Anda di halaman 1dari 13

KONSEP DASAR INTRANATAL CARE

A. Pengertian
Intranatal adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi atau pengeluaran janin
yang cukup bulan yang dapat hidup diluar kandungan dan disusul dengan pengeluaran
plasenta baik secara spontan maupun bantuan(Sondakh, 2013).
Menurut Sarwono (2006) Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin
lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari
pertama haid terakhir.
Menurut Dewi (2010) Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin
intrauterine mulai sejak konsepsi sampai permulaan persalinan.
B. Tujuan persalinan
Tujuan dari persalinan merupakan upaya kelangsungan hidup untuk mencapai
derajat kesehatan yang sangat tinggi untuk ibu dan bayinya melalui berbagai upaya yang
bisa terintegrasi dan lengkap serta intervi minimal dengan persalinan yang adekuat sesuai
dengan tahapan ibu persalinan sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanannya
dapat terjaga pada tingkat yang sangat optimal(Kurniarum, 2016).
C. Penyebab
Menurut Prawirohardjo , 2007 (dikutip dalam sondakh Tahun 2013.h.2- 5)
terdapat beberapa teori yang berkaitan dengan kekuatan his sehingga menjadi awal mula
terjai proses persalianna sebagai berikut :
1. Teori Penurunan Progesteron
Terjadinya kontraksi otot polos uterus pada persalinan akan menyebabkan rasa
nyeri yang hebat yang diketahui secara pasti penyebabnya, tetapi terdapat
kemungkinan , yaitu :
a. Hipoksia pada myometrium yang sedang berkontraksi
b. Adanya penekan ganglia saraf di serviks dan uterus bagian bawah otot-otot
yang saling bertautan.
c. Peregangan serviks pada saat dilatasi ada pendaftaran serviks yaitu
pemendakan saluran serviks dan panjang sekitar 2 cm menjadi hanya berupa
muara melingkar dengan tepi hampir setipis kertas.
d. Peritoneum yang berada di atas fundus mengalami peregangan.
2. Teori ketegangan
Ukuran uterus yang makin memebesar yang mengalami penegangan pada otot-
otot uterus mengalami iskemia sehingga mungkin dapat menjadi faktor yang
menggangu sirkulais utroplasenta yang akhirnya membuat plasenta
mengalamidegenarasi. Ketika uterus berkontraksi dan bisa minimbulkan tekanan
pada selaput ketuban.
3. Teori Oksitosin Interna
Hiposis posterior bisa menghasilkan hormone oksitosin. Yaitu dengan adanya
perubahan keseimbangan antara estrogen dan progesterone dapat mengubah
dengan tingkat sensivitas otot pada Rahim dan akan mengakibatkan terjadinya
kontraksi uterus yang disebut braxion his. Beberapa tanda-tanda dimulainya
proses persalinan adalah sebagai berikut :
1) Terjadinya His Persalinan
a) Pinggang terasa sakit dan menjalar ke depan
b) Sifatnya teratur , interval makin pendek, dan kekuatan makin besar
c) Makin beraktivitas (jalan). Kekuatan yang ada makin bertambah
2) Pengeluaran Lendir dengan Darah
Terjadinya his persalinan mengakibatkan terjadinya perubahan pada serviks
yang dapat menimbulkan :
a) Pendataran dan pembukaan
b) Pembukaan menyebabkan lender yang terdapat pada kenalis servikalis
besar
c) Terjadinya perdarahan karena kapile pembuluh darah pecah
3) Pengeluaran cairan
Pada beberapa kasus persalinan yang akan terjadi saat pecah ketuban.
Sebagian besar, keadaan ini terjadi menjelang pembukaan lengkap. Setelah
pecah ketuban, diharapkan untuk proses persalinan akan berlangsung kurang
24 jam. (Sondakh, 2013).
D. Jenis persalinan
1) Persalinan Spontan yaitu persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri,
melalui jalan lahir ibu tersebut.
2) Persalinan Buatan yaitu bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya
ekstraksi forceps, atau dilakukan operasi Sectio Caesaria.
3) Persalinan Anjuran merupakan persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya
tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau
prostaglandin.(Kurniarum, 2016).
E. Tanda persalinan
Pada kebanyakan wanita, proses melahirkan dimulai antara minggu ke 39 dan 41
usia kehamilan. Namun karena lama kehamilan setiap orang berbeda-beda, tidak sedikit
bayi yang dilahirkan pada salah satu minggu tersebut tanpa menunjukkan tanda-tanda
premature. Pada bulan-bulan akhir kehamilan, tubuh akan memproduksi progesteron
yang bertujuan melunakkan jaringan disekitar serviks (leher Rahim menghubungkan
uterus dan vagina) dan pelvis atau panggul untuk persiapan melahirkan.
Berbeda dari persalinan dengan cara operasi Caesar, yang dapat merencanakan
waktu kelahiran, melahirkan secara normal memerlukan kejelian dalam memahami
tanda-tanda persalinan yang dikirmkan oleh tubuh. Berikut tanda-tanda persalinan yang
bisa dijadikan rambu untuk mempersiapkan sebuah kelahiran :
1. Tanda-tanda awal persalinan
Menurut muchtar (2015), beberapa tanda pendahuluan persalinan yaitu lightening
atau setting atau dropping atau (kepala turun memasuki pintu atau panggul); perut
kelihatan lebih melebar dan fundus uteri turun; sering buang air kecil atau sulit
berkemihn (polakisuria) karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin;
perasaan nyeri diperut dan dipinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lenah uterus;
kandang-kandang disebut “false labor pains” sera serviks menjadi lembek (mulai
mendatar, dan sekresinya bertambah, mungkin bercampur darah).
a. Turunnya kepala janin ke panggul
Ketika persalinan mendekat, kepala janin sudah mulai turun ke area tulang
panggul. Kejadian menurunnya kepala janin yaitu akibat dari melunaknya uterus.
Turunnya kepala janin dari bagian panggul terjadi sejak dua hingga empat minggu
sebelum janin benar-benar lahir.
b. Tekanan panggul (pelvic)
Setelah kepala janin turun kebawah panggul , ibu mungkin akan merasa kurang
nyaman dengan posisinya. Sakit yang dirasakan ibu merupakan akibat dari adanya
tekanan panggul dan ibu akan lebih sering berkemih serta lebih sering buang air
besar karena itu tanda persalinan yang jelas. Adanya relaksi tulang sendi beserta
ikatan-ikatannya , dapat menyebabkan nyeri tiba-tiba karena bayi menekan dasar
panggul ibu.
c. Vaginal Discharge dan keputihan
Keputihan merupakan tanda proses persalinan untuk ibu hamil yang sudah dekat.
Terjadinya keputihan merupakan akibat dari melunaknya rahim. Keputihan atau
cairan yang keluar dari vagina terdiri dari sekresi leher Rahim, sel-sel dari dinding
vagina , dan flora pada bakteri normal. Keputihan umumnya biasanya berwarna
putih atau putih pudar, dan volumenya akan meningkat menjelang tanggal
taksiran persalinan.
d. Nesing Intinct
Nesting instinct merupakan tanda awal persalinan, yang biasanya ditandai dengan
kegiatan membereskan lemari , membersihkan kamar mandi, serta kegiatan-
kegiatan membersihkan lainnya.
e. Menggigil
Tanda awal persalinan ini adalah menggigil tanpa sebab yang jelas. Menggil dapat
terjadi tanpa adanya perasaan dingin atau kondisi ibu hamil yang sedang lemah.
f. Diare
Pelepasan suatu unsur kimia dalam tubuh disebut dengan prostaglandin yang
terjadi pada proses awal suatu persalinan. Pemicu ini dapat mengakibatkan
meningkatnya aktivitas usus.
g. Pecah Membran atau Pecah Ketuban
Pecah ketuban merupakan tanda awal pada persalinan yang paling umum terjadi.
Jika ketuban telah pecah , maka dapat diduga bahwa persalinan akan terjadi
