Oleh:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
MATARAM
2022
Latar Belakang
Sebagian besar dari tubuh kita dihuni oleh mikrooganisme yakni sebagai mikrobiota
yang terdapat pada tubuh manusia, terdiri atas bakteri, mikroeukaryotes, dan virus.
Mikroorganisme yang menghuni tubuh manusia disebut sebagai biota (flora) normal, sebagai
patogen oportunistik, atau sebagai benar patogen. Setiap mikroba memiliki jalur fisiologi dan
metabolismenya sendiri yang memungkinkannya bertahan hidup di habitatnya. Ahli
mikrobiologi memiliki peran penting dalam diagnostik atau klinis untuk mengidentifikasi, dan
menganalisis bakteri penyebab penyakit pada manusia. Dalam mikrobiota manusia tentunya
memiliki habitat di dalam tubuh yang berbeda yang disebut dengan mikrobiom.Tentunya
mikrobiom manusia sangat bervariasi dan berbeda-beda tiap manusia dan setiap mikrobiota
yang ada didalam tubuh tentunya memilki spesies yang masing-masing berbeda juha baik dari
itu dari komposisinya beserta fungsinya. Dan pada sistem reproduksi berkaitan kuat dengan
kesehatan reproduksi dan ketahanannya terhadap infeksi menular seksual. Pada genetalia
wanita permukaan mukosa merupakan biosistem yang kompleks, sebagai penghalang pathogen
terhadap dunia luar dan ikut berperan dalam sistem imunitas. Kompartemen mukosa ini dapat
beradaptasi terhadap lingkungan tidak steril dan bersifat dinamis melalui berbagai stimuli
inflamasi/antigenik yang berkaitan dengan hubungan seks dan mikrobiota vagina endogen.
Isi
Sampai saat ini telah diketahui lebih dari 120 spesies lactobacillus. Pada vagina
perempuan usia reproduktif dapat ditemukan lebih dari 10 spesies yang berbeda. Meskipun
demikian, seorang perempuan biasanya didominasi oleh satu atau dua spesies, yang paling
sering adalah L. crispatus, L. gasseri, L. jensenii, dan L. iners. Menariknya, latar belakang etnis
perempuan dapat memengaruhi mikrobiota vagina, misalnya perempuan berkulit putih/
Kaukasia didominasi oleh L. iners, perempuan Asia oleh L. crispatus, perempuan kulit hitam
dan hispanik oleh L.jenseni. Namun, pada sejumlah perempuan lain tidak ditemukan
Lactobacilli. Hal ini dapat menjelaskan perbedaan kerentanan terhadap IMS dan HIV pada
populasi yang berbeda. Variasi jenis flora ini sangat dinamis, dipengaruhi oleh siklus
menstruasi dan perilaku seksual. Tampaknya flora ini berada dalam keseimbangan yang stabil
dan sistem vagina sehat cukup kuat untuk mengatasi gangguan dari luar.
Komposisi mikrobiom ini terdapat pada tractus bagian bawah yakni penis.Selama ini,
pada traktus urogenital laki-laki, terutama uretra, selalu dianggap steril dan hanya dikolonisasi
oleh mikrobiota yang bersifat transien, kecuali pada laki-laki yang menderita IMS. Hal yang
mendukung temuan tersebut adalah infeksi saluran kemih (ISK) pada laki-laki yang relatif
jarang dibandingkan dengan perempuan. Pertemuan antara traktus urinarius distal dengan
traktus reproduksi laki-laki, menyebabkan aliran urin dapat membilas muara saluran tersebut
secara bersamaan. Selain itu, pada laki-laki, orifisium uretra terpisah jauh dari anus. Kaitan
epidemiologik antara sirkumsisi dengan kerentanan terhadap IMS pada laki-laki, dan dysbiosis
mikrobiom vagina perempuan, menunjukkan bahwa komposisi dan dinamika mikrobiom
urogenital laki-laki juga dapat memengaruhi kesehatan.
Komunitas mikroba pada traktus genitourinarius laki-laki dapat berbeda tergantung dari
lokasi anatomis. Sebagai contoh, mikrobiota penis dipengaruhi oleh kulit prepusium sehingga
komunitas bakteri pada laki-laki yang disirkumsisi tidak sama dengan laki-laki yang tidak
disirkumsisi. Beberapa patogen mampu naik ke traktus genitourinarius dan menimbulkan
peradangan serta penyakit pada struktur bagian dalam, yaitu uretra, epididimis, prostat,
kandung kemih, atau ginjal.
Pada wanita normal, flora yang paling banyak dan merupakan kelompokumum adalah
golongan dari genus Lactobasillus. Bakteri dari jenis ini diketahui merupakan kelompok yang
memberikan proteksi pada vagina terutama penjagaankadar pH dan bioindikator yang dapat
menekan pertumbuhan bakteri patogen 3 seperti Bacteroides fragilis, Eschercia coli,
Gradnerella vaginalis, Mobiluncusspp, Neisseria gonorrhoeae, Peptostreptococcus anaerobius,
P. bivia dan Staphylococcus aureus
Imunitas primer pada sistem reproduksi
1. Urethritis – Cervicitis
➢ Syphilis
➢ Chancroid
➢ Lymphogranuloma Veneral
➢ Donovanosis
3. Other STDs
➢ Genital warts
➢ Viral Hepatitis
➢ Molluscum Contangiosum
➢ Epididymitis
➢ Proctitis
4. Vulvovaginitis
➢ Bacterial Vaginosis
➢ Candidiasis dan Trichomoniasis
Urethritis – Cervicitis
• GU:
➢ Neisseria gonorrhoeae
• NGU
➢ Chlamydia trachomatis
➢ Ureaplasma urealyticum
➢ Mycoplasma genitalium
➢ Trichomonas vaginalis
➢ Adenovirus Komplikasi:
Laki-laki: Epididymitis
Uretra Stricture
Wanita: PID → Salpingitis
C. trachomatis Infections
Trachoma
▪ Infeksi mata kronis,
▪ Abrasi terus menerus pada kornea dari bulu mata, jaringan parut dan ulserasi kornea
kebutaan
Lymphogranuloma Venerum
Dari Bakteri menular seksual memasuki kelenjar getah bening di dekat saluran genital
& menghasilkan respons inflamasi yang kuat pembentukan bubo. Lesi primer (papula atau
ulkus): penis, uretra, kelenjar, skrotum, dinding vagina, serviks, vulva)
Urogenital Disease
Pada wanita dewasa: uretritis, servisitis folikular (erosi serviks hipertropik leukorea),
endometritis, proktitis, salpingitis, PID. Pada pria dewasa: NGU, epididimitis, prostatitis
Faktor virulensi dan patogenitas dari Neisseria gonorrhoeae diantaranya yaitu Pili,
Opa dan Porin. Pili dapat membantu bakteri ini melekat pada membran mukosa dan
mencegah terjadinya destruksi oleh neutrofil. Opa bekerja dengan cara meningkatkan adheren
dari bakteri dan fagosit, membantu proses invasi, dan menyebabkan penurunan regulasi
respon imun dari host. Sedangkan porin mempunyai resistensi menetap pada serum manusia
normal. Bakteri Neisseria gonorrhoeae dapat secara alami mengubah Deoxyribonucleic Acid
(DNA)-nya untuk mendapatkan gen baru sehingga dapat menyebabkan terjadinya resistensi
antibiotic.
Diagnostik
✓ Spesimen:
✓ Pemeriksaan:
➢ Ulkus genital yang disebabkan oleh Treponema pallidum subsp pallidum (T. pallidum)
Lesi awal sifilis berupa papul yang muncul di daerah genitalia kisaran tiga minggu
setelah kontak seksual. Papul membesar dengan ukuran 0,5 – 1,5 cm kemudian mengalami
ulserasi, membentuk ulkus. Ulkus sifilis yang khas berupa bulat, diameter 1-2 cm, tidak nyeri,
dasar ulkus bersih tidak ada eksudat, teraba indurasi, soliter tetapi dapat juga multipel.
Hampir sebagian besar disertai pembesaran kelenjar getah bening inguinal medial unilateral
atau bilateral.
Sifilis Sekunder
Manifestasi akan timbul pada beberapa minggu atau bulan, muncul gejala sistemik
berupa demam yang tidak terlalu tinggi, malaise, sakit kepala, adenopati, dan lesi kulit atau
mukosa. Lesi sekunder yang terjadi merupakan manifestasi penyebaran Treponema pallidum
secara hematogen dan limfogen. Manifestasi klinis sifilis sekunder dapat berupa berbagai
ruam pada kulit, selaput lendir, dan organ tubuh. Lesi kulit biasanya simetris, dapat berupa
makula, papula, folikulitis, papuloskuamosa, dan pustul, jarang disertai keluhan gatal. Lesi
dapat ditemukan di trunkus dan ekstermitas, termasuk telapak tangan dan kaki. Papul
biasanya merah atau coklat kemerahan, diskret, diameter 0,5 – 2 cm, umumnya berskuama
tetapi kadang licin. Lesi vesikobulosa dapat ditemukan pada sifilis kongenital.
