Anda di halaman 1dari 19

SATUAN ACARA PENYULUHAN

CEDERA KEPALA
DI RUANG APEL (BEDAH), RSUD KLUNGKUNG
KAMIS, 2 MARET 2017

Oleh :
I GD. PATRIA PRASTIKA P07120215059
NI LUH PUTU MEGA WIJAYANTHI P07120215060
PUTU SUSMITHA DEVY LARASATI P07120215061
MADE SINTIA MEILINA DEWI P07120215062
IDA AYU KADEK DWI MAHARIANI P07120215063
PUTU DIAH SINTHA NINGTIAS P07120215075

DIV KEPERAWATAN TINGKAT IIB


SEMESTER IV

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2017
I. LATAR BELAKANG

Cedera kepala adalah proses dimana terjadi tauma langsung atau deselerasi
terhadap kepala yang menyebabkan kerusakan tengkorak dan otak (Grace &
Borley, 2007). Penyebab dari cedera kepala adalah adanya trauma kepala meliputi
trauma oleh benda/serpihan tulang yang menembus jaringan otak, efek dari
kekuatan atau energi yang diteruskan ke otak dan efek percepatan dan
perlambatan (ekselerasi deselerasi) pada otak.

Menurut WHO tahun 2004, Case Fatality Rate (CFR) trauma akibat
kecelakaan lalu lintas tertinggi djumpai di beberapa negara amerika latin (41,7%),
Korea Selatan (21,9%), dan Thailand (21,0%).

Prevelansi cedera secara nasional adalah 8,2%, dengan prevalansi tertinggi


ditemukan di Sulawesi Selatan (12,8%) dan terendah di Jambi (4,5%).
Perbaningan hasil Riskesdas 2007 dengan Riskesdas 2013 menunjukkan
kecenderungan peningkatan prevalensi cedera dari 7,5% menjadi 8,2%. Penyebab
cedera terbanyak, yaitu jatuh (40,9%) dan kecelakaan sepeda motor (40,6%).
Proporsi jatuh tertinggi di Nusa Tenggara Timur (55,5%) dan terendah di
Bengkulu (26,6%). Dbandingkan dengan hasil Rikesdas 2013 menunjukkan
kecenderungan penurunan proporsi jatuh dari 58% menjadi 40,9%. Berdasarkan
karakteristik, proporsi jatuh terbanyak pada penduduk< 1 tahun , perempuan,
tidak sekolah, tidak bekerja, di perdesaan, dan pada kuintil terbawah. (Depkes RI,
2009)

Pravelensi resiko cedera di Bali masih cukup tinggi. Menurut Riset


Kesehatan Dasar 2013 sebesar 8,6 %, pravelansi tertinggi di kabupaten Bangli
13,4%. Berdasarkan prevalansi cedera menurut karakteristik responden paling
tinggi terjadi pada umur 15-24 tahun sebesar 13,7% dan berjenis kelamin laki
laki 10,3%. (Riskesdas, 2013)

Sedangkan berdasarkan sistem pencatatan dan pelaporan RSUD


Klungkung khususnya di ruangan Apel, 6 penyakit terbanyak selama 3 bulan
terakhir (mulai Desember 2016 sampai Februari 2017) yaitu fraktur, cedera
kepala, apendiksitis, hemoroid, BPH (Benign Prosate Hyperplasia), dan Ca
Mamae. Cedera kepala merupakan salah satu kasus tertinggi dengan jumlah 36
kasus.

Berdasarkan data diatas, kejadian cedera kepala masih menajdi kasus


yang tinggi, baik di Dunia, Indonesia, Bali, maupun RSUD Klungkung khususnya
ruang Apel. Oleh karena itu, untuk mengurangi angka kejadian cedera kepala serta
menambah pengetahuan masyarakat mengenai cedera kepala, maka perlu
dilakukan satuan acara penyuluhan kepada masyarakat dengan metode ceramah,
tanya jawab, maupun demonstrasi.

II. TUJUAN

A. Tujuan instruksional umum ( TIU )


Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit
diharapkan keluarga pasien memahami dan mengetahui
mengenai cedera kepala.
B. Tujuan instruksional khusus ( TIK )

Setelah dilakukan pembelajaran tentang asma pada pasien dan anggota


keluarga diharapkan 75% mampu :
1 Menyebutkan pengertian cedera kepala dengan benar dan tepat.

