Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN DENGUE SHOCK SYNDROME (DSS)

A. DEFINISI

 Dengue Shock Syndrome (DSS) adalah suatu infeksi akut yang disebabkan oleh
arbovirus ( arthropod-borne virus ) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes ( Aedes
Albopictus dan Aedes Aegypti ) (Ngastiyah dan Ilmu Kesehatan Anak)
 Dengue Shock Syndrome (DSS) adalah penyakit Demam Dengue dengan manifestasi
perdarahan ( sumarmo dkk ;2008)
 Dengue Shock Syndrome (DSS) adalah penyakit DHF yang mengalami renjatan atau
shock ( Mansjoer, Arief.dkk;2001.428)

B. ETIOLOGI

Virus dengue termasuk group B arthropod borne virus ( arbovirus) dan sekarang
dikenal sebagai genus flavivirus/family flaviviridae yang mempunyai 4 jenis serotype
yang diberi nama Den-1,Den-2,Den-3,dan Den-4. ( sumarmo,s dkk;2008.156)
Virus dengue dengan serotype Den-1 sampai dengan Den-4 yang ditularkan melalui
vector Nyamuk Aedes Aegypi,Aedes albopictus dan Aedes Polynesiensis dan beberapa
spesies lain yang merupakan vector yang kurang berperan. Infeksi dengan salah satu
serotype akan menimbulkan antibody seumur hidup terhadap serotype yang bersangkutan
akan tetapi tidak ada perlindungan antibody terhadap serotype yang lain.
(Mansjoer,arief;2001.419)

C. MANIFESTASI KLINIS

Infeksi virus dengue hampir sama dengan infeksi virus yang lain yang merupakan
self limiting infections desease yang akan berakhir antara hari 2 – 7, infeksi virus dengue
mengakibatkan suatu spectrum manifestasi klinik yang bervariasi antara penyakit ringan (
mild undifferentiated febrile illness), demam dengue,demam berdarah dengue sampai
dengue syndrome syok dimana kriteria klinik a.l :
- Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari dengan sebab yang tidak
jelas dan hampir tidak dapat dipengaruhi oleh antipiretika maupun surface cooling.
- Lemah,lesu
- Nafsu makan berkurang
- Nyeri pada anggota badan,punggung,kepala,sendi.
- Manifestasi perdarahan :
1. Uji tourniquet positif / RL +
2. Perdarahan spontan : ptekie,ekimosis,epistaksis,perdarahan gusi
- Pembesaran hati
- Syok yang ditandai dengan nadi lemah dan cepat sampai tak teraba,tekanan darah turun
hingga 80mmHg sampai nol dan tekanan nadi hingga 20 mmHg sampai nol,kulit teraba
dingin,lembab terutama extremitas penderita menjadi gelisah hingga penurunan
kesadaran sampai menimbulkan kematian.
Menurut WHO 1975 gejala klinis DBD dibagi menjadi 4 derajat
- Derajat I
Demam mendadak yang disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi
perdarahan adalah uji tourniquet positif (RL + )
- Derajat II
Derajat I disertai perdarahan spontan dikulit dan atau perdarahan lain.
- Derajat III
Derajat II dan ditemukannya tanda kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan
lembut,tekanan darah menurun ( < 20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit
dingin,lembab dan pasien menjadi gelisah.

- Derajat IV
Derajat III ditambah syok berat dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak
terukur penurunan kesadaran,asidosis dan sianosis. Terjadinya renjatan/shock stlh
demam turun yaitu hari ke 3 sampai ke 7 bahkan ada yg sampai hari ke 10

