Anda di halaman 1dari 15

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

PATOFISIOLOGI PADA GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL


(OSTEOMYELITIS, OSTEOPOROSIS, OSTEOSARCOMA)

OLEH KELOMPOK 7 :

1. Kadek Ayu Ulan Sudariyanthini (193213020)


2. Ni Nyoman Ayu Krisna Sari (193213037)
3. Ni Putu Cintya Dewi (193213038)
4. Ni Putu Eka Cintya Parwita (193213040)
5. Putu Riska Pramudita Dewi (193213049)
A13A KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

STIKES WIRA MEDIKA BALI

DENPASAR

2021/2022
KATA PENGANTAR

“Om Swastyastu”

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Sang Hyang Widhi
Wasa, karena atas berkat rahmat beliau penulis mampu menyelesaikan tugas “Keperawatan
Medikal Bedah III” dengan membahas tentang “Patofisiologi Pada Gangguan Sistem
Muskuloskeletal (Osteomyelitis, Osteoporosis, Osteosarcoma)” dalam bentuk makalah.

Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.
Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi
teratasi.

Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pikiran bagi pihak yang
membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Sekian
dan terima kasih.

“Om Santi, Santi, Santi Om”

Denpasar, 23 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1


1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Osteomyelitis 3

2.2 Osteoporosis 4

2.3 Osteosarcoma 7

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan 10

3.2 Saran 10

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kebutuhan bone graft dewasa ini terus bertambah seiring meningkatnya penyakit cacat
tulang yang disebabkan oleh penyakit tulang bawaan dan kecelakaan yang dapat
menyebabkan patah tulang atau cacat. Iriani (2015) menyatakan bahwa jenis- jenis penyakit
tulang antara lain osteoporosis, patah tulang (fraktur), osteosarkoma (sarkoma osteogenik),
patah tulang kaki, renal osteodystrophy, osteomielitis, osteoartritis, osteonekrosis.
Penyakit-penyakit tulang tersebut disebabkan karena penyakit bawaan atau pola hidup
tidak sehat yang dapat diobati dengan cara transplantasi tulang dengan rekonstruksi tulang
buatan atau implant tulang yang sudah umum digunakan di bidang osteologi. Terdapat
empat proses rekonstruksi tulang buatan yang umum digunakan di bidang osteologi antara
lain, autograft, allograft, xenograft, dan alloplasticgraft. Keempat proses tersebut
membutuhkan waktu pemulihan rekonstruksi tulang yang cukup lama. Begitu pula, dengan
penderita patah tulang akibat kecelakaan yang diharuskan memasang pen. Bagi penderita
yang diharuskan memasang pen akan melakukan operasi pemasangan dan pelepasan pen.
Selain dapat memakan biaya tinggi, pemasangan pen ini dapat menyebabkan timbulnya
rasa nyeri akibat efek penolakan tubuh terhadap benda asing yang berada di dalamnya.
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Osteomelitis dapat terjadi akibat perluasan infeksi
pada jaringan lunak, kontaminasi langsung pada tulang (mis., pembedahan tulang, luka
tembakan senjata) atau hematogenesus (ditularkan melalui darah), yang menyebar dari area
infeksi yang lain. Staphylococcus aureus menyebabkan lebih dari 50% infeksi tulang.
Osteoporosis merupakan hilangnya kepadatan tulang, terjadi umumnya pada lansia akibat
gangguan metabolisme yang dicirikan dengan penurunan massa tulang, perburukan matriks
tulang, dan penurunan kekuatan arsitektur tulang. Kecepatan reabsorbsi tulang lebih tinggi
daripada kecepatan pembentukan tulang, tulang akan menjadi keropos, rapuh, dan rentan,
mengakibatkan tulang akan mudah mengalami fraktur (Smeltzer, 2013: Timby & Smith,
2010). Osteosarkoma merupakan tumor ganas yang paling sering ditemukan pada anak-
anak. Rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada umur 15 tahun.Angka kejadian pada anak
laki-laki dan anak perempuan adalah sama, tetapi pada akhirmasa remaja penyakit ini lebih

1
banyak ditemukan pada anak laki-laki.Penyebab yang pasti tidak diketahui. Bukti-bukti
mendukung bahwa osteosarkomamerupakan penyakit yang diturunkan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apakah definisi, etiologi dan patofisiologi dari Osteomyelitis?
2. Apakah definisi, etiologi dan patofisiologi dari Osteoporosis?
3. Apakah definisi, etiologi dan patofisiologi dari Osteosarcoma?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi, etiologi dan patofisiologi dari Osteomyelitis
2. Untuk mengetahui definisi, etiologi dan patofisiologi dari Osteoporosis
3. Untuk mengetahui definisi, etiologi dan patofisiologi dari Osteosarcoma

