TENTANG
Menetapkan :
Ditetapkan di : Manna
Tanggal : 12 November 2018
Direktur
RS As-syifa
2. Direktur menunjuk 1 orang yang kompeten dalam praktik pencegahan dan pengendalian infeksi
sebagai Infection Prevention and Control Nurse (IPCN) yang disesuaikan dengan kapasitas atau
jumlah tempat tidur dan beberapa orang sebagai Infection Prevention and Control Link Nurse
(IPCLN) dari tiap unit untuk mengawasi seluruh kegiatan pencegahandan pengendalian infeksi.
3. Direktur membentuk timpencegahan dan pengendalian infeksi (TPPI) untuk menetapkan atau
melakukan koordinasi program pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit yang
melibatkan dokter, perawat dan tenaga lainnya.
4. Tim PPI menyusun program kerja yang mengacu pada ilmu pengetahuan terkini, berdasarkan
pedoman praktik yang diakui, berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku dan standar
sanitasi nasional.
5. Rumah sakit menunjuk staf yang cukup, mengalokasikan sumber daya yang cukup serta
mengadakan sistem manajemen informasi untuk mendukung program pencegahan dan
pengendalian infeksi.
3. Tim PPI rumah sakit mengidentifikasi, menganalisa dan memberikan tindak lanjut pada resiko
infeksi, tempat infeksi yang relevan dan alat-alat terkait, prosedur dan praktek-praktek yang
memberikan fokus dari upaya pencegahan dan penurunan risiko dan insiden infeksi terkait
pelayanan kesehatan, antara lain : ISK terkait prosedur pemasangan indwelling kateter urine,
Phlebitis dan IADP terkait pemasangan kateter intravena sentral dan perifer, ILO terkait prosedur
operasi, multi drug resistant organism (MDRO) dan muncul dan pemunculan ulang ( emerging atau
reemerging) infeksi di masyarakat serta melaksanakan assesment terhadap risiko infeksi ( Infection
Control Risk Assesment / ICRA).
4. Rumah sakit mengidentifikasi proses terkait dengan risiko infeksi dan mengimplementasikan
strategi penurunan risiko infeksi pada pemberian terapi intravena, obat harus dipersiapkan dan
disalurkan dalam area yang bersih dengan peralatan dan supplai yang memadai ( aseptik
dispensing).
5. Pembersihan peralatan dan metode sterilisasi di pelayanan sterilisasi sentral sesuai tipe
peralatan :
a. Peralatan kritikal / Critical Items, yaitu peralatan bedah dan barang-barang yang akan
bersentuhan dengan darah atau jaringan steril dibawah kulit, harus disterilisasi untuk
menghancurkan semua mikroorganisme, termasuk endosprora bakterial.
b. Peralatan semikritikal / Semicritical Items, yaitu peralatan atau barang yang hanya menyentuh
selapit lendir atau kulit luar yang terluka, cukup dilakukan disinfeksi tingkat tinggi (DTT).
c. Peralatan non kritikal / Non Critical Items setelah dipakai pasien harus dibersihan dan di
disinfeksi sebelum dipakai untuk pasien lainnya. Disinfektan tingkat rendah untuk instrument
non kritika dan lingkungan menggunakan alkohol 70 %.
7. Pemilahan linen kotor sejak dari unit pemakai, dipisahkan antara linen kotor infeksius dan linen
kotor non infeksius. Linen kotor infeksius dimasukkan dalam kontainer dengan tutup warna orange
sedangkan linen kotor non infeksius dimasukkan kontainer dengan tutup warna biru dan
ditempatkan terpisah dengan linen bersih.Pemrosesan linen kotor tersentral di instalasi laundry,
dipisahkan antara linen kotor infeksius da nnon infeksius.Alur masuk linen kotor berbeda dengan
alur keluar linen bersih, linen bersih ditempatkan dalam kontainer dengan tutup hijau.Linen bersih
disimpan ditempat yang bersih dan tidak lembab dengan jarak dari lantai minimal 30 cm, jarak dari
dinding 20 cm dan jarak dari plafon 60 cm.
