DI SUSUN OLEH:
1. I Putu Gunung (017.06.0001)
2. I Made Dedi Karismajaya (017.06.0013)
3. Putu Ramenda Garbi (017.06.0034)
A. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan kegiatan penyuluhan mengenai pentingnya
pencegahan dan mengenali gejala stroke selama 30 menit diharapkan
pasien dan keluarga dapat mengetahui dan memahami serta
mengaplikasikan cara pencegahan dan pengetahuan dari gejala stroke.
2. Tujuan khusus
Setelah dilakukan penyuluhan mengenai pentingnya pencegahan dan
mengenali gejala stroke selama 30 menit diharapkan pasien dan keluarga
mampu :
a) Mengetahui definisi dan angka kejadian stroke.
b) Mengetahui faktor risiko penyebab stroke
c) Memahami gejala dan tanda stroke
d) Memahami strategi pengendalian stroke
B. STRATEGI
1. Ceramah
2. Tanya jawab
C. MEDIA
1. Leaflet
2. Materi SAP
D. MATERI
(Terlampir)
E. PENGORGANISASIAN PERAN
Pembawa materi : I Putu Gunung
Dokumentasi : I Made Dedi Karismajaya
Koordinator /Fasilitator : Putu Ramenda Garbi
F. DENAH/SETTING TEMPAT
Keterangan:
: Pembawa materi
: Fasilitator
: Audiens
H. EVALUASI STRUKTUR
1. Persiapan
2. Pelaksanaan
3. Penutupan
I. EVALUASI PROSES
J. EVALUASI HASIL
1. Definisi Stroke
Suatu gangguan fungsi otak yang terjadi secara tiba-tiba berupa defisit
neurologi baik fokal maupun global yang bersifat progresif atau menetap
berlangsung lama selama 24 jam atau lebih dan atau dapat menyebabkan
kematian, tanpa adanya penyebab lain selain vascular (P2PTM Kemenkes
RI,2018).
2. Angka Kejadian Stroke
Prevalensi stroke di Indonesia pada tahun 2018 berdasarkan diagnosis
dokter pada penduduk umur ≥ 15 tahun sebesar 10,9 %, atau diperkirakan
sebanyak 2.120.362 orang. Provinsi Kalimantan (14,7%) dan DI Yogyakarta
(14,6%) merupakan provinsi dengan prevalensi tertinggi stroke di Indonesia.
Sementara itu, Papua dan Maluku utara memiliki prevalensi stroke terendah
dibandingkan provinsi lainnya yaitu 41% dan 4,6% (Pusat data dan Informasi
Kemenkes RI,2019).
3. Faktor Risiko Stroke
Terdapat faktor risiko yang dapat menyebabkan stroke, faktor risiko
tersebut dibagi menjadi dua kelompok, yaitu yang tidak dapat dimodifikasi
dan yang dapat dimodifikasi (Puspitasari, 2020).
a. Faktor yang tidak dapat dikendalikan
1) Umur
Semakin tua umur seseorang (>50th) lebih meningkatkan risiko
terjadinya stroke, hal tersebut terkait dengan kekakuan pembuluh
darah. Namun stroke tidak hanya diderita oleh orang lanjut usia
saja, melainkan dapat mengenai semua usia. Pada usia anak-anak
hingga remaja paling sering di akibatkan oleh benturan di kepala,
hal tersebut dapat mengakibatkan terjadinya stroke hemoragik
yaitu stroke yang diakibatkan oleh pecahnya pembuluh darah
otak.
2) Jenis kelamin
Laki-laki lebih sering terkena sroke dibandingkan perempuan, hal
ini dikarenakan perempuan memiliki hormon esterogen yang
berperan dalam mempertahankan kekebalan tubuh. Namun
setelah perempuan tersebut mengalami menopouse, risiko terkena
stroke antara laki-laki dan perempuan akan sama.
3) Ras dan etnis
Stroke lebih banyak menyerang orang berkulit hitam
dibandingkan orang berkulit putih, hal tersebut berkaitan dengan
konsumsi garam.
4) Genetik
Riwayat keluarga yang pernah terkena stroke meningkatkatkan risiko
seseorang terkena stroke
b. Faktor risiko yang dapat dikendalikan
1) Tekanan darah tinggi (hipertensi)
Tekanan darah yang tinggi merupakan faktor resiko utama
penyebab stroke. Dapat menyebabkan arterosklerosis yang dapat
menyumbat pembuluh darah, dan juga dapat menyebabkan
pecahnya pembuluh darah di otak.
2) Obesitas
Obesitas lebih cepat terjadi dengan pola hidup pasif (kurang gerak
dan olahraga). Jika makanan yang dimakan banyak mengandung
lemak jahat (seperti kolestrol), maka ini dapat menyebabkan
penimbunan lemak disepanjang pembuluh darah. Kolestrol tidak
dapat langsung larut dalam darah dan cenderung menempel di
pembuluh darah, akibatnya kolestrol yang tinggi membentuk
bekuan dan plak yang menyumbat arteri ke otak. Penyempitan
pembuluh darah ini menyebabkan aliran darah kurang lancar dan
memicu terjadinya aterosklerosis atau penyumbatan dalam
pembuluh darah yang pada akhirnya berisiko terserang stroke.
3) Stress
Stress juga dapat meningkatkan kekentalan darah yang akan
berakibat pada tidak stabilnya tekanan darah. Jika darah tersebut
menuju pembuluh darah halus diotak untuk memasok oksigen ke
otak dan pembuluh darah tidak lentur dan tersumbat, maka hal ini
dapat mengakibatkan risiko terkena serangan stroke.
4) Penyakit kardiovaskuler
Beberapa penyakit jantung, antara lain fibrilasi atrial (salah satu
jenis gangguan irama jantung), penyakit jantung koroner,
penyakit jantung rematik, dan orang yang melakukan pemasangan
katub jantung buatan akan meningkatkan risiko stroke. Pada
fibrilasi atrium menyebabkan penurunan CO², sehingga perfusi
darah keotak menurun, maka otak akan kekurangan oksigen yang
akhirnya dapat terjadi stroke.
5) Diabetes melitus
Penyakit diabetes mellitus dapat mempercepat timbulnya plak
pada pembuluh darah yang dapat mengakibatkan resiko terjadinya
stroke iskemik. Seseorang dikatakan menderita diabetes mellitus
jika pemeriksaan gula darah puasa > 140 mg/dL, atau
pemeriksaan 2 jam post prandial > 200 mg/dL Penderita diabetes
cenderung menderita obesitas, obesitas dapat mengakibatkan
hipertensi dan tingginya kadar kolesterol.
6) Merokok
Perokok lebih rentan mengalami stroke dibandingkan bukan
perokok. Nikotin dalam rokok membuat jantung bekerja keras
karena frekuensi denyut jantung dan tekanan darah meningkat.
Pada perokok akan timbul plak pada pembuluh darah oleh nikotin
sehingga memungkinkan penumpukan arterosklerosis dan
kemudian berakibat pada stroke.
7) Alkoholik
Pada alkoholik dapat menyebabkan hipertensi, penurunan aliran
darah ke otak dan kardiak aritmia serta kelainan motilitas
pembuluh darah sehingga terjadi emboli serebral.