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 OSTEOMYELITIS

1. DEFINISI
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Osteomelitis dapat terjadi akibat perluasan
infeksi pada jaringan lunak, kontaminasi langsung pada tulang (mis., pembedahan
tulang, luka tembakan senjata) atau hematogenesus (ditularkan melalui darah), yang
menyebar dari area infeksi yang lain. Staphylococcus aureus menyebabkan lebih dari
50% infeksi tulang. Organisme patogenik lain yang sering kali ditemukan adalah
orgasme Gram negative yang mencakup spesies pseudomonas. Pasien yang beresiko
adalah pasien dengan gizi buruk, lansia, dan pasien yang obes; mereka yang mengalami
gangguan sistem imun dan penyakit kronis (mis.,diabetes); dan mereka yang mendapat
terapi kortikosteroid jangka panjang atau agens imunosupresif (Margareth, 2012).
Osteomilitis adalah infeksi pada tulang dan sumsum tulang yang dapat disebabkan oleh
bakteri,virus,atau proses spesifik (Rendi, 2014).
2. ETIOLOGI
Osteomielitis disebabkan karena adanya infeksi yang disebabkan oleh
penyebaran hematogen (melalui darah) biasanya terjadi ditempat dimana terdapat
trauma atau dimana terdapat resistensi rendah,kemungkinan akibat trauma subklinis
(tak jelas). Selain itu dapat juga berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan
lunak,atau kontaminasi langsung tulang. Infeksi ini dapat timbul akut atau kronik.
Adapun faktor penyebab adalah:
1) Bakteri
2) Menurut Joyce & Hawks (2005) penyebab osteomeylitis adalah staphy
lococcus aureus (70% - 80%), selain itu juga bisa disebabkan oleh
escherichia coli, pseudomonas, klebsiela, salmonella dan proteus.
3) Virus,jamur,dan mikroorganisme lain Osteomielitis akut/kronik:
a. Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan demam sistemik maupun
maifestasi lokal yang berjalan dengan cepat
b. Osteomielitis kronik adalah akibat dari osteomielitis alut yang tidak
ditangani dengan baik.dan akan mempengaruhi kualitas hidup atau
mengakibatkan kehilangan ekstremitas.

3
3. PATOFISIOLOGI
Staphylococcus merupakan penyebab 70-80% infeksi tulang. Organisme
patologis lainnya yang sering dijumpai pada osteomielitis meliputi
proteus,pseudomanas,dan escerichia coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi resisten
pensilin, nosokomial, gram negatif dan anaerobic. Awitan osteomielitis setelah
pembedahan ortopedia dapat terjadi dalam 3 bulan pertama dan sering berhubungan
dengan penumpukan hematoma atau infeksi superfician. Infeksi awitan lambat terjadi
antara 4-24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama biasanya akibat
penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan. Respon
inisial terdapat infeksi adalah salah satu dari inflamasi,peningkatan foskularisasi ,dan
idema. Setelah 2/3 hari,trombosi pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut
mengakibatkan iskemia dengan nikrosis tulang sehubungan dengan peningkatan
tekanan jaringan dan medulla. Infeksi kemudian berkembang ke kafitas medulari dan
kebawah perioteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi
disekitarnya.Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal kemudian akan terjadi
bentuk abses tulang.
Pada perjalanan alamiahnya,abses dapat keluar spontan namun yang lebih
sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam
dindingnya terbentuk oleh daersh jaringan mati,namun seperti dalam rongga abses pada
umumnya,jaringan tulang mati tidak mudah mencair dan mengalir keluar. Rongga tidak
dapat mengepis dan sembuh sepertiyang terjadi pada jaringan lunak. Terjadi
pertumbuhan tulang dan mengelilingi sequestum. Jadi meskipun tampak terjadi proses
penyembuhan,sequestum infeksi kronis yang tetap ada,tetap rentan mengeluarkan abses
kambuhan sepanjang hidup pasien (osteomielitis kronik) (Rendi, 2014).

