Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka kematian bayi baru lahir di Indonesia menurut SDKI 2014 adalah
20/1.000 kelahiran hidup. Salah satu penyebab utama kematian bayi yang baru lahir
adalah asfiksia bayi baru lahir. Faktor yang berkaitan dengan
terjadinya asfiksia yaitu  faktor ibu,  faktor persalinan,  faktor janin dan faktor
plasenta. Faktor ibu meliputi usia ibu waktu hamil, umur kehamilan saat melahirkan,
status kesehatan, status paritas dan riwayat obstetrik (Kartiningsih 2009). Ketika
dilahirkan bayi biasanya aktif dan segera setelah tali pusat dijepit bayi menangis
yang merangsang pernafasan. Denyut jantung akan menjadi stabil pada frekuensi
120-140x/menit dan sianosis sentral menghilang dengan cepat. Akan tetapi beberapa
bayi mengalami depresi saat dilahirkan dan menunjukkan gejala tonus otot yang
menurun dan mengalami kesulitan mempertahankan pernafasan yang wajar.
Bayi yang mengalami depresi saat lahir dapat mengalami apneu atau
menunjukkan upaya pernafasan yang tidak cukup untuk kebutuhan ventilasi paru-
paru. Kondisi ini menyebabkan kurangnya pengambilan oksigen dan pengeluaran
karbondioksida. Penyebab depresi bayi pada saat lahir mencakup asfiksia intrauterin,
bayi kurang bulan, obat-obat yang diberikan atau diminum oleh ibu, penyakit
neuromuskular bawaan, cacat bawaan, dan hipoksia intrapartum.
Tujuan pembangunan adalah membangun Indonesia seutuhnya dan
membangun masyarakat seluruhnya, termasuk kesehatan dengan visi Indonesia sehat
2010 (50 tahun IBI menyongsong masa depan, 2006). Berdasarkan data yang ada
angka kematian bayi (AKB) secara nasional tahun 2004 sebesar 11,7 per 1000
kelahiran, sedangkan tahun 2005 meningkat 32 dari 1000 kelahiran hidup. Pada
tahun 2004 di Jawa Tengah sebesar 25/1000 kelahiran hidup, tahun 2005 14,23 /
1000 kelahiran hidup (IBI, 2006).
Kematian bayi di Indonesia sebesar 47% meninggal pada masa neonatal.
Penyebab kematian bayi di Indonesia BBLR (29%), asfiksia (27%). Trauma lahir,
tetanus neonatorum, infeksi lain dan kelainan kongenital (Depkes, 2005). Data diatas
menunjukkan bahwa asfiksia merupakan salah satu penyebab kematian bayi.

1
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara
spontan dan teratur setelah lahir (Prawirohardjo,2005).
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas
secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam
uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam
kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan
bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna.
Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan
hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul (Depkes RI,
2014).
Penanganan yang tidak tepat pada pasien dengan sfiksia dapat menyebabkan
komplikasi yang parah bagi neonatus, komplikasi yang akan terjadi adalah edema
dan perdarahan otak, anuria atau oliguria, kejang, koma hingga menyebabkan
kematian. Salah satu penatalaksanaan pada pasien dengan asfiksia adalag dengan
melakukan resusitasi. Pada bayi yang mengalami asfiksia ringan umumnya bayi
menangis spontan setelah diberikan rangsangan sehingga pasien menangis dan
bernafas secara spontan.
Penilaian APGAR score menjadi hal yang sangat penting pada bayi baru lahir
hal ini dapat menentukan tingkatan asfiksia dari bayi baru lahir, apakah asfiksia
ringan, asfiksia sedang atau asfiksia berat. Pengkajian APGAR score yang tepat
dapat membantu meningkatkan persentasi selamat dari seorang bayi yang mengalami
asfiksia.
Berdasarkan data rekam medik RSUD Hasanuddin Damrah Manna bulan
September Tahun 2017 di ruang Perinatalogi terdapat 3 orang bayi yang mengalami
asfiksia saat lahir. Angka ini merupakan angka yang cukup tinggi karena di bulan
Agustus tidak ditemukan bayi yang mengalami asfiksia saat dilahirkan baik lahir
spontan maupun lahir secara sectio caesaria.
Berdasarkan latar belakang di atas maka kelompk tertarik untuk melakukan
seminar keperawatan dengan tema “ Asuhan Keperawatan Pada Bayi Dengan
Asfiksia”.

2
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui cara pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan
asfiksia ringan
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui cara pengkajian pada pasien dengan asfiksia ringan.
b. Mengetahui cara menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien asfiksia
ringan.
c. Mengetahui cara menyusun rencana keperawatan (intervensi) pada pasien
asfiksia ringan.
d. Mengetahui dan melaksanakan implementasi keperawatan pada pasien
asfiksia ringan.
e. Mengetahui hasil evaluasi dari implementasi keperawatan pada pasien
asfiksia ringan.

Anda mungkin juga menyukai