Sifilis Laten
Sifilis laten yaitu apabila pasien dengan riwayat sifilis dan pemeriksaan serologis
reaktif yang belum mendapat terapi sifilis dan tanpa gejala atau tanda klinis. Sifilis laten
terbagi menjadi dini dan lanjut, dengan batasan waktu kisaran satu tahun. Dalam perjalanan
penyakit sifilis akan melalui tingkat laten, selama bertahun-tahun atau seumur hidup. Tetapi
bukan bearti penyakit akan berhenti pada tingkat ini, sebab dapat berjalan menjadi sifilis
tersier.
Sifilis tersier terdiri dari tiga grup sindrom yang utama yaitu neurosifilis, sifilis
kardiovaskular, dan sifilis benigna lanjut. Pada perjalanan penyakit neurosifilis dapat
asimptomatik dan sangat jarang terjadi dalam bentuk murni. Pada semua jenis neurosifilis,
terjadi perubahan berupa endarteritis obliterans pada ujung pembuluh darah disertai
degenerasi parenkimatosa yang mungkin sudah atau belum menunjukkan gejala saat
pemeriksaan. Sifilis kardiovaskular disebabkan terutama karena nekrosis aorta yang berlanjut
ke katup. Tanda-tanda sifilis kardiovaskuler adalah insufisiensi aorta atau aneurisma,
berbentuk kantong pada aorta torakal. Bila komplikasi ini telah lanjut, akan sangat mudah
dikenal.
➢ Serologi test:
➢ Non treponema test: RPR (Rapid Plasma Reagin) dan VDRL (Veneral Diseases
Research laboratory)
➢ Treponema test: FTA-ABS (Fluoresent treponema antibody absorption) dan TP-PA (T.
pallidum particle agglutination)
CHANCROID
➢ Soft chancre: ulkus genital yang sangat nyeri, pembesaran kelenjar inguinal dan
adanya bentukan bubo
Diagnosis :
✓ Doxicillin
✓ Erytromicin
Bacterial Vaginosis
➢ BV merupakan infeksi tersering pada wanita diusia produktif.
➢ Faktor resiko : aktivitas seksual usia dini, multiple parner, douching vagina
Gejala dan Duh vagina banyak Duh vagina banyak Duh vagina banyak
Tanda (putih dan tebal) seperti
(kekuningan dan tebal) (putih dan tipis)
susu basi , pecah
Gatal , disuria Berbau
Gatal, disuria, terbakar
Wet Mount Ditemukan protozoa Ditemukan clue cells , Adanya pseudohifa dan
(sediaan basah) berflagel dan bergerak kadang ditemukan ragi bertunas
(motil) bakteri batang
melengkung
(Mobiluncus sp.)
Pemeriksaan Peningkatan leukosit Dilakukan penilaian Sel-sel polimorfonuklear,
Gram >10/Lp, dan sel-sel Hay-Ison blastospora ,
polimorfonuklear pseudohifa
(I&II (–) negatif ,
III&IV(+) positif
Pemeriksaan Menggunakan media - Menggunakan media
kultur Diamond Saboraud Dextrose
Agar (SDA) , koloni
berwarna hijau
Uji Whiff Negatif Positif Negatif
(KOH)
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa mikrobiologi pada organ reproduksi
tidak hanya berkaitan dengan flora abnormal tetapi juga dalam tubuh terdapat flora normal
yang menjaga homeostasis dalam organ reproduksi. Dalam halnya untuk organ genetalia
wanita memiliki pengaruh berkaitan kuat dengan kesehatan reproduksi dan ketahanannya
terhadap infeksi menular seksual. Untuk itu para ahli mikrobiologi memiliki peran penting
dalam diagnostik atau klinis untuk mengidentifikasi, dan menganalisis bakteri penyebab
penyakit pada manusia. Sehingga pasien dapat deberikan tatalaksana yang tepat dalam
mengatasi suatu penyakit atau gangguan medis dalam sistem reproduksi wanita.
REFRENSI
Dr. dr. Ni Nyoman Sri Budayanti, SpMK(K), 2022, Infeksi pada sistem reproduksi.
Departemen Mikrobiologi FK UNUD