2.2 OSTEOPOROSIS

1. DEFINISI
Osteoporosis merupakan hilangnya kepadatan tulang, terjadi umumnya pada
lansia akibat gangguan metabolisme yang dicirikan dengan penurunan massa tulang,
perburukan matriks tulang, dan penurunan kekuatan arsitektur tulang. Kecepatan
reabsorbsi tulang lebih tinggi daripada kecepatan pembentukan tulang, tulang akan
menjadi keropos, rapuh, dan rentan, mengakibatkan tulang akan mudah mengalami
fraktur (Smeltzer, 2013: Timby & Smith, 2010). Fraktur yang terjadi akibat tulang

4
osteoporosis melawan tekanan yang lebih besar daripada yang dapat ditahannya (Black
& Hawks, 2014).
2. ETIOLOGI
Ada sejumlah faktor, genetic dan lingkungan yang berkaitan dengan pembentukan
osteoporosis. Faktor risiko kejadian osteoporosis yaitu :
1) Faktor genetic → perbedaan genetic berpengaruh terhadap derajat kepadatan
tulang. Misalnya orang kulit hitam pada umumnya mempunyai struktur tulang yang
lebih kuat dan keras disbanding dengan bangsa kaukasia.
2) Usia → semakin bertambahnya usia maka massa tulang juga akan semakin
berkurang. Massa puncak tulang pada pria terjadi pada usia sekitar 30 tahun.
3) Jenis kelamin → perempuan pascamenopause berisiko lebih tinggi dibandingkan
laki-laki. Berkurangnya kadar estrogen yang berfungsi dalam melindungi tulang
4) Menurunnya kadar kalsium
5) Kurang vitamin D (membantu absorbs kalsium)
6) Merokok , kafein dan alcohol
7) Kurang aktivitas/olahraga fisik
8) Penggunaan steroid jangka panjang
9) Kondisi medis: Tirotoksikosis, hiperparatiroidisme, syndrome chusing
3. PATOFISIOLOGI
Proses pembentukan dan reabsorbsi tulang seharusnya terjadi seimbang. Pada
pasien osteoporosis terjadi kehilangan substansi tulang melebihi pada proses
pembentukannya. Massa tulang dan kepadatan tulang berkurang akan menyebabkan
keropos dan kerapuhan yang progresif. Proses penuaan berkontribusi pada kehilangan
massa tulang dengan cara sebagai berikut: (Timby & Smith, 2010)
a. Kadar kalsitonin yang menurun seiring bertambahnya usia. Kalsitonin
membantu dalam reabsorbsi dan membantu proses pembentukan tulang
b. Penurunan estrogen pada wanita pascamenopause yang mempercepat
pengeroposan tulang
c. Kadar hormone paratiroid, yang meningkatkan reabsorbsi tulang seiring
bertambahnya usia

5
Faktor Risiko: Wanita menopause, Genetik, Usia, Nutrisi
tidak adekuat, kalsium dan Vit. D tidak adekutat, gaya
hidup (merokok, kopi, &alcohol) & kurang aktivitas fisik

Penurunan kalsitonin

Reabsorbsi tulang meningkat & pembentukan tulang menurun

Penurunan massa tulang, perburukan matriks tulang & penurunan


kekuatan arsitek tulang

Osteoporosis

Risiko Jatuh

Fraktur kompresi multiple vertebra

Pergerakan fragmen Deformitas Skeletal


tulang atau spasme otot (Kifosis)

