Anda di halaman 1dari 10

Rumah Sakit Umum INANTA

Jl. Sisingamangaraja No. 85/87 Telp. (0634) 21451 – 4320066Fax. (0634)


28008, Email:rsuinanta1983@gmail.com-rsuinanta@yahoo.co.id

KEBIJAKAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM INANTA PADANGSIDIMPUAN


NOMOR :

TENTANG

KEBIJAKAN SURVEILANS PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI


DI RUMAH SAKIT UMUM INANTA PADANGSIDIMPUAN

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM INANTA PADANGSIDIMPUAN

Menimbang : a. bahwa Surveilans merupakan salah satu kewaspadaan standar yang


masuk program pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit;

b. bahwa untuk memantau infeksi di rumah sakit perlu dilakukan


surveilans;

c. bahwa untuk maksud tersebut diatas perlu dibuat Kebijakan Surveilans


di rumah sakit.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan;

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang


Rumah Sakit;

3. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor


270/Menkes/SK/III/2007 Tentang Pedoman Manajerial Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan
Lainnya;

4. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor


382/Menkes/SK/III/2008 Tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya;

5. Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan Nomor :


445/2456 tentang Izin Operasional dan Penetapan Klasifikasi Rumah
Sakit Umum INANTA Padangsidimpuan;

6. Buku Pedoman dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas


Pelayanan Kesehatan Lainnya, DEPKES RI, 2007;
7. Buku Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya, DEPKES RI;
8. Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum INANTA
Padangsidimpuan nomor : 209/RSB/X/2015 tentang Kebijakan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Umum INANTA
Padangsidimpuan.
1
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Kesatu : Kebijakan Surveilans di Rumah Sakit Umum INANTA Padangsidimpuan
sebagaimana terlampir dalam Surat Keputusan ini.

Kedua : Surat Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan, sampai ada
ketetapan selanjutnya.

Ketiga : Apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam ketetapan ini
maka akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Padangsidimpuan
Pada tanggal :
Rumah Sakit Umum INANTA
Padangsidimpuan
Direktur,

Dr Nuriana Aswita
NIK 14121970 005
Tembusan Yth :
1. Ketua Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
2. Unit terkait
3. Arsip

2
LAMPIRAN : Peraturan Direktur Rumah Sakit Umum
INANTA Padangsidimpuan
Nomor :
Tanggal :

KEBIJAKAN SURVEILANS PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

KEBIJAKAN :
A. Infeksi Luka Infus (ILI)
Infeksi Luka Infus adalah infeksi aliran darah akibat penggunaan alat intravaskuler dan
ditemukan organism dari kultur darah semi/quantitative dengan tanda klinis yang jelas serta
tidak disertai infeksi yang lain (tanpa ada organ atau jaringan yang lain yang dicurigai sebagai
sumber infeksi) dan/atau dokter yang merawat menyatakan infeksi. Plebitis adalah pada
daerah local tusukan infuse ditemukan tanda-tanda merah seperti terbakar, bengkak dan sakit
bila ditekan,ulser skin sampai dengan purulent exudat,bengkak dan mengeluarkan cairan bila
ditekan.

KRITERIA INFEKSI :
1. Dengan salah satu gejala klinis seperti:
 Demam ≥ 38◦c
 Menggigil
 Hipotensi

2. Pada pasien berumur ≤ 1 tahun paling sedikit satu dari tanda-tanda :


 Demam ≥ 38◦c
 Hipotermi ≤ 37◦c
 Apnoe
 Bradikardia
3. Dokter yang merawat menyatakan infeksi.

POPULASI BERISIKO ILI :


1. Semua pasien yang menggunakan alat intra vascular dengan kurun waktu 24 jam;
2. Lama penggunaan kateter, intra vena;
3. Numerator : jumlah yang terinfeksi akibat penggunaan kateter intra vascular;
4. Denominator : jumlah hari penggunaan kateter intra vascular.

Infeksi Rate:
Numerator x 1000
--------------
Lampiran 1
Denominator
∑ kasus ILI X 1000
---------------
∑ hari pemakain alat

Pencegahan ILI :
1. Kebersihan tangan asptik sebelum melakukan tindakan;
2. Gunakan tehnik aseptic saat melakukan tindakan;
3. Ganti posisi insersi,selang infuse dan dressing setiap 3 hari sekali;
4. Pengecekan daerah insersi tiap penggantian shift dan sebelum memberikan injeksi
melalui intra vena (IV);
5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemasangan Central Venous Catheter (CVC) jika obat
atau cairan diberikan dengan osmolaritas tinggi.

