Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Kesehatan jiwa merupakan suatu keadaan yang memungkinkan untuk terjadinya


perkembangan fisik, intelektual, dan emosional individu secara optimal, sejauh perkembangan
tersebut sesuai dengan perkembangan optimal individu-individu yang lain.

Sementara itu, gangguan jiwa adalah suatu keadaan dengan adanya gejala klinis yang
bermakna, serupa sindrom perilaku dan pola psikologik, yang berkaitan dengan adanya distress
(tidak nyaman , tidak tentram dan rasa nyeri), distabilitas (tidak memapu mengerjakan pekerjaan
sehari-hari), atau meningkatkan risiko kematian, kesahatan dan distabilitas.

Gangguan jiwa terdiri dari beberapa macam termasuk diantaranya adalah waham atau delusi.
Waham atau delusi adalah keyakinan tentang suatu pikiran yang kokoh, kuat, tidak sesuai
dengan kenyataan, tidak coco dengan intelegensia dan latar belakang budaya, selalu
dikemukakan berulang-ulang dan berlebihan biarpun telah dibuktikan kemustahilannya atau
kesalahannya atau tidak benar secara umum.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa definisi waham?


2. Apa etiologi waham?
3. Bagaimana tanda gejala dari waham?
4. Bagaimana patofisiologi terjadinya waham?
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada waham?
6. Bagaimana pentalaksanaan pada waham?
7. Bagaimana askep pada waham?

C. TUJUAN

1. Dapat mengetahui definisi waham!


2. Dapat mengetahui etiologi waham!
3. Dapat mengetahui tanda dan gejala waham!
4. Dapat mengetahui patofisiologi waham!
5. Dapat mengetahui pemeriksaan penunjang waham!
6. Dapat mengetahui penatalaksanaan waham!
7. Dapat mengetahui askep waham!

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI

Waham adalah suatu keyakinan seseorang berdasarkan penilaian realitas yang


salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang
budaya, ketidak mampuan merespons stimulus internal dan ekternal melalui proses
interaksi/informasi secara akurat.
Seseorang yang mengalami waham berpikir bahwa ia memiliki banyak kekuatan
dan bakat serta tidak merasa terganggu jiwanya atau ia merasa sangat kuat dan sangat
terkenal. Hal ini sesuai dengan penjelasan Varcarolis dalam Fundamental of Psychiatric
Mental Health Nursing (2006:397): Grandeur: Thinks he or she has powers and talents
that are not possessed or is someone powerful or famous.
Waham adalah keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan walaupun
tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita normal (Stuart dan
Sundeen,1998).
Waham adalah keyakina klien yang tidak sesuai dengan kenyataan tetapi
dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain, keyakinan ini berasal
dari pemikiran klien dimana sudah kehilangan control (Dep Kes RI, 1994).

ETIOLOGI
Salah satu penyebab dari perubahan proses pikir : waham yaitu Gangguan konsep
diri: harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri
dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Gangguan harga diri
dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan
diri, dan merasa gagal mencapai keinginan.

2
Faktor yang mempengaruhi terjadinya waham adalah :

1) Gagal melalui tahapan perkembangan dengan sehat


2) Disingkirkan oleh orang lain dan merasa kesepian
3) Hubungan yang tidak harmonis dengan orang lain
4) Perpisahan dengan orang yang dicintainya
5) Kegagalan yang sering dialami
6) Keturunan, paling sering pada kembar satu telur
7) Sering menggunakan penyelesaian masalah yang tidak sehat, misalnya
menyalahkan orang lain.

Waham adalah anggapan tentang orang yang hypersensitif, dan mekanisme ego
spesifik, reaksi formasi dan penyangkalan. Klien dengan waham menggunakan
mekanisme pertahanan reaksi formasi, penyangkalan dan proyeksi. Pada reaksi formasi,
digunakan sebagai pertahanan melawan agresi, kebutuhan, ketergantungan dan perasaan
cinta. Kebutuhan akan ketergantungan ditransformasikan mejadi kemandirian yang
kokoh. Penyangkalan, digunakan untuk menghindari kesadaran akan kenyataan yang
menyakitkan. Proyeksi digunakan untuk melindungi diri dari mengenal impuls yang tidak
dapat di terima dari dirinya sendiri. Hypersensitifitas dan perasaan inferioritas telah
dihipotesiskan telah menyebabkan reaksi formasi dan proyeksi waham dan suporioritas.
Waham juga dapat muncul dari hasil pengembangan pikiran rahasia yang menggunakan
fantasi sebagai cara untuk meningkatkan harga diri mereka yang terluka. (kalpan dan
Sadock 1997).

