat badan pasien
- Berat badan merupakan salah satu indikator status nutrisi
4) Jaga kebersihan badan dan mulut pasien
- Meningkatkan selera makan pasien
5) Anjurkan pasien makan dengan porsi yang kecil tetapi sering
sesuai dengan diet yang diberikan
- Mengurangi rasa mual dan meningkatkan asupan nutrisi
Kolaborasi
6) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan diet yang
sesuai
- Merencanakan jenis dan diet yang sesuai kebutuhan pasien

Diagnosa 2: Gangguan menelan


II.3.3 Tujuan dan kriteria hasil (outcome criteria): berdasarkan NOC
- Menunjukkan status menelan, yang dibuktikan oleh indicator
berikut (sebutkan 1-5: gangguan ekstrem, tinggi, sedang,
rendah dan tidak ada gangguan)

a. Mempertahankan makanan didalam mulut


b. Mampu menelan
c. Mampu untuk mengosongkan rongga mulut
II.3.4 Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC
Mandiri
1) Pantau tingkat kesadaran, refleks batuk, refleks muntah dan
kemampuan menelan
- Menurunkan resiko aspirasi
2) Atur posisi pasien 900 selama makan
- Mencegah dan menurunkan resiko aspirasi
3) Kaji mulut dari adanya makanan setelah makan
- Mengatahui kemampuan menelan pasien
Kolaborasi
4) Konsultasikan dengan ahli gizi tentang makanan yang
mudah ditelan
- Memfasilitasi pasien agar mudah menelan serta mencerna
makanan

8
III. Daftar Pustaka
Tarwoto & Wartonah. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Wilkinson Judith M & Nancy R Ahem. (2012). Buku Saku Diagnosis
Keperawatan: Diagnosa NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil
NOC Edisi 9. Jakarta: EGC.
Craft-Rosenberg Martha & Smith Kelly. (2012). Nanda Diagnosa
keperawatan: Definisi dan Klasifikasi. Yogyakarta: Digna Pustaka.
http://dokumn.tips/documents/lapoan-pendahuluan-nutisi
55a74d49c4b9.html

Banjarmasin, November 2016

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

(...) (.....)

Anda mungkin juga menyukai