Anda di halaman 1dari 16

TUGAS ESSAY

“MIKROBIOLOGI SISTEM REPRODUKSI”

Oleh:

Nama: Made Aryduta Sutasoma


NIM: 020.06.0049
Kelas: B
Blok: Reproduksi 2
Dosen: Dr. dr. Ni Nyoman Sri Budayanti, SpMK(K)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
MATARAM
2022
Latar Belakang

Sebagian besar dari tubuh kita dihuni oleh mikrooganisme yakni sebagai mikrobiota
yang terdapat pada tubuh manusia, terdiri atas bakteri, mikroeukaryotes, dan virus.
Mikroorganisme yang menghuni tubuh manusia disebut sebagai biota (flora) normal, sebagai
patogen oportunistik, atau sebagai benar patogen. Setiap mikroba memiliki jalur fisiologi dan
metabolismenya sendiri yang memungkinkannya bertahan hidup di habitatnya. Ahli
mikrobiologi memiliki peran penting dalam diagnostik atau klinis untuk mengidentifikasi, dan
menganalisis bakteri penyebab penyakit pada manusia. Dalam mikrobiota manusia tentunya
memiliki habitat di dalam tubuh yang berbeda yang disebut dengan mikrobiom.Tentunya
mikrobiom manusia sangat bervariasi dan berbeda-beda tiap manusia dan setiap mikrobiota
yang ada didalam tubuh tentunya memilki spesies yang masing-masing berbeda juha baik dari
itu dari komposisinya beserta fungsinya. Dan pada sistem reproduksi berkaitan kuat dengan
kesehatan reproduksi dan ketahanannya terhadap infeksi menular seksual. Pada genetalia
wanita permukaan mukosa merupakan biosistem yang kompleks, sebagai penghalang pathogen
terhadap dunia luar dan ikut berperan dalam sistem imunitas. Kompartemen mukosa ini dapat
beradaptasi terhadap lingkungan tidak steril dan bersifat dinamis melalui berbagai stimuli
inflamasi/antigenik yang berkaitan dengan hubungan seks dan mikrobiota vagina endogen.

Isi

Mikrobiota Pada Genetalia Wanita


Pada tractus reproduksi pada organ vagina memiliki peran sebagai microbiota pada
organ ini tidak hanya menjadi jalan lintasan untuk cairan vagina, darah menstruasi, sperma, dan
neonatus, tetapi dapat sangat mempengaruhi kesehatan reproduksi. Mikrobiom vagina
didominasi terutama oleh Lactobacillus spp. Namun berbagai penelitian menunjukkan beragam
bakteri dapat ditemukan di vagina yang sehat, sekalipun dalam jumlah yang jauh lebih sedikit,
yaitu Staphylococcus, Ureaplasma, Corynebacterium, Streptococcus, Peptostreptococcus,
Gardnerella, Bacteroides, Mycoplasma, Enterococcus, Escherichia, Veillonella,
Bifidobacterium, dan Candida.

Sampai saat ini telah diketahui lebih dari 120 spesies lactobacillus. Pada vagina
perempuan usia reproduktif dapat ditemukan lebih dari 10 spesies yang berbeda. Meskipun
demikian, seorang perempuan biasanya didominasi oleh satu atau dua spesies, yang paling
sering adalah L. crispatus, L. gasseri, L. jensenii, dan L. iners. Menariknya, latar belakang etnis
perempuan dapat memengaruhi mikrobiota vagina, misalnya perempuan berkulit putih/
Kaukasia didominasi oleh L. iners, perempuan Asia oleh L. crispatus, perempuan kulit hitam
dan hispanik oleh L.jenseni. Namun, pada sejumlah perempuan lain tidak ditemukan
Lactobacilli. Hal ini dapat menjelaskan perbedaan kerentanan terhadap IMS dan HIV pada
populasi yang berbeda. Variasi jenis flora ini sangat dinamis, dipengaruhi oleh siklus
menstruasi dan perilaku seksual. Tampaknya flora ini berada dalam keseimbangan yang stabil
dan sistem vagina sehat cukup kuat untuk mengatasi gangguan dari luar.

Lactobacillus spp. mengatur keseimbangan sitokin proinflamasi di dalam sekret vagina.