2 Menyebutkan klasifikasi cedera kepala dengan benar

3 Menyebutkan penyebab dari penyakit cedera kepala dengan benar


dan tepat.

4 Menyebutkan tanda dan gejala dari penyakit cedera kepala dengan


benar dan tepat.

5 Menyebutkan cara penanganan klien dengan cedera kepala.

III. MATERI PENYULUHAN

TERLAMPIR
IV. KEGIATAN

No Tahap Waktu Kegiatan penyuluh Kegiatan peserta


.
1 Pembukaan 5 Menit a. Memberikan salam - Menjawab salam
b. Perkenalan - Mendengarkan
c. Menjelaskan tujuan dari dan
pertemuan memperhatikan
d. Kontrak waktu
e. Apersepsi

2 Penyampaian 10 Menit a. Menjelaskan materi : - Mendengarkan


1) Pengertian cedera dan
materi
memperhatikan
kepala
2) Klasifikasi cedera penjelasan
kepala
3) Fakkor-Faktor
penyebab cedera
kepala.
4) Tanda dan Gejala
cedera kepala.
5) Cara penanganan
anggota keluarga
dengan cedera kepala.
3 Sesi tanya 10 Menit a. Memberikan kesempatan - Mengemukakan
jawab kepada peserta untuk pertanyaan
bertanya

4 Penutup 5 Menit b. Mengucapkan terima - Menjawab salam


kasih kepada peserta penyuluh
c. Memberikan salam
penutup

V. METODE

1. Ceramah
2. Diskusi

VI. MEDIA
1. Lefleat
2. Lembar balik

VII. ALAT DAN BAHAN


1. Meja
2. KursI

VIII. SUMBER:

Depkes RI, 2009. Profil Kesehatan Indonesia, Jakarta. (Online). Available


athttp://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatan-indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2009.pdf

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). 2013. Badan Penelitian dan


Pengembangan Kesehatan Provinsi Bali tahun 2013. (Online). Available
at Diakses pada tanggal 27 Februari 2013.

Grace, P.A & Borley, N.R. 2007. At a Glance Ilmu Bedah. Jakarta : Penerbit
Erlangga.
WHO, 2004. Road traffic injuries. (Online). Available
athttp://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs358/en/. Diakses
pada tanggal 28 Februari 2017.

Sheila .2014. Apa itu Cedera Kepala: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Cara Mengobati.
(Online). Available at
https://www.docdoc.com/id/info/condition/cedera-kepala. diunduh
pada tanggal 27 Februari 2017

Mansjoer, A .2000. Kapita Selekta Kedokteran jilid I. Jakarta: Media Aesculapius.

IX. PESERTA / SASARAN

Semua pasien atau peserta yang mengikuti kegiatan dan khususnya pada
pasien dan keluarga yang mengalami cedera kepala.

X. WAKTU

Hari : Kamis
Tanggal : 2 Maret 2017
Jam : 08.00 08.30 WITA
Tempat: Ruang Bedah (Apel) RSUD Klungkung

XI. TEMPAT

Di ruang Apel, RSUD Klungkung.


Setting Tempat :

1
2

3
4 4 4 4

4 4 4 4

4 4 4 4

5 5

1 = penyaji
2 = moderator
3 = notulen
4 = peserta
5 = fasilitator + dokumentasi
6 = observer

XII. RENCANA EVALUASI

A. Struktur :

1. Persiapan Media dan Persiapan Materi

Persiapan media dilakukan selama 2 hari dengan metode pengumpulan data


dari sumber seperti pembuatan leafleat dan lembar balik.Persiapan materi
dilakukan selama 2 hari dimulai dengan pencarian bahan materi dari berbagai
sumber seperti buku ,internet, dan persiapan pemahaman dan penguasaan
materi.

B. Proses penyuluhan :
1. Kegiatan penyuluhan yang akan diberikan diharapkan berjalan lancar dan
sasaran memahami tentang penyuluhan yang diberikan. Sasaran diharapkan
mampu mengerti dan memahami penyuluhan dan 50% bisa menjawab

2. Dalam proses penyuluhan diharapkan terjadi interaksi antara penyuluh dan


sasaran yang akan diharapkan penyuluhan

3. Diharapkan dalam proses penyuluhan terdapat 5 orang atau lebih peserta.

4. Peserta diharapkan memperhatikan materi yang diberikan

5. Data peseta yang di undang, yang hadir saat penyuluhan, dan jika ada yang
meninggalkan tempat saat proses penyuluhan belum selesai.

C. Hasil penyuluhan :

1. Peserta mampu:

a. Menyebutkan pengertian dari cedera kepala.

b. Menyebutkan penyebab dari cedera kepala.

c. Menyebutkan tanda dan gejala dari cedera kepala.

d. Menyebutkan pencegahan cedera kepala.

e. Menyebutkan cara penanganan klien dengan cedera kepala.

2. Data peserta yang aktif bertanya.


LAMPIRAN 1

MATERI CEDERA KEPALA

I. PENGERTIAN CEDERA KEPALA

Cedera kepala adalah proses dimana terjadi tauma langsung atau deselerasi
terhadap kepala yang menyebabkan kerusakan tengkorak dan otak (Grace &
Borley, 2007). Cedera kepala atau yang disebut dengan trauma kapitis adalah ruda
paksa tumpul/tajam pada kepala atau wajah yang berakibat disfungsi cerebral
sementara. Merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada
kelompok usia produktif, dan sebagian besar karena kecelakaan lalulintas.

II. KLASIFIKASI CEDERA KEPALA

Klasifikasi Cedera kepala menurut patofisiologinya dibagi menjadi dua :

1. Cedera Kepala Primer

Adalah kelainan patologi otak yang timbul akibat langsung pada mekanisme
dinamik (acelerasi - decelerasi rotasi ) yang menyebabkan gangguan pada
jaringan.
Pada cedera primer dapat terjadi :

a. Gegar kepala ringan

b. Memar otak

c. Laserasi
2. Cedera Kepala Sekunder

Adalah kelainan patologi otak disebabkan kelainan biokimia, metabolisme,


fisiologi yang timbul setelah trauma. Pada cedera kepala sekunder akan timbul
gejala, seperti :

A. Hipotensi sistemik

B. Hipoksia

C. Hiperkapnea

D. Udema otak

E. Komplikasi pernapasan

F. Infeksi / komplikasi pada organ tubuh yang lain

Klasifikasi cedera kepala berdasarkan Nilai Skala Glasgow (GCS):

1. Cedera kepala ringan yaitu cedera kepala tanpa penurunan kesadaran,


korban sadar sepenuhnya, atensi dan orientasi baik. Korban dapat
mengalami lecet, robekan atau bengkak pada kulit kepala disertai keluhan
sakit kepala dan pusing.

2. Cedera kepala sedang yaitu cedera kepala dengan penurunan kesadaran,


disertai kebingungan, mengantuk. Korban dapat mengalami patah tulang
tengkorak, gegar otak, amnesia muntah hingga kejang.

3. Cedera kepala berat yaitu cedera kepala dengan penurunan kesadaran yang
progresif hingga koma. Selain itu pada korba juga terdapat tanda defisit
neurologis fokal

1. Cedera Kepala Ringan


GCS 13 - 15

Dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia tetapi kurang dari 30


menit.

Tidak ada kontusio tengkorak, tidak ada fraktur cerebral, hematoma.

2. Cedera kepala Sedang

GCS 9 12

Kehilangan kesadaran dan amnesia lebih dari 30 menit tetapi kurang dari
24 jam.

Dapat mengalami fraktur tengkorak.

3. Cedera Kepala Berat

GCS 3 - 8

Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam.

Juga meliputi kontusio serebral, laserasi, atau hematoma intrakranial.

III. PENYEBAB CEDERA KEPALA

Luka pada kepala adalah penyebab utama dari cedera kepala. Luka bisa
didapatkan dari berbagai macam situasi, seperti jatuh, tabrakan lalu lintas,
kecelakaan di rumah atau di tempat kerja, dan penganiayaan. Di Amerika
Serikat, penyebab umum cedera kepala adalah jatuh dan kecelakaan lalu
lintas.

