Anda di halaman 1dari 16

SATUAN ACARA PENYULUHAN

CEDERA KEPALA

DI RUANG KERINCI

DISUSUN OLEH:
Kelompok 1

1. Febri Ayu Lestari, A (14901.10.23082)


2. Hindatut Toyyibah (14901.10.23085)
3. Devi Kuspita Sari (14901.10.23074)
4. Putri Meilinda,P.N (14901.10.23107)

INSTALASI RAWAT INAP II


RSUD DR. SAIFUL ANWAR
PROVINSI JAWA TIMUR
TAHUN 2023
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
CEDERA KEPALA DI RUANG KERINCI
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR – JAWA TIMUR

Disusun Oleh :
Kelompok 1

1. Febri Ayu Lestari, A (14901.10.23082)


2. Hindatut Toyyibah (14901.10.23085)
3. Devi Kuspita Sari (14901.10.23074)
4. Putri Meilinda,P.N (14901.10.23107)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS HAFSHAWATY ZAINUL HASAN
PAJARAKAN – PROBOLINGGO
2023
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok bahasan : Cedera Kepala


Sasaran : Klien dan Keluarga Klien

Hari/Tanggal : Jumat, 05 Januari 2024

Jam : 10.00-10.30 WIB

Tempat : Ruang Tunggu Kerinci RSUD Dr Saiful Anwar

Pelaksana : Kelompok 1
Universitas Hafshawaty Zainul Hasan

A. Latar Belakang

Cedera kepala merupakan suatu gangguan traumatik dari fungsi otak


yang disertai atau tanpa disertai perdarahan interstiil dalam substansi otak
tanpa diikuti terputusnya kontinuitas otak. Menurut Haryono & Utami,
(2019) cedera kepala merupakan istilah luas yang menggambarkan
sejumlah cedera yang terjadi pada kulit kepala, tengkorak, otak, dan
jaringan di bawahnya serta pembuluh darah di kepala.

Menurut Surveillance Report of Traumatic Brain Injury tahun 2014, di


Amerika Serikat terdapat sekitar 2,87 juta pasien cedera kepala.
Diantaranya sekitar 2,53 juta orang datang ke Instalasi Gawat Darurat yang
didalamnya lebih dari 812.000 pasien merupakan anak-anak. Terdapat
sekitar 288.000 pasien cedera kepala yang mengalami rawat inap dan
sekitar 23.000 diantaranya merupakan anakanak. Pasien cedera kepala
yang meninggal dunia terdapat sekitar 56.800 orang yang 2.529
didalamnya merupakan anak-anak (Peterson et al., 2019)

Berdasarkan data diatas, maka kami tertarik untuk memberikan


edukasi pada keluarga maupun pengunjung pasien di Ruangan Kerinci
RSUD Dr. Saiful Anwar tentang penanganan lebih lanjut terkait Cedera
Kepala. Dengan harapan setelah dilakukan penyuluhan ini,
(pasien/keluarga pasien/masyarakat sekitar RS/ pengunjung RS/SDM RS)
mengetahui tentang Cedera Kepala dan mampu melakukan pencegahan
terkait dengan terjadinya Cedera Kepala.
B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan peserta mampu


memahami dan mengerti tentang Cedera Kepala
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan tentang Cedera Kepala
diharapkan peserta dapat :
a) Mengerti dan memahami tentang definisi Cedera Kepala
b) Mengerti dan memahami tentang gejala klinis Cedera Kepala
c) Menjelaskan faktor penyebab Cedera Kepala
d) Menjelaskan penatalaksanaan Cedera Kepala
e) Menyebutkan komplikasi dari Cedera Kepala
f) Menjelaskan penanganan setelah pulang pasien dengan Cedera
Kepala

C. Pelaksanaan kegiatan
1. Topik
Topik penyuluhan tentang Cedera Kepala
2. Sasaran
Sasaran penyuluhan adalah Klien dan Keluarga Klien
3. Metode
Metode yang digunakan dalam penyuluhan adalah:
a) Ceramah
b) Tanya jawab
c) Diskusi
4. Media dan Alat
Media dan alat yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan adalah:
a) Power point
b) Laptop
c) Leaflet
5. Waktu danTempat

