Faktor risiko
Faktor risiko yang paling penting dimodifikasi untuk stroke adalah tekanan darah tinggi dan
atrial fibrilasi (meskipun besarnya efek ini adalah kecil: bukti dari percobaan Medical
Research Council adalah bahwa 833 pasien harus dirawat selama 1 tahun untuk mencegah
satu stroke). Lainnya dimodifikasi faktor risiko termasuk kadar kolesterol darah tinggi,
diabetes, merokok (aktif dan pasif), konsumsi alkohol berat dan penggunaan narkoba,
kurangnya aktivitas fisik, obesitas dan diet yang tidak sehat. Penggunaan alkohol bisa
predisposisi stroke iskemik, dan perdarahan intraserebral dan subarachnoid melalui beberapa
mekanisme (misalnya melalui hipertensi, fibrilasi atrium, trombositosis rebound dan agregasi
trombosit dan gangguan pembekuan). Obat yang paling sering dikaitkan dengan stroke
kokain, amfetamin menyebabkan hemorrhagic stroke, tapi juga over-the-counter batuk dan
obat flu yang mengandung simpatomimetik.
Tidak ada studi berkualitas tinggi telah menunjukkan efektivitas intervensi yang ditujukan
untuk penurunan berat badan, promosi olahraga teratur, mengurangi konsumsi alkohol atau
berhenti merokok. Meskipun demikian, mengingat tubuh besar bukti, manajemen medis
terbaik untuk stroke meliputi saran mengenai penggunaan diet, olahraga, merokok dan
alkohol. Obat atau terapi obat adalah metode yang paling umum pencegahan stroke;
endarterektomi dapat metode pembedahan yang berguna mencegah stroke.
Tekanan darah
Hipertensi menyumbang 35-50% dari risiko stroke. Studi epidemiologis menunjukkan bahwa
bahkan pengurangan tekanan darah kecil (5 sampai 6 mmHg sistolik, 2 sampai 3 mmHg
diastolik) akan menghasilkan 40% lebih sedikit stroke. Menurunkan tekanan darah telah
meyakinkan menunjukkan untuk mencegah stroke iskemik dan baik hemoragik. Hal ini sama
pentingnya dalam pencegahan sekunder. Bahkan lebih tua dari 80 tahun dan orang-orang
dengan hipertensi sistolik terisolasi manfaat dari terapi antihipertensi pasien. Studi
menunjukkan bahwa hasil terapi intensif antihipertensi dalam pengurangan risiko yang lebih
besar. Bukti yang tersedia tidak menunjukkan perbedaan besar dalam pencegahan stroke
antara antihipertensi obat-Oleh karena itu, faktor-faktor lain seperti perlindungan terhadap
bentuk-bentuk lain dari penyakit kardiovaskular harus dipertimbangkan dan biaya.
Atrial fibrilasi
Pasien dengan fibrilasi atrium memiliki risiko 5% setiap tahun untuk mengembangkan stroke,
dan risiko ini bahkan lebih tinggi pada mereka dengan atrial fibrilasi katup. Tergantung pada
risiko stroke, antikoagulasi dengan obat-obatan seperti aspirin coumarins atau dijamin untuk
pencegahan stroke.
Darah lipid
Kadar kolesterol tinggi telah konsisten dikaitkan dengan (iskemik) stroke. Statin telah
terbukti mengurangi risiko stroke sekitar 15%. Sejak awal meta-analisis lain obat penurun
lipid tidak menunjukkan penurunan risiko, statin mungkin mengerahkan efek mereka melalui
mekanisme selain penurun lipid efek mereka.
Obat antikoagulan
Antikoagulan oral seperti warfarin telah menjadi andalan pencegahan stroke selama lebih dari
50 tahun. Namun, beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa obat aspirin dan antiplatelet
sangat efektif dalam pencegahan sekunder setelah serangan stroke iskemik atau transient.
Dosis rendah aspirin (misalnya 75-150 mg) adalah sebagai efektif sebagai dosis tinggi tapi
memiliki lebih sedikit efek samping, dosis efektif terendah tetap tidak diketahui.
Thienopyridines (clopidogrel, tiklopidin) yang sederhana lebih efektif daripada aspirin dan
memiliki penurunan risiko perdarahan gastrointestinal, tetapi mereka lebih mahal. Mereka
peran yang tepat masih kontroversial. Tiklopidin memiliki ruam kulit yang lebih, diare,
neutropenia dan thrombotic thrombocytopenic purpura. Aspirin dosis rendah juga efektif
untuk pencegahan stroke setelah infark miokard mempertahankan.