Cedera sel Gangguan Mobilitas Fisik

Pelepasan mediator kimia

Rangsangan nociseptor Nyeri Akut

6
2.3 OSTEOSARCOMA

1. DEFINISI
Osteosarkoma adalah tumor tulang ganas yang berasal dari sel primitif pada
regio metafisis tulang panjang orang berusia muda. (Sarkoma Osteogenik) adalah
tumor tulang ganas,yang biasanya berhubungan dengan periode kecepatan
pertumbuhan pada masa remaja.
Osteosarkoma merupakan tumor ganas yang paling sering ditemukan pada
anak-anak. Rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada umur 15 tahun.Angka kejadian
pada anak laki-laki dan anak perempuan adalah sama, tetapi pada akhirmasa remaja
penyakit ini lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki.Penyebab yang pasti tidak
diketahui. Bukti-bukti mendukung bahwa osteosarkomamerupakan penyakit yang
diturunkan.
Osteosarkoma cenderung tumbuh di tulang paha (ujung bawah), tulang lengan
atas (ujungatas) dan tulang kering (ujung atas).Ujung tulang-tulang tersebut merupakan
daerah dimana terjadi perubahan dan kecepatanpertumbuhan yang terbesar. Meskipun
demikian, osteosarkoma juga bisa tumbuh di tulanglainnya. Sarkoma adalah tumor
yang berasal dari jaringan penyambung (Danielle. 1999: 244 ). Kanker adalah
neoplasma yang tidak terkontrol dari sel anaplastik yang menginvasi jaringan dan
cenderung bermetastase sampai ke sisi yang jauh dalam tubuh.( Wong. 2003: 95 ).
Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) adalah tumor yang muncul dari
mesenkimpembentuk tulang. ( Wong. 2003: 616 ).
Sarkoma osteogenik ( Osteosarkoma ) merupakan neoplasma tulang primer
yang sangatganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang tempat yang paling
sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. ( Price.
1998: 1213 ). Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) merupakan tulang primer maligna
yang paling seringdan paling fatal. Ditandai dengan metastasis hematogen awal ke paru.
Tumor inimenyebabkan mortalitas tinggi karena sarkoma sering sudah menyebar ke
paru ketikapasien pertama kali berobat.( Smeltzer. 2001: 2347 )
2. ETIOLOGI
Etiologi osteosarcoma belum diketahui secara pasti, tetapi ada berbagai macam
faktor predisposisi sebagai penyebab osteosarcoma. Adapun faktor predisposisi yang
dapat menyebabkan osteosarcoma antara lain :
1. Trauma

7
Osteosarcoma dapat terjadi beberapa bulan atau beberapa tahun setelah terjadinya
injuri. Walaupun demikian trauma ini tidak dapat dianggap sebagai penyebab utama
karena tulang yang fraktur akibat trauma ringan maupun parah jarang menyebabkan
osteosarcoma.
2. Ekstrinsik karsinogenik
Penggunaan substansi radioaktif dalam jangka waktu lama dan melebihi dosis juga
diduga merupakan penyebab terjadinya osteosarcoma ini. Salah satu contoh adalah
radium. Radiasi yang diberikan untuk penyakit tulang seperti kista tulang
aneurismal, fibrous displasia, setelah 3-40 tahun dapat mengakibatkan
osteosarcoma.
3. Karsinogenik kimia
Ada dugaan bahwa penggunaan thorium untuk penderita tuberculosis
mengakibatkan 14 dari 53 pasien berkembang menjadi osteosarcoma.
4. Virus
Penelitian tentang virus yang dapat menyebabkan osteosarcoma baru dilakukan
pada hewan, sedangkan sejumlah usaha untuk menemukan oncogenik virus pada
osteosarcoma manusia tidak berhasil. Walaupun beberapa laporan menyatakan
adanya partikel seperti virus pada sel osteosarcoma dalam kultur jaringan. Bahan
kimia, virus, radiasi, dan faktor trauma. Pertumbuhan yang cepat dan besarnya
ukuran tubuh dapat juga menyebabkan terjadinya osteosarcoma selama masa
pubertas. Hal ini menunjukkan bahwa hormon sex penting walaupun belum jelas
bagaimana hormon dapat mempengaruhi perkembanagan osteosarcoma.
5. Keturunan ( genetik )
3. PATOFISIOLOGI
Keganasan sel pada mulanya berawal pada sumsum tulang (myeloma) dari
jaringan sel tulang (sarcoma) sel-sel tulang akan berada pada nodul-nodul limfe, hati
dan ginjal sehingga dapat mengakibatkan adanya pengaruh aktifitas hematopeotik
sumsum tulang yang cepat pada tulang sehingga sel-sel plasma yang belum
matang/tidak matang akan terus membelah terjadi penambahan jumlah sel yang tidak
terkontrol lagi.

8
9
BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Osteomielitis disebabkan karena adanya
infeksi yang disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) biasanya terjadi
ditempat dimana terdapat trauma atau dimana terdapat resistensi rendah,kemungkinan
akibat trauma subklinis (tak jelas). Osteoporosis merupakan hilangnya kepadatan
tulang, terjadi umumnya pada lansia akibat gangguan metabolisme yang dicirikan
dengan penurunan massa tulang, perburukan matriks tulang, dan penurunan kekuatan
arsitektur tulang. Ada sejumlah faktor, genetic dan lingkungan yang berkaitan dengan
pembentukan osteoporosis.
Osteosarkoma adalah tumor tulang ganas yang berasal dari sel primitif pada
regio metafisis tulang panjang orang berusia muda. (Sarkoma Osteogenik) adalah
tumor tulang ganas,yang biasanya berhubungan dengan periode kecepatan
pertumbuhan pada masa remaja. Etiologi osteosarcoma belum diketahui secara pasti,
tetapi ada berbagai macam faktor predisposisi sebagai penyebab osteosarcoma.

3.2 SARAN

Setelah penulis menjabarkan mengenai Patofisiologi Pada Gangguan Sistem


Muskuloskeletal Osteomyelitis, Osteoporosis, Osteosarcoma kasus, diharapkan
memberi suatu pencerahan dan tambahan ilmu pengetahuan mengenai kasus ini.
Namun, dalam uraiannya, penulis sadar bahwa masih banyak hal yang dirasa kurang
dan oleh karenanya penulis mengharapkan suatu masukan dan saran untuk kebaikan
mendatang dalam segala bidang, terutama kasus Patofisiologi Pada Gangguan Sistem
Muskuloskeletal Osteomyelitis, Osteoporosis, Osteosarcoma ini. Penelusuran lebih
jauh dan dalam lagi mengenai perkembangan kasus ini merupakan jalan terbaik untuk
mendapat informasi yang lebih relevan disamping makalah ini.

10
DAFTAR PUSTAKA
http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=2&sqi=2&ved=0CB8QFjAB&url
=http%3A%2F
%2Fiwansaing.files.wordpress.com%2F2009%2F06%2F15-askep-kanker- tulang-167-. Di
akses pada tanggal 22 pukul 16.15174.doc&rct=j&q=askep%20pada%20klien

%20osteosarcoma&ei=CvR6TuieDI6nrAfarPDBCA&usg=AFQjCNHFxS
YVnL4ix_L7xchh_DUkstxOOQ&cad=rja. Di akses pada tanggal 22 pukul 16.30
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19573/4/Chapter
%20II.pdf. Di akses pada tanggal 22 pukul 16.35
http://ifaria.files.wordpress.com/2010/01/patofis-osteosarcoma.doc.Di akses pada tanggal
22 pukul 17.00
http://www.scribd.com/doc/49448400/PATOFISIOLOGI- OSTEOSARCOMA.
Di akses pada tanggal 22 pukul 17.10

Berman, A., Snyder, S.J., Frandsen, G. (2016). Kozier & Erb’s Fundamentals of
Nursing: Concepts, Process, and Practice (Tenth Edition). New York:
Pearson Education, Inc.

Black, J dan Hawks, J. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis


untuk Hasil yang Diharapkan. Dialihbahasakan oleh Nampira R. Jakarta:
Salemba Emban Patria.

DeLaune, S.C., & Ladner, P.K. (2002). Fundamental of Nursing : Standart and
practice 2nd ed. New York : Delmar Thomson Learning Inc

https://www.google.com/search?q=tulang+aksial&safe=strict&source=lnms&t
bm=isch
&sa=X&ved=0ahUKEwjOrfeBjpXgAhWFNY8KHTY9CVoQ_AUIDig
B&biw=1366&bih
=657#imgrc=Eaja5Yg502aREM

literasibio.blogspot.com/2016/06/jenis-jenis-rangka-apendikular-

bagian_27.html Margareth, C. &. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal

Bedah & Penyakit Dalam.


Yogyakarta: EGC.
Nurarif, A. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis. Jogjakarta: Mediaction Jogja.

Potter, P., A & Perry, A., G., (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi
Ketujuh, Buku Ketiga. EGC: Jakarta

11
Rendi, M. C. (2014). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit Dalam.
Yogyakarta: Nuha Medika.

Ross and Wilson. (2014). Dasar-dasar Anatomi dan Fisiologi. Penerjemah Elly
Nurachmah dan Rida Angraini, Salemba Medika; JAKARTA.

Sloane, Ethel. (2004). Anatomy and physiology: an easy learner. Diterjemahkan


oleh: James Veldman, EGC: Jakarta.

Smeltzer, S. C. (2013). Keperawatan Medikal Bedah Brunner and Suddarth. Edisi 12.
Jakarta: Kedokteran EGC.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (1st ed.).
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I).
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Timby B. K., Smith, N. E., (2010). Introductory Medical-Surgical Nursing. 10 edition.


Wolter Kluwer;Lippincott Williams & wilkins

Tortora, GJ, Derrickson, B. (2012). Principles of Anatomy & Physiology 13th Edition.
United States of America: John Wiley & Sons, Inc

12

Anda mungkin juga menyukai