Selain itu Lactobacillus dapat menghalangi kolonisasi dan invasi beberapa jenis patogen,
karena dapat menghasilkan asam laktat, hydrogen peroxide dan bacteriocins. Berkurangnya
Lactobacilli spp. dalam vagina dihubungkan dengan pertumbuhan bakteri anaerob yang
berlebihan seperti yang terjadi pada vaginosis bakterial, serta meningkatkan kerentanan
terhadap IMS yang disebabkan bakteri atau virus. Asam laktat terutama akan dihasilkan lebih
banyak bila pH cairan vagina rendah, menunjukkan aktivitas antimikroba di traktus urogenital,
antara lain Neisseria gonorrhoea dan HIV.

Mikrobiota vagina merupakan ekosistem terbuka yang secara bermakna dipengaruhi


oleh hubungan seksual. Semen mengandung beberapa faktor, berupa protein saluran reproduksi
lakilaki, penanda inflamasi dan mikroorganisme. Alkalinisasi lingkungan vagina selama
hubungan seks dapat mempercepat pergantian mikrobiota yang didominasi Lactobacilli dengan
mikroorganisme terkait VB. Ekosistem vagina sangat berfluktuasi, bila terjadi
ketidakseimbangan dalam sistem ini akan menyebabkan berbagai penyakit termasuk infeksi
saluran kemih dan juga infertilitas.
Mikrobiota pada genitalia laki-laki

Komposisi mikrobiom ini terdapat pada tractus bagian bawah yakni penis.Selama ini,
pada traktus urogenital laki-laki, terutama uretra, selalu dianggap steril dan hanya dikolonisasi
oleh mikrobiota yang bersifat transien, kecuali pada laki-laki yang menderita IMS. Hal yang
mendukung temuan tersebut adalah infeksi saluran kemih (ISK) pada laki-laki yang relatif
jarang dibandingkan dengan perempuan. Pertemuan antara traktus urinarius distal dengan
traktus reproduksi laki-laki, menyebabkan aliran urin dapat membilas muara saluran tersebut
secara bersamaan. Selain itu, pada laki-laki, orifisium uretra terpisah jauh dari anus. Kaitan
epidemiologik antara sirkumsisi dengan kerentanan terhadap IMS pada laki-laki, dan dysbiosis
mikrobiom vagina perempuan, menunjukkan bahwa komposisi dan dinamika mikrobiom
urogenital laki-laki juga dapat memengaruhi kesehatan.

Komunitas mikroba pada traktus genitourinarius laki-laki dapat berbeda tergantung dari
lokasi anatomis. Sebagai contoh, mikrobiota penis dipengaruhi oleh kulit prepusium sehingga
komunitas bakteri pada laki-laki yang disirkumsisi tidak sama dengan laki-laki yang tidak
disirkumsisi. Beberapa patogen mampu naik ke traktus genitourinarius dan menimbulkan
peradangan serta penyakit pada struktur bagian dalam, yaitu uretra, epididimis, prostat,
kandung kemih, atau ginjal.

Flora normal pada sistem reproduksi

Flora normal vagina merupakan mikorganisme normal yang melakukankolonisasi pada


vagina. Flora normal vagina ditemukan oleh Albert Doderlein pada tahun 1892.Jumlah dan
jenis dari flora normal yang di temukan memiliki hubungan yang signifikan pada implikasi
kesehatan wanita. Flora normal paling penting dan umum di jumpai pada wanita normal adalah
kelompok dari genus Lactobacillus, seperti Lactobacillus crispatus yangmenghasilkan asam
laktat dan berfungsi memberikan perlindungan dalammelawan bakteri dari spesies patogenik.

Pada wanita normal, flora yang paling banyak dan merupakan kelompokumum adalah
golongan dari genus Lactobasillus. Bakteri dari jenis ini diketahui merupakan kelompok yang
memberikan proteksi pada vagina terutama penjagaankadar pH dan bioindikator yang dapat
menekan pertumbuhan bakteri patogen 3 seperti Bacteroides fragilis, Eschercia coli,
Gradnerella vaginalis, Mobiluncusspp, Neisseria gonorrhoeae, Peptostreptococcus anaerobius,
P. bivia dan Staphylococcus aureus
Imunitas primer pada sistem reproduksi