D. PATOFISIOLOGI

Patofisiologi yang utama pada dengue shock syndrome ialah reaksi antigen-
antibodi dalam sirkulasi yang mengakibatkan aktifnya system komplemen C3 dan C5
yang melepaskan C3a dan C5a dimana 2 peptida tersebut sebagai histamine tubuh yang
merupakan mediator kuat terjadinya peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah
yang mendadak sebagai akiba terjadinya perembesan plasma dan elektrolit melalui
endotel dinding pembuluh darah dan masuk ke dalam ruang interstitial sehingga
menyebabkan hipotensi,peningkatan hemokonsentrasi,hipoproteinemia dan efusi cairan
pada rongga serosa.
Pada penderita dengan renjatan/shock berat maka volume plasma dapat berkurang
sampai kurang lebih 30% dan berlangsung selama 24 – 48 jam. Renjatan hipovolemia ini
bila tidak ditangani segera akan berakibat anoksia jaringan,asidosis metabolic sehingga
terjadi pergeseran ion kalsium dari intraseluler ke extraseluler. Mekanisme ini diikuti oleh
penurunan kontraksi otot jantung dan venous pooling sehingga lebih memperberat
kondisi renjatan/shock.
Selain itu kematian penderita DSS ialah perdarahan hebat saluran pencernaan
yang biasanya timbul setelah renjatan berlangsung lama dan tidak diatasi secara adekuat.
Terjadinya perdarahan ini disebabkan oleh:
 Trombositopenia hebat,dimana trombosit mulai menurun pada masa demam dna
mencapai nilai terendah pada masa renjatan.
 Gangguan fungsi trombosit
 Kelainan system koagulasi,masa tromboplastin partial,masa protrombin
memanjang sedangkan sebagian besar penderita didapatkan masa thrombin
normal,beberapa factor pembekuan menurun termasuk factor ,V,VII,IX,X,dan
fibrinogen.
 DIC /Desiminata Intravakuler Coagulasi
Pada masa dini DBD peranan DIC tidak terlalu menonjol dibandingkan dengan
perembesan plasma,namun apabila penyakit memburuk sehingga terjadi renjatan
dan asidosis metabolic maka renjatan akan mempercepat kejadian DIC sehingga
peranannya akan menonjol. Renjatan dan DIC salig mempengaruhi sehingga
kejadian renjatan yang irreversible yang disertai perdarahan hebat disemua organ
vital dan berakhir dengan kematian.( Rampengan dkk;1997.143)

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTI

Dalam menentukan diagnosis DHF/DBD minimal 2 kriteria laboratirik yaitu


1. Hemokonsentrasi yaitu meningginya nilai hematokrit/Ht > 20%
2. Trombositopenia yaitu penurunan trombosit dibawah 100.000/mm3
3. Sediaan harus darah tepi yaitu t'dapat fragmentosit yg menandakan t'jadinya
hemolisis.
4. Sumsum tulang terdapat hipoplasi system eritopoietik yang disertai hiperplasi
system RE
5. Kelainan elektrolit :
∙ Hiponatremia
∙ Hiperkalemia
∙ Hipoloremia ringan
∙ Asidosis metabolic dengan alkalosis kompensatori
∙ Osmolalitas plasma menurun.
6. Tekanan koloid onkotik menurun
7. Protein plasma menurun
8. Serum transaminase sedikit meninggi

F. PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN

Penatalaksanaan renjatan pada DBD merupakan suatu masalah yang sangat


penting yang harus diperhatikan, oleh karena angka kematian akan sangat tinggi apabila
penanganan DHF/DBD dengan renjatan tidak ditanggulangi secara adekuat.
Prinsip utama penanganan DSS :
o Atasi segera hipovolemia
o Lanjutkan p'nggantian cairan yg msh trs keluar dr pembuluh darah slama 12 -24 jam /
paling lama 48 jam
o Koreksi keseimbangan asam-basa
o Beri darah segar bila ada perdarahan hebat.
Pada dasarnya pengobatan DHF hanya bersifat simptomatis dan suportif, karena
obat yang spesifik untuk mengobati virus belum ada.sedangkan untuk menjaga kestabilan
sirkulasi perlu pemantauan intensif mengenai TTV, hasil laboratorium
(Ht,Tromb,Hb)setiap 4 jam kalau perlu.
Untuk mengatasi renjatan diperlukan terapi cairan/volume replacement karena biasanya
shock/renjatan pada kasus DBD karena terjadi deficit volume cairan hingga kejadian
shock hipovolemia.
1. Mengatasi renjatan
Sebaiknya diberikan cairan kristaloid yg isotonis atau sedikit hipertonis. Jenis cairan
tersebut:
 RL
 Glucose 5% dlm half strength NaCl.0,9%
 RL-D5 dpt dibuat dgn jalan mengeluarkan 62,5 cc cairan RL kemdian
ditambahkan D40 sbanyak 62,5cc
 NaCl 0,9%; D10,aa ditambahkan Natrium Bicarbonat 7,5% sebanyak 2
cc/kgBB.
Dosis /kecepatan cairan yang biasa diberikan ialah 20-40 ml/kg,bb dalam waktu
1-2 jam, untuk renjatan berat kecepatan tetesan 20 ml/kg.bb/jam yang dapat
diulangi hingga 2 kali kalau dengan kecepatan tetesan tersebut tidak dapat
dicapai maka bisa diberikan melalui spuit sebanyak 100-200ml karena
kemungkinan vena telah mengalami kolaps.sedangkan untuk menentukan tetesan
cairan dilakukan guyur atau tidak maka dilakukan pengukuran CVP kalau hasil
CVP < 5cm maka cairan dilakukan dengan cara guyur sampai CVP dapat
dipertahankan antara 5-8 cm H2O
2. Cairan maintenance/rumatan.
Jenisnya :
 oD5/10;NaCl 0,9% = 3:1 untuk anak besar sedangkan untuk bayi 4:1
 D5 dlm NaCl 0,225 kedalam cairan ini ditambahkan KCL 10 mEq,vit B
complex,Vit.C.
 D5/D10 + KCL 10 mEq/botol bila kadar natrium dan klorida dalam serum
tinggi.
 NaCl 0,9% : D10 aa.
 2/3 cairan kristaloid + 1/3 cairan plasma expander.
 Pemberiannya adalah 100-150 ml/kg.bb/hari
3. Plasma/plasma expander.jenisnya a.l:
a. Plasbumin ( human albumin 255)
b. Plasmanate ( plasma protein fraction 5%)
c. Plasmafuchin
d. Dextran L40
Hal ini diperlukan pada penderita dengan renjatan berat atau pada penderita
yang tidak segera mengalami perbaikan dengan cairan kristaloid.
Bila dapat cepat disiapkan,diberikan sebagai pengganti cairan a.1 setelah hasil
lab.Ht,trombo mengalami perbaikan dapat dilanjutkan caitan yg pertama
diberikan/RL akan tetapi apabila bila Hasil lab.belum mengalami perbaikan maka
dosis dapat diberikan 10-20ml/kg.bb dalam waktu 1-2 jam. Dan apabila nadi dan
TD masih jelek dan hasil lab.masih jelek dapat ditambah plasma 10 ml/kg.bb setiap
jam sampai total 40 ml/kg.bb.
4. Tranfusi darah.
 Sebaiknya darah segar
 Diberikan pd perdarahan hebat baik dgn hematemesis/melena yg memerlukan
tamponade.
 Diberika pd 24 -48 jam setelah pengobatan syok anak jatuh dalam keadaan
syok lagi
 Ht rendah ( < 35% - 40% ) tetapi anak masih syok
 Dosis 10-20 ml/kg.bb dapat ditambah apabila perdarahan masing berlangsung.

5. Obat-obat yg diberikan
 Antibiotik diberikan sebagai proloned shock,infeksi sekunder,profilaksis.
Obatnya adalah Ampisilin 400-800 mg/kg.bb/hari iv,gentamisin
2x5mg/kg.bb/hr.iv
 Antivirus, isoprinosin 4x50 mg/kg.bb/hari selama 8 hari, obat ini bermanfaat
pd stadium dini.
 Heparin, diberikan sbg prolonged shock dimana diduga DIC sebagai penyebab
perdarahan ( trombosit < 75.000/mm3 & fibrinogen <100 mg%) dgn dosis 0,5
mg/kg.bb iv setiap 4-6 jam
 Kortikosteroid, dipyridamol & asetosal utk mencegah adhesi dan agregasi
trombosit kapiler, mencegah permulaan DIC akan tetapi jarang dianjurkan krn
ada kecenderungan perdarahan.
 Carbazochrom Sodium Sulfonat,diberikan pd penderita DSS yg disertai
perdarahan GI yg hebat.Untuk mencegah peningkatan permeabilitas pembuluh
darah,memiliki aktifitas plasma expander, dan mempersingkat waktu
perdarahan
 Dopamin, diberikan sebagai pertimbangan pada kasus renjatan yang belum
teratasi
 Sedative-antikonvulsan,diberikan pada kasus DSS dengan gelisah dan kejang
 Antasida,dipertimbangkan pd kasus DSS dgn muntah hebat ,nyeri epigastrium
yg tdk jelas
 Diuretika, diberikan pada kasus overhidrasi
 Digitalis,diberikan kepada penderita dengan gejala gagal jantung

G. KOMPLIKASI

 Perdarahan massif
 Kegagalan pernafasan karena edema paru dan kolaps paru
 Ensefalopati dengue
 Kegagalan jantung.

H. PATHWAY
I. FOKUS PENGKAJIAN

A. Identitas pasien
 Nama, Umur : Pada DHF merupakan penyakit daerah tropik yang sering menyerang anak-
anak dan dapat menyebabkan kematian pada anak, remaja dan dewasa.
 Jenis kelamin: secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan pada penderita DHF. Tetapi
kematian lebih sering ditemukan pada anak perempuan daripada anak laki-laki.Tempat
tinggal: penyakit ini semula hanya ditemukan di beberapa kota besar saja, kemudian
menyebar kehampir seluruh kota besar di Indonesia, bahkan sampai di pedesaan dengan
jumlah penduduk yang padat dan dalam waktu relatif singkat.
B. Keluhan utama
Penderita mengeluh badannya panas (peningkatan suhu tubuh) sakit kepala, lemah, nyeri ulu
hati, mual dan nafsu makan menurun.

C. Riwayat penyakit sekarang


Sering terdapat riwayat sakit kapala, nyeri otot dan pegal pada seluruh badan, panas. Sakit
pada saat menelan, lemah, nyeri ulu hati, mual, muntah dan penurunan nafsu makan.

D. Riwayat penyakit terdahulu


Tidak ada hubungan antara penyakit yang pernah diderita dahulu dengan penyakit DHF yang
dialami sekarang, tetapi kalau dahulu pernah menderita DHF, penyakit itu bisa terulang
dengan strain yang berbeda.

E. Riwayat penyakit keluarga


Penyakit ini tidak ada hubungan dengan faktor genetik dari ayah atau ibu. Riwayat adanya
penyakit DHF didalam keluarga yang lain (yang tinggal didalam satu rumah atau beda rumah
dengan jarak rumah yang berdekatan) sangat menentukan karena penyakit ini dapat
ditularkan melalui gigitan nyamuk aides aigepty.

F. Riwayat kesehatan lingkungan


DHF ditularkan oleh 2 jenis nyamuk, yaitu 2 nyamuk aedes:

- Aedes aigepty: Merupakan nyamuk yang hidup di daerah tropis terutama hidup dan
berkembang biak di dalam rumah, yaitu pada tempat penampungan air bersih, seperti
kaleng bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang jarang diganti airnya, bak
mandi jarang dibersihkan. Dengan jarak terbang nyamuk + 100 meter.
- Aedes albapictus.
G. Riwayat tumbuh kembang
o Tahap pertumbuhan

Pada anak umur lima tahun, perkiraan berat badan dalam kilogram
mengikuti patokan umur 1-6 tahun yaitu umur ( tahun ) x 2 + 8. Tapi ada rata-rata
BB pada usia 3 tahun : 14,6 Kg, pada usia 4 tahun 16,7 kg dan 5 tahun yaitu 18,7
kg. Untuk anak usia pra sekolah rata – rata pertambahan berat badan 2,3
kg/tahun.Sedangkan untuk perkiraan tinggi badan dalam senti meter
menggunakan patokan umur 2- 12 tahun yaitu umur ( tahun ) x 6 + 77.Tapi ada
rata-rata TB pada usia pra sekolah yaitu 3 tahun 95 cm, 4 tahun 103 cm, dan 5
tahun 110 cm. Rata-rata pertambahan TB pada usia ini yaitu 6 – 7,5
cm/tahun.Pada anak usia 4-5 tahun fisik cenderung bertambah tinggi.

o Tahap perkembangan.
- Perkembangan psikososial ( Eric Ercson ) : Inisiatif vs rasa bersalah.Anak punya
insiatif mencari pengalaman baru dan jika anak dimarahi atau diomeli maka anak
merasa bersalah dan menjadi anak peragu untuk melakukan sesuatu percobaan
yang menantang ketrampilan motorik dan bahasanya.
- Perkembangan psikosexsual ( Sigmund Freud ) : Berada pada fase oedipal/ falik ( 3-5
tahun ).Biasanya senang bermain dengan anak berjenis kelamin berbeda.Oedipus
komplek ( laki-laki lebih dekat dengan ibunya ) dan Elektra komplek ( perempuan
lebih dekat ke ayahnya ).
- Perkembangan kognitif ( Piaget ) : Berada pada tahap preoperasional yaitu fase
preconseptual ( 2- 4 tahun ) dan fase pemikiran intuitive ( 4- 7 tahun ). Pada tahap
ini kanan-kiri belum sempurna, konsep sebab akibat dan konsep waktu belum benar
dan magical thinking.
- Perkembangan moral berada pada prekonvensional yaitu mulai melakukan
kebiasaan prososial : sharing, menolong, melindungi, memberi sesuatu, mencari
teman dan mulai bisa menjelaskan peraturan- peraturan yang dianut oleh keluarga.
- Perkembangan spiritual yaitu mulai mencontoh kegiatan keagamaan dari ortu atau
guru dan belajar yang benar – salah untuk menghindari hukuman.
- Perkembangan body image yaitu mengenal kata cantik, jelek,pendek-tinggi,baik-
nakal, bermain sesuai peran jenis kelamin, membandingkan ukuran tubuhnya
dengan kelompoknya.
- Perkembangan sosial yaitu berada pada fase “ Individuation – Separation “. Dimana
sudah bisa mengatasi kecemasannya terutama pada orang yang tak di kenal dan
sudah bisa mentoleransi perpisahan dari orang tua walaupun dengan sedikit atau
tidak protes.
- Perkembangan bahasa yaitu vokabularynya meningkat lebih dari 2100 kata pada
akhir umur 5 tahun. Mulai bisa merangkai 3- 4 kata menjadi kalimat. Sudah bisa
menamai objek yang familiar seperti binatang, bagian tubuh, dan nama-nama
temannya. Dapat menerima atau memberikan perintah sederhana.
- Tingkah laku personal sosial yaitu dapat memverbalisasikan permintaannya, lebih
banyak bergaul, mulai menerima bahwa orang lain mempunyai pemikiran juga, dan
mulai menyadari bahwa dia mempunyai lingkungan luar.
- Bermain jenis assosiative play yaitu bermain dengan orang lain yang mempunyai
permainan yang mirip.Berkaitan dengan pertumbuhan fisik dan kemampuan
motorik halus yaitu melompat, berlari, memanjat,dan bersepeda dengan roda tiga.
H. Riwayat imunisasi
Anak usia pre sekolah sudah harus mendapat imunisasi lengkap antara lain : BCG,
POLIO I,II, III; DPT I, II, III; dan campak.
I. Riwayat nutrisi
Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan kalori untuk umur 1-6
tahun 900-1300 kalori/hari. Untuk pertambahan berat badan ideal menggunakan rumus
8 + 2n.
BBSekarang
Status Gizi   100%
BBideal

Klasifikasinya sebagai berikut :

 Gizi buruk kurang dari 60%


 Gizi kurang 60 % - <80 %
 Gizi baik 80 % - 110 %
 Obesitas lebih dari 120 %
Dampak Hospitalisasi
Sumber stressor :

a. Perpisahan
1) Protes : pergi, menendang, menangis
2) Putus asa : tidak aktif, menarik diri, depresi, regresi
3) Menerima : tertarik dengan lingkungan, interaksi
b. Kehilangan kontrol : ketergantungan fisik, perubahan
rutinitas, ketergantungan, ini akan menyebabkan anak malu, bersalah dan takut.
c. Perlukaan tubuh : konkrit tentang penyebab sakit.
d. Lingkungan baru, memulai sosialisasi lingkungan.
J. Pemeriksaan Fisik / Pengkajian Persistem
Sistem Pernapasan / Respirasi
Sesak, perdarahan melalui hidung (epistaksis), pernapasan dangkal, tachypnea,
pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar ronchi, effusi pleura
(crackless).

Sistem Cardiovaskuler
Pada grade I : uji tourniquet positif, trombositipenia, perdarahan spontan dan
hemokonsentrasi.Pada grade II disertai perdarahan spontan di kulit atau perdarahan lain.
Pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah
(tachycardia),tekanan nadi sempit, hipotensi, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari,
kulit dingin dan lembab.Pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat
diukur.

Sistem Persyarafan / neurologi


Pada grade I dan II kesadaran compos mentis. Pada grade III dan IV gelisah, rewel,
cengeng → apatis → sopor → coma. Grade 1 sampai dengan IV dapat terjadi kejang,
nyeri kepala dan nyeri di berbagai bagian tubuh, penglihatan fotopobia dan nyeri di
belakang bola mata.

Sistem perkemihan
Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam terutama pada grade III, akan
mengungkapkan nyeri saat kencing, kencing berwarna merah.

Sistem Pencernaan / Gastrointestinal


Perdarahan pada gusi, Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada
epigastrik, pembesarn limpa, pembesaran pada hati (hepatomegali) disertai dengan
nyeri tekan tanpa disertai dengan ikterus, abdomen teregang, penurunan nafsu makan,
mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat muntah darah (hematemesis), berak darah
(melena).

Sistem integumen
Terjadi peningkatan suhu tubuh (Demam), kulit kering dan ruam makulopapular
J . DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi Virus


Dengue.
Tujuan : Suhu tubuh normal kembali setelah mendapatkan tindakan perawatan.

Kriteria hasil : Suhu tubuh antara 36 – 37, membran mukosa basah, nadi dalam batas
normal (80-100 x/mnt), Nyeri otot hilang.

Intervensi :

a. Berikan kompres (air biasa / kran).


Rasional : Kompres dingin akan terjadi pemindahan panas secara konduksi

b. Berikan / anjurkan pasien untuk banyak minum 1500-2000 cc/hari ( sesuai toleransi )
Rasional : Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi.

c. Anjurkan keluarga agar mengenakan pakaian yang tipis dan mudah menyerap keringat
pada klien.
Rasional : Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis mudah menyerap keringat
dan tidak merangsang peningkatan suhu tubuh.

d. Observasi intake dan output, tanda vital ( suhu, nadi, tekanan darah ) tiap 3 jam sekali
atau lebih sering.
Rasional : Mendeteksi dini kekurangan cairan serta mengetahui keseimbangan cairan
dan elektrolit dalam tubuh. Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan
umum pasien.

e. Kolaborasi : pemberian cairan intravena dan pemberian obat antipiretik sesuai


program.
Rasional : Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tubuh yang tinggi.
Obat khususnyauntuk menurunkan suhu tubuh pasien.

2. Resiko Syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan


yang berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik

Kriteria : Tanda Vital dalam batas normal

Intervensi :

a. Monitor keadaan umum pasien


Raional ; Untuk memonitor kondisi pasien selama perawatan terutama saat terdi
perdarahan. Perawat segera mengetahui tanda-tanda presyok / syok

b. Observasi vital sign setiap 3 jam atau lebih


Rasional : Perawat perlu terus mengobaservasi vital sign untuk memastikan tidak
terjadi presyok / syok

c. Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera laporkan jika terjadi
perdarahan

Rasional : Dengan melibatkan psien dan keluarga maka tanda-tanda perdarahan dapat
segera diketahui dan tindakan yang cepat dan tepat dapat segera diberikan.

d. Kolaborasi : Pemberian cairan intravena


Rasional : Cairan intravena diperlukan untuk mengatasi kehilangan cairan tubuh secara
hebat.

e. Kolaborasi : pemeriksaan : HB, PCV, trombo


Rasional : Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami pasien dan
untuk acuan melakukan tindakan lebih lanjut.

3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan intake tidak adekuat, adanya mual muntah dan nafsu makan
menurun.
Tujuan : Tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi

Kriteria : Tidak ada tanda-tanda malnutrisi, tidak terjadi penurunan berat badan, Nafsu
makan meningkat, porsi makanan yang disajikan mampu dihabiskan klien, mual dan muntah
berkurang.

Intervensi :

a. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai


Rasional : Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi

b. Observasi dan catat masukan makanan pasien


Rasional : Mengawasi masukan kalori/kualitas kekurangan konsumsi makanan

c. Timbang BB tiap hari (bila memungkinkan )


Rasional : Mengawasi penurunan BB / mengawasi efektifitas intervensi.

d. Berikan / Anjurkan pada klien untuk makanan sedikit namun sering dan atau makan
diantara waktu makan
Rasional : Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan masukan
juga mencegah distensi gaster.

e. Berikan dan Bantu oral hygiene.


Rasional : Meningkatkan nafsu makan dan masukan peroral

f. Hindari makanan yang merangsang (pedas / asam) dan mengandung gas.


Rasional : : Mencegah terjadinya distensi pada lambung yang dapat menstimulasi
muntah.

g. Jelaskan pada klien dan keluarga tentang penting nutrisi/ makanan bagi proses
penyembuhan.
h. Sajikan makanan dalam keadaan hangat.
i. Anjurkan pada klien untuk menarik nafas dalam jika mual.
j. Kolaborasi dalam pemberian diet lunak dan rendah serat.
k. Observasi porsi makan klien, berat badan dan keluhan klien.
4. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan
perdarahn, muntah dan demam
Tujuan : tidak menunjukan tanda-tanda kekurangan volume cairan

Kriteria :

TTV (nadi dan tensi) dalam batas normal


Turgor kulit baik
Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
Tidak terjadi syok hipovolemik
Produksi urine 1cc/kg/bb/jam

Intenvensi :

 Kaji keadaan umum pasien


Rasional : menetapkan data dasr untuk mengetahui dengan cepat penyimpangan dari
keadaan normalnya

 Observasi tanda-tanda syok (nadi lemah dan cepat, tensi menurun, akral dingin,
kesadaran menurun dan gelisah)
Rasional : mengetahui tanda syok sedini mungkin sehingga dapat segera dilakukan
tindakan

 Monitor tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit jelek dan produksi urin menurun)
Rasional : mengetahui derajat dehidrasi
 Berikan hidrasi per oral secara adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh
Rasional : asupan cairan sangat diperhatikan untuk menambah volume cairan tubuh

 Kolaborasi pemberian cairan intravena RL, glukosa 5%, NaCl 0,9%


Rasional : pemberian cairan inin sangat penting bagi pasien yang mengalami defisit
volume cairan, karena cairan ini langsung masuk ke pembuluh darah

5. Cemas berhubungan dengan kondisi klien yang memburuk.


Tujuan : cemas tidak terjadi

Kriteria hasil : klien atau keluarga klien tenang

Intervensi :

1. Beri penjelasan tentang keadaan dan informasi penyakit


2. Beri pendidikan kesehatan
3. Motivasi dalam hal positif

K. INTERVENSI KEPERAWATAN

ANALISA DATA NOC NIC

Hipertermi berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Berikan kompres (air


dengan proses infeksi keperawatan selama proses biasa / kran).
Virus Dengue. keperawatan, hipertermi tidak
2. Berikan / anjurkan pasien
terjadi
untuk banyak minum 1500-2000
Kriteria hasil:
cc/hari ( sesuai toleransi )
- Suhu tubuh antara 36 – 37 3. Anjurkan keluarga agar
- Membran mukosa basah
mengenakan pakaian yang tipis
- Nadi dalam batas normal
(80-100 x/mnt) dan mudah menyerap keringat
- Nyeri otot hilang. pada klien.
4. Observasi intake dan
output, tanda vital ( suhu, nadi,
tekanan darah ) tiap 3 jam sekali
atau lebih sering.
5. Kolaborasi : pemberian
cairan intravena dan pemberian
obat antipiretik sesuai program.