8. Pengelolaan peralatan perbekalan farmasi yang tidak layak pakai baik yang disebabkan karena
ditarik dari peredaran oleh pabrik atau oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) oleh
karena rusak atau kadaluwarsa, dilakukan dengan prosedur penghapusan dan pemusnahan
perbekalan farmasi rusak dan kadaluwarsa. Prosedur ini meliputi proses identifikasi, proses
penarikan, proses pengembalian ke farmasi, proses pemusnahan dan proses dokumentasi, serta
monitoring.
a. Alat kesehatan yang sudah melewati tanggal kadaluwarsanya ( expired date) diinformasikan ke
instalasi farmasi dan tidak boleh digunakan, peralatan instrumen yang sudah melewati tanggal
batas kestesilannya diinformasikan ke CSSD untuk disteril ulang.
b. Peralatan / alat kesehatan yang belum melewati tanggal kadaluwarsa tetapi kemasannya
rusak atau terbuka, maka tidak boleh dipergunakan.
9. Penggunaan kembali peralatan dan material single use yang diresuse dilakukan sesuai standar
prosedur operasional.
a. Barang sekali pakai yang dapat dipakai ulang (reuse) harus melalui proses pre cleaning,
pencucian, pembilasan, pengeringan, pengemasan/labeling, dan disterilisasi sesuai dengan
tipe peralatan.
b. Barang steril sekali pakai yang akan digunakan ulang ditentukan melalui keputusan dengan
mempertimbangkan sumber dan referensi yang dapat dipertanggung jawabkan dan disahkan
oleh direktur.
c. Peralatan / material single-use dilakukan proses reuse frekuensinya disesuaikan dengan jenis
peralatan, dengan memberikan tanda atau kose warna (karet warna). Kode warna yang
digunakan sebagai berikut :
Hijau : reuse 1 kali (R-1)
Biru : reuse 2 kali (R-2)
Kuning : reuse 3 kali (R-3)
Merah : reuse 4 kali (R-4)
Hitam : reuse 5 kali (R-5)
Merah Mudah : reuse 6 kali (R-6)
Ungu : reuse 7 kali (R-7)
Putih : reuse 8 kali (R-8)
Orange : reuse 9 kali (R-9)
d. Monitor dan evalusai pasien yang mendapatkan pelayanan dengan menggunakan peralatan
reuse selama dan setelah prosedur pelayanan.
e. Peralatan single use yang di reuse yang sudah rusak/cacat/retak tidak direkomendasikan
digunakan kembali meskipun belum memenuhi batas maksimal reuse.
f. Daftar peralatan single use yang di reuse di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Lahat
adalah :
Peralatan yang di reuse maksimal 3 kali adalah :
Selang / circuit Neo Puff
Sungkup Neo Puff
Circuit CPAP (Mades)
Nasal prong CPAP
Conector CPAP
Peralatan yang di reuse maksimal 9 kali adalah :
Circuit CPAP (Stephan).
Jackson Rees
Masker Ambubag
Hand piece diathermy (Assesoris Couter)
Stilet ETT
Endo Trakheal Tube Nonking
Curegeted mesin anasthesi
10. Untuk meminimalisasi risiko penularan, pembuangan sampah infeksius dan cairan tubuh,
penanganan dan pembuangan darah dan komponen darah serta area kamar mayat dan post
mortem harus dikelola dengana benar
a. Pemisahan limbah dimulai dari awal penghasil limbah, pisahkan dan tempatkan sesuai dengan
jenis limbah.
b. Limbah padat infeksius dimasukkan dalam kantong plastik warna kuning, limbah padat non
infeksius dimasukkan kantong plastik warna hitam.
c. Limbah benda tajam dan jarum dikumpulkan pada wadah khusus / safety box yang tidak
tembus dan tidak mudah bocor (puncture proof) dan tidak di reuse.
d. Limbah cair seperti urine, feces dan cairan tubuh lainnya dibuang ke dalam sistem
pembuangan (spoelhok) yang memenuhi syarat yang bermuara pada saluran IPAL dan
disiram dengan air yang banyak.
e. Limbah padat infeksius dan limbah benda tajam dan jarum harus dimusnahkan dalam
incenerator, sedangkan limbah padat noninfeksius dibawa ke tempat pembuangan limbah
umum.
11. Pelaksanaan sanitasi dapur dan penyiapan makanan ditangani dengan baik untuk meminimalisasi
risiko kontaminasi / infeksi. Dilakukan pengontrolan terhadap fasilitas yang digunakan untuk
pengolahan makanan sehingga dapat mengurangi risiko kontaminasi / infeksi.
12. Rumah sakit mengurangi risiko infeksi selama demolisi / pembongkaran, pembangunan dan
renovasi. Monitoring kualitas udara akibat dampak renovasi atau pekerjaan pembangunan sebagai
upaya pencegahan dan pengendalian infeksi ( Infection Control Risk Assesment demolisi dan
renovasi)
C.PENGKAJIAN RESIKO
Rumah sakit melakukan pengkajian proaktif setiap tahunnya sebagai dasar penyusunan program
PPI terpadu untuk mencegah penularan infeksi terkait pelayanan kesehatan
Risiko infeksi dapat berbeda antara rumah sakit, tergantung ukuran rumah sakit, kompleksitas
pelayanan dan kegiatan klinisnya, populasi pasien yang dilayani, lokasi geografis, volume
pasien, dan jumlah staf yang dimiliki.
Rumah sakit secara proaktif setiap tahun melakukan pengkajian risiko pengendalian infeksi
(ICRA) terhadap tingkat dan kecenderungan infeksi layanan kesehatan yang akan menjadi
prioritas fokus Program PPI dalam upaya pencegahan dan penurunan risiko.
Data surveilans dikumpulkan di rumah sakit secara periodik dan dianalisis setiap triwulan
1. Saluran pernapasan seperti prosedur dan tindakan terkait intubasi, bantuan ventilasi
mekanis, trakeostomi, dan lain-lain;
2. Saluran kemih seperti kateter, pembilasan urine, dan lain lain;
3. Alat invasif intravaskular, saluran vena verifer, saluran vena sentral, dan lain-lain
4. Lokasi operasi, perawatan, pembalutan luka, prosedur aseptik, dan lain-lain;
5. Penyakit dan organisme yang penting dari sudut epidemiologik seperti Multidrug
Resistant Organism dan infeksi yang virulen; dan
6. Timbul nya penyakit infeksi baru atau timbul kembali penyakit infeksi di
masyarakat (Emerging and or Re- Emerging Disease).
Berdasarkan hasil pengkajian risiko pengendalian infeksi (ICRA), Komite/Tim PPI menyusun
Program PPI rumah sakit setiap tahunnya.
Program pencegahan dan pengendalian infeksi harus komprehensif, mencakup risiko infeksi bagi
pasien maupun staf yang meliputi:
Rumah sakit juga melakukan kaji banding angka kejadian dan tren di rumah sakit lain yang
setara. Ilmu pengetahuan terkait pengendalian infeksi melalui
Penanggung jawab program menerapkan intervensi berbasis bukti untuk meminimalkan risiko
infeksi. Pemantauan yang berkelanjutan untuk risiko yang teridentifikasi dan intervensi
pengurangan risiko dipantau efektivitasnya, termasuk perbaikan yang progresif dan
berkelanjutan, serta apakah sasaran program perlu diubah berdasarkan keberhasilan dan
tantangan yang muncul dari data pemantauan.