Anda di halaman 1dari 18

KEPEMIMPINAN DAN PERENCANAAN DALAM MANAJEMEN

KEPERAWATAN

DI SUSUN OLEH : KELOMPOK 1

Ardianto M.Fadlil Asyisukri

Asti Windawati Mesa Prayoga

Cyntia Calara Nora Setia Ningsih

Hanna Kristin Putri Wulan Sari

Ihwayuni Suriadi

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKes PAYUNG NEGERI

PEKANBARU

2020

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manajemen keperawatan merupakan suatu proses bekerja melalui
anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan kepada
pasien secara professional (Gilies, 2005). Manajemen keperawatan pada
dasarnya diperlukan adanya manajer atau kepemimpinan yang merencanakan,
mengorganisasi, memimpin dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang
tersedia untuk memberikan asuhan keperawatan yang efektif dan efisien bagi
individu, keluarga dan masyarakat dan untuk mengelola perawat profesional
serta pekerja keperawatan non profesional Untuk itu, manajemen keperawatan
berfungsi dalam memudahkan perawat dalam menjalankan asuhan
keperawatan yang holistik schingga kebutuhan klien selama dirumah sakit
terpenuhi.
Pemimpin dalam keperawatan merupakan seseorang yang dapat
mempersatukan orang-orang dan dapat mengarahkannya sedemikian rupa
untuk mencapai tujuan tertentu. Untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh
seorang pemimpin, maka ia harus mempunyai kemampuan untuk mengatur
lingkungan kepemimpinannya. Jadi dalam kepemimpinan ada keterkaitan
antara pemimpin dengan berbagai kegiatan yang dihasilkan oleh pemimpin
tersebut. Dalam rangka memelihara dan meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan, diperlukan manajemen keperawatan yang efektif dan efesien.
Untuk mampu melaksanakannya dibutuhkan berbagai keterampilan, salah satu
diantaranya adalah keterampilan kepemimpinan. Kepemimpinan diperlukan
dalam setiap kegiatan keparawatan.
Setiap perawat, apakah staf, ketua tim, kepala ruangan, pengawas atau
kepala bidang keperawatan perlu memiliki ketrampilan kepemimpinan
sehingga efektif dalam mengelola pelayanan dan Melalui kepemimpinan yang
efektif setiap perawat berupaya memberikan kontribusi dalam kegiatan-
kegiatan yang ada dalam organisasinya untuk pencapain tujuan. Agar perawat
mempunyai ketrampilan kepemimpinan diperlukan pemahaman tentang teori,
gaya dan cara-cara bagaimana secrang dapat berperan sebagai pemimipin
yang efektif

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Teori, konsep dan prinsip dasar
kepemimpinan?
2. Apa yang dimaksud dengan Fungsi, peran, dan tanggung jawab
manajemen keperawatan?
3. Apa yang dimaksud dengan Gaya kepemimpinan dan perbedaan dan
penggunaannya?
4. Bagaimana Penerapan teori, konsep, dan prinsip kepimimpinan
manajemen diruang rawat dan puskesmas?

C. TUJUAN
1. Teori, konsep dan prinsip dasar kepemimpinan
2. Fungsi, peran, dan tanggung jawab manajemen keperawatan
3. Gaya kepemimpinan dan perbedaan dan penggunaannya
4. Penerapan teori, konsep, dan prinsip kepimimpinan manajemen diruang
rawat dan puskesmas

BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori, konsep dan prinsip dasar kepemimpinan