Resiko Syok hypovolemik Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor


berhubungan dengan keperawatan selama proses keadaan umum pasien
perdarahan yang keperawatan, syok hipovolemik
2. Observasi
berlebihan, pindahnya tidak terjadi
cairan intravaskuler ke vital sign setiap 3 jam atau lebih
Kriteria hasil:
ekstravaskuler. 3. Jelaskan
- TTV dalam batas normal pada pasien dan keluarga tanda
- Tidak ada peningkatan HT
perdarahan, dan segera laporkan
yang signifikan
- Akral hangat jika terjadi perdarahan
4. Kolaborasi
: Pemberian cairan intravena
5. Kolaborasi
: pemeriksaan : HB, PCV, trombo.
HT
Gangguan nutrisi kurang Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji
dari kebutuhan tubuh keperawatan selama proses riwayat nutrisi, termasuk
berhubungan dengan keperawatan, gangguan nutris makanan yang disukai
intake tidak adekuat, tidak terjadi 2. Observ
adanya mual muntah dan asi dan catat masukan makanan
nafsu makan menurun Kriteria hasil: pasien
- Tidak ada tanda-tanda 3. Timba
malnutrisi ng BB tiap hari (bila
- Tidak terjadi penurunan memungkinkan )
berat badan 4. Berika
- Nafsu makan meningkat, n / Anjurkan pada klien untuk
porsi makanan yang makanan sedikit namun sering
disajikan mampu dihabiskan dan atau makan diantara waktu
klien makan
- Mual dan muntah 5. Berika
berkurang n dan Bantu oral hygiene.
6. Hindar
i makanan yang merangsang
(pedas / asam) dan mengandung
gas.
7. Jelaska
n pada klien dan keluarga tentang
penting nutrisi/ makanan bagi
proses penyembuhan
8. Sajikan
makanan dalam keadaan hangat
9. Anjurk
an pada klien untuk menarik
nafas dalam jika mual
10.Kolaborasi dalam pemberian diet
lunak dan rendah serat.
11. Observ
asi porsi makan klien, berat
badan dan keluhan klien
Resiko kekurangan volume Setelah dilakukan tindakan Kaji keadaan umum pasien
cairan berhubungan keperawatan selama proses Observasi tanda-tanda syok (nadi
dengan perdarahn, keperawatan, kekurangan lemah dan cepat, tensi menurun,
muntah dan demam volume cairan tidak terjadi akral dingin, kesadaran menurun
dan gelisah)
Kriteria hasil: Monitor tanda-tanda dehidrasi
- Tidak menunjukan tanda- (turgor kulit jelek dan produksi
tanda kekurangan volume urin menurun)
cairan Berikan hidrasi per oral secara
- Tidak ada tanda-tanda adekuat sesuai dengan
dehidrasi kebutuhan tubuh
Kolaborasi pemberian cairan
intravena RL, glukosa 5%, NaCl
0,9%

Cemas berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1.


dengan kondisi klien yang keperawatan selama proses Beri penjelasan tentang keadaan dan
memburuk keperawatan, cemas tidak informasi penyakit
terjadi 2.
Beri pendidikan kesehatan
Kriteria hasil: 3.
- Klien atau keluarga klien Motivasi dalam hal positif
tampak tenang
- Klien atau keluarga klien
mengerti tentang keadaan
penyakitnya

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2. (terjemahan).
Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarata.

Carpenito, Lynda Juall. (2000.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. (terjemahan). Penerbit buku
Kedokteran EGC. Jakarta.

Mansjoer, Arif & Suprohaita. (2000). Kapita Slekta Kedokteran Jilid II. Fakultas Kedokteran UI : Media
Aescullapius. Jakarta.

Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Penerbit buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Suriadi, Yuliana R, 2001, Asuhan Keperawatan pada Anak, Edisi I, Penerbit PT. Fajar Interpratama.
Jakarta
Nelson, 2000, Ilmu Kesehatan Anak, Bagian II, Penerbit Buku Kedokteran ECG. Jakarta

Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, Penerbit Buku Kedokteran ECG. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai