Anda di halaman 1dari 6

Tugas Ujian Kasus OBGYN

Penguji:
Nama : Tasya Kamila A
NIM :

1. Mekanisme keputihan abnormal pada KPD?


Jawab:
Terdapat hubungan antara KPD dengan keputihan abnormal. KPD terjadi 6,78 kali lebih
umum di antara wanita hamil yang mengalami keputihan abnormal. ISK dan keputihan
abnormal merupakan prediktor KPD. Infeksi genital telah ditemukan sebagai risiko hasil
kehamilan yang buruk dengan KPD. Infeksi saluran genital seperti ISK dan keputihan
abnormal, yang merupakan gejala umum infeksi genital yang disebabkan oleh infeksi
bakteri seperti Chlamydia trachomatis , bacterial vaginosis, dan Neisseria
gonorrhoeae . Bakteri ini melepaskan mediator inflamasi atau menghasilkan protease,
dan enzim fosfolipase, dan mediator inflamasi atau enzim yang dihasilkan oleh infeksi
genital terlibat dalam melemahnya selaput janin di antara wanita hamil, menyebabkan
KPD.  Namun, telah disarankan bahwa infeksi intrauterin sekunder untuk kolonisasi
saluran genital asendens dapat menyebabkan peningkatan aktivitas sitokin yang
meningkatkan apoptosis membran, produksi protease, dan pembubaran matriks
ekstraseluler membran. 

Sumber:
2. Mekanisme Pumping Uterus?

Diferensiasi Aktivitas Uterus

Selama persalinan, uterus berubah bentuk menjadi dua bagian yang berbeda. Segmen atas
yang berkontraksi secara aktif menjadi lebih tebal ketika persalinan berlangsung. Bagian bawah,
relatif pasif dibanding dengan segmen atas, dan bagian ini berkembang menjadi jalan lahir yang
berdinding jauh lebih tipis. Segmen bawah uterus analog dengan ismus uterus yang melebar dan
menipis pada perempuan yang tidak hamil; Segmen bawah secara bertahap terbentuk ketika
kehamilan bertambah tua dan kemudian menipis sekali pada saat persalinan (Gambar 23-1 dan
23-2). Dengan palpasi abdomen kedua segmen dapat dibedakan ketika terjadi kontraksi, sekali
pun selaput ketuban belum pecah. Segmen atas uterus cukup kencang atau keras, sedangkan
konsistensi segmen bawah uterus jauh kurang kencang. Segmen atas uterus merupakan bagian
uterus yang berkontraksi secara aktif; segmen bawah adalah bagian yang diregangkan,
normalnya jauh lebih pasif.

Seandainya seluruh dinding otot uterus, termasuk segmen bawah uterus dan serviks,
berkontraksi secara bersamaan dan dengan intensitas yang sama, maka gaya dorong persalinan
akan jelas menurun. Di sinilah letak pentingnya pembagian uterus menjadi segmen atas yang
aktif berkontraksi dan segmen bawah yang lebih pasif yang berbeda bukan hanya secara
anatomik melainkan juga secara fisiologik. Segmen atas berkontraksi, mengalami retraksi, dan
mendorong janin keluar; sebagai respons terhadap gaya dorong kontraksi segmen atas;
sedangkan segmen bawah uterus dan serviks akan semakin lunak berdilatasi; dan dengan cara
demikian membentuk suatu saluran muskular dan fibromuskular yang menipis sehingga janin
dapat menonjol keluar.

Miometrium pada segmen atas uterus tidak berelaksasi sampai kembali ke panjang
aslinya setelah kontraksi; tetapi menjadi relatif menetap pada panjang yang lebih pendek.
Namun, tegangannya tetap sama seperti sebelum kontraksi. Bagian atas uterus, atau segmen
aktif, berkontraksi ke bawah meski pada saat isinya berkurang, sehingga tegangan miometrium
tetap konstan. Efek akhirnya adalah mengencangkan yang kendur, dengan mempertahankan
kondisi menguntungkan yang diperoleh dari ekspulsi janin dan mempertahankan otot utems tetap
menempei erat pada isi uterus. Sebagai konsekuensi retraksi, setiap konrraksi yang berikutnya
mulai di tempat yang ditinggalkan oleh kontraksi sebelumnya, sehingga bagian atas rongga
uterus menjadi sedikit lebih kecil pada setiap kontraksi berikutnya. Karena pemendekan serat
otot yang terus menerus pada setiap kontraksi, segmen atas uterus yang aktif menjadi semakin
menebal di sepanjang kala pertama dan kedua persalinan dan menjadi tebal sekali tepat setelah
pelahiran janin (Gambar 23-1).