selama 24 jam. Ketika ketuban pecah , kontraksi biasnaya akan terjadi lebih
intensif, dan bayi yang akan semakin dekat kearah pelebaran Pecah ketuban
merupakan tanda awal pada persalinan yang paling umum terjadi. Jika ketuban
telah pecah , maka dapat diduga bahwa persalinan akan terjadi selama 24 jam.
Ketika ketuban pecah , kontraksi biasnaya akan terjadi lebih intensif, dan bayi
yang akan semakin dekat kearah pelebaran Rahim. Cairan ketuban pada
umumnya berwaran bening dan tidak berbau, cairan ketuban akan terus keluar
sampai saat melahirkan.
h. Kontraksi Reguler
Tanda pada persalinan yang sering terjadi dan menjadi salah satu cara untuk
mengetahui bahwa persalinan akan segera terjadi adalah konsistensi kontraksi.
Leher Rahim yang telah melunak akan semakin melebar dan akan terus berlanjut
hingga proses pada persalinan selesai.
2. Tanda-Tanda Gerakan Janin Menjelang Persalinan
a. Pada usia 36 minggu, janin yang ada di dalam kandungan sudah memiliki
kematangan dan ukuran yang siap di lahirkan. Selain itu juga, organ tubuh janin
dalam kandungan juga sudah mulai terbentuk dengan sempurna. Beberpa organ
tubuh seperti hati,ginjal, dan paru-paru. Kehamilan tersebut sudah memasukin
minggu untuk persiapan menjelang persalinan.
b. Keadaan bayi dalam kandungan akan terus mengalami gerakan terlebih saat
melatih paru-parunya untuk mempersiapkan pernafasan setelah ia dilahirkan
nanti.
c. Pada usia kehamilan 37 minggu bayi akan mengubah posisinya untuk disesuaikan
dengan persalinan yang akan ibu hadapi. Pada usia ini, gerakan janin menjelang
persalinan ditandai dengan keadaan bayi yang turun ke panggul. Kepala bayi
normalnya akan menghadap jalan lahir saat menjelang persalinan.
d. Selanjutnya, gerakan di usia ini juga ditandai dengan rontokan bulu halus serta
vernic caseosa atau lapisan yang berperan untuk melindungi bayi.
e. Pada usia kehamilan 39 minggu gerakan bayi sudah siap menghadapi jalan lahir.
Cairan amino yang semula jernih, pada usia ini akan berubah menjadi pucat
seperti susu.
f. Pada minggu terakhir kehamilan, kondisi Rahim ibu akan semakin sempit. Pada
usia kehamilan ini, bayi dalam kandungan juga akan menghasilkan hormone.
Hormone yang dihasilkan bayi disebut dengan kortison kelenjar adrenal
(Nurhayati, Eka, S. ST., 2019).
F. Patofisiologi/ pathway
Proses terjadinya persalinan karena adanya kontraksi uterus yang dapat
menyebabkan nyeri. Gal ini dipengaruhi oleh adanya keregangan otot rahim, penurunan
progesteron, peningkatan prostaglandin dan tekanan kepala bayi. Dengan adanya
kontraksi maka terjadinya pemendekan SAR dan penipisan SBR. Penipisan menyebabkan
pembukan serviks.
Penurunan kepala bayi yang terdiri dari beberapa tahap antara lain enggament,
descent, fleksi, fleksi maksimal, rotasi internal, ekstensi, ekspulasi kepala janin, rotasi
eksterna. Semakin menurunya kepala bayi menimbulkan rasa mengejan sehingga terjadi
ekspulsi. Ekspulsi dapat menyebabkan robekan jalan lahir akibatnya akan terasa nyeri
setelah bayi lahir kontraksi rahimakan berhenti 5-10 menit, kemudian akan berkontraksi
lagi. Kontraksi akan mengurangi area plasenta, rahim bertambah kecil, dinding menebal
yang menyebabkan plasenta terlepas secara bertahap. Dari berbagai implantasi plasenta
antara lain mengeluarkan lochea, lochea dan robekan jalan lahir sebagai tempat inbasi
bateri secara asending yang dapay menyebabkan terjadi resiko tinggi infeksi. Dengan
pelepasan plasenta makan produksi estrogen dan progesteron akan mengalami penurunan,
sehingga hormon prolaktin aktif dan produksi laktasi dimulai.
Proses persalinan terdiri dari 4 kala yaitu :