Dalam pencegahan primer Namun, obat-obatan antiplatelet tidak mengurangi risiko stroke
iskemik sementara meningkatkan risiko pendarahan besar. Studi lebih lanjut diperlukan untuk
menyelidiki kemungkinan efek perlindungan dari aspirin terhadap stroke iskemik pada
wanita.
Operasi
Prosedur bedah seperti endarterektomi atau angioplasti karotid dapat digunakan untuk
menghilangkan penyempitan aterosklerotik signifikan (stenosis) dari arteri karotis, yang
memasok darah ke otak. Ada tubuh besar bukti yang mendukung prosedur ini dalam kasuskasus yang dipilih. Stenting arteri karotis belum terbukti sama-sama berguna. Pasien yang
dipilih untuk operasi berdasarkan usia, jenis kelamin, tingkat stenosis, waktu sejak gejala dan
preferensi pasien.
Skrining untuk penyempitan arteri karotis belum terbukti tes skrining yang berguna pada
populasi umum. Studi intervensi bedah untuk stenosis arteri karotis tanpa gejala hanya
menunjukkan sedikit penurunan dalam risiko stroke. Untuk menjadi menguntungkan, tingkat
komplikasi operasi harus tetap di bawah 4%. Bahkan kemudian, untuk 100 operasi, 5 pasien
akan manfaat dengan menghindari stroke, 3 akan mengembangkan stroke meskipun operasi,
3 akan mengembangkan stroke atau mati karena operasi itu sendiri, dan 89 akan tetap bebas
stroke tapi juga akan melakukannya tanpa intervensi.
SINDO
Sakit stroke (Foto: Corbis)
PENGOBATAN terbaru dengan rivaroxaban terbukti efektif untuk mencegah
terjadinya stroke serta stroke berulang pada penderita fibrilasi atrium (FA),
gangguan irama jantung yang paling banyak ditemui saat ini.
FA merupakan penyebab sekitar 15%20% dari keseluruhan insiden stroke
iskemik. Berdasarkan penelitian, satu dari tiga pasien FA akan mengalami
serangan stroke iskemik setidaknya sekali dalam hidupnya, jika tidak diobati. Di
Indonesia, stroke masih merupakan penyebab kematian tertinggi untuk kategori
penyakit tidak menular.
Jumlah penderitanya pun saat ini terus meningkat tajam. Apa sebenarnya FA?
Menurut ahli jantung dari Rumah Sakit (RS) Jantung Harapan Kita, dr Santoso
Karo Karo MPH SpJP(K) FIHA, kejadian FA atau disebut juga dengan kacau
serambi adalah gangguan irama pada jantung. Denyut jantung yang umumnya
teratur, menjadi tidak konsisten.
Akibat denyut jantung yang tidak teratur tersebut, lanjut Santoso, pasien FA
rentan mengalami penggumpalan darah di dalam atrium jantung, khususnya di
bagian atrium kiri. Gumpalan darah inilah yang dapat berjalan mengikuti aliran
darah menuju ke otak dan menyebabkan stroke iskemik atau bahkan kematian.
Salah satu cara mendeteksinya adalah dengan meraba nadi di pergelangan
tangan. Biasanya denyut jantung pasien FA tak beraturan, kadang cepat,kadang
lambat, tuturnya dalam temu media Peluncuran Rivaroxaban: Terobosan Baru
Pencegahan Stroke oleh PT Bayer Indonesia di Hotel Intercontinental Jakarta
MidPlaza, Jakarta, belum lama ini.
Selain denyut jantung yang tak stabil, Santoso mengatakan, beberapa gejala
yang timbul karena FA, di antaranya mudah lelah, jantung sering berdebar-debar,
nyeri dada, mudah limbung, sesak napas, bahkan bisa menyebabkan jatuh
pingsan tanpa alasan yang jelas. Namun, FA bisa juga timbul tanpa gejala yang
pasti.
Parahnya, jika sudah terkena stroke, biasanya penderita FAakan terkena dampak
yang lebih buruk. Misalnya kelumpuhan dan bahkan gangguan akibat stroke
lebih parah ketimbang penderita stroke non-FA.Dia menuturkan, ada banyak
faktor yang bisa menyebabkan terjadinya FA. Antara lain orang lanjut usia, kaum
pria, kelainan jantung, diabetes melitus, dan hipertensi.
Saat pasien terdiagnosa FA, lanjut Santoso,pengobatan akan dilakukan untuk
beberapa tujuan, termasuk di antaranya untuk mencegah stroke. Selama ini,
pada umumnya penderita akan mendapatkan terapi antikoagulasi generasi lama
yang terbukti efektif untuk mengurangi risiko stroke.
Stroke itu penyakit orang tua? Ayolah, buang jauh-jauh pendapat itu. Di Amerika Serikat
setiap tahunnya 15.000-an orang berusia antara 30-44 tahun terserang stroke.
Di Indonesia angkanya tidak pernah jelas. Harap maklum, karena data belum dianggap
penting. Tapi para pakar sependapat bahwa usia penderita stroke di sini semakin muda.
Jika Anda tak ingin dan belum menjadi korbannya, mulai sekarang juga harus melakukan
tindakan pencegahan. Berikut ini sejumlah saran dari Harold P. Adams, Jr. MD., profesor
neurologi di University of Iowa Hospital and Clinic, Iowa City, AS., untuk mengurangi risiko
stroke.
1. Periksa tekanan darah secara rutin. Riset menunjukkan, rajin kontrol mengurangi 40 persen
risiko stroke. "Mengontrol tekanan darah tinggi itu vital bagi pencegahan stroke," ujar Prof.
Adams. Bila lebih dari 140/90, berarti tekanan darah Anda tinggi. Usahakan untuk
menurunkannya.
2. Singkirkan tembakau. Hasil studi memperlihatkan, menjauhi tembakau mengurangi risiko
stroke sampai 33 persen. "Tidak ada istilah merokok sedikit. Harus berhenti sama sekali,
sejak saat ini!" tandas Prof. Adams.
3. Periksa leher Anda. Mintalah dokter mendengarkan bunyi mendesing di leher Anda. Ini
terutama penting jika Anda mengalami aterosklerosis (pengerasan dan penebalan pembuluh
darah) yang menyebabkan tersumbatnya aliran darah.
4. Lakukan latihan olahraga. Riset menunjukkan, mereka yang mulai latihan pada usia antara
25-40 tahun, risikonya terserang stroke berkurang 57 persen. Sedangkan yang mulai latihan
saat usianya 40-55 tahun, kesempatannya 37 persen lebih baik untuk terhindar dari stroke.
5. Asal hijau atau oranye, santap saja. Terlalu dini menyebut beta-karoten dapat mencegah
stroke. Tapi makan sayur dan buah (sumber beta-karoten) lebih banyak setiap harinya, kata
Prof. Adams, sangat baik.
6. Makanlah potasium. Riset menegaskan, mengkonsumsi makanan kaya potasium seharihari, mengurangi risiko stroke 40 persen. Kentang adalah sumber potasium yang baik, selain
alpukat, kedelai, pisang, salmon dan tomat.
7. Kenali kandungan aspirin. Memang aspirin sering disebut bisa membantu mencegah
stroke. "Tapi kalau Anda tidak memiliki risiko stroke, dampaknya bisa kurang baik," ujar
Prof. Adams. Konsultasilah pada dokter.
8. Kurangi lemak. Apa yang baik bagi jantung Anda, baik pula bagi otak. Menjaga kadar
kolesterol berarti menghambat aterosklerosis dan stroke. Makanlah lemak tidak lebih dari 25
persen kebutuhan kalori.
9. Jauhi alkohol. Kalau Anda belum berkenalan dengan alkohol, lebih baik tidak usah kenal,
walau ada penelitian yang menyatakan bahwa dalam jumlah tertentu bisa mencegah stroke
dan serangan jantung. Sebab, tidak pernah jelas ukuran minum secukupnya itu
Sumber : kompas.co.id
Tinggalkan Komentar
Pertama, periksa tekanan darah secara rutin. Tekanan darah yang tinggi bisa
membuat pembuluh darah Anda mengalami tekanan ekstra. Walaupun tidak
menunjukkan gejala, ceklah tensi darah secara teratur. Riset menunjukkan, rajin
kontrol mengurangi 40% risiko stroke.
Kedua, yaitu olahraga teratur. Melakukan aktivitas fisik secara teratur membantu
menurunkan tensi darah dan menciptakan keseimbangan lemak yang sehat dalam
darah. Riset menunjukan bahwa mereka yang mulai latihan olahraga pada usia antara
25-40 tahun, risiko terserang stroke berkurang 57%. Sedangkan yang mulai latihan
olahraga pada usia 40-55 tahun, kesempatanya hanya 37%. Nah, ngomongin
olahraga, pasanganku lagi getol banget neh ngajakin fitnes. Maklum, untuk urusan
yang satu ini dah lama banget nggak dilakukan semenjak mulai nyekripsi
. Jadi,
Kemudian jagalah pola makan sehat. Sangat banyak makanan enak yang tidak
begitu sehat. Hindari makan daging merah terlalu banyak karena lemak jenuhnya bisa
membuat pembuluh darah mengeras. Makanlah lemak tidak lebih dari 25% kebutuhan
kalori dan banyaklah mengkonsumsi makanan berserat seperti buah dan sayuran
untuk mengendalikan lemak dalam darah. Dengan mengurangi makanan berlemak
dapat menjaga kadar kolesterol dalam batas normal, sehingga dapat mempertahankan
keelastisitasan pembuluh darah dan mencegah stroke.