Fenomena retraksi segmen atas uterus bergantung pada berkurangnya volume isi uterus,
terutama pada awal persalinan ketika seluruh uterus benar-benar merupakan sebuah kantong
terturup dengan hanya sebuah lubang kecil pada ostium serviks. Ini memungkinkan semakin
banyak isi intrauterin mengisi segmen bawah, dan segmen atas hanya beretraksi sejauh
mengembangnya segmen bawah dan dilatasi serviks.

Relaksasi segmen bawah uterus bukan merupakan relaksasi sempurna, tetapi lebih
merupakan lawan retraksi. Serabut-serabut segmen bawah menjadi teregang pada setiap
kontraksi segmen atas, dan sesudahnya tidak kembali ke panjang sebelumnya tetapi relatif tetap
mempertahankan panjangnya yang lebih panjang; namun, tegangan pada dasarnya tetap sama
seperti sebelumnya. Otot-otot masih menunjukkan tonus, masih menahan regangan, dan masih
berkontraksi sedikit pada saat ada rangsangan. Ketika persalinan maju, pemanjangan benurut-
turut serabut otot di segmen bawah uterus diikuti dengan pemendekan, normalnya hanya
beberapa milimeter pada bagian yang paling tipis. Sebagai akibat menipisnya segmen bawah
uterus dan bersamaan dengan menebalnya segmen atas, batas antara keduanya ditandai oleh
suatu lingkaran pada permukaan dalam uterus, yang disebut sebagai cincin retraksi fisiologik.
Jika pemendekan segmen bawah uterus terlalu tipis, seperti pada partus macet, cincin ini sangat
menonjol, sehingga membentuk cincin retraksi patologik. Ini merupakan kondisi abnormal yang
juga disebut sebagai cincin Bandl (Gambar 23-1,). Adanya suatu gradien aktivitas fisiologik
yang semakin mengecil dari fundus sampai serviks dapat dikemhui dari pengukuran bagian atas
dan bawah uterus pada persalinan normal.
Gambar 23-1. Urutan perkembangan segmen-segmen dan cincin di uterus pada perempuan hamil
aterm dan saat bersalin. Perhatikan perbandingan antara uterus perempuan tidak hamil, uterus
aterm, dan uterus pada saat bersalin. Segmen bawah korpus uteri yang pasif berasal dari ismus;
cincin retraksi fisiologis terbentuk pada persambungan segmen bawah dan atas uterus. Cincin
retraksi patologis terbentuk dari cincin fisiologis. (OS.INT.ANAT = os internum anatomik; E.O
= os eksternum OS INT HIST = os internum histologik; CRF = cincin retraksi fisiologik)2.

Sumber: Ilmu Kebdianan Sarwono Halaman 298

3. Bagaimana infeksi pada KPD gimana bisa sampe pada paru bayi ?
Jawab:
Perkembangan paru janin terjadi dalam tiga fase. Hipoplasia terjadi ketika gangguan terjadi pada
atau sebelum tahap kanalikuli. Faktor-faktor yang diperlukan untuk pertumbuhan paru-paru
normal termasuk volume cairan ketuban yang cukup dan gerakan pernapasan janin yang
normal. Hipoplasia paru paling mungkin terjadi dengan ketuban pecah dini (kurang dari 22
minggu) dan dengan oligohidramnion persisten. Kurangnya gerakan pernapasan berkelanjutan
dan kegagalan modulasi aliran duktus sangat terkait. Pengukuran ultrasonografi panjang paru
janin pada akhirnya dapat berguna dalam memantau perkembangan paru intrauterin. Kontraktur
ekstremitas akibat oligohidramnion berkepanjangan adalah contoh defek tipe
deformasi. Kehadiran mereka berkorelasi paling kuat dengan lamanya periode laten (waktu dari
ROM hingga persalinan) dan derajat oligohidramnion. Kebanyakan kontraktur jenis ini mudah
reversibel.

Anda mungkin juga menyukai