Hari/Tanggal : Jumat, 05 Januari 2024

Jam : 10.00-10.30 WIB

Tempat : Ruang Tunggu Kerinci RSUD Dr Saiful


Anwar

6. Setting Tempat

Setting tempat pelaksanaan penyuluhan adalah sebagai berikut


(contoh) :
7. Proses Kegiatan

No Kegiatan Penyuluhan KegiatanPeserta Waktu


1 Pembukaan
 Mengucapkan salam Menjawab salam 5

 Memperkenalkan diri Memperhatikan menit


Menyepakati kontrak
 Melakukan kontrak waktu dan bahasa
Memperhatikan
yang akan digunakan
 Menjelaskan tujuan dan topik

2 Pelaksanaan
 Menggali pengetahuan peserta tentang Memberikan pendapat 10
Cedera Kepala Mendengarkan menit
 Memberikan reinforcement positif Mendengarkan

 Menjelaskan tentang definisi, Tanda Mempraktekkan


Memberikan pendapat
gejala, faktor penyebab penyakit,
penatalaksanaan cedera kepala,
komplikasi, dan penanganan setelah
pulang pasien dengan cedera kepala
 Memberikan kesempatan peserta untuk
Bertanya ulang materi yang belum jelas

3. Penutup
 Evaluasi materi yang diberikan Memberikan 15

 Tanya jawab pertanyaan dan menit


menjawab pertanyaan
 Memberikan saran
Memperhatikan
 Mengucapkan salam
Menjawab salam
8. Evaluasi

Kriteria evaluasi adalah sebagai berikut :

a) Evaluasi struktur

 Kegiatan penyuluhan terlaksana sesuai waktu

 Peserta penyuluhan dapat hadir sesuai rencana

b) Evaluasi proses

 Peserta berperan aktif dalam kegiatan penyuluhan

 Selama penyuluhan berlangsung, semua peserta dapat mengikuti


dengan penuh perhatian
c) Evaluasi hasil
Diharapkan peserta mampu menjawab pertanyaan dari pemateri dengan
baik, dengan pertanyaan :
1. Menyebutkan apa saja Faktor Penyebab terjadinya cedera
kepala?
Peserta dapat menjawab pertanyaan yang diberikan secara lisan
dengan jawaban sebagai berikut :
Trauma Brain Injuri (TBI) dapat disebabkan oleh : (SAMHSA,
2021)
1. Kekuatan eksternal termasuk (kepala dipukul oleh suatu objek,
kepala membentur benda)
2. Kepala berakselerasi atau deselerasi tanpa trauma eksternal
langsung seperti yang terjadi pada sindrom bayi terguncang atau
dari ledakan.
3. TBI mencakup kekuatan eksternal dan perubahan fungsi otak
membedakan TBI dari cedera kepala saja, seperti lecet atau
memar pada wajah atau kulit kepala.
4. Penyebab terjadinya cedera kepala sebagian besar dikarenakan
kecelakaan lalu lintas (Kecelakaan kendaraan bermotor), jatuh
dari ketinggian, tertimpa benda, kecelakan olahraga, dan korban
kekerasan fisik.
MATERI PENYULUHAN

CEDERA KEPALA

1. DEFINISI

Gambar 1SehatQ.com

Cedera Kepala adalah istilah umum yang digunakan untuk


menggambarkan setiap trauma pada kepala, terutama trauma dengan
melibatkan otak. Hal ini dapat didefinisikan sebagai trauma pada otak
maupun pada penutupnya (tulang tengkorak) karena kekuatan mekanis
yang terjadi secara eksternal. Ketika ada cedera saraf kranial yang
menyertainya ini dikenal sebagai cedera otak traumatis / traumatic brain
injury (TBI), istilah yang digunakan secara khusus untuk
menggambarkan pengaruh isi intrakranial dengan kemungkinan
berpotensi terjadi defisit fungsional yang signifikan. (J.K.C. Emejulu, et all
2021)