Kepemimpinan adalah kemampuan membuat seseorang mengerjakan apa
yang tidak ingin mereka lakukan dan menyukainya (Truman dalam Gillies,
1996). Kepemimpinan merupakan penggunaan keterampilan mempengaruhi
orang lain untuk melaksanakan sesuatu dengan sebaik-baiknya sesuai dengan
kemampuannya (Sullivan & Decleur, 1989). Kepemimpinan adalah serangkaian
kegiatan untuk mempengaruhi anggota kelompok bergerak menuju pencapaian
tujuan yang ditentukan (Baily, Lancoster & Lancoster, 1989).
Kepemimpinan adalah sebuah hubungan dimana satu pihak memiliki
kemampuan yang lebih besar untuk mempengaruhi perilaku pihak lain yang
didasarkan pada perbedaan kekuasaan antara pihak-pihak tersebut (Gillies, 1996).
Sedangkan menurut Ngalim Purwanto (1993: 26). "Kepemimpinan sebagai suatu
bentuk persuasi, suatu seni pembinaan kelompok orangorang tertentu, biasanya
melalui 'human relations' dan motivasi yang tepat, sehingga tanpa adanya rasa
takut mereka mau bekerja sama dan membanting tulang memahami dan mencapai
segala apa yang menjadi tujuan-tujuan organisasi.
pemahaman teori –teori gaya kepemimpinan. Bila dilihat dari Pemimpin itu
sendiri, Anda bisa pelajari teori bakat, bila dilihat Pemimpin itu sendiri dan orang
yang dipimpin, maka bisa Anda cocokkan dengan Teori perilaku dan bila dilihat
Situasinya, maka bisa kita gunakan Teori Situasiona. Beikut ini adalah uraian
dari masing-masing teori tersebut :
1. Teori bakat
Teori bakat dikenal dengan “Great Man Theory”. Teori bakat muncul
karena adanya keyakinan bahwa kemampuan memimpin hanya dimiliki oleh
orang yang dilahirkan dengan bakat tersebut. Teori ini tidak sepenuhnya benar
sebab setiap orang bisa menjadi pemimpin, dan mengembangkan
pengetahuan dan ketrampilan kepemimpinannya.
2. Teori Perilaku, yang biasa digunakan Kurt Lewin (1960)
a) Otokratik
Pada gaya otokratik pemimpin melakukan kontrol maksimal terhadap
staf, membuat keputusan sendiri dalam menentukan tujuan kelompok.
Lebih menekankan pada penyelesaian tugas dari pada hubungan
interpersonal. Gaya ini cenderung menyebabkan permusuhan dan agresif
atau apatis sampai menurunnya inisiatif. Contoh Kepala Ruang
menetapkan jadwal dinas, sanksi sesuai aturan, tanpa mempertimbangkan
alasan staf perawat yang mengajukan ijin
b) Demokratik
Pemimpin mengikutsertakan bawahan dalam proses pengambilan
keputusan. Lebih menekankan pada hubungan interpersonal dan kerja
kelompok Pemimpin menggunakan posisinya untuk mendapatkan
pandangan dan pemikiran bawahan serta memotivasi mereka untuk
menentukan tujuan dan mengembangkan rencana. Hal ini cenderung
meningkatkan produktivitas dan kepuasan kerja. Contoh Kepala Bidang
Keperawatan selalu meminta Kepala Ruang memberikan masukan untuk
sebuah perubahan kebijakan
c) Laissez Fair
Pemimpin memberikan kebebasan bertindak, menyerahkan perannya
sebagai pemimpin kepada bawahan tanpa diberi petunjuk atau bimbingan
serta pengawasan. Pemimpin sangat sedikit merencanakan dan membuat
keputusan. Gaya kepemimpinan ini efektif bila bawahan mempunyai
kemampuan dan tanggung jawab yang tinggi. Bila kemampuan dan
tanggung jawab bawahan kurang cenderung menimbulkan keresahan dan
frustasi. Contoh Kepala Ruang tidak pernah mau tahu apa yang sedang
terjadi di ruangan, staf perawat yang tidak disiplin tidak mendapat teguran
yang penting aman
3. Teori Situasional
Pemimpin berubah dari satu gaya ke gaya lainnya sesuai dengan
perubahan situasi yang terjadi. Jadi seseorang pemimpin yang efektif pada
situasi tertentu belum tentu mampu bersikap dan bertindak efektif pada situasi
lain.
4. Teori Kontemporer
menekankan pada empat kompoen penting dalam pengelolaan yaitu,
manajer/pemimpin, staf dan atasan, pekerjaan, serta lingkungan yang
didukung oleh teori motivasi, interaksi, dan teori transformasi.
5. Teori Z Teori Z dikemukakan oleh Ouchi (1981)
Teori ini merupakan pengembangan teori Y dari Me. Gregor (1460)
dan mendukung gaya kepemimpinan demokratis. Komponen teori Z meliputi
pengambilan keputusan dan kesepakatan, menempatkan pegawai sesuai
keahliannya, menekankan pada keamanan pekerjaan, promosi yang lambat,
dan pendekatan yang holistik terhadap staf
6. teori Teori ini dikemukakan oleh Schein (1970)
Menekankan bahwa staf atau pegawai adalah manusia sebagai suatu
sistem terbuka yang selalu berinteraksi dengan sekitarnya dan berkembang
secara dinamis. Hollande (1978) menekankan bahwa antara peran pemimpin
dan staf dipengaruhi oleh peran lainnya. Pemimpin yang efektif memerlukan
kemampuan unutk menggunakan proses penyelesaian masalah,
memepertahankan kelompok secara efektif, mempunyai kemampuan
komunikasi yang baik, kejujuran dalam memimpin, kompeten, kreatif, dan
kemampuan mengembangkan indentifikasi kelompok.
7. Teori Situasi
Bertolak belakang dengan teori bakat ialah teori situasi (situasional
theory). Teori ini muncul sebagai hasil pengamatan, dimana seseorang
sekalipun bukan keturunan pemimpin, temyata dapat pula menjadi pemimpin
yang baik. Hasil pengamatan tersebut menyimpulkan bahwa orang biasa yang
jadi pemimpin tersebut adalah karena adanya situasi yang menguntungkan
dirinya, sehingga ia memiliki kesempatan untuk muncul sebagai pemimpin.
8. Teori Ekologi
Sekalipun teori situasi kini banyak dianut, dan karena itu masalah
kepemimpinan banyak menjadi bahan studi, namun dalam kehidupan sehari-
hari sering ditemukan adanya seorang yang setelah berhasil dibentuk menjadi
pemimpin, ternyata tidak memiliki kepemimpinan yang baik. Hasil
pengamatan yang seperti ini melahirkan teori ekologi, yang menyebutkan
bahwa seseorang memang dapat dibentuk untuk menjadi pemimpin, tetapi
untuk menjadi pemimpin yang baik memang ada bakat-bakat tertentu yang
terdapat pada diri seseorang yang di peroleh dari alam.

B. Fungsi, peran, dan tanggung jawab manajemen keperawatan


Fungsi Kepemimpinan
a. Memandu, menuntun, membimbing, memotivasi
b. Menjalin komunikasi yang baik
c. Mengorganisasi, mengawasi dan membawa organisasinya pada tujuan yang
telah ditetapkan
Lebih tepatnya seorang pemimpin harus mampu menjadi contoh peran
bagi yang lainnya dan mampu menempatkan dirinya seperti sosok Ki Hajar
Dewantoro. Fungsi kepemimpinan yang bisa kita contoh dari Ki Hajar
Dewantoro :
a. Ing Ngarso sung Tulodho ketika di depan memberikan contoh
b. Ing Madyo Mbangun Karso ketika berada di tengah bersama sama
menyelesaikan tugas
c. Tut Wuri Handayani ketika berada dibelakang mampu memberikan dorongan
dan motivasi
Peran kepemimpinan
Pemimpin memiliki peran sebagai berikut :
a. Interpersonal role
Peran yang berkaitan dengan hubungan antar pribadi
b. Informational role
Peranan yang berhubungan dengan informasi, baik informasi yang
diterima maupun yang harus disampaikan
c. Decisional role
Peranan terkait dengan pembuatan keputusan

Tangguang jawab manajemen keperawatan :

1. Management of care
a) Manajemen asuhan (care) merupakan pengaturan sumber daya dalam
menjalankan kegiatan keperawatan dengan menggunakan metode proses
keperawatan untuk memenuhi kebutuhan klien atau menyelesaikan
masalah klien (Keliat, 2000).
b) Manajemen asuhan keperawatan ada tiga komponen penting yaitu
manajemen sumber daya manusia dengan menggunakan sistem
pengorganisasian pekerjaan perawat, sistem klasifikasi kebutuhan klien
dan metode proses keperawatan (Keliat, 2000)
2. Management of service
a) Manajemen operasional (services) adalah pelayanan keperawatan di
rumah sakit yang dikelola oleh departemen atau bidang perawatan melalui
tiga tingkatan manajerial yaitu manajemen puncak, manajemen menengah,
dan manajemen bawah (Swanburg, 2000)
b) Manajer keperawatan tersebut harus memiliki beberapa faktor agar
penatalaksanaannya berhasil yaitu :
1) Kemampuan menerapkan pengetahuan
2) Ketrampilan kepemimpinan
3) Kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin, dan
4) Kemampuan melaksanakan fungsi manajemen (Swanburg, 2000)
C. Gaya kepemimpinan dan perbedaan dan penggunaannya
Gaya kepemimpinan merupakan cara seseorang memanfaatkan kekuatan
yang tersedia untuk memimpin orang lain. Setiap pemimpin memiliki gaya
kepemimpinan yang berbeda. Ada 3 faktor yang menjadi kunci gaya
kepemimpinan seseorang yang merupakan faktor yang saling melengkapi dan
mempengaruhi satu sama lainnya, yaitu:
1. pemimpin itu sendiri
2. orang yang dipimpin
3. situasi

Menurut para ahli, terdapat beberapa gaya kepemimpinan yang dapat


diterapkan dalam suatu organisasi antara lain sebagai berikut :

1. Gaya kepemimpinan menurut Tannenbau dan Warrant H. Schmitdt


Menurut kedua ahli tersebut, gaya kepemimpinan dapat dijelaskan
melalui dua titik ekstrem yaitu kepemimpinan berfokus pada atasan dan
kepemimpinan berfokus pada bawahan. Gaya tersebut dipengaruhi oleh faktor
manajer, faktor karyawan, dan faktor situasi. Jika pemimpin memandang
bahwa kepentingan organisasi harus didahulukan jika dibanding dengan
kepentingan individu, maka pemimpin akan lebih otoriter, akan tetapi jika
bawahan mempunyai pengalaman yang lebih baik dan menginginkan
partisipasi, maka pemimpin dapat menerapkan gaya partisipasinya.
2. Gaya kepemimpinan menurut Likert
Likert mengelompokkan gaya kepemimpinan dalam empat system,
yaitu :
a) Sistem Otoriter–Eksploitatif
Pemimpin tipe ini sangat otoriter, mempunyai kepercayaan yang
rendah terhadap bawahannya, memotivasi bawahan melalui ancaman atau
hukuman. Komunikasi yang dilakukan bersifat satu arah ke bawah (top-
down).
b) Sistem Benevolent–Otoritatif (Authoritative)
Pemimpin mempercayai bawahan sampai pada tingkat tertentu,
memotivasi bawahan dengan ancaman atau hukuman tetapi tidak selalu,
dan membolehkan komunikasi ke atas. Pemimpin memperhatikan ide
bawahan dan mendelegasikan wewenang, meskipun dalam pengambilan
keputusan masih melakukan pengawasan yang ketat.
c) Sistem Konsultatif
Pemimpin mempunyai kepercayaan yang cukup besar terhadap
bawahan. Pemimpin menggunakan balasan (insentif) untuk memotivasi
bawahan dan kadang-kadang menggunakan ancaman atau hukuman.
Komunikasi dua arah dan menerima keputusan spesifik yang dibuat oleh
bawahan.
d) Sistem Partisipatif
Pemimpin mempunyai kepercayaan sepenuhnya terhadap bawahan,
selalu memanfaatkan ide bawahan, serta menggunakan insentif ekonomi
untuk memotivasi bawahan. Komunikasi bersifat dua arah dan menjadikan
bawahan sebagai kelompok kerja.
3. Gaya kepemimpinan menurut Teori X dan Teori Y
Teori ini dikemukakan oleh Douglas McGregor dalam bukunya The
Human Side Enterprise (1960). Dia menyebutkan bahwa perilaku seseorang
dalam suatu organisasi dapat dikelompokkan menjadi dua kutub utama, yaitu
sebagai Teori X dan Teori Y. Teori X mengasumsikan bahwa bawahan itu
tidak menyukai pekerjaan, kurang ambisi, tidak mempunyai tanggung jawab,
cenderung menolak perubahan, dan lebih suka dipimpin daripada memimpin.
Sebaliknya Teori Y mengasumsikan bahwa bawahan itu senang bekerja, bisa
menerima tanggung jawab, mampu mandiri, mampu mengawasi diri, mampu
berimajinasi, dan kreatif. Berdasarkan teori ini, gaya kepemimpinan
dibedakan menjadi empat macam.
1) Gaya kepemimpinan dictator
Gaya kepemimpinan yang dilakukan dengan menimbulkan ketakutan
serta menggunakan ancaman dan hukuman merupakan bentuk dari
pelaksanaan Teori X.
2) Gaya kepemimpinan otokratis
Pada dasarnya gaya kepemimpinan ini hampir sama dengan gaya
kepemimpinan diktator namun bobotnya agak kurang. Segala keputusan
berada di tangan pemimpin, pendapat dari bawahan tidak pernah
dibenarkan. Gaya ini juga merupakan pelaksanaan dari Teori X.
3) Gaya kepemimpinan demokratis
Ditemukan adanya peran serta dari bawahan dalam pengambilan
sebuah keputusan yang dilakukan dengan cara musyawarah. Gaya
kepemimpinan ini pada dasarnya sesuai dengan Teori Y
4) Gaya kepemimpinan santai
Peranan dari pemimpin hampir tidak terlihat karena segala keputusan
diserahkan pada bawahan. Gaya kepemimpinan ini sesuai dengan Teori Y
(Azwar, 1996).
4. Gaya kepemimpinan menurut Robert House
Berdasarkan teori motivasi pengharapan, Robert House mengemukakan
empat gaya kepemimpinan, yaitu:
a) Direktif
Pemimpin menyatakan kepada bawahan tentang bagaimana
melaksanakan suatu tugas. Gaya ini mengandung arti bahwa pemimpin
selalu berorientasi pada hasil yang dicapai oleh bawahannya
b) Suportif
Pemimpin berusaha mendekatkan diri kepada bawahan dan bersikap
ramah terhadap bawahan.
c) Partisipatif
Pemimpin berkonsultasi dengan bawahan untuk mendapatkan
masukan dan saran dalam rangka pengambilan sebuah keputusan.
d) Berorientasi tujuan
Pemimpin menetapkan tujuan yang menantang dan mengharapkan
bawahan berusaha untuk mencapai tujuan tersebut dengan seoptimal
mungkin.
5. Gaya kepemimpinan menurut Hersey dan Blanchard
a) Instruksi:
1) Tinggi tugas dan rendah hubungan
2) komunikasi sejarah
3) pengambilan keputusan berada pada pemimpin
4) banyak memberikan pengarahan atau instruksi
b) Konsultasi
1) Tinggi tugas dan tinggi hubungan
2) Komunikasi dua arah
3) peran pemimpin dalam pemecahan masalah dan pengambilan
keputusa cukup besar, bawahan diberi kesempatan untuk memberi
masukan, dan menampung keluhan
c) parisipasi
1) tinggi hubungan tapi rendah tugas
2) pemimpin dan bawahan bersama-sama memberi gagasan dalam
pengambilan keputusan.
d) Delegasi
1) rendah hubungan dan rendah tugas
2) komunikasi dua arah, terjadi diskusi dan pendelegasian antara
pemimpin dan bawahan dalam pengambilan keputusan pemecahan
masalah.
D. Penerapan teori, konsep, dan prinsip kepimimpinan manajemen diruang
rawat dan puskesmas
Penerapan teori, konsep, dan prinsip Kepemimpinan di Ruang Rawat dan
Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah unit pelaksanan teknis dinas
kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelanggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayan kerja (KMK No. 128 tahun 2004).
Puskesmas sebagai salah satu jenis fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan
perscorangan (UKP) tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotive dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (PMK No. 75 tahun 2014).
Yang akan dibahas berikut ini adalah penerapan kepemimpinan dan
manajemen keperawatan di ruang rawat Puskesmas sebagai upaya kesehatan
perseorangan. UKP adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan
pelayanan keschatan yang ditujukan untuk peningkatan, pencegahan,
penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit dan
memulihkan kesehatan perseorangan (PMK No. 75 tahun 2014). Menurut PMK
No. 75 tahun 2014. UKP tingkat pertama dilaksanakarı dalam bentuk
1. Rawat jalan
2. Pelayanan gawat darurat
3. Pelayanan satu hari (one day care)
4. Home care Rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayunan
kesehatan
Untuk menyelenggarakan berbagai UKP dan UKM yang sesuai
dengan azas puskesmas, perlu ditunjang oleh manajemen puskesmas yang
baik Manajemen puskesmas adalah rangkaian kegiatan yang bekerja seacara
sistematis untuk menghasilkan luaran puskesmas yang efektif dan efisien.
Rangkaian Ada tiga fungsi kegiatan tersebut membentuk fungsi-fungsi
manajemen manajemen puskesmas yang dikenal dengan perencanaan,
pelaksanaan dan pengendalian, serta pengawasan dan pertanggungjawaban
(KMK No. 128 tahun 2004). Fungsi manajemen tersebut dilasanakan oleh
seorang manajer
Organisasi puskesmas disusun oleh dinas kesehatan kabupaten/kota
berdasarkan kategori upaya kesehatan dan beban kerja Puskesmas. Organisasi
Puskesmas paling sedikit terdiri atas (PMK No. 75 tahun 2014):
1. Kepala Puskesmas
2. Kepala sub bagian tata usaha
3. Penganggung jawab UKM dan Perkesmas
4. Penganggung jawab UKP, kefarmasian dan laboratorium
5. Penanggung jawab jaringan pelayanan Puskesman dan jejaring fasilitas
pelayanan kesehatan

Fungi manajemen dijalanakan oleh seorang manajer puskesmas dan peran


kepemimpinan dijalankan oleh seorang kepala puskesmas. Henri Fayol (1925)
dalam Marquis dan Huston (2012) pertama kali mengidentifikasi fungsi
manajemen yaitu perencanaan, mengorganisasi, komando, koordinasi, dan
kontrol. Luther Gulick (1937) dalam Marquis dan Huston (2012) memperluas
fungsi manajemen tersebut menjadi "tujuh aktivītas manajemen" yaitu
perencanaan, mengorganisasi, ketenagaan, pengarahan, koordinasi, pelaporan,
dan budgeting. Walaupun sering dimodifikasi akhirnya para teoritikus mulai
mengarahkan fungsi manajemen menjadi proses manajemen. Secara singkat
deskripsi lima fungsi dari setiap fase dari proses manajemen adalah sebagai
berikut (Marquis dan Huston, 2012)

1. Perencanaan, meliputi penentuan filosofi, tujuan, sasaran, kebijakan,


prosedur, dan aturan; melaksanakan proyeksi jangka panjang dan pendek;
menentukan bagian keuangan untuk tindakan; dan mengelola perubahan
yang direncanakan.
2. Pengorganisasian, meliputi membangun strukstur untuk melaksanan
rencana, menentukan jenis perawatan yang paling tepat untuk pasien, dan
mengelompokkan kegiatan untuk mencapai tujuan. Fungsi lain meliputi
bekerja dalam struktur organisasi dan pemahaman menggunakan
kekuasaan dan otoritas dengan tepat.
3. Kepegawaian, terdiri dari merekrut, mewawaneana, dan mengorientasi
staf. Penjadwalan, pengembangan staf, sosialisasi karyawan, dan
membangun tim.
4. Pengarahan, terkadang mencakup beberapa fungsi kepegawaian. Namun,
fungsi pada fase ini biasanya memerlukan tanggungjawab manajemen
sumber daya manusia, seperti memotivasi, mengelola konflik,
mendelegasikan, berkomunikasi, dan memfasilitasi kolaborasi.
5. Pengendalian meliputi fungsi penilaian kerja, akuntabilitas keuangan,
kontrol kualitas, kontrol hukum dan etik, dan kontrol profesional.

Kepemimpinan dan manajemen dapat dan harus diintegrasikan


sebagaimana keduanya dapat dipelajari. Keduanya jelas mempunyai
hubungan yang sinergis. Setiap perawat adalah pemimpin dan manajer pada
tingkat tertentu, dan peran perawat membutuhkan kemampuan kepemimpinan
dan manajemen. Kebutuhan terhadap pemimpin yang visioner dan manajer
yang efektif dalam keperawatan mengurangi penekanan peran satu sama lain.
Kemampuan manajemen yang baik dibutuhkan untuk menjaga organisasi
yang sehat. Karena begitu cepatnya perkembangan dan akan terus berlanjut
dalam keperawatan dan industri kesehatan, secara terus-menerus penting
untuk para perawat mengembangkan kemampuan di kedua peran
kepemimpinan dan fungsi manajemen, serta berusaha untuk mengintegrasikan
karakteristik kepemimpinan di setiap fase dari proses manajemen.
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Kepemimpinan sebagai suatu bentuk persuasi, suatu seni pembinaan
kelompok orangorang tertentu, biasanya melalui 'human relations' dan
motivasi yang tepat, sehingga tanpa adanya rasa takut mereka mau bekerja
sama dan membanting tulang memahami dan mencapai segala apa yang
menjadi tujuan-tujuan organisasi.
Gaya kepemimpinan merupakan cara seseorang memanfaatkan
kekuatan yang tersedia untuk memimpin orang lain. Setiap pemimpin
memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda. Ada faktor yang menjadi kunci
gaya kepemimpinan seseorang yang merupakan faktor yang saling
melengkapi dan mempengaruhi satu sama lainnya

DAFTAR PUSTAKA

Asmuji. (2013). Manajemen Keperawatan: Konsep Dan Aplikasi,


Jogjakarta : Ar ruzz media

Fahmi, I (2013). Manajemen kepemimpinan. Bandung : Alfabeta


Nursalam. (2011). Manajemen Keperawatan : Aplikasi Dalam Praktik
Keperawatan Professional. (edisi 3). Jakarta: selemba Medika

Bejo Siswanto, Manajemen Tenaga kerja, (Bandung : Sinar Baru,


Cetakan Baru, 1989)

George Terry, Prinsip – Prinsip Manajemen, (Jakarta : Bumi Aksara,


1996)

Anda mungkin juga menyukai