Selain itu, gunakanlah garam secukupnya. Mungkin makanan akan terasa hambar
tanpa garam. Namun perlu diketahui bahwa garam akan menyebabkan tubuh menahan
cairan serta meningkatkan tekanan garam. Biasakan menghindari makanan dengan
kandungan garam tinggi, seperti makanan kaleng dan kecap atau makanan asin-asin.
Kendalikan selera makan dengan memilih makanan sehat walau tidak menimbulkan
selera akan jauh lebih baik. Tetap pertahankan gizi sehat walau kurang menggugah
selera. Membiasakan pola makan sehat juga akan mengurangi risiko obesitas yang
dapat meningkatkan risiko mengalami tekanan darah tinggi, penyakit jantung dan
diabetes yang semuanya memicu terjadinya stroke.
Dan tidak kalah penting juga adalah mengatasi dan mengendalikan stres dan
depresi. Dijaman modern dan tuntutan pekerjaan yang tinggi, stres dan depresi
semakin meningkat. Jika tidak teratasi, dua hal ini pun dapat menimbulkan problem
jangka panjang. Untuk menjalani hidup sehat sebenarnya tidak sulit.
Jika kita tidak mau hidup kita berakhir dengan tragis, mulailah hidup sehat dari sekarang. Yuk
mariii
Apabila kita analogikan otak adalah sebuah rumah,maka faktor untuk mencapai rumah
tersebut adalah jalan menuju rumah,sehingga bukan hal yang aneh jika pemilik rumah selalu
menjaga dan merawat jalan menuju rumahnya,agar orang-orang dapat mengunjungi rumah
tersebut dengan mudah.demikian pula otak,seringkali kita melupakan jalan menuju
otak,padahal faktor paling penting untuk menjaga aliran atau suplai makanan dan oksigen ke
otak adalah pembuluh darah otak yang bersih dan sehat (tidak ada penyempitan ataupun
penyumbatan),sehingga pemeriksaan otak yang optimal adalah dengan memeriksa jalan
menuju otaknya juga,dalam hal ini pembuluh darah yang menuju ke otak.
Bagi para penderita stroke yang ingin melakukan evaluasi terhadap otak dan pembuluh
darahnya,untuk mengetahui dengan pasti lokasi,derajat dan keparahan suatu penyempitan
dan penyumbatan dapat melakukan prosedur pemeriksaan non operatif yang disebut Cerebral
DSA.cerebral DSA yang merupakan prosedur mirip dengan kateterisasi jantung,hingga saat
ini merupakan prosedur GOLD STANDARTD (baku emas,diakui paling baik di dunia ),untuk
mengetahui derajat penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah otak ,hingga
meninggalkan kemungkinan terjadinya stroke berulang.dan yang menariknya lagi,proses
pemeriksaan diagnostik cerebral DSA tidak harus membutuhkan proses rawat inap,sehingga
konsumen yang ingin menjalani pemeriksaan ini dapat melakukanya di pagi hari dan kembali
kerumah pada sore hari,untuk beraktivitas seperti biasa keesokan harinya.
Upaya Pencegahan Stroke
Namun yang penting dan harus diingat adalah cerebral DSA hanyalah salah satu prosedur
diagnostik,bukan terapi.apabila setelah dilakukan cerebral DSA ternyata terdapat
penyempitan,maka berdasarkan derajat penyempitan yang terjadi dapat ditentukan obatobatan yang optimal,agar proses progresifitas penyempitan tersebut dapat berkurang atau
apabila proses penyempitan tersebut sudah melebihi 60%-70% maka kepada pasien dapat
ditawarkan untuk melakukan proses pemasangan cincin (stent) didaerah pembuluh darah otak
yang menyempit tersebut.sekali lagi,proses pemasangan stent bukanlah suatu proses operasi
sehingga konsumen yang menjalani proses cinicin ini tidak terlalu lama dirawat inap di
RS.seluruh proses pemeriksaan cerebral DSA dan pemasangan cincin pada pembuluh darah
yang tersebut dilakukan sepenuhnya oleh seorang neurologist sekaligus subspesialis
neurologi intervensi.