Cedera kepala dapat menimbulkan komplikasi jangka panjang


atau seumur hidup yang mempengaruhi terhadap proses berpikir,
bahasa, emosi, sensasi dan komunikasi, yang mungkin memerlukan
berbagai bentuk layanan dukungan untuk klien. (J.K.C. Emejulu, et all
2021)

Cedera otak traumatis (TBI) adalah kondisi neurologis umum yang


dihasilkan dari kekuatan eksternal yang mengubah fungsi otak normal,
baik sementara atau permanen.(SAMHSA,2021). Berdasarkan pengertian
di atas dapat disimpulkan bahwa trauma kepala adalah cedera yang
terjadi pada kepala maupun otak akibat dari gaya yang kuat dari luar.

2. TANDA DAN GEJALA CEDERA KEPALA

Pada pengkajian pasien memiliki riwayat cedera kepala,


ditambah satu atau lebih dari tanda/ gejala berikut: (NSW
Goverment, 2021)

1. Riwayat trauma/cedera kepala tertutup maupun terbuka


2. Gangguan perdarahan / antikoagulasi
3. GCS 14-15 (cedera kepala ringan)
4. Amnesia terhadap kejadian
5. Sakit kepala, Kebingungan atau delirium , Leher kaku
6. Cedera kepala ringan Kehilangan kesadaran singkat

3. FAKTOR YANG MENYEBABKAN CEDERA KEPALA

Trauma Brain Injuri (TBI) dapat disebabkan oleh : (SAMHSA, 2021)

5. Kekuatan eksternal termasuk (kepala dipukul oleh suatu objek,


kepala membentur benda)
6. Kepala berakselerasi atau deselerasi tanpa trauma eksternal
langsung seperti yang terjadi pada sindrom bayi terguncang atau
dari ledakan.
7. TBI mencakup kekuatan eksternal dan perubahan fungsi otak
membedakan TBI dari cedera kepala saja, seperti lecet atau
memar pada wajah atau kulit kepala.
8. Penyebab terjadinya cedera kepala sebagian besar dikarenakan
kecelakaan lalu lintas (Kecelakaan kendaraan bermotor), jatuh
dari ketinggian, tertimpa benda, kecelakan olahraga, dan korban
kekerasan fisik.
4. PENATALAKSANAAN CEDERA KEPALA

Secara umum, pasien dengan cedera kepala harusnya dirawat di


rumah sakit untuk observasi. Pasien harus dirawat jika terdapat
penurunan tingkat kesadaran, fraktur kranium dan tanda neurologis fokal.
Cedera kepala ringan dapat ditangani hanya dengan observasi neurologis
dan membersihkan atau menjahit luka / laserasi kulit kepala. Untuk
cedera kepala berat, tatalaksana spesialis bedah saraf sangat diperlukan
setelah resusitasi dilakukan. (Iga Mawarni, 2020)

Aspek spesifik terapi cedera kepala dibagi menjadi dua kategori:

1. Bedah

Evakuasi bedah dilakukan pada pasien yang memiliki skor GCS


=8dengan lesi besar pada CT scan kepala tanpa kontras.
Frakturtengkorak depresi yang terbuka atau rumit
membutuhkanperbaikan dengan pembedahan. Kraniektomi
dekompresimembantu hasil positif pasien..( Pedro Kurtz Eduardo
EM Rocha 2020)
a. Intrakranial: evakuasi bedah saraf segera pada hematom
yang mendesak ruang.
b. Ekstrakranial: inspeksi untuk komponen fraktur kranium yang
menekan pada laserasi kulit kepala. Jika ada, maka hal ini
membutuhkan terapi bedah segera dengan debridement luka
dan menaikkan fragmen tulang untuk mencegah infeksi lanjut
pada meningen dan otak.
2. Medikamentosa

Peningkatan ICP dapat dicegah dengan pemberian


sedasi.Terapi utama setelah nyeri dan agitasi adalah larutan
manitolatau natrium klorida hipertonik. Propofol, IV
dexmedetomidine, dan fentanyl biasanya digunakan pada pasien
dengan ventilasimekanis. Steroid tidak dianjurkan di TBI.
Barbituratbiasanya digunakan untuk mengobati ICP. Tidak ada
penegasanbahwa barbiturat mengurangi kematian; itu juga
menyebabkan BP rendah. Mannitol dapat digunakan untuk
mengurangi ICP dan itu juga membantu dalam meningkatkan
CBF.( Pedro Kurtz Eduardo EM Rocha 2020)
a. Bolus manitol (20%, 100 ml) intravena jika terjadi
peningkatan tekanan intrakranial. Hal ini dibutuhkan pada
tindakan darurat sebelum evakuasi hematom intrakranial
pada pasien dengan penurunan kesadaran.
b. Antibiotik profilaksis untuk fraktur basis cranii.
c. Antikonvulsan untuk kejang
3. Keperawatan
a. Observasi 24 jam
b. Jika pasien masih muntah sementara dipuasakan terlebih
dahulu. Makanan atau cairan, pada trauma ringan bila
muntah-muntah, hanya cairan infus dextrose 5%, amnifusin,
aminofel (18 jam pertama dari terjadinya kecelakaan), 2-3
hari kemudian diberikan makanan lunak
c. Berikan terapi intravena bila ada indikasi
d. Pada anak diistirahatkan atau tirah baring
e. Posisi head up 300 pada pasien cedera kepala berat

Tindakan terapeutik yang dilakukan pada pasien dengan


cedera kepala salah satunya adalah pemberian posisi.
Pemberian posisi yang dapat diberikan pada pasien cedera
kepala adalah pemberian posisi head up 300 yang bertujuan
untuk menurunkan tekanan intrakranial pada pasien cedera
kepala, selain itu posisi tersebut juga dapat meningkatkan
oksigen ke otak

5. KOMPLIKASI DARI CEDERA KEPALA

Beberapa komplikasi dari cedera kepala (Andra dan Yessie, 2013


dalam IGA Mawarni, 2020):

1. Epilepsi pasca cedera


Epilepsi pasca trauma adalah suatu kelainan dimana kejang
terjadi beberapa waktu setelah otak mengalami cedera karena
benturan di kepala. Kejang bisa saja baru terjadi beberapa tahun
kemudian setelah terjadinya cedera. Obat-obat anti kejang
2. Amnesia

Amnesia adalah hilangnya sebagian atau seluruh kemampuan


untuk mengingat peristiwa yang baru saja terjadi atau peristiwa
yang sudah lama berlalu. Penyebabnya masih belum dapat
sepenuhnya dimengerti. Cedera pada otak bisa menyebabkan
hilangnya ingatan akan peristiwa yang terjadi sesaat sebelum
terjadinya kecelakaan (amnesia retrograde) atau peristiwa yang
terjadi segera setelah terjadinya kecelakaan (amnesia pasca
trauma). Amnesia hanya berlangsung beberapa menit sampai
beberapa jam (tergantung pada beratnya cedar) dan akan hilang
dengan sendirinya. Pada cedera otak yang hebat, amnesia bisa
bersifat menetap. Mekanisme otak untuk menerima informasi
dang mengingatnya kembali dari memori terutama terletak di
dalam lobus oksipitalis, parietalis, dan temporalis.
3. Gangguan Kognitif

Dalam beberapa hari atau minggu setelah cedera otak, efek


kognitif mungkin muncul yang melibatkan kemampuan untuk
berpikir secara efisien, melakukan banyak tugas, dan bertahan
pada suatu tugas tanpa menjadi lelah atau mudah tersinggung
secara mental. (SEMHSA, 2021)
4. Gangguan Fungsi Sensorik