Jenis infeksi sistem reproduksi

1. Sexually transmitted diseases (STD) Contoh : Chlamydia, Gonorhea


2. Endogenous Infection
Overgrowth flora normal pada sistem reproduksi, contoh Bacterial Vaginosis (BV),
Vulvovaginal candidiosis
3. Iatrogenic Infection
Berhubungan dengan prosedur medis yang buruk, contoh abortus tidak aman, teknik
melahirkan yang buruk
Klasifikasi STD (sexually transmitted diseases)

1. Urethritis – Cervicitis

➢ NGU: nongonococcal urethritis

➢ GU: Gonococcal urethritis

2. Genital Ulcer Diseases


➢ Genital Herpes

➢ Syphilis

➢ Chancroid

➢ Lymphogranuloma Veneral

➢ Donovanosis
3. Other STDs
➢ Genital warts

➢ Viral Hepatitis

➢ Pelvic Inflamatory Diseases

➢ Molluscum Contangiosum

➢ Epididymitis

➢ Proctitis

4. Vulvovaginitis

➢ Bacterial Vaginosis
➢ Candidiasis dan Trichomoniasis

Urethritis – Cervicitis

• GU:

➢ Neisseria gonorrhoeae

➢ Chlamydia trachomatis (Co-inf)

• NGU

➢ Chlamydia trachomatis
➢ Ureaplasma urealyticum

➢ Mycoplasma genitalium

➢ Trichomonas vaginalis

➢ Herpes Siplex Virus (HSV)

➢ Adenovirus Komplikasi:

Laki-laki: Epididymitis
Uretra Stricture
Wanita: PID → Salpingitis
C. trachomatis Infections

Trachoma
▪ Infeksi mata kronis,

▪ Konjungtivitis folikular dengan peradangan difus kelopak mata membelok ke dalam

▪ Abrasi terus menerus pada kornea dari bulu mata, jaringan parut dan ulserasi kornea
kebutaan

Lymphogranuloma Venerum
Dari Bakteri menular seksual memasuki kelenjar getah bening di dekat saluran genital
& menghasilkan respons inflamasi yang kuat pembentukan bubo. Lesi primer (papula atau
ulkus): penis, uretra, kelenjar, skrotum, dinding vagina, serviks, vulva)

Urogenital Disease
Pada wanita dewasa: uretritis, servisitis folikular (erosi serviks hipertropik leukorea),
endometritis, proktitis, salpingitis, PID. Pada pria dewasa: NGU, epididimitis, prostatitis

Faktor virulen Neisseria Gonorrhoeae

Faktor virulensi dan patogenitas dari Neisseria gonorrhoeae diantaranya yaitu Pili,
Opa dan Porin. Pili dapat membantu bakteri ini melekat pada membran mukosa dan
mencegah terjadinya destruksi oleh neutrofil. Opa bekerja dengan cara meningkatkan adheren
dari bakteri dan fagosit, membantu proses invasi, dan menyebabkan penurunan regulasi
respon imun dari host. Sedangkan porin mempunyai resistensi menetap pada serum manusia
normal. Bakteri Neisseria gonorrhoeae dapat secara alami mengubah Deoxyribonucleic Acid
(DNA)-nya untuk mendapatkan gen baru sehingga dapat menyebabkan terjadinya resistensi
antibiotic.

Diagnostik

✓ Spesimen:

➢ Mucopurulent/purulent uretheral discharge

➢ Urine pagi hari

✓ Pemeriksaan:

➢ Pewarnaan Gram (NG) dan Pewarnaan Giemza (CT)

➢ Kultur media selektif: Thayer martin

➢ Uji Biologi molekuler


Diagnosis C. trachomatis

Genital Ulcer – Syphilis

➢ Ulkus genital yang disebabkan oleh Treponema pallidum subsp pallidum (T. pallidum)

➢ Obligate parasit pada manusia

➢ Masalah dunia → kasus semakin meningkat

➢ Gejala klinis: 3 fase

Gambaran klinis Syphilis

Sifilis stadium primer

Lesi awal sifilis berupa papul yang muncul di daerah genitalia kisaran tiga minggu
setelah kontak seksual. Papul membesar dengan ukuran 0,5 – 1,5 cm kemudian mengalami
ulserasi, membentuk ulkus. Ulkus sifilis yang khas berupa bulat, diameter 1-2 cm, tidak nyeri,
dasar ulkus bersih tidak ada eksudat, teraba indurasi, soliter tetapi dapat juga multipel.
Hampir sebagian besar disertai pembesaran kelenjar getah bening inguinal medial unilateral
atau bilateral.
Sifilis Sekunder