Anak-anak yang menderita cedera kepala biasanya balita yang belajar


berjalan; seringkali, mereka tersandung oleh sesuatu atau kehilangan
keseimbangan yang menyebabkan jatuh dan cedera kepala. Ketika mereka
ditinggal tanpa pengawasan di tempat bermain, anak-anak juga berada dalam
resiko terjatuh karena sesuatu atau kecelakaan lain yang menyebabkan cedera
kepala.

Kegiatan olahraga dapat juga menyebabkan cedera kepala. Bersepeda,


basket, bola kasti (baseball), softball, dan sepak bola merupakan kegiatan
yang menyebabkan cedera otak berat. Statistik menunjukkan bahwa kegiatan
atau kendaraan rekreasi seperti mini-bike, go-kart, dan dune buggies dapat
juga menyebabkan kecelakaan yang mengakibatkan cedera kepala ringan atau
berat.

Dari beberapa sumber didapatkan bahwa penyebab dari cedera kepala,


antara lain :

1. Kecelakaan, jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor / sepeda/ mobil


2. Kecelakaan pada saat berolah raga,
3. Proses kelahiran, seperti vakum, forsep
4. Cedera akibat kekerasan

IV. TANDA DAN GEJALA CEDERA KEPALA

Gejala penglihatan dari cedera kepala dapat menjadi tidak dirasakan,


yang bisa menjadi berbahaya untuk orang yang menderita hal tersebut. Anak-
anak yang tidak dapat mengutarakan mengenai apa yang mereka rasakan atau
alami berada pada resiko lebih tinggi untuk tidak mendapat perawatan
terhadap cedera kepala yang terjadi.

Seseorang yang menderita dari cedera kepala traumatis dapat


merasakan pusing, mual, bingung, atau depresi. Masalah keseimbangan juga
merupakan gejala utama. Perasaan mengantuk atau grogi adalah gejala umum
dari cedera kepala, terutama ketika ditambah dengan perasaan lelah atau
lesu. Nyeri kepala, hilang ingatan, kesulitan untuk tidur (atau terkadang, tidur
berlebihan atau terkantuk ketika waktu yang tidak tepat, peningkatan
sensitivitas terhadap suara atau cahaya, dan masalah memori atau konsentrasi
juga merupakan gejala utama untuk seseorang yang menderita cedera kepala
traumatis.

Cedera kepala berat lebih berbahaya dan dapat mengakibatkan


kelumpuhan permanen, koma, atau bahkan kematian. Ketika pasien tidak
dapat mengutarakan apa yang dia rasakan, penting untuk mengamati hal
berikut : (Sheila .2014)

Darah atau cairan jernih keluar dari telinga, hidung, atau mulut

Amati perubahan pada ukuran pupil

Ketidakseimbangan penampilan wajah

Kejang

Memar di wajah

Penurunan tekanan darah

Retak pada wajah atau tengkorak

Gangguan sistem indera (pendengaran, penglihatan, pengecapan, atau


penciuman)

Ketidakmampuan menggerakkan anggota badan

Gangguan kesadaran
Pernafasan menurun atau dangkal

Kurangnya keseimbangan atau keletihan pada anggota gerak


Muntah

Bengkak pada lokasi cedera

Pada kasus dari gejala yang dijelaskan di atas, penting untuk membawa pasien
segera ke ruang gawat darurat.
V. CARA PENANGANAN CEDERA KEPALA

Pengertian pertolongan pertama ialah pemberian pertolongan segera


kepada penderita sakit ataupun cedera (kecelakaan) yang memerlukan penanganan
medis Dasar. Sedangkan pengertian medis dasar ialah tindakan perawatan
berdasarkan ilmu kedokteran yang dimiliki oleh orang awam atau orang awam
yang terlatih secara khusus.
P3K adalah untuk memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan ditempat
kejadian dengan cepat dan tepat sebelum tenaga medis datang atau sebelum
korban dibawa kerumah sakit agar kejadian yang lebih buruk dapat dihindari.
Tujuannya adalah mencegah maut dan mempertahankan hidup, mencegah
penurunan kondisi badan atau cacat.
Menurut Mansjoer (2000), penatalaksanaan cedera kepala adalah :

A. Cedera Kepala Ringan


Pasien dengan cedera kepala ini umumnya dapat dipulangkan ke rumah tanpa
perlu dilakukan CT-Scan. CT Scan dilakukan untuk bagian kepala, atau juga
disebut pemindaian crania, adalah teknologi terkini sinar-X yang berfungsi
untuk mengambil gambar santir dari kepala. CT Scan atau pemindaian
tomografi terkomputasi, tidak hanya terbatas untuk penggunaan pemindaian
kepala; CT Scan dapat digunakan untuk mengambil gambar santir bagian
tubuh manapun, dan memberikan gambar organ tubuh dan tulang pasien yang
jelas bagi dokter. Kelebihan utama CT Scan dibandingkan dengan sinar-X
biasa adalah kemampuannya untuk menyajikan gambar pembuluh darah dan
jaringan lunak yang ada di kepala dengan lebih detail. Karenanya, teknologi
pemindaian yang lebih akurat memegang peran penting dalam diagnosa
berbagai macam masalah pada kepala dan otak. bila memenuhi kriteria berikut :
1. Hasil pemeriksaan neurologis (terutama status mini mental dan gaya berjalan)
dalam batas normal.
2. Foto servikal jelas normal
3. Adanya orang yang bertanggung jawab untuk mengamati pasien 24 jam pertama,
dengan instruksi untuk segera kembali kebagian gawat darurat jika timbul gejala
yang lebih buruk.
Kriteria perawatan di rumah sakit :
1. Adanya perdarahan intrakranial atau fraktur yang tampak pada CT Scan.
2. Konfusi, agitasi, atau kesadaran menurun
3. Adanya tanda atau gejala neurologis fokal
4. Intoksikasi obat atau alcohol
5. Adanya penyakit medis komorbid yang nyata
6. Tidak adanya orang yang dapat dipercaya untuk mengamati pasien di rumah.

B. Cedera Kepala Sedang


Pasien yang menderita konkusi otak (comotio cerebri), dengan skala GCS
15 (sadar penuh, orientasi baik dan mengikuti perintah) dan CT Scan normal,
tidak perlu dirawat. Pasien ini dapat dipulangkan untuk observasi di
rumah,meskipun terdapat nyeri kepala, mual, muntah, pusing atau amnesia.
Resiko timbulnya lesi intrakranial lanjut yang bermakna pada pasien dengan
cedera kepala sedang adalah minimal.

C. Cedera Kepala Berat


Setelah penilaian awal dan stabilitasi tanda vital,keputusan segera pada
pasien ini adalah apakah terdapat indikasi intervensi bedah saraf segera
(hematoma intrakranial yang besar). Jika ada indikasi, harus segera
dikonsultasikan ke bedah saraf untuk tindakan operasi. Penatalaksanaan cedera
kepala berat sebaiknya perawatan dilakukan di unit rawat intensif. Walaupun
sedikit sekali yang dapat dilakukan untuk kerusakan primer akibat cedera kepala,
tetapi sebaiknya dapat mengurangi kerusakan otaksekunder akibat hipoksia,
hipertensi, atau tekanan intrakranial yang meningkat.

Dalam unit rawat intensif dapat dilakukan hal-hal berikut :


1. Penilaian ulang jalan nafas dan ventilasi
2. Monitor tekanan darah
3. Pemasangan alat monitor tekanan intraktranial pada pasien dengan skor GCS < 8,
bila memungkinkan.
4. Penatalaksanaan cairan : hanya larutan isotonis (salin normal dan ringer laktat)
5. Nutrisi
6. Temperatur badan
7. Anti kejang fenitoin 15 20 mg/kg BB bolus intravena
8. Steroid deksametason 10 mg intravena setiap 4 6 jam selama 48 72 jam
9. Antibiotik
10. Pemeriksaan
Dapat memberikan manfaat terhadap kasus yang ragu-ragu. Harus dilakukan
pemeriksaan CT Acan tulang kepala, bila bertujuan hanya untuk kepentingan
medikolegal.

2. Pengobatan
Pada cedera kepala, jika TIK meningkat diberikan obat yang berfungsi
untuk meningkatkan aliran darah ke Otak dan menghantarkan Oksigen . Obat ini
biasanya yang diberikan adalah Manitol. Manitol ini masih merupakan obat untuk
menurunkan tekanan intra kranial.
LAMPIRAN 2

EVALUASI

EVALUASI TIK.
a Apakah itu cedera kepala ?
b Apa saja klasifikasi cedera kepala ?
c Apakah faktor penyebab penyebab cedera kepala ?
d Bagaimanakah tanda dan gejala dari cedera kepala ?
e Bagaimanakah cara penanganan cedera kepala ?

KUNCI JAWABAN

1 Cedera kepala adalah proses dimana terjadi tauma langsung atau deselerasi
terhadap kepala yang menyebabkan kerusakan tengkorak dan otak.

2 Klasifikasi cedera kepala, yaitu :

a. Cedera kepala ringan yaitu cedera kepala tanpa penurunan kesadaran,


korban sadar sepenuhnya, atensi dan orientasi baik. Korban dapat
mengalami lecet, robekan atau bengkak pada kulit kepala disertai keluhan
sakit kepala dan pusing.

GCS 13 15

Dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia tetapi kurang dari 30


menit.

Tidak ada kontusio tengkorak, tidak ada fraktur cerebral, hematoma.

b. Cedera kepala sedang yaitu cedera kepala dengan penurunan kesadaran,


disertai kebingungan, mengantuk. Korban dapat mengalami patah tulang
tengkorak, gegar otak, amnesia muntah hingga kejang.

GCS 9 12

Kehilangan kesadaran dan amnesia lebih dari 30 menit tetapi kurang dari
24 jam.
Dapat mengalami fraktur tengkorak.

c. Cedera kepala berat yaitu cedera kepala dengan penurunan kesadaran yang
progresif hingga koma. Selain itu pada korba juga terdapat tanda defisit
neurologis fokal

GCS 3 8

Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam.

Juga meliputi kontusio serebral, laserasi, atau hematoma intrakranial.

3 Penyebab nya adalah anak-anak yang menderita cedera kepala biasanya


balita yang belajar berjalan; seringkali, mereka tersandung oleh sesuatu
atau kehilangan keseimbangan yang menyebabkan jatuh dan cedera
kepala. Ketika mereka ditinggal tanpa pengawasan di tempat bermain,
anak-anak juga berada dalam resiko terjatuh karena sesuatu atau
kecelakaan lain yang menyebabkan cedera kepala.

Kegiatan olahraga dapat juga menyebabkan cedera kepala. Bersepeda,


basket, bola kasti (baseball), softball, dan sepak bola merupakan kegiatan
yang menyebabkan cedera otak berat. Statistik menunjukkan bahwa
kegiatan atau kendaraan rekreasi seperti mini-bike, go-kart, dan dune
buggies dapat juga menyebabkan kecelakaan yang mengakibatkan cedera
kepala ringan atau berat.

Dari beberapa sumber didapatkan bahwa penyebab dari cedera kepala,


antara lain :

a Sulit Bernafas
b Mengi
c Nyeri pada bagian dada
d Mudah Lelah
e Iritasi tenggorokan
f Menghilangnya Suara
4 Tanda dan gejala

Darah atau cairan jernih keluar dari telinga, hidung, atau mulut
Amati perubahan pada ukuran pupil
Ketidakseimbangan penampilan wajah
Kejang
Memar di wajah
Penurunan tekanan darah
Retak pada wajah atau tengkorak
Gangguan sistem indera (pendengaran, penglihatan, pengecapan, atau
penciuman)
Ketidakmampuan menggerakkan anggota badan
Gangguan kesadaran
Pernafasan menurun atau dangkal
Kurangnya keseimbangan atau keletihan pada anggota gerak
Muntah
Bengkak pada lokasi cedera

5 Cara penanganan cedera kepala di rumah sakit :

CT Scan atau pemindaian tomografi terkomputasi, tidak hanya terbatas untuk


penggunaan pemindaian kepala, ada juga pengobatan untuk melebarkan
pembuluh darah di otak dan mencegah peningkatan TIK. Jika pendarahan
cukup serius maka dokter akan merencanakan tindakan operasi.

Anda mungkin juga menyukai