B. TANDA DAN GEJALA


a) Waham Kebesaran
Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, diucapkan
berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh: “Saya ini titisan Bung Karno, punya banyak perusahaan, punya rumah di
berbagai negara dan bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit”.
b) Waham Curiga

3
Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
mengrugikan/mencederai dirinya, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai
kenyataan.
Contoh: “Banyak polisi mengintai saya, tetangga saya ingin menghancurkan
hidup saya, suster akan meracuni makanan saya”.
c) Waham Agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan berulang
kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh: “Tuhan telah menunjukan saya menjadi wali, saya harus terus menerus
memakai pakaian putih setiap hari agar masuk syurga”.
d) Waham Somatik
Meyakini bahwa tubuh klien atau bagian tubuhnya terganggu,diucapkan
berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh: “Sum-sum tulang saya kosong, saya pasti terserang kanker, dalam tubuh
saya banyak kotoran, tubuh saya telah membusuk, tubuh saya menghilang”.
e) Waham Nihilistik
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada didunia/meninggal, diucapkan
berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh: “Saya sudah menghilang dari duni ini, semua yang ada disini adalah roh-
roh, sebenarnya saya sudah tidak ada di dunia”.

C. PATOFISIOLOGI
Fase lack of human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik
maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang dengan
status social dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan menderita.
Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakukan
kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara social dan ekonomi terpenuhi tetapi
kesenjangan atara reality dengan self ideal sangat tinggi. Misalnya ia seorang sarjana
tetapi menginginkan dipandang sebagai seorang yang dianggap sangat cerdas, sangat
berpengalaman dan diperhitungkan dalam kelompoknya. Waham terjadi karena sangat

4
pentingnya pengakuan bahwa eksis di dunia ini. Dapat dipengaruhi juga oleh rendahnya
penghargaan saat tumbuh kembang (life span history).
Fase lack of self esteem
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self
ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan kebutuhan yang
tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampui kemampuannya.
Misalnya, saat lingkungan sudah banyak yang kaya, menggunakan teknologi komunikasi
yang canggih,berpendidikan tinggi serta memiliki kekuasaan yang luas, seseorang tetap
memasang selft ideal yang melebihi lingkungan tersebut. Padahal self realiy-nya sangat
jauh. Dari aspek pendidikan klien, materi, pengalaman, pengaruh, support system semua
sangat rendah.
Fase control internal external
Klien coba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia
katakana adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai kenyataan. Tetapi
menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhanya
untuk diakui , kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi
perioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi dari sejak kecil
secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu
yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara aduquat karena
besarnya toleransi dan keinginan perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif
tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak
merugikan orang lain.

Fase environment support


Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya yang
menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu yang
dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulung-ulung. Dari sinilah
mulai terjadinya kerusakan control diri dan tidak berfungsinya norma (super ego) yang
ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.

5
Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta mengangggap
bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan sering
disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien lebih
sering menyendiri dan menghidari interaksi social (isolasi social).
Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu
keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering
berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan –kebutuhan yang tidak terpenuhi
(rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat
menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk mengguncang keyakina
klien dengan cara konfrontatif serta memperkaya kayakinan religiusnya bahwa apa-apa
yang yang dilakukan menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi social.
Proses terjadinya waham menurut stuart dan sundeen dapat dirangkum dalam
pohon masalah sebagai berikut:

Effect : Resiko tinggi perilaku kekerasan

Care Problem : Gangguan isi pikir (waham)

Causa: Isolasi social

Harga diri rendah kronis

Gambar 1. Fase Terjadinya Waham


6
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus
Klien dirawat di R.Nuri, klien memiliki social ekonomi dan terbatasnya kebutuhan-
kebutuhan. Klien mengaku :”saya ini titisan Bung Karno, punya banyak perusahaan, punya
rumah di berbagai negara dan bisa menyembuhan berbagai macam penyakit”. Klien merasa
nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap bahwa semua orang sama
yaitu mempercayai dan mendukungnya. Klien pernah menyatakan “Tuhan telah menunjuk
saya menjadi wali”. Perawat mengkaji tiap fase, menjelaskan pada klien konsekuensi
perbuatannya sesuai keagamaan klien. Perawat berupaya berbicara dalam konteks realitas
seperti cara-cara mengisi waktu, cara meningkatkan keterampilan, menjaga kebersihan dan
sebagainya.

A. PENGKAJIAN
Selama pengkajian saudara harus mendengarkan dan memperhatikan semua
informasi yang diberikan oleh pasien tengang wahamnya. Untuk mempertahankan
hubungan saling percaya yang telah terbina jangan menyangkal, menolak atau menerima
keyakinan pasien. Berikut ini beberapa contoh pertanyaan yang dapat digunakan
sebagai panduan untuk mengkaji pasien dengan waham :
1. Apakah pasien memiliki pikiran atau isi pikiran yang berulang-ulang diungkapkan
dan menetap
2. Pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah pasien cemas secara
berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya
3. Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda-benda disekitarnya aneh dan tidak
nyata
4. Apakah pasien pernah merasakan bahwa ia berada diluar tubuhnya
5. Apakah pasien pernah merasa di awasi atau dibicarakan oleh orang lain
6. Apakah pasien berpikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh orag lain
atau ketakutan dari luar

7
7. Apakah pasien menyatakan bahwa ia memiliki kekuatan fisik atau kekuatan
lainnya atau yakin bahwa orang lain membaca pikirannya

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko tinggi perilaku kekerasan
2. Gangguan isi pikir: waham
3. Isolasi Sosial
4. Harga diri rendah kronis

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Membina hubungan saling percaya dengan klien agar klien merasa aman dan
nyaman saat berinteraksi, tindakan yang harus dilakukan dalam rangka membina
hubungan saling percaya adalah:
- Mengucapkan salam teraupetik.
- Berajabat tangan.
- Menjelaskan tujuan interaksi.
- Membuat kontrak topic, waktu dan tempat setiap kali bertemu klien.
2. Tidak mendukung atau membantah waham pasien, tetapi klien perlu
dikembalikan pada realita bahwa apa-apa yang dikemukakan tidak berdasar dan
belum dapat diterima orang lain. Penting sekali bagi klien untuk mendapatkan
konfrontasi dari lingkungannya hal ini sebagai bargaining position agar klien
terbiasa berbeda pendapat dan menimbang mana yang baik dan tidak baik.
Konfrontasi dilakukan dengan kontrak waktu yang jelas bahwa perawat akan
mengemukakan pendapat yang berbeda dengan klien. Jelaskan pada klien
konsekuensi dari perkataan dan perbuatannya sesuai dengan keyakinan
keagamaan klien.
3. Yakinkan bahwa klien berada dalam keadaan aman.
4. Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari, personal hygiene,
kebutuhan tidur, makan, interaksi social, dan sebagainya.
5. Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi sehingga
menimbulkan kecemasan, rasa takut dan marah, misalnya yang menyangkut

8
masalah-masalah masa kecil, di rumah, di kantor, hubungan dengan keluarga , di
tempat pekerjaan atau harapan-harapan yang selama ini tidak tercapai.
6. Berikan pujian jika penampilan orientasi klien dengan realitas serta bila klien
mampu memperlihatkan kemampuan positifnya.
7. Diskusikan dengan klien kemampuan realistis yang dimilikinya pada saat yang
lalu dan saat ini.
8. Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuan yang dimilikinya.
9. Libatkan dalam kegiatan sehari-hari di rumah sakit serta tingkatkan aktivitas yang
dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional klien misalnya menggambar,
bernyanyi, membuat puisi, occupational therapy, religius, terapi dan sebagainya.
10. Lakukan kontrak dengan klien untuk berbicara dalam konteks realitas seperti
cara-cara mengisi waktu, cara meningkatkan keterampilan yang mendatangkan
uang, cara belajar menjahit, menjaga kebersihan, dan sebagainya.
11. Jelaskan pada klien tentang program pengobatannya (manfaat, dosis obat, jenis,
dan efek samping obat yang diminum serta cara minumana obat yang benar).
12. Libatkan dan diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami klien, cara
merawat klien dengan waham di rumah, follow up den keteraturan pengobatan
serta lingkungan yang tepat untuk klien.
13. Rekomendasikan klien untuk mengikuti terapi modalitas terutama cognitive
therapy, psychoreligious therapy, occupational therapy, group therapy.

9
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ga n g g u a n a l a m p e r a s a a n , d i t a n d a i d e n g a n s yn d r o m e d e p r e s i
p a r s i a l / p e n u h , a t a u k e h i l a n g a n minat/kesenangan pada aktivitas yang
biasa dan yang dilakukan pada waktu lalu ditandai dengan gangguan fungsi
sosial/"kupasi.
Waham adalah gangguan proses pikir yang ditandai dengan keyakinan, ide-ide pikiran
yangtidak sesuai dengan kenyataan tidak bisa diubah dengan logika/bukti-bukti yang
nyata.
B. SARAN
Agar dapat memberikan dukungan mental dan seoptimal pada pasien dalam
proses penyembuhan danmampu merawat pasien di rumah agar tidak kambuh lagi hari
ini. Dikarenakan keluarga sangat besar pengaruhnya dalam memotivasi pasien untuk
cepat sembuh dan meningkatkan harga diri pasien serta kepercayaan pasien

10
DAFTAR PUSTAKA
Buku Keperawatan Jiwa Iyus Yosep, S.Kp.,M.Si
www.academiaedia.com

11

Anda mungkin juga menyukai