Fungsi sensorik mereka mungkin terpengaruh sehingga tingkat


cahaya tampak terlalu terang dan suara normal terlalu keras dan
mengganggu. Orang-orang ini juga mungkin mengalami
penurunan kapasitas untuk membaca, melihat, atau mendengar.
Tingkat dan durasi efek TBI bervariasi secara dramatis dari orang
ke orang tergantung pada faktor-faktor yang ditunjukkan di atas
(SEMHSA, 2021)
5. Gangguan Glukosa Sistemik
Disglikemia adalah komplikasi umum pada pasien dengan TBI.
Seperti disebutkan sebelumnya, TBI menghasilkan keadaan
hipermetabolik sistemik yang terkait dengan hiperglikemia.
Kehadiran dan tingkat keparahan hiperglikemia telah berulang kali
ditunjukkan dalam literatur sesuai dengan tingkat keparahan
cedera dan hasil klinis yang buruk setelah TBI. Pada tingkat otak,
konsekuensi neurotrauma yang biasa terkait dengan metabolisme
glukosa termasuk hiperglikolisis, disfungsi mitokondria, dan
glukosa CMD rendah atau tinggi (Pedro Kurtz and eduardo, 2020)
DAFTAR PUSTAKA

I Made Oka Adnyana. 2021 Role Of Neurotropic Drugs In Traumatic Brain


Injury. Fk Universitas Udayana. Erepo.Unud.Ac.Id
Samhsa Advisory. 2021 Treating Patients With Traumatic Brain Injury.
Store.Samhsa.Gov
Julian Dixon. 2020 Emergency Department Management Of Traumatic Brain
Injury : A Resource Tiered Review. African Journal Of Emergency
Medicine. Elsevier.Com
NSW Goverment. 2021 Health South Eastern Sydney Local Health District. Adult
Emergency Nurse Protocol Head Injury.
Pedro Kurtz And Eduardo.(2020)Nutrition Therapy, Glucose Control, And
Brain Metabolism In Traumatic Brain Injury: A Multimodal
Monitoring Approach Review Articlesec.Neuroenergetics, Nutrition
And Brain Health Doi.Org/10.3389/Fnins.2020.00190
Gnes Silvina Marbun Dkk (2020) PENANGANAN PERTAMA PADA
CEDERA KEPALA RINGAN Journal Abdi Mas Mutiara Volume 1,
Nomor : 2,Http://E-Journal.Sari-Mutiara.Ac.Id/Index.Php/JAM
Michael Galgano Et All(2017)Traumatic Brain Injury: Current Treatment
Strategies And Future Endeavors. Traumatic Brain Injury—Review
Vol. 26(7) 1118-1130
IGA MAWARNI · 2020 · Konsep Asuhan Keperawatan Cedera otak UN
MUH : Ponorogo
PENUTUP

Demikianlah SAP ini penulis buat, semoga dilaksanakan sesuai rencana.

Malang, 03 Januari 2023

(Perwakilan Kelompok 1

Febri Ayu Lestari A,


S.Kep)

Disetujui Oleh :

Ketua PKRS Kepala Instalasi Ruang


Rinjani

NIP…………………………. NIP………………………….

Note :

1. Untuk kebutuhan praktik penyuluhan dari mahasiswa PKL/magang


disetiap satuan kerja, isi format SAP bisa disesuaikan dengan tanda
tangan pembimbing lahan/Clinical Instructor

2. Mahasiwa praktik, DILARANG membagikan leaflet/media karya sendiri ke


pasien dan keluarga pasien. Media yang dibagikan, harusbersumber dari
RSUD Dr. Saiful Anwar. Jika mahasiswa diminta membuat media untuk
memenuhi target dari kampus, maka hanya ditunjukkan dan
dikonsultasikan kepada pembimbing lahan
3. Demikian format Satuan Acara Penyuluhan dibuat dengan sebagaimana
mestinya, semoga bermanfaat. Tetap Semangattt!!

Anda mungkin juga menyukai