B. Infeksi Aliran Darah Primer (IADP)


Infeksi Aliran Darah Primer adalah infeksi yang terjadi akibat penggunaan alat intra vascular
pada Vena sentral seperti CVC, mahukar, Swanganz, vena/arteri umbilical cateter, Internal –
Arterial Blood Pressure (IABP) dan ditemukan organisme dari hasil kultur darah semi atau
kuantitatif dengan tanda klinis yang jelas serta tidak terjadi infeksi yang lain (tanpa ada organ
atau jaringan lain yang dicurigai sebagai sumber infeksi) dan atau dokter yang merawat
menyatakan infeksi.

Kriteria Infeksi :
1. Dengan salah satu gejala klinis seperti :
 Demam lebih dari atau sama dengan 38 0C
 Menggigil
 Hipotensi
2. Pasien pada berumur kurang dari atau sama dengan 1(satu) tahun paling sedikit satu
dari tanda - tanda :
 Demam lebih dari atau sama dengan 38 0C
 Hipotermi kurang dari atau sama dengan 37 0C
 Apnoe
 Bradikardia
3. Dokter yang merawat menyatakan infeksi.

Populasi Risiko IADP :

Lampiran 2
1. Semua pasien yang menggunakan alat vena sentral catheter dengan kurun waktu 2
(dua) x 24 (dua puluh empat) jam;
2. Lama penggunaan catheter, vena sentral, mahukar, swanganz, vena/arteri umbilical,
kateter, IABP;
3. Numerator : jumlah yang terinfeksi akibat penggunaan catheter vena sentral;
4. Denominator : jumlah hari penggunaan kateter vena sentral.

Infeksi Rate :
Numerator
---------------------- x 1000
Denominaror

Σ kasus IADP
----------------------X 1000
Σ hari pemasangan alat

Pencegahan IADP :
1. Lakukan kebersihan tangan aseptic sebelum melakukan tindakan;
2. Gunakan tehnik aseptic saat melakukan tindakan;
3. Ganti set infuse dan dressing setiap 3 (tiga) hari sekali atau setiap kali jika diperlukan
(lembab atau kotor);
4. Lepas atau hentikan akses pemasangan kateter vena sentral sesegera mungkin jika tidak
diperlukan lagi;
5. Pengecekan daerah inserasi tiap penggantian shift dan sebelum memberikan injeksi
melalui kateter vena sentral.

C. Infeksi Luka Operasi (ILO)


Merupakan infeksi yang terjadi pada tempat atau daerah insisi akibat suatu tindakan
pembedahan.
Kategori Operasi :
1. Operasi Bersih
 Operasi dilakukan pada daerah/kulit yang pada kondisi pra bedah tidak terdapat
peradangan dan tidak membuka traktus respiratorius, traktus gastrointestinal,
orofaring, traktus urinarius, atau traktus billier;
 Operasi berencana dengan penutupan kulit primer, dengan atau tanpa pemakain
drain tertutup.
2. Operasi Bersih Tercemar
 Operasi yang membuka traktus digesivus, traktus billier, traktus urinarius, traktus
respiratorius, sampai dengan orofaring, atau traktus reproduksi kecuali ovarium.
Lampiran 3
 Operasi tanpa pencemaran nyata (gross spillage), seperti operasi pada traktus
billier, apendiks, vagina atau orofaring.
3. Operasi Tercemar
 Operasi yang dilakukan pada kulit yang terbuka, tetapi masih dalam waktu emas
(golden periode) yaitu 6 jam.
4. Operasi Kotor atau dengan Infeksi
 Perporasi traktus digestivus, traktus urogenetalis atau traktus respiratorius yang
terinfeksi.
 Melewati daerah purulen (inflamasi bacterial).
 Luka terbuka lebih dari 6 jam setelah kejadian, terdapat jaringan luas atau kotor.
 Dokter yang melakukan operasi menyatakan sebagai luka operasi kotor/terinfeksi.

Klasifikasi SSI :
1. Infeksi Isisional Superfisial
Infeksi pada luka insisi (kulit dan subcutan),terjadi dalam 30 hari setelah operasi, dan
bila terdapat salah satu dari kriteria dibawah ini :
 Keluar cairan purulen dari luka insisi;
 Kultur positip dari cairan yang keluar atau jaringan yang diambil secara aseptik;
 Ditemukan paling tidak satu tanda infeksi : nyeri, bengak, kemerahan, kecuali bila
hasil kultur negatif;
 Dokter yang menangani mengatakan infeksi.
2. Infeksi Insisional Dalam
Infeksi pada kulit insisi, terjadi dalam 30 hari pasca bedah atau sampai 1 tahun bila ada
implant dan bila terdapat paling tidak satu keadaan dibawah ini :
 Keluar cairan purulen dari luka insisi, tapi bukan berasal dari rongga/organ;
 Secara spontan mengalami dehisens atau dengan sengaja dibuka oleh ahli bedah
dan paling sedikit;
 Satu dari tanda berikut : demam (>30 0C),nyeri lokal, kecuali hasil kultur negatif;
 Ditemukan abses atau bukti lain adanya infeksi yang mengenai luka inisi pada
pemeriksaan langsung (waktu pembedahan ulang), dengan pemeriksaan
histopatologis atau radiologis;
 Dokter yang menangani mengatakan terjadi infeksi.

3. Infeksi organ/rongga
Infeksi yanf terjasi dalam 30 hari pasca operasi atau 1 tahun bila ada impian dan bila
terdapat paling sedikit menunjukan satu gejala berikut :
 Drainase purulen dari drain yang dipaang melalui luka insisi ke dalam
rongga/organ;
Lampiran 4
 Ditemukan organisme melalui aseptik kultur dari organ/rongga;
 Ditemukan abses atau tanda infeksi lainnya yang mengenai organ/rongga, pada
waktu pemeriksaan;
 langsung saat pembedahan ulang dengan pemeriksaan histopatologis atau
radiologis;
 Dokter yang menangani mengatakan infeksi organ/rongga.

Populasi berisiko SSI :


1. Semua pasien yang dilakukan tindakan pembedahan
2. Numerator : jumlah kasus SSI
3. Denominator : jumlah pasien yang dilakukan operasi
Infeksi rate :

Numerator
---------------------- x 100
Denominaror

Σ kasus Infeksi
----------------------X 100
Σ kasus operasi

Pencegahan ILO :
1. Pra bedah
a. Persiapan pasien sebelum operasi
 Jika ditemukan ada tanda – tanda infeksi, sembuhkan terlebihdahulu infeksinya
sebelum hari opersi elektif dan perlu tunda hari opersi sampai tidak ada infeksi;
 Jangan mencukur rambut,pencukuran hanya dilakukan bila daerah sekitar operasi
terdapat rambut yang dapat mengganggu jalannya operasi (pencukuran dilakuakn 1
jam sebelum operasi dengan menggunakan alat cukur elektrik);
 Kendalikan kadar gula darah pada pasien diabetes dan hindari kadar gula yang
terlalu rendah sebelum operasi;
 Sarankan pasien untuk berhenti merokok, minimum 30 (tiga puluh) hati sebelum
hari elektif operasi;
 Mandikan pasien dengan cairan sabun yang mengandung chlorhexidine 2%
minimla 1 jam sebelum opersi elektif;
 Usahakan sesingkat mungkin hari rawat inap sebelum operasi dan waktu cukup
untuk persiapan operasi yang memadai.
b. Antiseptic tangan dan lengan untuk tim bedah

Lampiran 5
 Kuku harus pendek jangan memakai kuku palsu;
 Lakukan cuci tangan bedah (sugrial scrub) dengan caiaran anti septic yang
mengandung chlorhexidine 4% setelah cuci tangan, tangan harus tetap mengarah ke
atas dan dijauhkan dari tubuh supaya air mengalir dari ujung ke siku, keringkan tangan
dengan handuk steril pakai gaun dansarung tangan steril.
c. Tim bedah yang terinfeksi atau terkolonisasi
 Anjurkan tim bedah agar melaporkan jika memunyai tanda dan gejala penyakit
infeksi dan segera melaporkan ke petugas pelayanan kesehatan karyawan.
d. Profilaksis anti mikroba
 Pemberian profilaksis anti mikroba hanya bila diindikasikan dan pilihlah jenis anti
mikroba yang paing efektis terhadap patigen yang umum yang menyebabkan ILO
pada operasi jenis tersebut atau sesuai dengan rekomendasi.
 Berikan dosis profilaksasi awal melaui intra vena 1 (satu) jam sebelum operasi,
sehingga pada saat operasi dimulai konsentrasi bakterida pada serm dan jarum
jaringan maksimal konsentrasinya. Pertahankan kadarnya dalam serum dan jaringan
selama berlangsung operasi dan maksimum sampai beberapa jam insisi ditutup.
 Jangan menggunakan vancomycin secra rutin untuk prolaksis anti mikroba.

2. Intra bedah
a. Ventilasi;
 Pertahakan tekanan lebih positif dalam kamar bedah dibandingkan dengan koridor
dan ruangan di sekitarnya;
 Semua ydara harus disaring, baik udara segar maupaun udara hasil resirkulasi;
 Jangan menggunakan fogging dan sinar ultra violet di kamar operasi untuk
mencegah infeksi ILO;
 Pintu kamar bedah harus selalu ditutup, kecuali bila dibutuhkan untuk lewatnya
peralatan, petugas dan pasien.batasi jumlah orang masuk dalam kamar bedah.
b. Membersihkan dan desinfeksi permukaan lingkungan;
 Bila tampak darah atau cairan tubuh lainnya pada permukaan peralatan, lantai
gunakan desinfeksi chlorine untuk membersihkannya sebelum opersi dimulai
 Tidak perlu mengadakan pembersihan khusus atau penutup kamar bedah setelah
selesai operasi kotor
 Pel dan keringakan lantai kamar bedah dengn menggunakan larutan detergen
normal.
c. Sterillisasi instrumen kamar bedah;
 Sterilkan semua intrumen bedah sesuai petunjuk
 Laksanakan sterilisasi kilat hanya untuk instrumen yang harus digunakan segera
seperti instrument yang jatuh saat operasi belangsung. Jangan melaksanakan

Lampiran 6
sterilisasi kilat dengan alas an kepraktisan, untuk menghemat pembelian instrument
baru atau untuk menghemat waktu.
d. Pakaian bedah dan drape;
 Pakai masker bedah dan tutupi mulut dan hidung bila memasuki kamar operasi saat
operasi berjalan, atau instrument steril sedang dalam keadaan terbuka. Pakai masker
bedah selama operasi berlangsung;
 Pakai tutup kepala untuk menutupi rambut di kepala;
 Jangan menggunakan caver shoes untuk mencegah ILO;
 Bagi anggota ti bedah yang telah cuci tangan bedah pakai gaun dan sarung tangan
steril;
 Gunakan gaun dan drape yang kedap air;
 Ganti gaun bila tampak kotor, terkontaminasi percikan cairan tubuh pasien.
e. Teknik aseotik dan bedah
 Lakukan teknik aseptic saat melakukan pemasangan intravaculer (CVP), kateter
anastesi spinal atau epidural atau bila menuang atau menyiapkan obat-obatan steril;
 Siapkan peralatan dan larutan steril sesaat sebelum digunakan;
 Perlakukan jaringan dengan lembut, lakukan hemostatis yang efektif, minimalkan
jaringan mati atau ruang kosong (dead space) pada lokasi operasi;
 Bila diperlukan drainase, gunakan drain penghisap tertutup, letakan drain pada
insisi yang terpisahkan dari insisi bedah, lepas drain sesegara mungkin bila drain
tidak dibutuhkan lagi.
3. Paska Bedah :
 Jika terjadi rembesan darah atau cairan pada
daerah operasi segera lakukan penggantian verband;
 Lakukan mobilisasi sedini mungkin;
 Pendidikan kesehatan pada pasien dan
keluarga untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi.
D. Infeksi Saluran Kemih
1. Masuknya kuman yang terdapat di meatus
uretra bagian distal ke dalam kandung kemih saat pemasangan kateter;
2. Kuman bermigrasi sepanjang permukaaan
luar kateter di mukosa periuretra atau sepanjang permukaan dalam kateter setelah terjadi
kontaminasi pada kantong penampung urine atau sambungan antara kantong penampung
dengan selang drainase.
Kriteria Diagnosa ISK :
1. Adanya bukti/tanda infeksi sebagai akibat dari pemasangan kateter > 48 jam;
2. Adanya pyuria > 10 leucosit/LBP sedimen urine atau > 10 leucosit/ml atau >3
leucosit/LBP;

Lampiran 7
3. dari urine tanpa dilakukan sentrifus;
4. Nitrit dan/atau leucosit esterase positif debfab cari celup (dipstick);
5. Terdapat koloni mikroorganisme pada hasil pemeriksaan urine kultur > 10.

Lampiran 8

Anda mungkin juga menyukai