1. Kala I : waktu pembukaan serviks sempit menjadi pembukaan lengkap 10 cm


2. Kala II : dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir
3. Kala III : pengeluaran plasenta
4. Kala VI : keluarnya palsenta sampai post partum (Nugroho, 2012).
G. Proses persalinan
1. Kala I
Fase ini disebut juga kala pembukaan. Pada tahap ini terjadi pematangan dan
pembukaan mulut rahim hingga cukup untuk jalan keluar janin. Pada kala I terdapat
fase yaitu :
a. Fase laten : pembukaan sampai mencapai 3 cm, berlangsung sekitar delapan
jam
b. Fase aktif : pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm), berlangsung
sekitar enam jam.
Pada tahap ini akan merasakan nyeri kontraksi yang lebih 10 menit selama 20-
30 detik. Frekuensi kontaksi makin meningkat hingga 2-4 kali tiap 10 menit
denga durasi 60-90 menit. Kontraksi keluar bersamaan dengan keluarnya
darah, lendir, serta pecahnya ketuban secara spontan. Ketuban yang pecah
sebelum pembukaan cm kerap dikatan sebagai ketuban pecah dini.
2. Kala II
Pada fase ini janin mulai keluar dari dalam kandungan yang membutuhkan waktu
sekitar dua jam. Fase dimulai saat serviks sudah membuka selebar 10 cm hingga bayi
lahir lengkap.
Pada fase ini juga refleks mengejan terjadi akibat rangsangan dari bagian terbawah
janin yang menekan anus dan rektum. Tambahan tenaga mengejan dan kontraksi otot-
otot dinding obdomen serta diafragma, membantu ibu mengeluarjan bayi dari dalam
rahim.
3. Kala III
Tahap ini disebut kala uri, yaitu saat plasenta ikut keluar dari dalam rahim. Fase ini
dimulai saat bayi lahir lengkap dan diakhiri dengan keluarnya palsenta.
4. Kala IV
Tahap ini merupakan masa satu jam usai yang bertujuan untuk mengoservasi
persalinan. Pada tahap ini plasenta telah berhasil dikeluarkan dan tidak boleh ada
perdarahan dari vagina atau organ.
H. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan Hb
b. Pemeriksaan protein urine dan urine gula
c. Untuk mengetahui resiko tinggi adanya preeklamsia maupun adanya gangguan
pada ginjal dilakukan pada trimester II dan III
2. USG : untuk mendapatkan gambaran janin, plsenta dan uterus
3. Stetoskop Monokuler : untuk mendengar suara jantung bayi
4. Kardiotokografi (KTG) : untuk mendeteksi frekuensi jantung janin dan
tokodynometer untuk mendeteksi kontrasksi uterus kemudian keduanya direkam pada
kertas yang sama sehingga terdapat gambaran keadaan jantung janin dan kontraksi
uterus pada saat yang sama (Nugroho, 2011).
I. Penatalaksanaan
1. Kala I
a. Mengukur TTV
b. Auskultasi DJJ
c. Memperhatikan kontraksi uterus, dilatasi uterus, penurunan presentasi terendah
dan kemajuan persalinan serta perineum
2. Kala II
Mengajari ibu mengejan
3. Kala III
a. Pengawasan terhadap pendarahan
b. Memperhatikan tanda plasenta
4. Kala IV
a. Pemeriksaan fisik, observasi TTV dan KU
b. Kontraksi rahim
c. Letakkan bayi yang telah dibersihkan disebelah ibu
Asuhan keperawatan

1. Pengkajian
1) Identitas pasien
a) Kala 1
a. Kaji alasan pasien mendatangi rumah sakit. adakah keluhan tentang
adanya tanda tanda gejala memasuki persalinan.
b. Pengkajian riwayat obstetrik Kaji kembali hari perkiraan haid terakhir
(HPHT), usia kehamilan, taksir persalinan, penolong persalinan yang dulu,
riwayat nifas yang lalu, kondisi bayi saat lajir, pemberian asi dan
kontrasepsi, masalah setelah melahirkan.
2) Pemeriksaan fisik
a. Periksa keadaan umum pasien.
b. Kaji tanda tanda inpartum misal adanya keluaran darah bercampur lendir,
kontraksi dengan intensitas dan frekuensi meningkat yang dirasa sejak
kapan, kapan keluar cairan dari kemaluan dan bagaimana warnanya,
berapakah jumlahnya, jernih ataukah keruh.
c. Kaji TFU meliputi leopold 1,2,3 dan 4.
d. Kaji kontraksi uterus dengan melakukan pemeriksaan dalam.
e. Auskultasi DJJ (detak jantung janin).
b) Kala 2
a. Periksa TTV dengan melihat jam berapa kala 2 lalu lakukan evaluasi
(dorongan meneran, vulva membuka, tekanan keanus, dan perinium
keluar)
b. Periksa kemajuan persalinan yang meliputi status selaput amnion, warna
air ketuban, penurunan presentasi kerongga panggul, kontraksi, status
portio dan pembukaan serviks.
c. Periksa detak janntung janin, gimana kondisi vesika urinaria penuh atau
kosong.
d. Respon sikap apakah ada cemas, kelelahan, nyeri, keinginan mengedan.
e. Nilai APGAR bayi pada menit pertama saat bayi lahir.
c) Kala 3
a. Kaji kontraksi.
b. Kaji perilaku nyeri.
c. Kaji tanda tanda vital.
d. Tingkat kelelahan.
e. Keinginan untuk bonding attachment.
f. Inisiasi menyusu dini (IMD).
g. Kaji waktu pengeluaran plasenta.
h. Kondisi selaput amnion.
i. Kotiledon sudah lengkap atau belum.
d) Kala 4
Dikaji selama dua jam sekali setelah keluarnya plasenta, monitoring ibu setiap 15
menit sekali di jam pertama, 30 menit dijam kedua dengan indikasi tekanan darah,
kontraksi, nadi, jumlah pendarahan pervagina, intake cairan dan kondisi vesika
urinaria.
2. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut b/d kontraksi uterus
2. Gangguan respirasi b/d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
3. Risiko ketidakseimbangan cairan b/d perdarahan
4. Risiko infeksi b/d efek prosedur invasif
3. Intervensi