Manifestasi akan timbul pada beberapa minggu atau bulan, muncul gejala sistemik
berupa demam yang tidak terlalu tinggi, malaise, sakit kepala, adenopati, dan lesi kulit atau
mukosa. Lesi sekunder yang terjadi merupakan manifestasi penyebaran Treponema pallidum
secara hematogen dan limfogen. Manifestasi klinis sifilis sekunder dapat berupa berbagai
ruam pada kulit, selaput lendir, dan organ tubuh. Lesi kulit biasanya simetris, dapat berupa
makula, papula, folikulitis, papuloskuamosa, dan pustul, jarang disertai keluhan gatal. Lesi
dapat ditemukan di trunkus dan ekstermitas, termasuk telapak tangan dan kaki. Papul
biasanya merah atau coklat kemerahan, diskret, diameter 0,5 – 2 cm, umumnya berskuama
tetapi kadang licin. Lesi vesikobulosa dapat ditemukan pada sifilis kongenital.

Sifilis Laten

Sifilis laten yaitu apabila pasien dengan riwayat sifilis dan pemeriksaan serologis
reaktif yang belum mendapat terapi sifilis dan tanpa gejala atau tanda klinis. Sifilis laten
terbagi menjadi dini dan lanjut, dengan batasan waktu kisaran satu tahun. Dalam perjalanan
penyakit sifilis akan melalui tingkat laten, selama bertahun-tahun atau seumur hidup. Tetapi
bukan bearti penyakit akan berhenti pada tingkat ini, sebab dapat berjalan menjadi sifilis
tersier.

Sifilis stadium tersier

Sifilis tersier terdiri dari tiga grup sindrom yang utama yaitu neurosifilis, sifilis
kardiovaskular, dan sifilis benigna lanjut. Pada perjalanan penyakit neurosifilis dapat
asimptomatik dan sangat jarang terjadi dalam bentuk murni. Pada semua jenis neurosifilis,
terjadi perubahan berupa endarteritis obliterans pada ujung pembuluh darah disertai
degenerasi parenkimatosa yang mungkin sudah atau belum menunjukkan gejala saat
pemeriksaan. Sifilis kardiovaskular disebabkan terutama karena nekrosis aorta yang berlanjut
ke katup. Tanda-tanda sifilis kardiovaskuler adalah insufisiensi aorta atau aneurisma,
berbentuk kantong pada aorta torakal. Bila komplikasi ini telah lanjut, akan sangat mudah
dikenal.

Sifilis benigna lanjut atau gumma merupakan proses inflamasi proliferasi


granulomatosa yang dapat menyebabkan destruksi pada jaringan yang terkena. Disebut
benigna sebab jarang menyebabkan kematian kecuali bila menyerang jaringan otak. Gumma
mungkin terjadi akibat reaksi hipersensitivitas infeksi Treponema palidum. Lesi sebagian
besar terjadi di kulit dan tulang. Lesi pada kulit biasanya soliter atau multipel, membentuk
lingkaran atau setengah lingkaran, destruktif dan bersifat kronis, penyembuhan di bagian
sentral dan meluas ke perifer.

Faktor virulen Treponema Pallidum

Kemungkinan faktor virulensi T. pallidum adalah sebagai berikut:


1. Protein membran luar: Protein membran luar T. pallidum tampaknya memainkan peran
penting dalam virulensi thebacteria. Ini mempromosikan kepatuhan T. pallidum ke
permukaan sel inang, sehingga memfasilitasi infeksi.
2. Enzim hyaluronidase: Enzim ini, yang diproduksi hanya oleh treponema patogen, dapat
memfasilitasi infiltrasi perivaskular.
3. Fibronektin: Fibronektin sel inang membentuk lapisan pada permukaan Treponema
patogen, sehingga mencegahnya dari fagositosis oleh makrofag.
Diagnosis

➢ T. pallidum tidak bisa di kultur


➢ Mikroskopik: Mikroskop lapangan gelap

➢ Presumtif: kombinasi tes serologi untuk skrening dan tes konfirmasi

➢ Serologi test:

➢ Non treponema test: RPR (Rapid Plasma Reagin) dan VDRL (Veneral Diseases
Research laboratory)

➢ Treponema test: FTA-ABS (Fluoresent treponema antibody absorption) dan TP-PA (T.
pallidum particle agglutination)

CHANCROID

➢ Soft chancre: ulkus genital yang sangat nyeri, pembesaran kelenjar inguinal dan
adanya bentukan bubo

➢ Disebabkan oleh: Haemophilus ducreyi → fastidious Gram negatif basilli

➢ Terapi: Azitromycin, Ciprofloxacine, Erythromycin atau Ceftriaxone


Hasil Pewarnaan Gram Chancroid

Lymphogranuloma Venereum (LGV)

➢ Disebabkan oleh serovar L1, L2, L2a, L2b dan L3 C. trachomatis

➢ Klinis terdiri dari 3 stadium: primary, secondary dan tertiary.

➢ Proctitis: bisa sebagai primary state

➢ Secondary: pembesaran kelenjar getah bening dan gejala sistemik

➢ Tertiary: kerusakan rektal, striktura, rectovaginal fistula

Diagnosis :

➢ Spesimen dari bubo aspirat atau


➢ Material ulkus Terapi :

✓ Doxicillin
✓ Erytromicin
Bacterial Vaginosis
➢ BV merupakan infeksi tersering pada wanita diusia produktif.

➢ Faktor resiko : aktivitas seksual usia dini, multiple parner, douching vagina

➢ BV timbul karen ketidakseimbangan flora normal vagina

➢ Overgrowth : Gardnerella vaginalis, Mycoplasma hominis, Ureaplasma spp, Prevotella,


Porphyromonas, Peptostreptococcus, Mobiluncus
Perbedaan Vaginitis Non spesifik

Trichomoniasis Vaginosis Candidiasis


Vaginalis Vulvovaginalis
Bacterial

Gejala dan Duh vagina banyak Duh vagina banyak Duh vagina banyak
Tanda (putih dan tebal) seperti
(kekuningan dan tebal) (putih dan tipis)
susu basi , pecah
Gatal , disuria Berbau
Gatal, disuria, terbakar

pH Vagina >4,5 >4,5 7,0 (basa)

Pemeriksaan Eritema vagina, nyeri Bau vagina khas , Eritema vagina


fisik daerah labium, berbau amis “fishy
kemerahan pada servix odor”
“strawberry servix”

Wet Mount Ditemukan protozoa Ditemukan clue cells , Adanya pseudohifa dan
(sediaan basah) berflagel dan bergerak kadang ditemukan ragi bertunas
(motil) bakteri batang
melengkung
(Mobiluncus sp.)
Pemeriksaan Peningkatan leukosit Dilakukan penilaian Sel-sel polimorfonuklear,
Gram >10/Lp, dan sel-sel Hay-Ison blastospora ,
polimorfonuklear pseudohifa
(I&II (–) negatif ,
III&IV(+) positif
Pemeriksaan Menggunakan media - Menggunakan media
kultur Diamond Saboraud Dextrose
Agar (SDA) , koloni
berwarna hijau
Uji Whiff Negatif Positif Negatif
(KOH)
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa mikrobiologi pada organ reproduksi
tidak hanya berkaitan dengan flora abnormal tetapi juga dalam tubuh terdapat flora normal
yang menjaga homeostasis dalam organ reproduksi. Dalam halnya untuk organ genetalia
wanita memiliki pengaruh berkaitan kuat dengan kesehatan reproduksi dan ketahanannya
terhadap infeksi menular seksual. Untuk itu para ahli mikrobiologi memiliki peran penting
dalam diagnostik atau klinis untuk mengidentifikasi, dan menganalisis bakteri penyebab
penyakit pada manusia. Sehingga pasien dapat deberikan tatalaksana yang tepat dalam
mengatasi suatu penyakit atau gangguan medis dalam sistem reproduksi wanita.
REFRENSI
Dr. dr. Ni Nyoman Sri Budayanti, SpMK(K), 2022, Infeksi pada sistem reproduksi.
Departemen Mikrobiologi FK UNUD

Mahon CR, Lehman DC (2019). Textbook of Diagnostic Microbiology. Elsevier publisher

Anda mungkin juga menyukai