n SDKI SLKI SIKI


o
1. Nyeri akut b/d Setelah dilakukan Tindakan 1. Identifikasi faktor
kontraksi uterus keperawatan selama 1x24 yang memperberat
jam, diharapkan hasil: dan meringankan
1. Keluhan nyeri nyeri dan ukur TTV
berkurang 2. Berikan Teknik non
2. Pasien tidak meringis farmakologis untuk
3. Pasien lebih rileks mengurangi nyeri
3. Pertimbangkan jenis
nyeri dan sumber
nyeri dalam
pemilihan strategi
meredahkan nyeri
4. Jelaskan penyebab
nyeri
5. Kolaborasi
pemberian analgetik
2. Gangguan Setelah dilakukan Tindakan 1. Monitor pola nafas
respirasi b/d keperawatan selama 1x24 pasien
ketidakseimbangan jam, diharapkan hasil: 2. Auskultasi bunyi
ventilasi-perfusi 1. Frekuensi nafas nafas
Kembali normal 3. Monitor saturasi
2. Klien tidak mengeluh oksigen
kesulitan bernafas 4. Atur interval
3. Pusing menurun pemantauan
respirasi sesuai
kondisi pasien
5. Informasikan pada
klien tentang tujuan
pemantauan
3. Risiko Setelah dilakukan Tindakan 1. Monitorstatus
ketidskseimbangan keperawatan selama 1x24 hidrasi(mis.
cairan b/d jam, diharapkan hasil: Frekuensi nadi,
perdarahan 1. Kelembaban mukosa kekuatan nadi, crt,
meningkat kelembaban
2. Dehidrasi menurun mukosa, turgor kulit
3. Turgor kulit membaik dan tekanan darah)
2. Berikan asupan
cairan sesuai
kebutuhan
3. Beri cairan
intravena bila perlu
4. Kolaborasi
pemberian diuretik
4. Risiko infeksi b/d Setelah dilakukan Tindakan 1. Monitor tanda dan
efek prosedur keperawatan selama 1x 24 ja, gejala infeksi
invasive diharapakan hasil: 2. Cuci tangan
1. Tidak ada demam sebelum dan
2. Tidak ada kemerahan sesudah kontak
3. Tidak ada bengkak dengan pasien dan
lingkungan pasien
3. Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
4. ajarkan cara
memeriksa kondisi
luka
5. anjurkan
meningkatkan
asupan cairan dan
nutrisi

4. Implementasi
Menururt Mufidaturrohmah (2017) Implementasi merupakan tindakan yang sudah
direncanakan dalam rencana perawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan
mandiri (independen) dan tindakan kolaborasi. Tindakan mandiri merupakan aktivitas
perawat yang didasarkan pada kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukan merupakan
petunjuk atau perintah dari petugas kesehatan lain.
5. Evaluasi
Menurut Mufidaturrohmah (2017) evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapat
dilihat dari hasilnya. Tujuannya adalah untuk mengetahui perawatan yang diberikan
dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap perawatan dapat dicapai dan
memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang diberikan.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Ri. 2008. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta : Depkes Ri Jakarta

Manuaba. 2010. Ilmu Penyakit Kandungan Dan Kb. Jakarta : Ecg

Nurhati, Ummi. 2009. Buku Pintar Kehamilan Lengkap 9 Bulan Yang Menakjubkan.

Jakarta: Garamond

Nugroho, Taufan. 2011. Buku Ajar Obstetri Untuk Mahasiswa Kebidanan.

Yogyakarta : Nuha Medika

Rukiyah, Ai Yeyeh Dkk. 2012. Asuhan Kebidanan Ii Persalinan Edisi Revisi.

Jakarta: Buku Kesehatan

Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Pt. Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai